bab ii kajian teori relasi bahasa dan...

13
12 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Relasi Bahasa dan Masyarakat Bahasa adalah ciptaan manusia, sehingga terdapat banyak ragam bahasa di dunia ini. Berbagai negara dan daerah pasti mempunyai bahasa tersendiri untuk berinteraksi. Oleh karena itu, meskipun di Indonesia mempunyai berbagai ragam bahasa daerah, tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pemersatu bangsa di Indonesia. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, serta perasaan kepada orang lain agar bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan. Bahasa sangat berkaitan dengan manusia dan sebaliknya manusia juga berkaitan dengan bahasa. Manusia tidak akan lepas dari bahasa, karena mereka saling ketergantungan. Menurut Pringgawidagda (2002: 4), bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Kridalaksana (dalam Aminuddin, 2011: 28-29), mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Chaer dan Agustina (1995:14), mengatakan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5), yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat berkaitan erat dengan manusia, karena tidak adanya bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Selain itu bahasa juga menyatukan hubungan keluarga, negara, masyarakat dengan pejabat, dan juga fans dengan public figure.

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Relasi Bahasa dan Masyarakat

Bahasa adalah ciptaan manusia, sehingga terdapat banyak ragam bahasa di

dunia ini. Berbagai negara dan daerah pasti mempunyai bahasa tersendiri untuk

berinteraksi. Oleh karena itu, meskipun di Indonesia mempunyai berbagai ragam

bahasa daerah, tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pemersatu bangsa di

Indonesia. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, serta perasaan

kepada orang lain agar bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan

bicara melalui bahasa yang diungkapkan. Bahasa sangat berkaitan dengan

manusia dan sebaliknya manusia juga berkaitan dengan bahasa. Manusia tidak

akan lepas dari bahasa, karena mereka saling ketergantungan.

Menurut Pringgawidagda (2002: 4), bahasa merupakan alat utama untuk

berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif

sosial. Kridalaksana (dalam Aminuddin, 2011: 28-29), mengartikan bahasa

sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Chaer dan Agustina

(1995:14), mengatakan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat

komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5), yang menyatakan bahwa

fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa bahasa sangat berkaitan erat dengan manusia, karena tidak

adanya bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Selain itu

bahasa juga menyatukan hubungan keluarga, negara, masyarakat dengan pejabat,

dan juga fans dengan public figure.

13

Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan, dua hal yang

bertemu di satu titik, artinya antara bahasa dan masyarakat tidak akan pernah

terpisahkan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh

anggota masyarakat sebagai alat komunikasi, berinteraksi dan

mengidentifikasikan diri. Masyarakat tidak lepas dari suatu bahasa. Begitu juga

bahasa tidak pernah lepas dari masyarakat. Mereka saling berkaitan dan

ketergantungan, karena dengan tidak adanya bahasa, masyarakat tidak dapat

berinteraksi satu sama lain. Seperti yang dikemukakan Kartomihardjo (1988: 11)

bahwa masyarakat pemakai bahasa secara sadar atau tidak sadar menggunakan

bahasa yang hidup dan dipergunakan dalam masyarakat. Sebaliknya, bahasa juga

dapat mengikat anggota masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan menjadi

satu masyarakat yang kuat, bersatu, dan maju.

Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat pemakainya,

keberadaan yang satu menunjang kebudayaan yang lain. Berkaitan dengan

masalah bahasa dan masyarakat, ada dua aspek dalam tingkah laku bahasa. Aspek

yang pertama adalah fungsi bahasa dalam mengadakan hubungan sosial, aspek

ynag kedua dalah peran yang dimainkan oleh bahasa sebagai pembawa informasi

tentang pembicara. Jika salah satu pembicara (dalam satu pembicaraan) berasal

dari daerah atau lapisan masyarakat yang berlainan, terlihat bahasa mereka akan

berbeda. Hal ini terjadi karena lingkungan masyarakat membentuk kebiasaan

berbahasa (Trudgil dalam Supardo 1988: 27).

Masyarakat Indonesia sekarang ini bisa dikatakan sebagai masyarakat

modern. Dilihat dari segi bahasanya yang digunakan, dari segi penampilan atau

cara berpakaiannya yang lebih kebarat-baratan, kemudian juga dilihat dari segi

aktivitasnya sehari-hari masyarakat tidak pernah lepas dari media sosial, mereka

14

lebih mementingkan aktivitasnya didalam media sosial (dunia maya) daripada di

dunia nyata. Media sosial yang dimaksud adalah suatu wadah untuk berinteraksi,

bertukar pikiran ataupun informasi yang berupa tulisan. Seperti yang dikatakan

Zarella (dalam Setyani, 2013: 6) bahwa media sosial merupakan perkembangan

mutakhir dari teknologi-teknologi web baru berbasis internet yang memudahkan

semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan

membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebarluaskan

konten mereka sendiri. Media sosial mempunyai banyak bentuk, diantaranya yang

paling popular meliputi twitter, facebook, instagram. Tetapi bentuk media sosial

tersebut yang menjadi sumber dari penelitian yang berjudul Kajian Sosiolinguistik

Bahasa Nama Fans Publik Indonesia berupa facebook.

Facebook adalah suatu situs jejaring sosial yang dapat dijadikan sebagai

wadah untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seluruh orang yang ada di

belahan dunia untuk dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Facebook

merupakan situs pertemanan yang dapat digunakan oleh manusia untuk bertukar

informasi, berbagi foto, dan video (Madcoms dalam Setyani, 2013: 6). Oleh

karena itu, facebook ialah salah satu sumber tempat berkembangnya pembentukan

kelompok fans atau tokoh tertentu. Facebook juga sebagai salah satu media sosial

yang populer, oleh karena itu peneliti memilih sumber penelitian dari media sosial

berupa facebook.

Hingga saat ini media sosial di Indonesia sangat berkembang pesat. Dilihat

dari masyarakatnya yang sangat berantusias, terbukti dari postingan status, foto,

dan video mereka yang mewakili untuk menyampaikan ide, aktivitas dan

perasaannya yang sedang dialami saat ini. Media sosial bertujuan untuk

15

memudahkan seseorang untuk beriteraksi dengan siapapun dan menjalin

kedekatan secara personal ataupun kelompok, selain itu juga menyatukan

hubungan keluarga, negara, masyarakat dengan pejabat, dan juga fans dengan

tokoh publik.

2.2 Fans

Fans berasal dari bahasa Inggris yang artinya penggemar, penggemar

dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yaitu dari kata gemar yang berarti

suka sekali. Penggemar yaitu seseorang yang menggemari sesuatu dengan

antusias dan secara kolektif kelompok penggemar akan membentuk basis

penggemar (fanbase) atau fandom. Fanbase yaitu suatu forum yang ditujukan

untuk mendukung seorang idola sedangkan fandom yaitu istilah untuk kumpulan

fans dari seorang idola (Mahmudah, 2015: 3). Oleh karena itu, penggemar adalah

orang yang menggemari suatu objek.

Fans sangat berarti bagi tokoh publik, karena dengan mempunyai banyak

fans maka mereka akan lebih terkenal. Tokoh publik juga selalu memberikan

dukungan dan semangat untuk penggemar agar mereka dapat menghadapi

masalah dan berbagi kesenangan bersama-sama. Fans atau yang disebut

penggemar biasanya memiliki forum-forum khusus yang memungkinkan mereka

untuk melakukan sharing secara beramai-ramai. Forum-forum ini umumnya

adalah situs yang dibuat oleh penggemar dan diperuntukkan bagi penggemar pula.

Tidak hanya melalui forum, tetapi situs-situs jejaring sosial seperti twitter,

facebook, instagram, maupun blog juga memudahkan mereka dalam melakukan

kegiatan fans. Melalui forum/jejaring sosial mereka bisa membicarakan berbagai

16

macam hal, dari mulai video klip yang baru keluar hingga gaya berpenampilan

sang idola yang terus berganti-ganti.

Semua penggemar (fans) selalu mempunyai identitas diri atau kelompok

untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat, agar masyarakat dan juga

tokoh idolannya tahu bahwa mereka adalah penggemar yang patut untuk dihargai

keberadaannya. Fans atau penggemar seringkali membentuk komunitas atau

kelompok fans yang mengidolakan tokoh publik yang sama. Kelompok

penggemar (fans) yang fanatik selalu memiliki kreativitas, menciptakan alternatif-

alternatif baru seperti menamakan kelompok penggemar atau komunitasnya

tersebut dengan nama-nama yang sangat asing yang mempunyai nilai estetika

yang dimilikinya, sebagai wujud rasa cinta mereka kepada idolanya. Oleh karena

itu, identitas diri (nama) itu sangat penting bagi penggemar (fans) yang

mengagumi suatu tokoh idola tertentu baik secara individu maupun kelompok.

2.3 Hakikat Nama atau Identitas Diri

Identitas dalam pengertian sempit dapat berupa nama, logo, warna atau

semua komponen yang dapat mewakili individu, organisasi atau instansi. Tetapi

meskipun hanya sekedar nama, logo, makna suatu identitas sangat besar bagi

pemilik identitas tersebut (Dirgantoro, 2004: 90). Begitu juga dengan Marcia

(1993) yang mengatakan bahwa identitas nama adalah komponen penting yang

menunjukkan identitas personal individu.

Menurut Yusuf (2004: 202), perkembangan identitas diri dipengaruhi oleh

berbagai faktor, di antaranya yaitu sebagai berikut, (a) iklim keluarga, (b) tokoh idola,

(c) peluang pengembangan diri. Iklim keluarga adalah yang berkaitan dengan interaksi

17

sosioemosional antar anggota keluarga. Tokoh idola adalah orang-orang yang

dipersepsi oleh remaja sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat. Tokoh idola

seringkali mempunyai fans atau penggemar yang mengidolakan tokoh idola yang sama.

Biasanya para fans mempunyai komunitas atau kelompok dengan memberikan

identitas (nama) yang bertujuan untuk memperkenalkan bahwa setiap fans mempunyai

ciri khas yang membedakan dengan kelompok lain. Peluang pengembangan diri adalah

kesempatan untuk melihat kedepan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) yang

beragam. Dalam hal ini, eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan

gagasan. Penampilan peran-peran dan bergaul dengan orang lain.

Aristoteles (dalam Chaer, 2013: 44) mengatakan bahwa penamaan atau

pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama

status masyarakat bahasa. Antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya

kata, dengan suatu yang dilambangkan bersifat sewenang-wenang dan tidak ada

hubungan „wajib‟ di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang

untuk sesuatu yang dilambangkan, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbiter,

tidak ada hubungan wajib sama sekali.

“Apalah arti sebuah nama”, begitulah pujangga William Shakespeare

mendeskripsikan arti penting „nama‟ dalam kehidupan. Namun, pujangga ini

ternyata tidak sepenuhnya benar dalam mendeskripsikan suatu nama, karena

dalam kehidupan nyata „nama‟ merupakan sesuatu yang penting bagi seseorang.

Hal ini dikarenakan, nama mengandung sebuah makna dan harapan dari orang

yang memberikan nama tersebut. Untuk itu, dalam memberikan nama terhadap

sesuatu harus mempertimbangkan baik buruknya. Nama yang baik akan membuat

si pemilik nama mempunyai harapan baik di masa depan, sehingga motivasi bagi

18

si pemilik nama dalam mengarungi bahtera kehidupan. Selain mengandung makna

dan harapan si pemberi nama, nama juga sangat berarti untuk kepentingan si

pemilik nama itu sendiri, karena dengan nama dapat menunjukkan identitas

keluarganya, bangsa, agama maupun kelompok penggemar suatu tokoh.

Sobur (2009: 189) mengatakan bahwa „nama‟ dapat melambangkan status,

cita rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan), sebagai

nama hoki atau apapun alasannya. Nama pribadi merupakan unsur penting yang

menunjukkan identitas seseorang dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan segala

bentuk interaksi selalu dimulai dengan nama dan kemudian baru diikuti atribut-

atribut lainnya. Secara tidak sadar orang akan didorong untuk memenuhi citra

(image, gambaran) yang terkandung dalam namanya. Teori penamaan/labeling

(dalam Pratama, 2010) menjelaskan, kemungkinan seseorang menjadi jahat

karena masyarakat menamainya sebagai penjahat. Oleh karena itu, dalam Islam

diajarkan untuk memberi nama yang baik bagi anak-anak, karena dalam sebuah

nama mengandung unsur doa dan harapan di masa yang akan datang.

Husen (dalam Christomy dan Untung Yuwono, 2004: 266) mengatakan bahwa

semua kegiatan yang dilakukan oleh orang atau lembaga selalu mengacu pada

penggunaan nama. Oleh karena itu, penggunaan nama sangat vital dalam suatu

kelompok, tujuannya untuk mengenalkan identitas kelompok tersebut. Terkait dengan

judul penelitian tersebut yang membahas tentang identitas nama fans tokoh publik

Indonesia terfokus pada satu teori yaitu kajian sosiolinguistik yaitu kajian yang

mempelajari bahasa yang dikaitkan dengan masyarakat.

19

2.4 Kajian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-

fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu

berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat

(Fishman, 1972). Menurut Nababan (1986: 2), sosiolinguistik ialah studi atau

pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota

masyarakat. Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan

membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan

(variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor

kemasyarakatan (sosial).

Sosiolingistik merupakan antar disipliner antara sosiologi dan linguistik,

dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah

kajian yang bjektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai

lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Linguistik

adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil

bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan

bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa

dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer dan

Agustina, 2010: 2).

Seperti pendapat Sumarsono dan Partana (2002:1 ) sosiolinguistik adalah

kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari

oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi). Appel (dalam Aslinda dan Syafyahya,

2010: 6) mengatakan, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial

dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan

20

tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk

interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret, dengan demikian dalam

sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat secara internal, tetapi dlihat sebagai sarana

interaksi/komunikasi di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik di dalamnya terdapat aspek SPEAKING yang akan

diaplikasikan berdasarkan data yang akan dianalisis dengan objek yang akan

diteliti yaitu fans dengan tokoh publik. Speaking berasal dari bahasa Inggris yang

artinya berbicara. Menurut Tarigan (2008), mengemukakan bahwa berbicara

adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan. Tetapi speaking di dalam sosiolinguistik yang dimaksud yaitu unsur-

unsur yang terdapat dalam tindak berbahasa dan kaitannya dengan, atau

pengaruhnya terhadap bentuk dan pemilihan ragam bahasa. Unsur-unsur itu ialah

antara lain, siapa berbicara dengan siapa, tentang apa (topik), dalam situasi

(setting) yang bagaimana, dengan tujuan apa, dengan jalur apa (tulisan, lisan,

telegram, dan sebagainya), dan ragam bahasa yang mana.

Hymes (dalam Nababan, 1986: 7) menggambarkan kelima belas unsur berbahasa

yang dihasilkan analisisnya dalam suatu akronim bahasa Inggris yang tergolong dalam

delapan unsur, sehingga menghasilkan istilah SPEAKING dengan huruf-huruf

pertamanya meliputi, S (setting dan scene), P (participants), E (ends), A (act sequences),

K (key), I (instrumentalities/jalur), N (norms), G (genres/bentuk dan ragam bahasa).

Menurut Hymes (dalam Pateda, 1992: 22-23), setting dan scene (S) dimaknai dalam

bahasa Indonesia yaitu letak atau tempat kejadian. Setting/latar berhubungan dengan

dimensi waktu dan tempat, sedangkan scene yakni tafsiran terhadap situasi. Oleh

21

karena itu, dapat diartikan bahwa setting/scene adalah penggambaran mengenai waktu,

tempat, dan suasana/situasi terjadinya suatu peristiwa. Participants (P) dalam bahasa

Indonesia mempunyai arti yaitu peserta. Peserta yang di maksud ialah pelaku atau

pihak-pihak yang terlibat dan berhubungan dengan pembicara, pendengar,

pendengar-pendengar yang ikut, dan sumber. Ends (E) dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti yaitu tujuan. Lebih jelasnya dalam penelitian ini bagaiamana

maksud dan tujuan dari pemberian nama fans tersebut. Act sequence (A) yaitu

mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran dan isi ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan

hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Key (K) dalam

bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu nada atau pedoman. Menurut Hymes

(dalam Pateda, 1992: 22-23) key berhubungan jenis aksen, yaitu nada, cara, dan

semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius,

dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.

Instrumentalities (I) yang di maksud yaitu bentuk bahasa dan variasi bahasa.

Instrumentalitiesini mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, jalur lisan, atau

tertulis seperti media sosial berupa facebook. Norms (N) dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti yaitu norma atau aturan. Norma yang di maksud mengacu pada

norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara

berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Selaian itu juga mengacu pada norma

penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre (G) dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti yaitu aliran. Menurut Hymes (dalam Pateda, 1992: 22-23), genre

mengacu pada jenis bentuk penyampaian.

22

2.5 Bentuk Diksi dalam Kajian Sosiolinguistik

Bentuk diksi yang dimaksud adalah pilihan kata yang digunakan dalam

penamaan identitas nama fans tokoh publik Indonesia. Diksi-diksi tersebut

dikelompokkan berdasarkan kelas kata. Menurut Keraf (2000: 22-23), bahwa diksi

bukan hanya dipergunakan untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga

meliputi fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Diksi yang digunakan dalam penamaan

identitas nama fans dapat berupa kata, kelompok kata (frasa), maupun klausa, namun

yang paling banyak ditemukan dalam penelitian tersebut adalah berbentuk kata.

Menurut Keraf (2000: 24) dari uraian yang singkat tersebut, dapat diturunkan tiga

kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian

kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana

membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-

ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-

nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan

bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok

masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan

oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

Bentuk diksi nama fans biasanya berupa kata dan frasa yang meliputi bentuk

kata berupa istilah, bentuk kata berupa nama individu, bentuk kata berupa nama

kelompok, bentuk kata berupa akronim, bentuk kata berupa singkatan, bentuk kata

yang menunjukkan wilayah/tempat, bentuk frasa berupa istilah, bentuk frasa

berupa nama kelompok, bentuk frasa berupa nama individu, bentuk frasa berupa

akronim, bentuk frasa berupa singkatan, bentuk frasa berupa simbol, bentuk frasa

yang menunjukkan wilayah/tempat, dan masih banyak lagi.

23

Menurut pendapat Djajasudarma (1993:5), makna adalah pertautan yang

ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Sejalan dengan

pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 1993:5) menyebutkan bahwa

mengkaji makna atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata

tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata

tersebut berbeda dari kata-kata lain. Dari beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa makna merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara

yang membuat kata tersebut berbeda.

2.6 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa secara umum yaitu komunikasi, sedangkan fungsi utama

bahasa yaitu sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki

manusia (Nababan, 1986: 38). Menurut Keraf (1984: 3-6), fungsi bahasa dapat

diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa. Dasar dan motif

pertumbuhan bahasa dalam garis besarnya dapat berfungsi, (a) untuk menyatakan

ekspresi diri, (b) sebagai alat komunikasi, (c) sebagai alat untuk mengadakan

integrasi dan adaptasi sosial, (d) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Selain fungsi di atas, terdapat banyak fungsi-fungsi bahasa lainnya, seperti yang

dikemukakan oleh Brinker (dalam Suwito, 2013:15-16) bahwa terdapat lima fungsi

dasar bahasa meliputi, (a) fungsi informasi, (b) fungsi mempengaruhi, (c) fungsi

obligasi, (d) fungsi kontak, (e) fungsi deklarasi. Dalam fungsi informasi, bahasa

digunakan untuk membagikan informasi kepada orang lain, sedangkan fungsi

mempengaruhi, bahasa digunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam melakukan

sesuatu, fungsi obligasi, bahasa digunakan untuk meminta orang lain untuk melakukan

hal-hal yang wajib, dalam fungsi kontak, bahasa digunakan untuk menjalin kontak

24

dengan seseorang, menanyakan suatu hal dan sebagainya, dan fungsi deklarasi, bahasa

digunakan untuk mengungkapkan fakta baru, seperti pada surat pengangkatan,

sertifikat, dan ijazah.

Menurut Leech (1977: 47-50) fungsi bahasa dikategorikan dalam lima

fungsi, yakni fungsi informatif, fungsi ekspresif, fungsi direktif, fungsi estetis, dan

fungsi fatis. Fungsi informatif yaitu bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk

menyampaikan informasi, fungsi ekspresif bahasa dipakai untuk mengungkapkan

perasaan dan sikap penuturnya, fungsi direktif yaitu jika bahasa yang digunakan

bertujuan untuk memepengaruhi perilaku atau sikap orang lain. Contoh fungsi

direktif bahasa adalah pada ujaran yang berupa perintah dan permohonan, fungsi

estetis bahasa yaitu penggunaan berkaitan dengan karya seni, dan fungsi fatis

yaitu fungsi bahasa yang digunakan untuk menjaga hubungan sosial secara baik

dan menjaga agar komunikasi tetap berkesinambungan.Oleh karena itu, di dalam

penelitian ini lebih mengacu pada lima fungsi bahasa yang dikemukakan oleh

Leech yaitu fungsi informatif, fungsi ekspresif, fungsi direktif, fungsi estetis, dan

fungsi fatis, karena menurut peneliti, data yang didapatkan sangat cocok dianalisis

dengan menggunakan teori tentang fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Leech.