bab ii kajian pustaka dan perumusan …eprints.umm.ac.id/46559/3/bab ii.pdf12 6. andre hertanto...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan/Hasil
1. Barjono,
Mohamad
Zulman
Hakim
(2018)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Solvabilitas,
Opini Auditor
Dan Kualitas
Auditor
Terhadap
Audit delay
Pada
Perusahaan
Tambang
Batubara
Metode pengambilan
sample yang digunakan
adalah Purposive
sampling, sehingga
diperoleh deskriptif
dan analisis regresi
logistik data panel, lalu
kemudian dilakukan
dengan menggunakan
software Eviews.
secara parsial
profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay sedangkan ukuran
perusahaan, solvabilitas,
opini auditor, dan kualitas
auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay. Secara simultan
ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas,
opini auditor, dan kualitas
auditor berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay
2. Friso
Palilingan
(2017)
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Audit delay
Pada
Perusahaan
Mining Dan
Infrastructure.
Teknik pengambilan
sampel yang digunakan
adalah teknik non-
probability sampling,
menggunakan metode
purposive sampling.
Metode analisis yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah uji
pooling, uji asumsi
klasik, statistik
deskriptif, dan analisis
regresi linear berganda.
Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan
bahwa ukuran perusahaan,
opini auditor,
profitabilitas, dan
likuiditas memiliki cukup
bukti berpengaruh
terhadap audit delay,
sedangkan solvabilitas
tidak cukup bukti
berpengaruh terhadap
audit delay.
11
3. Nabiella
Fadhmi,
Elly Suryani
(2018)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Dan
Solvabilitas
Terhadap
Audit delay
(Studi Empiris
pada
Perusahaan
Pertambangan.
Teknik pemilihan
sampel yang
digunakan yaitu
purposive
sampling.Metode
analisis data dalam
penelitian adalah
analisis regresi data
panel dengan
menggunakan
software Eviews versi
9.
Penelitian ini
menunjukan bahwa
secara simultan ukuran
perusahaan,
profitabilitas, dan
Solvabilitas berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay. Sedangkan secara
parsial, ukuran
perusahaan dan
solvabilitas berpengaruh
positif terhadap audit
delay, dan profitabilitas
berpengaruh negatif
terhadap audit delay.
4. Irna Wati
Lena
Sinurat dan
A.
Sitanggang
Pengaruh Debt
to Equity
Ratio, Net
Profit Margin,
Total Assets
Turn Over dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Ketepatan
Waktu
Penyampaian
Laporan
Keuangan
Pada
Perusahaan
Manufaktur.
Teknik pemilihan
sampel menggunakan
metode purposive
sampling. Penelitian
ini menggunakan
analisis regresi
logistik.
menunjukan bahwa net
profit margin dan debt to
equity ratio berpengaruh
positif dan tidak
signifikan sedangkan
ukuran perusahaan dan
total aset turn over
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
ketepatan waktu
penyampaian laporan
keuangan.
5. Ridho
Akbar
Pratama,
Fernando
Africano
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Profitabilitas,
dan Likuiditas
terhadap Audit
Delay pada
Perusahaan
Perbankan.
Teknik pemilihan
sampel menggunakan
metode purposive
sampling. Penelitian
ini menggunakan
analisis regresi linear
berganda.
menunjukkan ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif terhadap audit
delay, leverage
berpengaruh positif
terhadap audit delay,
profitabilitas dan
likuiditas tidak
berpengaruh terhadap
audit delay.
12
6. Andre
Hertanto
Simbolon
Analisis
Pengaruh
Solvabilitas,
Total Asset
Turnover
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Ukuran
Perusahaan,
Opini Auditor,
dan Total
Revenue
Terhadap
Audit Report
Lag Pada
Perusahaan
Food and
Beverage.
Teknik pemilihan
sampel menggunakan
metode purposive
sampling. Data yang
digunakan adalah data
kuantitatif. Penelitian
ini menggunakan
analisis regresi linear
berganda.
menunjukkan bahwa
solvabilitas, ukuran
perusahaan, opini auditor
dan total revenue
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap audit
report lag. Total asset
turn over ratio
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
audit report lag. Debt to
equity ratio berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap audit report
lag.
7. Firdha
Rizky
Ramadhany,
Leny Suzan,
Vaya
Juliana
Dillak.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Solvabilitas,
Profitabilitas,
dan Umur
Listing
Perusahaan
Terhadap
Audit Delay
pada
Perusahaan
Minyak dan
Gas Bumi.
Teknik pemilihan
sampel menggunakan
metode purposive
sampling. Data yang
digunakan adalah data
kuantitatif. Penelitian
ini menggunakan
analisis regresi data
panel.
menunjukkan bahwa
umur listing perusahaan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap audit
delay, sedangkan ukuran
perusahaan, solvabilitas,
dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
Dari penelitian yang dilakukan (Barjono dan Hakim, 2018), (Palilingan,
2017), (Fadhmi dan Suryani, 2018), (Sinurat dan Sitanggang, 2015), (Africano
dan Pratama, 2018), (Simbolon, 2016), (Ramadhany et al., 2018),
menggunakan perusahaan yang beragam dengan menggunakan variabel yang
diujinya juga beragam variabel. Dalam penelitian diatas terjadi ketidak
konsistenan hasil antara pengujian secara simultan maupun parsial. Sehingga
13
peneliti ingin menguji ulang mengenai pengaruh profitabilitas, solvabilitas,
total aset turn over, ukuran perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan
pertambangan. Peneliti menggunakan variabel yang terdapat pada penelitian
terdahulu diatas dengan menambah dan mengurangi variabel yang telah ada
yang mempunyai pembanding. Peneliti juga menggunakan perusahaan
pertambangan, karena banyaknya fenomena perusahaan pertambangan yang
terlambat menyampaikan laporan keuangan setiap tahunnya.
B. Teori Dan Tinjauan Pustaka
1. Teori Sinyal
Menurut Brigham dan Houstan (2001) isyarat atau signal adalah
suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang
penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar
perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana
efeknya pada perusahaan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, teori sinyal
menyatakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut
berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun
14
pihak yang berkepentingan dapat juga berupa pengungkapan informasi
akuntansi seperti laporan keuangan, laporan mengenai tindakan yang
telah dilakukan oleh manajemen dalam merealisasikan keinginan
pemilik, serta informasi lain yang menyatakan bahwa kinerja dan
pencapaian perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Jika
informasi yang dilaporkan oleh perusahaan adalah good news maka
perusahaan akan cenderung untuk segera melaporkan laporan audit tepat
waktu, begitu juga sebaliknya jika yang dilaporkan adalah bad news
maka perusahaan akan cenderung melaporkan laporan audit tidak tepat
waktu. Teori sinyal ini membahas bagaimana seharusnya sinyalsinyal
keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada
pemilik modal (principle).
2. Audit delay
Menurut Imam Subekti (2004), Audit delay adalah perbedaan
waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian
audit yang dilakukan oleh auditor. Beberapa faktor yang kemungkinan
menjadi penyebab Audit delay semakin lama,yaitu: Ukuran
Perusahaan,Umur Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan, Solvabilitas
Perusahaan, Kualitas Auditor, dan Opini Auditor.
Keterlambatan audit ini dapat disebabkan karena perusahaan
berusaha untuk megumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin
keandalan dari laporan keuangan. Laporan audit adalah hasil akhir dari
suatu proses audit. Untuk menyelesaikan laporan audit auditor pasti
memerlukan waktu penyelasaian. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk
15
menyelesaikan proses audit akan mempengaruhi lamanya pengumuman
laporan keuangan perusahaan. Keterlambatan penyelasaian laporan
audit dapat mempengaruhi kualitas informasi dari laporan keuangan
auditan tersebut menjadi buruk, karena kerelevansian laporan keuangan
auditan dapat diperoleh apanila laporan keuangan auditan tersebut dapat
diselesaikan secara tepat waktu pada saat laporan itu dibutuhkan.
3. Profitabilitas
Hanafi dan Halim (2016) mendefinisikan profitabilitas adalah
menggambarkan kemampuan perusahaan mengahsilkan keuntungan
pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu.
Rasio ini menunjukkan efisiensi dan performa perusahaan dengan
memiliki dua tipe yaitu rasio tingkat pengembalian investasi dan rasio
kinerja yang digambarkan kedalam ukuran profit. Selain itu rasio ini
memperlihatkan kemampuan perusahaan tentang efisiensi hasil
pengembalian investasi untuk para pemegang saham. Terdapat 3 (tiga)
indikator rasio profitabilitas yang sering dibicarakan menurut (Hanafi
dan Halim, 2016), yaitu :
a. Hasil Pengambilan atas Aset (Return on Asset)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio ini dapat
dihitung sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih
Total Aset
16
b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ROE bisa dihitung
sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih
Modal Saham
c. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
bisa dilihat secara langsung pada analisis common size untuk
laporan laba-rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada
periode tertentu. Rasio profit margin dapat dihitung sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = Laba Bersih
Penjualan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan rasio
Return On Asset (ROA), karena dapat memberikan gambaran secara
keseluruhan untuk melihat efisiensi perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim (2016) “Secara umum rasio yang
rendah bisa menunjukan ketidakefesienan manejemen. Rasio ini
mengukur tingkat aset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukan
efesiensi manajemen aset, yang berarti efesiensi manajemen. Informasi
kinerja keuangan sangat diperlukan perusahaan terutama dalam
pencapaian tingkat profitabilitas karena profitabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu
17
audit lebih cepat karena adanya pertanggungjawaban untuk
menyampaikan kabar baik kepada publik”.
Menurut Hanafi dan Halim (2016) “Rasio profitabilitas mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Profitabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Maka tingkat profitabilitas rendah akan berpengaruh terhadap audit
delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar
terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dengan total aset miliknya. Pada penelitian ini diproksikan dengan
Return On Asset (ROA). ROA merupakan rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Apabila ROA
meningkat, maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
meningkat dengan menggunakan total asetnya dang mengindikasikan
bahwa labanya meningkat dan kinerja atau kegiatan operasional
perusahaan meningkat dikarenakan target penjualan terpenuhi dan dari sisi
manajemen merupakan kabar baik bagi para pengguna laporan keuangan.
Resiko akan terjadinya kesulitan keuangan akan rendah dan perusahaan
tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik.
Sehingga auditor tidak perlu memperluas area audit dalam melakukan
pemeriksaan audit, maka waktu penerbitan laporan auditan akan pendek.
18
Sedangkan jika perusahaan mengalami rugi, auditor akan lebih
mencermati akbibat-akibat perusahaan mengalami kerugian.
4. Solvabilitas
Menurut Munawir (2004) mendefenisikan tentang solvabilitas,
yaitu: “solvabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang”.
Menurut Hanafi dan Halim (2016) rasio solvabilitas mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang
total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini
mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian
memfokuskan pada sisi kanan neraca. “Rasio yang tinggi berarti
perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan
financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal
saham dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun,
rentabilitas modal saham akan menurun cepat pula. Resiko perusahaan
dengan financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula”.
Carslaw & Kaplan mengemukakan bahwa terdapat hubungan
positif antara debt to asset ratio dengan audit delay yaitu sebagai berikut:
1) “Bahwa debt to asset ratio mengindikasikan kesehatan dari
perusahaan. Proporsi debt to asset ratio yang tinggi akan
meningkatkan kegagalan perusahaan, sehingga auditor akan
meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan
19
kurang dapat dipercaya. Sebagai konsekuensinya, auditor akan
meningkatkan lamanya waktu dalam periode audit.
2) Mengaudit hutang memerlukan waktu lebih lama dibandingkan
dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit hutang lebih
melibatkan banyak staff dan lebih rumit dibandingkan dengan
mengaudit modal. Dengan demikian, auditor mengaudit laporan
keuangan perusahaan dengan lebih seksama dan membutuhkan
waktu yang relatif lama sehingga dapat meningkatkan audit delay”.
Menurut Hanafi dan Halim (2016) “Rasio leverage menunjukkan
seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.
Apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka resiko
perusahaan tersebut akan bertambah, karena akan semakin tinggi pula
tingkat pendanaan perusahaan yang harus disediakan oleh pemegang
saham. Oleh sebab itu, untuk memperoleh keyakinan akan laporan
keuangan perusahaan maka auditor akan meningkatkan kehati-hatiannya
sehingga rentang audit delay akan lebih panjang”.
Ada beberapa macam rasio yang dapat dihitung, yaitu :
a. Rasio Total Utang Terhadap Total Aset
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh
kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan
leverage keuangan yang tinggi. Rasio ini dapat dihitung sebagai
berikut:
Total Utang Terhadap Total Aset = Total Utang
Total Aset
20
b. Time Interest Earned (TIE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang
dengan laba sebelum bunga pajak. Bisa juga dikatakan rasio ini
menghitung seberapa besar laba sebelum bung dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio ini dapat dihitung
sebagai berikut:
TIE = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Bunga
c. Fixed Charges Coverage
Rasio ini memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa
bukan utang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi
kemampuan utang perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai
efek yang sama dengan beban bunga. Rasio ini dapat dihitung
sebagai berikut:
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = EBIT + Biaya Sewa
Bunga + Biaya Sewa
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan rasio
total utang terhadap total aset, karena dapat memberikan gambaraan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva
sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya, seberapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan aktivanya. Rasio solvabilitas yang umum digunakan ada tiga
yaitu debt to total asset, Time Interest Earned, dan Fixed Charges
21
Coverage. Solvabilitas ada penelitian ini diproksikan dengan debt to
total asset. Apabila debt to total asset meningkat maka perusahaan
banyak mendanai operasionalnya dengan utang dari pada aset yang
dimilikinya, dan mengindikasikan bahwa utangnya meningkat.
Semakin tinggi utang perusahaan maka beban perusahaan dalam
membayar utang akan tinggi, dan risiko kegagalan dalam membayar
utang akan tinggi yang akan mempengaruhi likuiditas, terutama
terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Hal
membuat auditor lebih cermat dalam proses pengauditan dengan
memperluas area auditnya, dikarenakan auditor harus
menggumpulkan alat-alat bukti yang lebih kompeten untuk
meyakinkan kewajaran laporan keuangan.
5. Total Aset Turn Over
Brigham dan Houston (2010) Total Aset Turn Over tergolong di
dalam rasio manajemen aset, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak
aset, maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain
pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan akan
hilang.
Munawir (2004) Total aset turn over adalah rasio yang mengukur
sampai sejauh mana total aset yang telah dipergunakan untuk kegiatan
perusahaan atau berapa kali total aset yang dimiliki perusahaan berputar
dalam satu periode tertentu yang dapat diukur dengan volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik, yang artinya seluruh aset dapat lebih
22
cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien
penggunaan keseluruhan aset atas penjualan. Hal ini merupakan kabar baik
bagi para pengambil keputusan. Sehingga perusahaan cenderung tepat
waktu menyampaikan laporan keuangan ke Bapepam dan semakin kecil
rasio ini yang berarti tingkat perputaran total aset tidak mampu meraih laba
atas penjualan sehingga pihak manajemen menunda penyampaian laporan
keuangan ke Bappepam.
Brigham dan Houston (2010) rasio perputaran total aset adalah
mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan
membagi penjualan dengan total aset :
Total Aset Turn Over =Penjualan
Total Aset
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio TATO, karena
dapat mengindikasikan seberapa efektif sebuah perusahaan dalam
mengatur asetnya.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diartikan sebagai skala menentukan seberapa
besar atau kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan berdasarkan ukuran
seperti, jumlah kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu
periode penjualan, jumlah kepemilikan aset suatu perusahaan, dan lain-
lain. Keputusan ketua BAPEPAM No. KEP.11/PM/1997 tanggal 30 April
1997 menyatakan bahwa : “perusahaan kecil dan menengah berdasarkan
asset atau kekayaan adalah badan hukum yang memiliki total asset tidak
lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum
yang memiliki total asset diatas seratus milyar.
23
Perusahaan yang besar cenderung memiliki citra yang baik di mata
publik. Keiso et al. (2010) Ukuran perusahaan yang semakin bersar
menyebabkan semakin banyak menarik perhatian baik dari investor
maupun pemerintah. Terkait hal tersebut maka perusahaan besar memiliki
tuntutan untuk mempercepat pelaporkan laporan keuangannya.
Pengendalian internal dari perusahaan besar lebih kuat dibanding
perrusahaan kecil, kontrol internal yang efektif memungkinkan kesalahan
atau salah saji dalam laporan keuangan rendah (Alim Al Ayub Ahmed dan
Hossain, 2010).
Faktor keempat yang dapat mempengaruhi audit delay adalah
ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang
dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran
perusahaan dengan audit delay adalah semakin besar total asset suatu
perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan
besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar memiliki sistem pengendalian internal yang kuat dan
karyawan yang berkualitas baik, selain itu perusahaan dalam skala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor,
pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan
24
ekternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.
Walaupun perusahaan berskala kecil juga mengalami tekanan yang sama
dari pihak eksternal, tetapi tidak seperti perusahaan yang berskala besar.
C. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit delay
Berdasarkan teori sinyal yang membahas bagaimana seharusnya
sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan disampaikan kepada pemilik
modal. Sehingga ketika perusahaan mengalami profit perusahaan akan
cenderung melaporkan laporan auditan dengan tepat waktu.
Kesuksesan perusahaan untuk menghasilkan laba ditunjukkan dari
rasio profitabilitas perusahaan (Saemargani, 2015). Profitabilitas dapat
digunakan sebagai skala dalam menentukan perusahaan apakah
mengalami kondisi keuangan yang baik atau buruk.
Pada penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Apabila ROA meningkat, maka
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat dengan
menggunakan total asetnya dang mengindikasikan bahwa labanya
meningkat dan kinerja atau kegiatan operasional perusahaan meningkat
dikarenakan target penjualan terpenuhi dan dari sisi manajemen
merupakan kabar baik bagi para pengguna laporan keuangan. Resiko
akan terjadinya kesulitan keuangan akan rendah dan perusahaan tidak
akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Sehingga
auditor tidak perlu memperluas area audit dalam melakukan pemeriksaan
25
audit, maka waktu penerbitan laporan auditan akan pendek. Sedangkan
jika perusahaan mengalami rugi, auditor akan lebih mencermati akbibat-
akibat perusahaan mengalami kerugian.
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
2. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit delay
Berdasarkan teori sinyal yang membahas bagaimana seharusnya
sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan disampaikan kepada pemilik
modal. Sehingga ketika perusahaan mempunyai rasio utang yang tinggi,
maka perusahaan akan cenderung melaporkan laporan auditan dengan
tidak tepat waktu.
Solvabilitas berkaitan dengan rasio utang perusahaan, rasio
solvabilitas yang tinggi merupakan bad news bagi perusahaan sehingga
perusahaan cenderung untuk menunda penyajian laporan keuangan.
Menurut (Puspitasari dan Sari, 2012) tinginya rasio solvabilitas
perusahaan mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan
mengalami kesulitan keuangan yang pada akhirnya memerlukan
kecermatan yang lebih dalam proses pengauditan sehingga membuat
jangka waktu penyelesaian auditnya menjadi semakin panjang
Solvabilitas ada penelitian ini diproksikan dengan debt to total
asset. Apabila debt to total asset meningkat maka perusahaan banyak
mendanai operasionalnya dengan utang dari pada aset yang dimilikinya,
dan mengindikasikan bahwa utangnya meningkat. Semakin tinggi utang
perusahaan maka beban perusahaan dalam membayar utang akan tinggi,
dan risiko kegagalan dalam membayar utang akan tinggi yang akan
mempengaruhi likuiditas, terutama terkait dengan kelangsungan hidup
26
perusahaan (going concern). Hal membuat auditor lebih cermat dalam
proses pengauditan dengan memperluas area auditnya, dikarenakan
auditor harus menggumpulkan alat-alat bukti yang lebih kompeten untuk
meyakinkan kewajaran laporan keuangan.
H2: Solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
3. Pengaruh Total Aset Turn Over terhadap Audit delay
Teori sinyal mengatakan manajemen akan secara sukarela
memberikan informasi kepada investor khususnya apabila informasi
tersebut merupakan berita baik. Total Aset Turn Over adalah rasio yang
mengukur sampai sejauh mana total aset yang telah dipergunakan untuk
kegiatan perusahaan atau berapa kali total aset yang dimiliki perusahaan
berputar dalam satu periode tertentu yang dapat diukur dengan volume
penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik, yang artinya seluruh aset
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin
efisien penggunaan keseluruhan aset atas penjualan. Hal ini merupakan
kabar baik bagi para pengambil keputusan. Sehingga perusahaan
cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangan ke Bapepam
dan semakin kecil rasio ini yang berarti tingkat perputaran total aset tidak
mampu meraih laba atas penjualan sehingga pihak manajemen menunda
penyampaian laporan keuangan ke Bappepam.
H3 : Total aset turn over berpengaruh terhadap audit delay.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit delay
Keputusan ketua BAPEPAM No. KEP.11/PM/1997 tanggal 30
April 1997 menyatakan bahwa : “perusahaan kecil dan menengah
27
berdasarkan asset atau kekayaan adalah badan hukum yang memiliki
total asset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang memiliki total asset diatas seratus milyar,
maka perusahaan akan mempertahankan kualitas kerjanya terhadap
tanggungjawabnya dengan berusaha menyelesaikan pekerjaanya secara
tepat waktu.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki
perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan
dengan audit delay adalah semakin besar total asset suatu perusahaan
maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar memiliki sistem pengendalian internal yang kuat dan
karyawan yang berkualitas baik, selain itu perusahaan dalam skala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor,
pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan
keuangan. Oleh karena itu, perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan ekternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan
audit lebih awal. Walaupun perusahaan berskala kecil juga mengalami
tekanan yang sama dari pihak eksternal, tetapi tidak seperti perusahaan
yang berskala besar.
28
H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Ukuran
Perusahaan (X4)
Solvabilitas (X2)
Profitabilitas
(X1)
Total Aset Turn
Over (X3)
Audit Delay (Y)
(H1)
(H2)
(H3)
(H4)