bab ii landasan teori · 1. pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah....
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pajak Restoran
2.1.1. Pengertian Pajak
Definisi Pajak mardiasmo(2016) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Definisi Pajak Menurut Resmi(2017) yaitu :
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kek kas
negara yang di sebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.
Waluyo dalam jurnal Sabil(2016) mendefinisikan pajak sebagai iuran kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah :
bahwasanya Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah
kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Dengan demikian,pajak daerah merupakan
pajak yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan peraturan daerah
9
(Perda), yang wewenang pemungutannya dilakasanakan oleh Pemerintah
daerah dan aslinya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah.
Resmi(2017) disebutkan bahwa pajak memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
dadrah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public
investment.
Sedangkan menurut Erly Muanday dalam Sabil(2017) menyatakan bahwa
ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah.
2. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
10
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
publik investment.
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah.
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
2.1.2 Fungsi Pajak
Siti Resmi dalam Ratiyah(2017) mengemukakan bahwa “terdapat dua fungsi
pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regulerend
(pengatur)”:
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak mempunyai fungsi
budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-
banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara
ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atasa
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lain-lain.
2. Fungsi Regulerend (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya
pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di
luar bidang keuangan.
11
2.1.3. Syarat Pemungutan Pajak
Mardiasmo(2016)”Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut”:
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan) Sesuai dengan tujuan hukum,
yakni mencapai keadilan, undang-undang, dan pelaksanaan pemungutan
harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing. Sedang adil dalam pelaksanaannyayaknidengan memberikan hak
bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada MajelisPertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) di
Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun
warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan tidak
boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil) Sesuai fungsi budgeter,
biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutannya
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhanaSistem pemungutan yang
sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang
perpajakan yang baru.
12
2.1.4. Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata Cara Pemungutan Pajak mardiasmo(2016) Stelsel Pajak Pemungutan
pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan yang nyata) sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu
tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya
adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuranStelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan
stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah.
Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
13
2.1.5. Asas Pemungutan Pajak
Asas Pemungutan Pajak yaitu menurut mardiasmo(2016) yaitu :
a. Asas domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini
berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas kebangsaan.
d. Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
2.1.6. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak menurut mardiasmo(2016) yaitu :
a. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System adalah suatu pemungutan pajak yang
memberiwewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang. Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri.
14
2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan banyak mengawasi.
c. With holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberiwewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib
Pajak yang bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya yaitu wewenang memotong atau
memungut pajak yang tentang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus
dan Wajib Pajak.
2.1.7. Pengertian Pajak Restoran
Suleman(2019) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa :
Pajak restoran dapat digolongkan sebagai pajak tidak langsung, dimana pajak
yang pengenaannya berdasarkan atas pelayanan yang diberikan kepada
konsumen ini, bebannya berada pada konsumen. Dalam hal ini, pemilik atau
pengusaha restoran merupakan pihak yang melakukan pemungutan dan
menyetorkan hasil pajak tersebut kepada instansi yang berwenang menerima
pengumpulan hasil pajak tersebut.
Menurut perda Nomor 11 tahun 2011 adalah, “pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Sedangkan pengertian restoran adalah fasilitas penyedia
makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin,warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.”
Dalam pemungutan pajak Restoran terdapat beberapa terminologi yang perlu
di ketahui, terminology tersebut menurut peraturan daerah no.11 Tahun 2011 dapat
dilihat sebagai berikut:
15
1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran yang mencakup rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga dan catering.
2. Pengusaha restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun.
3. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan, sebagai pembayaran atas
pemilik rumah makan.
4. Bon penjual (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai bukti
pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan
pembayaran atas pembelian makanan atau minuman kepada subjek pajak.
2.1.8. Objek Pajak Restoran
Objek pajak restoran sesuai perda nomor 11 tahun 2011 adalah :
1. Objek pajak adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.
2. Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud meliputi
pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang di konsumsi oleh
pembeli, baik dikonsumsi ditempat ataupun di tempat lain.
Didalam pajak restotan juga ada beberapa pengecualian dalam pajak restoran
antara lain :
1. Pelayanan yang disediakan restoran atau rumah makan yang pengelolannya
satu manajemen dengan hotel
2. Pelayanan yang disediakan restoran yang nilai penjualannya (peredaran
usaha) tidak melebihin Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta rupiah) per tahun.
16
2.1.9. Subjek Pajak Restoran
Subjek pajak restoran sesuai perda Nomor 11 tahun 2011 adalah orang
pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.
Dapat dikatakan subjek pajak restoran karena yang terkena pungutan pajak
ialah konsumen restoran. Setiap orang yang berada di suatu restoran atau tempat
makan yang terdapat pajak restoran, maka pihak restoran wajib memberikan pajak
restoran sebesar 10% kepada konsumen.
2.1.10. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 40 yaitu :
Pajak Restoran paling tinggi ditentukan sebesar sepuluh persen dan
ditetapkan dengan peraturan Daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak restoran yang dipandang sesuai
dengan kondisi kabupaten/kota masing-masing.
Dasar pengenaan pajak restoran menurut perda No 11 tahun 2011 adalah
“jumlah pembayaran yang di lakukan kepada restoran berlaku juga untuk pelayanan
kepada instansi pemerintahan.”
Setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau instansi pemerintah yang datang ke
restoran wajib dikenakan pajak restoran, karena baik Pegawai Negeri Sipil dan juga
instansi pemerintah termasuk dalam konsumen yang wajib dikenakan pajak.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah pembayaran diterima atau yang
seharusnya diterima Restoran
17
Menurut Pergub nomor 22 Tahun 2007 tentang pemungutan pajak restoran
adalah :
Pemungutan pajak restoran tidak dapat diborongkan artinya seluruh proses
pemungutan pajak restoran tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Setiap pengusaha restoran wajib memperhitungkan, membayarkan dan
melaporkan sendiri pajak restoran yang terutang dengan menggunakan Surat
Pemberitahuna Terutang Pajak Daerah (SPTPD). Artinya fiskus hanya
bertugas mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak oleh wajib
pajak restoran.
Dalam Pergub No.22 tahun 2007 pajak pasal 9 tentang petunjuk pemungutan
pajak restoran :
Pembayaran masa pajak restoran terutang dilakukan paling lambat 15 (lima
belas) hari setelah berakhirnyamasa pajak dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak Daerah (SSPD). Jika ada keterlambatan dikenakan sanksi
bungan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dan ditagih dengan STPD.
Menurut Pergub DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2007 pasal 22 dan pasal 24
yaitu :
Wajib pajak restoran dengan peredaran usaha atau omset lebih dari
Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun, wajib
menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan standard akuntansi keuangan
Indonesia atau prinsip pembukuan secara umum. Dan pembukuan serta
dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak harus
disimpan selama 5 (lima) tahun.
18
2.2. Pajak Daerah
2.2.1. Pengertian Pajak Daerah
Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 dijelaskan bahwa
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mardiasmo dalam jurnal Suleman(2019) yaitu :
Pajak Daerah adalah selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
keapada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Siahaan dalam jurnal Sabil(2015) yaitu :
Siahaan menyimpulkan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
2.2.2. Jenis-jenis Pajak Daerah
Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 2 disebutkan bahwa
terdapat 2 jenis pajak daerah, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
Didalam pajak porvinsi terdiri dari :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
19
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
Sedangkan didalam Pajak kabupaten/kota terdiri dari :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
2.2.3 Subjek dan Wajib Pajak Daerah
Sabil(2017) Adapun bagian dari subjek pajak dan wajib pajak daerah adalah:
1. Subjek kendaraan bermotor dan kendaraan di Atas air adalah orang pribadi
atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
2. Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan
20
bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau
badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air.
3. Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotoradalah konsumen bahan
bakar kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan kendaraan bermotor.
4. Subjek Pajak Pengembalian dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil, atau
memanfaatkan, atau mengambil dan memanfaatkan air bawah tanah dan/atau
air permukaan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
mengambil dan memanfaatkan air bawah tanah dan/atau air permukaan.
5. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel. Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.
6. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada restoran. Wajib pajaknya adalah pengusaha restoran.
7. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton
dan/atau menikmati hiburan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan hiburan.
8. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib pajaknya
adalah orang pribadi.
9. Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadiatau badan yang
menggunakan tenaga listrik. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna tenaga
listrik.
21
10. Subjek Pajak Pengembalian Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi
atau badan yang mengambil bahan galian golongan C. Wajib pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan galian
golongan C.
11. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas tempet parkir. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
2.2.4. Objek Pajak Daerah
Sabil(2017) Objek Pajak Daerah antara lain :
1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air.
2. Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotordan Kendaraan di Atas
Air adalah penyerahaan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
3. Objek Pajak Bahan Kendaraan Bermotor adalahbahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan
bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air.
4. Objek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan adalah :
a. Pengambilah air bawah tanah dan/atau air permukaan
b. Pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan
c. Pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan
22
5. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran termasuk :
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan.
c. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel
6. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan
pembayaran.
7. Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran.
8. Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
9. Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, di wilayah
daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah.
10. Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C.
11. Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
23
2.3. Konsep Dasar Perhitungan
2.3.1. Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara
variabel, bentuk dan arah hubungan serta besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat. Untuk kekuatan hubungan antara kedua variabel, besarnya koefisien
berkisar di antara -1 sampai +1. Definisi variabel bebas dan variabel terikat adalah
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Indepedence Variable)
Sugiyono(2017)“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan dan harga.
Pengumpulan informasi mengenai variabel ini berdasarkan kuesioner berupa daftar
pertanyaan yang diajukan kepada responden.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Sugiyono(2017) “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat (Y) yang
digunakan adalah keputusan pembelian. Pengumpulan informasi mengenai variabel
ini berdasarkan kuesioner, berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada
responden.
Nilai koefisien korelasi bisa dikatakan bernilai positif apabila variabel yang
satu naik maka variabel yang lainnya ikut naik dan sebaliknya, apabila varivel yang
satu turun maka variabel yang lainnya akan turun. Jika nilai koefisien korelasi
bernilai negatif maka akan memiliki arti apabila varibael yang satu naik maka
24
variabel yang lain akan turun dan juga sebaliknya apabila variabel yang satu turun
maka variabel yang lainnya akan naik.
Hubungan antara variabel tersebut ada dua yaitu hubungan yang positif dan
hubungan yang negatif. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya
hubungan antara X dan Y disebut kofisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi
terdapat dalam batas -1≤ r ≤ 1. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi
(pengaruh) negatif atau korelasi tidak langsung.
Menurut Sugiyono(2017) Untuk mencari nilai korelasinya penyusun
menggunakan rumus korelasi berdasarkan Person Product Moment sebagai berikut :
𝑟𝑥𝑦=
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑦)
√{𝑁 ∑𝑋2 − ( ∑𝑋)²}{𝑁 ∑𝑌2 − (∑𝑌)²}
Keterangan :
Rxy = Koefisien Korelasi
∑xy = Jumlah perkalian variabel x dan y
∑x = Jumlah nilai variabel x
∑y = Jumlah nilai variabel y
∑x2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel x
∑y2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel y
N = banyaknya sampel
25
Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien atau seberapa
besar pengaruh variabel-variabel bebas (Independen) terhadap variabel terikat
(Dependen), sebagai berikut :
Tabel II.1.
Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2017)
2.3.2. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana variabel
bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol sampai dengan satu. Menurut Ghozali(2016) “Nilai R2 yang kecil mengadung arti
bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat
terbatas. Sebaliknya, nilai R2 yang hampir mendekati satu mengandung arti bahwa
variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi varibel independen”. Adapun rumus determinasi adalah :
Kd = r2 x 100%
Keterangan :
r = Korelasi Product moment.
26
Kd = Koefisien dterminasi atau seberapa jauh perubahan variabel terkait (minat
pemanfaatan sistem informasi)
Kriteria untuk analisis determinasi adalah :
a. Jika Kd mendekati 0 (nol), maka pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen lemah.
b. Jika Kd mendekati 1 (satu), maka pengaruh variabel independen dan varibel
dependen kuat.
2.3.3. Uji Persamaan Regresi
Menurut Sugiyono(2016) “Regresi sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional ataupun kasual satu variabel independen dengan satu variabel
dependen.”Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Subjek dalam Variabel dependen yang di prediksikan.
a = Konstan bila X = 0
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan peningkatan ataupun
penurunan variabel yang didasarkan pada varibael independen. Bila b (+) maka
akan naik, dan bila b (-) makan akan turun.
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.