bab ii landasan teori a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/707/3/miftakhul aman bab...
TRANSCRIPT
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah banyak dilakukan. Pada penelitian
tindakan kelas, ada yang meneliti tentang pemanfaatan media pembelajaran,
penerapan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun teknik
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga berkaitan dengan materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa
yaitu, berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Pada kegatan pembelajaran
di SMP, khususnya kelas VIII terdapat materi menulis naskah drama.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang menulis
naskah drama. Tri Marina (2011) melakukan penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Media Video Lagu untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Naskah Drama pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bobotsari Tahun Ajaran
2010-2011.” Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis naskah drama dengan
memanfaatkan media video lagu mempunyai pengaruh yang besar terhadap
peningkatan kemampuan menulis naskah drama bagi siswa. Pada saat pre test,
nilai rata-rata kelasnya adalah 72 dan yang mencapai nilai tuntas belajar adalah 13
siswa atau 32,5%. Padahal nilai KKM adalah 76. Hasil siklus I menulis naskah
drama dengan memanfaatkan media video lagu meningkat. Jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar menjadi 28 siswa atau 70% dengan nilai rata-rata
kelas 84. Sementara itu, hasil siklus II hasilnya sangat maksimal, yaitu jumlah
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
22
siswa yang mencapai tuntas belajar adalah 40 siswa atau 100% dengan nilai rata-
rata 89.
Kartini (2011) juga melakukan penelitian dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan
Menggunakan Media Video Klip di SMP Negeri 1 Patikraja.” Hasil evaluasi
penelitian dengan menggunakan media video klip dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hasil evaluasi pre test dengan nilai rata-rata 54,55 dengan nilai
tertinggi 88,8 dan nilai terendah 50. Sedangkan, hasil evaluasi pada siklus II
dengan nilai rata-rata 82,81 dengan nilai tertinggi 94,4 dan nilai terendah 66,6.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu antara lain,
pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 3 Purwokerto dan pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran menulis kreatif naskah drama.
Sehingga, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Baik dari segi
waktu, subjek, dan metode yang digunakan dalam penelitian. Kelebihan dari
penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang digunakan. Metode
pembelajaran kolaborasi yang digunakan, dapat membuat siswa lebih aktif dan
berinteraksi satu sama lain di dalam kelompok. Selain itu, adanya kolaborasi
siswa dapat mengomentari hasil menulis kreatif naskah drama milik teman satu
kelompoknya. Sehingga, komentar atau saran yang diberikan dapat meningkatkan
kemampuan menulis naskah drama, karena kesalahan atau kekurangannya telah
dikoreksi oleh teman satu kelompoknya.
Dari beberapa penelitian di atas, keterampilan menulis naskah drama dapat
ditingkatkan dengan adanya sebuah perlakuan atau metode yang digunakan dalam
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
23
kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
kolaborasi dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama di SMP
Muhammadiyah 3 Purwokerto.
B. Landasan Teori
1. Naskah Drama
a. Pengertian Naskah Drama
Naskah drama adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Naskah
drama juga dapat diartikan sebagai karangan seseorang yang belum diterbitkan
atau bahan-bahan berita yang siap untuk diset. Berkaitan dengan drama, naskah
drama (lakon) merupakan naskah yang masih ditulis dengam tangan dengan gaya
dialog langsung (cerita sandiwara). Naskah adalah bentuk/rencana tertulis dari
cerita drama. Naskah disebut juga bentuk atau rencana tertulis dari cerita drama
yang berbentuk tanya jawab antar pelaku. Naskah drama (lakon) pada umumnya
disebut skenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan-adegan dalam
peluangan sebagai karya tulis.
Dasar naskah drama adalah konflik manusia yang di gali dari kehidupan.
Konflik drama biasanya terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya.
Penulisan naskah ada yang menggambarkan sisi jelek dan ada juga yang
menggambarkan sisi baik kehidupan. Dalam penulisan naskah drama perlu
diperhatkan unsur-unsur yang membangun naskah drama itu sendiri.
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
24
b. Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama
Unsur-unsur intrinsik naskah drama adalah unsur yang membangun naskah
drama dari dalam. Unsur-unsur intrinsik naskah drama menurut Saefudin dkk
(2008: 41) meliputi tema dan amanat, tokoh (pelaku) dan perwatakan, latar
(setting), alur (plot), konflik (pertentangan), dan dialog.
1) Tema
Tema merupakan unsur cerita yang memberi makna menyeluruh
terhadap isi cerita yang telah disampaikan kepada pembaca (Hidayati, 2009:
45). Menurut Stanton (2007: 36), tema merupakan aspek cerita yang sejajar
dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu
pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan
menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa
takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri,
disilusi, atau bahkan usia tua.
Istilah tema menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2010: 91) berasal
dari bahasa Latin yang berarti „tempat meletakkan suatu perangkat‟. Disebut
demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita, sehingga
berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptakannya. Tema berkaitan dengan hubungan antara makna
dengan tujuan pemaparan cerita (dalam hal ini drama) oleh pengarangnya,
maka untuk memahami tema, pembaca harus terlebih dahulu memahami unsur-
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
25
unsur yang membangun ceritanya, menyimpulkan makna yang dikandungnya,
serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penulisannya.
2) Tokoh dan penokohan
Tokoh cerita adalah (character), menurut Abrams (dalam Aminudin,
2004: 165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilukiskan dalam tindakan.Tokoh adalah pelaku dalam drama. Tiap-tiap tokoh
biasanya memiliki watak, sikap, sifat, dan kondisi fisik yang disebut dengan
perwatakan atau karakter. Dalam drama kita mengenal tokoh protagonis
(menjadi sentral atau pusat penceritaan), tokoh antagonis (lawan \tokoh
protagonis), dan tokoh figuran atau tokoh pendukung cerita (Saefudin, 2008:
41).
Menurut Aminuddin (2010: 79) penokohan adalah cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku. Dalam upaya memahami watak pelaku atau
tokoh dapat diketahui melalui hal-hal diantaranya: tuturan penulis terhadap
karakteristik pelakunya; gambaran yang diberikan penulis lewat gambaran
lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; menunjukkan
bagaimana perilakunya; melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya
sendiri; memahami bagaimana jalan pikirannya; melihat bagaimana tokoh lain
berbicara tentangnya; melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu
memberikan reaksi terhadapnya; dan melihat bagaimana tokoh itu dalam
mereaksi tokoh yang lainnya (Aminuddin, 2010: 80-81).
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
26
3) Latar
Stanton (2007: 35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung. Selain itu, menurut Hidayati (2009: 37), latar
mengacu pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam plot. Masih
menurut Hidayati (2009: 9), menguatkan bahwa latar tidak hanya berkaitan
dengan tempat dalam arti geografis saja, tetapi juga sosial, dan historis.
4) Alur
Menurut Hidayati (2009: 97), alur atau plot adalah bagian dari jalan
cerita yang berfungsi memperjelas suatu masalah atau urutan kejadian dan
diatur secara tersusun dan sistematis, serta mengandung hubungan sebab
akibat. Menurut Stanton (2012: 26), alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa
dalam sebuah cerita. Selain itu menurut Hasanudin (2009:24) alur adalah
rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam hubungan sebab
akibat.tanpa hubungan sebab akibat suatu rentetan peristiwa tidaklah dapat
disebut suatu alur.
5) Konflik
Konflik merupakan kekutan penggerak drama. Itulah kemungkinan
kedua yang menggerakan hati penonton. Yakni, karena konflik. Nash
(Hamzah, 1985 : 122) menyebutkan bahwa kisah haruslah dipaparkan melalui
penampilan satu atau beberapa masalah yang dihadapi para peran, dan harus
dimenangkan. Atau malah peran itu sendiri terkalahkan. Melalui problem-
problem inilah plot dikembangkan. Jadi tidak mengherankan jika sampai ada
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
27
penonton yang hatinya tergetar menyaksikan pementasan sebuah drama.
Mereka menikmati identifikasi dirinya dengan salah seorang peran.
Mendorongnya memandang persoalan yang dihadapi peran pun sebagai
persoalanya sendiri.
Menurut Hasannudin (2009: 12), konflik kemanusiaan menjadi syarat
mutlak. Bentuk dialoglah yang menuntut konflik tersebut di dalam drama.
Tanpa konflik peristiwa tidak akan bergerak. Satuan-satuan peristiwa baru
dapat berjalan dan menciptakan alur atau plot dalam bentuk dialog, jika satuan-
satuan peristiwa itu dikontroversikan melalui konflik-konflik. Menurut
Saefudin ( 2008: 41), konflik didalam drama ada dua macam, yaitu:
a. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam diri seorang tokoh atau
dalam pikiran seorang tokoh.
b. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antartokoh atau pelaku dalam
drama. Konflik eksternal ini dapat berupa konflik ide atau pikiran
antartokoh (pelaku), dapat juga berupa konflik fisik (bergulat, bertinju,
saling pukul, dan sebagainya).
6) Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang, baik tersirat
maupun tersurat. Secara tersurat disampaikan secara langsung melalui dialog
tokoh, sedangkan tersirat yaitu disampaikan melalui penyusunan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam cerita.
7) Dialog
Menurut Hasanudin (2009:25), dialog memberikan kejelasan watak dan
perasaan tokohatau pelaku. Kalimat-kalimat atau sekadar kata-kata yang
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
28
diujarkan oleh para tokoh atau pelaku akan memberikan gambaran-gambaran
tentang watak, sifat, ataupun perasaan masing-masing tokoh atau pelaku.
Seseorang berwatak bengis, kasaratau sebaliknya,berbudi luhur serta penyabar
dapatdiketahui melalui dialog-dialog. Kondisi psikologis seperti sedih,
senang,cemburu, iri hati ataupun dengki juga diketahui melalui dialog-dialog.
Selain itu Menurut Poerwadarminta (2007: 290), dialog adalah percakapan
(dalam sandiwara, cerita, dsb).
2. Pembelajaran Menulis Naskah Drama
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu
(Tarigan, 2008:22). Kegiatan menulis juga disebut sebagai suatu kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalaman-
pengalaman kehidupannya dalam bahasa tulis yang jelas, ekspresif, mudah dibaca,
dan dipahami oleh orang lain.
Menurut Poerwadarminta (2007: 1304-1305), menulis adalah membuat
huruf (angka dsb), dengan pena (pensil, kapur, dsb); melahirkan pikiran atau
perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; menggambar;
melukis; dan membatik (kain). Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir kritis, mampu mengungkapkan pikiran,
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
29
perasaan, dan pendapat. Menulis juga dapat melatih mencari, menguasai, dan
menangkap informasi tentang topik yang akan kita tulis.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan
kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan
oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan
unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa
maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan
yang runtut dan padu (Iskandarwassid, 2009: 175).
Dalam kegiatan menulis dituntut beberapa kemampuan misalnya:
memiliki suatu pengetahuan yang akan ditulis, mengetahui aspek-aspek
kebahasaan dan teknik penulisan. Semua itu berkaitan dengan proses berpikir
penulisnya. Dapat dikatakan bahwa keterampilan itu secara singkat termasuk
kemampuan yang kompleks. Ketika akan menggunakan bahasa untuk menulis,
penulis harus menyadari bahwa bahasa Indonesia memiliki kaidah-kaidah yang
harus ditaati. Jika tidak ditaati akan terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam
penggunaan kalimat tersebut dan akan mengakibatkan tulisan tidak dapat
dipahami oleh pembacanya.
b. Menulis Naskah Drama
Menurut Jingga (2012: 112), menulis naskah drama merupakan proses
kreatif. Proses kreatif yang berangkat dari dorongan bawah sadar untuk
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
30
melahirkan sebuah karya sastra. Perjalanan sebuah proses kreatif menulis naskah
drama dimulai dari keinginan penulis dan angan-angan dalam hatinya hingga
mewujudkan satu bentuk karya.Malraux (dalam Jingga, 2012: 112-116)
menyebutkan bahwa, perjalanan proses kreatif untuk mewujudkan suatu karya
sebagai proses melihat, mendalami, dan mewujud. Hal tersebut perlu fase-fase
proses pola berikut 1) Merasakan, 2) Menghayati, 3) Menghayalkan, 4)
Mengejawantahkan, 5) Memberi bentuk, 6) Menciptakan konflik, 7) Menciptakan
tokoh, 8) Menciptakan dialog, 9) Menciptakan simbol, 10) Menciptakan naskah
berbobot. Fase-fase tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Merasakan
Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala
sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan
sudah melewati proses melihat dan mendengar dan menyerap. Melihat dan
mendengar apa yang ada, siapa yang melakukan, apa yang terjadi, bagaimana
kejadiannya, kapan terjadinya, dan dimana kemudia merasakan dan
menyerapnya hingga muncul sensasi tertentu dalam diri (Malraux dalam
Jingga, 2012: 112-116).
2) Menghayati
Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuan-
temuan yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati
adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya
(Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
31
3) Menghayalkan
Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah
dirasakan dan apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan
memperoleh khayalan-khayalan lain yang baru. Pembebasan proses berfikir
atau membuka keliaran-keliaran berfikir menjadi pendukung dalam fase
mengkhayalkan. Semakin liar akan semakin berkembang daya imajinasi kita
dalam melewati fase mengkhayalkan (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).
4) Mengejawantahkan
Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya.
Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase
sebelumnya lebih bernilai. Filter estetis ini juga diharapkan dapat
memunculkan kreativitas yang bukan hanya peniruan, pengulangan, ataupun
pencocokan dan pembenaran yang sudah ada atau terjadi (Malraux dalam
Jingga, 2012: 112-116).
5) Memberi bentuk
Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses
alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora,
sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah karya (Malraux
dalam Jingga, 2012: 112-116).
6) Menciptakan konflik
Kreativitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari
kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau kejutan-
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
32
kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati dalam
penyelesaian konflik (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).
7) Menciptakan tokoh
Kehadiran tokoh atau pelaku dalam sebuah drama menjadi penting.
Tokoh atau pelaku akan menjadi penentu gerak alur cerita. Berdasarkan
perannya teradap jalan cerita terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang
mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang, dan tokoh tritagonis
atau tokoh pembantu, baik terhadap tokoh antagonis maupun pada tokoh
protagonis. Sedangkan, berdasarkan fungsinya terdapat tokoh sentral (tokoh
yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh pendukung dan atau
penentang tokoh sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap atau tambahan
dalam alur cerita) (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).
8) Menciptakan dialog
Dialog merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah
drama. Namun bukan berarti bahwa naskah drama hanya tergantung pada
dialog, melainkan banyak hal yang menjadikan dialog menjadi ciri penanda
naskah drama. Dalam naskah drama, bahasa yabg diwujudkan dalam bentuk
dialog, dapat diadikan penanda memahami siapa dan bagaimana tokoh atau
pelaku dalam naskah drama tersebut ) (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).
9) Menciptakan simbol
Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang
simbolis. Ada sesuatu yang disembunyikan penulis naskah. Segala sesuatu
dikatakan tidak secara terus terang, karena bagaimapun naskah drama sebagai
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
33
karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara
tentang dirinya yang disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan
simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-
116).
10) Menciptakan naskah berbobot
Menurut Malraux (dalam Jingga, 2012: 112-116), naskah drama dapat
dikategorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis dengan dilandasi
proses penciptaan antara lain:
a) menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imainatif: merasakan,
menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran kehidupan dengan
proses melihat, mendalami, dan mewujudkan.
b) memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense atau
ketegangan sehingga memikat untuk dibaca maupun dipentaskan.
c) menghadirkan tokoh atau pelaku sebagai penentu gerak alur cerita.
d) memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh
disertai dengan lakuan.
e) menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.
f) menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan
mengandung nilai-nilai pendidikan
Noor (2004: 27) menyatakan bahwa, pada umumnya naskah drama
memuat sepuluh struktur, antara lain: (1) susunan nama pelaku; (2) sinopsis; (3)
urutan nomor cakapan (dialog) dengan nama pelaku; (4) mencantumkan tanda
baca yang jelas; (5) memberi penjelasan sebagai keterangan dalam tanda kurung;
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
34
(6) memberi tanda bagian ilustrasi musik; (7) menyusun urutan kata dan kalimat
yang jelas; (8) mengemukakan pokok pikiran yang jelas dalam cakapan (dialog);
(9) memberi tanda pergantian babak dengan jelas; (10) mengakhiri cerita dengan
kalimat yang padat.
c. Pembelajaran Menulis Naskah Drama di SMP
Pembelajaran menulis naskah drama di SMP Muhammadiyah 3
Purwokerto diajarkan di kelas VIII semester 1. Materi naskah drama terdapat pada
Standar Kompetensi 8. Memahami teks drama dan novel remaja, Kompetensi
Dasar 8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan
keaslian ide. Indikatornya adalah mampu menyusun kerangka naskah drama yang
mengandung keaslian ide, mampu mengembangkan kerangka cerita menjadi teks
drama satu babak yang mengandung keaslian ide.
Pembelajaran menulis naskah drama sebagai proses belajar menulis
naskah drama yang didukung oleh serangkaian komponen pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran menulis naskah drama.Drama adalah komposisi
syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak
pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut
dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan
atau seni. Sebagai karya seni, drama perlu diapresiasi. Salah satu cara apresiasi
drama ialah dengan menemukan unsur-unsur drama.
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
35
3. Metode Kolaborasi
a. Pengertian Metode Kolaborasi
Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Pada pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan
kerangka menyeluruh tentang proses belajar mengajar. Proses ini tersusun dalam
rangkaian kegiatan sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai
landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural (Iskandarwassid dan Sunendar,
2009: 40-41).
Menurut Suryaman (2012: 85), metode pembelajaran bahasa Indonesia
merupakan suatu cara untuk merealisasikan strategi. Senada dengan pendapat
Sanjaya (2006: 147) yang menyatakan bahwa, metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.Dengan demikian, metode dalam
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.
Sementara itu, kolaborasi adalah suatu pengajaran menulis dengan
melibatkan sejawat untuk saling mengoreksi. Sejawat yang diajak berkolaborasi
itu disebut kolaborator (Alwasilah dan Suzzana, 2007: 21). Menurut Ronis (2011:
119), pembelajaran kerjasama atau kolaborasi adalah metode pengajaran yang
disitu kelompok kecil siswa dari berbagai tingkat kemampuan menggunakan
berbagai macam kegiatan untuk menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
36
Penggunakan metode kolaborasi, siswa dibentuk menjadi beberapa
kelompok. Di dalam metode kolaborasi, tiap siswa dalam setiap kelompok akan
bertukar karya atau tulisannya. Dengan demikian, hasil karya atau tulisan tersebut
akan dilihat dan dikoreksi kekurangan serta kesalahannya oleh teman sejawat.
Teman satu kelompok sebagai kolaborator akan langsung menyampaikan
kekurangan dalam tulisan tersebut kepada pemiliknya agar diperbaiki. Tulisan
atau hasil karyanya akan semakin baik. Panduan kolaborasi reading-writing
connection menurut Alwasilah dan Alwasilah (2007: 26-29) sebagai berikut:
1) Berbagi diri ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat
orang. Pada kelompok besar, kolaborasi cenderung tidak efektif.
2) Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh
kelompok lainnya.
3) Masing-masing anggota membaca karangan orang lain dalam kelompoknya.
4) Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan
menggarisbawahi kesalahan kecil. Gunakan tinta warna-warni agar nampak
variasi.
5) Baca setiap kalimatnya.
6) Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala Anda menemukan hal-hal
yang tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar.
7) Kembalikanlah karangan yang sudah dikomentari itu kepada penulisnya
untuk ditulis ulang.
8) Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan
yang sudah direvisi oleh penulisnya.
9) Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali.
10) Karangan yang telah direvisi
b. Menulis Naskah Drama dengan Metode Kolaborasi
Panduan kolaborasi reading-writing connection menurut Alwasilah dan
Alwasilah (2007: 26-29) yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah
drama adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
37
a. Berbagi diri dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat
orang.
b. Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh
kelompok lainnya.
c. Masing-masing anggota membaca naskah drama orang lain dalam
kelompoknya.
d. Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan
menggarisbawahikekurangan dan kesalahan.
e. Baca setiap kalimat dan aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama.
f. Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala menemukan hal-hal yang
tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar.
g. Kembalikanlahnaskah drama yang sudah dikomentari itu kepada
penulisnya untuk ditulis ulang.
h. Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan
yang sudah direvisi oleh penulisnya.
i. Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali.
j. Karangan yang telah direvisi, diserahkan kepada guru pembimbing untuk
mendapatkan feedback lain.
C. Kerangka Berpikir
Rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 3 Purwokerto pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikarenakan
dalam proses pembelajaran siswa merasa bosa, jenuh, dan tidak ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat disebabkan karena penggunaan
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
38
metode pembelajaran yang kurang tepat (misalnya hanya dengan menggunakan
metode ceramah saja, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh), penggunaan
media pembelajaran yang kurang menarik minat belajar siswa, serta guru yang
melibatkan siswa dalm proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, diduga melalui metode
pembelajaran kolaborasi kemampuan menulis naskah drama di kelas VIII SMP
Muhammadiyah 3 Purwokerto akan meningkat. Untuk lebih memperjelas
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015
39
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir dalam PTK
KONDISI
AWAL
Guru:
Belum menggunakan
metode pembelajaran
kolaborasi dalam
proses pembelajaran.
Siswa:
Kemampuan menulis
naskah drama pada
siswa rendah.
TINDAKAN
Dalam pembelajaran,
guru menggunakan
metode pembelajaran
kolaborasi yang
sesuai dengan
subtopik
pembelajaran.
KONDISI
AKHIR
Diduga melalui
metode kolaborasi
dapat meningkatkan
kemampuan menulis
naskah drama pada
siswa.
Siklus I:
Dalam pembelajaran
menulis naskah drama,
guru memperbaiki
proses pembelajaran
dengan metode
kolaborasi.
Siklus II:
Jika siklus I belum
berhasil dalam
pembelajaran menulis
naskah drama, guru
memperbaiki lagi
proses pembelajaran
dengan metode
kolaborasi.
Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015