bab ii kajian pustaka strategi pembelajaran berarti ilmu ...repository.unwira.ac.id/3793/3/bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran
1) Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa yunani “strategia” yang
berarti ilmu perang atau panglima perang. Dalam kamus besar
bahasa indonesia ada beberapa pengertian dari strategi yakni: (1)
ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2)
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus. Selanjutnya menurut Orlich dalam Abidin (2014: 120)
mengemukakan bahwa “ the term strategy implies thought-ful
planning to do something. “. Peryataan ini memaparkan bahwa
strategi adalah suatu perencanaan yang dipikirkan dengan matang
untuk melakukan sesuatu. Dalam konteks pembelajaran, strategi
pembelajaran merupakan perencanaan yang matang yang
digunakan untuk melaksanakan sebuah pembelajaran. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai taktik yang digunakan guru
agar dapat melaksanakan pembelajaran secara tepat sasaran.
Terdapat pula berbagai pendapat para ahli pembelajaran
tentang strategi pembelajaran di antaranya akan dipaparkan sebagai
berikut ( Hamzah, 2011:1) :
a. Kozna, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih yaitu yang dapat
8
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b. Geralch dan Ely, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang
meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatanyang dapat
memberikan pengalaman belajar siswa.
c. Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru
dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang meliputi kegiatan tahapan
pembelajaran dan pengaturan materi pembelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa.
d. Gropper, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas bebagai jenis latihan tertentu yang harus dapat
dipraktikkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan tujan pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan dari berbagai pendapat akan strategi
pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang matang yang
digunakan guru dalam mengsiasati kegiatan pembelajaran yang
meliputi berbagai komponen, metode, tahapan, dan materi guna
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
9
B. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
1) Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB)
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) adalah strategi pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-
fakta atau pengalaman berpikir anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan. Menurut Sanjaya, (2009:
117-228) “Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
(SPPKB) merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu pada
proses peningkatan kemampuan berpikir siswa melalui proses
telaah fakta-fakta, dan menghubungkan antara pengalaman yang
dialami siswa dan dikaitkan dengan kehidupan nyata. Berdasarkan
dari pendapat tersebut, dalam pembelajaran menggunakan SPPKB,
guru tentu tidak dapat menyajikan materi pembelajaran begitu saja,
melainkan perlu adanya proses bimbingan terhadap siswa untuk
dapat meningkatkan kemampuan berpikir dengan menuntun siswa
untuk menemukan pemecahan atau penyelesaian dalam suatu
masalah. SPPKB juga merupakan strategi pembelajaran yang
dikembangkan dalam suasana dialogis karena itu guru harus
mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk
menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan
memberi data atau fakta sosial serta keberanian untuk
10
mengeluarkan ide-ide, serta menyusun kesimpulan dan mencari
hubungan antara aspek yang dipermasalahkan.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah strategi pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh
SPPKB yaitu bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan
berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan bahwa kemampuan
berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di
atas :
a. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah strategi pembelajaran yang bertumpu pada pada
kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai
oleh SPPKB yaitu bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan dan
ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
b. Telaahan fakta-fakta sosial dan pengalaman sosial
merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir,
artinya pengembangan gagasan dan ide didasarkan pada
pengaaman sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari
atau berdasarkan kemampuan untuk mendeskripsikan
11
hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang diperoleh.
c. Sasaran SPPKB adalah kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan
taraf perkembangannya.
2) Tahapan-tahapan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Adapun tahapan-tahapan dalam Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) yang harus dipahami
oleh guru dalam penerapannya terhadap proses pembelajaran yaitu,
sebagai berikut.
a. Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada
posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap
orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tentang
tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang
berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang
harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir
yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses
pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu
penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa
dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
12
b. Tahap pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk
memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa
sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan. Melalui tahapan ini guru mengembangkan
dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman
apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap
relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal
pemahaman itu selanjutnya guru menentukan
bagaimana harus mengembangkan dialog dan tanya
jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
c. Tahap konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian
matematika yang harus dipecahkan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
d. Tahap inkuiri
Tahap inkuiri merupakan tahap terpenting dalam
SPPKB. Pada tahap ini siswa belajar berpikir yang
sesungguhnya. Melalui tahap inkuiri siswa diajak untuk
memecahkan persoalan matematika yang dihadapi.
e. Tahap akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan
pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada
tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-
13
kata kunci sesuai dengan topik atau materi
pembelajaran.
f. Tahap transfer
Tahap transfer adalah tahap penyajian masalah baru
yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap
transfer dimaksudkan sebagai tahap agar siswa mampu
mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk
memecahkan masalah-masalah baru.
3) Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB)
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga
karakteristik utama yaitu, sebagai berikut.
a) Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada
proses kekuatan mental siswa secara maksimal. SPPKB
bukan model pembelajaran yang membiarkan siswa untuk
pasif atau sekedar mendengar dan mencatat apa yang
disampaikan oleh guru, tetapi menginginkan agar siswa
aktif dalam aktivitas proses berpikir. Setiap kegiatan belajar
yang berlangsung disebabkan dorongan mental yang diatur
oleh otak. Karena Pembelajaran disini adalah peristiwa
mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan
aktivitas fisik.
14
b) SPPKB dilaksanakan dalam situasi dialogis dan proses
Tanya jawab secara terus- menerus. Proses pembelajaran
melalui dialog dan Tanya jawab itu diarahkan untuk
mengembangkan daya pikir siswa akan masalah yang
diajukan, sehingga siswa menjadi memiliki pandangan
tersendiri atas solusi atau cara pemecahan masalah yang
telah diberikan, yang pada gilirannya kemampuan berpikir
itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan
yang mereka konstruks sendiri.
c) SPPKB menyandarkan akan dua masalah pokok, yaitu sisi
proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil
belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau
penguasaan pada materi pembelajaran baru.
4) Kelebihan dan Kekurangan Dari Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Pada hakikatnya, SPPKB merupakan suatu usaha
bagaimana seorang guru dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa supaya merasa senang, semangat dalam
menerima pelajaran. Melalui cara-cara tertentu, guru bisa
membuat kondisi berpikir siswa meningkat lebih baik,
kemudian siswa antusias dan gembira selama proses
pembelajaran. Dengan kata lain, melalui SPPKB siswa bisa
15
memaksimalkan kemampuan berpikirnya melebihi yang
biasanya.
a) Adapun kelebihan SPPKB yaitu, sebagai berikut.
1) Melatih daya pikir siswa dalam penyelesaian
masalah yang ditemukan dalam kehidupannya.
2) Siswa lebih siap menghadapi setiap persoalan yang
disajikan guru.
3) Siswa diprioritaskan lebih aktif dalam proses
pembelajaran
4) Memberikan kebebasan untuk mengeksplor
kemampuan siswa dengan berbagai media yang ada.
Dari penjelasan di atas bahwa kelebihan SPPKB sangat
tepat untuk membuat siswa belajar aktif, bersemangat dan
menyenangkan, serta lebih mudah untuk menyerap materi yang
diajarkan guru. Dengan SPPKB ini juga guru dapat lebih tahu
dengan siswa yang daya serapnya mudah mengerti dengan apa
yang diberikan atau sebaliknya.
b) Adapun kekurangan SPPKB yaitu, sebagai berikut.
1) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB) membutuhkan waktu yang relatih
banyak, sehingga jika waktu pelajaran singkat maka
tidak akan berjalan dengan lancar
2) Siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah
akan kesulitan dalam mengikuti pelajaran, karena
16
siswa akan diarahkan untuk memecahkan masalah-
masalah yang diajukan.
3) Guru atau siswa yang tidak memiliki kesiapan akan
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir, akan membuat proses pembelajaran tidak
dapat dilaksanakan sebagai mana seharusnya,
sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak dapat
terpenuhi.
4) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
berpikir (SPPKB) hanya dapat diterapkan dengan
baik pada sekolah yang sesuai dengan karakteristik
SPPKB itu sendiri.
C. Higher Order Thinking Skill
1) Keterampilan Berpikir
Menurut Khodijah (2006: 81) berpikir adalah
melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah. Berpikir merupakan proses kognitif yang
tidak apat dilihat secara fisik karena merupakan aktivitas mental
seseorang. Tentu hal ini selaras dengan pendapat Peter Reason
(Sanjaya, 2009: 230) : Berpikir (thinking) adalah proses mental
seorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan
memahami (comprehending). Menurut Reason mengingat dan
17
memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir
(thinking). Selanjutnya Abdul Aziz Wahab (2007: 147)
menyatakan sebagaimana diketahui berpikir meliputi beberapa
proses termasuk menggambarkan, menyimpulkan, menganalisis,
mengkonseptualisasikan, menyusun generalisasi, menggunakan
dan membuat keputusan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
berpikir adalah proses melatih ide-ide dengan melibatkan banyak
aktivitas mental untuk menghubungkan informasi-informasi dari
dalam diri dan lingkungan sekitar.
Selanjutnya Lawson dalam Anjasari (2014: 4)
mendefinisikan skill (keterampilan) sebagai “the ability to do
something well” atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
dengan baik. Kinerja/performa yang terampil meliputi: knowing
what to do (mengetahui apa yang harus dilakukan), when to do it
(kapan melakukannya), and how to do it (bagaimana
melakukannya). Dengan kata lain, menjadi terampil pada suatu
hal meliputi: knowing a set of procedures (mengetahui
sekumpulan langkah-langkah/prosedur), dan being proficient at
executing those procedures (menjadi ahli untuk mengerjakan
langkah-langkah / prosedur tersebut). Menurut Reber dalam Arief
Sidharta (2005: 6) keterampilan adalah kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara
mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Keterampilan tidak hanya meliputi gerak motorik, melainkan juga
18
pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
keterampilan merupakan suatu kemampuan yang ahli dalam
mengerjakan atau melakukan sesuatu secara sistematis dan
efektif.
Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir adalah suatu
kemampuan yang ahli dalam melatih ide-ide dengan
menghubungkan berbagai informasi dari dalam diri dan lingkungan
sekitar secara sistematis dan efektif. Adapun berbagai keterampilan
berpikir diantaranya sebagai berikut (Abidin, 2016:163) :
1. Keterampilan berpikir kreatif
2. Keterampilan berpikir kritis
3. Keterampilan pemecahan masalah
4. Keterampilan berpikir metakognisi
Menurut Preisseisen (Marintis, 2008: 11) keterampilan
berpikir kritis adalah keterampilan induvidu dalam menggunakan
proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberi
interpretasi berdasarkan presepsi yang benar dan rasional, analisis
asumsi, dan bias argumen serta interpretasi logis. Keterampilan
berpikir kreatif adalah keterampilan induvidu dalam menggunakan
proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru,
konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
rasional maupun presepsi dan intuisis induvidu. Keterampilan
19
pemecahan masalah adalah keterampilan induvidu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah
melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun
alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang
efektif. Keterampilan metakognisi adalah keterampilan induvidu
dalam mengatur, memahami dan mengontorl proses berpikirnya.
2) Lower Order Thinking Skill (LOTS)
Lower order thinking skill (LOTS) atau dalam bahasa
indonesianya keterampilan berpikir tingkat rendah. Keterampilan
berpikir tingkat rendah adalah suatu proses berpikir yang
mengandalkan kemampuan mengingat, memahami, dan
kemampuan menerapkan dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 67-68) menjelaskan
bahwa ranah kognitif keterampilan berpikir tingkat rendah adalah:
“ Remembering is retrieving, recognizing, and recalling relevant
knowledge from long-term memory. Understanding is contructing
meaning for oral, written, and graphic messages through
interpreting, exemplifying, classiflying, summarizing, inferring,
comparing, and explaining. Applying is carrying out or using a
procedure through executing, or implementing.” Peryataan ini
memaparkan bahwa (1) mengingat adalah memperoleh kembali ,
mengenal kembali, menyebut kembali, pengetahuan yang relevan
dari ingatan jangka panjang. (2) memahami adalah merumuskan
makna pesan secara lisan, tertulis, dan grafik melalui interpretasi,
20
memberi contoh, mengklasifikasi, menyimpulkan, menduga,
membandingkan, dan menjelaskan. (3) menerapkan adalah
melakukan atau menggunakan prosedur melalui pelaksanaan atau
penerapan. Selanjutnya dimensi proses bepikir dalam keterampilan
berpikir tingkat rendah menurut Taksonomi Bloom sebagaimana
yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl terdiri atas
kemampuan: mengingat (remembering-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (aplying-C3). Untuk itu dalam
penyusunan butir soal, guru perlu memahami akan dimensi ini,
agar dapat mengukur keterampilan berpikir siswa secara baik dan
tepat.
3) Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Higher order thinking skill (HOTS) atau dalam bahasa
indonesianya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah suatu proses berpikir yang
mengandalkan kemampuan menganalisi, mengevaluasi dan
kemampuan berkreasi atau mencipta dalam memecahkan suatu
masalah. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 67-68)
menjelaskan bahwa ranah kognitif keterampilan berpikir tingkat
tinggi adalah: “Analyzing is breaking material concepts into parts,
determining how the parts relate or interrelate to one another or to
an overall structure or purpose. Evaluating is making judgments
based on criteria and standards through checkin g and critiguing.
Creating is putting element together to form a coherent or
21
functional whole, reorganizing elements into a new pattern or
structure through generating, planning and producing”.
Pernyataan ini memaparkan bahwa: (1) menganalisis adalah
menguraikan bahan atau konsep ke dalam bagian, menentukan
hubungan antar bagian atau hubungan bagian terhadap struktur
atau tujuan secara keseluruhan, (2) mengevaluasi adalah membuat
penilaian berdasarkan kriteria-kriteria dan standar-standar melalui
pemeriksaan dan kritik, dan (3) mencipta adalah memasukkan
elemen untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau
fungsional atau melakukan reorganisasi elemen menjadi pola atau
struktur baru melalui proses membangkitkan, merencanakan atau
menghasilkan. Lebih lanjut HOTS termasuk didalamnya yaitu
berpikir kritis dan berpikir kreatif (Griffin, McGaw, & Care,
2012:36; King, Goodson, & Rohani, 2011:1; Brookhart, 2010:3-4).
Berpikir kritis dalam hal ini artinya memuat kemampuan
menganalisis dan mengevaluasi sedangkan berpikir kreatif memuat
kemampuan berkreasi atau mencipta. Berhubung dari pendapat
tersebut, secara khusus Tran Vui (2015: 5) mendefinisiskan
sekaligus menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah “ higher order thinking occurs when a person takes new
information and information stored in memory and interrelateds
and/or rearranges and extends this information to achieve a
purpose or find possible answer in presplexing situations”.
Dengan demikian, peryataan ini memaparkan bahwa keterampilan
22
berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam
ingatannya dan menghubung-hubungkannya dan/atau menata ulang
dan mengembangkan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang
sulit dipecahkan.
Selanjutnya terdapat pula karakteristik HOTS yang
diungkapkan Resnick (Budiman, 2014: 139-151) diantaranya
adalah non algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions
(banyak solusi), melibatkan variasi pengambilan keputusan dan
interpretasi, penerapan multiple criteria (banyak kriteria), dan
bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha). Menurut Conklin
menyatakan karakteristik HOTS sebagai berikut: “characteristics
of higher-order thinking skills: higher-order thinking skills
encompass both critical thinking and creative thinking” artinya,
karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis dan kreatif
merupakan dua kemampuan manusia yang sangat mendasar karena
keduanya dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta
mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh
suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Lebih lanjut untuk kepentingan penyusunan butir soal
HOTS, tentu guru perlu memahami akan tingkatan berpikir.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana
23
yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2015: 45),
terdiri atas kemampuan: mengingat (remembering-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis
(analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Dimensi untuk mengukur HOTS pada umumnya
mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Selain dimensi tersebut adapun kata kerja operasional (KKO) yang
dapat menjadi pedoman guru dalam peyusunan butir soal HOTS.
Guna memperjelasnya akan disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1
KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) REVISI TAKSONOMI
BLOOM
RanahKognitif : Anderson, L.W. dan Krathwohl (Khoiriah, 2017:
46)
Menganalisis
C4
Mengevaluasi
C5
Mencipta
C6
Melatih
Memadukan
Memaksimalkan
Membagankan
Membeda-bedakan
Membuat struktur
Memecahkan
Memerintah
Memfokuskan
Memilih
Menata
Mencerahkan
Mendeteksi
Membuktikan
Memilih
Memisahkan
Memonitor
Memperjelas
Mempertahankan
Memprediksi
Memproyeksikan
Memutuskan
Memvalidasi
Menafsirkan
Mendukung
Mengarahkan
Memadukan
Membangun
Membatas
Membentuk
Membuat
Membuat rancangan
Memfasilitasi
Memperjelas
Memproduksi
Memunculkan
Menampilkan
Menanggulangi
Menciptakan
24
Berdasarkan Tabel 2.1 tampak bahwa ada beberapa kata
kerja operasional yang sama pada beberapa ranah kognitif,
misalnya kata kerja memilih pada ranah menganalisis (C4), dan
memilih pada ranah mengevaluasi (C5). Namun perbedaan dapat
terlihat dalam bentuk soal pengujian.
D. Hubungan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) dengan Higher Order Thingking Skill (HOTS)
Kurikulum 2013 yang diberlakukan saat ini mengalami
penyempuranaan pada standar isi dan standar penilaian. Pada standar isi
dirancang agar peserta didik mampu berpikir kritis dan dan analitis sesuai
dengan standar internasional dengan melakukan pengurangan materi yang
tidak relevan dan pendalaman serta perluasan materi yang relevan bagi
Mendiagnosis
Mendiagramkan
Menegaskan
Menelaah
Menetapkan
sifat/ciri
Mengaitkan
Menganalisis
Mengatribusikan
Mengaudit
Mengedit
Mengkorelasikan
Mengorganisasikan
Menguji
Menguraikan
Menjelajah
Mengecek
Mengetes
Mengkoordinasikan
Mengkritik
Mengkritisi
Menguji
Mengukur
Menilai
Menimbang
Menugaskan
Merinci
Membenarkan
Menyalahkan
Mendikte
Menemukan
Mengabstraksi
Menganimasi
Mengarang
Mengatur
Menggabungkan
Menggeneralisasi
Menghasilkan karya
Menghubungkan
Mengingatkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengkombinasikan
Mengkreasikan
25
peserta didik. Sedangkan pada standar penilaian dilakukan dengan
mengadaptasi model-model penilaian standar internasional secara
bertahap. Penilaian hasil belajar lebih menitikberatkan pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS)
(Kemendikbud, 2017: 1). Nuh (2015:32) menyatakan bahwa proses
pembelajaran saat ini masih (1) kurang menekankan pada pentingnya
berpikir tingkat tinggi dalam pembahasan, latihan, dan penugasan seperti
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, (2) kurang
menekankan pentingnya aktivitas siswa seperti mengumpulkan, mengolah,
menyajikan, dan menyimpulkan, (3) kurang menekankan pentingnya
pembelajaran kontekstual dan melanjutkan pembelajaran bukan hanya
sampai pada ranah pengetahuan tetapi sampai menjadi keterampilan
sehingga dapat menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan
permasalahan nyata.
Beberapa hal di atas menjadi analisis kebutuhan siswa dan menjadi
kesenjangan dari harapan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu
analisis kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran yaitu pada
keterampilan berpikir HOTS (Heong, et al., 2012:201). HOTS termasuk
didalamnya yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif akan menjadi sasaran
bagi guru guna mengembangkan proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada Lower Order Thinking
Skills menuju Higher Order Thinking Skills (Karami, et al., 2012:3266;
Thitima & Sumalee, 2012:3771). Tentu dalam penerapannya, HOTS
membutuhkan aktivitas berpikir secara berulang-ulang. Hal inilah yang
26
akan menjadi tantangan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang
berkualitas.
Salah satu tujuan pembelajaran metematika sekolah adalah
mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, untuk
mengembangkan keterampilan tersebut maka perlu adanya kemampuan
berpikir kritis dan kreatif yang harus dimiliki siswa. Untuk itu guru perlu
mengadakan berbagai strategi pembelajaran guna meningkatkan
keterampilan berpikir siswa.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)
adalah strategi pembelajaran yang bukan hanya sekadar model
pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan
memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi begaimana data,
fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih
kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu
masalah atau persoalan. Dari pengertian SPPKB terkandung didalamnya
bahwa SPPKB memiliki tujuan dalam belajar yaitu siswa tidak hanya
sekedar dapat menguasai materi yang diajarkan tetapi juga siswa dituntut
untuk berpikir mengeluarkan ide-ide berdasarkan pengetahuannya dan
mampu menyelesaikan masalah atau persoalan yang sedang dihadapi. Di
dalam SPPKB siswa akan dituntut untuk berpikir kritis, logis, sistematis,
dan kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah terkhususnya masalah
matematika. Oleh karena itu penerapan SPPKB dapat membantu guru
dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
27
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas secara teoritis terlihat
hubungan yang signifikan antara strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir terhadap higher order thinking skill (HOTS). Oleh
karena itu, dengan diterapkannya strategi ini diharapkan dapat
meningkatkan higher order thinking skill siswa SMA Negeri 6 Kupang,
khususnya pada pokok bahasan trigonometri.
A. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan penelitian ini, peneliti mengacu kepada
penelitian yang relevan dengan penelitian tersebut sebagai berikut:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2011) dengan judul
“Penerapan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIIIA SMP Andalan Negeri
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan”. Dan hasil yang
diperoleh yaitu analisis ketuntasan berdasarkan skor yang
diperoleh siswa sebelum tindakan dengan ketuntasan klasikal
60,7%, sedangkan ketuntasan klasikal setelah tindakan pada
setiap siklusnya yaitu: siklus I = 67,8%, siklus II = 75%, dan
siklus III = 82,1%. Berdasarkan hasil penelitian dari analisis
tindakan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan menerapkan
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada aspek
pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari analisis
ketuntasan belajar siswa kelas VIIIA SMP Andalan Negeri
28
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan setelah tindakan. Dari
analisis ketuntasan secara individual dari 28 siswa, diperoleh
23 siswa tuntas dan 5 siswa yang belum tuntas, dengan rata-
rata ketuntasan secara klasikal adalah 82,1%
2) Penelitian yang dilakukan oleh Tristiana (2011) dengan judul :
“Pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB) Dengan Media Circle Puzzle Terhadap Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Pada Materi Pokok Keliling
dan Luas Lingkaran Kelas VIII M.Ts. Sabilul Ulum Mayong
Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dan hasil yang diperoleh yaitu
Berdasarkan penelitian diperoleh thitung = 2,015 sedangkan nilai
t (0,95)(75) = 1,6654. Karena t > t (0,95)(77) maka H0 ditolak. Artinya
rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
dengan media circle puzzle berbeda secara signifikan daripada
rata-rata hasil belajar matematika yang diajar tanpa
menggunakan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB) dengan media circle puzzle. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-
rata hasil tes kelas eksperimen lebih besar daripada kelas
kontrol sehingga dapat dikatakan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan media
circle puzzle mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar
matematika pada materi pokok keliling dan luas lingkaran kelas
29
VIII M.Ts. Sabilul Ulum Mayong tahun pelajaran 2010/2011,
dan disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) dengan media circle puzzle.
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
hipotesis pada penelitian ini dirumuskam sebagai berikut :
“ Adanya pengaruh strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir terhadap higher order thinking skill (HOTS)
siswa SMA Negeri 6 Kupang pokok bahasan trigonometri ”.