bab ii kajian teori · masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai...
TRANSCRIPT
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Desain Komunikasi Visual
Desain Komunikasi Visual adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari
desain dengan berbagai pendekatan dan pertimbangan, baik yang menyangkut
komunikasi, media, citra, tanda maupun nilai. Dari aspek keilmuan, desain
komunikasi visual juga mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan
pesan, teknologi percetakan, penggunaan teknologi multimedia, dan teknik persuasi
pada masyarakat (Sachari. 2005:9).
Cenadi (1994:4) menjelaskan pengertian desain komunikasi visual sebagai
desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara
visual. Desainer komunikasi visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok
pengamat. Mereka berusaha agar kebanyakan orang yang dalam target group
(sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh
karena itu desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan
dimengerti oleh target group tersebut.
1. Dasar Perancangan Desain Komunikasi Visual
Pujiyanto (1998) dalam makalahnya berjudul Kreativitas dalam
Merancang Desain Komunikasi Visual mengemukakan bahwa dalam
penciptaan karya desain komunikasi visual terdapat berbagai masalah yang
kompleks antara desainer dan klien, yang satu sama lain saling berhubungan
dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk menghasilan
desain yang menarik, efektif, dan berbagai fungsional. Untuk itu diperlukan
beberapa pedoman mendasar, yaitu:
9
a. Pangsa Pasar
Pangsa pasar merupakan kelompok yang dituju dalam
menginformasikan sebuah pesan. Hal terpenting dalam hal ini adalah
mengetahui latar belakang khalayak tersebut, baik dari segi usia, jenis
kelamin, tingkat sosial, pendidikan, dan lainnya guna mendukung
penetapan sebuah bentuk desainyang sesuai yang tepat bagi khalayak
yang dituju sehingga dapat dimengerti dan dipahami.
b. Konsep Desain
Konsep desain disebut sebagai inti pesan yang berfungsi sebagai
tema utama dalam sebuah desain. Konsep desain merupakan jabaran
lengkap mengenai isi desain beserta gambarannya dan alasan-alasan
yang kuat dalam pemilihan sebuah bentuk desain.
c. Pesan Desain
Pesan desain merupakan kesimpulan akhir dari pengolahan data
pangsa pasar dan konsep desain. Kesimpulan ini mencerminkan tema
utama yang menyeluruh dan mewakili desain yang disampaikan agar
dapat diterima atau merupakan titik pandang utama sebuah desain bagi
khalayak yang dituju.
d. Media Desain
Media desain merupakan alat atau sarana yang dapat dipakai
untuk memuat pesan sebagai bentuk akhir perancangan yang meliputi
berbagai media untuk menyampaikan suatu desain agar dapat didengar
atau dilihat oleh khalayak yang kemudian direspon. Dalam menentukan
pemilihan media desain dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukungnya
10
yang berkaitan dengan sasaran yang ingin dituju, waktu, lokasi
penempatan, dan efektifitas serta efisiensinya, karena masing-masing
media memiliki karakteristik, kelebihan dan kekurangan.
2. Fungsi Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Presentasi dan
Promosi.
Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi
visual menurut Cenadi (1994:4) mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai
sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan intruksi, dan yang terakhir
sebagai sarana presentasi dan promosi.
Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan
promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian
(atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat;
contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan
sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk
mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat
persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk
atau jasa.
11
B. Tinjauan Perkembangan dan Petumbuhan Anak Usia Sekolah Dasar (SD) 1. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang beroperasi secara
kontinyu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini
berlangsung secara independen dan saling bergantung satu sama lain.
Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam bentuk yang berdiri sendiri karena
keduanya memiliki pengertian yang berbeda.
“Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak
yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu” (Kartono. 1990:18)
Sedangkan “Perkembangan adalah perkembangan psikofisik sebagai
hasil dari pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang
oleh faktor lingkungan dan proses belajar passage waktu tertentu, menuju
kedewasaan” (Kartono. 1990:21)
2. Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Genetik
Faktor genetik merupakan potensi dasar dalam perkembangan
kecerdasan. Namun, faktor genetik bukanlah yang terpenting. Sampai
saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan dari ketiga faktor
tersebut yang berperan lebih besar. Setiap makhluk hidup mempunyai
masa pertumbuhan otak yang berbeda.
b. Lingkungan
Anggapan lain tentang faktor sosial dan lingkungan penting dalam
menentukan kecerdasan anak. Secara teori faktor sosial berperan kecil
12
bila kekurangan gizi terjadi pada masa cepat tumbuh otak. Karena
kekurangan yang terjadi pada masa tersebut bersifat irreversible (tidak
dapat pulih)
c. Gizi
Pertumbuhan anak sehat dan normal sesuai dengan potensi genetik
yang dimilikinya. Pertumbuhan ini sangat berpengaruh oleh intake zat
gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau
kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan dan
menyimpang dari pola standar. Fisik sebagai indikator untuk mengukur
status gizi. Anak-anak dari tingkat sosial ekonomi rendah sangat rawan
terhadap gizi kurang. Sedangkan anak-anak dari tingkat sosial tinggi
sangat rawan terhadap gizi lebih.
3. Pengertian Anak Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Dasar (disingkat SD; Bahasa Inggris: Elementary School)
adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah
Dasar ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas I-VI. Pelajar
Sekolah Dasar umumnya berusia 7-12 tahun (Wikipedia).
Anak usia SD berkisar antara 6-12 tahun. Karakter utama siswa
Sekolah Dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang diantaranya : perbedaan dalam
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, serta perkembangan
kepribadian dan perkembangan fisik anak.
13
4. Perkembangan Psikologis pada Anak Sekolah Dasar
Masa usia Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual
atau masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang
untuk masuk Sekolah Dasar, sebenarnya sukar dikaitkan karena kematangan
tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada 6 atau 7 tahun,
biasanya anak telah matang untuk memasuki Sekolah Dasar. Pada masa
keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik
daripada masa sebelum dan sesudahnya.
a. Masa Kelas Rendah
Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun
sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa
ini antara lain sebagai berikut :.
1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani
dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang
diperoleh).
2) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
3) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
4) Apabila tidak dapat menyelesaikan soal maka soal tersebut
dianggap tidak penting.
5) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai
(angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai atau tidak.
14
b. Masa Kelas Tinggi
Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau
10 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak
pada masa ini adalah :
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan perkerjaan-pekerjaan yang praktis.
2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan
mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori
faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolkan faktor-faktor
(bakat-bakat khusus).
4) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai
ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Anak-anak pada masa usia ini gemar membentuk kelompok
sebaya biasanya untuk bermain bersama-sama.
5. Kemampuan Motorik pada Anak Sekolah Dasar (SD)
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang,
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini
ditandai dengen kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh
karena itu usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan
yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis,
berenang, main bola dan lain-lain.
15
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan dan ketrampilan.
Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan
belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan
perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya, karena itu mereka
sudah siap menerima pelajaran keterampilan. Sesuai dengan perkembangan
fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b. Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olah raga (menerima,
menendang dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya.
Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.
B. Tinjauan Kreativitas dan Bakat
1. Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang
menakjubkan dalam memahami dan menghadapi situasi atau masalah
secara berbeda dengan yang biasa dilakukan oleh orang lain pada umumnya.
Kemampuan berkreasi memungkinkan manusia untuk mempertemukan,
menghubungkan, atau menggabungkan berbagai kenyataan-kenyataan,
gagasan-gagasan, atau hal-hal berbeda yang sebelumnya tidak berhubungan,
menjadi suatu gagasan atau produk baru yang berguna untuk menjawab
masalah yang dihadapi. (Soesilo. 2014:15)
16
Pada umumnya orang menilai kreativitas berdasar dari wujud hasilnya
atau produknya, karena memang secara kasat mata dalam bentuk konkrit
yang bisa dilihat adalah produk dari kreativitas seseorang. Namun, perlu
disadari bahwa pemahaman tentang kreativitas dapat ditinjau dari beragam
pandangan atau perpektif, antara lain ditinjau dari perspektif proses, produk,
dan pribadi. (Soesilo. 2014:16)
a. Kreativitas Berdasar Beragam Perspektif
1) Kreativitas: Perspektif Temuan Baru
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan suatu gagasan baru maupun karya nyata baru atau
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relative berbeda
dengan yang telah dilakukan sebelumnya, baik dalam ciri-ciri
aptitude maupun non aptitude. Mengenai temuan yang bersifat baru
juga telah dikemukakan oleh Michael A. West (2000), yang
menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan
berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan
ide-ide baru dan lebih baik. (Soesilo. 2014:17).
2) Kreativitas: Perspektif dari Proses
Kreativitas bukan hanya dipandang dengan adanya temuan
yang bersifat baru, tetapi juga sebagai suatu proses yang memiliki
keunikan dipandang dari proses-proses yang lain. Kreatif seseorang
juga dapat dilihat dari proses selama menjalankan kegiatan atau
usaha yang sedang digeluti tersebut. Selama menggeluti usaha dari
awal hingga akhir dalam menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan
17
tersebut, dibutuhkan keterbukaan pada hal baru, panjang akal,
ketekunan, temuan dan unsur-unsur kreatif lainnya (Soesilo.
2014:20)
3) Kreativitas: Perspektif dari Kemampuan Mental
Pemikiran kreatif merupakan penggabungan kembali batas-
batas pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman untuk
mewujudkan suatu keinginan atau mengatasi suatu masalah yang
dialami pada saat sekarang. Oleh karena itu, kreativitas melibatkan
energi pikiran, sikap dan mental yang ulet sehingga mewujudkan
suatu penemuan dan produktivitas yang antusias. Pemikiran kreatif
merupakan bagian terpadu dalam hidup, yang dilakukan setiap hari,
karena setiap hari manusia selalu dihadapkan persoalan yang harus
dipecahkan dengan berbagai kemampuan diatas. (Soesilo. 2014:23)
4) Kreativitas: Perspektif dari Segi Pribadi
Kreativitas mulai dengan kemampuan individu untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang
kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada
nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang
keahliannya. Ia memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi hidup
sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai.
Menurut Soemardjan (1983), kreativitas merupakan sifat pribadi
seorang individu (dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati
oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk
menciptakan sesuatu yang baru (Soesilo. 2014:24).
18
2. Bakat
Salah satu bagian dari kemampuan yang dibutuhkan dalam
mewujudkan kreativitas peserta didik adalah bakat. Tanpa adanya bakat
yang dimiliki di bidang tertentu maka seseorang juga akan sulit
mengembangkan kreativitasnya pada bidang tersebut. Oleh karena itu,
pembahasan tentang bakat peserta didik dirasa cukup penting dalam
mendukung kreativitasnya.
Sebaiknya lembaga pendidikan bukan hanya mementingkan prestasi
akademik belaka pada peserta didiknya. Masih banyak kecerdasan-
kecerdasan lain maupun bakat yang dimiliki para peserta didik yang
mungkin belum ‘terjamah’ oleh lembaga pendidikan. Perlu dipahami bahwa
tidak jarang keberbakatam tersebut yang membawa kesuksesan bagi peserta
didiknya kelak. (Soesilo. 2014:48).
a. Pengertian Bakat
Bakat (aptitude) sering diartikan sebagai kemampuan bawaan
sebagai potensi diri (potential ability) yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih. Sedangkan kemampuan merupakan daya untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
bawaan tersebut masih ‘terpendam’ jika tanpa adanya latihan-latihan.
Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan yang
berbakat dapat dilakukan dan bermanfaat bagi masyarakat secara
konkrit.
b. Macam Bakat
Secara umum, bakat dapat terbagi dalam 3 kelompok yakni :
19
1) Intelektual Umum
Bakat dalam bentuk intelektual seringkali disebut gifted. Pada
setiap kelas, biasanya terdapat siswa yang tergolong gifted, yakni
dicirikan pada semua bidang akademik dia memiliki prestasi yang
luar biasa.
2) Akademis Khusus
Jika seseorang memiliki bakat dalam mata pelajaran (mata
kuliah) tertentu maka dia termasuk berbakat dalam akademis khusus,
misalnya pada mata pelajaran Matematika dia memiliki skor hampir
sempurna, sedangkan mata pelajaran yang lain biasa saja.
3) Ekstra
Bakat khusus disebut juga talent. Tidak sedikit siswa yang
memiliki kemampuan di bidang ekstra kurikuler (misalnya olahraga
atau seni), inilah yang disebut memiliki talent khusus untuk bidang
tersebut (Soesilo. 2014:48-51)
c. Ciri Keterbakatan
Menurut Renzulli (Semiawan, 1997), yang menentukan
keterbakatan seseorang pada hakikatnya ada 3 kelompok ciri-ciri, yakni
kemamampuan di atas rata-rata, kreativitas, dan tanggung jawab.
1) Kemampuan di atas rata-rata
Pada bidang tertentu yang dianggap sebagai bakat
menunjukkan kemampuan yang berada di atas rata-rata. Jika
dibanding dengan ciri lainnya kondisi pada bidang tersebut tidak
harus unggul, tetapi seimbang dengan kreativitas dan tanggung
20
jawab. Sedangkan dalam usaha untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan tersebut diukur melalui tes intelegensi, prestasi, bakat
dan kemampuan mental.
2) Kreativitas
Seperti yang dijelaskan dalam pengertian dan ciri tentang
kreativitas, bahwa kreativitas diwujudkan dengan memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
3) Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task-
commitment)
Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task-
commitment) ditunjukan pada semangat dan motivasi mengerjakan
dan menyelesaikan tugas. Tanggung jawab tersebut tidak harus
berkaitan dengan norma lingkungan sekitarnya tetapi bias
merupakan tanggung jawab yang disusun oleh diri pribadi.
D. Tinjauan Seni Mengajar
Seni mengajar merupakan sebuah upaya membimbing aktivitas pelajaran di
kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis dan rasa. Seni
belajar berkaitan dengan berbagai yang lain, seperti seni berbicara atau retorika,
seni beromunikasi atau persuasif, seni humor atau selera humor, dan seni visual
atau seni teatrikal. Guru yang memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan
dengan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan
21
siswa impresi lebih dalam belajar. Di sinilah kemudian, makna guru dalam
mengajar dirasa betul sifat pentingnya.
1. Cara Mengajar yang Baik
Apabila seni berpadu dengan ilmu, dalam arti metode, maka tentu saja
kelas bias dikondisikan sedemikian rupa untuk mencapai level pengajaran
terbaik yang bias dilangsungkan. Intinya, menjadi guru atau pengajar yang baik
tidak sekedar membagi ilmu, tetapi juga rasa dan kecintaan terhadap materi
pelajaran yang disampaikan.
Guru yang baik menggunakan metode pengajaran yang kreatif, karena
faktanya menunjukkan bahwa semua siswa belajar dengan cara mereka sendiri
yang berbeda satu sama lain. Guru harus terus-menerus beradaptasi dengan
lingkungan siswanya, serta harus membantu perkembangan lingkungan
pengasuhan dan pembelajaran secara akademis. Kreativitas menghasilkan
pendekatan-pendekatan multisensory dalam pembelajaran, yang tentunya
sangat bermanfaat bagi semua siswa.
a. Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang pertama dalam teori Tujuh Hukum Mengajar dari John
Milton Greogy berbunyi, Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.
Artinya, jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan
disampaikan, maka ia dapat meyakinkan siswa dengan wibawanya.
Sehingga, siswa percaya dengan apa yang dikatakannya, bahkan merasa
tertarik pada pelajaran yang disampaikan guru.
b. Mengetahui Sasaran dengan Jelas
22
Pengajaran yang jelas sasarannya menjadikan siswa mampu melihat
dengan jelas inti dari pokok pelajaran yang disampaikan. Mereka dapat
menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam
proses belajar. Empat ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih
dan menuliskan sasaran pengajaran adalah sebagai berikut:
1) Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas,
2) Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep siswa,
3) Sasaran harus meliputi hasil belajar, dan
4) Hasil sasaran harus dapat dicapai.
c. Mengutamakan Susunan yang Sistematis
Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang
semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi yang melihatnya.
Sesuatu yang tidak memiliki inti, tidak tersusun, serta tidak sistematis,
akan sulit dipahami dan diingat. Oleh sebab itu, inti pengajaran harus
disusun dengan teratur dan sistematis.
d. Banyak Menggunakan Contoh Kehidupan
Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau
perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami, misalnya
dalam perdagangan, rental, nilai UTS/UAS, dan lain sebagainya. Contoh
kehidupan antara jembatan antara kebenaran dan dunia nyata.
e. Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga
boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan yang akan
23
memperdalam kesan siswa. Bentuk yang paling lazim adalah
menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.
f. Memanfaatkan Pancaindra Siswa
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti
menggunakan pancaindra siswa. Bahan pengajaran audio visual bukan
saja cocok untuk sekolah minggu anak-anak, tetapi juga untuk sekolah
minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh
para ilmuan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang
menggunakan gambar-gambar.
Itu berarti bahwa para ilmuan pun perlu bantuan gambar untuk
mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan cacatan statistik
selama 15 bulan. Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan presentase dari
isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh siswa. Yaitu, bagi siswa yang
hanya bergantung pada indra pendengaran saja, masih dapat mengingat
28%. Sedangkan, bagi siswa yang menggunakan indra pendengaran
ditambah indra penglihatan, dapat mengingat 78%.
g. Melibatkan Siswa dalam Pelajaran
Melibatkan siswa dalam pelajaran dapat menambah ingatan,
motivasi, dan kegemaran siswa. Cara tersebut dapat menghilangkan
kesalahpahaman yang mungkin terjadi di tengah pikiran antara guru dan
siswa, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau.
h. Menguasai Kejiwaan Siswa
Guru yang ingin memberikan pelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa, tentu harus memahami perkembangan jiwa siswa pada setiap usia.
24
Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi
siswa. Pengertian antara guru dan siswa adalah syarat utama untuk
berkomunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat
penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.
i. Menggunakan Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika
terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara tersebut tentu akan
hilang kegunaanya dan membuat siswa merasa jemu. Cara yang terbaik
adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel untuk
menambah kesegaran.
j. Menjadikan Diri Sendiri sebagai Teladan
Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak bisa
melaksanakannya. Pengajarannya mungkin ketat sekali, namun
kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif
adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk
menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling
berpengaruh. Perlu diingat, kewibawaan seseorang terletak pada
keselarasan antara teori dan praktik. Jikalau guru dapat menerapkan
kebenaran pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa
untuk mengajar.
2. Menggunakan Paradigma Pembelajaran Berbasis Otak (Brain Based
Learning)
Seni atau metode mengajar yang baik tentu saja harus disesuaikan
dengan daya respon tinggi pada fungsi-fungsi otak yang paling dominan.
25
Tetapi, menjadi kesulitan bagi guru untuk mengetahui sebagaimana satu
metode bias cocok terhadap semua isi kelas. Karena itu, tidak boleh tidak,
pembelajaran keduanya harus disesuaikan serta dikompromikan antara otak
kanan dan otak kiri.
Dalam beberapa materi pelajaran, memang terdapat beberapa pelajaran
yang dominan menggunakan otak kiri, seperti matematika, fisika, dan kimia.
Pelajaran-pelajaran tersebut mengharuskan guru melatih cara berpikir logis,
analitik, dan runtut pada siswa, karena meteri pelajaran tersebut memang
harus dikuasai dengan cara berpikir seperti itu.
a. Strategi Pembelajaran Berbasis Otak
Hal pertama yang harus diketahui dari pembelajaran berbasis otak
ini ialah strategi. Strategi diperlukan guna mempermudah langkah taktis
di lapangan ketika menerapkannya. Adapun strategi untuk mencapai
persyaratan pembelajaran berbasis otak menurut Sapa’at (2007) ialah
sebagai berikut :
1) Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan
berpikir siswa.
2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.
3) Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi
siswa (active learning).
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Otak
Prinsip dari pembelajaran berbasis otak adalah menyediakan
kerangka teoritis untuk proses belajar mengajar yang efektif, yakni dengan
mencari kondisi belajar terbaik di mana pembelajaran berlangsung pada
26
otak. Berdasarkan neurobiologi, prinsip ini menuntun guru untuk memilih
dan menyiapkan lingkungan pembelajaran.
Lain halnya dengan Ozden dan Gultekin (2008). Menurut mereka,
beberapa prinsip pembelajaran berbasis otak adalah sebagai berikut :
1) Otak merupakan prosesor paralel.
2) Belajar melibatkan seluruh fisiologi tubuh.
3) Pencarian makna dilakukan dari pembawaan lahir (innate).
4) Pencarian makna terjadi secara “berpola”.
5) Emosi merupakan salah satu bagian penting dalam pembentukan
pola.
6) Setiap otak, secara simultan, mengamati dan membangun suatu
informasi mulai dari bagian-bagian terkecil hingga keseluruhan
bagian.
7) Belajar melibatkan pemusatan perhatian pada sekitar.
8) Belajar selalu melibatkan proses yang terjadi secara langsung dan
tidak langsung.
9) Kita memiliki paling sedikit dua tipe memori, yakni sistem memori
spasial dan sistem pembelajaran hafalan.
10) Otak mengerti dan mengingat dengan sangat baik saat fakta atau
kenyataan ditanamkan pada memori spasial.
11) Dalam proses pembelajaran, perlu diperbanyak tantangan dan
dilarang adanya ancaman.
12) Setiap otak itu unik.
27
3. Tahap Perencanaan Pembelajaran Berbasis Otak
Perencanaan pembelajaran berbasis otak tidak mengikuti sebuah
bagan, terutama karena prinsip dasar pembelajaran berbasis otak adalah
“setiap otak itu unik”, sehingga sebuah pendekatan “satu ukuran yang
biasa untuk semua” tidak dapat bekerja. Secara garis besar, tahapan dari
pembelajaran berbasis otak yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap prapemaparan. Tahap ini memberikan sebuah ulasan kepada
otak tentang pembelajaran baru sebelum benar-benar menggali lebih
jauh. Tahap ini juga membantu otak membangun peta konseptual
yang lebih baik.
b. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan fase guru dalam
menciptakan keingintahuan atau kesenangan. Hal ini mirip dengan
“mengatur kondisi antisipasif”, tetapi sedikit lebih jauh dalam
mempersiapkan pembelajaran.
c. Tahap inisiasi dan akuisisi. Pada tahap ini, guru memberikan
pembenaman (siswa dibanjiri dengan muatan pembelajaran) serta
fakta awal yang penuh dengan ide, rincian, kompleksitas, dan makna.
Hal ini kemudian diikuti dengan antisipasi, keingintahuan, dan
pencarian untuk menemukan makna bagi diri seseorang.
d. Tahap Elaborasi. Tahap ini merupakan tahap pemrosesan yang
membutuhkan kemampuan berpikir yang murni dari pihak
pembelajar. Tahap ini sekaligus merupakan saatnya untuk membuat
kesan intelektual tentang pembelajaran.
28
e. Tahap inkubasi dan memasukkan memori. Tahap ini menekankan
pentingnya waktu istirahat dan waktu untuk mengulang kembali.
Otak belajar paling efektif dari waktu ke waktu, bukan langsung
pada suatu saat.
f. Tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan. Tahap ini bukan hanya
untuk kepentingan guru, tetapi para pembelajar juga perlu
menginformasikan pembelajaran mereka untuk diri mereka sendiri.
Pembelajaran paling baik diingat ketika siswa memiliki model atau
metafora berkenaan dengan konsep-konsep atau materi-materi baru.
g. Tahap perayaan dan integrasi. Dalam tahap perayaan, sangat
penting untuk melibatkan emosi. Buatlah tahap ini mengasyikkan,
ceria, dan menyenangkan. Tahap ini menanamkan semua arti
penting kecintaan terhadap belajar.
Perbedaan antara metode yang menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis otak dengan yang tidak, sebagaimana dikemukakan
oleh Jensen (2008), terletak pada terfasilitasinya aktivitas siswa pada kelas
pembelajaran berbasis otak. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan
teka-teki silang sebagai bahan review yang dilakukan dengan lebih
menarik, dan kondisi lingkungan yang memberikan keadaan yang nyaman,
aman, dan siswa siswa tidak merasa terancam (Faidi. 2013:11-43).