bab ii kajian pustaka pendidikan lingkungan...

24
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Lingkungan Hidup a. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup Ada berbagai macam pengetian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pada tahun 2004 dikeluarkan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup oleh empat lembaga, yaitu; Departemen Dalam Negeri, Depertemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup. Isi dari kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup itu adalah sebagai berikut: “Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.” Tujuan dari dilaksanakannya Pendidikan Lingkungan Hidup adalah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana. Serta turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

Upload: others

Post on 20-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Lingkungan Hidup

a. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Ada berbagai macam pengetian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

Pada tahun 2004 dikeluarkan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup

oleh empat lembaga, yaitu; Departemen Dalam Negeri, Depertemen

Agama, Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan

Hidup. Isi dari kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup itu adalah sebagai

berikut:

“Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.”

Tujuan dari dilaksanakannya Pendidikan Lingkungan Hidup adalah

untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Yang pada akhirnya

dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki

serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana. Serta turut

menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,

mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

8

b. Gambaran umum Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut

Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun

1977/1978 rintisan Garis-Garis Besar Program Pengajaran Lingkungan

Hidup diujicobakan di 15 sekolah dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah

koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan

Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL)

di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dimana pendidikan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan).

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas), menetapkan bahwa

penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan lingkungan hidup secara

integratif dituangkan dalam kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan

materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran

pada tingkat menengah umum dan kejuruan. Tahun 1989/1990 hingga 2007,

Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan

dan Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah Berbudaya

Lingkungan (SBL) mulai di kembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah.

Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen

Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang

diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari

kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup

mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang

9

pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. Program ini

dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan

melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan

Lingkungan Hidup (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:1).

2. Sekolah Adiwiyata

a. Pengertian Sekolah Adiwiyata

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan

Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran

warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam

pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup berkerjasama dengan

Kementerian Pendidikan Nasional, menggulirkan Program Adiwiyata ini

dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar

mengajar meteri lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan

serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.

Kata Adiwiyata berasal dari dua kata yaitu “Adi” dan “Wiyata”. Kata

Adi memiliki makna : besar, agung, baik, ideal, dan sempurna. Sedangkan

kata Wiyata mengandung arti: tempat yang baik dan ideal dimana dapat

diperoleh ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat

menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita menuju

keadaan cita-cita pembangunan berkelanjutan. Menurut penjabaran di atas

dapat disimpulkan bahwa pengertian dari adiwiyata adalah tempat yang baik

dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai

norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya

kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang

10

berkelanjutan. Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli dengan

lingkungan yang sehat, bersih, serta lingkungan yang indah (Kementerian

Lingkungan Hidup, 2012:3).

b. Tujuan Program Adiwiyata

Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:3).

c. Prinsip – Prinsip Dasar Program Adiwiyata

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, (2012:3) Pelaksanaan

Program Adiwiyata di letakkan pada dua prinsip dasar sebagai berikut:

1) Partisipatif

Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen yang meliputi keseluruhan

proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan tanggung

jawab dan perannya.

2) Berkelanjutan

Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus

secara komprehensif.

d. Komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan Adiwiyata terdapat empat komponen program

yang merupakan satu kesatuan yang utuh (Kementerian Lingkungan

Hidup,2012:4). Keempat komponen itu adalah;

11

1) Kebijakan Berwawasan lingkungan

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan

maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung pelaksanaan

kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai

dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan

berkelanjutan. Pengembangan kebijakan lingkungan yang bisa dilaksanakan

oleh sekolah dapat berupa membuat filosofi, visi, misi sekolah yang peduli

dan berbudaya lingkungan. Selanjutnya, membuat kebijakan dalam

pengembangan materi pembelajaran Lingkungan Hidup. Kebijakan

penghematan sumber daya alam serta kebijakan untuk pengakokasian dana

bagi kegiatan lingkungan hidup.

2) Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Penyampaian materi pendidikan Lingkungan Hidup dapat di

kembangkan dengan membuat kurikulum berbasis lingkungan secara

integrasi atau monolitik. Dengan melakukan penggalian dan pengembangan

materi secara mendalam pada persoalan lingkungan hidup yang ada di

masyarakat sekitar (isu lokal) dan isu global. Pihak sekolah juga dapat

mengembangkan kegiatan kurikuler bertema Lingkungan Hidup. Metode

pembelajaran juga dapat dikembangkan oleh guru.

3) Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif

Untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan tidak hanya

dituntut peran serta sekolah yang aktif. Kegiatan melestarikan lingkungan

hidup juga mengikut sertakan partisipasi dari pihak di luar sekolah. menjalin

12

kerjasama dengan pihak pemerintah, swasta, maupun LSM dalam

pengembangan pendidikan lingkungan hidup.

4) Pengembangan dan Pengelolahan Sarana Pendukung Sekolah

Sarana dan prasarana yang memadai dapat mendukung terwujudnya

sekolah yang berwawasan lingkungan. Seperti peningkatan kualitas

pengelolaan lingkungan di dalam dan diluar kawasan sekolah. termasuk di

dalamnya fasilitas sanitasi, dan kantin sekolah. Peningkatan upaya

penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya. Pengembangan sistem

pengelolaan sampah, dan taman sekolah.

e. Manfaat mengikuti Program Adiwiyata

Di dalam buku Panduan Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup,

2012:4) terdapat beberapa manfaat yang diperoleh jika mengikuti Program

Adiwiyata, antara lain:

1) Mendukung percepatan pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan

(standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan pembiayaan, dan penilaian) sebagaimana

diatur dalam PP No. 19 tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan.

2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui

penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan

energi.

3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar

yang lebih nyaman dan kondusif.

13

4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan

masyarakat sekitar.

5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan

pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.

f. Pelaksanaan Program Adiwiyata

Pelaksana program Adiwiyata terdiri dari tim nasional, provinsi,

kabupaten/kota juga di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:7).

Berikut ini akan di jelaskan unsur dan peran dari tim sekolah sebagai

berikut:

1) Tim Sekolah

Tim sekolah terdiri dari beberapa unsure sebagai berikut: guru, siswa

dan komite sekolah. Tim sekolah di tetapkan melalui SK Kepala Sekolah.

Peran dan tugas pokok dari tim sekolah adalah sebagai berikut:

a) Mengkaji kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah,

kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana.

b) Membuat rencana kerja dan mengalokasikan anggaran sekolah

berdasarkan hasil kajian tersebut, dan disesuaikan dengan komponen,

standar, dan implementasi adiwiyata.

c) Melaksanakan rencana kerja sekolah.

d) Melakukan pemantauan dan evaluasi.

e) Menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah tembusan Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dan instansi terkait.

14

g. Peran Warga Sekolah dalam Sekolah Adiwiyata

Untuk menyukseskan proram Adiwiyata peran serta warga sekolah

sangat penting. Bukan hanya kepala sekolah saja yang berpartisipasi aktif

dalam menjalankan program ini. Tetapi seluruh warga sekolah juga

bertanggung jawab demi terselenggaranya sekolah berbasis lingkungan

secara maksimal. Berikut ini akan dijelaskan peran masing-masing warga

sekolah:

1) Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di dalam suatu sekolah.

Kepala sekolah berhak membawa sekolah yang dipimpinnya menjadi

sekolah yang berwawasan lingkungan. Terciptanya sekolah berwawasan

lingkungan keberadaannya tidak terlepas dari peran kepala sekolah. Kepala

sekolah pada dasarnya memiliki peran utama yaitu “school manager” dan

“educational leader”. Sebagai manager atau administrator kepala sekolah

bertugas melaksanakan fungsi-fungsi adminisrasi pendidikan di sekolah

yang meliputi pengelolaan bersifat administratif dan operatif. Sedangkan

sebagai pemimpin pendidik kepala sekolah bertugas mendinamisasi proses

pengelolaan pendidikan secara administratif maupun edukatif (Mulyadi,

2010:73).

Menurut Daryanto (2014:80) kepala sekolah mempunyai tiga peran

yaitu :

a) Sebagai Penanggungjawab

Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab

terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya

15

bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis

saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan

kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitar

merupakan tanggungjawab kepala sekolah.

b) Pimpinan Sekolah

Menurut Aswani Sudjud, dkk (dalam Daryanto, 2014:81) menyebutkan

beberapa fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, antara lain:

1) Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.

2) Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup mengatur

pembagian tugas dan wewenang, petugas pelaksana, dan menyelenggaraan

kegiatan (mengkoordinasi).

Fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah mempunyai arti kepala

sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan

mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

dan pengawasan.

c) Sebagai supervisor

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang

esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan (Daryanto,

2014:84). Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti kepala

sekolah harus meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat yang

diperlukan bagi kemajuan sekolah. Fungsi kepala sekolah sebagai

pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:

1. Mengawasi kelancaran kegiatan,

2. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan,

16

3. Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan, dan

4. Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya.

2) Guru

Guru memegang peranan strategis terutama dalam membentuk watak

bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan

(Mudlofir, 2012:62). Paling sedikit ada enam tugas dan tanggung jawab

guru dalam mengembangkan profesinya, yakni:

a) Guru sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut

memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di

samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Sehubungan

dengan program sekolah Adiwiyata, guru dapat mengajarkan pendidikan

lingkungan hidup kepada para peserta didik.

b) Guru sebagai pembimbing

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi tekanan

kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab

tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan

juga menyangkut pembinaan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai

peserta didik. Guru dapat menanamkan sikap cinta lingkungan kepada

peserta didik agar pelaksanaan program Adiwiyata dapat terlaksana.

17

c) Guru sebagai administrator kelas

Pada hakikatnya tugas dan tanggung jawab merupakan jalinan antara

keterlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.

d) Guru sebagai pengembang kurilulum

Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi

bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru,

penyempurnaan praktik pendidikan. Kurikulum sebagai program belajar

yang harus diberikan kepada para siswa.

e) Guru bertugas untuk mengembangkan profesi

Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan

dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan

meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu, guru

dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka

pelaksanaan tugas-tugas profesinya.

f) Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat

Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti

guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral

dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaru masyarakat. Oleh sebab itu,

sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus dapat

membina hubungan baik dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan

pendidikan dan pengajaran.

3) Siswa

Siswa merupakan bagian penting dalam pelaksanaan program sekolah

Adiwiyata. Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk

18

membangun dan mengembangkan sumber daya manusia yang sadar dan

peduli terhadap lingkungan secara keseluruhan dengan segala permasalahan

lingkungan yang ada. Pendidikan lingkungan hidup diharapkan menjadi

salah satu sumber pembelajaran masyarakat, dengan memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap dan perilaku, motivasi serta komitmen untuk secara

individu maupun secara kolektif dalam bentuk komunitas dapat

memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini dan mencegah timbulnya

masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang baru. Perubahan

perilaku ke arah ramah lingkungan berdampak besar terhadap keberlanjutan

pembangunan dan lingkungan hidup. Tujuan dari program Adiwiyata

adalah untuk membentuk karakater siswa di sekolah untuk peduli pada

lingkungan. Mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan dan

menumbuhkan kesadaran warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

(dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup, diakses tanggal 16

Desember pukul 13.00)

19

MEKANISME PELAKSANAAN

PROGRAM ADIWIYATA TINGKAT SEKOLAH

Gambar 1: Skema Mekanisme Pelaksanaan Program Adiwiyata Tingkat Sekolah

Pembentukan Tim Adiwiyata di Sekolah

Pengkajian kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah, kurikulum, kegiatan, dan sarana pendukung PLH

Penyusunan Rencana Kerja dan Alokasi Anggaran Adiwiyata di sekolah

Melaksanakan Rencana Kerja Program Adiwiyata di sekolah.

Pembinaan Sosialisasi Program Adiwiyata pada warga sekolah

Implementasi terhadap kebijakan sekolah, kurikulum, kegiatan, dan sarana pendukung PLH

Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pencapaian Adiwiyata

Menyampaikan laporan Adiwiyata kepada Kepala Sekolah tembusan BLH dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Evaluasi keberhasilan Adiwiyata

Belum memenuhi persyaratan Adiwiyata

Memenuhi persyaratan Adiwiyata

Usulan penghargaan Adiwiyata tingkat Kabupaten/Kota

20

h. Penghargaan Adiwiyata

Proses penilaian dilakukan terhadap kuisioner dan kelengkapannya serta

rencana kegiatan yang akan dilakukan sekolah. selanjutnya tim penilai akan

melaksanakan kunjungan lapangan dalam rangka verifikasi hasil penilaian

dokumen. Verifikasi hasil penilaian dokumen dilakukan melalui observasi

dan wawancara mendalam terhadap seluruh warga sekolah yang relevan.

MEKANISME SELEKSI PENGHARGAAN ADIWIYATA

Gambar 2: Mekanisme seleksi penghargaan Adiwiyata

i. Jenis dan Bentuk Penghargaan

1) Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota mendapat penghargaan dari

Bupati/Walikota, bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.

2) Sekolah Adiwiyata propinsi mendapatkan penghargaan dari Gubernur,

bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.

BLH Provinsi BLH Kab/Kota +DisDik

Kuisioner dan rencana kerja diterima oleh

KNLH (Maret)

Tim menilai Kuisioner dan rencana kerja (Maret-April)

Tim menetapkan

sekolah nominasi

untuk penilaian lapangan

Penilaian lapangan oleh

Tim

(April-Mei)

Penetapan nominasi

calon penerima

penghargaan adiwiyata

(Mei)

Pemberian Trophy

Adiwiyata

(Hari LH)

Evaluasi dan penilaian

akhir

(Januari-Mei)

Pembinaan

(Juli-Desember 2)

Pemberian sertifikat

calon penerima

penghargaan adiwiyata

(Hari LH)

Pengesahan oleh Dewan

Pertimbangan

(Mei)

21

3) Sekolah Adiwiyata Nasional mendapatkan penghargaan piagam dari

Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, hanya

sekolah Adiwiyata Nasional dengan nilai terbaik mendapat piala dari

Menteri Lingkungan Hidup.

4) Sekolah Adiwiyata Mandiri mendapatkan penghargaan piagam dari

Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

sedangkan piala dari Menteri Lingkungan Hidup, hanya sekolah Adiwiyata

Mandiri dengan nilai terbaik, piala penghargaannya diserahkan oleh

Presiden.

Untuk lebih jelasnya tentang jenis dan bentuk penghargaan sekolah

Adiwiyata dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1: Jenis dan Bentuk Penghargaan Sekolah Adiwiyata

No Jenis Penghargaan

Bentuk Penghargaan

Penghargaan Tim Evaluasi

1 Sekolah Adiwiyata Kabupaten/Kota

Piagam dan Piala Bupati/Walikota Kabupaten/kota

2 Sekolah Adiwiyata Provinsi

Piagam dan Piala Gubernur Provinsi

3 Sekolah Adiwiyata Nasional

Piagam dan Piala Menteri Pendidikan Nasional

4 Adiwiyata Mandiri Piagam dan piala Menteri Lingkungan Hidup

Nasional

3) Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Oleh karena itu,

disiplin harus di tanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika

disiplin ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan

menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam

bidang yang digelutinya pada umumnya mempunyai tingkat kedisiplinan

22

yang tinggi. Namun sebaliknya, orang yang gagal pada umumnya tidak

menerapkan kedisiplinan dalam hidupnya.

Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran

dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek

sosial emosional, keterampilan-keterampilan, juga bertanggung jawab

memberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah,

baik dalam belajar, emosional, maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Tugas

sekolah adalah menyiapkan anak-anak untuk terjun ke kehidupan

bermasyarakat melalui pembelajaran yang diarahkan untuk mengasah

potensi mereka dengan sikap disiplin.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:268), disiplin diartikan

dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata

tertib. Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu

disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik. Jadi,

disiplin dapat dikatakan sebagai peritah seorang guru kepada para peserta

didiknya. Kemudian di dalam New World Dictionary, disiplin diartikan

sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib

dan efisien (2013:41).

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan

teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-

pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

23

b. Macam-macam Disiplin

Menurut Ali Imron dalam bukunya berjudul Managemen Peserta Didik

Berbasis Sekolah (2011:173) membagi disiplin menjadi tiga. Pertama,

disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini

peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk

tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat guru sedang mengajar.

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut

konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya. Tata

tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat

peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang

menurutnya itu baik. Dengan demikian, konsep permissive ini berlawanan

dengan konsep otoritarian.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang

terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian

memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat

apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep

ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive.

Kebebasan jenis ketiga ini juga umumnya disamakan dengan kebebasan

terbimbing. Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut

diaksentualisasikan kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut

berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka dibimbing kembali

kearah yang konstruktif.

24

c. Disiplin di Sekolah

Dalam arti yang luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang di

tunjukkan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan

menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan siswa

terhadap lingkungannya. Dengan disiplin, siswa diharapkan bersedia tunduk

dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.

Menegakkan disiplin di lingkungan sekolah tidak bertujuan untuk

mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, namun sebaliknya

ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik

dalam batas-batas kemampuannya.

Disiplin yang dilaksanakan di sekolah terhadap siswa, siswa akan

belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi

dirinya dan lingkungannya, baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal

hidup di kemudian hari. Akan tetapi, pendekatan dengan penegakkan

disiplin janganlah sampai membuat siswa tertekan dan penerapannya harus

demokratis dalam artian mendidik.

Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di

sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila

siswa melanggar peraturan. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap,

dimulai dari peringatan, teguran, menghadap kepala sekolah atau di

laporkan kepada orangtuanya.

Hal yang sangat efektif dalam menumbuhkembangkan disiplin siswa

adalah dengan pembiasaan. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan

mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa

25

yang akan datang. Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar

yang memberikan batasan tertentu, tetapi disiplin merupakan aturan yang

datang dari dalam diri peserta didik sebagai suatu hal yang wajar dilakukan

di kehidupan sehari-hari. Artinya, disiplin merupakan nilai yang telah

tertanam dalam diri peserta didik yang menjadi bagian dalam

kepribadiannya.

Metode yang banyak di kembangkan dalam menumbuhkan disiplin

seperti dalam buku On Becoming A Personal Excellent, yang mengutip

Quantum Teaching, salah satu menyebutkan bahwa keberhasilan mendidik

siswa adalah dengan cara memberinya tanggung jawab. Demikian juga

Soemarno Soedarsono dalam bukunya Character Building mengatakan

bahwa karakter seseorang dapat dibentuk dengan pemberian tanggung jawab

(Minarti, 2012:195).

d. Fungsi Disiplin

Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan

mudah, menghormati, dan memenuhi otoritas. Dalam mendidik peserta

didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang

dilarang serta tidak boleh dilakukan. (Wiyani, 2013:45) Disiplin perlu

dibina pada diri peserta didik agar mereka dengan mudah dapat:

1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam dalam

dirinya.

2) Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi

kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan – larangan yang harus

ditinggalkan.

26

3) Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang

buruk.

4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya

perintah dari orang lain.

e. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin

Berdasarkan ketiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu konsep

otoritarian, permissive, dan konsep terbimbing maka setidaknya terdapat

tiga macam teknik pembinaan disiplin (Imron, 2011:174), yaitu:

1) Teknik Eksternal Control

Teknik Eksternal Control merupakan suatu teknik yang mana disiplin

peserta didik harus dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik

senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-

kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik ini, peserta

didik terus menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan hukuman

dan diberikan hadiah sebagai reward.

2) Teknik Internal Control

Teknik ini mengusahakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri

sendiri. Dalam teknik Internal Control para peserta didik disadarkan akan

kepentingan disiplin. Sesudah peserta didik sadar, dia akan mawas diri serta

berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Kunci sukses penerapan teknik ini ada

pada keteladanan guru dalam berdisiplin, mulai dari disiplin waktu, disiplin

mengajar, disiplin berkendara, disiplin beribadah, dan yang lainnya.

27

3) Teknik Cooperative Control

Di dalam teknik ini guru dan peserta didik akan saling berkerja sama

dengan baik dalam rangka meningkatkan kedisiplinan di lingkungan sekolah.

Guru dan peserta didik lazimnya membuat suatu kontrak perjanjian yang

berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati secara bersama-sama,

sanksi-sanksi atas tindakan indisipliner (ketidakdisiplinan) juga dibuat dan

di taati bersama. Dari kerja sama yang sudah diperbuat para peserta didik

merasa dihargai.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan kedisiplinan dan

sekolah Adiwiyata yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,

antara lain:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Agung Ariwibowo pada tahun 2014

dengan judul “Penanaman Nilai Disiplin di Sekolah Dasar Negeri

Suryowijayan Yogjakarta.” Dalam penelitian ini menekankan kepada unsur-

unsur disiplin yang ditetapkan di sekolah. Penelitian ini tidak dijelaskan

bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan disiplin siswa.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Avif Roy Rahman pada tahun 2012 yang

berjudul “Pengaruh Motivasi, Lingkungan, dan Disiplin terhadap Prestasi

Belajar Siswa pada Jurusan Teknik Audio Video SMK Negeri 3 Yogjakarta.”

Dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar

siswa.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Untung Wahyuhadi pada tahun 2011

dengan judul “Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga.”

28

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang kebijakan sekolah adiwiyata di

SMK Negeri 1 Salatiga. Di dalam penelitian ini tidak dijelaskan tingkat

kedisiplinan warga sekolah.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Reni Indrawati pada tahun 2013 dengan

judul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Program Adiwiyata Melalui

Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif di SMK Negeri 1 Turen.” Dalam

penelitian ini memaparkan pelaksanaan pendidikan karakter dalam program

Adiwiyata melalui kegiatan partisipasif di SMKN 1 Turen.

Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, persamaan dari

penelitian ini dengan yang terdahulu adalah sama-sama membahas tentang

sekolah adiwiyata dan disiplin. Perbedaan penelitian ini terhadap hasil

penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini menggabungkan sekolah

adiwiyata dengan disiplin.

29

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir menjelaskan secara teoritis hubungan antara variable

yang akan diteliti. Sehingga, pada setiap penyusunan penelitian harus

didasarkan pada kerangka pikir.

Keberadaan Sekolah Adiwiyata terhadap Kedisiplinan di SD Negeri Temas 01 Kota Batu

Semakin banyaknya sekolah yang mengikuti program sekolah adiwiyata. Keuntungan dari program ini adalah menjadikan warga sekolah berdisiplin dan berwawasan lingkungan.

1. Bagaimana tingkat kedisiplinan seluruh warga sekolah di SDN Temas 01 Kota Batu?

2. Bagaimana tingkat kedisiplinan warga sekolah sebelum SDN Temas 01 Kota Batu menjadi sekolah Adiwiyata dan sesudah menjadi sekolah Adiwiyata?

3. Apa tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan tingkat kedisiplinan di lingkungan sekolah?

Pengumpulan Data Analisis Data

Observasi secara langsung kegiatan sekolah yang berhubungan dengan adiwiyata dan kedisiplinan

Wawancara terhadap kepala sekolah, tim adiwiyata tentang sekolah adiwiyata

Dokumentasi kegiatan di sekolah

Mereduksi data dengan cara merangkum, dan menfokuskan kepada hal-hal yang penting

Dilakukan penyajian data dengan menganalisis data yang sesuai dengan rumusan penelitian

Kesimpulan

Hasil Analisis

30

Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan

peneliti dalam penelitian adalah melakukan wawancara dengan kepala

sekolah dan tim Adiwiyata di SDN Temas 01 Batu. Wawancara yang

dilakukan berhubungan dengan analisis keberadaan sekolah Adiwiyata

terhadap kedisiplinan di SDN Temas 01 Kota Batu. Selanjutnya peneliti

mengobservasi secara langsung tingkat kedisiplinan di lingkungan SDN

Temas 01 Kota Batu. Setelah peneliti melakukan observasi secara langsung

selanjutnya akan ditemukan tingkat kedisiplinan warga sekolah sebelum

SDN Temas 01 menjadi sekolah Adiwiyata dan sesuadah SDN Temas 01

menjadi sekolah Adiwiyata. Peneliti dan pihak sekolah dapat bekerjasama

menyusun upaya untuk meningkatkan kedisipilinan warga sekolah SDN

Temas 01 Kota Batu. Untuk kegiatan dokumentasi dilakukan bersamaan

dengan observasi dan wawancara.