bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya
Para ahli mengemukakan pengertian matematika dengan berbeda-beda.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia (Ibrahim dan Suparni, 2009). Suminarsih (2007:1) mengungkapkan
”Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan konstribusi
positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis
dan berpikir logis". Menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007) mengemukakan
”Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-
hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak. Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif
dan dapat digunakan untuk mendidik dan melatih untuk berpikir secara logik”.
Matematika membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan dan perkembangan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sehingga disimpulkan
matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari konsep-konsep abstrak,
tersusun secara deduktif dan melatih siswa berpikir secara logis.
Pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar lebih
menekankan pada pembentukan logika, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran
matematika merupakan proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat
menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan
masalah. Belajar matematika dimulai dari konsep yang sederhana bertahap
menuju ke tahap yang lebih tinggi. Konsep diberikan mulai dengan benda-benda
konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang
lebih abstrak dengan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.
8
Sehingga penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep
matematika harus dipahami dengan benar sejak dini.
Menurut Soedjadi (2000:13) adapun karakteristik dari matematika antara
lain memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir
deduktif, memiliki simbol kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan,
dan konsisten dalam sistemnya. Keabstrakan objek-objek matematika perlu
diupayakan untuk diwujudkan secara lebih konkret. Seperti dikatakan oleh
Heruman (2007:1) bahwa usia perkembangan kognitif siswa SD masih terikat
dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Mata pelajaran
matematika pada satuan pendidikan SD/MI memiliki ruang lingkup yang mengacu
pada Standar Isi meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan
data.
Menurut Ibrahim dan Suparni (2009:36) tujuan pembelajaran matematika
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang di peroleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajarimatematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.2 Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajaran TAI memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut ahli.
Menurut Slavin (2005) bahwa Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) merupakan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran
kooperatif dengan pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-
masalah pengajaran individual yang tidak efektif. Para siswa bekerja dalam tim-
tim pembelajaran kooperatif, mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan
9
memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi
masalahu, dan saling mendorong untuk maju, dan guru membebaskan siswa
dengan memberikan pengajaran langsung kepada kelompok kecil siswa yang
homogen dan berasal dari tim-tim yang heterogen.
Pembelajaran TAI menurut Huda (2012) yaitu mengelompokkan siswa
berdasarkan kemampuannya yang beragam. Setiap kelompok terdiri 4 siswa untuk
menyelesaikan materi atau PR tertentu. Poin-poin tugas dibagikan secara
berurutan kepada setiap siswa. Siswa harus saling mengecek jawaban teman-
teman satu kelompoknya dan saling memberi bantuan jika dibutuhkan. Setiap
anggota diberi tes individu. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang
mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu
menyelesaikan PR dengan baik. Pemberian poin tambahan diberikan pada
individu-individu siswa yang memperoleh nilai rata-rata pada ujian final.
Awalnya, Pembelajaran TAI dirancang untuk mengajarkan matematika atau
ketrampilan menghitung kepada siswa SD kelas 3-6. Namun, seiring
perkembangannya, Pembelajaran TAI mulai diterapkan pada materi-materi
pelajaran yang berbeda.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012) bahwa Pembelajaran TAI
dikembangkan oleh Slavin, Leavy, dan Madden (1982) yaitu menggabungkan
pembelajaran kooperatif dan pengajaran klasikal berbasis individual.
Pembelajaran ini, siswa bekerjasama dengan kelompok dyad (2 orang) dan triad
(3 orang) untuk menjawab sejumlah masalah atau pertanyaan yang ada dalam
suatu paket pembelajaran dan diberi kewenangan menilai terhadap hasil kerja
temannya dalam tim yang sama. Para siswa mengerjakan kuis dan hasilnya dinilai
oleh kelompok lain. Di akhir pembelajaran mereka mengerjakan tes akhir dan
mendapatkan skor final. Bagi siswa yang memperoleh skor positif mendapatkan
penghargaan bagi hasil karyanya.
Sedangkan Sharan (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI
dikembangkan sebagai cara untuk menghasilkan pengaruh sosial dari
pembelajaran kooperatif sambil memenuhi kebutuhan yang beragam. Siswa
bekerja dalam kelompok pembelajaran saling membantu teman dalam belajar,
10
memberi umpan balik, dan mendorong untuk memahami materi dengan cepat dan
tepat. Siswa dikelompokkan secara heterogen dengan latar belakang berbeda
untuk menyelesaikan tugas secara individu dalam kelompok. Siswa yang kesulitan
dalam mengerjakan tugas, didorong untuk menanyakan kepada sesama teman
sekelompok.
Menurut Widyantini (2006:8) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Adapun ciri
khas Pembelajaran TAI adalah para siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah disediakan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke
dalam kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Diharapkan partisipasi dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika meningkat sehingga hasil belajar matematika meningkat. Menurut
Slavin (2005:195) Pembelajaran TAI terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
a) Teams. Para siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5orang.
b) Tes Penempatan. Siswa diberikan tes pra program dalam bidang operasimatematika pada permulaan pelaksanaan program. Siswa ditempatkanpada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerjasiswa dalam tes ini.
c) Materi–materi Kurikulum. Para siswa bekerja pada materi-materikurikulum individual yang mencangkup penjumlahan, pengurangan,perkalian, pembagian, angka, pecahan, decimal, rasio, persen, statistik, danaljabar. Masalah-masalah kata dan strategi penyelesaian masalahditekankan pada seluruh materi.
d) Belajar Kelompok. Para siswa mengerjakan unit-unit dalamkelompoknya, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:1) Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 atau 3 orang dalam
tim untuk melakukan pengecekan.2) Para siswa membaca halaman panduannya dan meminta teman satu tim
atau guru untuk membantu bila diperlukan. Selanjutnya siswa akanmemulai latihan kemampuan yang pertama dalam unit.
3) Masing-masing siswa mengerjakan empat soal pertama dalam latihankemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh temansatu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia, yang dicetakdengan urutan terbalik didalam buku. Apabila keempat soal tersebutbenar, siswa tersebut boleh melanjutkan ke latihan kemampuanberikutnya. Para siswa yang menghadapi masalah pada tahap ini
11
didorong untuk meminta bantuan dari timnya sebelum meminta bantuandari guru.
4) Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benardalam latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan tes formatifA, yaitu kuis yang terdiri dari sepuluh soal yang mirip dengan latihankemampuan terakhir. Siswa yang dapat mengerjakan delapan soal ataulebih dengan benar, teman satu tim akan menandatangani hasil tesuntuk menunjukkan siswa tersebut dinyatakan sah oleh teman satutimnya untuk mengikuti tes unit.
5) Tes formatif para siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yangberasal dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang sesuai.Dilanjutkan siswa menyelesaikan tes unit dan siswa pemeriksa akanmenghitung skornya.
e) Skor Tim dan Rekognisi Tim. Di akhir minggu guru menghitung jumlahskor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupioleh tiap anggota tim dan jumlah tes unit yang berhasil diselesaikandengan akurat. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim menjadiTim Super, kriteria sedang untuk menjadi Tim Sangat Baik, dan kriteriaminimum untuk menjadi Tim Baik. Tim-tim yang memenuhi kriteriasebagai Tim Super atau Tim Sangat Baik menerima sertifikat yangmenarik.
f) Kelompok Pengajaran. Setiap hari guru memberikan pengajaran selamasekitar 10-15 menit kepada dua atau tiga kelompok kecil siswa yang terdiridari siswa-siswa dari tim berbeda yang tingkat pencapaian kurikulumnyasama. Guru mengenalkan konsep-konsep utama kepada siswa. Para siswamenerima pengenalan konsep-konsepnya dalam kelompok pengajaransebelum mengerjakan soal-soal dalam unit-unit individual.
g) Tes Fakta. Seminggu dua kali, para siswa mengerjakan tes-tes faktaselama tiga menit. Siswa diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari dirumah untuk persiapan menghadapi tes-tes ini.
h) Unit Seluruh Kelas. Di akhir tiap tiga minggu, guru menghentikanprogram individual dan menghabiskan satu minggu mengajari seluruhkelas kemampuan semacam geometri, ukuran, serangkaian latihan, danstrategi penyelesaian masalah.
Berdasarkan pengertian Pembelajaran TAI menurut Huda (2011:125),
maka langkah-langkah Pembelajaran TAI sebagai berikut:
1) Setiap kelompok diberi serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakanbersama-sama.
2) Poin-poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota.3) Semua anggota harus saling mengecek jawaban teman-teman satu
kelompoknya dan saling memberi bantuan jika memang dibutuhkan.4) Setiap anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota yang lain.
Selama kegiatan tes individu berlangsung, guru harus memperhatikan
12
setiap siswa. Pemberian skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswamampu bekerja secara mandiri.
5) Guru menjumlahkan banyaknya soal yang bisa dijawab oleh masing-masing kelompok setiap minggunya. Penghargaan diberikan kepadakelompok yang mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyakdan mampu menyelesaikan PR dengan baik.
6) Guru memberikan poin tambahan kepada individu-individu siswa yangmampu memperoleh nilai rata-rata pada ujian final. Karena dalampembelajaran ini siswa saling mengecek pekerjaan satu sama lain, danguru juga memberikan penjelasan seputar soal-soal yang kebanyakandianggap rumit oleh siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran TAI menurut Warsono dan Hariyanto
(2012:199) sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan paket-paket pembelajaran aritmatika, baik untukpembelajaran klasikal maupun pembelajaran kooperatif serta berbagai alattes yang terdiri dari tes penempatan, tes formatif maupun tes akhir.
2) Dilaksanakan presentasi singkat oleh guru.3) Selama pembelajaran kooperatif, sekelompok kecil siswa yang heterogen
belajar bersama dalam sejumlah waktu yang telah ditetapkan, kemudianmendapat skor (nilai) bergantung kinerja seluruh anggota tim. Siswa-siswayang lebih berkompeten diberikan kesempatan untuk membantu siswa lainyang tertinggal agar skor kelompok cukup baik.
4) Kemudian, dalam pengajaran klasikal setiap siswa mengerjakan tugas-tugasnya sendiri sesuai paket yang telah ditentukan dan disiapkan olehguru. Pemberian skor dapat dilakukan oleh siswa atau guru, bergantungpada kesepakatan awal. Jika sejumlah besar pertanyaan atau masalah yangdiajukan dalam paket tersebut sudah selesai dikerjakan siswa secara benar,siswa tersebut dapat melanjutkan ke paket yang lain yang lebih tinggitingkat kesulitannya.
5) Tim yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi akan diberi predikatSuperteam, rata-rata cukup memperoleh penghargaan Greateam, nilai rata-rata minimal mendapat predikat Goodteam.
Menurut Widyantini (2006:9), adapun langkah-langkah Pembelajaran TAI
sebagai berikut:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materipembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkanskor dasar atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan(tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dariras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
13
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalamdiskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawabanteman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, danmemberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuisberikutnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) merupakan pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil
yang terdiri dari 3-5 orang secara heterogen dengan kemampuan berpikir berbeda-
beda untuk mengerjakan tugas yang sudah disiapkan guru secara individual dalam
kelompok. Para siswa bersama kelompoknya saling mengecek jawaban, saling
membantu satu sama lain dalam belajar dan diakhir mengerjakan tes individu.
Adanya pemberian penghargaan kepada kelompok siswa berdasarkan skor atau
nilai yang didapatkan selama mengerjakan tugas.
Berdasarkan pengertian Pembelajaran TAI yang telah disimpulkan, maka
peneliti menyimpulkan untuk menerapkan Pembelajaran TAI menggunakan
langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:
1) Siswa dibentuk kelompok kecil secara heterogen. Tiap kelompok terdiri
dari 4 siswa berdasarkan nilai tes formatif sebelumnya.
2) Siswa mengerjakan tugas LKS secara individu dalam kelompok.
3) Siswa yang telah selesai mengerjakan LKS diberi kesempatan saling
mengoreksi jawaban satu sama lain dalam kelompoknya dan membantu
anggota yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS.
4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil LKS di kelas.
5) Siswa bersama guru meluruskan hasil LKS.
6) Siswa mengerjakan tes individu berupa postes dengan mandiri.
7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa berdasarkan nilai
LKS kelompok pada akhir pertemuan setiap minggunya.
14
Pembelajaran TAI memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) menurut Wahyudi (2011)
sebagai berikut:
1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam tim atau kelompok.3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya.4) Menumbuhkan tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan masalah.5) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif.
Adapun kelemahan Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
menurut Wahyudi (2011) sebagai berikut:
1) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkanpada siswa yang pandai.
2) Tidak ada persaingan antar kelompok.3) Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini.4) Pengelolaan kelas yang dilakukan guru kurang baik maka proses
pembelajaran juga berjalan kurang baik.5) Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya
mengandalkan teman sekelompoknya.
Adapun pengukuran terhadap kegiatan guru dan siswa dalam menerapkan
Pembelajaran TAI menggunakan teknik observasi. Observasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu
(Sudjana, 2011:67). Observasi dilakukan oleh observer.
2.1.3 Motivasi Belajar
Motivasi belajar dipandang para ahli dengan berbeda-beda. Hilgard dalam
Sanjaya (2008:250) mengemukakan “Motivasi adalah suatu keadaan yang
terdapat dalam diri sesesorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009:80) bahwa motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Berbeda dengan pengertian motivasi yang telah dikemukakan diatas,
Yamin (2008:160) mengemukakan “Motivasi merupakan perilaku yang akan
menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan”. Motivasi
dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk melakukan tugas
15
tertentu dengan usaha maksimal. Senada dengan Yamin, Sanjaya (2008:250)
menegaskan “Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat dari
perilaku yang ditunjukkan seseorang”.
Pengertian motivasi yang berbeda pula dikemukakan oleh ahli lainnya.
Crowl, Kaminsky, dan Podell dalam Sumardjono (2004:26) mengemukakan
“Motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang yang
mengukur tindakannya dengan cara tertentu”. Djaali (2012:101) menyimpulkan
bahwa motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
Motivasi yang timbul karena dorongan dari dalam diri seseorang itu
bersifat psikologis. Lama kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang
tugas perkembangan manusia. Maka disimpulkan motivasi yang bersifat
psikologis tidak dapat dilihat dan diukur perubahan perilakunya dalam waktu
yang singkat.
Selain itu, motivasi yang dipandang sebagai kemampuan maupun perilaku
yang ditunjukkan seseorang dan dapat dilihat merupakan bagian dari hasil belajar
individu berupa aspek afektifnya. Perilaku yang dimaksud yaitu kegiatan-kegiatan
positif yang ditunjukkan individu. Motivasi ditumbuhkan melalui dorongan dari
luar saja, seperti penggunaan pembelajaran yang tepat sesuai kondisi siswa,
pemberian penghargaan dan pujian, maupun peran guru. Motivasi ini dapat diukur
dan dilihat dari perubahan perilaku siswa dalam belajar. Lain halnya motivasi
yang dipandang sebagai kekuatan dari dalam dan luar diri seseorang,
membutuhkan waktu yang bertahap dan lama untuk menumbuhkan kedua
motivasi secara bersamaan.
Berdasarkan definisi dan pembahasan motivasi sebagai hasil aspek afektif
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah perilaku yang dapat dilihat dan
ditunjukkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Hamdani (2011:21)
mengemukakan “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan”. Sehingga disimpulkan bahwa motivasi belajar
16
adalah perilaku positif siswa yang dapat dilihat dan ditunjukkan dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Perilaku positif berupa kegiatan yang ditunjukkan siswa seperti
mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, saling mengecek jawaban dalam
kelompok, membantu anggota yang kesulitan dalam belajar, dan aktif dalam
pembelajaran. Sedangkan tujuan tertentu yaitu tujuan SK dan KD yang telah
ditetapkan dalam KTSP. Sebagai acuan penelitian ini, aspek-aspek motivasi
belajar antara lain: perilaku siswa sebelum melaksanakan pembelajaran
matematika, perilaku siswa melaksanakan proses pembelajaran matematika,
perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran matematika. Dimyati dan
Mudjiono (2009:97) mengungkapkan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu, adanya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa,
kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar
dan pembelajaran, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Sanjaya (2010:261) berpendapat upaya membangkitkan motivasi belajar
siswa dapat dilakukan dengan cara memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
membangkitkan minat, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
memberikan pujian, memberikan nilai, memberikan komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa, dan menciptakan persaingan dan kerjasama. Motivasi dapat
dibangkitkan dengan cara lain yang sifatnya negatif yaitu, memberikan hukuman,
teguran, dan memberikan tugas yang sedikit berat. Namun sebaiknya
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara-cara positif yang tidak
merugikan siswa.
Sehingga pengukuran motivasi belajar dalam penelitian ini menggunakan
teknik angket. Angket yang digunakan berupa angket tertutup. Angket tertutup
yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
diminta memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√) (Riduwan, 2010:72).
Kategori motivasi belajar berdasarkan skor yang dapat dilihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1Kategori Motivasi Belajar
No Rentang Skor Kategori1. ≥ 60 Tinggi2. 41-59 Sedang3. ≤ 40 Rendah
Adopsi Riduwan (2010:216)
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan motivasi belajar dikelompokkan
menjadi tiga kategori. Adapun kategorinya terdiri dari tinggi, sedang, dan rendah.
Motivasi belajar dengan kategori tinggi jika memperoleh skor total ≥ 60, kategori
sedang jika memperoleh skor total 41-59, kategori rendah jika memperoleh ≤ 40.
2.1.4 Hasil Belajar
Setelah pembelajaran matematika dilaksanakan, guru mengadakan
evaluasi melalui tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa.
Adapun beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli. Sudjana (2011:22)
mengemukakan “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pengalaman memberikan
kemampuan-kemampuan dalam diri siswa. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono
(2009:3) mengemukakan “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar”.
Menurut Nasution (2006: 36) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu
interaksi kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru. Sedangkan Arifin (2001:47) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami
proses belajar mengajar, dimana mengungkapkannya menggunakan suatu alat
penilaian yang disusun oleh guru seperti tes evaluasi. Sehingga dapat disimpulkan
hasil belajar adalah kemampuan kognitif berupa nilai tes berbentuk angka yang
diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
18
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (2010:39) yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor
dari diri siswa terdiri dari kemampuan siswa, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis. Faktor dari luar diri siswa terdiri dari kualitas pengajaran. Supaya siswa
memperoleh hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang baik atau
memuaskan, perlu memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern.
Adapun pengukuran hasil belajar menggunakan teknik tes. Tes digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan pendidikan dan
pengajaran (Sudjana, 2011:35). Tes yang digunakan tes formatif berbentuk pilihan
ganda. Tes dilaksanakan di pertemuan akhir.
2.1.5 Hubungan Pembelajaran TAI dengan Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar
Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) merupakan
pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang
secara heterogen dengan kemampuan berpikir berbeda-beda untuk mengerjakan
tugas yang sudah disiapkan guru secara individual dalam kelompok. Para siswa
bersama kelompoknya saling mengecek jawaban, saling membantu satu sama lain
dalam belajar dan mengerjakan tes individu. Adanya pemberian penghargaan
kepada kelompok siswa berdasarkan nilai yang diperolehkan selama mengerjakan
tugas.
Sharan (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI dikembangkan
sebagai cara untuk menghasilkan pengaruh sosial dari pembelajaran kooperatif
sambil memenuhi kebutuhan yang beragam. Siswa bekerja dalam kelompok
pembelajaran saling membantu teman dalam belajar, memberi umpan balik, dan
mendorong untuk memahami materi dengan cepat dan tepat. Siswa
dikelompokkan secara heterogen dengan latar belakang berbeda untuk
menyelesaikan tugas secara individu dalam kelompok. Siswa yang kesulitan
dalam mengerjakan tugas, didorong untuk menanyakan kepada sesama teman
19
sekelompok. Pembelajaran ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa agar
mencapai tujuan. Yamin (2008:160) mengemukakan “Motivasi merupakan
perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai
tujuan”. Selain itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar pada siswa dapat dibangkitkan melalui siswa bekerja
menyelesaikan tugas dengan kemampuan masing-masing. Menciptakan siswa
aktif dan bekerjasama dengan kelompok. Siswa bersama kelompok menggunakan
kemampuan yang dimiliki untuk saling mengecek jawaban dengan bertukar
pendapat dan membantu anggotanya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Siswa menjadi lebih memahami materi karena menggunakan kemampuannya
sendiri dalam mengerjakan tugas maupun dengan bantuan kelompok. Agar siswa
puas dengan hasil kerjanya dan semakin senang mengikuti pembelajaran
matematika maka adanya penghargaan. Sehingga tingginya motivasi belajar siswa
cenderung hasil belajar akan tinggi. Disimpulkan bahwa Pembelajaran TAI dapat
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian relevan yang telah dilakukan peneliti-peneliti terdahulu.
Hasil penelitian oleh Linda Kurniawati (2012) berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangmojo II”.
Diperoleh bahwa Model Cooperative Learning Tipe TAI dapat meningkatkan
hasil belajar matematika dilihat dari peningkatan ketuntasan tahap pratindakan
40% meningkat menjadi 60% pada siklus I. Peningkatan ketuntasan KKM pada
siklus II menjadi 73%. Peningkatan siklus II telah memenuhi indikator
keberhasilan karena lebih dari 70% siswa tuntas KKM.
Hasil penelitian oleh Eny Siswanti (2011) berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas IV SDN Tegalasri 03 Kabupaten
Blitar”. Diperoleh bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dapat
20
meningkatkan hasil belajar matematika dilihat dari peningkatan ketuntasan pra
tindakan sebesar 36%, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 48% , siklus I pertemuan
2 sebesar 68%, siklus II pertemuan I sebesar 72% dan siklus II pertemuan 2
sebesar 80%.
Hasil penelitian oleh Siti Karyawati (2009) berjudul “Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika dengan Pembelajaran Koopertif tipe TAI
(Team Assisted Individualization) tentang Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa
Kelas VII E SMPN I Ngadiluwih”. Diperoleh bahwa Pembelajaran Kooperatif
Tipe TAI dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika.
Peningkatan motivasi belajar siswa memiliki rata-rata motivasi belajar siswa
sebesar 0,43 atau 11% dari Siklus I 2,97 atau 74,25% dan Siklus II 3,40 atau
85,25%. Hasil belajar mengalami peningkatan Siklus I ke Siklus II yaitu sebesar
7,22, pada Siklus I hasil belajarnya 76,78 dan Siklus II 84,00, begitu pula
ketuntasan belajar matematika siswa terjadi peningkatan sebesar 5,13% dari
Siklus I 82,05% ke Siklus II 87,18%.
2.3 Kerangka Pikir
Kondisi pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas 5 SD Negeri
Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, guru cenderung menggunakan
metode konvensional yaitu ceramah dan penugasan sehingga berdampak motivasi
belajar dan hasil belajar matematika pada siswa rendah. Siswa kesulitan
menyelesaikan tugas matematika dan dalam memahami materi matematika. Siswa
hanya mendengarkan penjelasan guru dan tampak mengantuk. Siswa kurang aktif
dalam bertanya dan takut menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga
hasil belajar matematika yang dicapai siswa pun rendah. Hasil belajar sebagian
besar siswa pada mata pelajaran matematika belum mencapai nilai KKM= 65.
Memperbaiki kondisi tersebut, peneliti bekerjasama dengan guru memilih
pembelajaran yang tepat yaitu menerapkan Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization).
Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dilakukan beberapa
tahapan yaitu siswa dibentuk kelompok kecil terdiri dari 4 siswa yang heterogen
21
berdasarkan nilai tes formatif sebelumnya. Siswa mengerjakan tugas LKS secara
individu dalam kelompok. Siswa yang telah selesai mengerjakan LKS diberi
kesempatan saling mengoreksi jawaban satu sama lain dan membantu anggota
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS. Setiap kelompok
mempresentasikan hasil LKS. Siswa bersama guru meluruskan hasil LKS. Siswa
mengerjakan tes individu berupa postes. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok siswa berdasarkan nilai LKS kelompok pada akhir pertemuan setiap
minggunya.
Pembelajaran TAI membuat siswa terbiasa menyelesaikan tugas dengan
kemampuan masing-masing dalam kelompok dan bekerjasama dalam kelompok
mengecek jawaban dan membantu anggotanya yang kesulitan dengan
pemahamannya. Sehingga siswa yang kesulitan dapat terbantu dalam
menyelesaikan tugasnya dan memahami materi dengan mudah. Siswa menjadi
aktif bertukar pendapat dalam mengecek jawaban dan dalam menjelaskan hasil
tugasnya bersama kelompok saat presentasi. Siswa dengan kelompoknya
bekerjasama menyelesaikan tugas dengan benar agar memperoleh nilai tertinggi.
Hasil kerja siswa bersama kelompoknya diberi penghargaan sehingga siswa akan
senang dan termotivasi dalam menyelesaikan tugas selanjutnya. Sehingga
motivasi belajar dan hasil belajar matematika yang dicapai siswa dapat meningkat.
Pembelajaran TAI dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai mencapai
keberhasilan belajar yaitu meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar
matematika. Dengan pemikiran seperti ini maka, dilakukan penelitian peningkatan
motivasi belajar dan hasil belajar matematika melalui Pembelajaran TAI (Team
Assisted Individualization) pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
2.4 Hipotesis Tindakan
Sesuai kerangka pikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut.
1) Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan
motivasi belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04
22
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.
2) Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.
3) Penerapan beberapa tahapan Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) dalam meningkatkan motivasi belajar matematika pada
siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
4) Penerapan beberapa tahapan Pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada
siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.