bab ii kajian pustaka - sinta.unud.ac.id ii 001.pdf · kajian pustaka 2.1 myofascial pain otot...

21
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid 2.1.1 Definisi Myofascial Pain Myofascial pain adalah suatu kondisi kronis yang mempengaruhi fascia (jaringan ikat yang menutup otot) (Ratini, 2013), dimana nyeri myofascial memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya trigger points pada taut band otot skeletal dan tenderness (Kisner dan Colby, 2007). Sindrome nyeri myofascial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa trigger points dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan (Werenski, 2011). Trigger points adalah benjolan atau nodul yang hipersensitif pada sebuah taut band. Ada dua kategori, yaitu aktif dan pasif trigger points. Aktif trigger points berhubungan dengan keluhan nyeri spontan yang mungkin terjadi saat istirahat atau selama bergerak dan menyebabkan nyeri rujukan sama seperti yang dirasakan oleh pasien bila dipalpasi pada trigger points nya. Nyeri rujukan yang dirasakan tidak pada asal trigger points, tetapi jauh dan dirasakan menyebar dan menjalar dengan arah penyebaran biasanya ke distal (Werenski, 2011). Pasif trigger points tidak menyebabkan nyeri spontan tetapi dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan kelemahan otot, namun ketika titik tersebut mendapat tekanan, maka pasien akan merasa nyeri yang berasal dari tempat tekanan tadi.

Upload: dinhphuc

Post on 22-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid

2.1.1 Definisi Myofascial Pain

Myofascial pain adalah suatu kondisi kronis yang mempengaruhi fascia

(jaringan ikat yang menutup otot) (Ratini, 2013), dimana nyeri myofascial

memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya trigger points pada taut band otot

skeletal dan tenderness (Kisner dan Colby, 2007).

Sindrome nyeri myofascial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu

atau beberapa trigger points dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan

peningkatan sensitivitas terhadap tekanan (Werenski, 2011).

Trigger points adalah benjolan atau nodul yang hipersensitif pada sebuah

taut band. Ada dua kategori, yaitu aktif dan pasif trigger points. Aktif trigger

points berhubungan dengan keluhan nyeri spontan yang mungkin terjadi saat

istirahat atau selama bergerak dan menyebabkan nyeri rujukan sama seperti yang

dirasakan oleh pasien bila dipalpasi pada trigger pointsnya. Nyeri rujukan yang

dirasakan tidak pada asal trigger points, tetapi jauh dan dirasakan menyebar dan

menjalar dengan arah penyebaran biasanya ke distal (Werenski, 2011). Pasif

trigger points tidak menyebabkan nyeri spontan tetapi dapat menyebabkan

keterbatasan gerak dan kelemahan otot, namun ketika titik tersebut mendapat

tekanan, maka pasien akan merasa nyeri yang berasal dari tempat tekanan tadi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Pasif trigger points dapat menjadi aktif jika mendapat stimulasi seperti postur

salah, penggunaan otot berlebihan atau ketidakseimbangan kerja otot.

Gambar 2.1 Trigger points complex (Werenski, 2011)

Trigger points dapat berupa primer atau sekunder. Trigger points primer

berkembang secara mandiri dan bukan hasil dari aktivitas trigger points yang lain.

Trigger points sekunder bisa terjadi pada otot antagonis dan otot agonis sebagai

akibat stress dan tegang otot (Fernandez et al., 2005).

Taut band adalah satu bendel bagian muscle belly yang mengeras, kaku,

dan ketika diraba akan terasa berbeda dengan bagian otot yang lain. Taut band

merupakan kontraktur yang terlokalisir dalam muscle belly tanpa aktivasi dari

motor end plate dan kekakuan yang terjadi tidak menyeluruh pada sebuah otot.

Adanya taut band dalam otot ini akan berakibat pada penurunan tingkat

ekstensibilitas dan fleksibilitas otot, dalam hal ini otot rhomboid. Akibat dari

adanya perlengketan dalam struktur otot yang terjadi pada fascia dan myofilament

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

dalam sarcomer taut band maka ada peningkatan konsentrasi secara abnormal

dari asetilkolin dalam end plate taut band. Perlengketan ini berdampak pada

penurunan sirkulasi darah sehingga kebutuhan akan nutrisi dan oksigen pada area

taut band berkurang. Dampaknya terjadi hiperkontraksi sel otot yang akan

mempengaruhi peningkatan metabolisme bersifat lokal serta teraktivasinya saraf

simpatik yang berakibat vasokonstriksi pada pembuluh darah kapiler (Gerwin et

al, 2004).

Myofascial pain sering terjadi di masyarakat, dan hampir pada setiap kasus

terdapat trigger points. Di Amerika Serikat, 14,4% dari populasi umum menderita

myofascial pain kronis. Sekitar 21-93% pasien dengan nyeri regional

mengeluhkan adanya myofascial pain (Jennifer, 2013).

My ofascial pain otot rhomboid a dala h nyer i pa da kondis i kronis pada otot

rhomboid ma yor ata u minor, dimana pa da otot terse but te rdapa t trigger points

akiba t ada nya tightness, tende rness, stif fness , serta taut band pa da jar inga n

my ofascial se hingga me nye ba bka n ga nggua n gera k da n fungs i.

Ga mbar 2. 2 T rigger Point otot Rhomboid (Jennifer, 2013)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

2.1.2 Anatomi Otot Rhomboid

Otot-otot rhomboid adalah dua otot membentuk seperti berlian korset

bahu. Keduanya membentang dari kolom tulang belakang ke perbatasan medial

skapula. Otot ini berada di bawah trapezius. Di daerah ini, mereka teraba dan

sering terlihat. Otot-otot rhomboid dibagi menjadi:

1. Otot Rhomboid Major : origo terletak di prosesus spinosus vertebra

thoracal ke dua sampai ke lima. Insersio terletak di border medial di

bagian bawah scapula.

2. Otot Rhomboid Minor: origo terletak di prosesus spinosus vertebra

cervical ke tujuh dan thoracal pertama. Insersio terletak di border medial di

bagian atas scapula.

Biasanya ada ruang kecil antara kedua otot rhomboid. Namun dalam

beberapa kasus orang dapat menemukan satu otot tunggal dicampur sebagai

gantinya. Persarafan ini diberikan oleh saraf dorsal scapular (C4-C5), cabang dari

pleksus brakhialis.

Gambar 2.3 Otot rhomboid mayor dan minor (Netter, 2011)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Kedua otot rhomboid melakukan gerakan yang sama seperti serat-serat

otot mereka berjalan secara paralel menuju arah yang sama. Kontraksinya

menyebabkan gerakan craniomedial skapula (adduksi dan elevasi). Pada saat yang

sama, sudut inferior skapula dipindahkan ke kolom vertebral (rotasi). Fungsi lain

dari otot-otot rhomboid adalah stabilisasi scapula selama istirahat dan gerakan

lengan.

Serupa dengan semua otot-otot bahu, otot-otot rhomboid rentan terhadap

rasa sakit dan gangguan fungsional karena sikap tubuh yang buruk. Penyebab

umum adalah posisi head forward di tempat kerja (misalnya di komputer).

Gejalanya meliputi nyeri kronis di perbatasan medial skapula, kelemahan dan

gangguan koordinasi di bahu hingga kemiringan medial tulang scapula.

2.1.3 Jaringan Myofascial

Fascia adalah selembar jaringan ikat yang menjadi sampul atau bungkus

dari otot dan fasikula, terdiri dari kolagen, elastin, dan substansi dasar. Substansi

dasar adalah sebuah gel seperti gel yang jika dikombinasikan elastin dan kolagen

akan membentuk jaringan tubular. Fascia menjalin, mendukung, dan melindungi

setiap sel di tubuh (Werenski, 2011).

Substansi dasar yang disebut juga mukopolisakarida ini mempunyai fungsi

sebagai pelumas yang memungkinkan serabut untuk mudah bergeser satu sama

lain dan sebagai perekat yang menahan serabut dari jaringan supaya tetap dalam

satu ikatan. Jaringan ikat kolagen terdiri atas sebagian besar kolagen yang

memungkinkan adanya daya rentang (tensile strength) sedangkan jaringan ikat

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

elastin terdiri atas sebagian besar elastin yang memungkinkan adanya elastisitas.

Berdasarkan tempat dimana fascia ditemukan dalam otot, maka fascia

dibedakan menjadi :

1. Epymisium : merupakan jaringan fascia terluar yang mengikat seluruh

fasikel

2. Perymisium : merupakan jaringan fascia yang membungkus sekelompok

serabut otot ke dalam individual fasikuli

3. Endomysium : merupakan jaringan fascia terdalam yang membungkus

individual otot.

Gambar 2.4 Struktur myofascial (Werenski, 2011)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

2.1.4 Fisiologi Otot Rangka

Otot rangka terdiri dari serabut-serabut otot dengan diameter 8 – 10 µm,

dimana setiap serabut otot akan terbagi lagi menjadi serabut yang lebih kecil.

Fungsi utama otot rangka adalah melakukan kontraksi yang menjadi dasar

terjadinya gerakan tubuh. Aktivitas dari kurang lebih 600 otot rangka yang

terdapat di bagian tubuh dikoordinasi oleh sistem saraf sehingga membentuk

gerakan yang harmonis dan posisi tubuh yang tepat.

Setiap serabut otot dikelilingi oleh sarkolema yang merupakan membran

sel serabut otot. Pada ujung serabut, sarkolema akan bergabung dengan serabut

tendon yang akan membentuk tendon otot yang melekat pada tulang. Setiap

serabut otot terdiri dari beberapa myofibril dan setiap myofibril mengandung

miofilamen (aktin dan myosin). Mekanisme kontraksi otot rangka bergantung

pada interaksi kedua protein kontraktil ini.

Gambar 2.5 Komponen otot rangka (Sherwood, 1996)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Myofibril berada dalam sarkolema yang komposisinya sama dengan

komposisi cairan intrasel. Sarkoplasma banyak mengandung ion K, Mg, Fosfat,

dan enzim-enzim. Juga terdapat mitokondria dalam jumlah besar diantara

myofibril. Pada mitokondria inilah dibentuk ATP sebagai sumber energi untuk

kontraksi otot. Sarkoplasma akan melakukan perluasan ke arah dalam sebagai T

tubulus. Melalui T tubulus inilah gelombang depolarisasi selama proses eksitasi

dapat mencapai myofibril yang terletak di bagian dalam.

Diantara myofibril terdapat reticulum sarcoplasma (RS) yang memegang

peranan penting dalam proses eksitasi-kontraksi coupling. Otot yang melakukan

kontraksi dengan cepat mempunyai RS lebih banyak. Pada ujung RS terjadi

pelebaran yang disebut terminal cisternae yang posisinya sangat berdekatan

dengan T tubulus dan disebut junctional sarcoplasmic reticulum. Struktur ini

sangat besar peranannya dalam proses eksitasi – kontraksi coupling, dan

kemungkinan sebagai calcium channel. Fungsi RS adalah melepaskan ion Ca

selama proses kontraksi dan pengambilan serta penyimpanan kembali ion Ca

selama proses relaksasi.

2.1.5 Patofisiologi Myofascial Pain Otot Rhomboid

Otot rhomboid merupakan otot postural atau otot tonik yang bekerja

melakukan gerakan retraksi bahu. Kerja otot ini akan bertambah berat dengan

adanya postur yang jelek, mikro dan makro trauma. Akibatnya yang terjadi adalah

fase kompresi dan ketegangan lebih lama dari pada rileksasi, terjadinya suatu

keadaan yang menyebabkan kelelahan otot yang cepat (Ferry, 2009).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Trauma pada jaringan baik akut maupun kronik akan menimbulkan

kejadian yang berurutan yaitu hiperalgesia dan spasme otot skelet, vasokontriksi

kapiler. Akibatnya pada jaringan myofascial terjadi penumpukan zat-zat nutrisi

dan oksigen ke jaringan serta tidak dapat dipertahankannya jarak antar serabut

jaringan ikat sehingga akan menimbulkan iskemik pada jaringan miofasial. Pada

keadaan iskemia inilah jaringan myofasial akan menegang, sehingga akan

merangsang substansi P (neurotransmitter nyeri) hingga menjadi suatu peradangan

kronis yang menghasilkan zat algogen berupa prostaglandin, bradikinin dan

serotonin yang dapat menimbulkan sensori nyeri. Proses radang dapat juga

menimbulkan respon neuromuskular berupa ketegangan otot (Ferry, 2009).

Dalam waktu yang bersamaan pula akan terjadi proses perbaikan jaringan

miofasial yang mengalami kerusakan dengan cara menstimulasi fibroblas dalam

jaringan miofasial untuk menghasilkan banyak kolagen. Kolagen yang terbentuk

mempunyai susunan yang tidak beraturan atau cross unik sehingga terbentuk

jaringan fibrous yang kurang elastis. Oleh karena rasa nyeri umumnya pasien

enggan menggerakan bagian tersebut, sehingga berada pada posisi immobilisasi

akibatnya otot akan menjadi kontraktur (Ferry, 2009).

2.1.6 Etiologi Myofascial Pain

Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya myofascial

pain otot rhomboid adalah (Robert dan Alan, 2001) :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

1. Postur yang buruk yang menyebabkan stress dan strain pada otot

rhomboid, misalnya : forward head posture yaitu postur di mana posisi

kepala terus menerus ke depan.

2. Ergonomi kerja yang buruk yang berlangsung berulang-ulang dan dalam

waktu yang lama akan menimbulkan stress mekanik yang berkepanjangan,

misalnya seseorang di depan komputer dengan layar yang terlalu tinggi

atau agak jauh dari kursi duduk.

3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak bola

yang mendadak menyundul bola dengan posisi kepala miring, sehingga

menimbulkan strain pada otot rhomboid.

4. Degenerasi, perubahan yang jelas pada sistem otot pada usia lanjut, di

mana terjadi pengurangan massa otot.

2.1.7 Tanda dan Gejala Myofascial Pain

Nyeri pada myofascial pain merupakan implikasi ditandai adanya taut

band yang berisi trigger point di dalam otot rhomboid. Implikasi klinis trigger

point meliputi dua hal, yaitu aspek motorik dan sensorik (Simons dan Mense,

2003).

Aspek motorik meliputi gangguan fungsi motorik, kelemahan otot karena

inhibisi motorik, kekakuan otot, dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi)

karena kontraktur otot. Sedangkan aspek sensorik meliputi tenderness lokal, nyeri

rujukan ke bagian lain, serta sensitisasi saraf perifer dan pusat (Simons dan

Mense, 2003).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Adanya taut band ini membuat otot rhomboid mengalami penurunan

performance akibat daya tahan dan kekuatan otot yang menurun.

2.2 Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis

Metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien

maupun pada keluarga. Anamnesis mencakup identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit, pekerjaan, serta tindakan medik yang pernah dilakukan.

2. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti

tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu dan lain sebagainya.

3. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan ini terdiri dari :

A Inspeksi

Pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan

fungsinya seperti kondisi pasien saat datang, raut nyeri pada wajah,

posture, tanda radang, dan pola gerakan shoulder, scapula, dan cervical.

B Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan

tangan untuk mengetahui gejala peradangan, spasme otot, letak nyeri dan

membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan yang kiri atau

yang sakit dengan yang sehat.

Palpasi otot rhomboid : Pasien dalam posisi tengkurap dengan posisi

elbow fleksi dan internal rotation shoulder pada sisi rhomboid yang akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

dipalpasi. Pertama, palpasi muscle belly yang oblique kemudian turunlah

ke bawah menyilang sekitar 2 inchi di antara processus spinosus dan sisi

medial scapula. Kemudian palpasi musculus rhomboid pada sisi yang

lainnya sebagai perbandingan (Soekarno, 2009).

Gambar 2.6 Palpasi otot rhomboid (Washington University of Medicine, 2010)

C. Pemeriksaan gerak dan fungsi

Pemeriksaan gerak fungsi dilakukan secara gerak aktif dari anggota gerak,

dalam hal ini cervical dan shoulder yang sakit untuk mengetahui informasi

ROM dan ada tidaknya nyeri. Dilakukan pula gerak pasif yang dilakukan

oleh terapis untuk mengetahui informasi tentang ROM, end feel dari sendi,

dan ada tidaknya nyeri. Sedangkan pemeriksaan secara resisted dilakukan

untuk mengetahui adanya penurunan kekuatan otot dan ada tidaknya

masalah pada jaringan lunak dengan ada tidaknya nyeri saat diberikan

tahanan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

D. Pengukuran Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan

dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Smeltzer,

2011).

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan pengukuran nyeri

yaitu berupa Visual Analog Scale dengan modifikasi. Pada visual analog

scale (VAS) dengan modifikasi angka, pasien bisa bebas

mengekspresikan nyeri, jenis yang digunakan berupa garis lurus dengan

modifikasi berupa pemberian angka dari 0 (nol) sampai 10. Garis dimulai

dari arah kiri dengan angka 0 (nol) yaitu nilai tidak nyeri sampai ke arah

kanan dengan angka 10 yaitu nilai nyeri tak tertahankan, sedangkan di

tengah-tengah dapat dikatakan nyeri sedang dengan angka 5. Pasien

diminta untuk memberitahu posisi nyeri yang dirasakan di titik angka

berapa di sepanjang garis (Potter dan Perry, 2005).

Gambar 2.7Visual Analog Scale (Smeltzer, 2011)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

2.2.1 Deskripsi Problematika Fisioterapi

Problematika yang sering terjadi pada kondisi myofascial pain otot

rhomboid sebenarnya sangat komplek sehingga dapat menimbulkan berbagai

gangguan yang meliputi impairment, fungsional limitation dan disability.

1. Impairment

Problematika yang muncul pada kondisi myofascial pain otot rhomboid

adalah adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada otot rhomboid, adanya

keterbatasan gerak, ngilu atau linu terasa saat leher dan bahu aktif bergerak,

sering menjalar ke atas dan menyebabkan sakit kepala.

2. Fungsional limitation

Pada fungsional limitation adanya gangguan Activity of Daily Living seperti

menoleh dan mengangkat bahu.

3. Disability

Disability merupakan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan lingkungan pasien yaitu penderita mengalami kesulitan

dalam melakukan aktivitas karena adanya gangguan keterbatasan gerak pada

leher dan bahu dan adanya spasme. Gangguan tersebut antara lain :

keterbatasan gerak dan nyeri pada saat menoleh dan mengangkat bahu.

2.3 Hold Relax Stretching

2.3.1 Definisi Hold Relax Stretching

Hold relax adalah salah satu teknik khusus exercises dari Proprioceptive

Neuro Muscular Facilitation (PNF) yang menggunakan kontraksi isometrik

secara optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek sampai terjadi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

penambahan ROM dan penurunan nyeri (Yulianto, 2000). Sedangkan menurut

Kisner dan Colby (2007) menyatakan bahwa hold relax adalah kemampuan

penderita melakukan kontraksi isometrik pada otot dan jaringan ikat memendek

selanjutnya diikuti dengan penguluran otot secara pasif hingga terjadi

penambahan ROM dan nyeri toleransi penderita.

2.3.2 Indikasi Hold Relax Stretching

Indikasi permberian teknik hold relax stretching sebagai berikut :

1. ROM terbatas karena pemendekan jaringan lunak akibat dari adhesi,

kontraktur, dan bekas luka.

2. Pencegahan keterbatasan ROM untuk menghindari kecacatan.

3. Pemendekan dan kelemahan otot.

2.3.3 Kontra Indikasi Hold Relax Stretching

Kontra indikasi permberian teknik hold relax stretching sebagai berikut :

1. Adanya kekakuan sendi karena blok dari tulang

2. Adanya fraktur baru dan jaringan tulang belum sempurna

3. Adanya inflamasi akut atau proses infeksi seperti panas dan bengkan

atau penyembuhan jaringan lunak.

4. Adanya nyeri akut dan tajam saat sendi digerakkan atau elongasi otot

5. Adanya hematoma atau trauma jaringan lain

6. Hipermobilitas

2.3.4 Efek Hold Relax Stretching pada Penurunan Nyeri Myofascial Pain

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Fleksibilitas pada otot yang spasme tidak sama terhadap otot yang normal,

otot yang spasme tidak bisa memanjang dengan sempurna karena pemendekan.

Nyeri yang terjadi pada spasme otot dapat berkurang dengan menggunakan teknik

hold relax stretching. Hold relax stretching melatih kembali fleksibilitas otot agar

dapat memanjang dengan sempurna dan mengembalikan kekuatan otot sehingga

mengurangi terjadinya cedera berulang. Serat otot yang mengalami spasme

memiliki struktur yang tidak teratur, yang jika dalam waktu lama dapat otot dapat

berubah menjadi taut band atau kontraktur pada otot dan terbentuk nodule yang

menyebabkan iskemik pada pembuluh darah di bawahnya, hal ini membuat

metabolisme di sekitar otot tersebut tidak lancar sehingga menimbulkan nyeri.

Serabut otot yang membentuk nodule dapat berkurang dengan adanya penguluran

dari badan otot tersebut. Otot dapat kembali bergerak dan memanjang dengan

mudah sehingga metabolisme di sekitar otot tersebut dapat dengan lancar

menyebarkan enkefalin, endorphin, serotonin, dan noradrenalin yang dapat

menurunkan rasa nyeri.

2.4 Transverse Friction Massage

2.4.1 Definisi Transverse Friction Massage

Transverse friction massage adalah salah satu modalitas fisioterapi dalam

melakukan pengobatan dengan menggunakan teknik cross-fiber friction di mana

satu atau lebih jari tangan diletakkan di atas kulit pada lesi yang tepat dengan

tekanan yang kuat dan konsisten dalam satu arah dengan arah gerakan menyilang

dan tegak lurus terhadap arah serabut otot (Brosseau et al., 2004).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

Transverse friction cukup efektif digunakan untuk menghilangkan

jaringan ikat dan cross link (serabut acak) pada myofascial pain (Brosseau et al.,

2004).

2.4.2 Indikasi Transverse Friction Massage

Indikasi permberian teknik transverse friction massage yaitu

1. Kondisi sehabis trauma atau sehabis operasi sub akut dan kronik pada

sistem musculoskeletal

2. Kondisi ketegangan, perlengketan dan pemendekan jaringan otot dan

jaringan lunak yang lain

3. Kondisi keluhan nyeri

4. Kondisi kurang lancarnya peredaran darah

2.4.3 Kontra Indikasi Transverse Friction Massage

Kontra indikasi permberian transverse friction massage sebagai berikut :

1. Osifikasi atau pengerasan pada jaringan lunak

2. Penyakit kulit

3. Sepsis pada area setempat

4. Rheumatoid pada tendon maupun rheumatoid arthritis

5. Penekanan pada saraf

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

2.4.4 Efek Transverse Friction Massage pada Penurunan Nyeri Myofascial

Pain

Menurut Cyriax dan Russel (1980), salah satu tujuan transverse friction

massage yaitu untuk memproduksi traumatic hyperemia dengan meningkatkan

suplai darah di area otot yang spasme. Seperti kita ketahui pada otot dalam

keadaan spasme atau lesi peredaran darah yang melewati otot tersebut tidak lancar

dan terjadilah nyeri, pemberian transverse friction massage secara berulang-ulang

dapat mengurangi nodule yang ada pada struktur serat otot yang spasme.

Berkurangnya nodule dengan melemasnya struktur serat otot dapat mempengaruhi

efektivitas gerakan dari serat otot seperti memanjang dan otot akan mudah

digerakan kembali sehingga peredaran darah dan metabolisme di sekitar otot

tersebut dapat berjalan lebih lancar. Hal ini membuat enkefalin, endorphin,

serotonin, dan noradrenalin dapat tersebar dan sampai dengan baik di sekitar otot

yang bermasalah dan membuat nyeri pada otot berkurang.

2.5 Ultra Sound ( US )

2.5.1 Definisi Ultra Sound ( US )

Ultra Sound (US) merupakan suatu modalitas terapi yang terdiri dari

gelombang suara frekuensi tinggi dengan bentuk getaran kaustik yang disebarkan

dalam gelombang longitudinal yang tidak dapat terdengar oleh manusia yang

memiliki frekuensi gelombang suara lebih dari 20.000 Hz (Ebrahim, 2011).

Terapi US menggunakan transduser yang bergerak dinamis secara sirkular dan

paralel yang dapat merambat melalui media padat, cair, dan gas karena gelombang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

suara merupakan rambatan energi sehingga merambat sebagian interaksi dengan

molekul dan sifat enersia media yang dilaluinya.

Gambar 2.8 Ultra sound

2.5.2 Indikasi Ultra Sound

Indikasi dalam terapi modalitas Ultra sound yaitu sebagai berikut :

1. Nyeri pada kondisi spasme otot, tulang dan sendi

2. Gangguan neurologis

3. Kontraktur sendi

4. Tendinitis, Adhesi, Sinovitis, myofacial syndrome.

5. Oedema

6. Gangguan sirkulasi darah

7. Keluhan atau kelainan penyakit pada kulit atau jaringan parut.

2.5.3 Kontra Indikasi Ultra Sound

Kontra Indikasi dalam terapi modalitas ultra sound yaitu sebagai berikut :

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

1. Absolut pada mata, uterus, kehamilan, testis, jantung, area tumor ganas,

unsufisiensi vaskuler.

2. Relatif pada gangguan sensibilitas, adanya protease, diabetes mellitus,

post lamenoktomi, varises, sepsis, inflamasi akut, tuberkilosa tulang.

2.5.4 Efek Ultra Sound terhadap Penurunan Nyeri

Mekanisme gelombang ultra sound terhadap penurunan nyeri yaitu

melalui beberapa efek yang dihasilkan gelombang tersebut. Efek-efek tersebut

yang dapat menurunkan nyeri yaitu :

a. Efek Termal

Efek termal yang dihasilkan gelombang ultra sound dapat membantu proses

vasodilatasi pada otot yang mengalami vasokontriksi pada otot yang spasme

sehingga metabolism aliran darah dapat tersampaikan secara lancar dan

mengurangi nyeri (Ebrahim, 2011).

b. Efek Micro Massage

Efek micro massage dapat menimbulkan micro tissue damage dan

menimbulkan reaksi inflamasi primer, dan selanjutkan terjadi inflamasi

sekunder karena terstimulasinya saraf polimedal sehingga dapat mempercepat

terjadinya penyembuhan dan regenerasi jaringan yang mengalami kerusakan

seperti spasme otot (Hardjono dan Ervina, 2012)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II 001.pdf · KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Otot Rhomboid ... 3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak

c. Efek Piezoelektrik

Ultra sound juga menimbulkan efek piezoelektrik yaitu suatu efek yang

dihasilkan saat bahan-bahan seperti kwarts kristal yang terdapat pada

transduser mendapat tekanan, sehingga menyebabkan terjadinya aliran

muatan listrik yang menyebabkan perbedaan potensial dihasilkan.