bab ii landasan teori a. kajian teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/bab ii.pdf ·...

45
11 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan konseptualisasi yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Konseptualisasi sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini secara rinci dijelaskan pada uraian di bawah ini. A. Kajian Teori Kajian pustaka menyajikan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti (Suyitno 2013: 80). Sedang teori merupakan keterpaduan dari definisi, asumsi, dan proporsisi umum dalam bidang ilmu tertentu, teori juga merupakan serangkaian hipotesis yang sudah teruji (Sukmadinata 2013: 38). Fungsi teori untuk mempertajam wawasan sekaligus sebagai pisau bedah dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang diteliti. Teori sebagai seperangkat proporsi berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (Snelbecker dalam Moleong 2010: 57). Jadi kajian teori merupakan kumpulan teori- teori yang mendukung proses penelitian dan berfungsi sebagai acuan pendukung penelitian. Semua itu akan dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian berikut ini agar dapat ditelaah secara mendalam. 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Pembelajaran mempunyai beberapa kategori yang harus diketahui oleh peneliti. Beberapa teori dan kategori pembelajaran secara dijelaskan pada uraian di bawah ini. a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran merupakan padanan alternatif untuk learner dan learning. Dilihat dari sisi siswa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks, sebagai kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, agat menjadi lebih baik (Murdiono 2012: 20-21). Dari sisi pendidik pembelajaran merupakan upaya untuk melaksanakan proses belajar pada diri peserta didik (Sutikno 2014: 12). Jika dari segi keduanya baik siswa maupun pendidik pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh

Upload: danghanh

Post on 14-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan konseptualisasi yang dijadikan acuan dalam

melakukan penelitian. Konseptualisasi sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini

secara rinci dijelaskan pada uraian di bawah ini.

A. Kajian Teori

Kajian pustaka menyajikan teori-teori yang relevan dengan masalah yang

diteliti (Suyitno 2013: 80). Sedang teori merupakan keterpaduan dari definisi,

asumsi, dan proporsisi umum dalam bidang ilmu tertentu, teori juga merupakan

serangkaian hipotesis yang sudah teruji (Sukmadinata 2013: 38). Fungsi teori untuk

mempertajam wawasan sekaligus sebagai pisau bedah dalam mengerjakan dan

menyelesaikan masalah yang diteliti. Teori sebagai seperangkat proporsi berfungsi

sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati

(Snelbecker dalam Moleong 2010: 57). Jadi kajian teori merupakan kumpulan teori-

teori yang mendukung proses penelitian dan berfungsi sebagai acuan pendukung

penelitian. Semua itu akan dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian

berikut ini agar dapat ditelaah secara mendalam.

1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan

peserta didik. Pembelajaran mempunyai beberapa kategori yang harus diketahui oleh

peneliti. Beberapa teori dan kategori pembelajaran secara dijelaskan pada uraian di

bawah ini.

a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran merupakan padanan alternatif

untuk learner dan learning. Dilihat dari sisi siswa pembelajaran merupakan suatu

proses yang kompleks, sebagai kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik, agat menjadi lebih baik (Murdiono 2012: 20-21). Dari sisi

pendidik pembelajaran merupakan upaya untuk melaksanakan proses belajar pada

diri peserta didik (Sutikno 2014: 12). Jika dari segi keduanya baik siswa maupun

pendidik pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

12

pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan

belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Husanah dan

Setyaningrum 2014: 186). Maksudnya pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan (Trianto 2009: 17). Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam

hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Lampiran Permendikbud No. 81A

Tahun 2013). Jadi pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan oleh guru

dan siswa dalam proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi diri

siswa yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pemahaman mengenai pengertian di atas penting bagi peneliti terkait dengan

tema penelitian ini mengenai implementasi Problem Based learning dalam

pembelajaran PPKn. Dengan pengertian tersebut dapat menjadi pijakan untuk

mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Syarat-syarat Pembelajaran. Kegiatan dapat dikatakan sebagai

pembelajaran apabila memenuhi syarat-syarat sengaja dan terencana, dilakukan guru,

terjadi interaksi educational, menggunakan metode pembelajaran, memiliki tujuan,

ada verifikasi proses, dan disesuaikan dengan perkembangan siswa (Jumali dkk

2008: 30). Secara lebih tegas persyaratan pembelajaran meliputi alokasi waktu, buku

teks pelajaran dan pengelolaan kelas (Dadang 2013). Persyaratan pembelajaran yang

senada yaitu adanya alokasi waktu jam tatap muka pelajaran, buku teks pelajaran,

dan pengelolaan kelas (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya

meliputi terdapat rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran

dan pengelolaan kelas (Penjelasan Permendiknas No. 41 tahun 2007). Jadi dapat

disimpulkan syarat-syarat pembelajaran yaitu sengaja dan terencana, terdapat

alokasi waktu, rombongan belajar, adanya buku pelajaran dan pengelolaan kelas.

Berikut penjelasan singkat mengenai syarat-syarat pembelajaran yaitu:

1) Sengaja dan terencana dimaksudkan agar pembelajaran tersebut sejak awal

kegiatannya sudah direncanakan dan terjadwal serta melakukan berbagai kesiapan

ke arah terjadinya pembelajaran.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

13

2) Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses pembelajaran setiap sesinya.

Ketentuan yang berlaku untuk SD/MI 35 menit, SMP/MTs 40 menit,

SMA/MA/SMK/SMAK 45 menit.

3) Rombongan belajar merupakan jumlah peserta didik dalam satu kelas. Ketentuan

rombongan belajar SD/MI berjumlah 28 peserta didik, SMP/MTs berjumlah 32

peserta didik, dan SMA/MA/SMK/SMAK berjumlah 32 peserta didik.

4) Buku pelajaran adalah sumber pokok pembelajaran yang digunakan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang disesuaikan dengan peserta didik.

Buku tek pelajaran selain menggunakan buku materi pokok terdapat bahan ajar

tambahan

5) Pengelolaan kelas merupakan proses terjadinya proses interaksi guru dan siswa.

Pengelolaan kelas ini fokus pengaturnya terdapat pada guru.

Pemahaman mengenai syarat-syarat pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah

memenuhi persyaratan pembelajaran tersebut.

c. Perangkat Pembelajaran. Perangkat yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran (Trianto 2010: 96), merupakan sekumpulan media atau sarana yang

digunakan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran di kelas (Dewi 2013:

11). Dengan maksud agar pembelajaran yang didahulukan oleh guru yang

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif (Devi dkk dalam Enggar 2013). Perangkat pembelajaran yang

diperlukaan dalam proses pembelajaran dapat berupa buku siswa, silabus, RPP, LKS,

instrumen evaluasi atau tes hasil belajar, dan media pembelajaran (Ibrahim dalam

Trianto 2010: 96). Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan

sekumpulan komponen yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran.

perangkat pembelajaran tersebut berupa silabus, RPP, LKS, buku guru dan siswa,

media pembelajaran dan tes hasil belajar. Berikut uaraian singkat mengenai

perangkat pembelajaran tersebut adalah:

1) Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata

pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

14

dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus.

3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

4) Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran

yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep,

kegiatan belajar, informasi, dan contoh-contoh penerapannya pada kehidupan

sehari-hari.

5) Media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan (the carriers of masseges)

dari beberapa penerima pesan (the receiver of the masseges) (Trianto 2010: 96-

114).

Pemahaman mengenai perangkat pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati dan memperoleh data yang mendukung dengan

pelaksanaan model Problem Based Learning yang menjadi fokus penelitian ini.

Apakah perangkat pembelajarannya sudah mencakup dan sesuai dengan perangkat

pembelajaran yang ditentukan atau lebih berkembang lagi.

d. Langkah-langkah Pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran memiliki

tiga tahapan atau fase, yaitu tahap pendahuluan (pra-instruksional), tahap penyajian

(instruksional), dan tahap penutupan (out-instruksional) (Kurniawan, 2011:35).

Langkah pembelajaran yang lebih khusus meliputi orientasi, eksplorasi, interpretasi,

dan rekreasi (Suryosubroto 2009: 127-129). Secara lebih umum meliputi kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup (Permendiknas No. 65 Tahun 2013). Langkah secara

lebih rinci meliputi menentukan topik bahasan, memilih dan mengembangkan

aktivitas kelas, tanya jawab oleh guru dan siswa, serta melakukan penilaian (Piaget

dalam Dimyati dan Murdiono 2009: 14-15). Namun jika ditelaah langkah-langkah di

atas secara garis besar meliputi tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Jadi langkah-

langkah pembelajaran terdiri tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup.

Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah pembelajaran yaitu:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

15

1) Kegiatan awal atau pendahuluan. Kegiatan ini di dalamnya terdapat orientasi

mengenai penjelasan singkat materi, tujuan pembelajaran, dan lain-lain.

2) Kegiatan inti. Kegiatan ini di dalamnya terdapat eksplorasi dan elaborasi

pembelajaran yang dapat dipadukan dengan berbagai strategi dan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru.

3) Kegiatan penutup. Kegiatan ini di dalamnya terdapat refleksi, penguatan, dan

penilaian (Permendiknas No. 65 Tahun 2013).

Pemahaman mengenai langkah-langkah pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah langkah pelaksanaan

pembelajarannya sudah sesuai dengan langkah pembelajaran tersebut.

e. Perkembangan Pembelajaran. Dahulu proses pembelajaran diartikan

sebagai pengajaran yang berfokus pada seorang guru sebagai sumber belajar, namun

perkembangannya sekarang menjadi pembelajaran dengan proses yang menuntut

partisipasi peserta didik secara aktif (Muhibbin dan Setyadi 2011: 19). Hal ini

dibuktikan dengan adanya pola pembelajaran telah mengubah pembelajaran teacher-

centered berganti menjadi child-centered yang mana guru tidak lagi sebagai satu-

satunya informasi melainkan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola

pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran (Husanah dan Setyaningrum

2014: 186). Artinya pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif

siswa, yang kemudian dikenal dengan pembelajaran Paikem (Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Paikem membantu

peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, kritis, dan kreatif

(Sutikno 2013: 147). Prinsip dasar Paikem harus dilaksanakan dalam proses

pembelajaran adalah:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreatifitas

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat 1).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan

pembelajaran berawal dari sistem pembelajaran (pengajaran) yang berfokus pada

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

16

seorang guru sebagai sumber belajar, namun pembelajaran berkembang menjadi

pembelajaran Paikem yang mengarahkan pada partisipasi aktif siswa. Pada

perkembangan pembelajaran tidak hanya peran guru namun peran aktif dari peserta

didik dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pemahaman mengenai perkembangan pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran yang ditinjau dari

perkembangannya dengan model Problem Based Learning, yang menjadi fokus

penelitian ini. Apakah perkembangan pembelajaran tersebut pelaksanaannya sudah

diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yang akan diteliti.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara dalam pelaksanaan belajar

mengajar. Berikut uraian mengenai komponen yang berhubungan dengan metode

pembelajaran.

a. Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dibedakkan menjadi

dua yaitu pendekatan berpusat pada siswa dan pendekatan berpusat pada guru

(Mulyatiningsih 2012: 228). Pendapat yang sama menyebutkan bahwa pendekatan

pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru

(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-

centered approaches) (Killen dalam Hamruni 2011: 6). Jadi pendekatan

pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu berpusat pada guru dan berpusat pada siswa.

Pendekatan yang berpusat pada guru merupakan pendekatan yang menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau

pebelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan berpusat pada siswa menurunkan

strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif

(Hamruni 2011: 6-7).

Pendekatan dan strategi pembelajaran mempunyai makna yang sama yaitu

untuk menjelaskan bagaimana proses seorang guru mengajar dan peserta didik

belajar dalam mencapai tujuan (Mulyatiningsih 2012: 228). Selain pendekatan

pembelajaran hampir sama konsepnya dengan strategi pembelajaran, pendapat lain

mengenai pendekatan pembelajaran yaitu:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

17

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya

mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran

dengan cakupan teoritis tertentu (Komalasari 2013: 54).

Atau sebagai pangkal dan titik tekan yang mendapat perhatian utama dalam

penyelenggaraan pembelajaran (Kurniawan 2011: 34).

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

pembelajaran merupakan sebuah acuan umum dalam proses pembelajaran dalam

mencapai tujuan pembelajaran. pendekatan pembelajaran di dalamnya

melatarbelakangi model, strategi dan metode pembelajaran.

Pemahaman mengenai pendekatan pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah pendekatan pembelajarannya

sudah menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut dengan baik dan benar.

b. Model Pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu (Udin dalam

Mulyatiningsih 2012: 228). Atau perangkat rencana atau pola yang dapat

dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing

aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan

aktvitas-aktivitas pembelajaran (Aunurohman 2012: 146). Maksudnya suatu

perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar

secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan

material atau perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 52). Jadi dapat disimpulkan

model pembelajaran merupakan suatu rencana dalam proses pembelajaran dengan

tujuan untuk mengorganisasikan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Model

pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai.

Model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya dapat dibagi menjadi empat

kelompok yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan sistem perilaku (Joice

dan Well dalam Mulyatiningsih 2012: 230-231). Pendapat lain mengenai model

pebelajaran yang dibedakan menjadi lima model pembelajaran yaitu the exploratory

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

18

model, the group process model, the developmental model, the programmed model,

dan the fundamental model (Stalling dalam Aunurrohman 2011: 147-148). Model

pembelajaran lain yaitu the classical model, the technological model, the

personalised model, dan the interaction model (John dalam Aunurrohman 2011:

147). Jadi pengelompokkan model pembelajaran dilihat dari pelaksanaannya

dibedakan menjadi empat yaitu pengolahan informasi, personal, sosial, dan perilaku.

Berikut penjelasan singkat mengenai keempat model pembelajaran adalah:

1) Model pengolahan informasi (the information processing model). Model ini

bertujuan untuk memahami dunia dengan cara menggali, mengorganisasaikan

data, merasakan ada masalah, mengupayakan cara untuk mengatasinya dan

mengungkapkan hasil belajarnya secara lisan dan tertulis. Contohnya problem

based learning, inkuiri, discovery, memorization, concept attainment dan lain-

lain.

2) Model personal (personal model). Model personal merupakan model yang

membangkitkan siswa agar dapat belajar secara mandiri, memiliki kesadaran

terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Contohnya metode pengajaran tanpa

arahan (non directive learning), latihan kesadaran (awareness training), dan lain-

lain.

3) Model sosial (social model). Model pembelajaran ini mengacu pada model

pembelajaran kelompok yang melibatkan kerjasama antar personal. Contohnya

metode investigasi kelompok (group investigation), bermain peran (role playing),

peer teaching, diskusi, dan lain-lain.

4) Model sistem pelaku (behaviour system). Model pembelajaran ini dikenal sebagai

model modifikasi perilaku dalam hubungannya dengan respon terhadap tugas-

tugas yang diberikan. Contohnya belajar tuntas (mastery learning), CBT

(competence based learning), pembelajaran langsung (direct instruction), model

kontrol diri, dan lain-lain (Mulyatiningsih 2012 : 230-231).

Berdasarkan strategi pembelajaran yang inovatif, model pembelajaran dapat

dibedakan menjadi tujuh yaitu model pembelajaran partisipasif atau interaktif non

kooperatif, kooperatif, kontekstual, berbasis masalah, kuantum, terpadu, dan berbasis

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

19

portofolio (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28). Berikut uraian singkat mengenai

ketujuh model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Model pembelajaran partisipatif atau interaktif non kooperatif adalah model

pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa.

2) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada

pemberdayaan kelompok kecil yang membentuk kerja sama guna memaksimalkan

kondisi belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara optimal (Isjoni

dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 33).

3) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahhuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4) Model pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang

bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar

berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh

pengetahuan.

5) Model pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang

ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

6) Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik.

7) Model pembelajaran berbasis portofolio adalah suatu inovasi pembelajaran yang

dirancang untuk membant peserta didik memahami teori secara mendalam melalui

pengalaman belajar praktik-empirik (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28-71).

Pemahaman mengenai model pembelajaran di atas penting dipahami sebagai

acuan dalam menelaah tentang salah satu model pembelajaran yaitu Problem Based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah

sesuai dengan dasar teori model pembelajaran tersebut.

c. Strategi Pembelajaran. Ada dua hal yang ada dalam strategi pembelajaran

diantaranya:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

20

Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian

kegiatan) termasuk penggunaan merode dan pemanfaatan berbagai sumber

daya dala pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran merupakan penyusunan

langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber

belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Hamruni 2011:

3).

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan proses belajar kelanjutan dari sekuen

(penentan urutan penyampaian) bahan ajar (Muchroji 2011: 52). Maksudnya strategi

pembelajaran merupakan sebuah metode untuk menyampaikan pelajaran yang dapat

membantu peserta didik mencapai tujuan (Burden dalam Mulyatiningsih 2012: 228).

Selain itu strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran

yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya 2010: 126). Jadi dapat disimpulkan bahwa

pengertian strategi pembelajaran adalah sebuah cara untuk menyampaikan pelajaran

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran dapat diklasifikasi berdasarkan model pembelajaran non

kooperatif dan kooperatif. Strategi pembelajaran berdasarkan model pembelajaran

non kooperatif meliputi Everyone is a Teacher Here, Question Student Have,

Reading Guide, Information Search, Learning Strats with a Question, Answer

Gallery, dan Planted Question. Sedangkan strategi pembelajaran berdasarkan model

pembelajaran kooperatif meliputi strategi Information Search, The Power of Two,

Snow Balling, True or False, benar salah berantai, Team Quiz, Jigsaw Learning,

Active Debate, Point-Counterpoint, Group to Group Exchange (Small Group

Discussion), Cardsort, Make a Math, Index Card Match, Synergetic Teaching,

Carrousel, Poster Session, Student Team Achiemen Division (STAD), Physical Self

Assesment, Group Investigation, dan Role Playing (Muhibbin dan Setyadi 2011: 28-

48).

Pemahaman mengenai teori strategi pembelajaran di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam menelaah strategi pembelajaran dengan model Problem based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah proses pelaksanaannya sudah

sesuai dengan dasar teori strategi pembelajaran tersebut.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

21

d. Metode Pembelajaran. Dalam sebuah model atau strategi pembelajaran

dapat diterapkan lebih dari satu metode pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229).

Metode pembalajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah,

diskusi, penugasan, dan kerja kelompok (Sutikno 2013: 40-49). Metode

pembelajaran yang sesuai untuk penerapan model pembelajaran kognitif,

konvensional, individu, dan kooperatif adalah investigasi, inkuiri, discovery learning,

pembelajaran berbasis masalah, metode pemecahan masalah, problem posing, dan

mind mapping (Mulyatiningsih 2012: 233-238). Dalam perkembangan kurikulum

2013 menggunakan metode pembelajaran yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi

pencapaian kompetensi yang telah dirancang agar setiap individu menjadi mandiri.

Kurikulum 2013 menggunakan dua metode pembelajaran yaitu pembelajaran

langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung proses yang didalamnya peserta

didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir, dan keterampilan

psikomotor melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam

silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran

tidak langsung merupakan proses pendidikan yang terjadi selama proses

pembelajaran langsung namun dirancang dalam kegiatan khusus (Lampiran

Permendikbud No. 81A Tahun 2013). Metode pembelajaran adalah cara-cara

menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar

pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan (Sutikno 2014: 34).

Metode pembelajaran merupakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta

didik untuk tercapainya tujuan yang telah diterapkan (Hamruni 2011: 7). Maksudnya

metode pembelajaran dapat diartkan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau

praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 229).

Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Cara dalam sebuah

metode pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien.

Pemahaman mengenai metode pembelajaran di atas penting dipahami sebagai

acuan dalam mengamati proses pembelajaran dengan model Problem Based

Learning yang menjadi fokus penelitian ini. Dengan metode pembelajaran tersebut

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

22

dapat mengamati proses pembelajaran di kelas apakah sudah sesuai dengan

kurikulum 2013 yang telah ditetapkan.

3. Metode Pembelajaran Problem Based Learning

Metode pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu metode

pembelajaran yang disarankan untuk dilaksanakan dalam Kurikulum 2013. Uraian

mengenai metode pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut.

a. Pengertian Problem Based Learning. Pembelajaran berbasis masalah

merupakan pembelajaran yang penyampaian materinya melalui menyajikan suatu

permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan

membuka dialog (Mulyatinngsih 2012: 236). Permasalahan yang diajukan berdasar

masalah-masalah yang dihadapi siswa, terkait dengan kompetensi dasar yang

dipelajari siswa (Kosasih 2014: 88). Pembelajaran ini merupakan penggunaan

berbagai macam kecerdasan, yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap

tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru

dengan kompleksitas yang ada (Tan dalam Rusman 2012: 232). Jadi Problem Based

Learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan permasalahan yang terkait

dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari. Permasalahan yang dibahas

berdasarkan kejadian nyata yang dihadapi oleh peserta didik.

Pemahaman menegenai pengertian Problem Based Learning di atas sangat

penting dipahami sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. Hal ini karena fokus

penelitian ini adalah model Problem Based Learning, maka konsep mengenai hal

tersebut diperlukan sebagai pijakan awal dalam penelitian.

b. Tujuan Problem Based Learning. Tujuan pembelajaran berbasis masalah

adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan

pemecahan masalah. Maksudnya pembelajaran tersedut berhubungan dengan belajar

tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif

dan belajar kelompok, dan kererampilan berfikir reflektif dan evaluatif (Rusman

2012: 238). Secara lebih prosedural tujuan pembelajaran berbasis masalah untuk

meningkatkan keterampilan intelektual dan investigatif, memahami peran orang

dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri (Sugiyanto 2010:

156). Tujuan lainnya untuk mengajarkan siswa untuk memiliki kemampuan berfikir

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

23

kritis, analisis, sistemetis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah

melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah

(Sanjaya 2011: 216). Selain itu tujuan lainnya dari PBL untuk mengembangkan

kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun

pengetahuan sendiri serta mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan

sosial peserta didik (Hosnan 2014: 299). Jadi tujuan Problem Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan kreatif dalam memcahkan

sebuah masalah dan membangun kemandirian dalam belajar serta meingatkan

keterampilan intelektual dalam pemecahan masalah.

Pemahaman mengenai tujuan Problem Based Learning di atas penting

dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran

tersebut yang menjadi fokus penelitian ini. Apakah dalam pelaksanaannya sudah

bermuara pada tujuan Problem Based Learning tersebut.

c. Karakteristik Problem Based Learning. Karakteristik pembelajaran berbasis

masalah mencakup pemahaman siswa, adanya permasalahan, pengembangan

keterampilan inkuiri, belajar yang kolaboratif, dan keterlibatan siswa dalam proses

belajar (Rusman 2012: 232). Secara lebih praktis karakteristik Problem Based

Learning meliputi rangkaian aktivitas pembelajaran, pemecahan masalah, dan

pendekatan ilmiah (Hamruni 2012: 107-108). Karakteristik lainnya adalah pengajuan

masalah, pemecahan masaalah, hasil pemecahan masalah, dan keterkaitan masalah

dengan disiplin ilmu (Hosnan 2014: 300). Jadi karakteristik Problem Based Learning

meliputi pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, penyelesaian masalah,

perumusan penyelesaian masalah, dan hasil penyelesaian.

Penjelasan dari masing-masing karakteristik Problem Based Learning tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah. Pembelajaran tersebut terdapat

sebuah masalah sebagai acuan berlangsungnya pembelajaran.

2) Penyelesaian masalah dilakukan dengan penyelidikan autentik dan multipersepsi.

Hal ini dimaksudkan Problem Based Learning tidak hanya pada satu sudut

andang saja dalam memecahkan masalah.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

24

3) Perumusan penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan kelompok belajar. Hal

ini dimaksudkan pembelajaran tersebut memerlukan belajara yang bersifat

kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.

4) Hasil penyelesaian masalah dibentuk dalam sebuah laporan. Pelaporan tersebut

bersifat hasil atau karya yang akan dipresentasikan dalam akhir pembelajaran.

Pemahaman mengenai karakteristik Problem Based Learning di atas penting

untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan metode pembelajaran

tersebut yang manjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai dasar analisis mengenai

seluk beluk dari proses pembelajaran tersebut jika dilaksanakan dalam proses

pembelajaran. Apakah sudah memenuhi cakupan karakteristik pembelajaran tersebut.

d. Perangkat Problem Based Learning. Perangkat yang dipergunakan dalam

proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran (Trianto 2010: 96).

Atau sejumlah alat, bahan, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran (Suhadi 2007). Maksudnya salah satu alat penunjang

keberhasilan pembelajaran (Dewi 2013: 1). Jadi perangkat pembelajaran dalam

Problem Based Learning adalah sebuah alat untuk mnunjang keberhasilan dalam

proses pembelajaran. Dari penjelasan teori-teori di atas dapat diuraikan perangkat

pembelajaran Problem Based Learning meliputi tema permasalahan, RPP, Lembar

Kerja Siswa berupa hasil diskusi pemecahan masalah, buku pegangan siswa dan

media pembelajaran. Berikut uraian singkat mengenai perangkat Problem Based

Learning adalah:

1) Tema permasalahan. Permasalahan yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran

yaitu permasalahan yang aktual dan faktual, dipahami oleh peserta didik, dan

sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pelaksanaan Problem Based

Learning terdapat sebuah masalah dalam proses pelambajaran.

2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yaitu rancangan yang menggambarkan

langkah atau prosedur proses pembelajaran. secara umum seorang guru mempuyai

RPP sebelum melaksanakan pembelajaran. RPP dalam Problem Based Learning

merupakan perangkat penting karena metode pembelajaran tersebut langkah dan

waktu yang prosedural.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

25

3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat sekumpulan kegiatan mendasar

yang harus dilakukan oleh siswa, karena Problem Based Learning mengakhiri

pemebelajaran dengan mempresentasikan hasil atau solusi pemecahan masalah,

maka LKS dapat dijadikan pedoman siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

tersebut.

4) Buku pegangan siswa yaitu perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan

siswa dalam pengumpulan data untuk memecahkan masalah dalam Problem

Based Learning.

5) Media pembelajaran merupakan sebuah perangkat yang menunjang jalannya

proses pembelajaran dapat berupa video, slide, gambar, film, dan objek di luar

kelas. Dalam Problem Based Learning media sangat penting dalam memberikan

pemahaman pada siswa, memberikan kontribusi pada aktivitas siswa, menarik

perhatian, dan menimalisirkan keadaan waktu yang terbatas.

Pemahaman mengenai perangkat Problem Based Learning di atas penting

untuk dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran

tersebut yang menjadi fokus penelitian. Selain itu sebagai analisis mengenai

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pelaksanaannya apakah sudah

memenuhi perangkat pembelajaran tersebut.

e. Langkah-langkah Problem Based Learning. Langkah-langkah pembelajaran

berbasis masalah mengutamakan pada pemecahan masalah diantaranya:

Pertama, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau

masalah untuk dipecahkan. Masalah yang dipecahkan adalah masalah yang

memiliki jawaban kompleks atau luas. Kedua, Guru menjelaskan prosedur

yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam

pemecahan masalah. Ketiga, Guru membantu siswa menyusun laporan hasil

pemecahan masalah yang sistematis. Keempat, Guru membantu siswa untuk

melakukan evaluasi dan refleksi proses-proses yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah (Mulyatiningsih 2012: 236).

Selain keempat langkah di atas, terdapat enam langkah dalam pelaksanaan Problem

Based Learning, diantaranya:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan

dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai

sudut pandang.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

26

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan

hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan (Hamdayana 2014: 221).

Jadi dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah Problem

Based Learning secara umum sebagai berikut:

1) Menjelaskan masalah.

2) Merumuskan masalah.

3) Memecahkan masalah.

4) Merumusan jawaban permasalahan.

5) Mempresentasikan jawaban dari permasalahan.

Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah dapat diuraikan dalam lima

fase yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan Problem Based Learning

sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning

Fase Aktivitas Guru

Fase 1:

Mengorientasikan

siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang

diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas

pemecaha masalah yang dipilih

Fase 2:

Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi

Fase 3:

Membimbing

peyelidikan individu

maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan

dan pemecahan

Fase 4:

Mengembangan dan

menyajikan hasil

karya

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Fase 5: Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan

Bersambung

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

27

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya

pemecahan masalah

Sumber: Ngalimun (2014: 96)

Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning

terdiri dari lima fase, diawali dari orientasi dan diakhiri dengan menganalisis

masalah. Kelima fase tersebut sejalan dengan pendekatan saintifik pada

pembelajaran dalam kurikulum 2013.

Berdasarkan sintaks Problem Based Learning di atas, terlihat sedikit perbedaan

pada langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah pada umumnya. Terlihat

perbedaannya adalah dalam langkah umum belum adanya pengelompokan tahapan

dalam proses pelaksanaan sedangkan pada sintaksnya terdapat pengelompokan

tahapan Problem based Learning dari awal sampai akhir. Akan tetapi kedua langkah

tersebut memiliki kesamaan yaitu terdapat peran guru sebagai fasilitator.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum 2013 tetap

berkerangka pada pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan saintifik. Berikut

langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang dikaitkan dengan pendekatan

saintifik dapat dijelaskan tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Langkah-langkah Problem Based Learning yang Dikaitkan dengan

Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah Aktivitas Guru dan Siswa

1. Mengamati,

mengorientasikan siswa

terhadap masalah

Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan

pengamatan terhadap fenomena tertentu, terkait

dengan kompetensi dasar yang akan

dilengkapinya.

2. Menanya, memunculkan

permasalahan

Guru mendorong siswa untuk merumuskan

suatu masalah terkait dengan fenomena yang

diamatinya. Masalah itu dirumuskan berupa

pertanyaan yang bersifat problematis.

3. Menalar,

mengumpulkan data

Guru mendorong siswa untuk megumpulkan

informasi (data) dalam rangka menyelesaikan

masalah, baik secara individu ataupun

kelompok, dengan membaca berbagai referensi,

pengamatan lapangan, wawancara, dan

sebagainya.

4. Mengasosiasi,

merumuskan jawaban

Guru meminta siswa untuk melakukan analisis

data dan merumuskan jawaban terkait dengan

Lanjutan Tabel 1

Bersambung

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

28

masalah yang mereka ajukan sebelumnya.

5. Mengkomunikasikan Guru memfasilitasi siswa untuk

mempresentasikan jawaban atas permasalahan

yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga

membantu siswa melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap proses pemecahan masalah

yang dilakukan.

Sumber: Kosasih (2014: 91)

Langkah-langkah Problem Based Learning di atas pada tabel 2 dikaitkan

dengan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menghendaki

setiap pembelajaran terdapat peningkatan dari berbagai apek (kognitif, afektif, dan

psikomotor). Berdasarkan tabel 1 dan 2 terdapat kesamaan pada aktivitas guru,

namun pada tabel 1 masih menggunakan fase atau tahapan, sedangkan pada tabel 2

sudah dikaitkan dengan pendekatan saintifik.

Selain dikaitkan dengan pendekatan saintifik, langkah-langkah Problem Based

Learning terdapat pula berbagai indikator. Adapun indikator dalam langkah-langkah

Problem Based Learning dapat dijelaskan tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Indikator dan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa

terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasian tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut

3 Membimbing

pengalaman

individual/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah

4 Mengembangkan

dan menyajikan hasil

karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

dan membantu mereka untuk berbagai tugas

dengan temannya

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan merea dan proses

yang mereka gunakan

Sumber: Ismail dalam Rusman (2012: 243)

Lanjutan Tabel 2

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

29

Langkah-langkah Problem Based Learning pada tabel 3 dijelaskan bahwa

terdapat indikator untuk mengukur setiap tahapan langkah model pembelajaran

tersebut. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur terlaksana atau tidak setiap

langkah yang telah ditempuh dalam pelaksanaan Problem Based Learning.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan terdapat lima langkah-

langkah dalam pelaksanaan Problem Based Learning, diantaranya:

1) Mengorientasikan permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran.

2) Merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

3) Mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Dalam proses pengumpulan

data dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau membentuk kelompok

diskusi.

4) Merumuskan jawaban permasalahan yang sudah diperoleh dalam pengumpulan

data.

5) Menyajikan hasil temuan atau hasil dari penyelesaian masalah dapat berupa

laporan tertelus ataupun presentasi.

Pemahaman mengenai langkah Problem Based Learning di atas penting untuk

dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut

sebagaimana fokus penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan

langkah-langkah Problem Based Learning tersebut.

f. Kelemahan Problem Based Learning. Kelemahan pembelajaran berbasis

masalah yaitu siswa tidak mempunyai rasa percaya diri, keterbatasan waktu, dan

kurangnya pemahaman siswa (Sanjaya 2012: 221). Secara prosedural kelemahan

Problem Based Learning adalah persiapan pembelajaran yang kompleks, kesulitan

mencari permasalahan, terjadi kesalahan pemahaman, dan keterbatasan waktu

(Amardani 2014). Kelemahan lainnya yaitu kurangnya pemahaman peran guru,

keterbatasan biaya dan waktu, dan aktivitas siswa yang sulit dipantau guru jika

kegiatan pembelajaran di luar kelas (Warsono dan Harianto 2012: 152). Jadi

kelemahan dari Problem Based Learning meliputi keterbatasan waktu, kurangnya

minat siswa, dan pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber.

Penjelasan dari masing-masing kelemahan Problem Based Learning tersebut

adalah sebagai berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

30

1) Keterbatasan waktu. Dalam pelaksanaan Problem Based Learning memerlukan

waktu yang panjang dalam perumusan masalah dan pengumpulan data

permasalahan.

2) Kurangnya minat siswa dalam pemecahan masalah. Minat siswa menjadi

penghambat jalannya pelaksanaan Problem Based Learning karena proses

pembelajaran tersebut membutuhkan peran aktif dan berfikir kritis yang dilakukan

oleh siswa.

3) Pemahaman siswa yang bergantung pada satu sumber. Pemahaman siswa dalam

pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada satu sumber karena Problem

Based Learning terdapat masalah yang harus diselesaikan dalam multi-perspektif

yang sesuai dengan konteks permasalahan tersebut.

Pemahaman mengenai kelemahan Problem Based Learning di atas penting

dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut

yang menjadi fokus penelitian. Selain itu kelemahan Problem Based Learning

penting dipahami dapat digunakan sebagai pedoman kekurangan pembelajaran

tersebut jika dalam pelakasnaannya terjadi hal yang menyangkut kelemahan tersebut.

g. Keunggulan Problem Based Learning. Keunggulan Problem Based

Learning yaitu pembelajaran yang bagus untuk memahami isi pelajaran, penemuan

pada pengetahuan baru, dapat meningkatkan pemahaman siswa, mentransfer

pengetahuan dalam kehidupan nyata, dan mengambangkan pemahaman siswa untuk

berfikir kritis dan kreatif (Sanjaya 2010: 220). Secara konseptual keunggulan

Problem Based Learning meliputi realitas dengan kehidupan nyata, konsep sesuai

dengan kebutuhan, memupuk sifat inkuiri siswa, referensi konsep menjadi kuat, dan

memupuk kemampuan pemedahan masalah pada siswa (Amardani 2014).

Kelemahan lainnya yaitu siswa akan terbiasa menghadapi masalah, menumbuhkan

sikap kooperatif, dan membiasakan dalam menerapkan eksperimen (Warsono dan

Hariyanto 2012: 152). Jadi keunggulan dari Problem Based Learning meliputi

membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa, memupuk dalam

meningkatkan Problem Solving, berfikir kreatif dan kritis, serta sikap kooperatif.

Penjelasan masing-masing keunggulan Problem Based Learning tersebut

adalah sebagai berikut:

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

31

1) Membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Selain pengetahuan

siswa, terdapat peningkatan sikap dan psikomotorik siswa dalam pelaksanaan

Problem Based Learning.

2) Membantu siswa dalam berfikir kreatif dan kritis dalam setiap permasalahan yang

ada. Hal ini dikarenakan karena pemecahan masalah menuntut siswa untuk

berfikir kritis terhadap masalah yang ada dan berfikir kreatif untuk memilih data

dalam pemecahan masalah.

3) Menumbuhkan sikap kooperatif siswa. Sikap kooperatif sangat dibutuhkan tidak

hanya dalam pembelajaran berbasis masalah. Sikap kooperatif di butuhkan dalam

pelaksanaan Problem Based Learning untuk merumuskan jawaban dari

permasalahan tersebut.

4) Memupuk siswa dalam meningkatkan Problem Solving. Pemecahan masalah

dalam Problem Based Learning bagi siswa sangat berguna untuk membangun

kebiasaan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

Pemahaman mengenai keunggulan Problem Based Learning di atas penting

dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan model pembelajaran tersebut.

Selain itu keunggulan Problem Based Learning menjadi acuan sebagai data penting

untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut.

4. Metode Pembelajaran PPKn

Metode pembelajaran PPKn menjadi fokus penelitian yang penting pula untuk

diuraikan secara lengkap. Berikut penjelasan mengenai metode pembelajaran dapat

dikaji pada uraian di bawah ini.

a. PPKn. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegraan,

bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan

budaya, pendidikan jasamani dan rohani, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal

(Pasal 37 Ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003). Maksudnya kurikulum pendidikan dasar

dan menengah harus memuata mata pelajaran wajib, yaitu salah satunya Pendidikan

Kewarganegaraan dan sekarang dikembangkan menjadi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn). Berikut penjelasan mengenai hal yang terkait dengan

metode pembelajaran PPKn yang diuraikan dalam sub-kajian teori di bawah ini.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

32

1) Pengertian PPKn

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan nama dari

mata pelajaran untuk membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilai-

nilai Pancasila, agar dapat mencapai perubahan secara optimal dan mewujudkan

dalam kehidupan masyarakat (Daryono dalam Saraswati 2014: 10). Mata pelajaran

ini dirancang untuk membekali peserta didik dengan keimanan dan akhlak mulia

sebaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila

(Kemendikbud 2014: 1). Juga dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembang-

kan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa

Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan

sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Darmadi 2013). Jadi PPKn merupakan

mata pelajaran yang diajarkan dalam berbagai jenjang sekolah diintegrasikan dengan

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Selain itu, juga menjadikan penalaran

peserta didik sesuai dengan karakter bangsa.

2) Visi dan Misi PPKn

Visi Pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak

bangsa dan pemberdayaan warga negara (Darmadi 2013). Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai pendidikan nilai moral Pancasila,

penyadaran akan norma dan konstitusi UUD 1945, pengembangan komitmen

terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap

filosofi Bhineka Tunggal Ika (Kemendikbud 2013: 1).

Visi dan misi PPKn mempuntai peran penting untuk dikaji. Dikarenakan

dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai guru harus sesuai dengan visi dan misi

PPKn untuk mewujudkan tujuan dari mata pelajaran tersebut.

3) Tujuan PPKn

Tujaun PPKn terdapat tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus dari

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah bagi setiap siswa adalah:

Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah warga

negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh

kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam

konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara tertib,

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

33

damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan nilai, norma dan

moral Pancasila (Kemendikbud, 2013:3).

Selain tujuan khusus di atas terdapat tujuan umum dari Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yaitu:

PPKn berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan

kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembengunan masyarakat

Pancasila, tanpa PPKn, segala kepintaran atau akal, ketinggalam ilmu

pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan kecekatan, tidak memberi

jaminan pada terwujudnya masyarakat Pancasila (Daryono, 2011:1).

Jadi tujuan PPKn adalah mewujudkan warganegara yang yang sesuai dengan

dasar negara yaitu Pancasila. Pemahaman mengenai tujuan PPKn di atas penting

dipahami sebagai acuan sebelum mengamati Problem Based Learning dalam

pembelajaran PPKn sebagai objek penelitian ini.

4) Kompetensi PPKn

PPKn memiliki kompetensi yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Secara

umum kompetensi tersebut meliputi dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge), dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan dimensi nilai

kewarganegaraan (civic values). Atau kompetensi pengetahuan (civic knowledge),

kompetensi keterampilan (civic skill), dan kompetensi pembentukan watak

kewarganegaraan (civic desposition) (Ikhsan dalam Muhibbin dan Setyadi 2011: 5-

7). Disebut pula dengan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge), penguasaan sikap kewarganegaraan (civic disposition), serta penguasaan

mengartikulasi keterampilan kewarganegaraan (civic skill) (Haryanti, 2013). Jadi

kompetensi PPKn adalah dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),

keteramilan kewarganegaraan (civic skill), dan nilai kewarganegaraan (civic values).

Penjelasan mengenai ketiga kompetensi PPKn tersebut sabagai berikut:

a) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang menyangkut

bidang politik, hukum dan moral. Konsekuensinya adalah bahwa mata pelajaran

PPKn meliputi pengetahuan tetang prinsip dan proses demokrasi, lembaga-

lembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, rule of law,

peradilan yang bebas dan objektif, konstitusi, sejarah nasional, hak dan

tanggungjawab warga negara, hak asasi manusia, dan hak politik.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

34

b) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skill) yang menyangkut

keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini

terkait antara lain dengan perwujudan masyarakat madani sehingga peserta didik

diberi kemampuan untuk ikut mewujudkan masyarakat madani, keterampilan

mempengaruhi, keterampilan melakukan monitoring jalannya pemerintahan,

keterampilan dalam pengambilan keputusan, keterampilan pemecahan masalah

sosial, keterampilan berkoalisi, dan keterampilan mengelola konflik.

c) Dimensi nilai kewarganegaraan (civic values), yaitu materi pelajaran yang

diarahkan untuk menanamkan nilai, kepercayaan, serta sikap berwarganegara

yang baik. Materi yang terkait dengan dimensi ini antara lain: komitmen,

penguasaan nilai keagamaan, norma dan etika, nilai keadilan, demokrasi,

kebebsan individu, dan perlindungan (Ikhsan dalam Setyadi dan Muhibbin,

2011:5-6).

PPKn dalam satuan pendidikan memiliki kompetensi untuk mempersiapkan

peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good

citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Warga negara yang dimaksud adalah warga

negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitudes and

values), keterampilan (skills) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa

kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan aktualisasi nilai-nilai

Pancasila (Kemendikbud 2014: 2-3). Kompetensi PPKn di SMK membentuk peserta

didik menguasai pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan yang dapat

dimanfaatkan dan diaktualisasikan dalam nilai-nilai pancasila.

Kompetensi PPKn di sekolah mengembangkan peserta didik untuk memiliki

kualitas sebagai berikut:

a) Kemelekwacanaan sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman

peserta didik sebagai warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional

Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu.

b) Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan

dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam

komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

35

c) Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation),

yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga

negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah

sosial-kultural kewarganegaraan dilingkungannya.

d) Penelaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik

sebagai warga negara untuk berfikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang

ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia.

e) Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggungjawab (civic participation and

civic resopnsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga

negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggungjawab dalam kehidupan

demokrasi konstitusional (Depdiknas dalam Kemendikbud 2014: 2).

Selanjutnya kompetensi PPKn di sekolah tersebut dijabarkan dalam

kompetensi PPKn pada masing-masing jenjang. Kompetensi PPKn pada sekolah

menengah untuk kelas XI terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Kompetensi inti dan dasar dimaksud mengacu pada kompetensi PPKn dalam

Kurikulum 2013.

Pemahaman mengenai kompetensi PPKn di atas penting dipahami sebagai

acuan pelaksanaan Problem Based Learning dan pedoman sebelum mengamati

implementasi model pembelajaran tersebut yang menjadi fokus penelitian.

5) Materi PPKn

Materi PPKn memuat tentang pendidikan nilai dan moral, pendidikan

kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan

politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi

(Kemendikbud 2014: 1). Materi tersebut sesaui dengan kompetensi umum dari PPKn

yaitu dimensi pengetahuan, sikap, dan nilai kewarganegaraan. Secara umum materi

PPKn meliputi:

a) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup.

b) UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c) Bhineka Tunggal Ika sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

36

d) Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia

(Kemendikbud dalam Apandi 2014).

Materi PPKn untuk satuan pendidikan merupakan suatu pengembangan dari

materi umum. Materi PPKn di SMK meliputi:

a) Penegakan hak asasi manusia.

b) Kaidah bangsa Indonesia.

c) Keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

d) Pemerintahan pusat dan daerah.

e) Keadilan bangsa Indonesia.

f) Hak dan kewajiban dalam berdemokrasi.

g) Kebersamaan dalam kebhinekaan.

h) Kesadaran berbangsa dan bernegara.

i) Dinamika demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

j) Penyelenggaraan kekuasaan negara.

k) Keadilan dan kedamaian.

l) Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara

m) Integrasi nasional

n) Dinamika kehidupan bernegara dalam konteks geopolitik Indonesia.

o) Potret budaya poitik masyarakat Indonesia.

p) Badan dan lembaga negara di Indonesia.

q) Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dan konsep negara Federal.

r) Pengelolaan kekuasaan negara di pusat dan di daerah.

s) Peran Indonesia dalam hubungan internasional (Permendikbud No. 70 Tahun

2013).

Materi di atas merupakan materi yang termuat dalam tingkat SMA/SMK maka

untuk materi PPKn SMK kelas XI sebagai objek penelitian, yaitu:

a) Menapaki Jalan Terjal Penegakan HAM di Indonesia.

b) Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

c) Menelusuri Dinamika Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa

dan Bernegara

d) Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

37

e) Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian

f) Menyibak Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

g) Menatap Tantangan Integrasi Nasional

h) Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks Geopolitik Indonesia

i) Mencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia (Permendikbud Nomor

70 Tahun 2013).

6) Kurikulum dan Silabus PPKn

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun

2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin penting, yaitu mencakup

kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran, kurikulum sebagai rencana

pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar (Hamalik dalam Yamin

2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru dalam proses pendidikan.

Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan pendidikan (Yamin 2012:

46). Jadi dapat disimpulkan kurikulum merupakan acuan dasar yang digunakan untuk

proses pembelajaran.

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator pencapaian kompetensi

untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto 2011: 96).

Atau seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar (Wulandari 2012). Selain itu silabus

juga dapat diartikan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian (Mulyadi 2012). Jadi dapat disimpulkan silabus

merupakan rencana yangdibuat untuk pelaksanaan pembelajra yang berisi tentang

materi pokok, penilaian, alokasi waktu, kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Penyusunan silabus perlu memperhatikan langkah-langkah pengembangan

silabus yaitu:

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

38

a) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai sebagaimana tercantum

dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 mata pelajaran PPKn kelas XI.

b) Mengidentifikasi materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar.

c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran tersebut

dipadukan dengan pendekata, strategi, dan model pembelajaran yang sesuai

dengan Kurikulum 2013.

d) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi

tersebut sebagai pengembangan dari kompetensi dasar.

e) Menentukan jenis penilaian. Jenis penilaian tersebut dengan cara tes dan non tes

atau dengan penugasan.

f) Menentukan alokasi waktu yang sesuai dengan kurikulum 2013. Misalnya di kelas

XI SMK setiap satu materi pokok pelaksanaannya 3 minggu x JP. Satu jam

pelajaran perminggu terdapat 3 x 45 menit. Jadi 3 minngu x JP adalah satu materi

pokok tersebut berlangsung dalam 3 minggu dan setiap minggu 3 x 45 menit.

g) Menentukan sumber belajar. Sumber belajar merupakan rujuakan yang dipakai

dalam pembelajaran misalnya buku pelajaran, media bejajar, dan lingkungan.

Pemahaman mengenai kuriklum dan silabus PPKn di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus

penelitian ini. Dengan mengamati kurikulum dan silabus tersebut dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas tersebut sudah sesuai dengan silabus yang dirumuskan atau

belum sesuai dengan yang diterapkan.

7) Evaluasi atau Penilaian PPKn

Evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Muhibbin dan Setyadi 2011: 148). Atau penilaian yang

sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Husamah dan Setyaningrum

2013: 117). Maksudnya evaluasi berfokus pada luaran yang diinginkan oleh guru dan

pada kualitas (Basuki dan Hariyanto 2014: 10). Jadi dapat disimpulkan evaluasi

adalah penilaian keberhasilan siswa yang disusun secara sistematis dan berfokus

pada kualitas yang diinginkan oleh guru.

Evaluasi PPKn ada tiga aspek yang dinilai, diantaranya penilaian pengetahuan,

penilaian sikap, dan penilaian keterampilan (Kemendikbud 2014: 25). Ketiga

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

39

penilaian tersebut dalam Kurikulum 2013 disebut dengan penilaian autentik.

Penilaian autentik dalam kompetensi PPKn terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan

dan keterampilan. Penilaian sikap dapat diterapkan melalui observasi, penilaian diri,

penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Penialain

pengetahuan melalui teknik tes tulis, lisan, dan penugasan. Penilaian keterampilan

melalui tes praktik, proyek dan penilaian fortofolio (Kemendikbud 2014: 28-41).

Pemahaman mengenai evaluasi atau penilaian PPKn tersebut penting dipahami

sebagai acuan dalam mengamati proses pembelajaran PPKn di kelas sebagai objek

penelitian. Pembelajaran tersebut dalam penilaian sudah mencakup ketiga

kompetensi tersebut.

b. Metode Pembelajaran PPKn. Metode adalah sebuah cara yang digunakan

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Mulyatiningsih 2012: 233). Berikut

metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran PPKn diantaranya

sebagai berikut:

1) Pembelajaran Konvensional dalam PPKn

Pembelajaran konvensional bersifat one way traffic communication, yaitu guru

sebagai penyampai materi saja dan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran dan

menggunakan cara-cara yang sederhana, yaitu ceramah (Muhibbin dan Setyadi,

2011:20). Salah satu bentuk pembelajaran konvensional adalah ceramah, metode

pembelajaran ini merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Taniredja dkk 2012: 45). PPKn yang

terkesan hanya hafalan-hafalan maka pembelajaran konvensional dianggap efektif

namun dewasa ini pembelajaran PPKn yang terpenting adalah penanaman makna dan

nilai-nilai kewarganegaraan (Yanti 2013). Jadi pembelajaran konvensional disebut

juga pembelajaran tradisional yang berfokus pada satu peran seorang guru. Bentuk

pembelajaran konvensional adalah ceramah. Metode ini hanya meningkatkan

pengetahuan. Sementara itu dalam PPKn harus meraih tiga kompetensi, disamping

pengetahuan juga sikap dan keterampilan.

Metode pembelajaran konvensional dirasa masih kurang untuk mewujudkan

ketiga kompetensi tersebut. Untuk itu diperlukan metode non konvensional yaitu

strategi pembelajaran aktif.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

40

2) Pembelajaran Aktif dalam PPKn

Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah proses kegiatan yang subjek

didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga siswa betul-betul

berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Hosnan,

2014:208). Atau segala bentuk pembelajaran yang memugkinkan peserta didik

berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk

interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, maupun antara peserta didik

dengan guru (Sutikno, 2014:149). Jadi pembelajaran aktif disebut pula dengan

pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa.

Pembelajaran aktif dalam PPKn menekankan pada kegiatan siswa secara

penuh. Mata pelajaran PPKn lebih banyak mengarah pada learning by doing, yaitu

praktik belajar kewarganegaraan sebagai inovasi pembelajaran untuk memahami

tentang kognisi dan afeksi secara mendalam pengalaman dengan kecakapan

hidupnya (Tim Binata 2014: 7). Maka dari itu pembelajaran aktif dalam PPKn

terdapat beberapa model dan strategi serta metode pembelajaran yang inovatif untuk

mewujudkan pembelajaran yang aktif.

Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang

menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar. Hal mendasar yang

membedakan antara pembelajaran konvensional aktif adalah pembelajaran

konvensional berpusat pada guru sedangkan pembelajaran aktif berpusat pada siswa.

Kompetensi PPKn dalam pelaksanaan pembelajaran aktif dapat dimaksimalkan

untuk mewujudkan ketiga ompetensi PPKn tersebut. Hal ini dikarenakan selain

pengetahan, pembentukan sikap dan keterampilan dalam pembelajaran aktif secara

langsung dan tidak langsung peserta didik sebagai pelaku pembelajaran tersebut.

Pemahaman mengenai pembelajaran konvensiona dan aktif di atas penting

dipahami sebagai acuan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas

sebagai fokus penelitian ini. Hal ini dikarenakan Kurikulum 2013 menekankan pada

pembelajaran aktif dan meminimalisir pembelajaran konvensional.

5. Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

41

Penyempurnaan pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mengalami

perkembangan dari kurukulum sebelumnya yaitu KTSP. Di bawah ini uraian

mengenai pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013.

a. Kurikulum 2013. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19). Kurikulum terdiri dari tiga poin

penting, yaitu mencakup kurikulum yang memuat isi dan materi pembelajaran,

kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar

(Hamalik dalam Yamin 2012: 35). Kurikulum harus memberikan perspektif baru

dalam proses pendidikan. Kurikulum akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan

pendidikan (Yamin 2012: 46). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari

kurikulum 2006 (KTSP). Berikut penjelasan mengenai Kurikulum 2013, sebagai

ganti KTSP.

1) Pengertian Kurikulum 2013.

Kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian

program pendidikan suatu sekolah atau madarasah yang harus dilaksanakan dari

tahun ke tahun (Hidayat 2013: 20). Atau perencanaa yang disiapkan sebagai

pedoman belajar sekolah yang pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan

diterapkan dalam kelas (Glatthon dalam Supriyanto 2012: 48). “Kurikulum 2013

merupakan pengembangan dari kurikulum 2006 (KTSP)” (Apandi 2013). Jadi

Kurikulum 2013 merupakan suatu bahan atau rencana yang disiapkan dan

dilaksanakan dalam pembelajaran pada tahun 2013.

Pemahaman mengenai pengertian kurikulum 2013 di atas penting dipahami

sebagai acuan dalam mengkaji dalam pelaksanaan metode Problem Based Learning

pada kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian ini. Dengan pengertian kurikulum

2013 tersebut dapat menjadi pijakan untuk mengkaji pelaksanaan Problem Based

Learning yang sesuai dengan kurikulum 2013.

2) Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan karena adanya beberapa kesenjangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (Mulyasa 2013: 61). Kondisi tersebut tidak

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

42

hanya pada kesenjangan namun terdapat penyempurnaan pada pola pikir dalam

perumusan kurikulum (Kemendikbud 2012). Kesenjangan dalam kondisi kuriklum

terdapat beberapa faktor, diantaranya:

a) Kompetensi lulusan untuk kondisi saat ini belum sepenuhnya menghasilkan

keterampilan yang sesuai sedangkan idealnya harus mengahasilkan keterampilan

yang sesuai.

b) Materi pembelajaran untuk kondisi saat ini belum relevan dengan kompetensi

yang dibutuhkan sedangkan idealnya sudah relevan dengan materi yang

dibutuhkan.

c) Proses pembelajaran kondisi saat ini berpusat pada guru, proses pembelajaran

berorientasi pada buku teks, dan buku teks tersebut hanya memuat materi

bahasan, sedangkan idealnya berpusat pada peserta didik, sifat pembelajaran yang

kontekstual, dan buku teks memuat materi dalam proses pembelajaran, sistem

pembelajaran, sistem penilaian, serta kompetensi yang diharapkan.

d) Penilaian untuk kondisi saat ini hanya menekankan pada aspek kognitif dan tes

menjadi cara penilaian yang dominan sedangkan idealnya menekankan pada

aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara profesional dan penilaian tes pada

fortofolio saling melengkapi.

e) Pendidik dan tenaga kependidikan untuk kondisi saat ini memenuhi kompetensi

profesi saja dan fokus pada ukuran kinerja PTK sedangkan idealnya memenuhi

kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan profesional serta adaya motivasi

mengajar.

f) Pengelolaan kurikulum kondisi saat ini satuan pendidikan mempuyai pembebasan

dalam pengelolaan kurikulum sedangkan idelnya pemerintah pusat dan daerah

memiliki kendalikualitas dalam pelaksana kurikulum di tingkat satuan pendidikan

dan pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan

pedoman (Kemendikbud 2012).

Kesenjangan antara Kurikulum 2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013 tersebut

sesuai dengan keadaan saat ini dan idealnya untuk diterapkan dalam satuan

pendidikan. Selain faktor kondisi di atas, maka Kurikulum 2013 memiliki

penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum (Mulyasa 2013: 63).

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

43

Penyempurnaan tersebut dapat dilihat dari standar proses dan isi dalam kurikulum,

diantaranya:

a) Standar kompetensi lulusan KTSP diturunkan dari standar isi sedangkan standar

kompetensi lulusan pada Kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan.

b) Standar isi KTSP dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar

kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran sedangkan standar isi pada Kurikulum 2013

diturunkan pada standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas

mata pelajaran.

c) Kompetensi pada KTSP diturunkan dari mata pelajaran sedangkan pada

Kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.

d) Mata pelajaran pada KTSP lepas satu dengan yang lain sedangkan pada

Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (Kemendikbud

2012).

Penyempurnaan pola pikir Kurikulum 2013 dapat mengarahkan pendidikan

lebih pada kontributif setiap jenjang pendidikan. Selain pada jenjang pendidikan

pada tingkat dasar dan menengah, dari standar isi, standar kompetensi dan mata

pelajaran dengan pola pikir di atas, pendidikan di Indonesia dapat mengalami

perkembangan pada arah yang lebih maju.

Pemahaman mengenai pengembangan Kurikulum 2013 di atas penting

dipahami sebagai acuan untuk mengamati proses pembelajaran dalam metode

Problem Based Learning pada Kurikulum 2013 sebagai fokus penelitian.

Perkembangan kurikulum tersebut sudah digunakan atau belum digunakan dalam

kelas yang akan diamati.

3) Desain Kurikulum 2013

Desain atau rancangan Kurikulum 2013 dalam SMA dan SMK terdapat

berbagai kompenen rancangan (Hidayat 2013: 131). Berikut uraian tentang desain

atau rancangan Kurikulum 2013 SMA dan SMK.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

44

Tabel 4. Rancangan Struktur Kurikulum SMA

No. Komponen Rancangan

1. Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat:

a) Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem penjurusan di

SMA

b) Kesulitan dalam penyetaraan ijazah

c) Dapat melanjutkan ke semua jurusan di perguruan tinggi

2. Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi terlalu banyak

seperti pada siswa SMA kelas X saat ini, sehingga diperlukan mata pelajaran

pilihan dan mata pelajaran wajib

3. Perlunya memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki kecerdasan di

atas rata-rata untk menyelesaikan lebih cepat atau belajar lebih banyak

melalui mata pelajara pilihan

4. Perlunya ujian nasional yang lebih fleksibel (dapat diambil di kels XI)

5. Perlunya integrasi vertikal denganperguran tinggi

6. Perlunya memperkuat pelajaran bahasa Indonesia, termasuk sastra, terutama

menulis dan membaca dengan cepat dan paham

7. Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa

8. Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran

9. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif

Sumber: Hidayat (2013: 131)

Tabel 4 di atas mnjelaskan bahwa perkembangan Kurikulum 2013 pada tingkat

SMA tidak adanya penjurusan pada kelas XI. Perkembangan kurikulum SMA

mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan kurikulum

sebelumnya. Hampir sama halnya dengan kurikulum tingkat SMK, berikut isu

rancangan kurikulum SMK dapat dijelaskan pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Isu Kurikulum SMK

No. Isu

1. Ujin nasional sebaiknya tahun ke XI sehingga tahun ke XII konsentrasi ke

ujian sertifikasi keahlian

2. Bidang keahlian yang belum sesuai lagi dengan kebutuhan global

3. Penambahan life and career skills (bukan sebagai mata pelajaran)

4. Perlunya mengibatkan pengguna (industri terkait) dalam penyusunan

kurikulum

5. Pembelajaran SMK berbasis proyek dan sekolah terbuka bagi siswa untuk

waktu yang lebih lama dari jam pelajaran

6. Keseimbangan hard skill/ competence dan soft skill/ cometence

7. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif

8. Pembagian keahlian yang terlalu rinci sehingga mempersulit pelaksanaannya

di lapangan

Sumber: Hidayat (2013: 131)

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

45

Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa perkembangan pada isu rancangan struktur

kurikulum SMK yang menekankan pada hard skill dan soft skill peserta didik. Selain

itu penambahan pengetahuan keahlian karir yang diluar mata pelajaran.

Pemahaman mengenai desain kurikulum di atas penting dipahami sebagai

acuan dalam mengkaji dan mengamat pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagai fokus

penelitian ini. Apakah pelaksanaannya sudah memenuhi rancangan atau desain

kurikulum tersebut.

4) Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum 2013 memiliki tiga tingkatan (SD/MI, SMP/MTs dan

menengah (Husamah dan Setyaningrum 2013: 18-28). Struktur kurikulum sekolah

menengah diuraikan pada penjelasan sebagai berikut:

a) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A

adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek

kognitif dan afektif sedankan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih

menekankan padaaspek afektif dan psikomotor.

b) Mata pelajaran pilihan lintas minat yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh

peserta didik diluar kelompok mata pelajaran peminatan yang dipilihnya tetapi

masih dalam kelompok peminatan lainnya.

c) Untuk mata pelajaran pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat kelas X,

jumlah jam pelajaran pilihan perminggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat

diambil dengan pilihan dua mata pelajaran di luar kelompok peminatan yang

dipilihnya tetapi masih dalam kelompo peminatan lainnya dan mata pelajaran

pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya. Sedangkan pada kelas XI,dan

XII, peserta didik mengambil lintas minat dan/atau pendalaman minat dengan

jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran yang dapay

diambil dengan pilihan satu mata pelajaran diluar kelompok peminatan yang

dipilihnya tetapi masih dalam kelompok peminata lainnya dan/atau mata pelajaran

pendalaman kelompok peminatan yang dipilihnya.

d) Mata pelajaran pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata

pelajaran dalam kelompok peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

46

e) Mata pelajaran pilihan lintas minat dan mata pelajaran pendalaman bersifat

opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu (Husamah dan Setyaningsih,

2013:24-26).

Struktur Kurikulum mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013 dijelaskan pada

tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikuum SMA/MA

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Per Minggu

X XI XII

Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejatah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B

7. Seni budaya (termasuk muatan lokal) 2 2 2

8. Pendidikan jasmani, olah raga, dan

kesehatan (termasuk muatan lokal)

3 3 3

9. Prakarya dan kewirausahaan (termasuk

muatan lokal)

2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelomok A dan B Per

Minggu

24 24 24

Kelompok C

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per

minggu

42 44 44

Sumber: Kemendikbud (2013)

Selain struktur Kurikulum 2013 di atas, maka terdapat perubahan yang tampak pada

sekolah menengah dalam draft Kurikulum 2013 dalam struktur kurikulum mata

pelajaran dan alokasi waktu (standar isi) yaitu:

a) SMA mengalami perubahan sistem dan mata pelajaran wajib dan ada mata

pelajaran pilihan sedangkan SMK menyesuaikan jenis keahlian berdasarkan

spektrum kebutuhan saat ini.

b) SMA mengalami terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa

sedangkan SMK penyeragaman mata pelajaran dasar umum dan produktif

disesuaikan dengan perkembangan industri.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

47

c) SMA dalam jumlah jam bertambah dua jam pelajaran per minggu akibat

perubahan pendekatan pembelajaran sedangkan SMK pengelompokan mata

pelajaran produktif sehingga tidak terlalu rinci pembegiannya (Hidayat 2013:

129).

Struktur Kurikulum 2006 dan struktur Kurikulum 2013 mengalami

perkembangan yang sangat signifikan. Perkembangan tersebut mewujudkan bahwa

kurikulum bersifat dinamis. Teori di atas dapat dikaitkan dengan penelitian,

berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 terlebih teori di atas menjelaskan

aturan yang dirubah pada kurikulum sebelumnya.

5) Pentingnya Kurikulum 2013

Pentingnya kurikulum 2013 untuk dilaksanakan dapat dilihat dari kelemahan

kurikulum sebelumnya yaitu:

a) Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata

pelajaran.

b) KTSP belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan belum menggambarkan secara

holistik domain sikap, pegetahuan, dan keterampilan.

c) KTSP belum peka dan tanggap dengan adanya perubahan sosial.

d) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang

multitafsir.

e) Standar penilaian yang mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (Hidayat

2013: 120-121).

Di samping itu untuk menjawab permasalahan atas kelemahan KTSP tersebut

perlunya Kurikulum 2013 ditandai dengan beberapa kelebihan, yaitu:

a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual).

b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi yang mendasari

pengembangan kemampuan-kemampuan lain.

c) Pengembangan bidang studi atau mata elajaran tertentu menggunakan pendekatan

kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa 2013: 163-164) .

Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa pengembangan kurikulum

harus didasari dengan adanya peninjauan kelemahan KTSP dan kelebihan Kurikulum

2013. Dengan tujuan untuk mengembangkan sistem pendidikan melalui kurikulum.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

48

Pentingnya Kurikulum 2013 menggambarkan adanya perubahan baik dari

pendekatan, metode, dan model pembelajaran serta penilaian.

Pemahaman mengenai pentingnya Kurikulum 2013 penting dipahami sebagai

acuan mengamati pengembangan model pembelajaran sebagai fokus penelitian.

Pengamatan pelaksanaan pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan cakupan

yang termuat dalam Kurikulum 2013 tersebut.

b. Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013. Metode pembelajaran

dalam Kurikulum 2013 tetap berlaku pada semua mata pelajaran terlebih PPKn.

metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013 mencakup kompetensi dan

pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang berhubungan dengan metode pembelajaran

PPKn dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut.

1) PPKn dalam Kurikulum 2013

Salah satu langkah untuk PPKn dalam Kurikulum 2013 adalah menata kembali

PKn menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut:

(a) Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

(b) Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata

pelajaran memiliki misi pengokohan kebangsaan.

(c) Mengorgaisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan

memperkuat nilai pancasila dan moral pencasila, nilai dan norma UUD NRI

Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan

komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(d) Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi pengetahuan

kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan,

keteguhan kewarganegaraan, komitmen kewarganegaraan, dan kompetensi

kewarganegaraan.

(e) Mengembangkan dan menerapkan model pemelajaran yang sering dengan

karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta

didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh.

(f) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses

pembelajaran dan hasil belajar PPKn (Apandi, 2013).

Kutipan di atas menegaskan bahwa PKn pada KTSP beralih menjadi PPKn

pada Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk memantapkan kembali nilai-nilai

pancasila yang telah memudar. Selain tujuan nilai Pancasialis tersebut, Kurikulum

2013 menetapkan indikator dari PPKn sendiri adalah nilai Pancasila dan moral

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

49

Pancasila, nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka

Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemahaman mengenai PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas penting dipahami

untuk mengkaji tentang mata pelajaran tersebut sebagai fokus penelitian. Kajian teori

tersebut untuk mengkaji tentang seluk beluk dari mata pelajaran PPKn tersebut.

2) Kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013

Kompetensi PPKn dalam kurikulum 2013 berdasarkan teori-teori di atas, dapat

diperoleh kompetensi PPKn terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Kompetensi inti dan dasar PPKn sebagai berikut:

a) Kompetensi Inti, terdiri dari:

(1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

(2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif

dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

(3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

b) Kompetensi Dasar

(1) Menghayati perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip solidaritas yang

dilandasi ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya.

(2) Mengamalkan isi pasal 28E dan 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

50

(3) Menghayati persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,

agama dan kepercayaan, gender, golongan, budaya, dan suku dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(4) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

(5) Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

(6) Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek

kehidupan (ipoleksosbudhankam dan hukum).

(7) Menghayati berbagai dampak dan bentuk ancaman terhadap negara dalam

mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika.

(8) Menghayati budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah,

mufakat dan kesadaran bernegara kesatuan dalam konteks NKRI.

(9) Menganalisis kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan, pemajuan,

dan pemenuhan HAM.

(10) Menganalisis pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara, warga

negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan keamanan.

(11) Menganalisis perkembangan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

(12) Menganalisis sistem pembagian kekuasaan pemerintahan negara, kementerian

negara, dan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

(13) Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat

untuk menjamin keadilan dan kedamaian.

(14) Menganalisis kasus pelanggaraan hak dan pengingkaran kewajiban sebagai

warga negara.

(15) Menganalisis strategi yang telah diterapkan oleh negara dalam mengatasi

ancaman untuk membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka

Tunggal Ika.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

51

(16) Menganalisis dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep NKRI dan

bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik.

(17) Menganalisis macam-macam budaya politik di Indonesia.

(18) Menyaji hasil análisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam pelindungan,

pemajuan, dan pemenuhan HAM.

(19) Menyaji hasil kajian pasal-pasal yang mengatur tentang wilayah negara,

warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan

keamanan.

(20) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(21) Menyaji hasil analiasis tentang sistem pembagian kekuasaan pemerintahan

negara, kementerian negara dan pemerintahan daerah menurut Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(22) Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk

menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

(23) Menyaji hasil analisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban

sebagai warga negara.

(24) Menyaji hasil análisis tentang strategi untuk mengatasi ancaman terhadap

negara dalam membangun integrasi nasional dengan bingkai Bhinneka

Tunggal Ika.

(25) Menyaji hasil análisis tentang dinamika kehidupan bernegara sesuai konsep

NKRI dan bernegara sesuai konsep federal dilihat dari konteks geopolitik.

(26) Menyaji hasil analisis tentang budaya politik di Indonesia.

(27) Menyaji hasil análisis tentang perkembangan demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(28) Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling

menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya,

dan gender.

(29) Menyaji bentuk partisipasi kewarganegaraan yang mencerminkan komitmen

terhadap keutuhan nasional (Permendikbud No. 70 Tahun 2013).

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

52

Berdasarkan uraian di atas bahwa terdapat empat kompetensi inti PPKn dan

dua puluh sembilan kompetensi dasar PPKn dalam Kurikulum 2013. Kompetensi

dasar tersebut diturnkan dalam kompetensi inti.

Pemahaman mengenai kompetensi PPKn dalam Kurikulum 2013 di atas

penting dipahami utuk mengkaji pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai fokus

penelitian. Pembelajaran tersebut apakah sudah sesuai dengan kompetensi di atas

yang ada dalam mata pelajaran PPKn.

3) Metode Pembelajaran PPKn dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran PPKn dalam Kurikulm 2013 dari beberapa teori di atas

telah dijelaskan bahwa pembelajaran PPKn dapat meningkakan pemikiran tentang

kenegaraan dan kewarganegaraan. Salah satu model pembelajarannya adalah melalui

pemecahan masalah yang akan meningkatkan kesadaran berwarganegara dengan

pemecahan masalah yang terjadi di Indonesia.

6. Metode Pembelajaran Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran PPKn di

Kurikulum 2013

Metode pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran PPKn di

Kurikulum 2013 dari beberpa teori di atas telah dijelaskan model pembelajaran

tersebut berfokus pada sebuah masalah yang akan dibahas. Masalah tersebut dapat

mendorong kemampuan berfikir siswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan

pemecahan masalah dalam PPKn bukan saja berhubungan dengan disiplin ilmu

sosial tertentu tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dan

menghadapi masalah sehari-hari (Sholihatin 2012: 91). Masalah yang diangat dalam

Problem Based Learning adalah masalah yang terjadi dan dialami oleh peserta didik,

seperti masalah penegakan HAM, demokrasi, korupsi, dan lain-lain.

7. Indikator Problem Based Learning

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulakan indikator dari model

pembelajaran Problem Based Learning adalah metakognitif, elaborasi (analisis),

interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,

generalisasi, dan inkuiri (Ngalimun 2013: 164). Dalam pelaksanaan Problem Based

Learning di kelas memuat indikator yang ditinjau dari karakteristik dan prosedur atau

langkah-langkah dari pelaksanaan metode pembelajaran tersebut (Hamruni 2012:

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

53

107). Dari kedua indikator tersebut dapat diketahui indikator yang dipakai dalam

penelitian ini adalah:

a. Metakognitif yang mengacu pada berbagai aktivitas pemahaman siswa.

b. Interpretasi dalam melakukan penafsiran masalah.

c. Induksi yang memecahkan masalah berfiir secara ilmiah.

d. Elaborasi dalam mengamati sebuah permasalahan.

e. Identifikasi dalam memunculkan sebauh permasalahan.

f. Eksplorasi dan generalisasi dalam mengumpulkan data atau informasi.

g. Inkuiri dalam pemecahan masalah.

h. Sintesis yang memadukan hasil pemecahan masalah.

8. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dalam

penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:

a. Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dilakukan guru dan siswa dalam

proses belajar. Interaksi tersebut untuk mengembangkan potensi dalam

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b. Pendekatan pembelajaran merupakan acuan umum yang digunakan untuk

melatarbelakangi model, strategi, dan metode pembelajaran. pendekatan

pembelajaran pada saat ini diharapkan berpusat pada siswa.

c. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran efektif pada

kurikulum saat ini dengan menerapkan salah satu model pembelajaran dapat

mengembangkan pembelajaran.

d. Strategi pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran secara

efektif dan efisien dengan berbagai bentuk untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran. suatu cara dalam sebuah metode

pembelajaran berupa berbagai kegiatan yang praktis, efektif, dan efisien.

f. Salah satu metode pembelajaran adalah Problem Based Learning yang

menekankan pada suatu permasalahan digunakan untuk pembelajaran.

g. Langkah-langkah pelaksanaan Problem Based Learning adalah mengorientasikan

permasalahan yang akan dibahas, merumuskan permasalahan, mengumpulkan

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

54

data untuk memecahkan masalah, merumuskan jawaban permasalahan dan

menyajikan hasil temuan atau penyelesaian masalah.

h. Implementasi Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa

lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan.

i. Urgensi dari pelaksanaan Problem Based Learning di kelas XI SMK

Muhammadiyah 4 Surakarta adalah suatu model pembelajaan yang memerlukan

partisipasi siswa secara langsung.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian diperluka adanya tinjauan penelitian yang serumpun dengan

penelitian di atas. Kajian penelitian yang relevan bertujuan untuk memaparkan hasil

penelitian sebelumnya. Kajian penelitian yang relevan yang sebalumnya berkaitan

dengan model pembelajaran akan di paparkan berkaitan dengan pelaksanaan

Problem Based Learning dalam kurikulum 2013.

Penelitian Prasetyo (2014), menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman

konsep matematika siswa yang dapat dilihat dari indikator-indikator penelitian: 1)

Siswa yang berani menyatakan ide dan menjawab dengan benar yang semula

sebanyak 40,00% menjadi 63,33%; 2) Siswa yang mampu merumuskan konsep ke

dalam bentuk model matematika yang semula sebanyak 23,33% menjadi 36,67%; 3)

Siswa yang mampu memberikan contoh lain yang berhubungan dengan materi yang

dijelaskan yang semula 33,33% menjadi 46,67%. Dapat disimpulkan bahwa

implementasi pendekatan Scientific dengan model Problem Based Learning dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Penelitian Nurhayati (2014), menunjukkan bahwa 1) Implementasi pendekatan

saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran

2013/2014, sudah disusun dalam kegiatan nyata dan efektif; 2) Guru PPKn kelas VII

D SMP Negeri 1 Surakarta sudah mensosialisasikan kepada siswa mengenai

pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sesuai indikator yang telah

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/36286/7/BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Persyaratan lainnya meliputi

55

ditentukan; 3) Hampir semua siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta memenuhi

indikator pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning.

Penelitian Prasetyo dan Nurhayati tersebut memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian ini. Persamaannya ialah sama-sama meneliti tentang Problem

Based Learning dan pelaksanaannya, sedangkan perbedaannya kalau penelitian

Prasetyo dengan penelitian tindakan kelas dan penelitian Nurhayati dengan

pendekatan saintifiknya. Sedangkan penelitian ini fokusnya hanya pelaksanaan

Problem Based Learning.