bab ii landasan teori a. landasan teori 1. teori ...repository.radenfatah.ac.id/7713/2/skripsi bab...
TRANSCRIPT
-
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Kemiskinan
Menurut suharto dalam memahami kemiskinan terdapat dua paradigma atau
teori besar (grand theory), yakni paradigma Neo-liberal dan Sosial Demokrasi.1
1). Teori Paradigma Neo-Liberal
Kemiskinan meruakkan permasalahan individu bukan
permasalahan kelompok yang disebabkan oleh kelemahan atau pilihan
hidup individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang apabila
kekuatan-kekuatan pasar diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan
ekonomi ditingkatkan setinggi-tingginya. Dalam penanggulangan
kemiskinan harus tidak bersifat sementara. Dan tidak hanya melibatkan
keluarga, kelompok-kelompok swadaya masyarakat atau lembaga
keagamaan.
2)Teori Paradigma Sosial Demokrat
Teori Sosial Demokrat kemiskinan bukan merupakan
permasalahan individual, tetapi permasalahan struktural. Kemiskinan
dikarenakan adanya ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam
masyarakat akibat dari terbatasnya akses kelompok tertentu terhadap
1Restu Ratri Astuti, 2015, “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi,
Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2004-2012”,
http://eprints.uny.ac.id/177571/1/SKRIPSIH Restu ratri astuti/10404244017.pdf (diases tanggal 02
April 2020, jam 10.30)
1
-
2
berbagai sumber kemasyarakatan. Pada pendukung Sosial-Demokrat
berpendapat bahwa kesetaraan merupakan prasyarat penting dalam
memperoleh kemandirian dalam kebebasan.
a. Pengertian Kemiskinan
Menurut Mudrajat Kuncoro, kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum, di mana pengukuran
kemiskinan didasarkan pada konsumsi. Berdasarkan konsumsi ini, garis
kemiskinan terdiri dari dua unsur yaitu (1) pengeluaran yang diperlukan untuk
membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, dan (2) jumlah
kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.2
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti sempit, kemiskinan
(porper) dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin
kelangsungan hidup.3
Bagi para akademis, ahli statistik di BPS, dan pemerintah, “kemiskinan”
didefenisikan dan dianalis sebagai orang yang berada di bawah garis kemiskinan
yang defenisinya bervariasi.4
2 Amir Machmud, “Perekonomian Indonesia Pasca Reformasi”, (Jakarta: Penerbit
Erlangga,2016), hlm. 280-281 3 Ibid. 280 4 Tri Wibowo Budi Santoso & Hadi Susilo, “Ekonomi Indonesia/Hal Hill penerjemah”,
Jakarta: PT RajaGrafindo Perseda,2002, hlm.252
-
3
Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang
oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara
yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan
hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia,
hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara
maju yang lebih menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan
perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak
mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat
penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara
untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan
keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka wilayah tersebut dapat
dikatakan sudah mampu melaksanankan pembangunan ekonomi dengan baik.
Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi ini adalah
apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah sudah merata
diseluruh lapisan masyarakat. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.
Ketika pendapatan perkapita meningkat dan merata maka kesejahteraan
masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Ada teori yang
mengatakan bahwa ada trade off antara ketidakmeratan dan pertumbuhan. Namun
kenyataan membuktikan ketidakmerataan di Negara Sedang Berkembang (NSB)
-
4
dalam dekade belakangan ini ternyata berkaitan dengan pertumbuhan rendah,
sehingga di banyak NSB tidak ada trade off antara pertumbuhan dan
ketidakmerataan.
Menurut Sharp terdapat tiga faktor penyebab kemiskinan jika dipandang
dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang terbatas dan
kualitasnya rendah. Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti
produktifitanya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang
beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.ketiga kemiskinan muncul karena
perbedaan akses dalam modal.5
Menurut Rencana Kerja Pemerintah Bidang Prioritas Penanggulangan
Kemiskinan, penyebab kemiskinan adalah pemerataan pembangunan yang belum
menyebar secara merata terutama di daerah pedesaan. Penduduk miskin di daerah
pedesaan pada tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin di
daerah perkotaan. Kesempatan berusaha di daerah pedesaan dan perkotaan belum
dapat mendorong penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama bagi rumah
tangga miskin. Penyebab yang lain adalah masyarakat miskin belum mampu
menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, air
minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisan
5Mudrajat Kuncoro, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika
Pembangunan,(Erlangga 2010)
-
5
masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial kepada masyarakat
miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat rentan (seperti penyandang cacat,
lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga
miskin masih jauh dari memadai.6
b. Kemiskinan Dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai masalah yang
membahayakan jiwa dan iman seseorang karena sangat dekat dengan kekufuran.
Dengan hidup miskin, seseorang tidak dapat melaksanakan kewajiban agama
secara maksimal, tidak dapat mengecap pendidikan yang baik, dan akses
kehidupan dan kesehatan yang layak. Oleh karena itu, Islam melarang umatnya
meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah, baik secara agama, ilmu, maupun
ekonomi (kesejahteraan), sebagaimana Allah berfirman:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka, dan hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka bertutur kata yang benar” (Q.S. An-Nisa’: 9).
6 Whisnu Adhi Saputra, “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,
Pengangguran Terdadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah”, Semarang 2011,
skripsih, Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang hlm 16-21
-
6
Menurut Ibnu Katsir, keturunan yang lemah identik dengan kondisi
kekurangan harta hal itu diperkuat dengan penjelasannya mengenai pesan
Rasulullah kepada Sa’ad Abi Waqash untuk meninggalkan ahli warisnya dalam
keadaan berkecukupan. Jika ditelaah lebih jauh, ayat ini memiliki pesan fiosofis
yang sangat penting bahwa kemiskinan menjadi isu yang tidak dapat diabaikan
begitu saja sehingga dalam konteks kekinian.7
c. Faktor-faktor Penentu Kemiskinan
a. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk (EDU)
Hasil penelitian tentang kemiskinan di jawa menyimpulkan
bahwa pengurangan kemiskinan diasosiasikandengan meningkatnya
pencapaian pendidikan dan peningkatan pendapatan dari tenaga kerja
terdidik. Hasil penelitian Sukherman juga menunjuka kemiskinan di
jawa baratdipengaruhi oleh besarnya persentase angka melek huruf.
b. Pendapatan Per Kapita Penduduk (PC)\
Hasil penelitian Iradian yang dilakukan pada 82 negara untuk
tahun 1965-2003 menunjukan bahwa tingginya pertumbuhan
pendapatan per kapita tidak akan terlalu berdampak apabila tidak
disertai dengan perbaikan distribusi pendapatn.perubahan pendapatan
per kapita mempunyai penaruh yang negatif terhadap kemiskinan.
Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pendapatan
per kapita dan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh
7Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 219
-
7
indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk. Sementara
itu, sebagian besar penduduk yang saat ini hidup dalam kemiskinan
tidak menikmati pencapaian tersebut. Dengan kata lain, meskipun
ekonomi tumbuh dengan baik, terapi mereka tetap berada dalam
kemiskinan. Peningkatan kontra prestasi (gaji, honor, upah, dan
bentuk lain) yang selama ini terjadi di indonesia hanya dinikmati oleh
sebagian orang. Peningkatan kontra prestasi tersebut tidak sampai
menyentuh kelompok yang berada pada garis kemiskinan. 8
c. Rasio Ketergantungan Penduduk
Faktor penyebab munculnya ketergantungan adalah adanya
tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi.
d. Pertumbuhan Ekonomi (GRW)
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang selama ini dicapai
oleh indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab
kemiskinan. Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa
dinikmati oleh sebagian kecil orang di Indonesia. Hal itu akan
menimbulkan kemiskinan struktural di mana pertumbuhan ekonomi
yang tinggi hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil orang kaya,
sementara sebagian besar masyarakat tetap miskin. Keadaan ini sesuai
dengan teori “trade-off between growth and equity” yang menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan
ketimpangan yang semakin besar dalam pembagian pendapatan.
8 Ibid, hlm. 253
-
8
e. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor Pertanian (TKP)
Penelitian Ritonga yang menyatakan bahwa penduduk miskin
di Indonesia umumnya bekerja di sektor pertanian dan mempunyai
tingkat pendidikan SD kebawah.9
f. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor industri (TKI)
Mengindikasikan bahwa pendapatan pekerja usaha kecil yang
bekerja di sektor industri non-pertanian lebih besar daripada
penghasilan tenaga kerja usaha kecil yang bekerja di sektor industri
yang bergerak di sektor pertanian.
Sharp mencoba mengindentifikasikan penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan
munculnya karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya
yang menimbulkan distribusi pedapatan yang timpang. Penduduk miskin
hanya memiliki sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat
perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
yang rendah berarti produktivitasnya rendah.yang pada giliranya upah
minimum rendah.10
9 Ibid, hlm.254 10 Ibid, 255
-
9
d. Indikator dan Ukuran Kemiskinan
a. Indikator dan Ukuran Absolut
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai
hidup dengan pendapatan di bawah US$1/hari.
Indikator kemiskinan yang lain dikemukakan oleh
Bappenas (2004) dalam Sahlan (2005) berupa :
a). Kurangnya pangan, sandang, dan perumahan yang tidak layak;
b). Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;
c). Kurangnya kemampuan membaca dan menulis;
c). Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup
d). Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan
ekonomi;
d). Ketidakberdayaan atau daya tawar yang rendah;
e). Akses ke ilmu pengetahuan yang terbatas.11
b. Indikator dan Ukuran Relatif
kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena
kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh
lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi
pendapatan. Kemiskinan absololut ditentukan berdasarkan ketidak
mampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.
Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang
11 Ibid, hlm. 257
-
10
disebabkan oleh kondisi struktural dan faktor-faktor adat budaya
suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang.12
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Perumbuhan Ekonomi
Teori trickle-down effect yang dikembangkan pertama kali oleh
Arthur Lewis (1954)13 dan diperluas oleh Ranis dan Fei (1968).
Didalam teori jelaskan bahwa kemakmuran yang diperoleh oleh
sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga
menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang ekonomi yang pada
gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi terciptanya
distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata.
Teori tersebut mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi
terjadi dengan sendirinya diawali oleh aliran vertikal dari penduduk
kaya ke penduduk miskin. Manfaat pertumbuhan ekonomi akan
dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap
selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika
penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhaan ekonomi
yang telah diterimanya.
12 Ibid, hlm.259
13Lewis, O. (1996). "The Culture of Poverty". In G. Gmelch and W. Zenner, eds.Urban
Life. Waveland Press.
-
11
b. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan
ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.14 Dapat didefinisikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.15
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional
(dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode
perhitungan tertentu. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi
adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh
pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat
tabungan. Sedangkan menurut pendapat beberapa pakar ekonomi
pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi
negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya,
sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah
pembangunan ekonomi.16
Arsyad mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara
sebagai peningkatan kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
barang-barang ekonomi bagi penduduknya, peningkatan kemampuan
14 Sadono sukirno, “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, Dan Dasar Kebijakan”,
Jakarta Putra Grafika,2015, hlm. 9 15 Sadono Sukirno, “Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta Rajawali Pers”, 2013, hlm.
9 16 Iskandar Putong, “Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro”. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003, hal. 252.
-
12
ini disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi, kelembangaan serta
penyesuaian ideology yang dibutuhkan.17
Pertumbuhan ekonomi menurut BPS adalah peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDRB) dari satu tahun ke tahun berikutnya yang
dinyatakan dalam bentuk presentase, sedangkan produk PDRB yang
digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan.
PDRB menurut Badan Pusat Statistika (BPS) didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Cara penyajian PDRB disusun dalam dua bentuk, yaitu :
a. PDRB atas harga konstan (PDRB ADHK) yaitu jumlah nilai
produksi atau pengeluaran pendapatan yang dihitung menurut
harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan
berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan
indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat
kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui PDRB riil. Dalam
konteks daerah, untuk memperoleh gambaran ekonomi secara nyata
maka dengan menggunakan PDRB harga konstan (riil), karena
tidak memasukkan unsur inflasi di dalamnya. 18
17Arsyad, Lincolin (2005), “Ekonomi Pembangunan Edisi Kelima”, STIE YKPN,
Yogyakarta. Hlm. 277-278
18Badan Pusat Statistika Indonesia (2016), “PDRB Provinsi menurut Lapangan Usaha
tahun 2010-2015”, Badan Pusat Statistika Indonesia, Jakarta.
-
13
b. PDRB atas harga berlaku (PDRB ADHB) menurut BPS adalah
jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksd nilai tambah yaitu
merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang
dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input
antara nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut
sertanya factor produksi dalam proses produksi.
c. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan PDRB suatu
wilayah, yaitu merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
dalam jangka panjang. Kenaikan pendapatan perkapita akan
menurun tingkat kemiskinan.
Definisi di atas memiliki tiga komponen pengertian: Pertama,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan
faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembangaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan
secara tepat.19
19 M.L. Jhingan, “Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan”’ Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001, hal. 72.
-
14
c. Pertumbuhan ekonomi dalam Pandangan Islam
Pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang tinggi
merupakan indikator ketersediaan makanan, pakaian, tempat tinggal,
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya untuk mendapatkan
kenyamanan dalam menjalani hidup. Hal ini tidak dilarang dalam Islam
bahkan dianjurkan selama tidak tenggelam dalam buaian hawa nafsu
yang membuat lupa kepada Allah. Justru Islam menganjurkan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan di saat bersamaaan
menghendaki terjadinya distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil
sebagaimana dinyatakan di dalam Q.S. al-Hasyr: 7 berikut ini:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya
-
15
Kandungan ayat ini menjadi bukti bahwa Islam juga mengatur
aspek kehidupan dalam distribusi kekayaan. Kakayaan yang diberikan
Allah kepada manusia tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang
saja. Pemerataan dalam distribusi kekayaan menjadi sebuah keharusan
di dalam Islam. Jika masyarakat mengalami kesenjangan yang tinggi,
maka negara wajib mewujudkan konsep keseimbangan dalam
masyarakat khususnya dalam pendistribusian kekayaan.20
Islam mendefiniskan pertumbuhan ekonomi sebagai
perkembangan yang terus menerus dari faktor produksi secara benar
yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia.
Dengan demikian, maka pertumbuhan ekonomi menurut islam
merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh
faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika
produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti
memberikan efek buruk dan membahayakan manusia21.
d. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Prof Rahardjo
Adisasmita, dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa
20Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 223 21Rizal Muttaqin, Pertumbuhan Ekonomi..., hlm 119.
-
16
indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai berikut:22
a. Ketidak seimbangan Pendapatan
Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak
didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah akan
menerima 80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20 persen
populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan. Menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan
penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen
populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidak
seimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai
keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.
b.Perubahan Struktur Perekonomian
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur
perekonomian, dimana terjadi kecendrungan bahwa kontribusi
(peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,
sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Sektor
industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan
nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan
22Rahardjo Adisasmita, Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014, hlm. 91.
-
17
kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada
masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor.
Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan
selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada
sektor industri.
c. Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah
satu masalah yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan
di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa,
tingkat pengangguran cukup tinggi dan cenderung bertambah luas
akibat krisis financial Negara-negara di dunia. Untuk mengatasi krisis
ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan pemerintah.
Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan
prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke
seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan
produksi berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi
tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan)
serta barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana
transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di
sektor-sektor lainnya ( pertanian, perdagangan, industri, pariwisata
dan lainnya).
-
18
d. Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan,
memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan
melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya
mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air
bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan dan
lainnya)
e. Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu konsep yang sangat penting dalam pembangunan
ekonomi regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). PDRB merupakan ukuran prestasi (keberhasilan)
ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.
Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat
faktor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh
-
19
dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan
kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.
Menurut badan pusat statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan
PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.23
e. Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan
pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan rata-rata24. Pertumbuhan
ekonomi tahunan diukur dengan menggunakan rumus berikut:
g = {(PDBs− PDBk)
PDBk} 𝑥 100%
Keterangan:
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata diukur dengan
menggunakan rumus berikut:
𝑟 = [ √𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟_𝑡𝑛𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟_𝑡0
− 1𝑛−1
] 100%
Keterangan:
r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun
23 Diakses http//bps.co.id 24Amir Machmud, Perekonomian Indonesia.Pasca Reformasi, (Jakarta: Erlangga, 2016),
hlm 37
-
20
n = jumlah tahun (dihitung mulai sampai dengan)
tn = tahun akhir periode penelitian
t0 = tahun akhir periode
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan rumus pertumbuhan ekonomi tahunan karena
data yang digunakan adalah persentase pertumbuhan ekonomi.
f. Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah
makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode
berikutnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan
karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan
dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal, teknologi yang digunakan berkembang, disamping itu
tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan
pendidikan serta pengalaman kerja menambah keterampilan mereka.25
25 Ibid, hlm. 9-10
-
21
g. Faktor – Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainya
Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk
mengembangkan perekonomian suatu negara,terutama pada masa
permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.26
b. Jumlah dan Mutu Dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi
pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja,
dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah
produksi.27
c. Barang – Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang - barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan
teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang
peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan
ekonomi yang tinggi itu.28
d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranya dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Adat istiadat yang tradisional
26 Ibid, hlm. 429 27 Ibid, hlm. 430 28 Ibid, hlm.431
-
22
dapat menghambat masyarakat untuk menggunakian cara
memproduksi yang modern dan produktifitas yang tinggi. Oleh
karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat di percepat.29
Dalam jangka panjang dua faktor penting berikut dapat
meningkatkan kemampuan suatu masyarakat untuk memproduksi barang: (i)
pertambahan dalam faktor – faktor produksi dan (ii) kemajuan teknologi.
Uraian berikut secara ringkas menerangkan bagaimana kedua faktor ini
meningkatkan potensi pertumbuhan suatu negara.30
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun
1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak
pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan
tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan
sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses
terhadap sumber daya yang dibutuhka agar dapat hidup secara layak. Di
kutip dari Badan Pusat Statistik (BPS).31
29 Ibid, hlm. 432 30Sadono Sukirno, “Mikroekonomi Teori Pengantar”, PT Raja Grafindo Persada, 2013,
hlm. 58 31 Indeks Pembangunan Manusia, diakses https://sumsel.bps.go.id, pada 05 Februari 2020
pukul 15.11
https://sumsel.bps.go.id/
-
23
Menurut Mudrajad bahwa IPM bermanfaat untuk membandingkan
kinerja pembangunan manusia baik antar negara maupun antar daerah.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang
menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari ssuatu pembangunan sebagai
bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.35
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga
dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak
faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan
hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan
digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah,adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan
indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah
kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.36
Syaiful Anwar mengatakan pemberantasan buta aksara merupakan
salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan
-
24
manusia. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan
membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan
dan keterbelakangan.
Menurut Yani Mulyaningsih indeks pembangunan manusia
memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan
aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (Longevity) dan
hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the
knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa
memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam
pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap
kemiskinan.
Lanjouw, dkk. menyatakan pembangunan manusia di Indonesia
adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin
dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin
aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan
kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan
produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.
-
25
b. Indeks Pembangunan Manusia dalam Pandangan Islam
Di dalam konsep dasar pembangunan ekonomi Islam, sumber
daya manusia juga menjadi fokus utama selain tauhid, tazkiah an-nafs,
dan peran pemerintah. Begitu juga menurut Abdillah, manusia
merupakan makhluk pembangunan yang merupakan mandataris Ilahi
dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Pengertian tugas
mandataris Ilahi yang dimaksud yaitu dalam melaksanakan
pembangunan. Tolak ukur manusia berkualitas dapat dilihat dari
produksi dan hasil karya manusia itu sendiri sehingga kualitas manusia
harus diperhatikan untuk esensi dan kemajuan bangsa sebagaimana
pesan dalam Q.S. Hud: 61,
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)"
Dalam surat Hud ayat 61 di atas, dinyatakan bahwa manusia
dijadikan Allah sebagai khalifah di muka Bumi yang mengemban tugas
-
26
untuk memakmurkannya. Dalam konteks kehidupan manusia yang
sesungguhnya, ayat tersebut dapat dipahami dengan melaksanakan
pembangunan.32
c. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi
indikator yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan
manusia suatu negara, yaitu :
a). Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian
bayi).
b). Tingkat pendidikan diukur dengan angka melek huruf (dengan bobot
dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga).
c). Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per
tahun.
Rumus umum yang di pakai dalam IPM adalah sebagai berikut:
IPM=1/3(X1+X2+X3)
32Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 221
-
27
Dimana:
X1 = Indeks Harapan Hidup
X2 = Indeks Pendidikan
X3 = Indeks Standar Hidup
Indeks pembangunan manusia (IPM), atau dikenal dengan sebutan
humandevelopment indeks (HDI) adalah indikator yang digunakan
untuk mengukur salahsatu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas
dari hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat perkembangan
manusia. IPM adalah suatu indeks komposisi yang didasarkan pada tiga
indikator, yakni (a) kesehatan, (b) pendidikan yang dicapai dan (c)
standar kehidupan. Jadi, jelas bahwa tiga unsur ini sangat penting dalam
menentukan tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan
IPM nya. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya, selain juga di pengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada
gilirannya di tentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan
kebijakan pemerintah. Jadi, IPM disuatu provinsi akan meningkat
apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, dan nilai IPM yang
tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di provinsi
-
28
tersebut. Dalam perkataan lain, terdapat suatu korelasi positif antara
nilai IPM dengan derajat keberhasilan pembangunan ekonomi.33
d. Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
United Nations Development Programs (UNDP) telah menerbitkan
suatuindikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk
mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara.
IPM adalah suatu tolak ukur angka kesejahteraan suatu daerah atau
negara yang dilihat berdasarkan tiga dimensi yaitu: angka harapan
hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf
(literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling),
dan kemampuan daya beli (purchasing powerparity). Indikator angka
harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf
penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan
terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup. Ketiga indikator
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan
kerja yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan
kebijakan pemerintah sehingga IPM akan meningkat apabila ketiga
33 Dr. Tulus T.H., “Tambunan,”Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting”,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm.167
-
29
unsur tersebut dapat ditingkatkan dan nilai IPM yang tinggi
menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.34
Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam indeks
pembangunan manusia sebagai berikut:
a. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-
rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
selamahidup.
b. Angka Melek Huruf
Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun
keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf
lainnya.
c. Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani
pendidikanformal.
d. Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan
UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk
Domestik Bruto (PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam
34 iske Yanti Maratade dkk, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan
Manusia di Provinsi Sulawesi Utara”, (Studi pada tahun 2002-2016), Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi,Vol.16 No.01 Tahun 2016
-
30
menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran
per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.35
e. Metode Penghitungan IPM
Metode agregasi diubah dari rata-rata penduduk menjadi rata-rata
geometrik. Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan
hidup lama sekolah PNB menggambarkan PDB karena lebih
menggambarkan pendapatan pada suatu wilayah. Dengan menggunakan
rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capain
pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh
perhatian yang sama besar karena sama pentingnya. Menggunakan
indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik dengan
memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan sekolah dan PNB
menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat
pada suatu wilayah.36
Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM
dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh
capaian dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia
yang baik ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar
karena sama pentingnya.
35 Indeks Pembangunan Manusia, diakses https://sumsel.bps.go.id, pada 05 Februari 2020
pukul 15.11 36 Rapidah Azmi, “Pengaruh Jumlah Pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia dan
PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten LabuhanBatu”, Medan; Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumater Selatan, 2019, hlm. 35
https://sumsel.bps.go.id/
-
31
Setiap komponen IPM menghitung indeks masing-masing di
standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan
untuk menghitung IPM.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a. Dimensi Kesehatan
I Kesehatan = 𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
b. Dimensi Pendidikan
I HLS = 𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
I HLS = 𝑅𝑆𝐿−𝑅𝑆𝐿𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑆𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝑆𝐿𝑚𝑖𝑛
I pendidikan = 𝐼𝐻𝐿𝑆+𝐼𝑅𝑆𝐼
2
c. Dimensi Pengeluaran
I pengeluaran= 𝐼𝑛(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)−(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)
𝐼𝑛(𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠)−𝐼𝑛 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,
indeks pendidikan dan indeks pengeluaran.
IPM = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑥𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛𝑥𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛3
Manfaat indeks pembangunan manusia menjadi salah satu indikator
yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan. Manfaat penting
IPM salah satunya dimana IPM merupakan indikator penting dalam
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
-
32
dan sebagian data dalam ukuran kinerja pemerintah dan salah satu alokator
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).37
4. Jumlah Penduduk
Menurut Maltus, pada saat jumlah penduduk telah berlipat-lipat kali
30 sampai dengan 40 pertahun lebih besar menurut deret ukur, pada saat
yang sama di karenakan hasil yang menurun dari hasil faktor produksi
tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Maka bumi
yang akan pada akhirnya menjadi terasa sempit dan seolah tinggal
separuhnya saja, dan pada akhirnya akan mengurangi dari sandang, papan,
dan pangan maupun alat-alat pemuas kebutuhan yang lainnya. Sehingga
jatuh dibawah tingkat yang di butuhkan oleh kehidupan manusia. Jumlah
penduduk yang selalu bertambah sehingga akan berkurangnya alat-alat
pemuas kebutuhan akan berkurang, sehingga akan menyebabkan
kemiskinan.38 Faktor faktor Demografi yang memengaruhi perumbuhan
penduduk yaitu kelahiran,kematian dan migrasi.Menurut Maier di kalangan
para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan
pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan
tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga alasan
mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat
pembangunan.
37 Badan Pusat Statistk (BPS),diakses http//bps.co.id, pada 15 Januari 2020 pukul 19.58 38 Suherman Rosyidi, “Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Teori Ekonomi Mikro dan
Makro, (Jakarta; Raja Grafindo Jakarta,2006), hlm. 86
-
33
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat
konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya
perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang
gilirannya membuat investasi dalam “kualitas manusia” semakin sulit.
2. Banyak negara dimana penduduknya masih sangat tergantung dengan
sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan
antara sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena
pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari
sektor pertanian yang rendah produktifitasnya ke sektor pertanian
modern dan pekerjaan modern lainnya.
3. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan
perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi
dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama
pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya kota-kota di NSB
membawa masalah-masalah baru dalam menata maupun
mempertahankan tingkat kesejahteraan warga kota.39
a. Kependudukan Dalam Pandangan Islam
Dalam perspektif kependudukan, manusia dalam posisinya sebagai
khalifah harus mampu mengatur bumi agar menjadi tempat yang tetap layak
huni bagi seluruh isinya. Manusia juga dituntut untuk menatanya, menjaga
keseimbangan antara manusia dengan alam, kebutuhan hidupnya dengan
39 Ibid, hlm 26
-
34
sumber daya alam yang tersedia. Ibnu Khaldun mengkaitkan antara jumlah
penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, setiap kali jumlah
penduduk meningkat maka berdampak pula pada meningkatnya jumlah
produksi dan apabila masyarakat tidak mampu untuk memenuhinya maka
akan berdampak pada kemiskinan40.
Dalam pandangan Islam memiliki banyak anak yang shaleh dan
soleha sangat dianjurkan, tetapi dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda
“ Sedikitnya keluarga adalah salah satu dari dua kemudahan, sedangkan
banyaknya keluarga adalah salah satu dari dua kefakiran” (H.R Al Qudha’i
dalam Musnad Al-Syahab)
Jumlah penduduk yang tinggi tanpa adanya dana (maal) maka menjadi
malapetaka.
Kuantitas atau jumlah penduduk dapat menjadi potensi maupun beban
bagi suatu negara, akan menjadi potensi apabila jumlah penduduk seimbang
dengan sumber daya yang lain serta mempunyai kualitas hidup yang baik.
Sebaliknya, menjadi beban apabila jumlah penduduk melampaui kapasitas
wilayah negara tersebut. Kualitas hidup manusia dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya adalah kepadatan penduduk, ketersediaan fasilitas-fasilitas
yang disediakan oleh negara untuk kesejahteraan masyarakat, pola hidup
40 Eka Susiatun, Skripsi: “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung Dalam Perspektif Ekonomi Islam Tahun 2007-2016”,
(Lampung: UIN Raden Intan, 2018), hlm 22.
-
35
yang dianut oleh masyarakat, norma yang berlaku di suatu daerah dan lain-
lain41.
Umat yang jumlahnya banyak namun tidak berkualitas, tidak akan
memberikan rasa bangga, namun sebaliknya, merendahkan dan
melemahkan. Apa yang kita rasakan saat ini adalah bukti, jumlah yang
banyak tidak berkontribusi pada pembangunan peradaban yang damai dan
sejahtera. Jika pemerintah menggalakkan berbagai program pengendalian
jumlah penduduk, maka pada saat yang sama pemerintah harus menyiapkan
sejumlah program untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Karena prinsip Islam bukan hanya menahan laju pertumbuhan penduduk
tetapi juga meningkatkan kualitas hidup42.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
1. Reggi Irfan
Pambudi,
Mohamm
ad Saleh,
Teguh
Hadi
Priyono(201
6)43
Pengaruh
pertumbuhan
ekonomi, upah
minimum
regional, dan
pengangguran
terhadap
kemiskinan di
provinsi jawa
-Menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi,
kemiskinan
Menggunak
an variabel
upah
minimum
regional,
dan
penganggur
an
-Tahun
Pertumbuhan
ekonomi
mempunyai
pengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan.
41Nur Rahmi Hamzah, Skripsi: “Pengaruh Faktor-Faktor Kependudukan Terhadap
Pembangunan Ekonomi Di Kota Makassar”, (Makassar: UIN Alauddin, 2017), hlm 16. 42Eka Susiatun, Skripsi, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk..., hlm 22.
43 Reggi Irfan Pambudi, Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono, “Pengaru pertumbuhan
ekonomi, ipah minimum regional, dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi jawa
timur”, Vol. 14(1), 2016, hlm. 4
-
36
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
timur Penelitian
-Ruang
lingkup
penelitian
di Jawa
Timur
2. Novegya
Ratih
Primandari
(2018)44
Pengaruh
pertumbuhan
ekonomi,
-Menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi,
kemiskinan
-Tahun
Penelitian
- Ruang lingkup
penelitian
Sumatera
Selatan
Menggunak
an variabel
inflasi,
penganggur
an
Pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh
terhadap
tingkat
kemiskinan.
3. Umarddin
Usman,
Diramita
(2018)45
Pengaruh
Jumlah
Penduduk,
Pengangguran
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Kemiskinan di
Provinsi
Kepulauan Riau
-Menggunakan
variabel
Jumlah
Penduduk,
Pertumbuhan
Ekonomi,
Kemiskinan
-Tahun
Penelitian
Menggunak
an variabel
penganggur
an
-Ruang
lingkup
penelitian di
Provinsi
Kepulauan
Riau
-Secara parsial
dapat
disimpulkan
bahwa
Jumlah
Penduduk
berpengaruh
secara
signifikan
dan negatif
terhadap
Kemiskinan
di Provinsi
Kepulauan
Riau
-Secara parsial
44 Novegya Ratih Primandari,”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan”, Vol. 16(1) : 1-10, Juni 2018,
Hlm. 9 45 Umaruddin Usman, Diramita, “ Pengaruh Jumlah Penduduk, Pengangguran dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau”,Volume 01 Nomor 02
Agustus 2018, hlm. 52
-
37
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
dapat
disimpulkan
bahwa
Pertumbuha
n Ekonomi
berpengaruh
secara
signifikan
dan positif
terhadap
Kemiskinan
di Provinsi
Kepulauan
Riau.
4. Erwan,
Novie Al
Muhamariah
(2019)46
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi Dan
Distribusi
Pendapatan
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Kabupaten/Kota
Di Provinsi
Sumatera
Selatan
- Menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi,
kemiskinan
- Ruang lingkup
penelitian
Kabupaten/K
ota Di
Provinsi
Sumatera
Selatan
Menggunakan
variabel
distribusi
pendapatan
-Tahun
Penelitian
Secara parsial
menunjukan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan.
5. Ahmad
Syaifullah,
Nazaruddin
Malik
(2014)47
Pengaruh
Indeks
Pembangunan
Manusia dan
Produk
Domestik Bruto
Terhadap
Kemiskinan di
ASEAN-4
- Menggunakan
variabel indeks
pembangunan
manusia,
kemiskinan
Menggunakan
variabel
produk
domestik
bruto
-Tahun
Penelitiaan
-Ruang
lingkup
penelitian
di ASEAN-
4
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
memiliki
pengaruh yang
negatif dan
tidak signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan.
46 Erwan dan Novie Al Muhariah,“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi
Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan”, Vol.
12 No.1, April 2019, Hlm. 17 47 Ahmad Syaifullah, Nazaruddin Malik, “ Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan
Produk Domestik Bruto Terhadap Kemiskinan di ASEAN-4”,Vol 1 Jilid 1/2017 Hal. 107 – 119,
hlm. 117
-
38
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
6. Elda Wahyu
Azizah,
Sudarti, dan
Hendra
Kusuma
(2017)48
Pengaruh
Pendidikan,
Pendapatan
Perkapita dan
Jumlah
Penduduk
Terhadap
Kemiskinan di
Provinsi Jawa
Timur
- Menggunakan
variabel
jumlah
penduduk ,
kemiskinan
-Tahun
Penelitiaan
Menggunakan
variabel
Pendidikan,
Pendapatan
Perkapita
-Ruang
lingkup
penelitian di
Provinsi
Jawa Timur
Variabel
Jumlah
Penduduk
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kemiskinan.
7. Durrotul
Mahsunah
(2018)49
Pengaruh
Jumlah
Penduduk,
Pendidikan dan
Pengangguran
Terhadap
Kemiskinan di
Jawa Timur
- Menggunakan
variabel
jumlah
penduduk ,
kemiskinan
Menggunakan
Pendidikan,
penganggur
an
-Ruang
lingkup
penelitian
di Jawa
Timur
Jumlah
penduduk
tidak
berpengaruh
terhadap
kemiskinan.
8. Ari Kristin
Prasetyoning
rum (2015)50
Analisis
Pengaruh
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM),
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Pengagguran
Terhadap
Kemiskinan di
Indonesia
- Menggunakan
variabel
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM),
Pertumbuhan
Ekonomi
-Tahun
Penelitian
Menggunakan
variabel
Pengaggura
n
-Ruang
lingkup
penelitiaan
di Indonesia
-IPM
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap
tingkat
kemiskinan
- Pertumbuhan
ekonomi tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
penurunan
tingkat
kemiskinan.
48 Elda Wahyu Azizah, Sudarti, dan Hendra Kusuma “ Pengaruh Pendidikan,
Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur”,
Vol 2 Jilid 1/Tahun 2018, hlm. 179 49 Durrotul Mahsunah, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur”, hlm. 14 50Ari Kristin Prasetyoningrum, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengagguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia”, Volume 6,
Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm.236
-
39
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
9. Novri
Silastri
(2017)51
Pengaruh
Jumlah
Penduduk,
Pendapatan
Domestik
Regional Bruto
(PDRB)
Terhadap
Kemiskinan di
Kabupaten
Kuantan
Singingi
-Menggunaka
variabel Jumlah
Penduduk,
Pendapatan
Domestik
Reegional
Bruto,
Kemiskinan
-Ruang
lingkup
penelitiaan
di
Kabupaten
Kuantan
Singingi
-Tahun
penelitian
-Jumlah
penduduk
berpengaruh
negatif dan
singnifikan
terhadap
kemiskinan
- Pendapatan
Domestik
Regional
Bruto
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan.
10. Saharuddin
Didu, Ferri
Fauzi
(2018)52
Pengaruh
Jumlah
Penduduk,
Pendidikan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Kemiskinan di
Kabupaten
Lebak
-Menggunakan
variabel
Jumlah
Penduduk,
pertumbuhan
ekonomi,
kemiskinan
Menggunakan
variabel
pendidikan
-Tahun
Penelitian
-Ruang
lingkup
penelitian di
Kabupaten
Lebak
-Variabel
jumlah
penduduk
(JP)
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan
di
Kabupaten
Lebak
-Variabel
pertumbuha
n ekonomi
(PE)
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan
di
51Novri Silastri, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Kuantan Singingi”, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017,
hlm. 115 52Saharuddin Didu, Ferri Fauzi, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”, Vol. 6, No. 1, Apr 2016,
hlm. 115
-
40
No Nama
Judul
Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil
Kabupaten
Lebak.
C. Kerangka Pemikiran
Dalam mewujudkan pembangunan nasional, pemerintah dituntut untuk aktif
dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin. Upaya yang diharapkan tidak
hanya sekedar memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
miskin, akan tetapi juga upaya untuk memerangi kemiskinan dari akar
masalahnya. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan
manusia, dan jumlah penduduk dijadikan variabel-variabel bebas yang secara
parsial diduga mempengaruhi jumlah penduduk miskin Sumatera Selatan. Skema
hubungan antara kemiskinan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi dapat
digambarkan sebagai berikut.
-
41
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini, 2020
D. Perumusan Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil untuk
menjelaskan permasalahan yang di ajukan dalam penelitian yang sebenarnya
harus diuji secara empiris.53 Hipotesis yang dimaksut merupakan ramalan atau
jawaban sementara yang mungkin masih bisa berubah-ubah kebenaranya bisa
salah dan bisa benar. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis
dan berdasarkan studi empiris, yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian
terdahulu, maka akan diajukan hipotesis dari landasan teoritis dan penelitian
terdahulu sebagai berikut:
53 Sumandi Suryabrata, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 21
Pertumbuhan Ekonomi
(X1)
X
()
Kemiskinan
(Y)
IPM
(X2)
Jumlah Penduduk
(X3)
x
-
42
1). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan Ekonomi berarti perkembangan fisikal produki barang
dan jasa dan pertambahan produksi barang modal. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang
dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit mencatat jumlah
unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu, oleh karena
itu angka yang digunakan untuk menaksir output adalah nilai moneternya
(uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto.54
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Reggi Irfan Pambudi
Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono dalam jurnalnya: Pengaruh
pertumbuhan ekonomi, upah minimum regional, dan pengangguran
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan
metode analisis regresi linier berganda pada tahun 2008-2013
menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan. 55Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori ekonomi yang dikemukakan oleh kuznet yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat
kemiskinan, hubungan ini menunjukan pentingnya mempercepat
54 Novegya Ratih Primandari,”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan”, Vol. 16(1) : 1-10, Juni 2018,
Hal. 2 55 Reggi Irfan Pambudi, Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono, “Pengaru pertumbuhan
ekonomi, ipah minimum regional, dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi jawa
timur”, Vol. 14(1), 2016, hlm. 3
-
43
pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.56 Dapat
dirarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Pertumbuhan ekonomi diduga berpengaruh dan signifikan terhadap
kemiskinan di provinsi Sumatera Selatan 2016-2018
2). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan
IPM merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data
yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan
hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang kesehatan, angka melek
huruf dan rata-rata lamanya bersekolah yang mengukur keberhasilan
dalam bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mengukur
keberhasilan dalam bidang pembangunan hidup yang layak.
Kualitas sumber daya manusia dapat menjadi faktor penyebab utama
terjadinya kemiskinan.Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Mudrajad bahwa IPM
bermanfaat untuk membandingkan kinerja pembangunan manusia baik
antar negara maupu antar daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu
wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu
56Todaro, Michael P. 1997. “Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Ke Enam”.
Alih Bahasa: Drs. Haris Munandar, M.A.Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Hlm.93
-
44
pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.57
Dengan masyarakat yang sehat dan berpendidikan yang baik,
peningkatan produktifitas masyarakat akan meningkatkan pula
pengeluaran untuk konsumsinya, ketika pengeluaran untuk konsumsi
meningkat, maka tingkat kemiskinan akan menaik. Disisi lain, rendahnya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berakibat pada rendahnya
produktivitas kerja dari penduduk. Rendahnya produktivitas berakibat
pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya
pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.58
oleh Ari Kristin Prasetoningrum, U. Sulia Sukmawari, dalam
jurnalnya Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di
Indonesia” menyimpulkan bahwa indeks pembangunan
manusianberpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kemiskinan59.Dapat dirarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2: IPM diduga berpengaruh dan signifikan terhadap kemiskinan di
provinsi Sumatera Selatan 2016-2018
57 Mudjarat Kuncoro, “Ekonomika Pembangunan,Teori Masalah dan Kebijakan”,
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2006), hlm. 67 58 Rapindah Azmi, “PENGARUH JUMLAH PENGANGGURAN, INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI
KABUPATEN LABUHANBATU”, (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019), hlm.
42 59Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 232
-
45
3). Pengaruh jumlah penduduk terhadap kemiskinan
Jumlah penduduk yang terlalu banyak hingga menyebabkan
kepadatan penduduk akan menyebabkan penghambat pembangunan
ekonomi di negara atau di daerah. Pendapatan perkapita yang rendah dan
tingkat pembentukan modal yang rendah semakin sulit bagi negara atau
daerah untuk berkembang dalam menopang ledakan jumlah penduduk.
Sekaligus output meningkat sebagai hasil teknologi yang lebih baik dan
pembentukan modal. Peningkatan ini akan ditelan oleh jumlah penduduk
yang terlalu banyak. Tidak ada perbaikan-perbaikan kemiskinan yang
nyata dalam kemiskinan.
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah
merupakan permasalahan mendasar, Karena pertumbuhan penduduk
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka
kemiskinan.
Menurut Nelson dan Leibstein (dikutip dari Sadono Sukirno, 1983)
terdapat pengaruh langsung antara pertambahan penduduk terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat. Nelson dan Leibstein menunjukan
bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat di negara berkembang
menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami
perbaikan yang berarti dan dalam jangka panjang akan mengalami
penurunan kesejahteraan serta meningkatkan jumlah penduduk miskin.
-
46
Hal ini didukung oleh Saharuddin Didu, Ferri Fauzi dalam
junrnalnya Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak, menemukan
peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan
kemiskinan, hal ini berarti semakin meningkat jumlah penduduk maka
semakin banyak jumlah penduduk miskin.60
H3: Pertumbuhan penduduk diduga berpengaruh dan signifikan terhadap
kemiskinan di provinsi Sumatera Selatan 2016-2018
60Saharuddin Didu, Ferri Fauzi, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”, Vol. 6, No. 1, Apr 2016,
hlm. 115