bab ii konsep dasar a. definisi -...

34
6 BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a person’s perception, thinking, language, emotion, and social behavior) (Yosep, 2009). Lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007). Halusinasi merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien merasakan suara atau bau meskipun sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi (Craig, 2009). Halusinasi yaitu pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik (Maramis, 1980). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds). Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Varacolis, 2006).

Upload: trinhdan

Post on 12-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada

fungsi otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai

penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir,

bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a

person’s perception, thinking, language, emotion, and social behavior)

(Yosep, 2009).

Lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi.

Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien

dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar.

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi

muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian

seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis

seseorang (Baihaqi, 2007).

Halusinasi merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien

merasakan suara atau bau meskipun sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi

(Craig, 2009).

Halusinasi yaitu pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada

panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,

sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik

(Maramis, 1980).

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi

sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang

sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds).

Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, pasien merasa ada

suara padahal tidak ada stimulus suara (Varacolis, 2006).

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

7

Halusinasi yang paling sering ditemui, biasanya berbentuk

pendengaran tetapi dapat juga berupa halusinasi penglihatan, penciuman,

dan perabaan.Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau

beberapa orang) dapat pula berupa komentar tentang pasien atau

peristiwa–peristiwa sekitar pasien. Suara–suara yang paling sering

diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien

(Elvira, 2010).

Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya

tidak ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada

suara, padahal tidak ada stimulus suara (Yosep, 2009).

Halusinasi auditif atau halusinasi pendengaran merupakan

halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang,

mesin, musik, atau suara kejadian alami yang tidak ada wujudnya

(Sunaryo, 2004).

Suara pada halusinasi dengar, suara dapat berasal dari dalam diri

individu atau dari luar dirinya.Suara dapat dikenal (familiar) misalnya

suara nenek yang meninggal.Suara dapat tunggal atau multipel.Isi suara

dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya perilaku klien

sendiri.Klien merasa yakin bahwa suara itu berasal dari tuhan, setan,

sahabat, atau musuh. Kadang-kadang suara yang muncul semacam bunyi

bukan suara yang mengandung arti (Yosep, 2009).

B. Rentang respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individual yang

terdapat dalam rentang respon neurobiologi. Jika pasien yang sehat

presepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Pasien

halusinasi dapat mempresepsikan suatu stimulus dengan panca indra

walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut

adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainanan

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

8

persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang

disebut sebagai ilusi (Stuart, 2009).

Pasien mengalami jika interpertasi yang dilakukan terhadap

stimulus panca indra tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang

respon tersebut sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Respon logis Distorsi Fikiran Gejala fikiran

Respon akurat Pikiran menyimpang Delusi halusinasi

Perilaku sesuai Perilaku aneh/ Perilaku disorganisasi

Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

Menarik diri pengalaman

Skema 2.1.Rentang respon halusinasi (Stuart, 2009).

a. Respon adaptif

1. Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima oleh akal.

2. Respon akurat

Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.

3. Perilaku sesuai

Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu

tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak

bertentangan dengan moral.

4. Hubungan sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah –

tengah masyarakat (Stuart, 2009).

b. Respon transisi

1. Distorsi fikiran

Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil keputusan.

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

9

2. Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulasi sensori.

3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang

Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

4. Perilaku aneh dan atau tidak sesuai

Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran

mengolah dan tidak kenal orang lain.

5. Menarik Diri

Perilaku menghindar dari orang lain (Stuart, 2009).

c. Respon maladaptif

1. Gangguan pikiran atau delusi

Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial

2. Halusinasi

Persepsi yang salah terhadap ranngsangan.

3. Sulit berespon emosi

Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami

kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.

4. Perilaku disorganisasi

Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang dirimbulkan.

5. Isolasi sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain

menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2009).

C. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya

rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien

tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya

diri dan lebih rentan terhadap stres (Yosep, 2009).

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

10

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak

bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan

tidak percaya pada lingkungannya (Yosep, 2009).

c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam

tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan

acetylcholine dan dopamine (Yosep, 2009).

d. Faktor Psikolgis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dalam alam nyata menuju alam khayal

(Yosep, 2009).

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh

orang skizofrenia akan mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini (Yosep, 2009).

2. Faktor Presipitasi

Perilaku

Respon pasien terhadap halusinasi dapat berupa respons

curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung,

perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak

nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) unsur-unsur bio-

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

11

psiko-sosio-spiritual dari halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,

yaitu:

1) Dimensi Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi

fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,

demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan

untuk tidur dalam waktu yang lama.

2) Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem

yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu

terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan

menakutkan. Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah

tersebut hingga dengan kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu

terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi ini, menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memeperlihatkan adanya fungsi ego.

Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu

hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol semua

perilaku pasien.

4) Dimensi Sosial

Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase

awal dan comforting, pasien menganggap bahwa hidup

besosialisasi di alam nyata merupakan sangat membahayakan.

Pasien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan

tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia

nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu

tersebut sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

12

dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh

karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi

keperawatan pasien dengan mengupayakan suatu proses

interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang

memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri

sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan

halusinasi tidak berlangsung.

5) Dimensi Spiritual

Secara spiritual, pasien halusinasi mulai dengan

kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas

ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan

diri. Irama sirkadiannya terganggu, karena ia saring tidur larut

malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa

dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi

lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan

dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk

(Yosep, 2009).

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari halusinasi dengar (Auditory-hearing voices

or sounds) meliputi beberapa fase, yaitu :

1. Fase I: Sleep Disorder

Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi. Pasien merasa

banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui

orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit

karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat

narkoba, dihiananti kekasih, masalah dikampus, drop out dsb. Masalah

terasa menekan karena terakumulasi, sedangkan support system kurang

dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.Sulit tidur berlangsung

terus menerus, sehingga biasa menghayal. Pasien menanggap

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

13

lamunan-lamunan awal tersebut terhadap pemecahan masalah (Keliat,

2009).

2. Fase II: Comforting Moderate level of anxiety

Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami.

Pasien yang emosi secara berlanjut seperti adanya perasaan cemas,

kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan

pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa

pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya

diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan pasien merasa nyaman

dengan halusinasinya (Keliat, 2009).

3. Fase III: Condemning Severe level of anxiety

Secara umum halusinasi sering mendatangi pasien.Pengalaman

sensori pasien menjadi sering datang dan mengalami bias. Pasien

merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga

jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan pasien mulai

menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama (Keliat,

2009).

4. Fase IV: Controlling Severe level of anxiety

Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan.Pasien

mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang

datang.Pasien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.

Dari sinilah dimulai fase gangguan Psychotic (Keliat, 2009).

5. Fase V: Conquering Panic level of anxiety

Pasien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.

Pengalaman sensorinya terganggu, pasien mulai merasa terancam

dengan datangnya suara-suara terutama bila pasien tidak dapat

menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya.

Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila

klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan

psikotik berat (Keliat, 2009).

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

14

Selain fase pada halusinasi, terdapat manifestasi klinik lain

dalam bentuk tahap, yaitu :

1. Tahap 1 : Halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala Klinis :

a. Menyeringai/tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : Halusinasi bersifat menjijikan

Gejala klinis :

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata (Keliat,

2009).

3. Tahap 3 : Halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti

petunjuk).

4. Tahap 4 : Halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat,

2009).

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

15

E. Pohon Masalah

Masalah keperawatan untuk kasus halusinasi pendengaran dapat

digambarkan dalam pohon masalah sebagai berikut:

Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Core Problem

Isolasi sosial : menarik diri

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Skema 2.2. Pohon Masalah Halusinasi (Keliat, 2009).

F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Halusinasi pendengaran

b. Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

c. Menarik diri

d. Harga Diri Rendah

e. Koping individu tidak efektif (Carpenito, 2006).

2. Data yang Perlu Dikaji

a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran

Data Subjektif :

1) Pasien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata.

2) Pasien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan

didengar

Perubahan Sensori perseptual: Halusinasi

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

16

3) Pasien ingin memukul/melempar barang-barang (Keliat, 2009).

Data Objektif :

1) Pasien berbicara dan tertawa sendiri

2) Pasien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

3) Pasien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu.

4) Marah – marah tanpa sebab

5) Menutup telinga

6) Ada gerakan tangan (Yosep, 2009).

b. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

1) Pasien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

2) Pasien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jikasedang kesal atau marah.

3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya(Azizah,

2011).

Data Objektif :

1) Mata merah, wajah agak merah.

2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

4) Merusak dan melempar barang-barang (Stuart, 2009).

c. Menarik diri

Data Subyektif :

Pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu

apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan

malu terhadap diri sendiri, pasien merasa tidak berguna, pasien merasa

bosan dan lambat menghabiskan waktu (Yosep, 2009).

Data Obyektif :

Pasien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

17

Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,

Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang

memperhatikan kebersihan (Keliat, 2009).

d. Harga diri rendah

Data Subyektif :

Mengungkapkan ketidakmampuan dalam meminta bantuan

orang lain dan mengungkapkan rasa malu serta tidak bisa jika diajak

melakukan sesuatu (Videbeck, 2008).

Data Obyektif :

Tampak ketergantungan dengan orang lain, tampak sedih serta

tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah

tampak murung (Keliat, 2009).

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

18

H. Intervensi dan Rasional

Rencana tindakan keperawatan pasien dengan Halusinasi pendengaran, Menarik Diri dan Harga Diri Rendah.

NoDiagnosa

Keperawatan

Rencana Tindakan KeperawatanRasional TTD

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1. Halusinasi

Pendengaran

TUM : Pasien dapat

mengontrol halusinasi yang

dialaminya

TUK 1 : Pasien dapat

membina hubungan saling

pecaya

1. Setelah dilakukan interaksi

dengan pasien selama 1x24 jam,

pasen dapat menunjukkan tanda –

tanda percaya kepada perawat :

a. Ekspresi wajah bersahabat.

b. Menunjukkan rasa senang.

c. Ada kontak mata

d. Mau menjabat tangan.

e. Mau menyebutkan nama.

f. Mau duduk berdampingan

dengan perawat.

g. Bersedia mengungkapkan

1. Bina hubungan saling

percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa pasien dengan ramah,

baik verbal maupun non

verbal.

b. Perkenalkan nama lengkap,

nama panggilan dan tujuan

perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama lengkap

pasien dan nama panggilan

yang disukai pasien.

1. Hubungan saling percaya

merupakan langkah awal

menentukan keberhasilan

rencana selanjutnya.

2. Untuk mengurangi

kontak pasien dengan

halusinasinya yaitu dengan

mengenal halusinasi akan

membantu mengurangi dan

menghilangkan halusinasi.

18

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

19

perasaan yang dirasakan. d. Buat kontrak yang jelas.

e. Tunjukkan sikap yang jujur

dan menepati janji setiap

kali interaksi.

f. Tunjukkan sikap empati

dan menerima apa adanya.

g. Beri perhatian kepada

pasien dan memperhatikan

kebutuhan dasar pasien.

h. Tanyakan perasaan pasien

dan masalah yang dihadapi.

TUK 2 :

Pasien dapat mengenal

halusinasinya.

Pasien mampu mengenali

halusinasinya dengan kriteria hasil

:

a. Pasien dapat menyebutkan

waktu, timbulnya halusinasi.

b. Pasien dapat mengidentifikasi

kapan frekuensi situasi saat terjadi

halusinasi.

c. Pasien dapat mengungkapkan

perasaannya saat muncul

1. Adakan kontak sering dan

singkat secara bertahap.

2. Tanyakan apa yang

didengar dari halusinasinya.

3. Tanyakan kapan

halusinasinya datang.

4. Tanyakan isi halusinasinya.

5. Bantu pasien mengenal

halusinasinya

a. Jika menemukan pasien

1. Mengetahui apakah

halusinasi datang serta untuk

menentukan tindakan yang

tepat atas halusinasinya.

2. Mengenalkan pada

19

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

20

halusinasi. sedang halusinasi,

tanyakan apakah ada suara

yang didengar.

b. Jika pasien menjawab ada,

lanjutkan apa yang

dikatakan.

c. Katakan bahwa perawat

percaya pasien mendengar

suara itu, namun perawat

sendiri tidak

mendengarnya (dengan

nada bersahabat, tanpa

menuduh atau

menghakimi).

d. Katakan bahwa pasien lain

juga yang seperti pasien.

e. Katakan bahwa perawat

akan membantu pasien.

6. Diskusikan dengan pasien:

a. Situasi yang

menimbulkan atau tidak

pasien terhadap halusinasinya

dan mengidentifikasi factor

pencetus halusinasinya.

20

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

21

menimbulkan

halusinasi.

b. Waktu, frekuensi

terjadinya halusinasi

(pagi, siang, sore dan,

malam atau jika sendiri,

jengkel atau sedih).

7. Diskusikan dengan pasien

apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi (marah/takut, sedih,

senang) beri kesempatan

mengungkapkan perasaan.

3. Menentukan tindakan

yang sesuai bagi pasien untuk

mengontrol halusinasinya.

TUK 3:

Pasien dapat mengontrol

halusinasinya.

1. Pasien dapat mengidentifikasi

tindakan yang dilakukan untuk

halusinasinya.

2. Pasien dapat menunjukkan cara

baru untuk mengontrol halusinasi.

1. Idenifikasi bersama pasien

tindakan yang biasa

dilakukan bila terjadi

halusinasi.

2. Diskusikan manfaat dan

cara yang digunakan

pasien untuk, jika

bermanfaat berikan pujian.

3. Diskusikan cara baik

21

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

22

mengontrol timbulnya

halusinasi

a. Dengan cara menghardik,

katakana “saya tidak mau

dengar kamu” (pada saat

halusinasi terjadi).

b. Temui orang lain

(perawat, teman atau

anggota keluarga) untuk

bercakap-cakap atau

mengatakan halusinasi

yang didengar.

c. Membuat jadwal kegiatan

sehari-hari.

d. Meminta keluarga, teman

atau perawat untuk

menyapa pasien jika

terlihat berbicara sendiri,

melamun atau kegiatan

yang tidak terkontrol.

4. Bantu pasien untuk

22

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

23

memilih dan melatih cara

memutus halusinasi secara

bertahap.

5. Beri kesempatan untuk

melakukan cara yang

dilatih. Evaluasi hasilnya

dan beri pujian jika

berhasil.

6. Anjurkan pasien

mengikuti TAK, jenis

orientasi realita, atau

stimulasi persepsi.

TUK 4:

Pasien dapat dukungan dari

keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

1. Pasien dapat memilih cara

mengatasi halusinasi.

2. Pasien melaksanakan cara yang

telah dipilih untuk memutus

halusinasinya.

3. Pasien dapat mengikuti TAK.

1. Anjurkan pasien untuk

member tahu keluarga jika

mengalami halusinasi.

2. Diskusikan dengan keluarga

(pada saat keluarga berkunjung

atau kunjungan rumah).

a. Gejala halusinasi yang

dialami pasien.

b. Cara yang dapat

1. Membantu pasien

menentukan cara mengontrol

halusinasi.

2. Periode berlangsungnya

halusinasinya :

a. Memberi support kepada

pasien.

b. Menambah pengetahuan

pasien untuk melakukan

23

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

24

dilakukan pasien dan keluarga

untuk memutus halusinasi.

c. Cara merawat anggota

keluarga yang mengalami

halusinasi di rumah : beri

kegiatan, jangan biarkan

sendiri, makan bersama,

bepergian bersama.

d. Beri informasi waktu

follow up atau kapan perlu

mendapat bantuan halusinasi

tidak terkontrol dan risiko

mencederai orang lain.

3. Diskusikan dengan

keluarga dan pasien tentang

jenis, dosis, frekuensi dan

manfaat obat.

4. Pastikan pasien minum obat

sesuai dengan program dokter.

tindakan pencegahan

halusinasi.

3. Membantu pasien untuk

beradaptasi dengan cara

alternatif yang ada.

4. Memberi motivasi agar

cara diulang kembali.

24

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

25

TUK 5 :

Pasien dapat menggunakan

obat dengan benar untuk

mengendalikan

halusinasinya.

1. Keluarga dapat membina

hubungan saling percaya dengan

perawat.

2. Keluarga dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan tindakan

untuk mengalihkan halusinasi

3. Pasien dan keluarga dapat

menyebutkan manfaat, dosis dan

efek samping obat.

4. Pasien minum obat secara

teratur.

5. Pasien dapat informasi

tentang manfaat dan efek samping

obat.

6. Pasien dapat memahami

akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi.

7. Pasien dapat menyebutkan

prinsip 5 benar penggunaan obat.

1. Anjurkan pasien bicara

dengan dokter tentang

manfaat dan efek

samping obat yang

dirasakan.

2. Diskusikan akibat

berhenti minum obat

tanpa konsultasi.

3. Bantu pasien

menggunakan obat

dengan prinsip 5 benar.

1. Partisipasi pasien dalam

tindakan tersebut, membantu

pasien beraktivitas sehingga

halusinasi tidak muncul.

2. Keluarga merupakan

orang terdekat yang bisa

membantu pasien,

meningkatkan pengetahuan

keluarga dan cara merawat

pasien halusinasi.

3. Meningkatkan

pengetahuan keluarga tentang

obat yang diminum pasien.

4. Meningkatkan

pengetahuan tentang efek

samping obat.

5. Mengetahui reaksi

setelah minum obat.

6. Ketepatan prinsip 5 benar

minum obat membantu

penyembuhan dan

25

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

26

menghindari kesalahan

minum obat.

2. Menarik Diri TUM :

Pasien dapat berinteraksi

dengan orang lain sehingga

tidak terjadi halusinasi.

Setelah 2 x 24 jam, pasien dapat

menerima kehadiran perawat.

TUK 1 :

Pasien dapat membina

hubungan saling percaya.

1. Pasien dapat mengungkapkan

perasaan dan keberadaannya

secara verbal.

a. Pasien mau manjawab salam.

b. Pasien mau berjabat tangan.

c. Pasien mau menjawab

pertanyaan.

d. Ada kontak mata.

e. Pasien mau duduk

berdampingan dengan

perawat.

1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

a. Sapa pasien dengan

ramah, baik verbal

maupun non verbal.

b. Perkenalkan nama

lengkap, nama panggilan

dan tujuan perawat

berkenalan.

c. Tanyakan nama lengkap

pasien dan nama

panggilan yang disukai

pasien.

Hubungan saling percaya

merupakan langkah awal

menentukan keberhasilan

rencana selanjutnya.

26

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

27

d. Buat kontrak yang jelas.

e. Tunjukkan sikap yang

jujur dan menepati janji

setiap kali interaksi.

f. Tunjukkan sikap empati

dan menerima apa adanya.

g. Beri perhatian kepada

pasien dan memperhatikan

kebutuhan dasar pasien.

TUK 2 :

Pasien dapat menyabutkan

penyebab menarik diri.

Pasien dapat menyebutkan

penyebab menarik diri yang

berasal dari :

a. Diri sendiri

b. Orang lain

c. Lingkungan.

1. Kaji pengetahuan pasien

tentang perilaku menarik diri

dan tanda – tandanya.

2. Beriikan kesempatan pada

pasien untuk mengungkapkan

perasaan penyebab menarik diri

atau tidak mau bergaul.

3. Diskusikan dengan pasien

tentang perilaku menarik diri,

tanda dan gejala.

4. Berikan pujian terhadap

Dengan mengetahui tanda –

tanda dan gejala menarik diri,

akan menentukan intervensi

selanjutnya.

27

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

28

kemampuan pasien

mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 :

Pasien dapat menyabutkan

keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

Pasien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan

orang lain, missal banyak teman,

tidak sendiri, dapat berdiskusi.

1. Kaji pengetahuan pasien

tentang keuntungan dan manfaat

bergaul dengan orang lain.

2. Beri kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

perasaannya tentang keuntungan

berhubungan dengan orang lain.

3. Diskusikan bersama

pasien tentang manfaat

berhubungan dengan orang lain.

4. Kaji pengetahuan pasien

tentang kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang lain.

5. Beri kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

perasaan tentang kerugian bila

tidak berhubungan dengan orang

lain.

6. Diskusikan bersama

Reinforcement dapat

meningkatkan harga diri.

28

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

29

pasien tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain.

7. Beri reinforcement positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang

lain.

TUK 4 :

Pasien dapat melaksanakan

hubungan sosial secara

bertahap.

Pasien dapat menyebutkan

kerugian tidak berhubungan

denngan orang lain missal :

Sendiri, tidak punya teman, sepi,

dll.

1. Kaji kemampuan pasien

membina hubungan dengan

orang lain.

2. Dorong dan bantu pasien

untuk berhubungan dengan

orang lain melalui :

a. Pasien – perawat

b. Pasien – perawat – perawat

lain

c. Pasien – perawat – perawat

lain – pasien lain

d. Pasien – kelompok kecil

e. Pasien –

Mengetahui sejauh mana

pengetahuan pasien tentang

berhubungan dengan orang

lain.

29

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

30

keluarga/kelompok/

masyarakat.

3. Beri reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai

di rumah nanti.

4. Bantu pasien mengevaluasi

manfaat berhubungan dnegan

orang lain.

5. Diskusikan jadwal harian

yang dapat dilakukan bersama

pasien dalam mengisi waktu.

6. Motivasi pasien dalam

mengikuti kegiatan TAK

sosialisasi.

7. Beri reinforcement atas

kegiatan pasien dalam

8. kegiatan ruangan.

TUK 5 :

Pasien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

Pasien dapat mendemonstrasikan

hubungan sosial secara bertahap :

a. Pasien- perawat

b. Pasien – perawat –

1. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaannya

bila berhubungan dengan orang

lain.

1. Agar pasien lebih

percaya diri untuk

berhubungan dengan orang

lain.

30

Page 26: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

31

berhubungan dengan orang

lain.

perawat lain

c. Pasien – perawat –

perawat lain – pasien lain

d. Pasien – kelompok kecil

e. Pasien – keluarga/

kelompok/ masyarakat.

2. Diskusikan dengan pasien

tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

3. Beri reinforcement positif

atas kemampuan pasien dalam

mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan

orang lain.

2. Mengetahui sejauh

mana pengetahuan pasien

tentang kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang

lain.

TUK 6 :

Pasien dapat

memberdayakan sistem

pendukung keluarga atau

keluarga mampu

mengembangkan

kemampuan pasien untuk

berhubungan dengan orang

lain.

Pasien dapat mengungkapkan

perasaan setelah berhubungan

dengan orang lain untuk :

a. Diri sendiri

b. Orang lain

Keluarga dapat :

a. Menjelaskan perasaannya

b. Cara merawat pasien

menarik diri.

c. Berpartisipasi dalam

perawatan pasien menarik

diri.

1. BHSP dengan keluarga.

a. Salam, perkenalan diri.

b. Sampaikan tujuan.

c. Membuat kontrak.

d. Explorasi perasaan

keluarga.

2. Diskusikan dengan anggota

keluarga tentang:

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

c. Cara keluarga yang

sedang menghadapi

1. Agar pasien percaya diri

dan tahu akibat tidak

berhubungan dengan orang

lain.

2. Mengetahui sejauh

mana pengetahuan pasien

tentang membina hubunngan

dengan orang lain.

3. Pasien dapat mengobati

perasaan tidak nyaman,

bimbang karena memulai

hubungan dengan orang lain.

4. Motivasi dapat

31

Page 27: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

32

perilaku menarik diri

3. Dorong anggota keluarga

untuk memberikan dukungan

kepada pasien cara

berkomunikasi dengan orang

lain.

4. Anjurkan anggota keluarga

secara rutin dan bergantian

mengunjungi pasien minimal 1x

seminggu.

5. Beri reinforcement atas hal

– hal yang telah dicapai oleh

keluarga.

mendorong pasien untuk

lebih semangat dan percaya

diri.

5. Agar pasien tahu dan

terbuka tentang manfaat

berhubungan dengan orang

lain.

6. Reinforcement dapat

meningkatkan kepercayaan

diri pasien.

7. Dengan dukungan

keluarga, pasien akan merasa

diperhatikan.

3. Harga Diri

Rendah

TUM :

Pasien dapat melakukan

hubungan sosial secara

bertahap.

TUK 1 :

Pasien dapat membina

1. Pasien dapat mengungkapkan

perasaan dan keberadaannya

1. Bina hubungan saling

percaya dengan menggunakan

Hubungan saling percaya

akan menimbulkan

32

Page 28: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

33

hubungan saling percaya. secara verbal.

a. Pasien mau manjawab

salam.

b. Pasien mau berjabat

tangan.

c. Pasien mau

menjawab pertanyaan.

d. Ada kontak

mata.

e. Pasien mau

duduk berdampingan

dengan perawat.

prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa pasien dengan

ramah, baik verbal

maupun non verbal.

b. Perkenalkan nama

lengkap, nama panggilan

dan tujuan perawat

berkenalan.

c. Tanyakan nama lengkap

pasien dan nama

panggilan yang disukai

pasien.

d. Buat kontrak yang jelas.

e. Tunjukkan sikap yang

jujur dan menepati janji

setiap kali interaksi.

f. Tunjukkan sikap empati

dan menerima apa adanya.

g. Beri perhatian kepada

pasien dan memperhatikan

kebutuhan dasar pasien.

kepercayaan pasien pada

perawat sehingga akan

memudahkan dalam

pelaksanaan tindakan

selanjutnya.

33

Page 29: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

34

TUK 2 :

Pasien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.

Pasien mampu mempertahankan

aspek positif.

a. Diskusikan kemampua

dan aspek positif yang

dimiliki pasien dan beri

reinforcement atas

kemampuan

mengungkapkan

perasaannya.

b. Saat bertemu pasien,

hindarkan member

penilaian negatif.

Utamakan member

pujian yang realistis.

Pujian akan meningkatkan

harga diri pasien

TUK 3:

Pasien dapat menilai

kemampuan yang dapat

digunakan.

a. Kebutuhan pasien

terpenuhi

b. Pasien dapat melakukan

aktivitas terarah.

a. Diskusikan kemampuan

pasien yang dapat dapat

digunakan selama sakit.

b. Diskusikan juga

kemampuan yang dapat

dilanjutkan penggunaan

di rumah sakit dan di

rumah.

Peningkatan kemampuan

mendorong pasien untuk

mandiri.

34

Page 30: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

35

TUK 4:

Pasien dapat menetapkan

dan merencanakan kegiatan

sesuai dengan kamampuan

yang dimiliki.

a. Pasien mampu

beraktivitas sesuai

kemampuan.

b. Pasien mengikuti terapi

aktivitas kelompok.

a. Rencanakan bersaa

pasien aktivitas yang

dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan:

kegiatan mandiri,

kegiatan dengan

bantuan minimal,

kegiatan dengan

bantuan total.

b. Tingkatkan kegiatan

sesuai dengan toleransi

kondisi pasien.

c. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

yang boleh pasien

lakukan (sering pasien

takut

melaksanakannya).

Pelaksanaan kegiatan secara

mandiri modal awal untuk

meningkatkan harga diri.

TUK 5 :

Pasien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi sakit

Pasien mampu beaktivitaas sesuai

kemampuan

a. Beri kesempatan pasien

untuk mencoba

kegiatan yang

Dengan aktivitas pasien akan

mengetahui kemampuannya.

35

Page 31: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

36

dan kemampuannya. direncanakan.

b. Beri pujian atas

keberhasilan pasien.

c. Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan dirumah.

TUK 6 :

Pasien dapat

memamanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

a. Pasien mampu melakukan

apa yang diajarkan.

b. Pasien mau memberi

dukungan.

a. Beri pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang cara

merawat pasien harga

diri rendah.

b. Bantu keluarga member

dukungan selama

pasien dirawat.

Perhatian keluarga dan

pengertian keluarga akan

dapat membantu

meningkatkan harga diri

pasien.

36

Page 32: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

37

I. Strategi Komunikasi (SP)

Strategi komunikasi (SP) yang dilakukan pada pasien Halusinasi,

Menarik Diri, dan Harga Diri Rendah yaitu sebagai berikut :

Diagnosa

KeperawatanPasien Keluarga

Halusinasi SP 1

a. Mengenal halusinasi :

1) Isi

2) Frekuensi

3) Waktu terjadinya

4) Situasi pencetus

5) Perasaan saat terjadi

halusinasi

b. Lebih mengontrol halusinasi

dengan cara :

1) Menghardik

c. Memasukkan dalam jadwal

kegiatan pasien.

SP 1

a. Mengidentifikasi maslah

keluarga dalam merawat

pasien

b. Menjelaskan proses

terjadinya halusinasi.

c. Menjelaskan cara merawat

pasien.

d. Bermain peran cara

merawat.

e. RTL keluarga/jadwal

keluarga untuk merawat

pasien.

SP 2

a. Evaluasi kegiatan yang lalu

(SP 1)

b. Melatih berbicara dengan

orang lain saat halusinasi

muncul

c. Masukkan jadwal

SP 2

a. Evaluasi kemampuan kel

(SP 1)

b. Latih keluarga merawat

pasien.

c. RTL keluarga/jadwal

keluarga dalam merawat

pasien.

SP 3

a. Evaluasi kegiatan yang lalu

(SP1 dan 2)

b. Melatih kegiatan agar

halusinasi tidak muncul

c. Masukkan jadwal

SP 3

a. Evaluasi kemampuan

keluarga (SP 2).

b. Latih keluarga merawat

pasien.

c. RTL keluarga/jadwal

keluarga untuk merawat

pasien.

SP 4

a. Evaluasi jadwal pasien yang

lalu (SP 1, 2, 3)

b. Menanyakan pengobatan

sebelumnya.

c. Menjelaskan tentang

pengobatan (5 benar)

d. Melatih pasien minum obat

e. Masukkan jadwal.

SP 4

a. Evaluasi kemampuan

keluarga (SP 1, 2, 3)

b. Evaluasi kemampuan

pasien.

c. RTL keluarga :

1) Follow up

2) Rujukan

Page 33: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

38

Menarik Diri SP 1

a. Identifikasi penyebab :

1) Siapa yang satu rumah

dengan pasien?

2) Siapa yang dekat dengan

pasien? Apa sebabnya?

3) Siapa yang tidak dekat

dengan pasien? Apa

sebabnya?

b. Keuntungan dan kerugian

berinteraksi dengan orang lain.

c. Latih berkenalan.

d. Masukkan jadwal kegiatan

pasien.

SP 1

a. Identifikasi masalah yang

dihadapi kel dalam merawat

pasien

b. Penjelasan Menarik Diri

c. Cara merawat Menarik

Diri.

d. Latih (simulasi).

e. RTL keluarga/jadwal

keluarga untuk merawat

pasien.

SP 2

a. Evaluasi SP 1.

b. Latih berhubungan sosial

secara bertahap (pasien dan

keluarga).

c. Masukkan jadwal kegiatan

pasien.

SP 2

a. Evaluasi SP 1.

b. Latih (langsung ke pasien).

c. RTL keluarga/jadwal

keluarga untuk merawat

pasien.

SP 3

a. Evaluasi kegiatan SP 1, 2

b. Latih ADL (kegiatan sehari-

hari), cara bicara.

c. Masukkan jadwal kegiatan

pasien.

SP 3

a. Evaluasi SP 1 dan 2.

b. Latih (langsung ke pasien).

c. RTL keluarga/jadwal

keluarga untuk merawat

pasien.

SP 4

a. Evaluasi SP 1, 2, 3.

b. Latih ADL (kegiatan sehari-

hari), cara bicara.

c. Masukkan jadwal kegiatan

pasien.

SP 4

a. Evaluasi kemampuan

keluarga.

b. Evaluasi kemampuan

pasien.

c. RTL keluarga :

1) Follow up

2) Rujukan

Harga Diri

Rendah

SP 1

a. Mengidentifikasi kemampuan

positif yang dimiliki.

b. Menilai kemampuan yang

dapat dilakukan saat ini.

c. Memilih kemampuan yang

akan dilatih.

d. Melatih kemampuan pertama

yang telah dipilih.

e. Masukkan dalam jadwal

kegiatan pasien.

SP 1

a. Mengidentifikasi masalah

yang dirasakan dalam

merawat pasien.

b. Menjelaskan proses

terjadinya HDR.

c. Menjelaskan tentang cara

merawat pasien HDR.

d. Bermain peran dalam

merawat pasien HDR.

e. Menyusun RTL

keluarga/jadwal keluarga

untuk merawat pasien.

Page 34: BAB II KONSEP DASAR A. Definisi - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722-2-babii.pdf · Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan

39

SP 2

a. Evaluasi kegiatan yang lalu

(SP 1).

b. Memilih kemampuan kedua

yang dapat dilakukan.

c. Melatih kemampuan yang

dipilih.

d. Masukkan dalam kegiatan

pasien.

SP 2

a. Evaluasi kemampuan SP 1

b. Latih keluarga langsung ke

pasien.

c. Menyusun RTL

keluarga/jadwal keluarga

untuk merawat pasien.

SP 3

a. Evaluasi kegiatan yang lalu

(SP 1 dan 2).

b. Memilih kemampuan ketiga

yang dapat dilakukan.

c. Masukkan dalam jadwal

kegiatan pasien.

SP 3

a. Evaluasi kemampuan

keluarga.

b. Evaluasi kemampuan

pasien.

c. RTL keluarga :

1) Follow up

2) Rujukan