bab ii kajian teori 2.1. belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/t1_292009352_bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Belajar
Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-
aspek yang ada pada individu yang belajar.
Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah
laku. Belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu peruabahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Sugihartono (2007: 74-76), tidak semua tingkah laku dikategorikan
sebagai aktivitas belajar. Adapun tingka laku yang dikategorikan sebagai perilaku
belajar memiliki ciri sebagai berikut:
a. Perubahan tingkah laku secara sadar
Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari
terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangya merasakan adanya suatu
perubahan dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah.
b. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan
atau bagi proses belajar berikutnya.
7
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar
yang dilakukan, maka makin baik dan makin banyak perubaan yang diperoleh.
Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan bersifat permanen
Perubahan yang terjadi bersifat permanen atau menetap, tidak akan hilang
begitu saja, melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau
terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan
dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-
benar disadari.
f. Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasil
dirinya akan mengalami peruban tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan
adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari
seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian hasil dari kegiatan
belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang
yang belajar. Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar
adalah terjadinya perubahan dari belum mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi terampil dan lain sebagainya.
8
2.2. Hasil Belajar
Penelitian fokus pada hasil belajar. Karena itu, perlu diberikan pemaparan
terlebih dahulu tentang hasil belajar itu sendiri, seperti pengertian hasil belajar, juga
factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
2.2.1. Pengertian Hasil Belajar
Maehr (Suryabrata, 1980: 45), mengemukakan hasil belajar sebagai berikut:
1. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan menggunakan
tes hasil belajar
2. hasil belajar merupakan hasil perubahan individu itu sendiri bukan hasil
perbuatan orang lain.
3. hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan kelompok.
4. hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan
disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pola perubahan perilaku individu yang dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku,
ketrampilan dan pengetahuan sebagai hasil belajar yang disadari dan dapat diukur
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang
telah ditetapkan selama mengikuti kegiatan proses pembelajaran.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi internal dan proses kognitif siswa.
Faktor eksternal adalah lingkungan yang ada disekitar siswa, antaranya: guru, sarana
dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum
sekolah.
9
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syah (2006: 144, 150-152); Slameto (2003: 54-60) faktor yang
mempengaruhi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor internal, eksternal dan
faktor pendekatan belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam siswa sendiri baik fisik
maupun mental. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu aspe fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Aspek fisiologi
(jasmani) yaitu semua keadaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh meliputi
kesehatan seluruh badan, faktor cacat tubuh. Sedangkan aspek psikologis yaitu
keadaan yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang, seperti intelegensi, perhatian,
minat, bakat dan motivasi
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut
terdiri dari tiga yaitu:
1. Faktor dari lingkungan keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, keluarga, dan
perhatian orang tua.
2. Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, keadaan
gedung waktu sekolah dan standar pelajaran di atas ukuran.
3. Faktor yang berasal dari masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
c. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan
siswa, dalam menunjang keektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses belajar siswa tersebut.
10
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Student
Facilitator and Explaining
2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Soekamto (Trianto, 2007: 5) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merancang aktivitas belajar mengajar. Joyce (Trianto, 2007: 5) menyatakan
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedomana dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran di dalamnya
termasuk buku-buku, film, komputer kurikulum, dan lain-lain.
Pernyataan-pernyataan di atas dengan demikian memberikan kesimpulan bahwa
model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran secara konseptual
yang dirancang sistematis demi pencapaian tujuan belajar dan berfungsi sebagai
pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Anita Lie (2002: 28) Model cooperative learning merupakan kegiatan
gotong royong, yang merupakan kerjasama yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang semuanya mempunyai tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan. Slavin
(Solihatin, 2008: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya menurut Etin Raharjo Solihatin
(2008: 5) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga bekerja secara bersama di antara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan hasil
belajar.
11
Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002: 31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok dapat bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus
diterapkan.
1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence) yakni sifat yang
menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok
secara positif.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountabilitiy) yakni bahwa setiap
individu didalam kelompok tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi kelompok.
3. Tatap muka (face to face) yakni bahwa setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi.
4. Komunikasi antar anggota (interpersonal communication) yakni dalam
berdiskusi atau kerjasama diperlukan adanya komunikasi antar anggota.
5. Evaluasi proses kelompok (group processing) merupakan proses perolehan
jawaban permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja,
karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dan dorongan
tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi bersifat
terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara
anggota-anggota kelompok (Slavin, 2005: 4).
Stahl (Isjoni, 2010: 24) mengatakan model pembelajaran cooperative learning
menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai
asuatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari
asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu getting better together, atau raihlah
yang lebih baik secara bersama-sama (Etin Raharjo Solihatin, 2008: 4).
Cooperative learning memungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang
berkualitas antara siswa dengan siswa dalam kelompok, maupun siswa dengan siswa
antar kelompok, dan guru dapat berperan sebagai motivator, fasilitator dan
12
moderator. Pada pembelajaran ini juga, siswa ditempatkan pada peran yang sama
untuk mencapai tujuan belajar, penguasaan materi pembelajaran dan keberhasilan
pembelajaran, yang dipandang tidak semata-mata dapat ditentukan oleh guru, tetapi
merupakan tanggungjawab bersama. Hal tersebut akan mendorong tumbuh dan
kembangnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa.
2.3.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining
Model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and
explaining (murid sebagai fasilitas dan penjelas) merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan maksud siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau
pendapat pada rekan peserta didik lainnya atau meminta peserta didik menjadi
narasumber terhadap semua temannya dalam kelas.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mudah, guna
memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggungjawab individu dan
memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang
pengajar/penjelas materi dan seseorang yang memfasilitasi proses belajar terhadap
peserta didik lain. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara dan
menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya sendiri serta memotivasi semua siswa
untuk aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajar temannya dan
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat membuat
pertanyaan dan mengemukakan pendapat.
Menurut Trianto (2007: 52), model pembelajaran kooperatif tipe student
facilitator and explaining merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4 – 5 orang siswa secara heterogen. Model pembelajaran kooperatif dengan
tipe ini memulai pembelajarannya dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah lebih kepada dan
kemandirian siswa. Elemen yang dimunculkan dalam kegiatan ini adalah kerja
13
individu, kemampuan berbicara dan mendengarkan. Karena pada dasarnya
pembelajaran aktif adalah mengarahkan peserta didik terhadap materi yang
dipelajarinya. Dengan model pembelajaran cooperative learning type student
facilitator and explaining ini, peserta didik yang selama ini tidak terlibat dalam
pembelajaran di dalam kelas akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
2.3.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and
Explaining
Model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and
explaining adalah model pembelajaran yang mendasarkan pada penugasan tiap-tiap
kelompok, dimana setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda. Setiap kelompok
bertanggungjawab untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari informasi
tentang tugas yang didaptkan melalui sumber belajar. Kelompok berdiskusi untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain membuat pertanyaan pada masing-masing topik
diskusi. Setelah semua kelompok sudah mempresentasikan hasil diskusinya maka
dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran tersebut.
Menurut Agus Suprijono (2009: 128) langkah-langkah pembelajaran student
facilitator and explaining adalah, sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan bergiliran.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Evaluasi.
14
2.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Facilitator and Explaining
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. Menurut Trianto (2007: 56), pembelajaran kooperatif tipe student facilitator
and explaining memiliki kelebihan antara lain:
1. aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat
2. melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan
kelompok.
3. terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru.
4. proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena
merupakan hasil berpikir dan bekerjasama.
5. prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan
persoalannya melalui menjadi fasilitator dan pengajar bagi yang lain.
6. memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif
7. membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang
pandai.
Selain itu, model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain:
1. membutuhkan banyak waktu, sehingga seringkali tujuan utama pembelajaran
tidak tercapai.
2. keberhasilan belajar bergantung kepada kemampuan siswa memimpin
kelompok atau bekerja mandiri dan kekompakan antar kelompok.
3. Keberhasilan dari tiap-tiap individu juga berbeda-beda, karena motivasi dan
semangatnya juga tidak sama.
15
2.4. IPA
2.4.1. Hakikat IPA
Rusyan (2007) dalam (Nurferi, 2010) mengemukakan bahwa IPA adalah cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan,
kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi
mengumpulkan fakta-fakta, dan bagaimana menghubungkan fakta-fakta itu.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa dengan
demikian IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan sekedar penguasan kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau
prinsip-prinsip, tetapi juga mengumpulkan fakta-fakta dan bagaimana
menghubungkan fakta-fakta itu. Dengan kata lain, IPA berarti juga merupakan proses
penemuan.
2.4.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Permendiknas (dalam Sulistyorini, (2007: 40), mengemukakan tujuan
pembelajaran IPA di sekolah dasar, sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga,
melestarikan lingkungan alam.
16
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan
sebagai salah satu ciptaaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.4.3. Sifat-Sifat Cahaya
Berdasarkan judul penelitian yaitu upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and explaining
materi sifat-sifat cahaya pada SD kelas V, maka pada pembahasan tentang sifat-sifat
cahaya, diangkat dari materi sifat-sifat cahaya SD kelas V, berdasar pada Buku Ajar
IPA 5 yang disusun oleh Heri Sulistyanto dan Edi Wiyono (Depdiknas, 2008)
sebagai berikut:
1. Sifat-sifat Cahaya
Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang
mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh
benda ke mata, sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber
cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya.
Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki
sifat merambat lurus, menembus benda bening dan dapat dipantulkan. Sebelum
membahas ketiga sifat cahaya tersebut, di sini akan dipaparkan lebih dahulu peta
konsep sifat-sifat cahaya.
17
Yang berasal
Dari matahari
Terurai
Menjadi
Yaitu
Cahaya
Warna Cahaya
1. Merambat lurus
2. Menembus benda bening
3. Dapat dipantulkan
4. Dapat dibiaskan
Merah
Spectrum warna
Jingga
Nila
Kuning
Putih
Biru
Hijau
Sifat-Sifat Cahaya
18
2. Merambat Lurus
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi
tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak
dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila kena cahaya, benda ini
akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,
tripleks, kayu dan tembok.Sementara itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan
cahaya yang mengenainya.Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
3. Cahaya dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus)
dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai
permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya
tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat
seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah yang
teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan permukaannya ada dua cermin ada cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin lengkung ada dua macam yaitu cermin cembung dan cermin
cekung.
4. Cahaya dapat Dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya
setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila
cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air.
Sebaliknya apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang
rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat
dari air ke udara.
5. Cahaya dapat diuraikan
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi).Dispersi
merupakan penguarian cahaya putih menjadi berbagai warna cahaya.Cahaya
matahari yang kita lihat berwarna putih.Namun, sebenarnya cahaya matahari
19
tersusun atas banyak cahaya berwarna.Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik
air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.
2.5. Kajian Penelitian yang Relevan
Santi Tri Desirina, 2012. Efektivitas Penarapan Model Cooperative
Learning Type Student Facilitator and Explaining terhadap Minat dan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA siswa Kelas IV SD. Sebelum penelitian
ini dilakukan, ditemukan bahwa minat dan hasil belajar siswa rendah. Setelah
melakukan dua siklus minat dan hasil belajar siswa menjadi meningkat, dimana
siswa lulus dari KKM yang ditetapkan. Dengan demikian, kesimpulan dari
penelitian tindakan ini adalah bahwa model cooperative learning type student
facilitator and explaining dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Abram Rinekso, 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Type Student Facilitator and Explaining Terhadap Minat
dan Hasil Belajar IPA Siswa kelas V SDN 1 Mertoyudan. Penelitian adalah
penelitian PTK. Berangkat dari kenyataan bahwa minat dan hasil belajar pada IPA
sangat rendah. Dengan melakukan penelitian tindakan melalui dua siklus,
ditemukan bahwa minat dan hasil belajar meningkat, terbukti bahwa 90% siswa
lulus dari kriteria KKM yaitu 60. Dengan penelitian ini, peneliti
merekomendasikan untuk menerapkan model pembelajaran ini.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, penulis bermaksud untuk
melakukan lagi penelitian yang sama dengan menggunakan model pembelajaran
yang sama pada sekolah dan kelas yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa
meskipun menerapkan model pembelajaran yang sama, namun jika situasi
pembelajaran (sekolah, fasilitas yang dimiliki, termasuk keadaan subyek didik itu
sendiri), akan memberikan kontribusi yang berbeda pada hasil belajar itu sendiri.
Dengan situasi yang demikian, penulis bermaksud melakukan uji coba kembali
model pembelajaran ini, dengan mengambil desain penelitian tindakan.
20
2.6. Kerangka Berpikir
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang berupaya untuk mengubah hasil belajar yang dicapai
oleh siswa pada mata pelajaran tertentu (dalam penelitian ini mata pelajaran) IPA
dengan menerapkan model pembelajaran tertentu (dalam penelitian ini model
pembelajaran cooperative learning type student facilitator and explaining)
melalui proses yang bertahap yang dikenal dengan siklus. Siklus merupakan
tahapan-tahapan pembelajaran yang perlu dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran yang direncanakan, dimana hasil dari siklus sebelumnya menjadi
evalusi bagi penerapan pada siklus berikut. Pemilihan model pembelajaran ini
untuk digunakan dalam pembelajaran bertahap ini ialah didasarkan pada
pertimbangan bahwa model pembelajaran ini dapat membangkikan minat dan
hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Salatiga 09. Pertimbangan-pertimbangan
yang dibangun didasarkan pada temuan-temuan sebelumnya, baik itu temuan
teoritis tentang model pembelajaran ini, maupun temuan hasil penelitian
sebelumnya yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini mampu
meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa. Artinya, dengan situasi
pembelajaran maupun hasil belajar IPA siswa pada kelas V SDN Salatiga 09 yang
masih jauh dari standar KKM, juga rendahnya minat belajar siswa, maka dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and
explaining melalui tahapan-tahapan pembelajaran yaitu siklus-siklus belajar,
diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa.
21
2.7. Hipotesis Tindakan
Dengan latar belakang dan kerangka bepikir di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran cooperative
learning type student facilitator and explaining diduga dapat meningkatkan minat
dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Salatiga 09.
Kondisi awal
Guru :
Mengajar dengan model ceramah
Siswa :
Hasil belajar IPA siswa rendah
Tindakan
Hasil belajar
siswa rendah
Menerapkan Model
pembelajaran
kooperatif tipe student facilitator and
explaining
Menerapkan Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Student Facilitator and Explaining pada
materi sifat-sifat
cahaya
Menerapkan Pembelajaran kooperatif tipe
Student Facilitator and Explaining hasil refleksi.
Meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kondisi Akhir