bab ii kajian teori, kerangka berpikir, dan …repository.ump.ac.id/6557/3/marti suyogi bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh
selama proses belajar. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari seberapa
jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama
jangka waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari,
dipahami dan diterapkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hamdu
& Agustina (2011: 91-95) bahwa suatu keberhasilan dapat didapatkan
dengan mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar.
Siswa yang nilai rapornya tinggi prestasi belajarnya tinggi,
sedangkan yang nilainya rendah prestasi belajarnya rendah. Semua
pelaku pendidikan (siswa, orang tua atau wali dan guru) pasti
menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena
prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan
proses belajar. Beranjak dari pemikiran tersebut, kenyataannya tidak
semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa
yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya
9
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
10
prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor. Prestasi
belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama
proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan. Menurut Mahmud (1989: 84-87), mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup,
sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri, yang terdiri dari (Need for Achievement) Mc
Clelland (dalam Nasution, 2005: 31-38) yaitu kebutuhan, dorongan
dan motivasi untuk berprestasi. Siswa menyadari bahwa prestasi
menjadi dasar dalam diri bukan karena paksaan orang lain. Berbicara
mengenai kebutuhan, dorongan, dan motivasi, ketiga hal tersebut
muncul karena kesadaran yang ditumbuhkan oleh diri sendiri.
Kesadaran pada diri sendiri, dapat menampilkan kualitas pada diri
siswa bahwa prestasi tidak hanya mengharapkan prestasi yang tinggi,
namun memberi rasa kepuasaan pada diri sendiri cara mencapai
prestasi tersebut. Suatu keberhasilan dapat memberikan rasa
kepuasaan saat melakukan suatu usaha sendiri dan bukan unsur
paksaan melainkan prestasi diraih dari belajar yang sudah
ditanamkan pada diri bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.
Prestasi belajar yang diraih menjadi suatu kepuasaan, bahwa prestasi
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
11
tersebut diraih dari usaha yang maksimal dan diciptakan sendiri
sebagai kebutuhan.
2) Faktor Eksternal
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam
dunia pendidikan adalah lingkungan. Lingkungan menjadi faktor di
mana seseorang dapat tumbuh dan berkembang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi. Pendidikan dengan berbagai konsep
yang diberikan dan penerapannya, jika seseorang bergaul di
lingkungan yang kurang baik, maka bukan mustahil dapat
terpengaruh. Dalam dunia pendidikan, lingkungan yang dimaksud
adalah tri-pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat
(Mulyono, 2013: 58-59).
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar. Hal
ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik yang ada
pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Prestasi belajar memerlukan dukungan yang menjadikan
siswa tergerak dan berkeinginan berubah menjadi lebih baik,
dukungan yang pertama dan utama berasal dalam keluarganya, yaitu
oleh ayah dan ibu. Orang tua atau wali menjadi sumber motivasi dan
keinginan menjadi lebih baik. Dalam fase ini siswa kelas 5 berada
pada tahap operasional konkrit lebih tergerak melihat yang ada pada
diri orang tua atau wali. Bicara mengenai orang tua atau wali, tidak
lepas dari kepribadian siswa yang terbentuk pula dari bagian
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
12
kepribadian orang tua atau wali. Orang tua atau wali menjadi faktor
pertama sumber motivasi dan keinginan siswa berubah menjadi lebih
baik, dari faktor orang tua atau wali tersebut faktor lingkungan
seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh
pada diri siswa. Lingkungan sekolah dan masyarakat menjadi
lingkungan yang memberi pengaruh pada perkembangan siswa.
Keluarga dijadikan motivasi dalam diri siswa untuk suatu
kenyamanan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kemauan
menyadarkan diri sendiri untuk melakukan hal yang sebelumnya kurang
baik menjadi lebih baik. Prestasi diciptakan tidak hanya dari dukungan
keluarga, tetapi juga diciptakan dari lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dukungan keluarga, guru dan masyarakat mempengaruhi siswa
mengelola diri untuk dapat mengatur terciptanya suatu prestasi belajar
dengan suasana hati yang nyaman sehingga dapat fokus ketika
mendapatkan pembelajaran atau hal-hal yang baru yang dapat
menghantarkan diri terhadap suatu keberhasilan.
Faktor yang berasal dari prestasi belajar siswa di sekolah 30%
dipengaruhi oleh lingkungan dan 70% dipengaruhi oleh kemampuan
siswa (Sudjana dalam Mulyaningsih, 2014:442). Faktor lingkungan
diantaranya adalah lingkungan keluarga yang dapat dilihat dari interaksi
sosial antara anggota keluarga tersebut. Berdasarkan definisi di atas maka
definisi prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil maksimal yang
dapat dicapai seseorang setelah belajar, yaitu berusaha untuk menguasai
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
13
suatu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sesuai dengan yang
diharapkan dari ukuran prestasi belajar pada umumnya.
Suatu prestasi mempunyai aspek-aspek tersendiri dalam
penentuan dan pencapaiannya. Menurut Azwar (Mulyaningsih, 2014:
443) prestasi belajar dapat dilihat dari suatu ranah kognitif meliputi:
1) Pengetahuan (knowledge), kemampuan mengingat materi pelajaran
yang sudah dipelajari sebelumnya.
2) Pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan,
menjelaskan, atau meringkas.
3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan materi
pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkret.
4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam
komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat
dimengerti.
5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian
ke dalam suatu keseluruhan.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan
untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu.
Uraian prestasi belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar di sekolah berupa perubahan atau
perkembangan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
penerapan (psikomotorik) yang dinyatakan dengan angka.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
14
b. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Kelas V tentunya berbeda dengan siswa yang duduk di bangku
kelas lain. Karakteristik tiap siswa berbeda, dalam satu kelas karakteristik
siswa dengan satu sama lain sudah berbeda, sedangkan dalam lingkup
kelas yang satu dengan yang lain banyak perbedaan. Guru harus
memahami karakteristik dalam diri tiap siswa, terutama yang duduk di
bangku Sekolah Dasar kelas V. Siswa pada tahapan ini masih senang
bermain. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan unsur
permainan di dalam pembelajaran.
Siswa memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan
beradaptasi dengan lingkungannya (Piaget dalam Sumirin, 2009:37).
Dalam teori ini, perkembangan kognitif menekankan bahwa setiap siswa
memiliki struktur kognitif yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran
sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Berpijak dari pemikiran tersebut, fase perkembangan pada diri siswa di
kelas V berada pada fase operasinal konkret. Pada fase ini siswa
memperoleh kecakapan untuk menunjukan logika operasional dasar,
tetapi hanya melalui pengalaman konkret. Pada usia ini siswa telah
mampu berfikir secara logis, fleksibel, mengorganisasi dalam operasi
benda konkrit. Siswa belum mampu berfikir secara abstrak, sehingga
tidak bermanfaat memberikan pengalaman abstrak pada siswa usia
operasional konkret.
Sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti
menghitung, mengelompokkan, membentuk, dan sebagainya, maka
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
15
semua itu membantu perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-
objek sejarah, ilmu pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan
sendiri, menambah kesempatan perkembangan kognitif. Aktifitas siswa
pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan sekaligus
menanamkan kedisiplinan pada siswa yang dibentuk dari kebiasaan.
Siswa prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya.
Siswa sekolah dasar menaati peraturan karena sudah memahami makna
dari peraturan yang dilakukan, karena peraturan mempunyai nilai
fungsional.
c. PKn
Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom dalam Premana,
2011: 6). Untuk suatu pemikiran itu sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Rahmawati, Sudarma, dan Sulastri, 2014: 2) suatu
prestasi belajar dapat diasumsikan tidak dapat pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan suatu kegiatan yang menjurus dengan
perubahan tingkah laku.
Pendidikan Kewarganegaraan selain memberikan ilmu
pengetahuan, dapat mendorong siswa dalam melakukan sesuatu
menggunakan moral. Sehingga pada diri siswa tidak hanya muncul harus
mendapatkan prestasi baik, tetapi diharapkan mampu untuk mengontrol
diri sendiri dalam melakukan segala sesuatu.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
16
Civic education sebagai "the foundational course work in school
designed to prepare young citizens for an active role in their
communities in their adult lives", pendapat tersebut dikemukakan oleh
(Cogan, 1999: 4), maksudnya adalah pendidikan kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk
mempersiapkan kaum muda agar kelak pada masa dewasa dapat berperan
aktif dalam masyarakat. Definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup
proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung
jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan
termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam
proses penyiapan warga negara tersebut.
Civic education dapat diterapkan dan ditanamkan dari siswa
tersebut mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh siswa
dapat menguasai diri dalam keadaan yang sedang dihadapi, terutama
pada kedisiplinan. Siswa sudah membiasakan diri untuk disiplin, maka
dengan sendiri sikap tersebut selalu ada. Sejalan dengan pemikiran
(Harun, 2013: 304) bahwa keluarga merupakan dasar untuk terbentuknya
karakter yang pertama dan utama bagi siswa-siswa. Orang tua atau wali
adalah guru dalam pendidikan karakter yang memunyai pengaruh sangat
besar dan bertahan lama karena hubungan orang tua atau wali dan siswa
berlangsung sepanjang hayat dan tidak dapat diputus.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
17
2. Pola Asuh Keluarga
a. Pengertian Pola Asuh
Bentuk pola asuh orang tua atau wali dapat menampilkan
karakteristik kepribadian setiap siswa yang unik dan berbeda beda. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya salah
satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan ruang lingkup terkecil
namun memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik dan
membentuk kepribadian seorang individu.
Pengasuhan orang tua atau wali merupakan cara orang tua atau
wali menanggapi kebutuhan dan tuntutan siswa, cara mendisiplinkan
siswa, dan dampak yang diberikan bagi perkembangan siswa selanjutnya
(Baumrind dalam Pertiwi & Juneman, 2012:5-6). Dalam penelitiannya,
Junaidi (2013: 1-5) memaparkan bahwa siswa yang memiliki prestasi
belajar yang baik rata-rata orang tua atau wali selalu memulai
pembicaraan atau komunikasi saat dirumah. Dari saling tegur sapa orang
tua atau wali dengan siswa, pada saat itu dapat terjadi komunikasi orang
tua atau wali menanydapat keadaan belajar siswa disekolah. Beberapa
siswa yang prestasi standar bahkan ada yang dibawah standar
mengatakan bahwa hasil prestasi rendah disebabkan kurangnya motivasi
atau dukungan dari orang tua atau wali sehingga semangat dan tanggung
jawab terhadap pendidikan semakin berkurang sehingga prestasi belajar
menurun. Pada saat siswa mengalami persaingan dalam prestasi belajar
dengan teman sehingga motivasi dan dorongan dari orang tua atau wali
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
18
dapat semakin dibutuhkan. Peranan keluarga dalam hal ini orang tua atau
wali sangatlah besar dalam mendidik siswa terutama dalam prestasi
belajarnya, oleh karena itu orang tua atau wali menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan
pendidikan lanjutan. Perhatian orang tua atau wali dapat memberikan
dorongan dan motivasi sehingga siswa dapat belajar dengan tekun.
Karena siswa memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar.
Pola asuh orang tua atau wali ditanamkan pada diri siswa dengan
berperilaku yang sifatatnya relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasdapat oleh siswa dari segi negatif maupun positif.
Menurut Baumrind (dalam Pertiwi & Juneman, 2012:6) berikut macam-
macam pola asuh yang orang tua atau wali lakukan pada siswa:
1) Pola asuh demokratis
Tipe orang tua atau wali dalam pengasuhan setiap siswa
berbeda. Pada pola asuh demokratis orang tua atau wali dalam
memberikan pengasuhan memprioritaskan kepentingan siswa dan
tidak segan dalam pemberian masukan untuk mengendalikan siswa.
Pengasuhan orang tua atau wali dengan pola asuh ini bersikap
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran. Pemberian asuhan dari orang tua atau wali juga bersikap
realistis terhadap kemampuan siswa, tidak berharap yang berlebihan
atau melampaui kemampuan siswa dan memberikan kebebasan
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
19
kepada siswa untuk memilih, melakukan suatu tindakan, dan
pendekatannya kepada siswa bersifat hangat.
2) Pola asuh otoriter
Berbicara mengenai pola asuh ini berbeda dengan pola asuh
sebelumnya, pada pola asuh ini yang terjadi sebaliknya, orang tua
atau wali tipe ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti dan diberikan ancaman. Orang tua atau wali tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila siswa
tidak mau melakukan yang dikatakan oleh orang tua atau wali, maka
orang tua atau wali tipe ini tidak segan menghukum siswa. Pada
segala hal orang tua atau wali tidak mengenal kompromi, dan saat
berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Siswa tidak pernah
diharapkan umpan baliknya oleh orang tua atau wali untuk
mengetahui mengenai siswa.
3) Pola asuh permisif
Tipe pola asuh orang tua atau wali ini dalam pengasuhan
memberikan pengawasan yang sangat longgar dan cenderung tidak
menegur atau memperingatkan siswa dan sangat sedikit bimbingan
yang diberikan. Pola asuh ini dikatakan abai atau tidak peduli
(neglectful), suatu pola di mana orang tua tidak ikut campur dalam
kehidupan siswa, sehingga siswa memiliki masalah dengan
pengendalian diri dan tidak dapat menangani kebebasannya dengan
baik. Orang tua atau wali yang menerapkan pola asuh ini bahkan
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
20
tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai keberadaan dan kegiatan
siswa (Santrock, 2003).
b. Pengertian Orang tua atau wali
Kualitas hubungan orang tua atau wali dan siswa membentuk sikap
otonom yang sehat, kompetensi, dan hubungan (relatedness) dengan
lingkungan sekitar pada diri siswa (Nurhidayah, 2008: 5-6). Peran orang
tua atau wali dalam pendidikan dapat dilihat dari dua model pendekatan,
yaitu:
1) Orang tua atau wali mendukung perkembangan intelektual dan
kesuksesan akademik siswa dengan memberi kesempatan dan akses
kesumber pendidikan, seperti jenis sekolah yang dimasuki siswa atau
akses ke sumber pendidikan lainnya, seperti perpustakaan, perangkat
audio-visual, dan sebagainya.
2) Orang tua atau wali dapat membantu perkembangan kecerdasan
kognitif, afektif, dan psikimotor yang berpengaruh pada pencapaian
prestasi akademik siswa dengan cara terlibat langsung dalam
aktivitas pendidikan .
Orang tua atau wali yang hendak mengetahui perkembangan
siswa disekolah perlu melakukan komunikasi dengan frekuensi yang
cukup dengan siswa (Junaidi, 2013: 7-12). Semakin sering orang tua atau
wali melakukan komunikasi dengan siswa maka orang tua atau wali
dapat semakin mengetahui kondisi siswa disekolah, bahwa orang tua atau
wali adalah sosok yang selalu diikuti siswa, dan dijadikan tempat
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
21
bersandar bagi siswa. Ketika siswa mengalami masalah, siswa sangat
memerlukan pendamping untuk berbagi cerita dan meringankan masalah
yang dihadapinya.
Pendapat yang dikemukakan di atas, bahwa orang tua atau wali
menjadi suatu komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang
merupakan prestasi dari sebuah ikatan perkawinan yang sah untuk
membentuk sebuah keluarga. Orang tua atau wali memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing siswa, untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan siswa untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat. Pengertian orang tua atau wali diatas, tidak
terlepas dari pengertian keluarga. Orang tua atau wali menjadi sosok
yang selalu diikuti tindakannya, dan cara bicaranya. Kepribadian yang
nantinya melekat pada diri siswa, kepribadian itu diciptakan lebih besar
dari orang tua atau wali daripada muncul dari diri siswa sendiri.
c. Pengertian Pola Asuh Orang tua atau wali
Orang tua atau wali dalam keluarga sangat berperan dalam
meletakkan dasar-dasar kepribadian siswa. Orang tua atau wali harus
mampu menjadi pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi siswa-siswa.
Keberhasilan orang tua atau wali dalam mendidik siswa untuk
membentuk tingkah lakunya secara tepat di masyarakat ditentukan oleh
peranan lingkungan, khususnya orang tua atau wali dalam mengarahkan
serta mengembangkan kemampuan membentuk tingkah lakunya. Sejalan
dengan pola pemikiran Tjandrasa yang dikemukakan pada (1978: 240-
241) bahwa dasar kepribadian dari kematangan merupakan ciri bawaan,
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
22
tetapi ciri ini dipengaruhi sebagian dari belajar melewati kontak sosial
langsung dan sebagian oleh pengkodisian. Mengenai nilai-nilai tingkah
laku serta kemampuan siswa untuk membentuk tingkah laku yang
dikembangkan di dalam lingkungan, keluarga menentukan
keberprestasian dalam membentuk penyesuaian di masyarakat pada masa
selanjutnya.
Pola asuh orang tua atau wali menjadi sikap orang tua atau wali
dalam berhubungan dengan siswa-siswa, dari segi komunikasi, perhatian,
peraturan dan hukuman menjadi titik tujuan yang diharapkan orang tua
atau wali dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa segi antara lain
dari cara orang tua atau wali memberikan reward atau bahkan
punishment dan cara orang tua atau wali memberikan perhatian atau
tanggung jawab terhadap keinginan siswa.
3. Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin
Disiplin mendorong pertumbuhan tingkah laku dan kemampuan
kontrol diri secara eksternal (Lickona, 2013: 176-177). Bicara mengenai
tingkah laku dapat muncul ketika seorang siswa dapat mengontrol diri
sendiri melalui lingkungan yang ada disekitarnya dalam segala perbuatan
dan dapat menunjukkan kedisiplinan pada diri melalui kesadaran diri
sendiri.
Substansi esensial di era global untuk suatu kedisiplinan yang
dimiliki dan dikembangkan oleh siswa, dengan itu siswa dapat memiliki
kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral (Schocib,
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
23
2010:10-14). Kontrol diri secara internal dijadikan kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan peraturan-peraturan
yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar dapat tugas dan tanggung jawabnya sehingga
dapat mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan
atas paksaan. Peneliti dapat mengatakan bahwa disiplin dijadikan suatu
ukuran sikap seseorang yang mencerminkan suatu ketaatan, kepatuhan
kepada hukum dan peraturan yang berlaku sehingga dapat mematuhi dan
mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin
Faktor penyebab disiplin terbagi menjadi empat yaitu kesadaran
diri, mengikuti, menaati aturan, alat pendidikan dan hukuman (Tu‟u
dalam Erlinasari 2015: 6-7). Keempat faktor ini merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin. Setiap faktor
memiliki alasan untuk menciptakan tujuan yang hendak dicapai dan
diharapkan, diantaranya:
1) Diri sendiri adalah kunci dari arah yang dapat membawa ke dalam
hal kemajuan atau kemunduran, begitu juga dengan keberhasilan.
Suatu keberhasilan dicapai banyak faktor diantara kedisiplinan.
Disiplin sebagai hal penting untung mengarahkan dan menempatkan
diri untuk mampu melakukan sesuatu yang baik dan mengontrol diri
sendiri, serta kesadaran pada diri bukan faktor paksaan. Kesadaran
diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin sangat penting bagi
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
24
kebaikan dan keberhasilan diri. Selain itu, kesadaran diri menjadi
motif sangat kuat terwujudnya disiplin.
2) Ikut sertaan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini
sebagai kelanjutan dari kesadaran diri yang di hasilkan oleh
kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar diri
sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin
diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti
dan dipraktikkan.
3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan
atau di ajarkan. Alat sebagai pengontrol dan pengarah hendak dapat
dituju dan apa yang dapat dihasilkan dari yang diprogramkan.
4) Hukuman menjadi suatu hal dalam membatasi. Hukuman sebagai
upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah,
sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Selain ke empat faktor tersebut, masih ada beberapa faktor yang
dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu antara lain :
1) Teladan
Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan kata. Karena itu,contoh dan teladan disiplin
atasan, kepala sekolah dan guru-guru sangat berpengaruh terhadap
disiplin para siswa.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
25
2) Lingkungan Berdisiplin
Seseorang juga dapat dipengaruhi lingkungan. Bila berada
dilingkungan disiplin, seseorang dapat terbawa lingkungan tersebut.
3) Latihan Berdisiplin
Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan
dan kebiasaan artinnya melakukan disiplin secara berulang-ulang
dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari.
c. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kesadaran yang dimunculkan pada diri sendiri,
Tabrani & Yani (1994:5) mengemukdapat beberapa pengertian belajar:
1) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Mengenai belajar disini perubahan
tingkah laku individu terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Interaksi yang terjadi
dapat membentuk kepribadian individu, dalam bertindak dan
bertingkah laku sehari-hari. Kepribadian itu dapat melekat pada diri
individu ketika melihat, melakukan atau bahkan mengikuti yang
orang lain lakukan yang menjadikan suatu kebiasaan.
2) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai. Pengetahuan, dan kecakapan dasar
dalam berbagai dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi,
dalam berbagai aspek kehidupan, atau pengalaman yang
terorganisasi.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
26
Belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung
sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu. Dari hal tersebut, bahwa
suatu masalah yang dapat terselesaikan dijadikan suatu pembelajaran
pada diri siswa. Misalnya, pada materi pembelajaran yang sulit dipahami,
namun siswa dapat menyelesaikan ketika menemui soal dari materi itu
dengan logika yang dimiliki. Lebih bermakna belajar ketika menemui
masalah dan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan logika yang
dimiliki pada diri siswa bukan mencontek hasil pekerjaan orang lain.
Proses belajar merupakan usaha untuk memecahkan suatu
masalah secara sungguh-sungguh. Suatu proses belajar siswa dapat lebih
menghargai dan tertanam pada diri bahwa ruang lingkup pendidikan
tidak hanya target prestasi akhir yang baik, namun proses pencapaian
prestasi yang baik yang penting untuk diterapkan. Suatu proses yang
baik, tidak dapat pernah mendapatkan hasil yang buruk. Proses dijadikan
suatu cara yang konsisten untuk menempuh keberhasilan. Misalnya,
siswa mendapatkan soal yang sulit saat ulangan sekolah. Soal sulit yang
didapatkan siswa dapat lebih untuk berusaha sendiri dalam menjawab
dan tidak bergantung atau bahkan mencontek jawaban temannya. Hasil
akhir yang diperoleh siswa dapat lebih dihargai oleh diri sendiri dan
orang lain atas keberhasilannya.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa belajar dijadikan suatu proses
perubahan tingkah laku, tingkat pengetahuan serta keterampilan
seseorang akibat interaksi dengan sumber belajar. Keseluruhan aktifitas
pikiran, mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
27
menimbulkan perubahan pada achievement dan attitude pada diri yang
berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
d. Pengertian Disiplin Belajar
Pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah suatu
sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai
moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
mencakup perubahan berpikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan
ketentuan.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada
penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Kerangka berpikir dari proses penelitian ini adalah dalam proses
belajar terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini saling
berkaitan dan mendukung. Salah satu faktor eksternalnya adalah pola asuh
orang tua atau wali yang memicu prestasi belajar siswa. Pola asuh orang tua
Pola Asuh Orang Tua
Disiplin Belajar
Prestasi Belajar
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
28
atau wali yang berbeda antara orang tua atau wali yang satu dengan yang lain
merupakan sistem yang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan
prestasi belajar kelas V, karena dengan pola asuh orang tua atau wali yang
baik, maka siswa dapat semangat dan termotivasi untuk mendapatkan prestasi
yang baik. Sedangkan faktor internal adalah disiplin untuk belajar. Belajar
merupakan tugas dan kewajiban seorang pelajar atau siswa. Untuk
mendapatkan pencapaian prestasi yang maksimal dan memuaskan seorang
siswa harus patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku agar
dapat menjadi siswa yang tertib dalam belajar serta memperoleh prestasi yang
optimal.
Oang tua tetap berpengaruh pada kedisiplinan siswa. Penciptaan
kedisiplinan dimulai dari kebiasaan, didasari oleh kepribadian orang tua atau
wali. Patokan yang menjadi kedisiplinan pada diri siswa dilihat dari
kesehariaan orang tua atau wali atau cara pemberian pengasuhan orang tua
atau wali.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah sebelumnya telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Hal ini dapat dikatakan sementara karena jawaban
yang diberikan sementara hanya pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis sebagai jawaban adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan pada
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016
29
penelitian kualitatif tidak menggunakan rumusan hipotesis tetapi diharapkan
dapat menemukan suatu hipotesis yang dapat diujikan oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Berdasarkan hal di atas, dapat diambil suatu rumusan hipotesis dalam
penelitian ini:
1. Pola asuh orang tua atau wali berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
di sekolah.
2. Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.
3. Pola asuh orang tua atau wali dan disiplin belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa di sekolah.
Pengaruh Pola Asuh..., Marti Suyogi, FKIP UMP, 2016