bab ii landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/1934/2/bab ii.pdf · ... dampak translasi...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian Sebelumnya
Dalam kajian pustaka ini, penulis berpedoman pada beberapa
penelitian ilmiah yang sudah diteliti pada tahun sebelumnya. Penelitian
tersebut dijadikan penulis sebagai pedoman karena menurut penulis
terdapat kesamaan topik dengan apa yang ingin penulis buat.
Penelitian ilmiah pertama adalah penelitian dari Hernawati (2001)
dengan judul “Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Kinerja Keuangan
PT. Madu Baru Periode 2007-2008”. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan Rasio likuiditas, sulvabilitas, dan rentabilitas.
Penelitian ilmiah kedua adalah penelitian dari Devi Ferdiansyah
(2013) yang berjudul “Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,
dan Rentabilitas untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT. Madu Baru
Yogyakarta”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Rasio likuiditas,
solvabilitas, aktivitas dan rentabilitas.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
13
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah
bagian dari proses pelaporan keuangan.
1. Komponen Laporan Keuangan PSAK No. 1 (Revisi 2015)
Laporan keuangan yang lengkap didalam PSAK No. 1 terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan (neraca pada akhir periode)
Laporan posisi keuangan (neraca pada akhir periode),
tambahan neraca ini untuk sinkronisasi dengan regulasi di
Indonesia.Perubahan definisi-definisi seperti kewajiban
menjadi liabilitas dan hak minoritas menjadi kepentingan non
pengendali (non controlling onterest).Penyajian kepentingan
non controlling onterest sebagai bagian ekuitas dan bagian laba
bukan sebagai pengurangan laba Laporan Keuangan
Konsolidasian. Laporan keuangan awal periode (dari periode
sajian) untuk penyajian retroaktif . Minimum line item
penyajian neraca:
1) Property Investasi
2) Provisi
3) Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
4) Asset yang dimiliki untuk dijual
5) Dll
Urutan penyajian laporan keuangan dalam ilustrasi
PSAK No. 1
Tabel 1. Urutan penyajian laporan keuangan
14
ASET LIABILITAS
Asset lancer Liabilitas jangka pendek
Asset tidak lancer Liabilitas jangka panjang
Ekuitas
Hak dan Pengendali
Ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk
Penyajian asset lancar dan liabilitas jangka pendek
dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang
terpisah.Kecuali penyajian berdasarkan likuiditas
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan maka digunakan urutan likuiditas.Perusahaan
keuangan berdasarkan likuiditas pemisahan jumlah yang di
harapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih
dari dua belas bulan untuk setiap pos asset dan liabilitas
nilainya digabung.
Klasifikasi asset lancar.
1) Mengharapkan akan merealisasikan asset, atau
bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam
siklus operasi normal
2) Memiliki asset untuk tujuan diperdagangkan
15
3) Mengharapkan akan merealisasi asset dalam jangka
waktu 12 bulan setelah pelaporan
4) Kas dan setars kas (PSAK 2: Laporan Arus Kas)
kecuali asset tersebut dibatasi pertukarannya atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas
sekurang-kurangnya 12 bulan aetelah periode
entitas mengklasifikasikan asset yang tidak
termasuk kategori tersebut sebagai asset tidak lancar.
Klasifikasi liabilitas lancar:
1) Mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut
dalam siklus operasi normalnya
2) Memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan
diperdagangkan
3) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam
jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan
4) Tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12
bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan yantidak termasuk
kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang.liabilitas
keuangan yang dibiyai kembali yang akan jatuh tempo
dalam 12 bulan setelah periode pelaporan diklasifikasikan
16
sebagai liabilitas jangka pendek, jika entitas tidak memiliki
hak tanpa syarat untuk membiayai kembali.pelanggara
perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta
percepatan pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan
sebagai liabilitas jangka pendek, meskipun kreditur
mengijinkan penundaan pembayaran selama 12 bulan
setelah tanggal pelaporan tetapi persetujuan tersebut
diperoleh setelah tanggal pelaporan.
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
PSAK ini mensyaratkan entitas untuk menyajikan laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensiflain dalam dua bagian
yaitu: laba rugi dan pos penghasilan komprehensif lain. PSAK
meyakini hal ini akan memberikan lebih banyak konsistensi
dalam penyajian dan membuat pelaporan keuangan menjadi
lebih dapat diperbandingkan.
Laba komprehensif: yaitu perubahan asset atau liabilitas
yang tidak mempengaruhi laba pada periode rugi, yaitu:
1) Selisih revaluasi asset tetap
2) Perubahan nilai investasi available for sale
3) Dampak translasi laporan keuangan
Dalam dua laporan:
1) Laba sebelum komprehensif
17
2) Laporan laba komprehensif dimulai dari laba/rugi
bersih.
Minimum line item L/R komprehensif
1) Pendapatan
2) Biaya keuangan
3) Bgian laba rugi dari entitas asosiasi dan jont venture
yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
4) Beban pajak
5) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan
b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui
dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual atau dari pelepasan asset atau
kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi
yang dihentikan
6) Laba rugi
7) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode akuitas
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan perubahan ekuitas, terdiri dar:
18
1) Menunjukkan total laba rugi komprehensif selama suatu
periode yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk
dan pihak non pengendali
2) Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan
retrospektif
3) Rekonsiliasi antara saldo awal dan akhir periode yang
timbul dari laba, pos pendapatan komprehensif dan
transaksi dengan pemilik
4) Jumlah deviden yang diatribusikan kepada pemilik dan
nilai deviden per saham, diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan
d. Laporan arus kas selama periode
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi ringkasan
kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain.
Catatan atas laporan keuangan, meliputi:
1) Menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi: dasar pengukuran, kebijakan
relevan, asumsi dalam estimasi
2) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang
tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan
3) Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian
manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut
19
relevan untuk memahami laporan keuangan (pengelolaan
modal)
e. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektifatau membuat penyajian kembali pos-pos dalam
laporan keuangannya.
Entitas menyajikan semua komponen laporan keuangan
lengkap dengan keutamaan dan manajemen entitas
bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Analisis Rasio Laporan Keuangan
Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan
suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja
keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang
terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan
Arus Kas dalam periode tertentu.
Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran
informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.
Analisis Data Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa
masing - masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan dalam
20
bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan
kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.
Macam-macam Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007), rasio keuangan yang
sering digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
3. Rasio Rentabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang,dan sebagianya.
4. Rasio leverage, menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun asset.
5. Rasio Aktivitas, menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.
6. Rasio pertumbuhan, menggambarkan persentasi pertumbuhan
pos-pos perusahaan per tahun.
21
7. Penilaian pasar, rasio yang khusus digunakan di pasar modal
yang menggambarkan situasi /keadaan prestasi perusahaan di
pasar modal.
8. Rasio produktivitas, menunjukakan tingkat produktivitas dari
unit atau kegiatanyang dinilai.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban
fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan
aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan
dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah
masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus
dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid
sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban
financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan
tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala
kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan
perusahaan tersebut insolvable.
22
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini
dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu
pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio
likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga
rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
1. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling
umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio
yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
23
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan
current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas
atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan
cara (Riyanto, 2001:28):
1) Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk
menambah aktiva lancar.
2) Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk
mengurangi jumlah utang lancar.
3) Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama
dengan mengurangi aktiva lancar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Formula Current Ratio
Secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan
yang bukan kredit, Current Ratio kurang dari 200%
dinyatakan kurang baik, pedoman ini ini hanya didasarkan
pada prinsip hati-hati. (Bambang Riyanto, 2001:26)
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan
24
quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan
persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva
lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami
fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi
likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi
hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio
umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka
semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
Formula Quick Ratio
c. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas
yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang
dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang
bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
25
Formula Cash Ratio
Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan
tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan
yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-
hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan di likuidasi.
Berdasarkan pendapat di atas maka Solvabilitas adalah rasio
untuk mengetahui dapat atau tidaknya suatu perusahaan dalam
memenuhi semua kewajiban baik jangka pendek dan jangka panjang
26
pada saat perusahaan dilikuidasi. Dalam penelitian ini, penilaian rasio
Solvabilitas didasarkan pada dua rasio yaitu:
1. Total Assets to Debt
Ratio Total Assets to Debt Ratio adalah perbandingan
antara total aktiva dengan total utang, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar modal pinjaman (utang) yang digunakan dalam
menghasilkan keuntungan dibandingan aktiva yang dimiliki.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apabila Total Assets to Debt Ratio 100%, ini berarti
bahwa jumlah kekayaan sama besarnya dengan jumlah
utangnya, sehingga perusahaan tidak memiliki kelebihan
aktiva di atas utangnya. Perusahaan harus mengusahakan
Total Assets to Debt Ratio lebih dari 100%, supaya bisa
dinyatakan baik (Bambang Riyanto, 2001: 34).
2. Net Worth to Debt Ratio
Net Worth to Debt Ratio adalah perbandingan antara
modal sendiri dengan jumlah utang yang dimilik perusahaan.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
27
Penilaian Net Worth to Debt Ratio rasionya 1:2. Makin
kecil persentasi ini berarti makin cepat makin cepat menjadi
insolvabel, karena dengan adanya pengurangan yang kecil saja
dari nilai aktivanya, perusahaan sudah dalam keadaan
insolvabel (Bambang Riyanto, 2001:34).
3. Times interest earning ratio/ coverage ratio
merupakan ratio antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bungan dengan
laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya
laba bisa menutup beban bunganya. Untuk menghitung times
interest earning ratio bisa menggunakan rumus sebagai
berikut:
coverage ratio
4. Fixed chage coverage ratio
adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
unutk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden
saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Untuk
28
menghitung Fixed chage coverage ratio bisa menggunakan
rumus sebagai berikut:
5. Debt service ratio
merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban
tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Untuk
menghitung debt sevice ratio bisa menggunkan rumus sebagai
berikut:
Rasio Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan
anatara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain Rentabilitas adalah kemampuaan suatu
perusahaan untuk mengahasilkan laba selama periode tertentu
(Bambang Riyanto, 2001:35).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007) Rasio Rentabilitas atau
disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
29
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya.
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam
operasi. Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain,
Rentabilitas yang tinggi lebih penting dari pada keuntungan besar. Ada
dua cara penilaian Rentabilitas:
1.Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Ekonomi merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan total modal.Pengertian Rentabilitas Ekonomi sering
dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal
didalam suatu perusahaan, maka Rentabilitas Ekonomi sering pula
dimaksudkansebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh
modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba
(Bambang Riyanto, 2001:36). Secara sistematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2.Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas Modal Sendiri atau sering juga dinamakan
rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah
30
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak
(Bambang Riyanto, 2001: 44).
3.Margin Laba Kotor ( Gross Profit Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan
yang dicapai pada periode yang sama.
Ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah
semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan
pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.
Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan
perusahaan, berikut rumus yang digunakan:
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan untuk menutupi biaya-biaya operasi
lainnya.Jika rasio pada perusahaan tersebut diketahui untuk biaya
tetap sehingga perusahaan bisa memperoleh laba.
4.Margin Laba Bersih( Net Provit Margin)
31
Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk
menghitung nilai rupiah dari setiap laba bersih yang diperoleh dari
setiap satu rupiah penjualan dan juga mengukur seluruh efesiensi
baik produksi, administrasi, marketing, pendanaa, penentuan harga
maupun manajemen pajak.Jadi semakin tinggi tingkat rasio yang
dimiliki suatau perusahaan makan semakin tinggi juga tingkat laba
yang deperoleh perusahaan tersebut dari tingkat penjualan tertentu.
Atau bisa saja rasio yang rendah menunjukan tingkat penjualan
yang rendah untuk tingkat biaya tertentu. Atau dengan tingkat
biaya yang tetlalu mahan untuk tingkat penjualan tertentu.Berikut
rumus yang digunakan:
Semakin tinggi rasio yang dimiliki perusahaan maka
semakin baik laba yang dihasilkan, karna rasio tersebut
menunjukkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba pada
tingkat penjualan tertentu.
5.ProfitMargin
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mengahasilkan laba bersih dengan tingkat
penjualan tertentu. Kita bisa mengetahui seraca langsung rasio ini
di analisis common size untuk laporan rugi laba Rasio ini juga bisa
32
diartikan sebagai penekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di
perusahaan pada periode tertentu.
Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari setiap
penjualan tertentu. Semakin besar tingkat rasio yang digunakan
maka akan semakin baik.
Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan aktivanya (Handoyo, 1997:34).
Menurut Kasmir (2008:172) rasio Aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan
aktiva yang dimilikinya. Rasion aktivitas juga dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini
dapat mengetahui apakah perusahaaan lebih efektif dan efisien dalam
mengelola asset yang dimilikinya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasio
Aktivitas yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola atau
mendayagunkan aset yang dimilikinya baik secara harian ataupun selama
periode tertentu. Berikut beberapa jenis-jenis rasio Aktivitas, yaitu:
1. Inventory Turnover ( Perputaran Persediaan)
33
Inventory Turnover ( Perputaran Persediaan) adalah merupakan rasio
antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki perusahaan (Munawir, 2004:77). Menurut
Kasmir (2008) Inventory Turnover merupakan rasio yang menunjukan
berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.
Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa Inventory Turnover adalah
kemampuan perusahaan dalam pergantian persedian yang tersedia di
perusahaan tersebut. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Inventory Turnover
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
2. Fixed Assets Turnover (Perputaran Aktiva Tetap)
Fixed Assets Turnover (Perputaran Aktiva Tetap) merupakan
perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap. Fixed
Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam
satu periode.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fixed Assets Turnover
34
Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur
dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena
kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi.
Kinerja Keuangan
1.Pengrtian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas (Jumingan, 2006:239).
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang
dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sutrisno,
2009:53).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan
alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai
baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat
35
penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam
menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011:2).
2.Pentingnya Kinerja Keuangan
Penilaian Kinerja Keuangan sangat penting dilakukan oleh
perusahaan, karena dengan mengetahui Kinerja Keuangan maka
dapat dijadikan pihak manajemen dalam pengambilan keputusan
keuangan.
Menurut Jumingan dalam bukunya Analisis Laporan
Keuangan (2008) Kinerja Keuangan perusahaan memiliki arti
penting sebagai berikut:
a. Sebagai ukuran mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan
perusahaan terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan
profitabilitas.
b. Sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam
menghasilkan profit secara efisien.
Informasi Kinerja Keuangan tersebut bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas
dari sumber daya yang ada, di samping itu informasi tersebut juga
berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI,
2007).
36
3.Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian Kinerja Keuangan adalah penilaian atas efisiensi
dan produktivitas dalam usaha berkala atas dasar laporan keuangan
perusahaan. Rangkaian aktivitas penilaian Kinerja Keuangan pada
suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan
diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Laporan laba rugi
mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama satu periode tertentu
biasanya menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan
neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada
suatu tertentu.
Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau m
encari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai
usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para
investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya
sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan
bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.
Sedangkan bagi perusahaan, informasi kinerja keuangan
perusahaan dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:
37
a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara
keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan
untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi
pada khususnya.
e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
menurut Djarwanto (2004) adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan letak geografis yang membawa perbedaan dalam
tingkat harga dan biaya usaha.
b. Perbedaan dalam pemilikan aktiva tetap, ada yang memiliki
sendiri ada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya
38
investasi dalam harta kekayaan yang tidak digunakan dalam
hubungannya dengan operasi regular.
c. Perbedaan dalam tingkat harga yang dicerminkan dalam
pospos aktiva tidak lancar.
d. Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada
yang baru ada yang lama.
e. Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi.
f. Perbedaan dengan tingkat kapasitas pabrik. Berproduksi
dengan tingkat kapasitas tinggi atau rendah.
g. Perbedaan dalam kebijakan pembelian bahan dasar.
h. Perbedaan dalam penilaian pembelian bahan dasar.
i. Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat
persediaan. Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan
barang dagangan tunai.
j. Perbedaan dalam kebijaksanan pemilihan saluran
pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal,
kepada banyak pedagang besar, banyak pedagan kecil, atau
langsung kepada konsumen.
k. Perbedaan dalam banyak sedikitnya hutang jangka panjang.
Juga perbedaan dalam struktur permodalan, sumber
dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri.
l. Kebijaksanaan dalam membayar deviden.
m. Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi,
39
n. termasuk penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode
akuntansi dan metode penyusutan.
Faktor-faktor tersebut sangatlah penting bagi
perusahaan dan harus diberikan perhatian khusus apabila
perusahaan tidak ingin mendapatkan kerugian. Faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang akan
dibuat perusahaan, dengan kata lain dapat berpengaruh pula
pada Kinerja Keuangan perusahaan.
5.Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan
pengukuran dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing
measurement) adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas
perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.
Adapun penilaian kinerja menurut Srimindarti (2006:34) adalah
penentuan efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat
bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan
merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
40
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
a. Mengetahui tingkat likuiditas.
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan
pada saat ditagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas.
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas.
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas.
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-
hutangnya tepat pada waktunya.
6.Cara mengukur Kinerja Keuangan
41
Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan
analisis rasio. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus
menjadi dasar perbandingan yang menunjukan kondisi atau
kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat
komponen-komponen rasio itu sendiri. Kinerja Keuangan dapat
dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya,
analisis keungan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut
Jumingan (2006:242):
a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan
teknik analisis dengan cara membandingkan laporan
keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan
perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam
persentase (relatif).
b. Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis Persentase per Komponen (common size),
merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan
atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan
teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan
42
penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab
terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis
keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos
tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi baik
secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya
perubahan laba.
h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Kerangka Berfikir
Kinerja Keuangan merupakan hal penting yang harus diketahui
oleh setiap perusahaan untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya
perusahaan. Kinerja Keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat dari
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut, tetapi laporan
tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan.
Perusahaan dapat mengukur sejuah mana Kinerja Keuangan beroperasi
dengan menggunakan beberapa rasio yaitu Likuiditas, Solvabilitas,
43
Aktivitas dan Rentabilitas. Likuiditas dapat menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan
analisis Solvabilitas dapat mengambarkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang dan semua kewajibannya yang sudah
jatuh tempo. Rasio Aktivitas dapat menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan aktiva yang dimilikinya. Analisis
Rentabilitas akan dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
mengahasilkan laba.