bab ii landasan teori 2.1. inflasi 2.1.1. pengertian inflasi · 7 bab ii landasan teori 2.1....
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Inflasi
2.1.1. Pengertian Inflasi
Menurut Karim (2014: 510) “secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu.
Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai
unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas”.
Para ekonom modern mendefinisikan inflasi sebagai “kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter)
terhadap barang-barang/ komoditas dan jasa”.
2.1.2. Jenis-jenis Inflasi
1. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu
a. Inflasi merayap/ rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun.
b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan
relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,
misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya.
8
c. Inflasi berat (high inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
d. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada
kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya
merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
2. Berdasarkan Sebabnya
a. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan
hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap
maka harga akan naik.
b. Cosh Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efesiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/ menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya).
3. Berdasarkan Asalnya
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul
karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat
pada anggaran belanja negara.
9
b. Inflasi yang berdasarkan dari luar negeri karena negara-negara yang menjadi
mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui
bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga
bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga
jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
2.2. Suku Bunga
2.2.1. Pengertian Bunga Bank
Menurut Kasmir (2014: 114) “bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa
yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan)
dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman)”.
Menurut Ismail (2010: 38) “suku bunga merupakan faktor yang sangat penting
dalam aktivitas utama bank, baik suku bunga kredit, maupun simpanan. Kedua
suku bunga tersebut mempengaruhi satu dan lainnya. Apabila suku bunga
bunga simpanan naik, maka kemungkinan besar suku bunga kredit juga naik,
dan sebaliknya”.
Bunga bank adalah balas jasa yang diberikan oleh atau kepada bank kepada
atau dari nasabahnya karena telah mempercayai bank dalam menitipkan uang atau
surat-surat berharganya dengan kata lain balas jasa yang diberikan oleh bank pada
masyarakat yang telah menggunakan produk-produk bank. Serta bunga ini
merupakan sumber penghasilan bagi bank itu sendiri.
10
2.2.2. Jenis-jenis Bunga Bank
Dalam kegiatan perbankan sehari-harinya ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya menurut Kasmir (2014: 114) yaitu sebagai berikut
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus
dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus
dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contohnya bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan
yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Menurut Kasmir (2014: 115) bahwa “untuk menentukan besar kecilnya suku
bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga
simpanan maupun pinjaman saling memengaruhi disamping pengaruh faktor-faktor
lainnya”.
11
Faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah
sebagai berikut
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun, apabila dana
simpanan yang ada banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka
bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika
untuk bunga simpanan rata-rata 16%. Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada dibawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar,
maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
12
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian pula
sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih murah.
6. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda
dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal
pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang yang dibekukan akan
lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan pencairan jaminan tanah.
7. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan
yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil
dan sebaliknya.
8. Produk yang Kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk
yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
dengan produk yang kurang kompetitif.
13
9. Hubungan Baik
Biasanya bank akan menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan
serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan baik dengan pihak bank sehingga dalam
penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak bank yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka
bunga yang dibebankannya pun berbeda. Demikian pula sebaliknya jika
penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, mana
mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak
perbankan.
2.3. Deposito
2.3.1. Pengertian Deposito
Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 dalam Kasmir (2014: 75)
“deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank”.
Sedangkan menurut Kasmir (2014: 74) simpanan deposito merupakan
simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berdeda dengan dua jenis
simpanan sebelumnya, di mana simpanan deposito mengandung unsur jangka
14
waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap
hari.
Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suharjono dalam Ismail (2012: 45) “deposito
adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan sebelumnya”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan deposito merupakan
simpanan yang bisa diambil sesaui dengan jangka waktu tertentu (jatuh tempo) yang
telah disepakati antara si deposan dengan pihak bank dan bisa dijadikan investasi.
2.3.2. Jenis-jenis Deposito
Menurut Iskandar (2013: 110) bank memberikan beberapa alternatif pilihan
pada masyarakat dalam menempatkan dananya dalam beberapa jenis deposito, antara
lain
1. Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka
waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18, sampai dengan
24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun
lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga.
15
2. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, 12 dan 24
bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan
dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun
non tunai.
3. Deposito On Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling lama
kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang
besar.
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call sebelum
deposito on call dicairkan terlebih dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah
memberitahukan bank penerbit.
2.3.3. Fungsi dan Manfaat Deposito
Menurut Latumaerissa (2011: 251) beberapa fungsi deposito diantaranya
1. Bagi Pihak Bank
Deposito merupakan sumber dana bank yang cukup besar, adanya jangka waktu
tertentu menjadikan dana masyarakat dalam bentuk deposito lebih leluasa
digunakan oleh bank untuk kegiatan nasabah.
16
2. Bagi Pihak Nasabah
Bagi nasabah untuk mencari keuntungan dari bunga deposito yang cukup tinggi
dan untuk menjaga keamanan dari dananya.
3. Bagi Pemerintah
Dengan adanya simpanan deposito pada bank maka dapat menekan laju inflasi
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan dapat
mengubah pendapatan pemrintah dari pajak deposito.
Sedangkan manfaat yang diperoleh jika membuka rekening deposito antara lain
a. Bunga Lebih Besar
Dibanding dengan tabungan biasa, menyimpan uang dalam bentuk deposito
memang lebih menjanjikan secara bunga. Bunga yang akan diterima
presentasinya lebih tinggi dibanding dengan tabungan biasa.
b. Aman
Simpanan deposito juga aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Jumlah deposito yang dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sampai dengan Rp 2.000.000.000,- .
c. Tidak Terkena Biaya Administrasi Bulanan
Berbeda dengan tabungan biasa, pada deposito tidak dikenakan biaya
administrasi bulanan. Jadi uang yang tersimpan tidak terkena biaya
administrasi setiap bulannya. Biaya yang muncul pada deposito adalah pajak
bunga dari bunga yang didapat. Jadi uang pokok yang ada dalam deposito
tidak akan berkurang.
17
d. Jaminan Kredit
Deposito juga bisa digunakan sebagai jaminan kredit. Jadi jika deposan
hendak mengajukan kredit ke bank, deposan bisa jadikan deposito sebagai
jaminan.
2.4. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan merupakan pedoman perhitungan yang akan
digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data penelitian sebelum ditarik
kesimpulan dari hasil perhitungan tersebut.
Statistik deskriptif atau statistik deduktif menurut Hasan (2011: 06) adalah
“bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data
sehingga mudah dipahami”.
2.4.1. Uji Korelasi
1. Uji Korelasi Sederhana
Menurut Sugiyono (2012: 228) uji korelasi sederhana digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel bila data kedua variabel
berbentuk interval atau rasio dan sumber data dari dua variabel berbentuk interval
atau rasio dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.
Tabel II.1
Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,01 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2012: 231)
18
Koefisien korelasi menunjukkan arah hubungan dan kekuatan antar dua
variabel. Rentangan nilai koefisien korelasi adalah -1 dan +1. Jika koefisien korelasi
bernilai positif maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen bernilai positif (searah). Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar variabel independen maka semakin besar pula variabel dependen,
begitu pula sebaliknya. Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dapat
dilihat jika nilai dari koefisien korelasi semakin mendekati nilai 0 (nol) maka
kekuatan hubungan antara variabel tersebut semakin lemah, begitu pula sebaliknya.
Selain menggunakan SPSS, korelasi sederhana dapat dihitung dengan MS.
Excel dan rumus manual, yaitu
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
N = Banyaknya Pasangan Data X dan Y
ƩX = Total Jumlah dari Variabel X
ƩY = Total Jumlah dari Variabel Y
ƩX2
= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
ƩY2
= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
ƩXY = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
𝑟 =nƩXY-(ƩX)(ƩY)
√[nƩX2-(ƩX)2][nƩY2-(ƩY)
2]
19
2. Uji Korelasi Berganda
Menurut Sugiyono (2012: 231) korelasi ganda merupakan angka yang
menunjukkan arah antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih
dengan variabel dependen. Dalam uji korelasi ganda dengan dua variabel bebas (X1,
dan X2) dan variabel terikat (Y), hubungan antara kedua variabel bebas dan secara
bersama-sama tidak sama dengan menggabungkan masing-masing hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, atau
R ≠ r1 + r2
Oleh karena itu untuk mencari R dapat menggunakan rumus:
Keterangan:
R𝑋1.𝑋2.𝑌= Koefisien Korelasi Berganda
X1 = Variabel bebas ke-1
X2 = Variabel bebas ke-2
Y = Variabel tak bebas
2.4.2. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2011: 97) koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
R𝑋1.𝑋2.𝑌 = √𝑟𝑋1.𝑌
2 + 𝑟𝑋2.𝑌2 − 2 (𝑟𝑋1.𝑌)(𝑟𝑋2.𝑌)(𝑟𝑋1.𝑋2)
1 − 𝑟X1.X22
20
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen. Perhitungan secara statistik dapat
dirumuskan:
KP = (R2) x 100%
KP = koefisien penentu (R2)
R = nilai korelasi
2.4.3. Uji Persamaan Regresi
Menurut Sugiyono (2012: 260) “regresi linear adalah metode statistika yang
digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel dependen (Y) dengan
satu atau lebih variabel independen (X). Jika variabel independen terdiri dari satu
variabel disebut regresi liner sederhana, sedangkan apabila terdapat dua atau lebih
variabel independen maka disebut regresi linear berganda”. Manfaat dari hasil
analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya
variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau
tidak.
a. Persamaan regresi linear sederhana
b. Persamaan regresi linear berganda
Y = a + bX
Y = a + b1X1 +b2X2 + ...bn Xn
21
Keterangan:
Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstanta)
b = angka arah koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
independen. Bila (+) arah garis naik, bila (-) arah garis turun.
X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
2.4.4. Uji Hipotesa
Menurut Misbahudin dan Hasan (2013: 34) “Hipotesis adalah pernyataan atau
dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris”. Sedangkan menurut
Misbahudin dan Hasan (2013: 38) “pengujian hipotesis adalah satu prosedur yang
menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak
hipotesis ini”.
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengambilan keputusan ada 2 cara
yang digunakan oleh penulis.
1. Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikasi.
a. Menentukan Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha).
b. Menentukan signifikasi.
c. Pengambilan keputusan:
22
Signifikasi ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Signifikasi ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
d. Kesimpulan.
2. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai f tabel
a. Yaitu menentukan Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha).
b. Menentukan tingkat signifikan berdasar signifikansi:
Jika signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima.
Jika signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
c. Menentukan f hitung dan f tabel.
Besarnya f hitung akan dihasilkan dari keluaran SPSS, dan f tabel akan
ditentukan dengan tabel f, dalam melihat f tabel perlu diperhatikan tingkat
signifikansi dan derajat kebebasan (df2).
d. Pengambilan keputusan
Jika f hitung ≤ f tabel maka Ho diterima.
Jika f hitung ≥ f tabel maka Ho ditolak.
e. Kesimpulan.