bab ii landasan teori 2.1 manajemen operasional sebelum

38
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Sebelum kita memulai memahami arti dari manajemen oprasional, sebaiknya kita sebaiknya kita memahami arti setiap kata penyususnan: manajemen dan oprasional. Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2011) memberikan pengertian manajemen sebagai berikut: "Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien” Menurut Pangestu subagyo (2000:1) dalam bukunya Manajemen Operasi, mengemukakan bahwa sebagai berikut: "Operasi adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi. menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan merubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatu barang atau jasa. Keluaran dapat berupa barang atau jasa." Jadi menurut beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen oprasional adalah proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efesien melalui pendayagunaan sumber daya yang ada.

Upload: duongthuy

Post on 31-Dec-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Operasional

Sebelum kita memulai memahami arti dari manajemen oprasional, sebaiknya

kita sebaiknya kita memahami arti setiap kata penyususnan: manajemen dan

oprasional.

Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2011)

memberikan pengertian manajemen sebagai berikut:

"Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitasperencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,pemotivasian, komunikasi, dam pengambilan keputusan yang dilakukan olehsetiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produkatau jasa secara efisien”

Menurut Pangestu subagyo (2000:1) dalam bukunya Manajemen Operasi,

mengemukakan bahwa sebagai berikut:

"Operasi adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupafaktor-faktor produksi/operasi. menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaatdaripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan merubahbentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru dari suatubarang atau jasa. Keluaran dapat berupa barang atau jasa."

Jadi menurut beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

oprasional adalah proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efesien

melalui pendayagunaan sumber daya yang ada.

7

2.1.1 Komponen-Kompenen Utama Manajemen Operasi

Menurut Melnyk (2002:6), manajemen operasional terintegrasi pada 3

komponen utama yang mendukung dalam proses organisasi, diantaranya :

Customer (Pelanggan)

Customer merupakan seseorang yang selalu mengkonsumsi kebutuhan pada

sistem manajemen operasional. Customer merupakan orang yang memiliki peran

khusus dimana selalu memberikan saran serta pendapat di awal dan di akhir sistem

manajemen operasional paling tidak, perusahaan dengan jelas dapat diidentifikasikan

pada segmen pasar dan pada segmen customer itu sendiri. Ke-efektifitas serta ke-

efisienan fungsi manajemen operasional tidak dapat terstruktur.

Process (Proses)

Sebuah proses dalam perusahaan merupakan hubungan dari semua aktifitas

yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output (hasil). Proses

menggambarkan keseluruhan input, aktifitas perubahan, dan output pada keseluruhan

sistem. Hal itu menandakan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah kegiatan serta

menspesifikasikan bahan apa yang dibutuhkan dan seberapa besar jumlahnya. Proses

juga menggambarkan kegiatan yang diperlukan untuk mengubah input mejadi output.

Pada akhirnya seluruh kegiatan pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa

semua memenuhi standar kualitas, kuantitas, lead time, atau pembagian waktu.

Proses manajemen operasional dapat melibatkan produksi pada sebuah produk atau

jasa. Proses juga menghasilkan informasi.

Capacity (Kapasitas)

Saat proses menjelaskan bagaimana sistem manajemen operasional bekerja,

kapasitas mendeterminasikan seberapa besar sistem produksi. Untuk kebanyakan

orang, kapasitas mengartikan seberapa besar dari hasil yang diproduksi perusahaan,

bahkan membatasi hasil per unit dalam satuan waktu.

8

2.2 Pengertian Manajemen Persediaan

Setiap perusahaan apakah itu perusahaan perdagaan ataupun perusahaan

manufaktur serta jasa selalu mengadakan persediaan. Dengan tersedianya persediaan

bahan baku dan produk maka diharapkan sebuah perusahaan dapat melakukan

kegiatan produksi sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan

adanya persediaan bahan baku dan produk yang cukup tersedia digudang juga

diharapkan akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan dapat

menghindari terjadinya kekurangan persediaan. Hal-hal yang sulit untuk dihindari

seperti kekurangan persediaan mungkin bias saja terjadi dialami oleh perusahaan.

Karena tidak selamanya barang-barang atau jasa tersedia pada setiap waktu.

Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat merugikan

perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik, yang berarti pula bahwa pengusaha

akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.

Agar lebih mengerti maksud dari persediaan, maka penulis akan

mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian dan persediaan menurut

teori dari beberapa tokoh diantaranya :

Menurut Fien Zulfikarijah (2005:4),

“Persediaan secara umum didefinisikan sebagai stock bahan baku yang

digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan

konsumen.”

Menurut Rosnani Ginting (2007:120),

“Mengemukakan pengertian manajemen persediaan sebagai sumber

daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum

digunakan karena menunggu proses lebih lanjut.”

Dari definisi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa

persediaan merupakan sejumlah stock bahan baku atau sumber daya yang disediakaan

untuk produksi dan disimpan dalam gudang untuk dipergunakan kembali atau untuk

9

dijual. Secara umum persediaan terdiri dari bahan baku dan bahan penolong, barang

setengah jadi dan barang jadi.

2.2.1 Alasan Pengadaan Persediaan

Dalam memproduksi, perusahaan membutuhkan persediaan. Persediaan wajib

untuk diperhitungkan, tidak boleh kekurangan dan tidak boleh kelebihan. Bila

persediaan dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan

bertambah. Bila perusahaan menanam terlalu banyak modalnya dalam persediaan,

menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan. Kelebihan persediaan juga

membuat modal menjadi tertahan, semestinya modal tersebut dapat diinvestasikan

pada sektor lain yang lebih menguntungkan (opportunity cost).

Dampak lain, mungkin kosongnya barang dipasaran dapat membuat

konsumen kecewa dan beralih ke merk lain. Penyebab timbulnya persediaan

Bambang Tri Cahyono (1996:84) yaitu :

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang

tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyimpan barang ini diperlukan

waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan

hal yang sulit dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak pasti

dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung

tidak konstan antara satu produk dan produk berikutnya, waktu tenggang (lead

time) yang cenderung tidak pasti karena banyak factor yang tidak dapat

dikendalikan.

10

3. Keinginan melakukan spekulasi

Bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga dimasa yang

akan dating.

Persediaan (inventory) menurut Barry Render dan Jay Haizer (2006: 468),

dapat memiliki berbagi fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu

perusahaan, yaitu :

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi

permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam

jumlah bsar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.

4. Untuk melakukan haedging terhadap invlasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang tidak tepat.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya.

2.2.2 Fungsi-Fungsi Pengelolaan Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses

produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Efesiensi produksi dapat

ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan.

Fungsi pengelolaan persediaan pada tiap perusahaan akan berbeda satu

dengan lainnya. Pada umumnya fungsi pengelolaan persediaan yang terpenting

Assauri (2008: 259) adalah sebagai berikut :

11

1. Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis.

2. Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga agar

produksi tidak sampai terhenti bila suatu saat suplai terganggu.

3. Menyediakan informasi bagi manajemen mengenai keadaan persediaan.

4. Mengkaitkan pemakaian bahan dengan keadaan keuangan.

5. Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang diproses dan

barang jadi.

6. Merencanakan penyediaan bahan dengan kontrak jangka panjang berdasarkan

program persediaan.

2.2.3 Tujuan Persediaan

Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan mengendalikan dan

menemukan solusi yang optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan

persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalisasi

pengendaliaan persediaan sering kali diukur dengan keuntungan maksimum yang

dicapai. Optimalisasi pengendaliaan persediaan biasanya diukur dengan total biaya

minimal pada suatu periode tertentu.

Adapun tujuan pengelolaan persediaan menurut Assauri (2008: 257) adalah

sebagai usaha untuk :

1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga proses

produksi tidak terganggu.

2. Menjaga agar persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan,

sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar pula.

3. Menjaga pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat

pada biaya pemesanan yang besar.

12

Di samping itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka

waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu.

Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan

pengamanan (safety stock).

Adapun alasan diperlukannya persediaan bagi perusahaan juga dibahas oleh

penulis, diantaranya Sofyan Assauri (2008:238), yang mengemukakan bahwa alasan

diperlukannya persediaaan bagi perusahaan adalah:

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasional produksi untuk

memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain. Yang

disebut persediaan dalam proses pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat

skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dengan yang lainnya.

Disamping alasan-alasan diadakannya persediaan ada beberapa keuntungan

menurut Sofyan Assauri (2008:238), diantaranya:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan

yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko material yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus

produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya. Dimana

keinginan pada satu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap

tersedianya barang jadi tersebut.

13

7. Membuat pengadaan atau produksi, tidak perlu sesuai dengan penggunaan

atau penjualannya.

Selanjutnya keuntungan tersebut menurut T. Hani Handoko (2000:152), ada

beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh perusahaan apabila mengadakan

persediaan, diantaranya:

a. Persediaan bahan baku terlalu besar, kerugiannya adalah:

Biaya penyimpanan atau pergudangan yang menjadi tanggungan perusahaan

akan semakin besar, risiko kehilanggan, risiko kerusakan bahan baku, dalam

penyimpanan, risiko kadaluarsa, risiko penurunan kualitas barang.

Penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berarti

perusahaan tersebut harus mempersiapkan dana yang cukup besar pula untuk

mengadakan pembelian bahan baku.

Tingginya biaya penyimpanan yang ada di perusahaan tersebut serta investasi

didalam persediaan bahan baku dari perusahaan tersebut akan mengakibatkan

berkurangnya adanya untuk pembiayaan dan investasi di bidang-bidang yang

lain.

Apabila persediaan bahan baku yang disimpan dalam perusahaan ini semakin

besar, maka terjadinya penurunan harga pasar yang merupakan kerugian yang

tidak sedikit bagi perusahaan yang bersangkutan.

b. Persediaan bahan baku yang terlalu kecil juga menyebabkan kerugian

diantaranya adalah:

Persediaan bahan baku dalam jumlah yang kecil kadang-kadang tidak dapat

memenuhi kebutuhan perusahaan yang bersangkutan untuk pelaksanaan

proses produksi.

Apabila perusahaan tersebut seringkali kehabisan bahan baku untuk

pelaksanaan proses produksinya, maka pelaksanaannya proses produksi dalam

14

perusahaan yang bersangkutan tidak akan bisa berjalan dengan lancar.

Akibatnya kualitas dan kuantitas dari produk akhir yang dihasilkan

perusahaan ini menjadi sering berubah pula.

Persediaan bahan baku yang rata-rata jumlah unitnya relative kecil akan

mengakibatkan frekuensi pembelian-pembelian bahan baku akan menjadi

semakin besar seiring dengan bertambahnya frekuensi pembelian bahan baku,

maka akan mengakibatkan bertambah besar pula biaya pemesanan.

Dari hal-hal tersebut, menurut T. Hani Handoko (2000:155), ada beberapa

hal yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan yaitu:

a. Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan baku yang akan

diselenggarakan dalam perusahaan.

b. Kapan dan berapa jumlah persediaan bahan baku tersebut akan dibeli oleh

perusahaan.

c. Kapan perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengadakan pembelian

kembali, apabila persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut dirasakan

sudah semakin habis.

2.2.4 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut jenis barang dalam pengurutan urutan pengerjaannya, maka

persediaan menurut Barry Render dan Jay Haizer (2006: 470), dapat dikelompokan

menjadi emapat jenis, yaitu :

a) Persediaan bahan mentah/bahan baku (raw Material inventory)

Yaitu persediaan barang-barang yang akan digunakaan dalam proses produksi.

Bahan baku ini didapatkan langsung dari alam atau dari perusahaan dimana

bahan baku tersebut dibeli.

15

b) Persediaan barang dalam proses/barang setengah jadi

Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap bagian suatu pabrik tapi

masih perlu diperoses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.

c) Persediaan MIRO (maintenance, repair and operation)

Persediaan yang khusu untuk perlengkap pemeliharaan atau perbaikan atau

operasi.

d) Persediaan barang jadi

Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses.

Menurut Rangkuti (1995: 88), jenis-jenis persediaan berdasarkan fusngsinya

antara lain :

1. Batch stock/lot size inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan

atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang

dibutuhkan saat ini. Keuntungannya adalah potongan harga pada harga

pembeliaan, efisiensi produksi dan penghematan biaya angkutan.

2. Fluctuation stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen

yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam suatu tahun dan

untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang

meningkat.

16

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku

Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki perusahaan menurut

Bambang Riyanto (2001: 105), ditentukan oleh berbagai factor :

a. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap

gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat jalannya proses

produksi.

b. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang

direncanakan itu sendiri sangat tergantung pada volume sales yang

direncanakan.

c. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan

biaya pembelian yang minimal.

d. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu

yang akan datang.

e. Peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

f. Harga pembelian bahan mentah.

g. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanaan di gudang.

h. Tingkat kecepatan material menjai rusak atau turun kualitasnya.

2.2.6 Pengertian Biaya Persediaan

Menurut Fien Zulfikarijah (2005: 14), unsur-unsur biaya yang terdapat dalam

persediaan digolongkan menjadi empat jenis, yaitu :

1. biaya pembelian

Yang dimaksudkan dengan biaya pembelian adalah biaya per unit apabila item

dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi tiap unit apabila diproduksi dalam

perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari item dalam

17

persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli

ditambah dengan biaya pengangkutan.

2. biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan ini dimaskudkan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

berkenan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual

sejak pemesanan sampai barang-barang atau bahan-bahan tersebut dikirim dan

diserahkan serta disimpan digudang. Biaya ini berhubungan dengan pesanan,

tetapi sifatnya tetap dimana besarnya barang yang dipesan, melainkan berubah

sesuai dengan frekuensi dari pada pesanan, yang termasuk didalam biaya

pemesanan ini semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan

pemesanan bahan tersebut, diantaranya biaya administrasi pembelian (biaya

membuat daftar permintaan) dan penempatan pemesanan, biaya pengangkutan

dan bongkar muat (shipping and holding cost), biaya permintaan dan biaya

pemeriksaan.

3. Biaya penyimpanan (hoolding cost)

Yang dimaksud dengan biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang

diperlukan berkenan dengan adanya jumlah persediaan. Biaya ini

berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat

digudang, sehingga besarnya biaya ini bervariasi yang tergantung dari besar

kecilnya rata-rata persediaan yang ada. Yang termasuk dalam biaya ini ialah

semua biaya yang timbul karena barang disimpan yaitu barang pergudangan

yang terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji tenaga pengaman dan

pelaksana pergudangan biaya peralatan material komoditi digudang, biaya

administrasi gudang, biaya pajak, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan persediaan.

18

4. Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost)

Yang dimaksud dengan biaya ini adalah konsekuensi ekonomis atau

kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar

terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan

kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi

kebutuhan departemen lain. Biaya kekurangan dari pihal luar dapat berupa

back order, biaya kehilangan kesempatan penjualan dan biaya kehilangan

kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan

dapat berupa penundaan pengiriman maupun idlen kapasitas.

2.3 Pengertian Pengendalian Persediaan

Seperti sudah kita ketahui bahwa setiap perusahaan perlu mengadakan

persediaan untuk dapat menjamin keberlangsungan hidup usahanya. Untuk

mengadakan persediaan ini dibutuhkan uang yang diinvestasikan dalam persediaan

tersebut, oleh sebab itu setiap perusahaan haruslah dapat mengendalikan suatu jumlah

persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan

perusahaan dalam jumlah tepat serta dengan biaya serendah-rendahnya, karena ini

berarti banyak uang atau modal yang tertanam, dan biaya-biaya yang ditimbulkan

dengan adanya persediaan tersebut. Sebaliknya jika persediaan yang terlalu kecil akan

merugikan perusahaan. Karena kelancaran dari kegiatan produksi dan distribusi akan

terganggu. Pengawasan persediaan merupakan salah satu dari urutan kegiatan-

kegiatan yang bertautan erat satu sama lain. Dalam seluruh operasi, produksi

perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan terlebih dahulu baik

waktu, jumlah kuantitas maupun biayanya.

19

Pengertian pengendalian persediaan menurut Sofyan Assauri (2008:247),

dikemukakan sebagai berikut:

“Pengendalian persediaan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatanuntuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku,dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaranproduksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaandengan efektif dan efisien.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

persediaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar produksi dapat berjalan

dengan lancar dan biaya persediaan menjadi minimal.

2.3.1 Peranan Pengendalian Persediaan dalam Manajemen Operasi

Pengendalian persediaan merupakan bagian dalam perencaan jangka pendek

yang berarti memiliki peran yang sangat penting dalam proses produksi. Karena

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan persediaan bahan baku yang akan

mempengaruhi jalannya proses produksi. Jumlah persediaan bahan baku diatur

sedemikian rupa sehingga kekurangan maupun kelebihan bahan baku dapat dihindari.

Menurut Sujadi Prawirosentono (2000:72) bahwa:

“Bahan baku di gudang harus tetap ada agar proses produksi tidak

terhenti, dan apabila ada persediaan dalam gudang hanya sedikit tentu dapat

mengancam proses produksi.”

Bila persediaan dilakukan sebanyak-banyaknya, memang proses produksi

akan terjamin kelancarannya. Namun penyimpanan bahan baku yang terlalu banyak

berarti menimbulkan biaya penyimpanan yang besar. Tetapi bila persediaan dalam

jumlah kecil akan dapat mengancam proses produksi dan pemenuhan kebutuhan

konsumen. Jadi dalam melakukan pengendalian persediaan, perusahaan harus

membuat rencana produksi di awal periode produksi. Yang memuat jumlah produksi

yang akan dihasilkan (tujuan produksi), jumlah kebutuhan bahan baku untuk dapat

20

mencapai tujuan produksi tersebut serta hal-hal yang harus dipersiapkan untuk

mengantisipasi hal buruk yang mungkin terjadi.

2.3.2 Fungsi-Fungsi Pengendalian Persediaan

Fungsi-fungsi utama dari suatu pengawasan persediaan yang efektif menurut

Sofyan Assauri (2008:177), adalah:

1. Memperoleh bahan-bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh

suatu supply yang cukup dan bahan-bahan atau barang yang dibutuhkan baik

kuantitas maupun kualitas.

2. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan atau barang dalam persediaan, yaitu

mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi

bahan-bahan atau barang yang telah dimasukan ke dalam persediaan.

3. Pengeluaran bahan-bahan atau barang, yaitu mendapatkan suatu pengaturan

atas pengeluaran dan penyimpanan bahan-bahan atau barang dengan tepat saat

serta tempat dimana dibutuhkan.

4. Meminimalkan investasi dalam bentuk bahan atau barang (mempertahankan

persediaan dalam jumlah optimal setiap waktu).

2.3.3 Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengawasan persediaan yang dijalankan untuk memelihara terdapatnya

keseimbangan antara kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya suatu

tingkat persediaan tertentu dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk

mengadakan persediaan tersebut. Tujuan persediaan secara terperinci menurut Sofyan

Assauri (2008:250) dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk:

21

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi dan operasional.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu

besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak

terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat terhadap biaya pesanan yang besar.

Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang tepat dari bahan-

bahan atau barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya

yang minimum untuk keuntungan dan kepentingan perusahaan. Dengan kata lain,

pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang

optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan yang

minimal.

2.3.4 Tipe Pengawasan Persediaan

Menurut T. Hani Handoko (2000:230), dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Persediaan, mengatakan tipe sistem pengawasan persediaan dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Fixed order size system, yang terdiri dari sistem perusahaan terus-menerus

dan sistem dua tempat.

2. Fixed order quantity system, yang terdiri dari sistem periodik dan sistem

penggantian.

22

2.4 Pengertian Bahan Baku

Seluruh perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan satu atau

beberapa macam produk tentu akan selalu memerlukan bahan baku untuk

pelaksanaan proses produksi. Bahan baku merupakan input yang sangat penting.

Bahan baku akan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk pelaksanaan

proses produksi yang ada didalam perusahaan. Jadi sedikit dapat kita simpulkan

untuk menentukan beberapa banyak bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan

pada satu periode akan banyak tergantung kepada berapa besarnya kebutuhan

perusahaan tersebut akan masing-masing jenis bahan baku untuk keperluan proses

produksi yang dilaksanakan perusahaan.

2.5 Metode Pengendalian Persediaan

2.5.1 Economic Order Quantity (EOQ)

Pengertian EOQ menurut Fredy Ra (2004), bahwa:

“Jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya

yang paling rendah.”

Sedangkan menurut Sofyan Assauri (2008:256), dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Persediaan dan Operasional, mendifinisikan EOQ sebagai

berikut:

“Jumlah atau besarnya pesanan yang diadakan hendaknya

menghasilkan biaya-biaya yang timbul dalam penyediaan adalah minimal.”

Pada pendekeatan Economic Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai

pada keseimbangan antara biaya pemesanan (set-up cost) dan biaya penyimpanan

(holding cost). Jika ukuran lot besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya

penyimpanan naik. Sebaliknya, jika ukuran lot kecil maka biaya pemesanan akan naik

tetapi biaya penyimpanan turun.

23

Menurut Chase et al (2004: 560),

“Model EOQ menyarankan untuk memelihara lot pesanan yang

menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.”

Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya

memperhatikan biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik biaya

variabel yang bersifat perubahannya searah dengan perubahan jumlah persediaan

yang dibeli atau disimpan maupun biaya variabel yang bersifat perubahannya

berlawanan dengan perubahan jumlah persediaan tersebut.

Biaya variabel pada persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan kedalam

beberapa jenis, yaitu:

1. Biaya-biaya yang berubah sesuai dengan tren pesanan, yang kini sering

dinamakan procurement cost/setup cost.

2. Biaya-biaya yang berubah sesuai dengan besarnya average inventory atau

yang sering disebut storage/carrying cost.

Procurement cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi

pesanan yang terdiri atas:

1. Biaya selama proses persiapan

Persiapan-persiapan untuk pesanan.

Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan.

2. Biaya pengiriman pesanan (besarnya ditentukan oleh perusahaan)

3. Biaya pengiriman yang dipesan.

Biaya pembongkaran dan pemindahan barang ke gudang.

Pemeriksaan material yang diterima.

Mempersiapkan laporan penerimaan.

24

Mencatat kedalam material reward.

4. Biaya processing pembayaran.

Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dan pemesanan yang

asli.

Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran.

Peneriman cheque kemudian auditingnya.

Pengiriman cheque kemudian auditingnya.

Setup cost akan semakin besar apabila order quantity makin kecil. Carrying

cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Penentuan

besarnya carrying cost didasarkan pada average inventory dan biaya ini dinyatakan

dalam persentase nilai rupiah dari average inventory dan biaya-biaya yang termasuk

kedalam carrying cost adalah:

1. Biaya penggunaan/sewa ruangan gudang.

2. Biaya pemeliharaan material dan allowance untuk kemungkinan rusak.

3. Biaya untuk menghitung/menimbang barang yang dibeli.

4. Biaya asuransi.

5. Biaya model dan pajak dari persediaan yang ada di dalam gudang.

Carrying cost akan semakin kecil apabila jumlah material yang dipesan

semakin kecil.

Dari kutipan-kutipan diatas, maka dapat dikatakan bahwa dengan

menggunakan EOQ, dapat menentukan jumlah pembelian bahan baku mentah yang

optimal, yaitu jumlah yang harus dipesan dengan biaya yang paling rendah

(ekonomis).

25

Asumsi yang digunakan dalam analisis EOQ ini Lalu Sumayang (2003: 206),

adalah :

1. Kecepatan permintaan tetap dan terus-menerus.

2. Lead Time yaitu waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan datang

harus tetap.

3. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau Stock Out.

4. Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan datang pada waktu yang

bersamaan dan tetap dalam bentuk paket.

5. Harga per unit tetap dan tidak ada penguranga harga walaupun pembelian

dalam jumlah volume yang besar.

6. Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah

inventori.

7. Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan

tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.

8. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.

Pada dasarnya, model EOQ sebaiknya mencari titik optimal kuantitas

pemesanan yang merupakan trade off antara biaya pesan dan biaya simpan. Bila

kuantitas terlalu sedikit maka biaya pesan akan besar karena dalam periode waktu

tertentu misalnya satu tahun menjadi lebih sering melakukan pemesanan. Adapun bila

kuantitas terlalu banyak maka biaya simpan akan menjadi besar. Bila diilustrasikan:

Menurut Budi Harsanto (2013:69), Gambaran konsep EOQ terlihat pada

gambar:

26

Gambar 2.1

Kurva Economic Order Quantity (EOQ)

Jumlah Biaya

Biaya Pemesanan

Titik EOQ

Biaya Total

Biaya Pengelolaan

Jumlah pemesanan

Titik pemesanan optimal tersebut sebaiknya dapat disebut sebai Q ini adalah

untuk menjawab beberapa unit yang sebaiknya kita pesan setiap kali melakukan

pemesanan formula untuk mendapatkan nilai optimal tersebut adalah sebagai berikut:

Q =

Untuk mengetahui biaya total optimal yang didasarkan pada hasil temuan nilai

Q tersebut, formula yang digunakan adalah:

Biaya total = Harga barang + Biaya pesan + Biaya simpan

TC = DC + S+ HDimana makna dari setiap simbol tersebut adalah sebagai berikut:

TC = biaya total (total cost)

D = permintaan tahunan (demand)

27

C = harga persediaan per unit (inventory cost)

Q = kuantitas pemesanan (quantity)

S = biaya pesan (setup cost)

H = biaya simpan (holding cost)

2.5.2 Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Dengan adanya model EOQ ini sebenarnya masih ada kemungkinan

terjadinya out of stock atau kekurangan persediaan dalam produksi. Kemungkinan ini

dapat disebabkan oleh:

1. Penggunaan bahan baku didalam produksi lebih besar daripada yang

diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan mengakibatkan bahan baku akan habis

diproduksi sebelum pembelian atau pesanan yang berikutnya dating, sehingga

terjadinya out of stock. Hal ini berarti terjadi ketidakpastian dalam pemakaian

bahan baku.

2. Pemesanan atau pembelian bahan baku atau barang itu tidak dapat datang

pada waktunya (terlambat) hal ini berarti lead time tidak tepat.

Ketidakpastian jumlah dan waktu pengiriman, lead time dan jumlah serta

penyelesaian produksi merupakan masalah yang sering terjadi. Ketidakpastian ini

dapat menyebabkan kehabisan persediaan atau sebaliknya, jumlah persediaan yang

terlalu banyak. Risiko kehabisan persediaan antara lain disebabkan oleh hal-hal

berikut:

Permintaan yang lebih besar.

Lead time berubah

Permintaan terlalu tinggi

28

Untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, khususnya dalam permintaan

dan lead time, maka disediakan suatu jumlah tertentu (safety stock) yang akan

mengurangi kehabisan persediaan.

Menurut Sofyan Assauri (2008:263), persediaan pengamanan (safety stock)

adalah:

“Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan

yang akan diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan bahan (stock out).”

safety stock (persediaan pengaman) atau sering pula disebut sebagai

persediaan besi (iron stoc) adalah merupakan suatu persediaan yang dicadangkan

sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Dengan adanya

persediaan pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya

ketidak pastian bahan baku.

Menurut Ahyari (2008:87),

“Persediaan pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu, di mana

jumlah unit ini akan tetap dipertahankan, walaupun bahan baku akan berganti

dengan yang baru.”

Semakin besar tingkat safety stock-nya maka kemungkinan kehabisan

persediaan semakin kecil, akan tetapi akibatnya adalah biaya simpan semakin besar

karena jumlah total persediaan meningkat. Bila demikian, tujuan minimasi total biaya

persediaan tidak tercapai karena total biaya dalam model persediaan didapatkan pada

titik keseimbangan antara kelebihan dan kehabisan persediaan.

Tetapi dengan diadakannya safety stock akan mengurangi kegiatan yang

ditimbulkan karena terjadinya stock out, selain itu safety stock juga berperan untuk

menjaga kelangsungan proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan.

29

2.5.3 Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali)

Titik atau tingkat pemesanan kembali atau reorder point menurut Sofyan

Assauri (2008:277), adalah:

“Tingkat pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari dimana

persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan

kembali.”

Dengan demikian diharapkan datangnya material yang dipesan itu tidak akan

melewati waktu sehingga akan melanggar safety stock. Apabila pesanan dilakukan

sesudah melewati reorder point tersebut, maka material yang dipesan akan diterima

setelah perusahaan terpaksa menggambil material dari safety stock.

Titik menunjukan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pemesanan

kembali persediaan untuk mengganti persediaan yang telah digunakan dalam

menentukan titik ini, harus diperhatikan besarnya penggunaan bahan selama bahan-

bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan

bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan oleh 2 faktor,

yaitu:

1. Lead time

2. Tingkat penggunaan rata-rata

Saat pemesanan kembali (reorder point), dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:

1. Menentukan jumlah bahan baku selama lead time ditambah dengan satu

presentase tertentu.

2. Menentukan jumlah pemakaian bahan selama lead time ditambah dengan

persediaan pengaman yang telah ditetapkan.

Dalam menghitung reorder point menggunakan rumus sebagai berikut:

30

ROP = D x L + SS

Dimana:

ROP = Pemesanan kembali (reorder point)

SS = Persediaan pengaman (safety stock)

D = Tingkat pemakaian rata-rata perhari kerja

T = Lead time

Dalam menentukan pemesanan kembali tersebut, ada empat sistem yang

umumnya digunakan dengan beberapa variasi, yaitu sistem tinjauan terus-menerus,

sistem tinjauan periodik, sistem jumlah tetap, dan sistem tepat waktu, yang secara

singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem tinjauan terus-menerus (prepetual review system)

Dalam sistem ini peninjauan dilakukan terus-menerus, yang berarti setiap kali

perlu dipesan, maka harus dipesan. Perhitungan kapan perlu dipesan adalah

apabila jumlah persediaan sudah mencapai jumlah atau tingkat tertentu.

Jumlah tertentu ini disebut sebagai titik pemesanan kembali atau reorder

point. Namun, pendekatan dengan menggunakan titik pemesanan kembali ini

tidak hanya digunakan dalam sistem ini, tetapi juga digunakan dalam sistem

jumlah tetap.

2. Sistem tinjauan periodik (periodic review system)

Dalam sistem ini tinjauan atau perhitungan pemesanan kembali dilakukan

setiap waktu tertentu, misalnya setiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau setiap

periode waktu tertentu yang ditetapkan. Penentuan ini didasarkan atas

beberapa pertimbangan seperti jenis barang, kepentingan barang tersebut

dalam perusahaan dan sebagainya. Tidak peduli persediaan masih banyak atau

tidak, setiap waktu tertentu harus dihitung kembali. Proses perhitungan

pemesanan kembali ini tidak berarti berakibat harus memesan kembali, jadi

31

ada tiga kemungkinan, yaitu memesan kembali, tidak memesan lagi karena

pesediaan masih banyak, atau membatalkan persediaan yang sedang berjalan

karena persediaan kebanyakan.

3. Sistem jumlah tetap (fixed quantity system)

Dalam sistem ini yang menonjol adalah setiap kali memesan, jumlah yang

dipesan selalu sama, dan apabila harga satuannya sama, maka harga yang

dipesan juga sama. Mengenai kapan dipesan, tergantung frekuensi yang paling

ekonomis.

4. Sistem tepat waktu (just in time system)

Dalam sistem ini andalan diletakkan pada konsep tepat waktu, yang

diberlakukan pada semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi, yaitu

tepat waktu pemesanan, tepat waktu pembelian, tepat waktu kedatangan

barang, tepat waktu produksi dan sebagainya.

2.5.4 EOQ Multi Item dengan All Unit Discount

Setiap perusahaan industri disengaja maupun tidak, akan selalu memiliki

persediaan bahan baku. Ada beberapa perusahaan yang persediaan bahan bakunya

tidak dipersiapkan sama sekali. Keadaan semacam ini antara lain disebabkan oleh

bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi tidak dapat dibeli secara satu

persatu. Selain itu jenis bahan baku yang dibutuhkan tidak hanya satu item, hal ini

hanya membuat jadwal pemesanan bahan baku tidak teratur. Meskipun supplier

memberikan diskon pada kuantitas pembelian tertentu, jika penjadwalan pembelian

tidak teratur akan menyebabkan mambengkaknya biaya persediaan. Maka diperlukan

adanya suatu perencanaan pembelian material, agar dapat diketahui pengaruhnya

terhadap pengendalian persediaan. Sehingga perusahaan dapat menentukan kuantitas

bahan baku yang akan dibeli sesuai jadwal produksi agar tidak terjadi penumpukan

persediaan.

32

Model dasar EOQ tidak membahas adanya permintaan multi-item dan adanya

potongan harga yang diberikan oleh supplier. Jadi pada penelitian ini akan

dikembangkan model persediaan dengan mempertimbangkan permintaan multi-item

dengan unit discount. Sehingga didapatkan total biaya persediaan yang minimal.

Untuk mendapatkan model matematis EOQ multi-item dengan all unit discount

didapat dengan cara menurunkan ongkos total terhadap periode antara pemesanan (t)

dan menyamakannya dengan nol untuk mendapatkan jarak pemesanan optimal (t*)

dan ukuran pemesanan optimal yang menyebabkan ongkos total menjadi minimum.

Apabila dalam pemesanan terdapat quantity yang ditawarkan oleh penjual atas

pembelian dalam jumlah tertentu, maka quantity discount perlu dipertimbangkan

dalam penentuan jumlah pesanan ekonomis dilaksanakan, serta perbandingan harga

yang terjadi pada keduanya. Jadi analisis quantity discount itu menggunakan

perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan dan jumlah harga bahan yang

dibayar antara pembelian tanpa quantity discount.

Perusahaan seringkali mendapat tawaran untuk mendapatkan potongan

apabila melakukan pembelian dalam jumlah besar atau sering disebut dengan quantity

discount.

Menurut Richard B Chase (2004: 560), memberikan pengertian quantity

discounts sebagai berikut:

“quantity discount merupakan suatu kebijakan dimana harga beli per

unitnya akan lebih murah dibandingkan dengan harga beli per unit rata-rata.”

Pembelian yang melakukan pembelian dalam jumlah besar akan memperoleh

beberapa keuntungan, antara lain :

1. Harga per unit yang lebih rendah.

2. Biaya transportasi yang lebih murah.

3. Biaya pesan yang lebih rendah.

33

4. Terhindar dari kemungkinan kehabisan persediaan (out of stock).

Akan tetapi pembelian dalam jumlah besar biasanya juga menimbulkan

beberapa akibat yang merugi seperti :

1. Carrying cost menjadi lebih tinggi.

2. Persediaan terlalu lama disimpan sehingga terancap kerusakan kualitas.

3. Perputaran persediaan rendah sehingga ongkos yang tertanam dalam inventory

menjadi lebih besar.

4. Dana penyimpanan yang dibutuhkan lebih besar.

Masalah yang dihadapi dalam khusus pembelian dengan potongan harga

adalah menentukan Q optimal sesuai dengan unit yang terkait dengan harga

pembelian sedemikian rupa sehingga akan memberikan Total Inventory Cost

minimum. Dalam kondisi adanya potongan harga, perhitungan EOQ mengalami

sedikit modifikasi.

Dan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan biaya total

persediaan (total inventory cost) yang minimum :

1. Semua produk diasumsikan sempurna.

2. Pembelian yang dilakukan untuk multi-item.

3. Item tidak memiliki waktu kadaluarsa.

4. Permintaan berlaju konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui

dengan pasti, tidak ada stockout maupun biaya stockout.

5. Periode pemesanan untuk setiap item sama.

6. Semua item yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap

siklus.

34

2.5.5 Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Persediaan

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa persediaa pengaman (safety stock)

dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan atau barang

(stock out) yang mungkin diberikan oleh pengunaan yang lebih besar daripada

perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan atau barang yang

dipesan. Menurut Sofyan Assauri (2008:263), faktor-faktor yang menetukan besarnya

persediaan adalah:

a) Penggunaan bahan baku atau barang rata-rata

Salah satu dasar untuk memperkirakan pengunaan bahan baku atau

barang selama periode khusunya selama periode pemesanan adalah rata-

rata pengunaan bahan baku atau barang pada masa sebelumnya. Hal ini

harus diperhatikan, karena setelah kita mengadakan pesanan (order)

untuk mengganti persediaan yang terpakai, maka pemenuhan kebutuhan

atau permintaan dari pelanggan sebelumnya barang yang dipesan datang,

harus dapat dipenuhi dari persediaan (stock) yang ada kebutuhan atau

permintaan dari pelanggan biasanya turun naik atau berfluktuasi. Oleh

karena itu perusahaan harus dapat memperkirakannya. Metode yang bisa

digunakan adalah rata-rata hitung (average mean). Disamping rata-rata

perlu juga diketahui penyimpangan dan penggunaan yang naik turun.

b) Faktor waktu/Lead Time (Procurement System)

Didalam pengisian kembali persediaan, terdapat suatu perbedaan waktu

yang kadang-kadang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan

dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima

dan dimasukan kedalam persediaan waktu ini disebut lead time yang telah

diperkirakan, namun apabila kedatangan barang-barang tersebut

terlambat, maka persediaan yang ditetapkan semula tidak dapat

memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persediaan

35

pengaman untuk menghadapi keterlambatan datangnya barang. Terdapat

beberapa pendekatan untuk menentukan besarnya persediaan pengaman

yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Diantaranya adalah:

1. Probability of Stock Out Approach

Dalam pendekatan ini dipakai asumsi bahwa lead time adalah konstan

dan seluruh barang yang dipesan diserahkan oleh supplier pada saat yang

sama, jadi dengan asumsi ini, maka terjadilah stock out. Yang bukan

disebabkan karena perubahan dari lead time, penyerahan bahan yang dipesan

tidak pada saat yang sama, tetapi stock out terjadi karena adanya penambahan

dalam permintaan atau penggunaan presentasi titik pemesanan kembali, sama

dengan jumlah dari hasil perkalian besarnya penggunaan setiap harinya

dengan panjangnya lead time ditambah dengan safety stock.

2. Level of Service Approach

Dalam pendekatan ini penentuan safety stock tergantung dari

pemakaian barang selama masa pemesanan kembali pada waktu yang lalu

tidak begitu bervariasi, maka persediaan pengaman yang sedikit sudah cukup

untuk mempertahankan service level yang lebih tinggi.

Dengan mengasumsikan bahwa distribusi permintaan periodik adalah normal

dan distribusi permintaan periodik yang diharapkan dalam periode tenggang waktu

diasumsikan sama, maka permintaan pengaman dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

SD =∑( )²

Dimana:

SD = Standar deviasi

X = Kebutuhan rata-rata

36

X1 = Jumlah kebutuhan barang

N = Jumlah data

Apabila standar deviasi dari permintaan atau kebutuhan telah diketahui, maka

besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan mengalikan standar deviasi

dari permintaan tersebut dengan service level yang kira inginkan dan lead time-nya.

SS = Z x SD x

Dimana:

Z = Tabel z

n = Periode

t = Lead time

2.5.6 Biaya yang Timbul dari Adanya Persediaan

Dalam menentukan persediaan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan. Menurut Sofyan Assauri (2008:242), unsur-unsur biaya yang terdapat

dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-

barang atau bahan-bahan tersebut dari penjual, sejak dari pesanan dibuat dan

dikirim ke pembeli, sampai barang-barang atau bahan-bahan tersebut dikirim

dan diserahkan serta diinpeksi digudang atau daerah pengolahan (process

area).

2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying cost)

Biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan

yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai

37

akibat adanya sejumlah persediaan. Jadi biaya ini berhubungan dengan

terjadinya persediaan dan disebut juga dengan biaya mengadakan persediaan

(inventory carrying cost).

3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost)

Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang

lebih kecil dari pada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-

biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau

memesan suatu barang sedangkan barang yang dibutuhkan tidak tersedia.

4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated cost)

Biaya-biaya yang terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya

pemberhentian kerja dan biaya-biaya pengangguran (idle time cost). Biaya-

biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau

bila terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada

suatu waktu tertentu.

2.6 Perbaikan dalam Sistem Persediaan

Menurut T. Hani Handoko (2000:235), dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Persediaan banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

memaksimalkan kinerjanya. Beberapa metode yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Menstandarkan item persediaan

Persediaan dapat dikurang dengan merumuskan jumlah setiap item

atau dengan mengurangi jenis item. Investasi dalam persediaan dapat

diturunkan apabila hanya satu standar item daripada lima standar item yang

berbeda.

38

2. Mengurangi waktu tunggu

Apabila pemasok berasal dari lokal, maka dapat mengurangi waktu

tunggu dan dapat menurunkan jumlah persediaan.

3. Mengurangi waktu siklus

Arus material secara terus-menerus dan tidak terputus-putus dapat

mengurangi waktu siklus produksi dan akan menaikan perputaran persediaan.

4. Menggunakan beberapa pemasok

Dengan menggunakan beberapa pemasok dapat memperoleh kualitas

dan harga yang lebih baik. Jumlah pemesanan yang lebih kecil dan frekuensi

pengiriman lebih besar dipakai oleh pemasok.

5. Memberitahukan perkiraan permintaan pada pemasok

Jika pemasok mengetahui jumlah yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Maka mereka dapat merencanakan produksi agar persediaan cukup tersedia

apabila diperlukan.

6. Kontrak pembelian dengan pemasok untuk jumlah minimum

Kontrak pembelian dengan pemasok untuk jumlah tetap dengan

pembayaran setelah material diterima, jumlah diskon dapat diperoleh dari

kenaikan harga.

7. Mempertimbangkan biaya transportasi

Jika salah satu kurang mempertimbangkan biaya transportasi maka

akan dapat berpengaruh pada biaya persediaan.

8. Memperbaiki ketepatan catatan

Ketidaktepatan catatan persediaan akan menimbulkan masalah. Siklus

akuntasi dapat memperbaiki ketepatan catatan dan mengurangi kekacauan

operasi.

39

9. Memperbaiki perencanaan kapasitas

Mengakibatkan kerugian dan kelemahan pelayanan skedul produksi

induk. Harus memperhatikan kapasitas dan fasilitas yang dimiliki.

10. Meminimumkan persiapan

Mempersiapkan fasilitas sebelum kegiatan produksi dimulai haru

diberi batasan waktu. Karena dengan waktu persiapan yang pendek dapat

mengurangi pemborosan.

11. Struktur produk sederhana

Terlalu banyak tingkat material yang digunakan dapat menambah

siklus waktu produksi dan penanganan material. Oleh karena itu, dengan

menyederhanakan standar produk akan menghemat waktu siklus dan

penanganan material.

12. Frekuensi pada perbaikan terus-menerus

Lakukan perhatian terhadap standardisasi. Penyederhanaan, integrasi,

singkronisasi dan mengurangi atau menghilangkan kendala.

2.7 Hubungan Pengawasan Persediaan dengan Perencanaan danPengawasan Kegiatan OperasionalDapat kita ketahui tujuan perencanaan dan pengawasan kegiatan operasional

adalah untuk dapat berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu kelancaran operasi

dan kelangsungan hidup serta dapat berkembangnya perusahaaan. Dalam tujuan

perencanaan dan pengawasan kegiatan operasional ini, peranan pengawasan

persediaan sangat penting. Agar perencanaan dan pengawasan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efesien, keduanya harus berjalan bersama-sama.

Perencanaan dan pengawasan dilakukan agar proses produksi dapat berjalan dengan

lancar dan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sedangkan pengawasan persediaan

40

bahan baku untuk mengatur besarnya persediaan bahan baku atau barang yang dapat

meminimalkan biaya sekecil-kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam

perencanaan dan pengawasan kegiatan operasional perusahaan.

Menurut Sofyan Assauri (2008:177), mengatakan bahwa:

“Masalah pengendalian persediaan merupakan masalah yang sangatpenting, karena jumlah persediaan masing-masing bahan baku atau barangakan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi secara keefektifandan keefisienan perusahaan”.

Dengan persediaan bahan baku, perusahaan dapat menentukan jumlah

pemakaian bahan baku pada tingkat yang ekonomis, juga dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan. Karena perusahaan dapat beroperasional dengan jumlah

barang yang paling ekonomis dan biaya yang paling minimal. Selain itu dengan

menentukan tingkat persediaan pengaman (safety stock), perusahaan akan dapat

menentukan kapan sebaiknya pemesanan barang dilakukan kembali (reorder point),

kegiatan operasional perusahaan akan terjaga kelangsungannya. Tanpa didukung oleh

perencanaan yang baik dan sumber daya yang optimal kegiatan operasional

perusahaan belum tentu dapat berjalan dengan lancar.

41

2.8 Kajian Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel dan Objekyang diteliti

Tabel 2.1Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel dan Objek

2.9 Kerangka Pemikiran

Dalam perusahaan yang sedang mengalami kenaikan jumlah produksi,

perusahaan sering menemui permasalahaan atau keluhan dikarenakan jumlah

persediaan yang sulit ditentukan dan peramalan yang kurang akurat dapat menjadi

No Judul Penelitian dan NamaPeneliti

Variabel Hasil Penelitian

1. Rencana Sistem InformasiPersediaan Bahan BakuTerkomputerisasi PT.KPL,Oviliani Yenty Yuliana, TantiOctavia (2001).

PersediaanBahanBakuPlastik

Jumlah pemesanan ekonomisdengan frekuensi pemesananmaksimum untuk setiap bulanmenghasilkan biaya totalpersediaan yang minimum danapabila pengurangan frekuensipemesanan akan mengurangitotal biaya persediaan sisteminformasi. Persediaan bahanbaku terkomputerisasi dapatmenyajikan informasi yangcelevancy, accuaricy, timeliness,dan completeness.

2. Perencanaan PengendaliaanPersediaan Bahan BakuDengan Menggunakan ModelEconomic Order Quantity(EOQ) Studi Kasus PT. XYZ,Halasan B Sirait, ParapatGultom, Esther S Nababan(2013)

PersediaanBahanBaku

Pengendaliaan persediaandengan model Economic OrderQuantity (EOQ) lebih efesien.

3. Analisis PerbandinganPerencanaan Persediaan BahanBaku Menggunakan MetodeJust In Time (JIT) DenganEconomic Order Quantity(EOQ) Studi Khusus Pada PT.Pisma Putra TekstilPekalongan,Kasmari, Lie Liana (2011)

PersediaanBahanBaku SeratRayo,Katun danPolyester

Untuk mendapatkanpenghematan biaya yangsignifikan manajer produksidituntut untuk melakukan upayaperbaikan dalam penangananinfentory, metode yang seringdigunakan adalah EconomicOrder Quantity (EOQ) dan JustIn Time (JIT).

42

penyabab dari kerugian perusahaan. Karena perusahaan tidak dapat optimal dalam

produksi. Dalam permasalahan ini perusahaan sering mengalami kerugian yang

cukup membebani perusahaan.

Dikarenakan tidak adanya ketepatan dalam menentukan jumlah stok

persediaan. Agar proses produksi dapat berjalan lancer tidak terjadi peramalan yang

salah dan jumlah persediaan tidak banyak berlebihan. Perusahaan perlu merancang

system operasional dalam persediaan yang efektif dan efesien.

Metode persediaan sangat perlu di perhatikan karena persediaan adalah aseet

yang sangat penting. Perusahaan selalu ingin mengabaikan hal-hal kecil dari jumlah

persediaan dikarenakan kurangnya kontrol dari perusahaan. Tetapi apabila

perusahaan sering dan terus menerus melakukan kecerobohan ini perusaan dapat

mengalami kerugian yang cukup besar, oleh sebab itu persediaan wajib

diperhitungkan dengan benar agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang terus

menerus.

Dalam kasus persediaan kita dapat melihat fakto-faktor lain seperti

permintaan yang selalu berfluktuasi dan perusahaan cendrung kebingungan saat

menentukan jumlah produksi yang diinginkan, dengan metode peramalan faktor-

faktor tersebut dapat di perhitungkan, tetapi peramalanpun belum bisa dikatakan

akurat dikarenakan metode peramalan yang dipakai dilihat dari periode sebelumnya.

Metode yang bisa di pergunakan untuk menghitung jumlah persedian dan

dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode Economic

Order Quantity (EOQ) adalah suatu metode penentuan jumlah kuantitas barang yang

dapat diperoleh dengan biaya minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah

pembelian yang optimal. Selain dari penentuan persediaan, sebuah perusahaan

dagang juga harus menentukan kapan barang tersebut akan dipesan (reorder point),

berapa barang yang dipesan, serta berapa banyak persediaan yang harus tersedia

didalam gudang (safety stock).

43

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dilihat bagan kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Sumber :Penulis

Economic Order Quantity(EOQ)

Total Biaya Perusahaan

Persediaan Menurut Perusahaan

Penentuan / Pemilihan yang Paling Efektifdan Efesien

Perbandingan Antara Persuhaan danEOQ

Jumlah Persediaan dan Pesanaan BahanBaku

Total Biaya EOQ

Kebijakan CV. DODO-MIS

Forcesting

Permintaan Pasar