bab ii kajian pustaka -...

19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa, (Hamzah, 2009: 83). Dalam hal ini pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya membelajarkan siswa. Oleh karena itu, dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru saja, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal untuk mencapai tujuan tersebut adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar berfungsi optimal. Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2009: 17). Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antaranya kedua terjadi komunikasi intens dan terarah menuju suatu taget yang telah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam (Trianto, 2009: 19) adalah (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Dalam hal ini siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa melalui keseluruhan sumber belajar di mana siswa terlibat aktif dalam belajarnya dan

Upload: truongkiet

Post on 26-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa,

(Hamzah, 2009: 83). Dalam hal ini pembelajaran memiliki hakikat perencanaan

atau perancangan (desain) sebagai upaya membelajarkan siswa. Oleh karena itu,

dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru saja, tetapi berinteraksi

dengan keseluruhan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

ditentukan.

Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat

tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal untuk mencapai tujuan tersebut adalah

bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi

pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang

ada agar berfungsi optimal.

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar

lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2009: 17).

Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah

dari seorang guru dan siswa, di mana antaranya kedua terjadi komunikasi intens

dan terarah menuju suatu taget yang telah ditentukan sebelumnya.

Pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam

(Trianto, 2009: 19) adalah (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Dalam hal ini

siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir,

dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga

menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa.

Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa melalui

keseluruhan sumber belajar di mana siswa terlibat aktif dalam belajarnya dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

7

mengaitkan informasi sebelumnya dengan informasi yang baru untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science sendiri

berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari

social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan

alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai

ilmu pengetahuan alam saja, walaupun pengertian tersebut kurang pas dan

bertentangan dengan etimologi, Jujun Suriasumantri (Trianto 2010:136).

Menurut H.W Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan

dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

terutama atas pengamatan dan deduksi. Wahyana mengatakan bahwa IPA ialah

suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah. Kardi dan Nur mengatakan IPA mempelajari alam

semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi dan di luar angkasa, baik yang

dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera, (Trianto,

2010:136).

Menurut beberapa pengertian IPA di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

penerapannya secara umum hanya terbatas pada gejala-gejala alam yang

berkembang melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/ MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah, (Standar Isi 2006:161).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

8

2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/ MI diharapkan ada

penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah secara bijaksana. Mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.

(Standar Isi 2006:162).

2.1.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan Standar Isi (2006:162), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/ MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:cair, padat, dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

9

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Sesuai dengan Standar Isi (2006:168), berikut ini disajikan standar

kompetensi dan kompetensi dasar IPA di Sekolah Dasar Kelas IV Semester II.

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami berbagai bentuk energi

dan cara penggunannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8.1. Mendeskripsikan energi panas dan

bunyi yang terdapat di lingkungan

sekitar serta sifat-sifatnya.

8.4. Menjelaskan perubahan energi

bunyi melalui penggunaan alat musik.

2.1.2. Model Pembelajaran Group Investigation

2.1.2.1. Model Pembelajaran

Joyce (Trianto 2009:22) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-

buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Adapun Soekamto dkk (Trianto

2009:22) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

merencanakan pembelajaran di kelas yang disusun secara sistematis untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

10

2.1.2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Hamruni (2012:224) dalam bukunya mengatakan bahwa ide model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation bermula dari perpsektif filosofis

terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan

atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey menulis sebuah buku Democracy and

Education (Arends,1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,

bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai

laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.

Hamruni (2012:224) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa pemikiran

Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, 1996) adalah: (1) siswa hendaknya

aktif, learning by doing, (2) belajar hendaknya didasari motivasi instrinsik, (3)

pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap, (4) kegiatan belajar

hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, (5) pendidikan harus

mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling

menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting, (6)

kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.

Trianto (2012:78) dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajran

group investigation dikembangkan pertama kali oleh Herbert Thelen. Dalam

perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari

Universitas Tel Aviv. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan

miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi

(Hamruni, 2012: 225).

Model group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik

dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang

mendalam. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi

yang baik maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill).

Group investigation atau investigasi kelompok guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa secara heterogen

kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan minat yang sama

dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik tertentu untuk diselidiki

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

11

dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutmya

kelompok menyiapkan dan mempresentasikannya di depan kelas.

Guru dalam model pembelajaran group investigation lebih berperan

sebagai fasilitator yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu

siswa dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok), Bruce

Joyce (2009:323). Selain sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai konselor,

konsultas, maupun sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan

dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan

perseorangan. Peranan guru terkait dengaan proses pemecahan masalah adalah

berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.

Pengelolaan ditampilkan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan

pengoganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan

perseorangan berkenaan dengan pengorganisasian oleh kelompok dan bagaimana

membedakan kemampuan perseorangan. Group investigation adalah salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kerja sama antara guru dan

siswa dalam pembelajaran.

Sarana penunjang model group investigation adalah Lembar Kerja Siswa

(LKS), peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi

atau ruang kelas yang sudah ditata untuk pembelajaran dengan model group

investigation.

2.1.2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation

Hamruni (2012:225) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif

group investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin,1995), yaitu :

1. Grouping

Grouping adalah menetapkan jumlah anggota kelompok secara

heterogen, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan

pemasalahan. Tahapan ini menekankan pada permasalahan di

mana siswa mengajukan atau memilih topik dan saran. Kemudian

siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

12

satu kelompok. Dalam hal ini peran guru adalah membatasi jumlah

kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan

memudahkan pengaturannya.

2. Planning

Planning yaitu menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimaa

mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya. Pada tahap ini

anggota kelompok menentukan topik yang akan diinvestigasi

dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta

mengumpulkan sumber untuk menyelesaikan masalah.

3. Investigation

Invetigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,

klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalis data, dan

menarik kesimpulan. Peran guru pada tahap ini secara ketat

mengikuti kemajuan tiap kelompok dan membimbing kelompok

jika diperlukan.

4. Organizing

Organizing yaitu mengatur penulisan dan pelaporan anggota

kelompok merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji,

moderator, dan notulis. Setiap kelompok telah menunjuk salah

satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil akhir

penyelidikannya. Peran guru di sini sebagai penasehat membantu

memastikan setiap kelompok ikut andil di dalamnya.

5. Presenting

Presenting yaitu salah satu wakil kelompok menyajikan,

kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi,

mengajukan pertanyaan, atau memberi tanggapan.

6. Evaluating

Evaluating, yakni setiap siswa melakukan koreksi terhadap

laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan

guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

13

melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada

pencapaian pemahaman.

2.1.2.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation

Tujuan pembelajaran kooperatif model group investiagtion adalah

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPA khususnya karena siswa dituntut

untuk menemukan dan menyelidiki topik masalahnya. Selain itu juga dapat

melatih siswa untuk berpikir kritis sehingga pengetahuan yang ada dalam diri

siswa berkembang. Pembelajaran dengan model group investigation dapat melatih

siswa untuk saling memahami dan menghormati satu sama lain dan meningkatkan

solidaritas siswa.

2.1.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Model Group

Investigation

Model group investigation mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

model lainnya yaitu :

1. Siswa menjadi lebih mandiri dalam mencari informasi tentang

materi yang akan dipelajarinya.

2. Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi.

3. Siswa mempunyai kemahiran dalam berkomunikasi dengan

intelektual pembelajaran dalam mensintesiis dan menganalis.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran group investigation adalah :

1. Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka

akan menghambat dari pada tujuan pembelajaran.

2. Siswa yang tidak cocok denga anggota kelompoknya kurang bisa

bekerja sama dalam memahami materi maupun menyelesaikan

tugas.

3. Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya

dalam belajar kelompok.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

14

2.1.3. Hasil Belajar

Anni (2006:5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Sedangkan Mulyasa (2009:208), menyatakan bahwa penilaian hasil belajar pada

hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang

telah terjadi pada diri peserta didik. Menurut Prawiradilaga (2008, 69-70) salah

satu tujuan dari penilaian hasil belajar adalah mengukur tingkat pemahaman atas

materi yang baru saja diberikan. Dalam hal ini, penilaian bukan untuk

menentukan tingkat kepintaran seseorang peserta didik, tetapi cenderung untuk

memberi masukan kepada peserta didik. Penilaian dapat bersifat kognitif, dalam

bentuk pertanyaan yang harus mereka jawab di atas kertas atau harus melakukan

sesuatu hal.

Menurut Sarwiji (2009:47-48), aspek kognitif belajar dapat diukur dengan

assesmen bersifat objektif dan subjektif. Assesmen bersifat objektif seperti

berbagai jenis tes (isian singkat, pilihan ganda), sedangkan assesmen subjektif

diterapkan jika kemampuan yang akan diukur terkait dengan pendapat yang

diuraikan dalam bentuk pertanyaan essay. Hal lain yang dapat dilakukan adalah

melalui pengamatan. Pengamatan juga dapat diselenggarakan untuk

mengantisipasi perilaku belajar mereka yang tidak dapat diukur melalui penilaian

kognitif. Pengamatan dengan menggunakan berbagai format instrument seperti

daftar cek, skala sikap, skala likert, dan sebagainya digunakan untuk mengukur

aspek belajar afektif dan psikomotor.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang garis besar

membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ella

(2004:59)

1. Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif terdapat enam aspek, yaitu :

a. Pengetahuan, didefinisikann sebagai ingatan terhadap hal-hal

yan telah dipelajari sebelumnya. Hal ini termasuk mengingat

bahan-bahan, benda-benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil

belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

15

b. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memaham materi bahan. Hasil belajar dari pemahaman lebih

maju dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat

rendah.

c. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi

konkret, nyata, atau baru. Hasil belajar untuk kemampuan

menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.

d. Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan lebih

materi ke dalam bagian-bagian atau yang lebih terstruktur dan

mudah dimengerti. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan

kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan

menerapkan.

e. Sintensis, merupakan kemampuan untuk mengumpulkan

bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan

menyeluruh. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku

kreatif denagn mengutamakan perumusan pola atau struktur

baru dan unik.

f. Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan

menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar

penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab

berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran

untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan

kriteria.

2. Ranah afektif

Menurut Ella(2004:62) ada 5 tingakatan dalam ranah afektif ini,

yaitu :

a. Penerimaan, yaitu kesadaran atau kepekaan yang disertai

keinginan untuk bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda,

atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan

kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

16

b. Respon atau jawaban, merupakan kemampuan menerima

tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala

tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu

komitmen untuk berperan serta berdasarkan penerimaan.

c. Penilaian, merupakan kemampuan memberikan penilaian

terhadap gagasan, benda, bahan, atau gejala. Hasil belajar

penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitugkan,

dan dinilai orang lain.

d. Pengelolaan atau pengaturan, merupakan kemampuan

mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan

perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan

kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis

dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

e. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam

perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan

dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya

secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku

seimbang, harmonis dan bertanggung jawab dengan standar

nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Ella (2004:63), hasil belajar psikomorik tampak dalam bentuk

ketrampilan (skill). Tingkatan ranah psikomotorik yaitu :

a. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa

belajar dalam menanggapi stimulus.

b. Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang

terbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan

yang lebih kompleks.

c. Gerakan tanggapan (perceptual), merupakan penafsiran

terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu

menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

17

d. Kegiatan fisik,merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan

otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan

kekuatan suara.

e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui

gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini meretang dari ekspresi

mimik muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit.

Beberapa pengertian hasil belajar dari para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada diri peserta didik

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mengukur tingkat

pemahaman atas materi yang baru saja diberikan.

Penilaian hasil belajar mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Penilaian Formatif

Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung. Penilaian formatif berorientasi pada proses, yang

akan memberikan informasi kepada guru apakah program atau

proses belajar mengajar masih perlu diperbaiki.

2. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit rogram misalnya

penilaian yang dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester

atau akhir tahun. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui

hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh siswa telah

mencapai kompetesi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian

ini berorientasi pada produk atau hasil. Di antara penilaian

formatif dan penilaian sumatif, terdapat Tes Sub Sumatif. Penilaian

ni bisa dilaksanakan di akhir bab pelajaran (ujian blok).

3. Penilaian Selektif

Penilain yang dilaksanakan dalam anga menyeleksi atau

menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba-

lomba tertentu termask jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan

yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi penerimaan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

18

mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekrutmen

tenaga kerja.

4. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian

semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan

belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-

lain.

5. Penilaian Penempatan

Penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat

yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan

belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan

belajar untuk program itu. Dengan kata lain penilaian ini

berorientasi ada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru

dan kecocokan program belajar dengan kemampuan yang telag

dimiliki siswa.

Teknik penilaian sebagai alat evaluasi hasil belajar terdapat 2 macam,

yaitu :

1. Teknik Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),

dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan),

Sudjana (2010:35). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur

hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan

bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Suharsimi

Arikunto (2001:32) mengatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Sudjana (2010:35) ada dua jenis tes, yakni tes uraian atau tes esai

dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian

berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

19

pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan,

dan isian pendek atau melengkapi.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik

penilaian tes adalah suatu alat penilaian yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan, tulisan, atau perbuatan yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Teknik Nontes

Menurut Sudjana (2010:104) alat-alat penilaian hasil dan proses belajar

mengajar, di samping berupa tes, bisa digunakan juga teknik wawancara,

kuisioner, observasi, skala, sosiometri, studi kasus, dll. Alat-alat penilaian tersebut

sering dikategorikan ke dalam istilah bukan tes atau nontes. Sementara Suharsimi

Arikunto (2001:32) menyebutkan teknik penilaian non tes terdiri dari skala

bertingkat (rating scale), kuesioner (questionair), daftar cocok (check list),

wawancara (interview), pengamatan (observation), riwayat hidup.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

penilaian nontes meliputi:

a. Wawancara (interview)

Suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari

responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak

karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan

untuk mengajukan pertanyaan.

b. Kuesioner (questionair)

Kuesioner juga sering dikenal dengan angket. Kuesioner adalah

sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden).

c. Pengamatan (observation)

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

20

d. Sosiometri

Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan

sosial siswa di kelasnya atau di dalam kelompoknya.

e. Studi kasus

Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi

siswa secara mendalam dalam kurun waktu tertentu.

f. Skala bertingkat (rating scale)

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap

sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang diletakkan

secara bertingkat dari rendah ke yang tinggi dengan jarak yang

sama.

g. Daftar cocok (check list)

Daftar cocok atau check list adalah deretan pernyataan singkat

dimana responden memberika tanda cek (v) di tempat yang sudah

disediakan.

h. Riwayat Hidup

Riwayat hidup adalah gambaran keadaan seseorang dalam masa

hidupnya.

2.2. Kajian Hasil Penelitian

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh

beberapa peneliti menggunakan model pembelajaran group investigation.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Mata Pelajaran IPA di

Kelas IV SD Negeri 147 Palembang (Vera Sandria:2012). Subjek penelitian

tersebut adalah siswa kelas IVA SD Negeri 147 Palembang pada semester genap

tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 40 orang siswa. Keberhasilan

penelitian ini diamati berdasarkan presentase ketuntasan hasil belajar siswa yang

diperoleh dari nilai ujian setiap akhir siklus. Siswa dinyatakan tuntas belajar

apabila telah mencapai nilai ≥60 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apaila

telah mencpai angka 85% siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Hasil penelitian

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

21

tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan nilai rata-rata hasil ujian setiap

akhir siklus dan ketuntasan hasil belajar siswa secara berturut-turut sebelum diberi

tindakan, setelah diberi tindakan siklus 1 dan siklus 2 adalah 41,02%, 80%, dan

92,5%. Nilai rata-rata hasil ujian akhir siklus secara berturut-turut yaitu 43,58;

70,25; dan 79,5. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah dengan menggunakan

model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Kelemahan dari penelitian tersebut adalah siswa yang pasif akan mengalami

kesulitan jika menggunakan model group investigation. Tindak lanjut dari

penelitian tersebut adalah meningkatkan keaktifan siswa yang hasil belajarnya

kurang sehingga dapat seimbang dengan siswa yang hasil belajarnya tinggi.

Penelitian menggunakan model pembelajaan group investigation juga

dilakukan oleh Taufiq, Ahmad (2011) dengan judul Peningkatan Pembelajaran

IPA Siswa Kelas IV Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Group

Investigation di SDN Klampok 03 Singosari. Subjek yang dilakukan pada

penelitian tersebut adalah siswa kelas IV SDN Klampok 03 Singosari yang

berjumlah 41 siswa yang terdiri dari 26 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Berdasarkan hasil obsevasi yang ditemukan bahwa di SDN Klampok 03

Singosari, khususnya pada kelas IV guru belum pernah menggunakan model

group investigation dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajarannya guru

hanya berceramah, tanya jawab, dan memberikan tugas sehingga kurang

mengaktifkan siswa. Dari nilai siswa pada materi gaya gesek diperoleh rata-rata

55,75 dan ketuntasan kelas 39,02%. Sedangkan SKM yang ditentukan adalah 65%

untuk ketuntasan kelas. Setelah peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif group investigation terjadi peningkatan keaktifan siswa dari 53,33 pada

awal siklus I menjadi 63,17 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari

rata-rata 55,75 dan ketuntasan kelas 39,02% sebelum tindakan menjadi rata-rata

67,05 dan ketuntasan kelas mencapai 65% pada akhir siklus II. Kelebihan dari

penelitian tersebut adalah dengan menggunakan model group investigation dapat

meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Kelemahan dari penelitian

tersebut adalah jumlah siswa yang terlalu banyak menyebabkan pembagian

kelompok kurang efektif. Tindak lanjut dari penelitian tersebut adalah melakukan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

22

persiapan yang matang dalam mengorganisasi kelompok mulai pada tahap

pertama yaitu pemilihan topik berdasarkan minat dan kesukaan sampai pada tahap

terakhir yaitu evaluasi. Pembagian juga harus dilakukan secar heterogen dengan

jumlah anggota kelompok tidak terlalu banyak untuk menghindari

ketidakefektifan pembelajaran dalam kelompok.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang pada pembelajaran IPA di Kelas 4 masih

bersifat teacher centered dan sulit bagi siswa sehingga menyebabkan hasil beajar

IPA siswa masih di bawah KKM yang telah ditentukan.

Hal tersebut dapat diatasi, peneliti melakukan perbaikan proses

pembelajaan melalui model kooperatif group investigation. Pembelajaran group

investigation merupakan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan model group investigation yaitu siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok kemudian melaksanakan investigasi materi dan

mempresentasikan hasil investigasi.

Pemanfaatan model group investigation diharapkan mampu meningkatkan

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen

Kabupaten Temanggung. Dari uraian di atas dapat digambarkan alur pemikiran

yang menggambarkan secara singkat konsep penelitian yaitu sebagai berikut :

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

23

Gambar 1

Kerangka Pikir

Guru

Guru menjelaskan

materi energi panas

menggunakan metode ceramah

(teacher centered).

Siswa

Siswa jenuh dalam

pembelajaran.

Siswa pasif dalam

pembelajaran.

Perbaikan model pembelajaran yang

melibatkan keaktifan

siswa.

Model

pembelajaran

group investigation

Hasil Belajar siswa belum

maksimal.

Hasil belajar di bawah KKM yang

ditetapkan sekolah yaitu 67.

Investigation

Siswa melakukan investigasi kelompok

tentang bunyi, dimana

setiap kelompok

menginvestigasi topik

yang berbeda.

Presenting

Perwakilan siswa

tiap kelompok

mempresentasikan hasil investigasi

kelompok tentang

bunyi.

Organizing Siswa mengatur

dan menyiapkan

presentasi laporan tentang

bunyi.

Planning

Siswa

merencanakan

tugas dan melakukan

pembagian tugas

kelompok.

Grouping

Siswa menetapkan anggota kelompok

dan memilih topik

tentang bunyi.

Melakukan pengamatan

Evaluating

Siswa dan guru

berkolaborasi

mengevaluasi

pembelajaran tentang bunyi.

Siswa mengerjakan tes

evaluasi secata tertulis.

Siswa aktif dalam

pembelajaran.

Hasil belajar

siswa meningkat.

Tindak lanjut kagiatan guru: guru melakukan

tes perbaikan,

pengayaan, dan tugas

rumah (PR).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3764/3/T1_292009003_BAB II.pdf · ... (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar ... menjaga

24

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis

tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA

tentang bunyi dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran

2012/ 2013.