bab ii kajian teoritik a. deskripsi kontekstualrepository.ump.ac.id/1103/3/bab ii.pdf · lingkaran,...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Kontekstual
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang Pemahaman Konsep
Matematika, Regulasi Diri, dan Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray.
1. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pengertian pemahaman konsep matematika
Pemahaman menurut Harjanto (2005) adalah kemampuan untuk
menangkap pengertian dari sesuatu. Hal ini dapat ditunjukan dalam
bentuk menerjemahkan sesuatu, misalnya angka menjadi kata atau
sebaliknya, menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau intisari,
dan memperkirakan kecenderungan pada masa yang akan datang.
Sedangkan konsep menurut Oemar Hamalik (2009) adalah suatu kelas
atau kategori objek-objek atau orang yang memiliki ciri-ciri umum.
Selanjutnya pemahaman konsep menurut Sanjaya (2009) adalah
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasi
konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Wardhani (2008) adalah menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
dan tepat dalam pemecahan masalah. Menurut Jihad dan Haris (2012),
5
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
6
pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam
menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau intisari dan
melakukan prosedur atau algoritma secara luwes, akurat efisien, dan
tepat. Pada PERMENDIKBUD no.58 tahun 2014 lampiran III juga
menyatakan bahwa pemahaman konsep matematika merupakan
kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
menggunakan konsep maupun algoritma secara luwes, efesien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian pemahaman konsep menurut beberapa ahli
di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika
merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya secara
luwes dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah.
Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika yang
digunakan dalam penelitian ini, menurut Jihad dan Haris (2012) adalah
sebagai berikut :
1) Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu mampu mengungkapkan
kembali yang telah dipelajari berdasarkan konsep esensial sebuah
objek.
2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya), yaitu mampu mengelompokan suatu objek
menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan
konsepnya.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
7
3) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari, yaitu
mampu membedakan atau memberikan contoh dan bukan contoh dari
suatu konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
(gambar & model matematika), yaitu mampu memaparkan konsep
secara berurutan dan menyajikannya ke dalam berbagai bentuk
representasi matematika sehingga orang lain dapat memahami
pendapatnya.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, yaitu
mampu mengkaji mana syarat perlu atau syarat cukup yang terkait
dengan suatu objek.
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu, yaitu mampu menyelesaikan soal dengan tepat yang sesuai
dengan prosedur yang benar.
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, yaitu
mampu menerapkan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan
persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kendala dalam memahami konsep matematika
Adapun kendala atau kenyataan siswa dilapangan dalam
memahami konsep matematika menurut Hamzah B. Uno (2012), antara
lain: siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
8
berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Bahkan siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya. Sebagian besar siswa kurang
mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
begaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan
pada situasi baru.
Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan langkah dalam
mengajarkan suatu konsep menurut Oemar Hamalik (2009), sebagai
berikut:
1) Tetapkan perilaku siswa yang diharapkan setelah mempelajari konsep,
yaitu : siswa dapat menyebutkan contoh-contoh konsep, siswa dapat
menyatakan ciri-ciri konsep, siswa dapat memilih dan membedakan
antara contoh dan bukan contoh, siswa mampu memecahkan masalah
yang berkenaan dengan konsep tersebut.
2) Melakukan kajian terhadap konsep dan menetapkan yang mana yang
akan diajarkan kepada siswa. Setelah itu guru merancang prosedur
mengajarkan konsep tersebut.
3) Mengetahui pemahaman siswa tentang konsep dengan cara
memberikan tes awal. Apabila ternyata ada sejumlah siswa yang tidak
mengetahui suatu konsep maka guru meminta siswa yang telah
mengetahui konsep bertindak sebagai tutor terhadap siswa lainnya.
4) Memberikan contoh-contoh yang positif dan yang negatif mengenai
konsep.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
9
5) Presentasi siswa dan penguatan guru. Penguatan secara sering atau
lebih banyak akan lebih mempercepat pemahaman konsep.
6) Menilai belajar konsep, kegiatan penilaian terhadap penguasaan
konsep dan sekaligus sebagai penguatan atau umpan balik untuk
perbaikan selanjutnya.
c. Pemahaman Konsep pada Materi Lingkaran
Pada materi lingkaran kelas VIII ini akan membahas beberapa
subbab yang perlu dipahami oleh siswa, antara lain: (1) pengertian
lingkaran, (2) unsur-unsur lingkaran, (3) keliling dan luas lingkaran, dan
(4) hubungan antara sudut pusat, panjang busur, dan luas juring, (5) garis
singgung lingkaran, (6) lingkaran dalam dan lingkaran luar segitiga.
( Dewi Nuharini & Tri Wahyuni, 2008)
Lingkaran
1) Pengertian Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap
satu titik tetap yang dinamakan titik pusat lingkaran.
2) Unsur-unsur Lingkaran
Di dalam lingkaran kita dapat temukan bagian-bagian lingkaran
yang umumnya disebut unsur-unsur lingkaran. Adapun unsur-unsur
lingkaran, antaralain: jari-jari, diameter, busur, tali busur, apatema,
tembereng dan juring. (Sukino & Simangunsong, 2006)
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
10
a) Jari-jari Lingkaran
Jari-jari lingkaran adalah jarak titik-titik pada lingkaran dengan
pusat lingkaran. Dinotasikan dengan "𝑟".
b) Busur Lingkaran
Busur lingkaran adalah lengkungan lingkaran yang terletak di
antara dua titik pada lingkaran. Dinotasikan dengan “ ̂”.
c) Tali Busur Lingkaran
Garis di dalam lingkaran yang menghubungkan dua titik pada
lingkaran.
d) Diameter Lingkaran
Diameter lingkaran adalah tali busur yang melalui titik pusat
lingkaran. Dinotasikan dengan "𝑑".
e) Apotema Tali Busur
Apotema adalah jarak tali busur dengan titik pusat lingkaran, atau
penggal garis dari titik pusat lingkaran yang tegak lurus tali busur.
f) Tembereng
Tembereng adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh
sebuah tali busur dan busur dihadapan tali busur.
g) Juring Lingkaran
Juring lingkaran adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh
dua jari-jari dan busur yang diapit oleh kedua jari-jari tersebut.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
11
Berikut ini adalah contoh unsur-unsur lingkaran:
Keterangan:
a) Titik O = pusat lingkaran
b) Garis OA = OB = OD = jari-jari lingkaran
c) AB = diameter lingkaran
d) Garis lurus BD = tali busur lingkaran
e) Garis lengkung AD dan BD = busur lingkaran
f) Garis OE = apotema
g) Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur = juring
lingkaran (misal AOD)
h) Daerah yang dibatasi oleh sebuah tali busur dan dua jari-jari =
tembereng (yang diarsir)
3) Keliling dan Luas Lingkaran
Sebelum menghitung keliling dan luas lingkaran, siswa perlu
mengetahui pendekatan nilai 𝜋 (𝑝𝑖). Adapun kegiatan siswa dalam
menemukan pendekatan nilai 𝜋 (𝑝𝑖) sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
12
(a) Siswa membuat lingkaran dengan jari-jari 1 𝑐𝑚, 1,5 𝑐𝑚, 2 𝑐𝑚,
2, 5 𝑐𝑚, dam 3 𝑐𝑚.
(b) Siswa mengukur diameter masing-masing lingkaran dengan
menggunakan penggaris.
(c) Siswa mengukur keliling lingkaran menggunakan bantuan benang
dengan cara menempelkan benang pada bagian tepi lingkaran, dan
kemudian panjang benang diukur menggunakan penggaris.
(d) siswa membuat tabel seperti di bawah ini dan mengisi hasil
pengukuran yang telah diperoleh.
Lingkaran
berjari-jari Diameter Keliling
𝑲𝒆𝒍𝒊𝒍𝒊𝒏𝒈
𝑫𝒊𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓
1 cm … … …
1,5 cm … … …
2 cm … … …
2,5 cm … … …
3 cm … … …
(e) siswa menyimpulkan hasil yang diperoleh.
Dari kegiatan tersebut maka siswa akan menemukan bahwa nilai
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 akan memberikan nilai yang mendekati 3,14 atau jika
dinyatakan dalam bilangan pecahan adalah 22
7. Untuk selanjutnya, nilai
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 disebut sebagai konstanta 𝜋 (𝜋 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎: 𝑝𝑖).
Maka diperoleh persamaan 𝒌𝒆𝒍𝒊𝒍𝒊𝒏𝒈
𝒅𝒊𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓= 𝝅. Persamaan ini dapat
digunakan untuk mengitung keliling lingkaran.
Jadi 𝝅 = 𝟑, 𝟏𝟒 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝟐𝟐
𝟕
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
13
Gambar (ii)
(1) Siswa membuat lingkaran dengan
jari-jari = 10cm.
(2) Siswa membagi lingkaran tersebut
menjadi dua bagian sama besar dan
mengarsir satu bagian.
(3) Siswa membagi lingkaran tersebut
menjadi 12 bagian sama besar
dengan cara membuat juring sama
besar dengan sudut pusat 30𝑜 .
(gambar (i)).
Gambar (i)
a) Menghitung Keliling Lingkaran
Pada pembahasan di atas diperoleh bahwa pada setiap lingkaran
nilai perbandingan 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝐾)
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (𝑑) menunjukan bilangan yang sama
atau tetap disebut 𝜋.
Karena 𝐾
𝑑= 𝜋, sehingga didapat 𝐾 = 𝜋 . 𝑑.
Panjang diameter adalah 2 × 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖, maka 𝑑 = 2𝑟
Jadi didapat rumus keliling (𝐾) lingkaran dengan diameter (𝑑)
atau jari-jari (𝑟) adalah:
b) Menghitung Luas Lingkaran
Untuk menemukan rumus luas lingkaran, siswa perlu melakukan
kegiatan sebagai berikut:
𝐾 = 𝜋𝑑 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 = 2𝜋𝑟
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
14
(4) Siswa membagi salah satu juring yang tidak diarsir menjadi dua
bagian sama besar.
(5) Siswa menggunting lingkaran beserta 12 juring tersebut.
(6) Siswa mengatur potongan-potongan juring dan disusun setiap
juring sehingga membentuk mirip persegi panjang, seperti
gambar (ii).
Jika lingkaran dibagi menjadi juring-juring yang tak berhingga
banyaknya, kemudian dipotong dan disusun seperti gambar (ii)
maka hasilnya akan mendekati bangun persegi panjang.
Pada gambar (ii) panjang persegi panjang sama dengan setengah
keliling lingkaran (3,14 × 10 𝑐𝑚 = 31,4 𝑐𝑚) dan lebarnya sama
dengan jari-jari lingkaran (10 𝑐𝑚).
Jadi luas lingkaran dengan panjang jari-jari 10 cm = luas persegi
panjang dengan 𝑝 = 31,4 𝑐𝑚 dan 𝑙 = 10 𝑐𝑚.
↔ 𝑝 × 𝑙
↔ 31,4 𝑐𝑚 × 10 𝑐𝑚
↔ 314 𝑐𝑚2.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa luas lingkaran dengan
jari-jari 𝑟 sama dengan luas persegi panjang dengan panjang 𝜋𝑟
dan lebar 𝑟, sehingga diperoleh:
𝐿 = 𝜋𝑟 × 𝑟
𝐿 = 𝜋𝑟2
Karena 𝑟 =1
2𝑑, maka 𝐿 = 𝜋 (
1
2𝑑)
2
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
15
(1) Siswa membuat lingkaran dengan pusat
di O berjari-jari 5𝑐𝑚.
(2) Siswa membuat sudut pusat ∠𝐴𝑂𝐵 =
30𝑜 dan ∠𝐶𝑂𝐷 = 60𝑜, seperti gambar
(i)
(3) Siswa menyelidiki hubungan antara
sudut pusat dan panjang busur,
kemudian mengukur 𝐴�̂� 𝑑𝑎𝑛 𝐶�̂� untuk
mengetahui hubungannya, dengan
menggunakan benang.
Gambar (i)
Gambar (ii)
𝐿 = 𝜋𝑟2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿 =1
4𝜋𝑑2
= 𝜋 (1
4𝑑2)
𝐿 =1
4𝜋𝑑2
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa luas lingkaran 𝐿 dengan jari-
jari 𝑟 atau diameter 𝑑 adalah:
4) Hubungan antara Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas Juring
Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua jari-jari yang
berpotongan pada pusat lingkaran.
Untuk menentukan hubungan antara sudut pusat, panjang busur dan
luas juring siswa perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
16
(4) Siswa menjiplak juring OAB dan memotong sekeliling juring OAB.
Kemudian mengukur juring OCD dengan menggunakan juring
OAB. (gambar (ii))
(5) Menentukan apakah besar perbandingan antara kedua sudut pusat,
panjang kedua busur, dan luas kedua juring sama.
Panjang busur dan luas juring pada suatu lingkarang berbanding
lurus dengan besar sudut pusatnya.
Jika kegiatan tersebut dilakukan dengan teliti maka akan diperoleh
bahwa:
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ∠𝐴𝑂𝐵
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ∠𝐶𝑂𝐷=
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴�̂�
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐶�̂�=
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐴𝐵
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐶𝐷=
1
2
Melihat gambar di atas diperoleh:
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ∠𝐴𝑂𝐵
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 ∠𝐶𝑂𝐷=
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴�̂�
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐶�̂�=
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐴𝐵
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐶𝐷
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
17
Perhatikan gambar di samping
∠ 𝐴𝑂𝐵 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡
∠ 𝐴𝐶𝐵 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
Sudut pusat dan sudut keliling saling
berhubungan jika sama-sama
menghadap busur yang sama.
Sekarang mengamati gambar di atas ini, akan diperoleh:
Misalkan ∠ 𝐶𝑂𝐷 = 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ = 360𝑜maka keliling
lingkaran= 2𝜋𝑟, dan luas lingkaran = 𝜋𝑟2dengan 𝑟 jari-jari. Sehingga
diperoleh:
∠𝐴𝑂𝐵
360𝑜=
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴�̂�
2𝜋𝑟=
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐴𝐵
𝜋𝑟2
Maka rumus panjang busur 𝐴�̂�, luas juring 𝐴𝐵 dan luas tembereng
𝐴𝐵 adalah
5) Sudut Pusat dan Sudut Keliling
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐴�̂� =𝛼
360𝑜× 2𝜋𝑟
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐴𝐵 =𝛼
360𝑜× 𝜋𝑟2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝐴𝐵 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑂𝐴𝐵 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 ∆ 𝐴𝑂𝐵
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
18
Terlihat bahwa ∠ 𝐴𝑂𝐵 menghadap busur 𝐴𝐵, dan ∠ 𝐴𝐶𝐵 juga
menghadap busur 𝐴𝐵.
Sehingga: ∠ 𝐴𝑂𝐵 = 2 × ∠ 𝐴𝐶𝐵
6) Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran di
satu titik dan tegak lurus dengan jari-jari yang melalui titik
singgungnya.
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑎 adalah garis singgung yang menyinggung lingkaran di titik A.
𝐺𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑎 tegak lurus dengan 𝑂𝐴.
Maka panjang 𝐴𝐵 = √𝑂𝐵2 − 𝑂𝐴2
a) Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
19
𝐴𝐵 disebut garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran 𝑃 dan
𝑄.
𝑅 = jari-jari lingkaran 𝑃
𝑟 = jari-jari lingkaran 𝑄
Panjang 𝐴𝐵 = 𝐶𝑄.
Panjang garis singgun persekutuan dalam 𝐴𝐵 adalah :
𝐴𝐵 = √𝑃𝑄2 − (𝑅 + 𝑟)2
b) Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
𝐴𝐵 disebut garis singgung persekutuan luar dua lingkaran 𝑃 dan
𝑄.
𝑅 = jari-jari lingkaran 𝑃
𝑟 = jari-jari lingkaran 𝑄
Panjang 𝐴𝐵 = 𝐶𝑄.
Panjang garis singgun persekutuan luar 𝐴𝐵 adalah :
𝐴𝐵 = √𝑃𝑄2 − (𝑅 − 𝑟)2
( Dewi Nuharini & Tri Wahyuni, 2008)
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
20
7) Lingkaran Dalam dan Lingkaran Luar segitiga
a) Lingkaran dalam segitiga
Lingkaran dalam segitiga adalah lingkaran yang menyinggung
bagian dalam ketiga sisi segitiga itu.
Langkah-langkah melukis lingkaran dalam segitiga ΔPQR:
(1) Lukislah sebuah segitiga sebarang, misalkan Δ PQR.
(2) Kemudian, lukislah garis bagi P, Q, dan R. Ketiga garis
bagi berpotongan di 𝑂.
(3) Jari-jari diperoleh dengan cara menarik garis tegak lurus dari
titik O ke salah satu sisi segitiga. Misalnya OA, tegak lurus
PQ.
(4) Lukislah lingkaran dengan jari-jari OA dan berpusat di titik O.
Lingkaran tersebut merupakan lingkaran dalam Δ PQR.
Panjang jari-jari lingkaran dalam
segitiga :
𝑟 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶
12 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶
=2 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
21
b) Lingkaran luar segitiga
Lingkaran luar segitiga adalah lingkaran yang melalui ketiga titik
sudut segitiga.
Langkah-langkah melukis lingkaran luar segitiga ΔPQR:
(1) Lukislah sebuah segitiga sebarang, misalnya ΔPQR.
𝑃
𝑅
𝑄
(1) (2)
𝑃 𝑄
𝑅
𝑂
(3)
𝑃 𝑄
𝑅
𝑂
𝐴
(4)
𝑃 𝑄
𝑅
𝑂
𝐴
Panjang jari-jari lingkaran luar
segitiga :
𝑟 =𝐴𝐵. 𝐵𝐶. 𝐶𝐴
4 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝐵𝐶
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
22
(2) Kemudian, lukislah garis sumbu PQ, QR, RP.
(3) Hubungkan O dan Q.
(4) Lukislah lingkaran dengan jari-jari OQ dan berpusat di O.
(Siswono & Lastiningsih, 2007)
𝑃
𝑅
𝑄
(1)
𝑃
𝑅
𝑄
O
(2)
𝑃
𝑅
𝑄
O
(3)
𝑃
𝑅
𝑄
(4)
O
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
23
2. Regulasi Diri Siswa
a. Pengertian regulasi diri
Konsep regulasi diri menurut Ormrod (2008), kemampuan setiap
individu untuk memonitor, mengontrol cara belajar, mengevaluasi diri,
menilai diri, dan memberikan respon bagi dirinya sendiri. Sebagaimana
dikemukakan oleh Bandura (1991) bahwa “Self-regulation is a
multifaceted phenomenon operating through a number of subsidiary
cognitive processes inscluding self-monitoring, standard setting,
evaluative judgment, self-appraisal, and effective self-reaction.” Ini yang
sering disebut dengan regulasi diri atau pengaturan diri. Menurut
Santrock (2010) regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor
sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan yang dimaksud disini dapat berupa tujuan akademik maupun
tujuan sosioemosional.
Zimmerman (1990) mengemukakan bahwa, teori regulasi diri
merupakan belajar yang diatur sendiri oleh siswa yang penekanannya
pada: (a) tentang bagaimana siswa memilih, mengatur, atau menciptakan
lingkungan belajar yang menguntungkan untuk diri mereka sendiri, (b)
serta tentang bagaimana siswa merencanakan dan mengontrol bentuk dan
jumlah instruksi mereka sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa regulasi diri
merupakan suatu proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan
tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk mengontrol,
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
24
mengatur, memotivasi, dan merencanakan diri dalam belajarnya untuk
menghasilkan tujuan belajar yang optimal.
Menurut Ormrod (2008), cara untuk menjadi pembelajar yang
benar-benar efektif, siswa harus terlibat dalam beberapa aktivitas
mengatur diri (regulasi diri). Peningkatan regulasi diri dalam belajar
dapat melalui proses-proses berikut:
1) Penetapan tujuan, yaitu siswa mengatur diri dan menetapkan tujuan
yang ingin mereka capai, serta mengaitkan suatu konsep/ topik dengan
tujuan jangka panjang.
2) Perencanaan, yaitu siswa mengatur diri dan menentukan bagaimana
baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk
tugas-tugas belajar.
3) Motivasi diri, yaitu siswa mengatur diri dan memiliki keyakinan diri
yang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas
belajar dengan sukses.
4) Kontrol atensi, yaitu siswa mengatur diri berusaha memfokuskan pada
tugas yang dihadapinya dan mengoptimalkan usaha untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
5) Penggunaan strategi belajar yang fleksibel, yaitu siswa memiliki
strategi belajar yang berbeda tergantung tujuan-tujuan yang ingin
mereka capai.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
25
6) Monitor diri, yaitu siswa memonitor kemajuan mereka dalam
kerangka tujuan yang telah ditetapkan dan mengubah strategi belajar
atau memodifikasi tujuan bila dibutuhkan.
7) Mencari bantuan yang tepat, yaitu siswa mencari bantuan orang lain
yang akan memudahkan mereka untuk bekerja secara mandiri
dikemudian hari.
8) Evaluasi diri, yaitu siswa mengatur diri menentukan apakah yang
mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka. Idealnya,
mereka juga menggunakan evaluasi diri untuk menyesuaikan
penggunaan berbagai strategi belajar dalam kesempatan-kesempatan
di kemudian hari.
b. Kendala dalam proses regulasi diri siswa
Kendala dalam proses regulasi diri siswa salah satunya adalah
kenakalan anak. Kenalan anak merupakan efek dari regulasi diri yang
kurang baik, regulasi diri anak sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan
orang tua, karena orang tua adalah sosok yang telah memberikan
pengetahuan, motivasi, dan pengasuhan serta lingkungan pembelajaran
(Gillespie, & Seibel, 2006). Guru juga memberikan sumbangan penting
dalam pembentukan regulasi diri anak atau siswanya, dengan
mengidentifikasi keperluan, kebutuhan siswanya dan memberikan
petunjuk agar lebih berkembang ke arah yang baik, motivasi dan
pemodelan yang dilakukan oleh guru dapat ditiru oleh siswanya (Florez,
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
26
2011). Akhirnya ketika anak mendapatkan rangsangan diri dari luar baik
berupa pengetahuan, motivasi, ataupun perlakuan yang mengarah
tindakan positif, maka anak akan mempunyai regulasi diri yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini proses perilaku
regulasi diri yang akan diukur meliputi: (a) siswa mampu menetapkan
tujuan belajarnya, (b) siswa mampu merencanakan belajarnya, (c) siswa
mampu memotivasi diri, (d) siswa mampu mengontrol belajarnya, (e)
siswa mampu menggunakan strategi belajar yang fleksibel, (f) siswa
mampu memonitor diri dalam belajarnya, (g) siswa mampu mencari
bantuan yang tepat, dan (h) siswa mampu mengevaluasi hasil belajarnya.
3. Model Kooperatif Tipe TSTS
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe TSTS
Menurut Huda (2014), model kooperatif tipe TSTS merupakan
model yang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia peserta didik. Model kooperatif tipe TSTS
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa
dapat mengontrol diri, saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu menyelesaikan masalah, dan saling mendorong satu sama lain
untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi
dengan baik.
Menurut Lie (2008), struktur model kooperatif tipe TSTS memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
27
dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak
diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling
bergantung satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
kooperatif tipe TSTS menunjukkan pembelajaran berkelompok yang
melibatkan siswa agar dapat mengontrol dirinya, saling bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu menyelesaikan masalah, dan saling
mendorong satu sama lain.
b. Sintak Model Kooperatif Tipe TSTS
Menurut Shoimin (2014), penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1) Persiapan
Guru menyiapkan silabus dan sistem penilaian, desain
pembelajaran, menyiapkan tugas dan pembagian kelompok yang
setiap anggotanya heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa.
Guru melakukan kegiatan awal diantaranya: mengecek kehadiran
siswa dan memberi motivasi kepada siswa. Guru memberikan
motivasi. Guru menyampaikan tentang model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model kooperatif tipe TSTS. Guru juga
menyampaikan bahwa pada pelaksanaan model ini diharapkan akan
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
28
membantu siswa dalam meningkatkan regulasi dirinya, yaitu pada
tahap kegiatan kelompok. Guru mengingatkan materi prasyarat.
2) Presentasi Guru
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap ini, akan
membantu memberikan pemahaman konsep matematika kepada
siswa.
3) Kegiatan Kelompok
Pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
yang harus dikerjakan dan dipahami oleh tiap siswa dalam satu
kelompok. Kelompok yang sudah berdiskusi memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru, kemudian 2 anggota meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara anggota
yang lainnya tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu, setelah memperoleh informasi
dari anggota yang tinggal, tamu mohon diri untuk kembali ke
kelompoknya masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Pada tahap ini, akan merangsang regulasi diri siswa dalam
pembelajaran dan menguatkan pemahaman konsep lingkaran kepada
siswa karena siswa dituntut untuk berdiskusi, mencari informasi dari
teman kelompok yang lain dan membagikan informasi kepada teman
sekelompoknya.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
29
4) Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan oleh guru, salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan
atau didiskusikan dengan kelompok yang lainnya. Kemudian guru
membahas dan mengarahkan ke bentuk formal.
Tahap ini, siswa akan dapat memahami materi yang sedang
dipelajarinya.
5) Evaluasi dan Penghargaan
Siswa diberi soal kuis untuk dikerjakan di depan. Pada
penelitian ini, soal kuis diambil dari soal-soal evaluasi. Selanjutnya
dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada siswa yang
mengerjakan soal kuis tersebut dengan benar. Tahap ini sebagai
evaluasi dan timbal balik terhadap siswa.
Dapat disimpulkan bahwa sintak model kooperatif tipe TSTS ini
diperlukan kerjasama dalam kelompok, mengontrol waktu,
tanggungjawab, mencari bantuan yang tepat, mencari dan membagikan
informasi serta mengevaluasi belajarnya agar siswa dapat benar-benar
memahami konsep matematika.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe TSTS
Kelebihan dan kekurangan model kooperatif tipe TSTS menurut Shoimin
(2014) sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
30
1) Kelebihan
a) Mudah dipecah menjadi berpasangan. Hal ini mendukung siswa
untuk saling bersosialisasi dan bekerjasama.
b) Lebih banyak tugas yang dapat dilakukan, karena ada kerjasama
team/ kelompok.
c) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
d) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, karena
siswa bukan hanya dituntut untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru, namun siswa juga memahami materi pelajaran
belajar meregulasi diri.
e) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, siswa akan lebih berani
mengungkapkan pendapatnya.
f) Dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
g) Membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa karna ada
diskusi dan tutor sebaya.
2) Kekurangan
a) Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, yaitu hingga
2 pertemuan untuk sampai sintak pembelajaran selesai.
b) Membutuhkan banyak persiapan (waktu, dana, dan tenaga).
c) Guru cenderung kesulitan dalam mengelola kelas.
d) Siswa membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
e) Jika jumlah siswa ganjil dapat menyulitkan dalam pembentukan
kelompok.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
31
f) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan guru.
d. Cara Memaksimalkan Keberhasilan Pembelajaran Kooperatif
Adapun cara memaksimalkan keberhasilan pembelajaran
kooperatif menurut Huda (2014), yaitu :
1) Menjelaskan bahwa kerjasama adalah sebuah tujuan yang sangat
penting.
2) Mengajari ketrampilan khusus yang dibutuhkan dalam bekerjasama.
3) Membuat peraturan kerjasama.
4) Mendorong tiap kelompok untuk saling bekerjasama dan
berkontribusi.
5) Mengajak siswa untuk merenungkan makna pentingnya mengontrol
diri
6) Membagi peran pada anggota kelompok.
7) Menyelaraskan pembelajaran kooperatif dengan tugas.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Yang
pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Bahrul Arif (2009) berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk
Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas VII D SMP
Negeri 1 Singosari”. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model
kooperatif tipe TSTS pada mata pelajaran fisika dapat meningkatkan aspek
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
32
kognitif dan afektif siswa. Peningkatan aspek kognitif ditandai dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa dari sebelum tindakan 62 meningkat pada
siklus I menjadi 72, meningkat pada siklus II menjadi 80 dan meningkat pada
siklus III menjadi 88. Peningkatan nilai rata-rata aspek afektif dari siklus I
sebesar 76 meningkat menjadi 83 pada siklus II dan meningkat menjadi 91
pada siklus III.
Penelitian yang relevan kedua adalah penelitian Diyah, Edi dan Bambang
(2012) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat”. Dengan hasil peneliatian bahwa
model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan minat belajar,
ketuntasan belajar dan kemampuan pemahaman konsep siswa. Peningkatan
minat belajar siswa ditunjukan berdasarkan persentase siswa yang sangat
berminat sebelum mendapatkan pembelajaran mendengan model Two Stay Two
Stray sebesar 15,8%, sedangkan persentase siswa yang sangat berminat setelah
mendapatkan pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray sebesar
31,58%.
Penelitian yang relevan ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ismawati dan Hindarto (2011) berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Hasil penelitian menunjukan
bahwa setelah melaksanakan model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural tipe TSTS, hasil belajar kognitif berupa pemahaman
konsep fisika mengalami peningkatan yang signifikan dari 45,5% menjadi
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
33
87,5%. Dan hasil belajar afektif siswa mengalami peningkatan secara
signifikan pada siklus I maupun siklus II, hal tersebut tampak pada perubahan
sikap siswa kearah yang lebih baik, indikator setiap aspek telah terpenuhi.
Serta hasil belajar psikomotorik mengalami peningkatan ketrampilan sosial
siswa mencapai 93%.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang terdapat persoalan pemahaman konsep
matematika dan regulasi diri siswa belum sesuai dengan yang diharapkan oleh
guru. Peneliti mencoba menerapkan model kooperatif tipe TSTS dalam
pembelajaran matematika. Secara teoritis, pada model ini terdapat tahapan-
tahapan yang dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep matematika
dan regulasi diri siswa. Adapun tahapan-tahapan penerapan model kooperatif
tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran, yaitu : (1) tahap persiapan, yaitu
guru menyiapkan silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran,
menyiapkan tugas dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap
anggotanya heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa. (2) tahap
presentasi guru. Pada tahap ini, akan membantu menanamkan pemahaman
konsep Lingkaran kepada siswa dan memotivasi tentang pentingnya regulasi
diri kepada siswa. Guru menyampaikan tentang model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model kooperatif tipe TSTS. Guru juga menyampaikan bahwa
pada pelaksanaan model ini diharapkan akan membantu siswa dalam
meningkatkan regulasi dirinya, yaitu pada tahap kegiatan kelompok. (3) tahap
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017
34
kegiatan kelompok. Pada tahap ini, akan merangsang regulasi diri siswa dalam
pembelajaran dan menguatkan pemahaman konsep Lingkaran kepada siswa
karena siswa dituntut untuk berdiskusi, menangkap informasi dari teman
kelompok yang lain dan membagikan informasi kepada teman sekelompoknya.
(4) tahap formalisasi. Tahap ini, guru akan mengetahui kemampuan
pemahaman konsep siswa dari melihat penyampaian memecahkan persoalan
yang telah diberikan guru. (5) evaluasi kelompok dan penghargaan Tahap ini
sebagai evaluasi dan timbal balik terhadap siswa.
Dengan demikian diharapkan guru mampu menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan baik sehingga pemahaman konsep
matematika dan regulasi diri siswa meningkat sesuai yang diharapkan.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu:
1. Melalui model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
2. Melalui model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan regulasi diri siswa.
Upaya Meningkatkan Pemahaman..., Esa Fahmi Jatipermana, FKIP, 2017