bab ii kajian pustaka e. deskripsi teorirepository.ump.ac.id/1024/3/bab ii.pdf · didengar. jadi,...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA E. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Mustari (2014:85), menyatakan bahwa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar.Sikap ingin tahu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku seseorang yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Sejalan dengan hal itu, menurut Kemdiknas rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang telah dipelajari, dilihat, dan didengar. Jadi, rasa ingin tahu merupakan suatu sikap atau perilaku yang ingin mengeksplorasi, menginvestivigasi dan belajar terhadap sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini yang mendorong seseorang untuk mendekati, mengamati dan mempelajari sesuatu yang dilihat maupun didengar. Pepatah mengatakan, “malu bertanya sesat di jalan”. Pepatah ini sangat relevan dengan karakter ingin tahu pada berbagai hal. Rasa ingin tahu selalu menyisakan rasa penasaran. Penasaran inilah yang bisa mengantarkan seseorang untuk selalu bertanya dan menyimpan kekhawatiran terhadap sesuatu yang ingin diketahuinya.Itulah

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    E. Deskripsi Teori

    1. Rasa Ingin Tahu

    a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

    Mustari (2014:85), menyatakan bahwa ingin tahu adalah emosi

    yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti

    eksplorasi, investigasi, dan belajar.Sikap ingin tahu juga dapat

    digunakan untuk menunjukkan perilaku seseorang yang disebabkan

    oleh emosi ingin tahu.

    Sejalan dengan hal itu, menurut Kemdiknas rasa ingin tahu

    adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

    lebih mendalam dan meluas dari apa yang telah dipelajari, dilihat, dan

    didengar. Jadi, rasa ingin tahu merupakan suatu sikap atau perilaku

    yang ingin mengeksplorasi, menginvestivigasi dan belajar terhadap

    sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini yang mendorong

    seseorang untuk mendekati, mengamati dan mempelajari sesuatu yang

    dilihat maupun didengar.

    Pepatah mengatakan, “malu bertanya sesat di jalan”. Pepatah ini

    sangat relevan dengan karakter ingin tahu pada berbagai hal. Rasa

    ingin tahu selalu menyisakan rasa penasaran. Penasaran inilah yang

    bisa mengantarkan seseorang untuk selalu bertanya dan menyimpan

    kekhawatiran terhadap sesuatu yang ingin diketahuinya.Itulah

  • 8

    sebabnya mereka senang mengeksplorasi, belajar, dan menemukan hal-

    hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

    Untuk mengembangkan rasa ingin tahu dapat dilakukan dengan

    berbagai cara seperti :

    1) Belajar bersama.

    Belajar bersama sejak dini dapat membantu perkembangan otak.

    Disamping itu, dengan belajar bersama juga dapat mencerdaskan

    anak dan dapat pula untuk mengembangkan rasa percaya diri anak.

    2) Belajar lewat benda.

    Belajar melalui benda dapat mengasah indera anak dan dapat untuk

    meluangkan rasa gembira dan emosinya. Rasa emosi maupun

    gembira dapat membantu mempercepat rasa ingin tahu anak.

    Rasa ingin tahu itu amatlah penting. Semua orang pemikir besar,

    para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu.

    Sebut saja Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci

    adalah orang-orang besar yang hidup dengan rasa ingin tahu. Jadi jika

    para guru ingin menjadikan siswa-siswanya sebagai pemikir-pemikir

    besar nan jenius, maka ia harus mengembangkan rasa ingin tahu

    mereka.

    Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif. Tidak ada

    hal yang lebih bermanfaat sebagai modal belajar selain pikiran yang

    aktif. Siswa yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik, di mana

    siswa dalam belajar harus secara aktif membangun pengetahuannya.

  • 9

    2. Prestasi belajar

    Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

    Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

    usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan „hasil

    belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan

    dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek

    pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam

    berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan

    pendidikan, khususnya pembelajaran.

    Prestasi belajar menurut Arifin (2012: 12) merupakan suatu

    masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena

    sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar pestasi menurut

    bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement)

    semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi

    utama, antara lain:

    a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

    b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

    keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

    manusia”.

    c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapapt dijadikan pendorong bagi

    peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

    dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan

    mutu pendidikan.

    d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

    belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

    institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

    relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator

    ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat

  • 10

    dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

    Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan

    kebutuhan masyarakat.

    e. Prestasi belajar dapat dijadikan indicator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi

    fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang

    diharapkan dapat mmenyerap seluruh materi pelajaran.

    Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka

    betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta

    didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi

    prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang

    studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di

    samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi

    guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat

    menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau

    bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

    Arifin (2012: 16) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya,

    antara lain “sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk

    keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk

    keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk

    menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”.

    Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran

    sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling

    berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen

    pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran,

    salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan

  • 11

    demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi mempunyai

    kedudukan yang sangat penting dan strategis karena evaluasi merupakan

    suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri.

    3. Pengertian Belajar

    a. Pengertian belajar

    Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses

    usaha yang dilakukakan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat

    maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam

    diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

    Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:

    1) Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan

    menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia

    merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

    Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,

    kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi

    perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam

    keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam

    pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak

    menyadari akan perubahan itu.

    2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

    seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

    Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan

    berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses

    belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis,

    maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis

    menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga

    kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia

  • 12

    dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat

    menulis dengan kaapur, dan sebagainya.

    3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

    bertammbah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih

    baik dari sebelumnya.

    b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Slameto (2010: 54) menyebutkan faktor-faktor yang

    mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

    menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

    Faktor intern adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar,

    sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

    1) Faktor-faktor intern, meliputi: a) Faktor Jasmaniah

    Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

    bagaian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

    keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

    terhadap belajarnya.

    b) Faktor Psikologis Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2)

    perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan,

    (7) kesiapan.

    c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

    (bersifat psikis).

    2) Faktor-faktor ekstern, meliputi: a) Faktor Keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

    berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara

    anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan

    ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang

    kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat.

    b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:

    (1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan

    siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah,

    (6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8)

    keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.

  • 13

    c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

    berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi

    karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor

    masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan

    siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman

    bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat.

    Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua

    faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berada

    dalam diri individu (intern) dan dalam luar individu yang belajar

    (ekstern).

    4. Matematika Sekolah Dasar

    a. Pengertian Matematika

    Pengertian matematika antara lain menurut James and James

    (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:4) bahwa matematika adalah ilmu

    tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep

    yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi

    dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometris.

    Suwangsih dan Tiurlina (2006:3) menyebutkan bahwa

    matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya,

    kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara

    analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga

    terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian agar konsep-konsep

    matematika dapat dipahami orang lain maka dimanipulasi

    menggunakan bahasa atau notasi matematika secara universal. Konsep

    matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah

    dasar terbentuknya matematika. Matematika menurut Ruseffendi

    (Heruman, 2010:1) adalah:

  • 14

    “bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima

    pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan

    struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

    didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

    posulat, dan akhirnya ke dalil”.

    Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tentang

    pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika

    merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar)

    dan logika yang menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio serta

    memiliki objek tujuan yang abstrak.

    b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Siswa sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7

    tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2010:1)

    mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang

    tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk

    mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan

    objek yang bersifat konkret. Menurut Suwangsih dan Tiurlina

    (2006:16) Matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan

    oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam

    kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis,

    sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunkan untuk

    mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

    Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan,

    matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar anak berusia 6 atau 7

    tahun. Sampai 12 atau 13 tahun. Pada pembelajaran matematika anak

  • 15

    dikenalkan mengenai bilangan atau benda-benda yang konkret dalam

    melakukan operasi perhitungannya.

    c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Menurut Depdiknas (2009:1) secara umum terdapat empat

    tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran

    matematika di dalam pembelajaran, yaitu:

    1) Penanaman Konsep Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan

    awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini

    pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat

    peraga.

    2) Tahap Pemahaman Konsep Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan

    setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat

    peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai

    pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

    3) Tahap Pembinaan Keterampilan Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang

    tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap

    bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti

    mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat

    peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

    4) Tahap Penerapan Konsep Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang

    sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang

    berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga

    sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

    d. Materi Geometri di Kelas IV SD

    Geometri merupakan mata pelajaran yang kaya akan materi

    yang dapat dipakai untuk memotivasi yang dapat menarik perhatian

    dan imajinasi murid-murid dari tingkat dasar sampai murid-murid

    tingkat sekolah menengah dan bahkan yang lebih tinggi lainnya.

    Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi geometri di kelas

    IV SD yaitu :

  • 16

    1) Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang: balok dan kubus

    2) Menyebutkan dan menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun

    ruang yang diberikan.

    3) Menggambar dan membuat berbagai jarring-jaring kubus dan

    balok.

    Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar

    matematika materi geometri

    Tabel 2.1 SK dan KD Matematika Kelas IV materi Geometri

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    8. Memahami sifat bangun

    ruang sederhana dan

    hubungan antar bangun datar

    8.1 Menentukan sifat-sifat bangun

    ruang sederhana.

    8.2 Menentukan jaring-jaring

    balok dan kubus.

    1) Mengenal Sifat-sifat Bangun Ruang

    a) Sifat-SifatBalok

    Balok terdiri dari:

    6 bidang sisi, yaitu:

    Sisi bawah ABCD sisi kanan BCGF

    Sisi atas EFGH sisi depan ABFE

    Sisi kiri ADHE sisi belakang DCGH

    8 titik sudut, yaitu:

    Titik sudut A, B, C ,D, E, F, G, dan H

  • 17

    12 rusuk, yaitu:

    Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH

    dan HE.

    Setelah bagian-bagian dari balok dipahami sekarang

    kita perhatikan sifat-sifat balok.

    Terdapat 3 pasang sisi yang sama luasnya, yaitu:

    Sisi bawah ABCD = sisi atas EFGH

    Sisi kiri ADHE = sisi kanan BCGF

    Sisi depan ABFE = sisi belakang DCGH

    Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar (//), yaitu:

    Sisi bawah ABCD // sisi atas EFGH

    Sisi kiri ADHE // sisi kanan BCGF

    Sisi depan ABFE // sisi belakang DCGH

    Terdapat 3 pasang rusuk yang sama panjang, yaitu:

    Rusuk AB = rusuk DC = rusuk EF = rusuk HG

    Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH

    Rusuk AD = rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH

    Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar (//), yaitu:

    Rusuk AB // rusuk DC // rusuk EF // rusuk HG

    Rusuk AE // rusuk BF // rusuk CG // rusuk DH

    Rusuk AD // rusuk BC // rusuk FG // rusuk EH

  • 18

    b) Sifat-SifatKubus

    Kubus terdiri dari:

    6 bidangsisi, yaitu :

    Sisi bawah KLMN

    Sisi atas OPQR

    Sisi kiri KNRO

    Sisi kanan LMQP

    Sisi depan KLPO

    Sisi belakang NMQR

    8 titik sudut, yaitu:

    Titik sudut K, L, M, N, O, P, Q, dan R

    12 rusuk yaitu :

    Rusuk KL, LM, MN, NK, KO, LP, MQ, NR, OP, PQ, QR,

    dan RO

    Setelah bagian-bagian dari kubus dipahami sekarang

    kita perhatikan sifat-sifat kubus.

    Terdapat enam sisi yang sama luasnya, yaitu :

    Sisi KLMN = OPQR = KNRO = LMQP = KLPO = NMQR

  • 19

    Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar (//),

    Artinya jika dua sisi diperpanjangt tidak akan berpotongan,

    yaitu :

    Sisi bawah KLMN // sisi atas OPQR

    Sisi kiri KNRO // sisi kanan LMQP

    Sisi depan KLPO // sisi belakang NMQR

    Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar (//),

    Artinya jika dua rusuk diperpanjang tidak akan

    berpotongan, yaitu :

    Rusuk KL // rusuk MN // rusuk QR // rusuk OP

    Rusuk KO // rusuk LP // rusuk MQ // rusuk NR

    Rusuk KN // rusuk LM // rusuk PQ // rusuk OR

    Keduabelas rusuknya sama panjang, yaitu :

    Rusuk KL = LM = MN = NK = KO = LP = MQ = NR =

    OP = PQ = QR = RO

    c) Sifat-sifat kerucut :

    TITIK PUNCAK

    SISI LENGKUNG

    SISI ALAS

  • 20

    Sifat-sifat kerucut sebagai berikut :

    Memiliki 2 buah sisi, yaitu sisi lengkung dan sisi alas.

    Memiliki sebuah rusuk lengkung.

    Memiliki sebuah titik sudut yang disebut titik puncak

    d) Sifat-sifat Tabung :

    SISI ATAS

    SISI

    LENGKUNG

    SISI BAWAH

    Sifat-sifat tabung adalah sebagai berikut :

    Memliliki 3 buah sisi, yaitu sisi atas, sisi lengkung, dan sisi

    bawah.

    Memiliki 2 rusuk lengkung yang berbentuk lingkaran.

    Tidak memiliki sudut

    e) Sifat-sifat Bola :

    SISI LENGKUNG

  • 21

    Sifat-sifat bola sebagai berikut :

    Memiliki sebuah sisi lengkung yang mentupi seluruh

    bagian ruangnya

    Tidak memiliki titik sudut.

    2) Jaring-jaring Bangun Ruang

    a) Kubus

    Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang terbentuk

    oleh enam buah sisi yang saling berbatasan dimana tiap sisi

    tersebut berbentuk persegi dengan ukuran yang sama besar.

    Sehingga apabila kita membelah sebuah kubus kemudian

    meletakkannya pada posisi mendatar akan diperoleh jaring-

    jaring kubus yang merupakan susunan dari enam buah persegi

    seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

    b) Balok

    Sama halnya seperti kubus, balok juga terdiri dari enam

    buah sisi akan tetapi ukuran sisi pada balok berbeda. Ada 3

    http://2.bp.blogspot.com/-EbGz2P340Ik/VK0KU3IVZOI/AAAAAAAAG9s/cVMB0siLuAs/s1600/Jaring+-+Jaring+Kubus.jpg

  • 22

    pasang sisi yang memiliki ukuran sama. Sehingga jika

    digambarkan, jaring-jaring dari sebuah balok akan menjadi

    seperti ini:

    5. Pembelajaran Brunner

    a) Pengertian Pembelajaran Brunner

    Dalam Nyimas Brunner menyatakan, melalui teorinya

    mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi

    kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang

    dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam

    memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang

    ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan

    pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya

    itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan

    intuitif yang telah melekat pada dirinya. Peran guru dalam

    penyelenggaraan pelajaran tersebut, (a) perlu memahami struktur mata

    pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat

    menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami

    dengan benar, (c) pentingnya nilai berpikir induktif.

    http://3.bp.blogspot.com/-SXqrkuUNVGg/VK0KU0sXpvI/AAAAAAAAG9g/ZKxoosgl-G0/s1600/Jaring+-+Jaring+Balok.jpg

  • 23

    b) Tahap Pembelajaran Bruner

    Bila dikaji ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori

    Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut:

    1) Model Tahap Enaktif

    Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan

    anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik)

    objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana

    pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan

    benda-benda konret atau menggunakan situasi yang nyata, pada

    penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.

    Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu.

    Pada tahap enaktif ini untuk mempelajari materi geometri

    di kelas IV SD mengunakan benda-benda yang bersifat konkret

    (nyata) seperti contoh kubus, balok, tabung, kerucut. Ini bertujuan

    agar siswa lebih mudah dalam memahami konsep dasar

    matematika materi geometri di kelas IV. Tidak hanya

    menggunakan gambar saja tetapi mereka juga dapat melihat secara

    langsung bentuk asli bangun kubus, balok, kerucut, tabung, dan

    bola.

    2) Model Tahap Ikonik

    Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan

    pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui

  • 24

    serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,

    berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-

    objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi

    objek seperti yang dilakuan siswa dalam tahap enaktif.

    Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu

    pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan

    (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery),

    gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret

    atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di

    atas. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir.

    Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan menggunakan

    penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan kepenyajian

    simbolik yang didasarkan pada berpikir abstrak.

    Dalam tahap ikonik untuk mempelajari materi geometri

    menggunakan gambar bangun ruang seperti kubus, balok, kerucut,

    tabung, dan bola. Hal ini bertujuan agar anak mengerti bagaimana

    bentuk balok, kubus, tabung, kerucut, dan bola. Mereka memahami

    bentuk bangun ruang menggunakan gambar.

  • 25

    3) Model Tahap Simbolis

    Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak

    memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

    Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek seperti pada tahap

    sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan

    notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap

    simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-

    simbol abstrak (abstarct symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang

    dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang

    bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf,

    kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika,

    maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

    Sebagai contoh, dalam mempelajari materi geometri,

    pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa

    mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret

    (misalnya memperlihatkan bagaimana bentuk bangun ruang balok

    dan kubus, mempelajari sifat-sifat balok dan kubus semuanya ini

    merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan

    dengan menggunakan gambar jaring-jaring balok dan kubus

    (sehingga mereka dapat membentuk bangun ruang balok dan kubus

    dengan menggunakan jaring-jaring tersebut. Pada tahap berikutnya

    yaitu tahap simbolis, siswa melakukan / membuat jaring-jaring

    balok dan kubus sendiri sehingga mereka dapat mengenali

    bagaimana bentuk, sifat balok dan kubus.

  • 26

    F. Penelitian Relevan

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Sugiarto tahun 2012 dalam “Journal of Primary Education”

    dengan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Geometri Berbasis Enaktif,

    Ikonik, Simbolik Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta

    Didik Sekolah Dasar” menyatakan bahwa:

    “The purpose of this study is to create a valid, practical and effective;

    enactive, iconic, and symbolic based (EIS) based elementary school

    learning instrument to initiate the students mathematical creative

    thinking (KBKS) in the subject area of basic shape”.

    Dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut

    mengindikasikan bahwa penggunaan modelpembelajaran Brunner dapat

    meningkatkan kemampuan siswa pada keahlian matematika dasar. Metode

    pembelajaran Bruner juga untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

    geometri Sekolah Dasar berbasis enakktif, ikonik, dan simbolik (EIS) yang

    valid, praktis dan efektif untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif

    matematis (KBKM) peserta didik pada materi pokok luas bangun datar

    sederhana. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut

    mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran Bruner dapat

    meningkatkan kemampuan siswa pada keahlian matematika dasar.

    G. Kerangka Berpikir

    Untuk mendukung tercapainya tujuan belajar siswa dapat dilakukan

    dengan berbagai cara melalui model, dan metode pembelajaran. Banyak model

    pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai

  • 27

    beberapa guru yang masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang

    sesuai dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IV SD

    Negeri Pasir Wetan. Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang

    dianggap paling baik, yang ada yaitu model pembelajaran yang sesuai dengan

    tujuan pembelajaran.

    Agar dalam pembelajaran siswa merasa tertarik dan senang, maka cara

    yang dapat digunakan misalnya dengan mengaktifkan mereka dalam kegiatan

    pembelajaran matematika secara kelompok, adanya alat peraga dan

    menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Oleh karena itu dalam

    pembelajaran matematika, guru yang baik harus menciptakan suasana

    pembelajaran matematika yang menyenangkan. Siswa akan lebih termotivasi

    dalam pembelajaran matematika apabila penyajiannya berjalan dengan baik

    dan terkesan menarik. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran Brunner

    sangat membantu siswa dalam memahami materi geometri yang diajarkan

    oleh guru. Dengan hal seperti itu, diharapkan prestasi belajar matematika

    siswa dapat terus meningkat.

  • 28

    Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    H. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian di atas, maka

    dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:

    1. Penerapan Pembelajaran Brunner meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas

    IV di SD N Pasir Wetan.

    Penerapan Pembelajaran Brunner meningkatkan prestasi belajar

    matematika materi geometri di kelas IV SD Negeri Pasir Wetan.

    Kondisi akhir: melalui penerapan model pembelajaran

    Bruner dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi

    belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

    Kondisi awal: prestasi belajar

    matematika rendah dan rasa

    ingin tahu siswa rendah

    Tindakan

    Siklus 1: Guru menerapkan

    model pembelajaran Bruner

    Siklus 2: Guru menerapkan

    model pembelajaran Bruner