bab ii kajian pustaka a. tinjauan umum tentang ...eprints.umm.ac.id/40131/3/bab ii.pdf · permukaan...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengangkutan
1. Pengertian Pengangkutan
Hukum pengangkutan tidak lain adalah merupakan sebuah
perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana
pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
selamat , sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan.5
Jadi pihak-pihak yang terlibat di dalam proses pengangkutan
adalah pengangkut dan pengirim. Sedangkan sifat perjanjian yang di
timbulkan oleh nya adalah timbal balik dimana para pihak mempunyai
kewajiban sendiri di dalam nya. Kewajiban pengangkut adalah :
menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dengan selamat
sedangkan kewajiban pengirim yaitu membayar uang angkutan.Tentang
menyelenggarakan pengangkutan , ini artinya bahwa pengangkutan itu
dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain
atas perintah nya. Sedangkan yang dimaksud dengan selamat , ini
5 Rahayu Hartini. 2012. Hukum Pengangkutan Di Indonesia. Malang. Citra Mentari. Hal 4
13
mengandung arti , bila pengangkutan dilakukan tidak selamat maka akan
menjadi tanggung jawab si pengangkut.6
Pengangkutan menurut Undang Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah perpindahan orang
dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum
pengangkutan adalah hukum yang mengatur perjanjian timbal balik antara
pengangkut dan pengirim , dimana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan
tertentu, sedangkan pihak lain nya (Pengirim-Penerima atau Pengirim-
Penumpang) berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu
untuk pengangkutan tersebut.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hukum
pengangkutan adalah hukum yang mengatur perjanjian timbal balik antara
pengangkut dan pengirim , dimana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat
ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri dengan membayar ongkos pengiriman / pengangkutan
6 ibid..
14
Adapun arti hukum pengangkutan bila ditinjau dari segi
keperdataan, dapat kita tunjuk sebagai keseluruhannya peraturan-
peraturan , di dalam dan di luar kodifikasi (KUH Perdata;KUHD) yang
berdasarkan atas dan bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan
hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang-barang dan/atau
orang-orang dari suatu ke lain tempat untuk memenuhi perikatan-perikatan
yang lahir dari segi perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk juga
perjanjian-perjanjian untuk memberikan perantaraan mendapatkan.7
2. Jenis-Jenis Pengangkutan
Ada tiga macam pengangkutan yaitu: Pengangkutan Darat,
Pengangkutan Laut atau Perairan dan Pengangkutan Udara. Aspek hukum
publik pada pengangkutan diatur dengan Undang-Undang, sedangkan
aspek hukum perdata pada pengangkutan di atur dengan perjanjian yang
dibuat oleh para pihak serta kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.8
Sumber hukum bagi ketiga macam pengangkutan tersebut diatur di dalam
KUHD maupun di luar KUHD (yaitu undang-undang tentang
pengangkutan) seperti di paparkan berikut ini:
1.Pengangkutan darat di atur di dalam:
a. KUHD, Buku I , Bab V, bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98 (yang
mengatur pengangkutan darat sekaligus pengangkutan perairan darat,
7 Sution Usman Adji,Djoko Prakoso,Hari Pramono. 1991. Hukum Pengangkutan Di Indonesia. Jakarta. PT RINKA CIPTA. Hal. 5. 8 Rahayu Hartini. op.cit. Hal. 5.
15
tetapi khusus pengangkutang barang, sedang pengangkutan orang tidk
diatur).
b. Peraturan-peraturan khusus lainnya, adalah:
- Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
menggantikan Stb.No.262 Tahun 1927 tentang Pengangkutan
Kereta Api .
- Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
- Peraturan-Peraturan tentang Pos dan Telekomunikasi.
2. Pengangkutan Perairan Darat, diatur dalam:
a. KUHD.Buku I Bab V Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98
b. Peraturan-peraturan Khusus lainnya yaitu: Undang-Undang Nomor
21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran, (karena pada Undang-Undang
ini juga mengatur mengenai angkutan sungai danau antar pulau atau
ASDP).
3. Pengangkutan di Laut, diatur dalam:
a.KUHD, Buku II, Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal,.
b.KUHD, Buku II, Bab V-A tentang Pengangkutan Barang-barang.
c.KUHD , Buku II , Bab V-B tentang Pengangkutan Orang.
16
d. Serta peraturan khusus lainnya yakni:
- PP Nomor 2 Tahun 1969 (LN 1969-2) Tentang “Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Angkutan Laut.
- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran yang
menggantikan semua perundang-undangan Hindia Belanda yang
berhubungan dengan pelayaran (lihat ketentuan pasal 131
Undang-Undang Pelayaran).
4. Pengangkutan Udara, diatur dalam:
a. S.1939-100 (Luchtvervoerordonantie atau Ordonasi Penangkutan
Udara disingkat OPU) bsd. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958
( LN 1958-159 dan TLN Nomor 1687 Tentang Penerbangan ) tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1992.
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan
menggantikan Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 Tentang
Penerbangan.9
3. Perjanjian Pengangkutan
a. Pengertian Perjanjian Pengangkutan
Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh
kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau
9 Ibid. hal, 5-6.
17
pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban
dan hak, baik pengangkut dan penumpang maupun pengirim.10
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.11
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak
pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau
pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan.12
Perjanjian pengangkutan merupakan timbal balik dimana
pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dari dan ke tempat tujuan tertentu, dan
pengiriman barang membayar biaya/ongkos angkutan
sebagaimana yang di setujui bersama. Perjanjian pengangkutan
menimbulkan akibat hukum bagi pelaku usaha dan penumpang
sebagai hal yang dikehendaki oleh kedua belah pihak. Perjanjian
sepihak dan perjanjian timbal balik dikenal sebagai
pembeda/pembagian perjanjian karena menimbulkan hak dan
kewajiban para pihak maka perjanjian pengangkutan disebut
10 Suwardjoko Warpanil, 1990, Merencanakan Sistem Pengangkutan, Bandung, Penerbit ITB, hal 2. 11 Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 12 Suwardjoko Warpani, Op.cit. hal. 46.
18
perjanjian timbal balik, yaitu konsumen mendapat hak layanan
pengangkutan dengan kewajiban membayar biaya pengangkutan,
penyelenggara angkutan, memperoleh hak menerima pembayaran
jasa pengangkutan dengan kewajiban menyelenggarakan
pelayanan angkutan. Perjanjian pengangkutan tidak di syaratkan
harus tertulis, cukup dengan lisan, asal ada persesuaian kehendak
(konsensus) sehingga dapat di artikan bahwa untuk adanya suatu
perjanjian pengangkutan cukup dengan adanya kesepakatan
(konsensus) diantara para pihak. Dalam praktek sehari-hari, dalam
pengangkutan darat terdapat dokumen yang disebut denga surat
muatan (vracht brief) seperti dimaksud dalam pasal 90 Kitab
Undang Undang Hukum Dagang.13
b. Tujuan dan unsur-unsur Perjanjian Pengangkutan
Perjanjian pengangkutan mempunyai tujuan untuk
melindungi hak dari penumpang yang kurang terpenuhi oleh ulah
para pelaku usaha angkutan umum karena dengan adanya
perjanjian pengangkutan maka memberikan jaminan kepastian
hukum bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.14
Kitab Undang Undang Hukum Perdata Pasal 1338 ayat (3)
telah memberikan suatu asas keadilan yaitu asas pelaksanaan
13 Soegeng Purnomo. Perjanjian Pengangkutan. http://soegeng-poernomo.blogspot.co.id/2015/05/perjanjian-pengangkutan.html. Diakses pada tanggal 18 November 2016. jam 22.31 WIB 14 Ovan Setyawan Fadly. Perjanjian Pengangkutan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. https://ovansite.wordpress.com/2016/03/10/perjanjian-pengangkutan-dalam-kuhperdata//. Diakses pada tanggal 18 November 2016. Jam 23.50 WIB.
19
perjanjian secara itikad baik jaminan keadilan itu juga di pedomani
pada Pasal 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata bahwa
suatu perjanjian akan dapat dibatal kan jika bertentangan dengan
Undang Undang Kesusilaan yang baik dan atau ketertiban umum.
Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam pengangkutan
antara lain:15
a. Manusia, yang membutuhkan;
Kecuali anak-anak dan orang jompo, semua orang yang
sehat akan mampu mengangkut beban seberat tertentu dengan
mengeluarkan tenaga tambahan, namun jarak yang dapat
ditempuh juga terbatas. Untuk memenuhi kebutuhannya, orang
perlu untuk mencari nafkah. Kekayaan yang diperoleh dari usaha
tersebut berbeda-beda, dan ini mempengaruhi kemampuannya
membayar biaya angkutan. Dalam memilih sistem pengangkutan
pun pilihan orang tidak sama, sedangkan orang yang pilihannya
sama dasar alasannya mungkin berbeda.
b. Barang, yang dibutuhkan;
Barang hasil produksi yang merupakan keluaran (output)
proses produksi dinyatakan berguna apabila telah sampai kepada
konsumen. Dengan kata lain, produksi itu baru berguna apabila
diangkut dari tempat produsen ke tempat konsumen atau
15 Surwadjoko Warpanil. op.cit. hal.4
20
pasar dan sampai ke konsumen dalam kondisi yang
dikehendaki.
c. Kendaraan (angkutan), sebagai alat angkut;
Kendaraan (angkutan) pada umumnya dibuat dengan
menggunakan alat buatan manusia yang banyak digali dari
bentuk alami. Bentuk angkutan yang paling luas pemakaiannya
adalah angkutan darat. Angkutan dirancang sedemikian rupa agar
mampu bergerak sesuai dengan medan dan sekaligus dapat
melindungi muatannya.
Fungsi angkutan yang pokok adalah memindahkan orang
dan/atau barang. Muatan dapat berupa benda hidup (orang,
binatang dan tumbuhan) dan benda mati (makanan, bahan
baku industri). Selain orang dan binatang, barang lain pada
umumnya diangkut tidak dalam kondisi alaminya (misalnya
kayu dan bahan makanan), sehingga membutuhkan teknologi
yang tepat. Teknologi pengangkutan yang tepat harus
memnuhi syarat-syarat, antara lain:
1. Menjamin agar muatan tidak rusak.
2. Menjaga agar penggunaan tenaga/ kekuatan yang
diperlukan untuk mengangkut muatan berada dalam
keadaan baik, sehingga tidak merusak muatan.
21
3. Melindungi muatan dari segala kerusakan sehingga
beberapa hal harus dikendalikan, misalnya suhu
lingkungan yang bauk, tekanan udara, dan kelembapan.
Di samping itu, sarana angkutan hendaknya sejauh
mungkin menghindari pencemaran terhadap udara,
suara, dan air.
d. Jalan, sebagai prasarana angkutan;
Komponen pokok dalam pengangkutan adalah jalan
(prasarana) dan kendaraan (sarana). Menurut UU No. 13
Tahun 1980 tentang Jalan, yang dimaksud dengan jalan adalah
suatu prasarana perhubungan dalam bentuk apa pun, meliputi
segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan
perlengkapannya, yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
Menurut Pasal 1 angka (12), jalan adalah seluruh bagian Jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel.
e. Organisasi, yaitu pengelola angkutan
Kegiatan pengangkutan selalu melibatkan banyak
lembaga karena fungsi dan peran masing-masing tidak
mungkin ditangani oleh satu lembaga saja. Di Indonesia,
22
pada tingkat nasional, masalah pengangkutan
menyangkut beberapa lembaga, seperti Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Perhubungan, Departemen Dalam Negeri,
Departemen Keuangan. Di bawahnya, pada tingkat
pelaksanaannya terdapat Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan,
Polisi Lalu Lintas dan perusahaan pengangkutan. Karena
demikian banyak pihak dan lembaga yang bersangkut-paut,
maka diperlukanlah suatu sistem untuk menangani masalah
pengangkutan, dan dalam hal inilah organisasi pengangkutan
diperlukan.
c. Asas Perjanjian Pengangkutan
Asas –asas pengangkutan merupakan landasan filosofis ,
yang dapat bersifat publik atau umum dan bersifat perdata atau
privat. Asas yang bersifat public atau umum adalah merupakan
landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi
semua pihak, yakni pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga
yang berkepentingan dengan pengangkutan maupun pihak
pemerintah sebagai penguasa.16
Asas-asas hukum pengangkutan merupakan landasan
filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
16 Rahayu Hartini , Op.cit hal 4-5
23
1) Yang bersifat perdata; dan
2) Yang bersifat publik
Asas-asas yang bersifat publik terdapat pada tiap-tiap Undang-
Undang pengangkutan baik darat, laut dan udara. Dalam
pengangkutan udara terdapat dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1992. Asas-asas yang bersifat perdata
merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan
berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan niaga, yaitu
pengangkut dan penumpang atau pengirim barang. Asas-asas
hukum pengangkutan yang bersifat perdata menurut Abdulkadir
Muhammad (1998: 18-19) adalah sebagai berikut:17
a. Konsensual
Pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis,
sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak. Tetapi untuk
menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada
harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen
angkutan.
b. Koordinatif
17 Adi Prayogo, Asas Dalam Hukum Pengangkutan, https://vanyugo.wordpress.com/2014/03/09/asas-dalam-hukum-pengangkutan/, di akses tanggal 19 November 2016, Jam 20.44 WIB
24
Pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan
setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau
membawahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan
jasa dan melaksanakan perintah penumpang/pengirim barang,
pengangkut bukan bawahan penumpang/pengirim barang.
Pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa.
c. Campuran
Pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis
perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan
melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut.
Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada
pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian
pengangkutan.
d. Retensi
Pengangkutan tidak menggunakan hak retensi.
Penggunaan hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi
pengangkutan. Pengangkutan hanya mempunyai kewajiban
menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
e. Pembuktian dengan dokumen
Setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen
angkutan. Tidak ada dokumen angkutan berarti tidak ada
25
perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah
berlaku umum, misalnya pengangkutan dengan angkutan kota
(angkot) tanpa karcis/tiket penumpang.
Ada beberapa asas hukum pengangkutan yang bersifat
publik, yaitu sebagai berikut:18
a. Asas manfaat yaitu, bahwa pengangkutan harus dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan peri
kehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara,
serta upaya peningkatan pertahanan dan keamanan negara;
b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan yaitu, bahwa
penyelenggaraan usaha di bidang pengangkutan
dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa
yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat
kekeluargaan;
c. Asas adil dan merata yaitu, bahwa penyelenggaraan
pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil
dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat;
18 Sri Sugiarti, Pasal Pengangkutan dalam KItab Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang, http://ugisukaba.blogspot.co.id/2016/03/pasal-pengangkutan-dalam-kuh-perdata_3.html, diakses pada tanggal 19 November 2016 , pukul 21.28 WIB.
26
d. Asas keseimbangan yaitu, bahwa pengangkutan harus
diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terdapat
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana,
antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara
kepentingan individu dan masyarakat, serta antara
kepentingan nasional dan internasional;
e. Asas kepentingan umum yaitu, bahwa penyelenggaraan
pengangkutan harus mengutamakan kepentingan pelayanan
umum bagi masyarakat luas;
f. Asas keterpaduan yaitu, bahwa penerbangan harus
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling
menunjang, dan saling mengisi baik intra maupun antar
moda transportasi;
g. Asas kesadaran hukum yaitu, bahwa mewajibkan kepada
pemerintah untuk menegak kan dan menjamin kepastian
hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara
Indonesia untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam
penyelenggaraan pengangkutan.
h. Asas percaya pada diri sendiri yaitu, bahwa pngangkutan
harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa;
27
i. Asas keselamatan Penumpang, yaitu bahwa setiap
penyelenggaraan pengangkutan penumpang harus disertai
dengan asuransi kecelakaan .
D. Sifat Perjanjian Pengangkutan
Untuk Menyelenggarakan Pengangkutan Niaga, lebih
dahulu harus ada perjanjian antara pengangkut dan
penumpang/pengirim. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan
dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari
suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan
penumpang/pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya
angkutan. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan
tetapi di dukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan
bahwa perjanjian sudah terjadi.19
Perjanjian pengangkutan pada umumnya dalam hubungan
hukum antara pengangkut dengan pemakai jasa pengangkutan
berkedudukan sama tinggi dan sama rendah, atau bersifat sederajat.
Hal ini tidak seperti dalam perjanjian perburuhan di mana dua belah
pihak tidak sama tinggi yaitu majikan mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi dari pada buruh.20
19 Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan Ke III, Bandung, PT.CITRA ADITYA BAKTI, Hal. 35. 20 Siti Utari. 1994. Pengangkutan laut. Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 9.
28
Mengenai sifat hukum perjanjian pengangkutan terdapat
beberapa pendapat, yaitu:
1. Pelayanan berkala artinya hubungan kerja antara pengirim dan
pengangkut tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja bila
pengirim membutuhkan pengangkutan atau tidak terus menerus,
berdasarkan atas ketentuan Pasal 1601 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata.
2. Pemborongan sifat hukum perjanjian pengangkutan bukan
pelayanan berkala tetapi pemborongan sebagaimana dimaksud
Pasal 1601 b Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Pendapat
ini didasarkan atas ketentuan Pasal 1617 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata (Pasal penutup dari bab VII A tentang pekerjaan
pemborongan).
3. Campuran perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian
campuran yakni perjanjian melakukan pekerjaan (pelayanan
berkala) dan perjanjian penyimpanan (bewaargeving). Unsur
pelayanan berkala (Pasal 1601 b Kitab Undang Undang Hukum
Perdata) dan unsur penyimpanan (Pasal 468 ( 1 ) Kitab Undang
Undang Hukum Dagang).
Jadi perjanjian pengangkutan memiliki analisa yaitu sebagai
perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut dan pengirim
mempunyai kedudukan yang sama dalam hal melaksanakan
kewajiban nya, dimana pihak pengangkut mempunyai kewajiban
29
untuk mengantarkan penumpang sampai dengan tujuan dengan
keadaan selamat, sedangkan pihak penumpang mempunyai
kewajiban untuk membayar biaya angkutan nya.
30
E. Syarat Sah Perjanjian Pengangkutan
Perjanjian pengangkutan dalam pengangkutan barang
maupun penumpang antara pengangkut dengan pemakai jasa
pengangkutan dapat disebutkan empat syarat sebagaimana diatur
dalam Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, yaitu :
1. Adanya kesepakatan antara para pihak.
2. Adanya kecakapan unutk membuat sebuah perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat yang pertama dan kedua adalah syarat yang
menyangkut subyeknya, sehingga disebut syarat subyektif, yaitu
syarat yang harus dipenuhi oleh subyek perjanjian (sepakat dan cakap)
seperti disebutkan dalam Pasal 1330 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata, tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah orang-
orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
pengampuan.
Maka dari itu maka untuk menjamin sah nya suatu perjanjian
dalam pengangkutan di perlukan syarat-syarat yang objektif maupun
subjektif tersebut di dalam proses pengangkutan itu sendiri. Dengan
ini dapat di nyatakan bahwa para pihak yang terkait di dalam
pengangkutan wajib untuk melaksanakan kewajiban nya sesuai
31
dengan hal-hal yang terkait daripada syarat-syarat yang telah di atur
di Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata Menurut Pasal 1338
ayat (1) menjelaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang Undang bagi mereka yang membuatnya.
Perjanjian tidak dapat untuk di tarik kembali selain daripada
kesepakatan ke dua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.
Pihak yang merasa dirugikan karena salah salah satu pihak lain nya
melakukan wanprestasi atas perjanjian yang telah di sepakati dapat
melakukan gugatan atas gugur nya perjanjian tersebut di akibatkan
tidak terpenuhi nya syarat-syarat sah nya suatu perjanjian
sebagaimana yang telah di atur di Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Menurut sistem hukum yang berlaku di indonesia dewasa
ini, untuk mengadakan perjanjian pengangkutan barang-barang atau
penumpang tidak disyaratkan harus secara tertulis, sesuai dengan
empat syarat yang disebutkan diatas. Jadi, cukup diwujudkan dengan
persetujuan kehendak secara lisan saja maka dapat disimpulkan bahwa
perjanjian pengangkutan itu bersifat konsensual.21
21 Ibid. hal. 12-13.
32
F. Asas-Asas Hukum Perjanjian Pengangkutan
Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata
menyebutkan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang Undang bagi mereka yang membuatnya, sehingga dengan
asas itu hukum perjanjian menganut sistem terbuka, yang memberi
kesempatan bagi semua pihak untuk membuat suatu perjanjian
ketentuan di atas memberikan jaminan kepastian hukum bagi pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata Pasal 1338 ayat (3)
telah memberikan suatu asas keadilan yaitu asas pelaksanaan
perjanjian secara itikad baik jaminan keadilan itu juga dipedomani
pada Pasal 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata bahwa suatu
perjanjian akan dapat dibatalkan jika bertentangan dengan Undang
Undang Kesusilaan yang baik dan atau ketertiban umum.
Kejujuran dan kepatuhan adalah dua hal yang amat penting
dalam soal pelaksanaan persetujuan.22
Pasal 1338 ayat 3 Burgerlijk Wetboek (B.W.) secara umum
menentukan, bahwa segala persetujuan harus dilakukan secara jujur,
sedang menurut pasal 1339 B.W. kedua belah pihak tidak hanya
terikat oleh apa yang secara tegas (uitdrukkelijk) disebutkan dalam
22 R.Wirjono Prodjodikoro, 2000, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung, Penerbit Mandar Maju, Hal. 102.
33
suatu persetujuan melainkan juga oleh yang di haruskan menurut sifat
persetujuan kepatuhan adat kebiasaan dan undang-undang. Lebih jelas
lagi dikatakan dalam pasal 1347 B.W., bahwa, apabila pada sebuah
persetujuan ada tersangkut janji-janji yang memang lazim dipakai
dalam masyarakat (bestendig gebruikelijk, yaitu menurut adat
kebiasaan), maka janji-janji ini dianggap termuat dalam isi
persetujuan, meskipun kedua belah pihak dalam membentuk
persetujuan sama sekali tidak menyebutkan nya.23
Asas-asas hukum perjanjian meliputi :
1. Asas kebebasan berkontrak
Setiap orang bebas menentukan isi dan syarat yang digunakan
dalam suatu perjanjian yang diambil untuk mengadakan atau
tidak mengadakan suatu perjanjian (Pasal 1338 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata).
2. Asas konsesualisme
Dengan adanya konsesualisme Kontrak dikatakan telah lahir
jika telah ada kata sepakat atau persesuaian kehendak diantara
para pihak yang membuat.
3. Asas pacta sunt servanda
Keseimbangan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak
seimbang, maka asas kepastian hukum ini dapat dicapai
23 Ibid.
34
semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai
Undang Undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338
ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata) dan pihak
ketiga wajib menghormati perjanjian yang dibuat oleh para
pihak artinya tidak boleh mencampuri isi perjanjian.
4. Asas kepribadian
Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkan suatu janji dari pada untuk
dirinya (Pasal 1315 Kitab Undang Undang Hukum Perdata)
bila dibuat maka pihak ketiga tidak rugi dan mendapat
manfaat karenanya. Pada dasarnya seseorang dapat minta
ditetapkan dirinya sendiri kecuali Pasal 1317 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata yaitu janji untuk pihak ke-3 (ketiga).
G. Hak dan Kewajiban Para Pihak Pada Perjanjian Pengangkutan
Pihak-pihak yang yang terlibat di dalam perjanjian
pengangkutan antara lain:24
a. Pihak pengangkut
Secara umum, di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum dagang (KUHD) tidak dijumpai defenisi
pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut. Akan tetapi,
dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan,
24 Surwadjoko Warpani1, op.cit, hal. 60.
35
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang)
dan/atau barang.
b. Pihak Penumpang
Peraturan pengangkutan di Indonesia menggunakan
istilah “orang” untuk pengangkutan penumpang. Akan
tetapi, rumusan mengenai “orang” secara umum tidak diatur.
Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang,
penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk
membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia berhak
untuk memperoleh jasa pengangkutan.
c. Pihak Pengirim
Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD)
Indonesia juga tidak mengatur defenisi pengirim secara
umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri
untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar
itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang
dari pengangkut. Dalam bahasa inggris, pengirim disebut
consigner, khusu pada pengangkutan perairan pengangkut
disebut shipper.
36
Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang
harus dipenuhi pengenudi kendaraan bermotor umum, yaitu:
1. Mengangkut Penumpang yang membayar sesuai dengan tarif
yang telah ditetapkan;
2. Memindahkan penumpang dalam perjalanan ke Kendaraan
lain yang sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut
biaya tambahan jika Kendaraan mogok, rusak, kecelakaan,
atau atas perintah petugas;
3. Menggunakan lajur Jalan yang telah ditentukan atau
menggunakan lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului
atau mengubah arah;
4. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang;
5. Menutup pintu selama Kendaraan berjalan; dan
6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan
umum.
Selain itu di dalam UU No. 22 tahun 2009 terdapat beberapa
kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan angkutan umum,
yaitu:
1.Menyerahkan tiket penumpang (Pasal 167 UU No. 22 Tahun
2009);
37
2.Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkutan untuk
angkutan tidak dalam trayek (Pasal 167 UU No. 22 Tahun
2009);
3.Menyerahkan tanda pengenal bagasi kepada Penumpang
(Pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);
4.Menyerahkan manifes kepada pengemudi Penumpang (Pasal
167 UU No. 22 Tahun 2009);
5.Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang
dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan
dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh
Penumpang dan/atau pengirim barang (Pasal 186 UU No. 22
tahun 2009);
6.Perusahaan Angkutan Umum wajib mengembalikan biaya
angkutan yang telah dibayar oleh Penumpang dan/atau
pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan
(Pasal 187 UU No. 22 tahun 2009);
7.Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang
diderita oleh Penumpang atau pengirim barang karena lalai
dalam melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 188 UU No.
22 tahun 2009);
8.Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan
tanggung jawabnya (Pasal 189 UU No. 22 tahun 2009).
38
Selain itu dalam UU No. 22 Tahun 2009 terdapat beberapa
hak-hak dari pihak pengangkut, yaitu:
1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang
yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi
kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan
perjanjian angkutan (Pasal 195 ayat (1) UU No. 22 Tahun
2009).
2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya
tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil
sesuai dengan kesepakatan (Pasal 195 ayat (2) UU No. 22
Tahun 2009).
3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang
diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak
memenuhi kewajiban (Pasal 195 ayat (3) UU No. 22 Tahun
2009).
4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau
penerima sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati,
perusahaan angkutan umum berhak memusnahkan barang
yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam
penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 196 UU No. 22 Tahun 2009).
39
Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak penumpang
dalam perjanjian pengangkutan adalah membayar biaya
pengangkutan. Setelah membayar biaya pengangkutan kepada pihak
pengangkut maka secara otomatis pihak penumpang berhak atas
pelayanan pengangkutan dari pihak pengangkut.
H. Tanggung Jawab Para Pihak
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. dalam bukunya Hukum
Pengangkutan Niaga membagi tanggung jawab para pihak dalam
perjanjian pengangkutan ke dalam 4 (empat) bagian yaitu tanggung
jawab para pihak dalam pengangkutan kereta api, tanggung jawab para
pihak dalam pengangkutan darat, tanggung jawab para pihak dalam
pengangkutan perairan, dan tanggung jawab para pihak dalam
pengangkutan udara.25
Menurut Pasal 234 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan perusahaan pengangkutan
umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
penumpang, pengirim atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam
melaksanakan pelayanan pengangkutan. Selama pelaksanaan
pengangkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut
pada dasarnya berada dalam tanggung jawab perusahaan
pengangkutan umum. Oleh karena itu, sudah sepatutnya apabila
25 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 37.
40
kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab
terhadap setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim,
yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya.
Tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum terhadap
penumpang dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat
tujuan yang telah disepakati. Demikian juga halnya dengan tanggung
jawab terhadap pemilik barang(pengirim) dimulai sejak barang
diterima untuk diangkut sampai diserahkannya barang kepada
pengirim atau penerima.
Menurut H.M.N Purwosutjipto, kewajiban-kewajiban dari
pihak pengangkut adalah.26
1. Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk
menyelenggarakan pengangkutan .
2. Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/ atau barang yang
diangkutnya. Dengan demikian maka sejak pengangkut menguasai
orang (penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka
sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (Pasal
1235 KUHPerdata).
3. Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi:
26 H. M. N. Purwosutjipto, 1981. Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan. Jakarta. hlm. 21-22
41
a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau
peranakbuahan alat pengangkutnya;
b. Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai
menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;
c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas
muatan yang diangkut.
4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dalam perjanjian.
Besarnya ganti kerugian adalah sebesar kerugian yang secara
nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga.
Kerugian secara nyata ini adalah ketentuan undang-undang yang tidak
boleh disampingi oleh pengangkut melalui ketentuan perjanjian yang
menguntungkannya karena ketentuan ini bersifat memaksa (dwingend
recht). Tidak termasuk dalam pengertian kerugian yang secara nyata
diderita, antara lain :
a.Keuntungan yang diharapkan akan diperoleh;
b.Kekurang nyamanan akibat kondisi jalan atau jembatan yang
dilalui selama dalam perjalanan; dan
c.Biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.
Dari perikatan yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirim
barang, timbul suatu hukum yang saling mengikat antara para pihak
yang terkait dalam perikatan tersebut. Adapun hukum yang mengikat
42
tersebut adalah berupa hak dan kewajiban. Dan kami menitikberatkan
pada pembahasan tentang tanggung jawab yang berkenaan dengan
pengangkut atas barang angkutannya. Kewajiban-kewajiban
pengangkut pada umumnya antara lain adalah:27
1. Mengangkut penumpang atau barang-barang ke tempat tujuan
yang telah ditentukan.
2. Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang
dengan sebaik-baiknya.
3. Memberi tiket untuk pengangkutan penumpang dan tiket
bagasi.
4. Menjamin pengangkutan tepat pada waktunya.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Luas tanggung jawab pengangkut diatur dalam kitab
undang-undang hukum perdata indonesia. Pengangkut wajib
membayar ganti kerugian atas biaya, kerugian yang diderita, dan
bunga yang layak diterima jika dia tidak dapat menyerahkan atau tidak
merawat sepatutnya untuk menyelamatkan barang muatan.28
Biaya, kerugian, dan bunga pada umumnya terdiri atas
kerugian yang telah diderita dan laba yang seharusnya akan
diterima. Apabila tanggung jawab tersebut tidak dipenuhi, dapat
27 Endra Yuda, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Pengangkutan Darat, https://feelinbali.blogspot.co.id/2014/03/kewajiban-dan-tanggung-jawab-pengangkut.html, di akses pada tanggal 26 November 2016 pada pukul 12.36 WIB. 28 Pasal 1236 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
43
diselesaikan melalui gugatan kemuka pengadilan yang berwenang
atau gugatan melalui arbitrase.29
B. Tinjauan Umum Tentang Sistem Transportasi Publik
1. Pengertian Transportasi Publik
Transportasi umum atau transportasi publik adalah seluruh alat
transportasi saat penumpang tidak berpergian menggunakan
kendaraannya sendiri. Transportasi Umum pada umum nya termasuk
Kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai
penerbangan, feri, taksi,dan lain-lain.30
Konsep transportasi publik sendiri tidak dapat dilepaskan dari
konsep kendaraan umum. Pengertian kendaraan umum berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum
yaitu Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran
baik langsung maupun tidak langsung.31
Fungsi transportasi umum (pengangkutan) memegang peranan
penting dalam usaha mencapai tujuan pengembangan ekonomi dalam
29 Pasal 1246 Kitab Undang-Undan Hukum Perdata Indonesia.
30 Wikipedia, Sistem Transportasi Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum, diakses pada tanggal 7 Juni 2017 , pukul 21.58 WIB. 31 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum
44
suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi yang bisa
diperkenankan oleh jasa transportasi adalah:32
1. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi
yang merata antara penduduk, bidang usaha dan daerah.
2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat
dihasilkan para konsumen, industri dan pemerintah.
3. Mengembangkan industrial nasional yang dapat menghasilkan
devisa serta mensupply pasaran dalam negeri
4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi
masyarakat. Ada peranan transportasi dalam kegiatan non-
ekonomis yaitu sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa,
transportasi menciptakan dan meningkatkan standar kehidupan
masyarakat secara keseluruhan, mempertingi Ketahanan
Nasional Bangsa Indonesia (Hankamnas) dan menciptakan
pembangunan nasional.
Fungsi lain transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan
barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan
penumpang tegantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place
utility). Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan barang
atau mobilitas manusia. Tansportasi juga membantu tercapainya
pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Transportasi
45
berfngsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promotion
sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bago perkembangan
ekonomi.33
Transportasi merupakan pergerakan tingkah laku orang dalam
ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun membawa
barang.34
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung
kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah baik
itu daerah perdesaan maupun daerah yang lainnya. Sistem transportasi
yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas
penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya
pertumbuhan ekonomi didaerah ini menyebabkan pengurangan
konsentrasi tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan
pada wilayah tertentu, selain itu transportasi juga untuk membuka
peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi
perbedaaan antar wilayah sehingga mendorong terjadinya
pembangunan antar wilayah. Dengan adanya transportasi harapannya
dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke arah
33 Remaja Sampit, Kegunaan-manfaat-fungsi Transportasi Publik, http://remajasampit.blogspot.co.id/2014/08/kegunaan-manfaat-dan-fungsi-transportasi.html, Diakses pada Tanggal 7 Juni 2017 Pada Pukul 22.42 WIB 34 Soesilo. Nining I. 1999. Ekonomi Perencanaan dan Manajemen Kota. Jakarta. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia
46
perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri
maupun sektor lainnya merata disemua daerah.35
Pentingnya peran transportasi publik dalam semua aspek
mengharuskan ditemukan nya sebuah sistem transportasi publik yang
handal, efisien dan efektif. Transportasi yang efektif memiliki arti
bahwa sistem transportasi yang memenuhi kapasitas yang angkut,
terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi, tertib,
teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya
terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik
sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki
utilitas yang tinggi.
2. Pihak-Pihak Dalam Transportasi Publik
Manajemen transportasi melibatkan pihak-pihak yang secara
langsung menentukan kinerja transportasi. Setidaknya ada enam
pihak dalam manajemen trasportasi (Bowersox, 2013), yaitu: (1)
pengirim (shipper), seringkali disebut sebagai consignor; (2)
Penerima (receiver), dikenal sebagai consignee; (3) Perusahaan
penyedia jasa transportasi (carrier dan agent); (4) Pemerintah
35 Armin Atmajaya, Pengaruh Perkembangan Transportasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi, http://arminsiparacca07.blogspot.co.id/2011/03/pengaruh-perkembangan-transportasi.html, Diakses Pada Tanggal 7 Juni 2017 Pada Pukul 23.00 WIB.
47
(government); (5) Teknologi informasi dan komunikasi (ICT); dan
Masyarakat (public).36
Gambar 1.
Bagan Alur Konsep Integrasi Moda Transportasi Publik
Sumber Gambar : http://supplychainindonesia.com/new/transportasi-dalam-
rantai-pasok-dan-logistik/
Pengirim (shipper) dan Penerima (receiver)
36 Dr.Zaroni, Transportasi Dalam Rantai Pasokan dan Logistik, http://supplychainindonesia.com/new/transportasi-dalam-rantai-pasok-dan-logistik/, Diakses pada Tanggal 8 Juni 2017, Pada Pukul 12.57 WIB.
48
Pengirim dan penerima adalah pihak-pihak yang
memerlukan pergerakan produk antara dua lokasi dalam rantai
pasok. Umumnya, pengirim berkepentingan terhadap
penyelesaian transaksi penjualan atau pembelian
produk. Keberhasilan transaksi tersebut membutuhkan
pergerakan barang-barang dari lokasi asal ke lokasi tujuan dengan
biaya transportasi yang paling rendah. Bagi pengirim dan
penerima, isu-isu penting yang harus disolusikan adalah waktu
pengambilan dan pengantaran barang, waktu singgah, kehilangan
dan kerusakan barang, penagihan, dan keakuratan informasi.
Perusahaan penyedia jasa transportasi (carrier dan agent);
Carrier merupakan pihak yang menyelenggarakan
transportasi barang. Sebagai perusahaan penyedia jasa
transportasi, carrier akan membebankan tarif angkutan
semaksimal mungkin dan meminimalkan biaya tenaga kerja, fuel,
dan biaya operasional kendaraan. Untuk mencapai tujuan ini,
carrier melakukan koordinasi waktu pengambilan dan
pengantaran barang untuk beberapa pengirim dengan cara
konsolidasi agar dapat mencapai operasional yang efisien.
Carrier membuat keputusan investasi yang terkait dengan
kebutuhan bisnis dan operasional transportasi,
seperti truck, pesawat udara, kapal, lokomotif, dan lain-lain, dan
menyelenggarakan bisnis transportasi dengan biaya operasional
49
yang efisien untuk memaksimalkan tingkat pengembalian atas aset
yang telah diinvestasikan.
Pemerintah (government).
Pemerintah berperan dalam transportasi melalui penyediaan
infrastruktur yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan raya,
pelabuhan, bandar udara, jaringan kereta api, kebijakan regulasi
transportasi, dan pelayanan pemerintah untuk menyelenggarakan
transportasi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan kinerja logistik
nasional.Hampir semua infrastruktur transportasi dimiliki dan
dikelola sebagai barang atau layanan publik. Untuk itu, kebijakan
transportasi diarahkan untuk menciptakan lingkungan usaha yang
fair dan kompetitif, mencegah monopoli, keseimbangan
lingkungan dan hemat energi.
Teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
ICT diperlukan untuk menyediakan informasi yang akurat
dan real-time antara pelanggan dan pemasok atau antara pengirim
dan penerima.
Masyarakat (public).
Pihak terakhir dalam sistem transportasi adalah
publik. Publik berkepentingan terhadap kebutuhan transportasi
yang dapat dijangkau dengan mudah, biaya yang murah, aman,
50
selamat, dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Secara
tidak langsung, publik menciptakan permintaan jasa transportasi
dengan cara pembelian produk-produk.
3. Kriteria Transportasi Publik
Sebagai sarana transportasi publik, maka transportasi harus
memenuhi kriteria pelayanan publik, Dagun et. Al (2006)
mengungkapkan bahwa transportasi yang baik bagi pelayanan publik,
harus memenuhi tiga kriteria dasar, yaitu kenyamanan, keamanan dan
kecepatan.37
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kenyamanan transportasi di Indonesia,sebagai berikut :38
a) Kesiapan Manusia
Masyarakat sebagai pengguna transportasi dan operator
transportasi, harus selalu mentaati ketentuan angkutan
umum dan jalan raya. Pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan aturan hukum berupa UU No. 22 Tahun
2009. Peraturan tersebut mengatur bagaimana cara
melakukan kegiatan transportasi di jalan raya. Undang-
undang dikeluarkan sebagai salah satu upaya untuk
37 Dagun. Save M. 2006. Busway. Terobosan Penanganan Transportasi Jakarta. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hlm 126. 38 Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Menjaga Keamanan dan Kenyamanan Transportasi Darat, Air dan Udara, http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/08/menjaga-keamanan-dan-kenyamanan.html, Diakses Pada Tanggal 8 Juni 2017, Pukul 23.27 WIB.
51
mewujudkan transportasi yang aman dan nyaman bagi
masyarakat. Sebagai pengendali alat transportasi,
kesalahan dan kelalaian manusia adalah sebagai faktor
tertinggi penyebab utama kecelakaan. Sebagai warga yang
baik, kita harus selalu taat pada peraturan berlalu lintas
agar transportasi menjadi aman dan nyaman.
b) Sarana dan Prasarana
Peralatan transportasi merupakan salah satu bagian penting
untuk mendukung keselamatan dan kenyamanan
transportasi. Banyak kecelakaan yang terjadi disebabkan
kendaraan yang tidak layak jalan. Pelampung penumpang
harus selalu dipersiapkan pada sarana transportasi air.
Pengemudi dan penumpang mobil yang duduk di depan
harus selalu mengenakan sabuk pengaman. Pada saat naik
bus, kita harus selalu memperhatikan peralatan yang ada
dalam bus, misalnya: harus ada palu pemecah kaca darurat
di tempat terjangkau di dalam bis. Selain peralatan di
dalam kendaraan, hal lain yang sangat penting adalah
rambu-rambu dalam berkendara dan berlaulintas.
Terminal, halte, dan tempat penyeberangan, merupakan
prasarana lain yang juga sangat penting dalam kegiatan
transportasi.
52
c) Kelembagaan Dalam Kegiatan Transportasi
Kegiatan transportasi tentu memerlukan peran
kelembagaan dalam kegiatan transportasi, agar dapat
berjalan lancar. Terdapat berbagai bentuk kelembagaan
ekonomi, seperti: PT, CV, Firma, Perusahaan Perorangan,
dan Koperasi. Tapi pada umumnya yang menangani
kegiatan transportasi di Indonesia adalah berbentuk PT.
Ketentuan kedua adalah keamanan, yaitu aspek rasa aman yang
dirasakan oleh penumpang selama mendapatkan pelayanan
transportasi. Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur
rasa aman diantaranya adalah sistem tertutup dimana sarana
transportasi tidak mudah diakses oleh pihak lain yang bukan
penumpang. Pada kasus bus, termasuk di dalamnya adalah halte atau
terminal yang hanya diakses oleh penumpang yang sudah membeli
tiket bus. Selain itu, adalah sistem naik dan turun penumpang. Untuk
menjaga keamanan, penumpang harus naik dan turun hanya pada halte
dan terminal yang telah ditetapkan, dan penumpang tidak dapat naik
dan turun pada tempat selain halte dan terminal resmi. Dengan
demikian, sistem tertutup ini dapat memberikan rasa aman bagi
penumpang dari ancaman pencurian, pencopetan, perampokan, atau
insiden-insiden lainnya yang mengancam keselamatan penumpang
dalam menggunakan jasa transportasi.
53
Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu kecepatan dalam proses
memenuhi waktu perjalanan menuju ke tempat tujuan. Ketentuan ini
tentu dapat tercapai dengan didukung oleh sarana dan prasarana
transportasi yang terintegritas dengan baik, sebagai contoh adalah
jalan khusus yang digunakan oleh busway di Kota Jakarta.
Sarana transportasi massal yang dapat memenuhi ketiga ketentuan
tersebut dapat dilakukan melalui konsep transportasi busway yang
diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sarana transportasi
ini, walaupun belum sesempurna yang diharapkan pada ketiga
ketentuan di atas, namun telah memenuhi harapan masyarakat ibu kota
dalam mendapatkan pelayanan transportasi publik yang cepat,
nyaman dan aman.39
4. Pendekatan dan Perencanaan Sistem Transportasi Publik
Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan
komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu
dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud
sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan).40
Sistem transportasi meliputi beberapa sistem yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Sistem-sistem yang membentuk
sistem transportasi antara lain sistem pergerakan, sistem jaringan, dan
sistem aktivitas. Selain itu terdapat pula sistem kelembagaan yang
39 Tamin, Ofyar Z, 1997, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Bandung, Penerbit ITB 40 Non Rianty, Pengertian Transportasi, http://www.sridianti.com/pengertian-transportasi.html, Diakses pada tanggal 9 Juni 2017, Pada Pukul 00.17 WIB.
54
berfungsi sebagai penunjang dan yang mempengaruhi hubungan
berbagai sistem tersebut. Sistem kelembagaan ini dituangkan dalam
bentuk peraturan dan perundang-undangan.
Untuk mencapai keberhasilan didalam menentukan prioritas bagi
pergerakan lalu lintas tertentu dapat dicapai dengan berbagai cara
tergantung pada skala waktu yang dibutuhkan. Sebagai contoh,
tindakan manajemen lalu lintas dengan biaya rendah (low cost traffic
management) umumnya mudah di implimentasikan tetapi disisi
lainnya memerlukan komitmen yang tinggi antar instansi terkait
dengan memberlakukan/menempatkan/menegakkan komponen
software yang memadai. Dengan metode ini, tentunya tidak akan
banyak perubahan terhadap infrastruktur yang ada dan biasanya hanya
dapat bertahan untuk jangka pendek (short term solution). Seringkali
pemecahan jangka pendek juga sangat merepotkan karena harus
sering dimonitor dan dikaji ulang , untuk itu umumnya
dikombinasikan dengan program yang jangka panjang (long term)
yang dapat melibatkan investasi besar untuk menyediakan fasilitas
baru yang dibarengi dengan perencanaan dan pengendalian tata guna
lahan yang memadai.41
Sistem kegiatan merupakan perwujudan dari rang dan isinya,
terutama manusia dengan segala aktivitas nya yang dilakukan di suatu
41 Adi Tanuarto, Peranan Hirarki Sistem Jalan, https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/633/, Diakses pada tanggal 9 Juni 2017, Pada Pukul 00.34 WIB.
55
guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitasnya
tersebut , manusia membutuhkan perjalanan dengan menggunakan
transportasi publik. Makin tinggi kuantintas dan kualitas suatu
penduduk di suatu wilayah dengan kegiatannya, makin tinggi pula
pergerakan yang dihasilkan, baik dari segi jumlah (volume), frekuensi,
jarak, moda, maupun tingkat pemusatan temporal.
Sistem Jaringan adalah salah satu sarana dan prasarana yang
mendukung adanya sistem pergerakan daripada sistem transportasi
publik itu sendiri. Sarana dan prasarana yang dimaksudkan salah
satunya adalah infrastruktur yang menunjang berbagai kegiatan
transportasi public itu sendiri, salah satunya adalah jalan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan ait, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 5, peran
jalan dibagi menjadi 3, yaitu:
56
1) Sebagai prasarana transportasi : mempunyai peran
penting dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan hidup, politik, hankam, serta dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2) Sebagai prasarana distibusi barang dan jasa :
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara.
3) Merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan :
menghubungkan dan mengikat seluruh Wilayah
Republik Indonesia.
Sistem kelembagaan yang berkaitan dengan sistem transportasi
meliputi aspek legal (kesesuaian Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, maupun kebijakan insentif dan disinsentif dalam
penyelenggaraan transportasi), aspek organisasi (kesiapan organisasi
pemerintah, masyarkat, maupun swasta dalam penyelenggaraan
transportasi termasuk kejelasan pembagian tugas dan koordinasi antar
organisasi), aspek sumber daya manusia (merupakan kesiapan dari
sumber daya manusia yang terdiri dari operator, user, non-user,
regulator, dan sebagainya dalam penyelenggaraan transportasi
publik), serta aspek keuangan.
Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan akan
saling mempengaruhi. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan
mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada tingkat
57
pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem
jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui
peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan
tersebut. Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam
menampung pergerakan agar tercipta pergerakan yang lancar dan pada
akhirnya juga pasti mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem
jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga
sistem mikro ini saling berinteraksi dalam sistem transportasi makro.42
Kecenderungan orang untuk menggunakan kendaraan pribadi
akan selalu berkembang apabila pemerintah tidak melakukan upaya di
dalam memperbaiki kinerja sistem transportasi publik. Berikut
beberapa faktor yang menyebabkan angkutan umum tidak lagi
diminati oleh masyarakat :
Aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum
yang memadai;
Meningkatnya harga tanah di luar kota, sehingga
menyebabkan pemukiman yang makin jauh dari pusat kota
sehingga menyebabkan ketidakterjangkauanya moda
transportasi di banyak daerah;
42 Belajar Teknik, Sistem Transportasi Mikro-Makro, http://belajjarilmuteknik.blogspot.co.id/2013/12/sistem-transportasi.html, Diaskses pada tanggal 9 Juni 2017, pada pukul 14.26 WIB.
58
Dibukanya jalan baru membuat peningkatan penggunaan
menggunakan kendaraan pribadi semakin pesat, didukung
oleh lambatnya jaringan layanan angkutan umum yang
masuk pada saat itu.
Integrasi jaringan angkutan publik yang masih lemah dan
jauh dari kata baik.
Kurang terjamin nya kemanan dan konsep tepat waktu di
dalam angkutan umum pada saat ini.
Untuk terwujudnya sistem transportasi publik yang baik, maka
dapat dilakukan melalui metode pendekatan yang mengarah kepada
pergeseran pergerakan dalam ruang dan waktu seperti berikut ini :43
Dampak Pergeseran Waktu
Dibutuhkan kebijakan transportasi yang menghasilkan
dampak pergeseran waktu agar proses pergerakan masih
dapat dilakukan pada lokasi yang sama tetapi pada waktu
yang bersamaan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk mendukung kebijakan ini adalah
a. Strategi jam masuk/keluar kantor atau sekolah
yang berbeda-beda. Strategi ini mengarahkan agar
kegiatan yang terjadi waktunya tidak bersamaan
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
43Ofyar Z Tamin, 1999, Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Di DKI Jakarta, Jurnal PWK, Vol 10 No 1
59
kemacetan akibat menumpuknya pergerakan pada
waktu yang sama
b. Batas waktu pergerakan untuk angkutan barang.
Hal ini bertujuan agara kendaraan pengangkut
barang dengan kendaraan berat dapat beroperasi
pada malam hari saja.
c. Transporatsi publik yang tidak berbatas jam.
Sehingga memberikan kemudahan kepada
konsumen untuk dalam penggunaan nya.
Dampak Pergeseran Rute atau Lokasi
Kebijakan yang menghasilkan dampak pergeseran rute
atau lokasi dibutuhkan agar proses pergerakan masih dapat
dilakukan pada waktu yang sama, akan tetapi dengan
lokasi dan rute yang berbeda. Beberapa strategi yang dapat
mendukung kebijakan ini adalah :
a. Kebijakan road pricing seperti sistem stiker,
Electronic Road Pricing (ERP), Area Licensing
Scheme (ALS) menyebabkan pergerakan tetap
dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan
menggunakan ruas jalan yang lain
b. Strategi lainnya dapat berupa: penetapan rute
angkutan barang, three-in-one, penetapan ruas
jalan khusus untuk angkutan umum, dan lain-lain.
60
Dampak Pergeseran Moda
Kebijakan yang menghasilkan dampak pergeseran moda
dibutuhkan agar proses pergerakan masih dapat dilakukan
pada lokasi dan waktu yang sama tetapi dengan moda
transportasi yang berbeda. Pada prinspinya, kebijakan ini
didukung oleh kenyataan bahwa terdapat adanya
ketidakefisienan dalam penggunaan ruang jalan yang
memang sudah sangat terbatas :
a. Car/Van Pooling, startegi ini akan dapat
mengurangi jumlah kendaraan yang bergerak
dengan cara meningkatkan okupansi kendaraan
pribadi. Kebijakan bus karyawan atau kendaraan
antar-jemput untuk anak sekolah dan karyawan
merupakan salah satu perwujudan strategi car
pooling.
b. Kebijakan peningkatan pelayanan angkutan umum
melalui kombinasi strategi bus, kebijakan parkir,
batasan lalu lintas, sistem angkutan umum massal
(SAUM), dan fasilitas pejalan kaki merupakan
usaha-usaha yang mengarah kepada tejadinya
dampak pergeseran moda.
61
c. Jalur khusus bus, jika suatu ruas jalan mengalami
kemacetan, bus dapat menggunakan satu jalur
sendiri.
d. Prioritas bus pada persimpangan berlampu
lalulintas. Detektor biasanya diletakan pada bus,
yang akan memberikan sinyal elektronik yang akan
diterima oleh penerima sinyal pada persimpangan
tersebut.
e. Kemudahan pejalan kaki. Untuk merangsang
masyarakat menggunakan angkutan umum, hal
utama yang perlu diperhatikan adalah pejalan kaki.
Perjalanan dengan angkutan umum hampir pasti
selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki.
Sehingga, jika fasilitas pejalan kaki tidak tersedia
dengan baik, masyarakat akan berkurang minat nya
untuk menggunakan angkutan umum. Hal yang
perlu diperhatikan adalah masalah fasilitas,
kenyamanan, dan keselamatan, serta perlu selalu
diingat bahwa “pejalan kaki bukanlah warga
negara kelas dua”.
f. Pergeseran moda transportasi ke moda
telekomuikasi. Strategi ini perlu diperhatikan
karena proses pemenuhan kebutuhan tidak selalu
62
harus dipenuhi dengan proses pergerakan.
Kebutuhan yang bersifat informasi dan jasa dapat
dipenuhi dengan menggunakan moda
telekomunikasi. Penggunaan fasilitas e-
mail,faksmili, dan internet akan sangat membantu
mengurangi jumlah pergerakan karena proses
pemenuhan kebutuhan yang bersifat informasi
dapat dilakukan tanpa seseorang harus bergerak.
Dampak Pergeseran Lokasi Tujuan
Kebijakan yang menghasilkann dampak pergeseran lokasi
tujuan dibutuhkan agar proses pergerakan masih dapat
dilakukan pada lokasi, waktu, dan moda transportasi yang
sama tetapi dengan lokasi tujuan yang berbeda. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung kebijakan
ini adalah :
a. Upaya mengarahkan pembangunan tata guna lahan
sedemikian rupa sehingga pergerakan yang
dibangkitkann atau yang tertarik terjadi hanya pada
satu lokasi atau beberapa lokasi yang saling
berdekatan saja. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengupayakan
pembangunan pusat-pusat kegiatan yang terpadu
dengan berbagai jenis dan macam kegiatan
63
sehingga penduduk untuk pergi bekerja, belanja,
sekolah, dan lain-lain cukup hanya pada satu lokasi
yang berdekatan saja.
b. Penyebaran secara lebih merata lokasi pusat
kegiatan utama (sentra-sentra perimeter) dan
rayonisasi sekolah di daerah perkotaan akan sangat
mendukung kebijakan pegeseran lokasi.
c. Untuk menghindari pergerakan arus bolak-balik
yang tinggi setiap hari, perlu dibangin kota satelit
atau kota baru mandiri yang salah satu fungsinya
mengurangi intensitas kegiatan di kota induk serta
menahan arus urbanisasi, dan merupakan filter bagi
kota induk. Secara teori kota Bekasi, Tanggerang,
dan Bogor dapat merupakan kota satelit bagi DKI
Jakarta sehingga orang yang bertempat tinggal di
kota tersebut atau sekitar nya tidak perlu jauh-jauh
ke DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhannya
Secara umum, target utama yang di harapkan pada penerapan
strategi yang dijelaskan di atas yaitu : 44
a. Pengurangan jumlah pegerakan melalui pengaturan
aktivitas-aktivitas yang membangkitkan pergerakan;
44Ibid.
64
b. Pengurangan jumlah pergerakan kendaraan yang bergerak
proses pergeesaran moda dan penggunaan kendaraan yang
berokupansi tinggi;
c. Dekonsentrasi arus lalulintas dalam ruang dan waktu.
Tak ada satupun kebijakan yang dapat langsung memecahkan
secara tuntas masalah transportasi public. Kebijakan yang diambil
harus merupakan gabungan dari beberapa kebijakan atau strategi yang
secara sinergis akan dapat memecahkan masalah transportasi publik
yang ada. Untuk itu beberapa kebijakan lainnya yang harus dilakukan
bersama-sama agar dapat menunjang konsep transportasi publik akan
dijelaskan berikut ini :
Kebijakan Peningkatan Kapasitas Prasarana
Kebijakan ini harus dilaksanakan secara sangat selektif
tergantung dari tingkat prioritas dan kemampuan
pendanaan. Peningkatan kapasitas prasarana dapat
dilakukan selain dengan melebarkan jalan, juga dapat
dilakukan dengan memperbaiki titik-titik rawan kemacetan
yang banyak terdapat pada jaringan jalan di daerah
perkotaan. Pembenahan sistem jaringan jalan dan sistem
hierarki serta pembangunan jalan terobosan baru harus
dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari
penyempitan, misalnya dengan cara :
a. Pelebaran dan perbaikan geometric persimpangan
65
b. Pembuatan persimpangan tidak sebidang;
c. Pembangunan jalan terobosan untuk melengkapi
sistem jaringan jalan yang telah ada dan
pembenahan sistem hirarki jaln. Hal ini terutama
terlihat pada daerah yang berbatasan dengan daerah
administrasi lain. Karena tidak ada koordinasi yang
baik antara kedua pemerintah daerah, maka
pembangunan sistem jaringan jalan di daerah
perbatasan sering tidak sinkron sehingga
menimbulkan penyempitan.
d. Pembuatan jembatan penyebrangan, baik untuk
pejalan kaki maupun untuk kendaraan pada daerah
tertentu untuk mengurangi kecelakaan dan juga
untuk membuka isolasi akibat pembangunan jalan
tol yang memisahkan satu daerah menjadi dua
daerah yang terisolasi.
Kebijakan Optimasi Kapasitas Prasarana
Sebelum memulai membicarakan hal yang membutuhkan
biaya yang sangat besar tersebut, pertanyaan yang perlu
segera dijawab adalah seberapa jauh jaringan jalan yang
ada sekarang ini berfungsi sesuai dengan kapasitas yang
seharusnya. Terdapat beberapa permasalahan pada sistem
66
jaringan jalan di DKI- Jakarta yang harus segera
dipecahkan sebagaimana dikemukakan berikut ini:45
a. Gangguan samping yang sangat besar yang
disebabkan oleh ribbon development yang akan
sangat mengurangi kapasitas jalan yang sudah
sangat terbatas.
b. Sistem arus lalulintas satu arah adalah cara yang
sangat baik dan efektif serta murah untuk
meningkatkan kapasitas jaringann jalan (secara
teoritis, kapasitas dapat ditingkatkan dua kali tanpa
harus melebarkan jalan). Kelemahannya, terjadi
peningkatan jarak dan waktu tempuh. Untuk itu, hsl
ysng dirasakan sangat perlu untuk mengurangi
dampak negative tersebut adalah dengan
memberikan rambu petunjuk jalan yang baik dan
lengkap untuk mengarahkan perjalanan ke tempat
tujuan.
c. Mengatur kegiatan parkir di badan jalan sehingga
kapasitas jalan tersebut dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin.
d. Mengatur fungsi dari tempat pejalan kaki seusai
sebagaimana mestinya.
45 Ibid.
67
Kebijakan Rekayasa dan Manajemen Lalulintas
Kebijakan rekayasa dan manajemen lalulintas
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Pemasangan dan perbaikan sistem lampu
lalulintas baik secara terisolaso maupun
terkoordinasi yang dapat mengikuti
fluktuasi arus lalulintas. Sistem ini dikenal
dengan Area Traffic Control System
(ATCS).
b. Perbaikan perencanaan sistem jaringan
jalan yang ad, termasuk jaringan jalann
Kereta Api, jalan raya, bus, dilaksanakan
untuk menunjang sistem angkutan umum
transportasi perkotaan terpadu (SAUTPT)
c. Perlunya penerapan pembatasan lalulintas
(traffic restraint) terhadap kendaraan
pribadi telah diterima oleh pakar
transportasi sebagai hal yang penting dalam
menanggulangi masalah kemacetan di DKI
Jakarta
68
Hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam menunjang sistem
transportasi yang baik adalah : 46
Pelatihan transportasi perkotaan bagi staff pemerintah
daerah. Kesiapan pemerintah daerah dalam mengelola dan
mengatur daerah nya sendiri sangatlah penting dan
diperlukan. Pelatihan merupakan cara yang sangat efektif
untuk memperluas wawasan dan pengetahuan aparat dan
staf pemerintah daerah dalam masalah transportasi,
termasuk mengelola, merencana, dan mengatur.
Sosialisasi peraturan dan penegakan hukum.
Ketidakdisiplinan selalu merupakan alasan utama
terjadinya permasalahan transportasi perkotaan.
Penegakan hukum berperan sangat penting. Undang-
undang beserta perangkat peraturan pelaksanaannya perlu
disebarluaskan agar masyarakat dapat memahaminya,
termasuk penjelasan yang rinci tentang cara mentaati
peraturan berikut sanski pelanggarnya. Perangkat hukum
tadi juga memerlukan peraturan pelaksanaan, sarana dan
prasarana yang jelas, penegakan hukum, dan pembuktian
yang jelas.
46 Ibid.
69
Namun keterbatasan alokasi lahan untuk jaringan jalan di daerah
perkotaan yang tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah
kendaraan pada akhirnya akan menyebabkan metode-metode ini akan
mencapai titik jenuh (saturation point) yang tidak mampu lagi
mengatasi problem kemacetan lalu lintas pada masa-masa mendatang.
Untuk itulah, studi tentang Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM)
perlu dimulai sejak sekarang sebagai alternatif moda transportasi
kawasan perkotaan pada masa mendatang. Sebagai sarana transportasi
masa depan, SAUM haruslah memiliki keunggulan-keunggulan antara
lain:47
a. Kemampuan daya angkut besar
b. Kecepatan yang tinggi
c. Keamanan terjamin
d. Kenyamanan yang memadai
e. Biaya perjalanan terjangkau
f. Aksesbilitas Tinggi
g. Ramah Lingkungan
Sebenarnya, penerapan SAUM di beberapa kota besar di Indonesia
bukan hal baru. Misalnya kota Surabaya, pada masa kolonial Belanda
sudah ada sarana trem yang melayani pergerakan penduduk kota
47 M Helmy Hisyam, Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) Solusi Mengatasi Kemacetan Di Perkotaan, http://helmyhisyam.blogspot.co.id/2009/05/sistem-angkutan-umum-massal-saum-solusi.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2017, Pada pukul 01.24 WIB.
70
Surabaya pada saat itu. Akan tetapi entah mengapa pad akhirnya trem
tersebut akhirnya tidak difungsikan lagi dan sekarang jaringan rel trem
tersebut sudah raib entah kemana. Agaknya kita harus mengakui bahwa
pemerintah RI pada saat itu belum memiliki kebijakan mengenai
transportasi perkotaan yang bersifat strategis atau mungkin karena
tidak mempunyai cukup dana untuk mengoperasikan trem sehingga
sarana transportasi ini kemudian dihentikan pengoperasiannya. Dan
setelah lebih dari lima dasawarsa, akhirnya pemerintah kota Surabaya
mulai kerepotan dengan problem kemacetan lalulintas yang serius pada
beberapa ruas jalan di Surabaya.
Hambatan terbesar dari penerapan SAUM adalah biaya investasi
yang amat mahal, yang meliputi biaya pembangunan awal (stasiun,
kereta api, jaringan rel, pelatihan SDM yang mengoperasikan), biaya
pemeliharaan serta biaya operasional. Oleh karena itu diperlukan
kerjasama pihak swasta yang berani melakukan investasi jangka
panjang semacam ini. Dengan pertimbangan tersebut SAUM harus
diterapkan pada koridor utama dengan perkiraan jumlah penumpang
lebih dari 30.000-40.000 orang/arah/jam. Dan untuk mendapatkan
penumpang sebanyak itu maka perlu dilakukan upaya terpola sebagai
berikut:48
Adanya sistem pengumpan pada jalur SAUM
48 Ibid.
71
Frekuensi perjalanan kereta api harus sesuai dengan
kebutuhan atau karakteristik kedatangan pengguna jasa
pada sistem tersebut.
Pengembangan lokasi stasiun SAUM sebagai pusat
kegiatan yang dapat menarik orang sehingga bisa berfungsi
sebagai tujuan/asal perjalanan
Penerapan sistem penunjang yang dapat menjamin
digunakannya sistem angkutan umum massal seoptimal
mungkin
Pemberian kemudahan bagi pengguna sistem SAUM.
Untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul akibat
meningkatnya aktivitas dan pergerakan manusia maupun barang, maka
dibutuhkan suatu perencanaan sistem transportasi. Perencanaan
transportasi merupakan proses yang bertujuan mengembangkan suatu
sistem yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau
berpindah tempat dengan aman dan murah (Pignataro, 1973 dalam
Tamin, 1997). Selain aman dan murah, disebutkan pula bahwa
transportasi harus cepat dan nyaman, terutama bila digunakan untuk
mengangkut manusia (Tamin,1997).
Pengelolaan transportasi secara umum dapat diartikan sebagai
usaha untuk mengatur dan memanajemen pengadaan pelayanan sistem
trasnportasi kearah yang lebih maksimal dalam memenuhi permintaan
72
dari para pemakai jasa transportasi (Fidel, 1997). Pengelolaan
transportasi bisa dimulai dari perencanaan transportasi. Kajian
perencanaan transportasi mempunyai ciri yang berbeda dengan kajian
bidang lain karena objek penelitian perencanaan transportasi cukup
luas dan beragam. Ciri singkat kajian perencanaan transportasi menurut
Ofyar (2000) ditandai dengan multimoda, multidisipin, multisektoral
dan multimasalah (lihat juga LPM-ITB, 1996, 1997a). Multimoda
berarti melihat kajian perencanaan transportasi lebih dari satu moda.
Hal ini dapat disambungkan dengan kebutuhan pergerakan manusia
atau barang membutuhkan banyak moda sehingga integrasi antar moda
memegang peranan yang penting. Multidisiplin berarti dalam kajian
perencanaan transportasi melibatkan banyak bidang keilmuan. Bidang
keilmuan yang berpengaruh antara lain rekayasa, ekonomi, geografi,
penelitian operasional, sosial poltik, metematika, informatika, dan
psikologi. Bidang ilmu yang akan di terapkan dalam kajian
perencanaan transportasi diupayakan akan saling melengkapi dan
bersinergi menghasilkan model tranportasi yang mampu menjawab
permasalahan yang ada. Multisektoral melibatkan banyaknya lembaga
yang akan mengkaji terkait perencanaan transportasi. Lembaga ini bisa
dari pihak pemerintahan maupun pihak swasta. Antara pihak
pemerintahan dan swasta mempunyai kepentingan yang berbeda
sehingga perlu koordinasi dan penanganan yang baik. Ciri terakhir
adalah multimasalah, kajian perencanaan transportasi meliputi kajian
73
tentang multimoda, multidisiplin, multisektoral maka tentu saja akan
menimbulkan beragam masalah. Banyak masalah yang ditimbulkan ini
mempunyai dimensi yang luas, mulai dari aspek pengguna jasa,
rekayasa, operasional, ekonomi, sampai pada aspek sosial.49
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu ciri
dasar perencanaan transportasi adalah adanya jaringan multimoda. Hal
ini membuktikan bahwa kajian perencanaan transportasi publik selalu
melibatkan lebih dari satu moda transportasi. Transportasi intermodal
adalah pengangkutan barang atau penumpang dari tempat asal ke
tempat tujuan dengan menggunakan lebih dari satu moda transportasi
tanpa terputus dalam hal biaya, pengurusan administrasi, dokumentasi,
dan adanya satu pihak yang bertanggung jawab sebagai pengangkut.
Pelayanan transportasi intermodal kadang disebut juga pelayanan dari
pintu ke pintu (door to door service) (Abbas Salim, 1993). Dalam
transportasi intermodal ada tiga aspek yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1. Aspek Teknis
Harus adanya hubungan tiap moda dengan fasilitas yang
digunakan untuk menangani jenis barang atau kemasa
yang dibawa secara teknis
49 Nanik Wijayanti, Kajian Perencanaan Transportasi, https://nanikwijayanti.wordpress.com/2012/11/06/kajian-perencanaan-transportasi/, diakses pada tanggal 10 Juni 2017, pada pukul 01.51 WIB.
74
2. Aspek dokumentasi (file)
Dalam transportasi intermodal hanya terdapat satu macam
dokumen pengangkutan yaitu yang dikeluarkan oleh pihak
yang bertindak sebagai operator (intermodal
transportation operator).
3. Aspek Tanggung Jawab (liability)
Dalam pelaksanaan intermodal transportation hanya ada
satu pihak yang bertanggungjawab terhadap
terselenggaranya transportasi.
Peningkatan kebutuhan transportasi itermoda disebabkan oleh
efektifitas waktu yang digunakan dikarenakan pengguna jasa
transportasi tidak perlu mengurus dokumen perjalanan seperti tiket dan
sebainya untuk berganti moda, rendahnya biaya transportasi secara
total, dan terkendalinya biaya keselamatan, serta kepastian jadwal
keberangkatan dan kedatangan dari satu moda angkutan ke moda
angkutan yang lainnya.
5. Integrasi Moda Transportasi Publik
Integrasi moda transportasi umum merupakan salah satu bentuk
manajemen sistem transportasi umum yang mengkombinasikan dua
atau lebih moda transportasi umum guna mewujudkan pelayanan
transportasi umum yang optimal.
Wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa
sudah seharusnya memeiliki sistem transportasi public yang efisien
75
yang mana terintegrasi bukan hanya secara operasional tetapi juga
dengan sector lain seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan (Potter dan
Skinner, 2000; Murray, 2001; Warpani, 2002; Ibrahim, 2003; Hull,
2005; Preston, 2010; Santos et al, 2010). Integrasi transportasi public
merupakan solusi yang paling rasional untuk mengatasi permasalahan
transportasi perkotaan. Sistem transportasi public yang optimal hanya
bisa dicapai melalui pemahaman yang tepat mengenai pola perjalanan
masyarakat (travel behavior) serta kebutuhan dan ekspetasi
(preference) masyarakat terhadap kualitas pelayanan transportasi
publik.50
Dalam Sistem Transportasi Nasional (Sitranas) disebutkan bahwa
integrasi transportasi umum merupakan sasaran utama pengembangan
sistem trasnportasi nasional yang ditujukan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan keamanan trasnportasi, keteraturan, kelancaran,
kecepatan, kemudahan pencapaian, ketepatan waktu, kenyamanan,
ketertiban, keterjangkauan tarif, dan tingkat polusi yang rendah dalam
sati kesatuan jaringan transportasi public tanpa terlalu membebani
masyrakat namun tetap memberikan pelayanan yang maksimal dan
optimal (Transmedia, 2012). Optimal dalam hal ini mengandung
pengertian bahwa kapasitas pelayanan moda yang tersedia seimbang
dengann permintaan kebutuhan perjalanan masyarakat sehingga
50 Rizky Amalia Yulianti, “ Konsep Integrasi Moda Transportasi Publik Di Kota Surabaya Berdasarkan Preferensi Masyarakat”, Progrsm Magister Arsitektur Bidang Keahlian Manajemen Pembangunan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ( Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya), hlm. 1, t.d.
76
mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada masa sibuk
namun tidak terlalu banyak moda yang menganggur pada masa sepi
(Warpani, 2002).
Gambar 2.
Bagan Alur Konsep Integrasi Moda Transportasi Publik
sumber : Rizky Amalia Yulianti-Program Magister Arsitektur Bidang Keahlian Manajemen
Pembangunan Kota Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan- Institut Teknologi Surabaya 2013
Pada faktanya integrasi moda transportasi publik pada beberapa
negara maju mampu memberikan perubahan seperti Integrasi jadwal
pada Hong Kong Mass Transit Railway mampu mereduksi waktu
tunggu sebesar 43% dan biaya sebesar 73% (Wong dan Leung, 2004
KOTA
INTEGRASI
MODA
TRANSPORTASI
PUBLIK
TEORITIS
EMPIRIS
PELAKU
Konsep Intergrasi Moda Transportasi Publik
Implementasi Integrasi Moda Transportasi
Publik
Gap
Masyarakat
Operator/Pen
yedia Jasa
Pemerintah
Karakteristik Perjalanan Masyarakat Pengguna
Moda Transportasi Publik
Kualitas Integritas Moda Transportasi
Publik
Preferensi Masyarakat terhadap Integrasi Moda
Transportasi Publik
Service Quality, Importance-Performance
Analysis
Service Quality
Statistika Deskriptif
77
dalam Currie dan Bromley, 2005). Integrasi informasi transportasi
public di Kota London mampu meningkatkan rasio biaya dan manfaat
hingga sebesar 7,67% (Preston, 2010). Reduksi tarif melalui integrasi
tarif (May dan Roberts, 1995) mampu meningkatkan jumlah
penggunaan moda transportasi public sebesar 24% di Kota Wina
(Austria) pada tahun 2001 dan 33% di Kota Paris (Perancis) selama
periode tahun 1975-1993.51
Integrasi antar moda memiliki banyak kelebihan, salah satunya
adalah tarif pelayanan yang dapat direduksi melalui mekanisme
integrasi tarif (May dan Roberts, 1995). Hal ini terbukti mampu
meningkatkan jumlah penggunaan moda transportasi public sebesar
24% di Kota Wina (Austria) pada tahun 2001 dan sebesar 33% di Kota
paris (Perancis) selama periode tahun 1975-1993. Selain itu perilaku
perjalanan dan pemilihan moda masyarakat terbukti dengan adanya
integrasi tarif tersebut sebagaimana yang terjadi mampu mengubah
perilaku pemilihan moda dari transportasi privat ke transportasi public
sebesar 4% per tahun dan di Kota New York (Amerika Serikat) dimana
integrasi tarif mampu meningkatkan perilaku perjalanan mingguan
masyarakat menggunakan moda transportasi public sebesar 12% untuk
perjalanan menggunakan subway dan sebesar 40% untuk perjalanan
menggunakan busway (Taylor dan Cartet, 1998; Hirsch et al, 2000;
dalam Sharaby dan Shiftan,2012).
51 Ibid.
78
Terdapat tiga konsep utama di dalam integrasi moda transportasi
publik yang menghasilkan suatu perencanaan dalam pelaksanaan
integrasi moda transportasi public :
a) Konsep Integrasi Fisik dan Jaringan (Optimalisasi
Jaringan dan Lokasi Pelayanan Fisik Transportasi
Publik) :52
Skenario Jangka Panjang
1. Hirarki jaringan moda ( utama, cabang,
pengumpan).
2. Pengembangan desain perhentian/intercharge
(menggunakan sistem lay-bys dan/atau kerb
side yang dilengkapi dengan rambu perhentian,
inforasi pelayanan, shelter, tempat duduk,
fasilitas lain).
b) Konsep Integrasi Jadwal (Sinkronisasi Jadwal
Pelayanan Menggunakan Kombinasi Frekuensi dan
Timetables) :53
Skenario Jangka Pendek :
1. Penjadwalan pelayanan moda
menggunakan kombinasi sistem
frekuensi dan timetable.
52 Ibid. hal. 11. 53 Ibid. hal 12.
79
2. Redesain mode menggunakan sistem
penomoran dan pewarnaan.
Skenario Jangka Panjang
1. Penjadwalan pelayanan moda
menggunakan kombinasi sistem
frekuensi dan timetable.
2. Redesain moda menggunakan sistem
moda dan pewrnaan.
3. Koordinasi operator moda transportasi
public dengan membentuk badan
otoritas transportasi publik.
c) Konsep Integrasi Tarif dan Pembayaran
(Restrukturisasi Tarif Menggunakan Kombinasi Tarif
Bertahap dan Zona) :54
Skenario Jangka Pendek
1. Penetapan tarif dengan menggunakan
kombinasi struktur tarif bertahap
berdasarkan jarak lokasi fisik dan
berdasarkan zona (reduksi tarif dan
pembedaan tarif berdasarkan waktu,
54 Ibid. hal 13.
80
pelaku perjalanan, da nasal tujuan
perjalanan).
2. Sistem pembayaran menggunakan tiket
dengan pilihan perjalanan harian,
mingguan, bulanan, tahunan.
3. Sumber pembiayaan reduksi tarif
adalah dari subsidi pemerintah.
Skenario Jangka Panjang
1. Penetapan tarif dengan menggunakan
kombinasi struktur tarif bertahap
berdasarkan jarak lokasi fisik dan
berdasarkan zona (reduksi tarif dan
pembedaan tarif berdasarkan waktu,
pelaku perjalanan, da nasal tujuan
perjalanan).
2. Sistem pembayaran menggunakan
kartu (smartcard) baik debit maupun
kredit.
3. Sumber pembiayaan dapat
mempertimbangkan kombinasi subsidi
dan investasi.
81
C. Tinjauan Umum Tentang Jasa Angkutan Kota Sebagai Transportasi
Publik
1. Pengertian Jasa Angkutan Umum Jenis Angkutan Kota
Angkutan pada dasar nya adalah sarana untuk memindahkan
orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tujuan
nya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai
tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari tempat
asalnya ke tempat tujuan nya. Prosesnya dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara
angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang
menggunakan kendaraan umum yang dilakukan dengan sistem sewa
atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang
adalah angkutan kota ( bus,minibus,dsb), kereta api, angkutan air dan
angkutan udara.55
Angkutan kota atau biasa disingkat Angkot atau Angkota adalah
sebuah transportasi umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak
seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang
sudah ditentukan, angkutan kota dapat berhenti untuk menaikan atau
menurunkan penumpang di mana saja. Jenis kendaraan yang
digunakan adalah Mini Bus atau bus kecil. .56
55 Warpani, P. Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung. Penerbit ITB. 56 Wikipedia. Angkutan Kota. https://id.wikipedia.org/wiki/Angkutan_kota. Di akses pada tanggal 28 November 2016 Pukul 12.12 WIB.
82
Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya
angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang
yang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan serendah
mungkin.
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ,
angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas
jalan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993
Tentang Angkutan Jalan dijelaskan angkutan adalah pemindahan
orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran. Pengangkutan orang dengan kendaraan
umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil
penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam
trayek.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyebutkan bahwa pelayanan
angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari
1. Angkutan lintas batas negara;
2. Angkutan antarkota antarprovinsi;
3. Angkutan antarkota dalam provinsi;
83
4. Angkutan perkotaan; atau
5. Angkutan perdesaan
Menurut Pasal 139 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pemerintah daerah
Kabupaten/Kota wajib menyediakan angkutan umum unuk jasa
angkutan orang/barang di wilayah Kota/Kabupaten.
Menurut Pasal 20 ayat (1) Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
Jalan dengan kendaraan umum yang dimaksud dengan Angkutan Kota
adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah
Kota atau wilayah ibukota Kabupaten atau dalam Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek.
Pelayanan angkutan kota dapat diselenggarakan dengan ciri-ciri
sebagai berikut :57
a. Trayek utama :
57 Pasal 20 ayat (2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum
84
1) Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam
perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang
dioperasikan;
2) Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan
utama dan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan
ulang-alik secara tetap;
3) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
yang telah ditetapkan untuk angkutan kota.
b. Trayek cabang :
1) Berfungsi sebagai trayek penunjang terhadap trayek utama;
2) Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam
perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang
dioperasikan;
3) Melayani angkutan pada kawasan pendukung dan antara
kawasan pendukung dan permukiman;
4) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
yang telah ditetapkan untuk angkutan kota.
c. Trayek ranting :
1) Tidak mempunyai jadwal tetap;
85
2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan punumpang
yang telah ditetapkan untuk angkutan kota;
3) Melayani angkutan dalam kawasan permukiman;
d. Trayek langsung :
1) Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam
perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang
dioperasikan;
2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
yang telah ditetapkan untuk angkutan kota;
3) Melayani angkutan antara kawasan utama dengan kawasan
pendukung dan kawasan permukiman.
2. Pihak-Pihak Yang Terkait dalam Penyelenggaraan Jasa Angkutan
Kota
Penyelenggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Hukum, dan/atau masyarakat
(swasta), akan tetapi Negara mempunyai hak penguasaan atas
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang pembinaan nya
dilakukan oleh pemerintah. Pembinaan tersebut meliputi aspek
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan.58
58 Rahayu Hartini, 2007, Hukum Pengangkutan,UMM Press, Malang, hlm 59
86
Pada Pasal 139 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah di sebutkan bahwa
Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di dalam praktek penyelenggaran nya, pihak-pihak yang terkait di
dalam proses jasa angkutan umum di dalam wilayah perkotaan adalah :
a. Pihak perusahaan atau penyedia jasa angkutan umum
Perusahaan Angkutan Umum yakni di sebutkan dalam Pasal 1 ayat
21 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi : Perusahaan
Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan
orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
Perusahaan merupakan badan hukum yang menyediakan jasa
angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor. Sebagai
penyedia jasa, perusahaan pengangkutan harus memeliki kewajiban
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengangkutan sesuai dengan
ketentuan yang telah di atur oleh perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban yang paling utama adalah dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan standart yang telah di atur oleh undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 141
ayat (1) dan (2) yakni sebagai berikut :
87
(1) Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standart
pelayanan minimal yang meliputi:
a) Keamanan;
b) Keselamatan;
c) Kenyamanan;
d) Keterjangkauan;
e) Kesetaraan; dan
f) Keteraturan
(2) Standart pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang di berikan.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa peraturan perundang-
undangan mengatur beberapa kewajiban yang harus dipatuhi oleh
perusahaan pengangkutan dalam menjalankan usahanya sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya. Apabila dalam melaksanakan kewajibannya itu
terjadi pelanggaran maka tentu saja tanggung jawab sepenuhnya menjadi
milik pihak Perusahaan Pengangkut.59 Dimana telah di kuatkan dengan
ketentuan yang terdapat di pasal Pasal 1366 KUHPerdata yakni setiap
orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
59 Obbie Afri Gultom. Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengangkutan Dalam Pengangkutan Barang Di Darat Dalam Hal Terjadinya Hilang / Dicurinya Barang. http://www.gultomlawconsultants.com/tanggung-jawab-perusahaan-jasa-pengangkutan-dalam-pengangkutan-barang-di-darat-dalam-hal-terjadinya-hilang-dicurinya-barang/#. Di akses pada tanggal 28 November 2016 Pada Pukul. 23.22 WIB.
88
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kurang hati-hatiannya.
Tanggung Jawab mengganti kerugian ini diperjelas kembali dalam
Pasal 188 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yang berbunyi: “Perusahaan Angkutan Umum wajib
mengganti kerugian yang diderita oleh Penumpang atau pengirim barang
karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan.”
Perusahaan Pengangkut juga harus bertanggung jawab atas
perbuatan sopir yang dipekerjakannya. Pasal 1367 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata adalah landasan utama bagi pertanggungjawaban tersebut,
dimana seorang majikan (employer) bertanggung jawab secara tidak
langsung terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan pekerjanya
(employee) sejauh hal tersebut terjadi dalam konteks pekerjaan.
Adapun mengenai pertanggung jawaban suatu perusahaan jasa
pengangkutan terhadap perbuatan pekerjanya diperkuat kembali dalam
Pasal 191 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Jalan yang berbunyi: “Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang
dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan.”
Sopir atau supir (dari bahasa Perancis: chauffeur) adalah
pengemudi professional yang dibayar oleh majikan untuk mengemudi
89
kendaraan bermotor. Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi
yang menjalankan kendaraan pribadi dan yang kedua adalah sopir
perusahaan yang bekerja untuk perusahaan angkutan penumpang umum
seperti taksi, bus, angkutan kota ataupun angkutan barang.60
Dasar hukum adanya keberadaan pengemudi di cantumkan di
dalam Pasal 1601 KUHPerdata dimana pengemudi merupakan pihak yang
mengikatkan diri untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lain,
sehingga tanggung jawab pengemudi hanya sebatas memberi pelayanan
jasa secara langsung kepada pengguna jasa angkutan dengan mematuhi
peraturan dan undang-undang yang berlaku.
Pengemudi diwajibkan untuk mentaati asas-asas pengangkutan
yang tercantum di Undang-Undang
Sopir angkutan umum membutuhkan persyaratan yang lebih
kompleks karena menyangkut jumlah penumpang yang lebih banyak dan
waktu mengemudi yang lebih panjang. Untuk itu persyaratan sopir adalah:
1) Surat Izin Mengemudi Umum sesuai dengan golongan kendaraan
yang digunakan.
2) Waktu kerja dan istirahat
3) Tata krama dalam memberikan pelayanan kepada penumpang
4) Kesehatan yang prima.
60 Wikipedia, Sopir, https://id.wikipedia.org/wiki/Sopir, diakses pada tanggal 29 November 2016 pada pukul. 22.30 WIB.
90
Secara umum mengenai kewajiban dan tanggung jawab
Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan
ini diatur dalam Pasal 234 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang berbunyi:
“Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/ atau Perusahaan
Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
Penumpang dan/ atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena
kelalaian Pengemudi.”
Namun, ketentuan tersebut di atas tidak berlaku jika:
a. Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar
kemampuan Pengemudi;
b. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/
atau
c. Disebabkan gerakan orang dan/ atau hewan walaupun telah diambil
tindakan pencegahan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tersebut diharapkan dapt membantu mewujudkan kepastian hukum bagi
pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu
pengusaha angkutan, pekerja (sopir/ pengemudi) serta penumpang. Secara
operasional kegiatan penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh
pengemudi atau sopir angkutan dimana pengemudi merupakan pihak yang
mengikatkan diti untuk menjalankan kegiatan pengangkutan atas perintah
pengusaha angkutan atau pengangkut.
91
Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang harus
dipenuhi pengenudi kendaraan bermotor umum, yaitu:
1. Mengangkut Penumpang yang membayar sesuai dengan tarif yang
telah ditetapkan;
2. Memindahkan penumpang dalam perjalanan ke Kendaraan lain
yang sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya
tambahan jika Kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas
perintah petugas;
3. Menggunakan lajur Jalan yang telah ditentukan atau menggunakan
lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah
arah;
4.Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang;
5. Menutup pintu selama Kendaraan berjalan; dan
6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.
Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung
jawab untk dapat melaksanakan kewajibannya yaitu mengangkut
penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan
selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat ke
tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam
92
keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal
dunia. Sehingga tujuang pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan
sesuai dengan nilai guna masyarakat.
B. Pihak Pengguna Jasa (Penumpang)
Pengguna jasa adalah setiap orang dan/ atau badan hukum yang
menggunakan jasa angkutan baik untuk angkutan orang maupun barang.
Karena pengangkutan di sini merupakan pengangkutan orang maka
pengguna jasa untuk selanjutnya disebut penumpang. Sedangkan
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
angkutan barang dan/ atau penumpang.
Menurut pasal 1 angka 22 Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan hukum
yang menggunakan jasa angkutan umum, sedangkan penumpang adalah
orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan.
Pengguna jasa adalah setiap orang dan/ atau badan hukum yang
menggunakan jasa angkutan baik untuk angkutan orang maupun barang.
Karena pengangkutan di sini merupakan pengangkutan orang maka
pengguna jasa untuk selanjutnya disebut penumpang. Sedangkan
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
angkutan barang dan/ atau penumpang.
93
Penumpang merupakan salah satu pihak yang berkaitan dengan
angkutan umum, tanpa penumpang maka angkutan umum tersebut tidak
memiliki tujuan. Penumpang memiliki kewajiban dimana harus mematuhi
segala peraturan yang di tetapkan oleh pihak perusahaan pengangkut dan
membayartarif angkutan umum yang telah di tentukan, apabila
penumpang tidak membayar ongkos, maka penumpang telah dianggap
wanprestasi dan dapat di turunkan dan di beri sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Selain kewajiban penumpang juga mempunyai hak
untuk mendapatkann pelayanan yang baik dalam pengangkutan. Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak mengatur secara khusus
mengenai hak-hak penumpang, namun hanya mengatur mengenai
kewajiban-kewajiban perusahaan angkutan umum dalam
menyelenggarakan usaha nya, yang tercantum dalam Pasal 186 sampai
dengan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Kewajiban pelaku usaha dalam
menyelenggarakan usaha angkutan umum dapat dikatakan merupakan hak-
hak penumpang, diantara nya:
a. Penumpang berhak diangkut hingga ke tempat tujuan
setelah disepakati perjanjian dan/atau dilakukan
pembayaran biaya angkutan
b. Penumpang berhak mendapatkan ganti rugi apabila
perusahaan angkutan umum telah lalai dalam
melaksanakan pelayanan angkutan.
94
c. Penumpang berhak untuk menuntut perusahaan
angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian
yang nyata-nyata nya di akibatkan oleh segala
perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan
penyelenggaraan angkutan, termasuk pengemudi.
Oleh karena dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan tidak diatur secara jelas mengenai hak-hak penumpang, maka
ketentuan hak-hak penumpang diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum Pasal 84, yaitu:
(1) Penumpang kendaraan umum berhak diberi tanda bukti atas
pembayaran biaya angkutan yang telah disepakati.
(2) Bagi penumpang yang telah diberikan tanda bukti pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berhak mendapatkan
pelayanan sesuai perjanjian yang tercantum dalam tanda bukti
pembayaran.
(3) Bagi penumpang yang telah memiliki bukti pembayaran
dan/atau telah membayar biaya angkutan, tidak dibenarkan
dibebani biaya tambahan atau kewajiban lainnya di luar
kesepakatan.
95
(4) Penumpang berhak atas penggunaan fasilitas bagasi yang tidak
dikenakan biaya maksimal 10 kg per penumpang, kelebihan
bagasi diatur sesuai perjanjian operator dengan penumpang.
3. Tarif Angkutan Umum Jenis Angkutan Dalam Kota (Angkot)
Tarif angkutan umum di Indonesia tentukan oleh harga Bahan
Bakar Minyak (BBM). Harga BBM menjadi patokan utama pemerintah di
dalam menepatkan harga tarif angkutan umum yang ada di Indonesia.
Tarif angkutan umum juga disesuaikan dengan kebutuhan dan daya beli
masyarakat mengingat bahwa tujuan daripada angkutan umum sendiri
untuk membantu kebutuhan transportasi masyarakat dengan tarif yang
murah dan terjangkau disesuaikan dengan kelas ekonomi masyrakat
tingkat bawah.
Pemerintah sendiri telah mengatur mengenai ketentuan penetapan
tarif angkutan umum jenis angkutan umum kelas ekonomi pada Surat
Edaran Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2016, dimana pada surat
edaran tersebut dikeluarkan berhubungan dengan kebijakan pemerintah
atas penurunan harga Bahan Bakar Minyak berdasarkan Keputusan
Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral Nomor 4738/K/12/MEM/2016
Tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis
Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan yang di berlakukan sejak tanggal
1 April 2016 pada pukul 00.00 WIB.
96
Penyesuaian tarif angkutan umum antar kota dalam provinsi kelas
ekonomi, angkutan perkotaan dan angkutan pedesaan serta angkutan
penyebrangan lintas antar Kabupaten/Kota dilakukan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan. Penghitungan
tarif angkutan umum dan tarif penyebrangan harus memperhatikan
kondisi dan daya beli masyarakat setempat serta aspek keselamatan dan
pelayanan transportasi. 61
Perusahaan angkutan umum yang telah memiliki ijin trayek
diwajibkan untuk mematuhi ketentuan tarif yang berlaku di suatu daerah
tersebut.62
Tarif angkutan terdiri dari tarif penumpang dan tarif barang.Tarif
Angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para
pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Tarif penumpang di
bedakan menjadi 2 yaitu tarif penumpang untuk angkutan orang dalam
trayek dan tarif penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.63
Tarif angkutan dapat dikategorikan sebagai berikut:
(i) Tarif menurut kelas (class rate), berlaku khusus untuk
muatan dan penumpang
(ii) Tarif pengecualian, merupakan tarif yang lebih rendah dari
class rate
61 Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2016 62 Pasal 62 Point U Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum 63 Pasal 181 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
97
(iii) Tarif Perjanjian/Kontrak, berlaku untuk angkutan jalan raya
dan angkutan laut, dan juga berlaku untuk moda angkutan
lainnya (angkutan udara untuk pipa)
Sedangkan untuk jenis-jenis tarif angkutan dapat dijelaskan
sebagai berikut :64
(i) Tarif menurut trayek
Ini berdasarkan atas pemanfaatan operasional dari moda
transportasi yang dioperasikan dengan memperhitungkan
jarak yang dijalani oleh moda transport tersebut (km/miles).
(ii) Tarif Lokal
Adalah tarif yang berlaku pada suatu daerah tertentu,
misalnya Bus Kota di Yogyakarta.
(iii) Tarif Diferensial
Adalah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tarif
menurut jarak, berat, muatan, kecepatan atau sifat khusus
dari muatan yang di angkut.
(iv) Tarif Peti Kemas
Adalah tarif yang diberlakukan untuk mebawa kotak atau
boks di atas truk berdasarkann ukuran yang diangkut dari
asal pengiriman ke tempat tujuan barang.
64 Satya Ragam. Biaya,Tarif Angkutan dan Pembentukan Harga. http://satyaragam.blogspot.co.id/p/biaya-tarif-angkutan-dan-pembentukan.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2016 Pada pukul 23.36 WIB.
98
Harga jasa angkutan ditentukan oleh sistem pentarifan melalui
sewa. Dengan sistem tarif, maka harga berlaku umum dan tidak ada
ketentuan lain yang mengikat kecuali yang sudah diatur dalam buku tarif.
Untuk angkutan barang berlaku tarif barang dan untuk angkutan orang
berlaku tarif penumpang. Tingkat dan jenis tarif barang dan tarif
penumpang berbeda untuk tiap jenis alat angkutan Tingkat tarif angkutan
dipengaruhi oleh perubahan biaya operasi alat angkutan,permintaan dan
penawaran.
Pada pasal 182 ayat (1) dan (2) diesbutkan bahwa tarif angkutan
orang dalam trayek terdiri atas tarif kelas ekonomi dan tarif kelas non
ekonomi.Penetapan tarif non ekonomi dilakukan oleh perusahaan
angkutan umum yang bersangkutan, sedangkan untuk penetapan tarif
ekonomi dilakukan oleh:
Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk
angkutan orang yang melayani trayek antarkota
antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan angkutan
perdesaan yang wilayah pelayanannya melampaui
wilayah provinsi;
Gubernur untuk angkutan orang yang melayani
trayek antarkota dalam provinsi serta angkutan
99
perkotaan dan perdesaan yang melampaui batas satu
kabupaten/kota dalam satu provinsi;
Bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek
antarkota dalam kabupaten serta angkutan perkotaan
dan perdesaan yang wilayah pelayanannya dalam
kabupaten; dan
Walikota untuk angkutan orang yang melayani
trayek angkutan perkotaan yang wilayah
pelayanannya dalam kota.
4. Cacat Kehendak Atas Perjanjian Pengangkut dan Penumpang
Kesesuaian antara kehendak dan pernyataan merupakan dasar dari
terbentuknya kesepakatan meskipun terdapat kesesuaian antara kehendak dan
pernyataan, suatu tindakan hukum dapat dibatalkan dan hal ini dapat terjadi
apabila terdapat cacat kehendak. Cacat pada kehendak dapat terjadi apabila
seseorang telah melakukan suatu perbuatan hukum, padahal kehendak tersebut
terbentuk secara tidak sempurna.65
Terdapat beberapa kehendak yang terbentuk secara tidak sempurna
tersebut yang dapat terjadi karena:
1. Fraude ( Penipuan )
Seseorang dengan sengaja mengajukan fakta atau gambaran
yang salah untuk memasuki hubungan kontrak.
65 Herlien Budiono, 2010, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung, Citra Aditya, hlm.98
100
2. Mistake ( Kesalahan )
Dua pihak yang menggandakan kontrak dengan fakta yang
ternyata tidak benar maka salah satu pihak tadi dapat membatalkan
kontrak.
3. Duress ( Paksaan )
Salah satu pihak menyetujui kontrak dengan suatu ancaman.
Ancaman ini dapat ditujukan langsung kepada dirinya, keluarga,
lingkungan ataupun tidak secara fisik.
4. Undue Influence ( Penyalahgunaan Keadaan )
Penyalahgunaan terjadi apabila seseorang tergerak karena
keadaan khusus untuk melakukan suatu perbuatan hukum dan pihak
lawan menyalahgunakan hal tersebut. 66 Apabila merujuk pada
Pasal 344 ayat (4) BW, terdapat beberapa keadaan yang dapat
digolongkan dalam penyalahgunaan keadaan yaitu :
a. Keadaan darurat;
b. Ketergantungan;
c. Gegabah ;
d. Keadaan kejiwaan yang tidak normal;
e. Kurang Pengalaman.67
66 Ibid.hlm 100 67 Ibid.
101
D. Tinjauan Umum Tentang Aspek Hukum Bisnis Tentang Perlindungan
Konsumen
1. Pengertian dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Dalam mempelajari masalah dasar hukum perlindungan konsumen,
terlebih dahulu perlu dikemukakan mengenai arti perlindungan konsumen
itu sendiri. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, yaitu:68
“ Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”
Jadi apabila dikaitkan dengan hak penumpang untuk mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan oleh pihak
pengangkut, dengan belum terpenuhi nya hak-hak penumpang di dalam
pengangkutan maka hal itu dapat menjadi tolak ukur bahwa belum ada nya
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk melindungi
konsumen di ranah penggunaan jasa angkutan umum.
Pengertian konsumen dapat dilihat dari berbagai pendapat paara ahli
dari negara-negara lain. Secara garis besar, para ahli mencoba memberikan
definsi konsumenn dengan cara membagi jenis-jenis konsumen. Hondius,
seorang pakar masalah konsumen dari Belanda, membedakan antara
konsumen bukan pemakai terakhir (konsumen natara) dengan konsumen
pemakai terakhir.69
68 Rudyanti Dorotea Tobing, 2015, Aspek-Aspek Hukum Bisnis; Pengertian, Asas, Teori dan Praktik, Surabaya, Laksbang Justitia, Hal 249 69 Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 27
102
Konsumen dalam arti yang luas mencakup 2 kriteria tersebut, sedangkan
konsumen dalam arti yang sempit mengacu kepada konsumen pemakai
terakhir. Untuk menghindari kerancuan pemakaian istilah konsumen, maka
terdapat beberapa batasan pengertian konsumen, yaitu :
1. Konsumen adalah setiap orang yang mengguanakan barang
dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu
2. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang
dan/atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersil).
3. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan
dan menggunakan barang dan/atau jasa, untuk tujuan memenuhi
kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah
tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non-
komersial).
Dari definisi Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, terdapat unsur-unsur sebagai berikut
2. Setiap Orang
Subyek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang
yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Pengertian
konsumen haruslah tidak dibatasi pada orang perseorangan
namun juga mencakup badan hukum
Subyek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang
yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Pengertian
103
konsumen haruslah tidak dibatasi pada orang perseorangan
namun juga mencakup badan hukum
3. Pemakai
Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 angka (2) Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, kata pemakai menekankan
konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consumer).
4. Barang dan/atau jasa
Berkaitan dengan istilah barang dan/atau jasa, sebagai pengganti
terminology tersebut digunakan kata produk. Saat ini produk
telah berkonotasi barang dan/atau jasa.
5. Yang tersedia dalam masyarakat
Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah
tersedia di pasaran.
Pengertian konsumen dalam Undang-Undang perlindungan konsumen
ini di pertegas, yakni hanya konsumen akhir. Yang di maksud dengan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen sebagai konsumen akhir adalah
konsumen yang memperoleh barang dan/atau jasa bukan untuk di juak
kembali, melainkan untuk digunakan baik bagi kepentingan diri nya sendiri,
keluarga, orang lain dann makhluk hidup lain.
Perlindungan konsumen ini tentu nya sebagai cara atau langkah yang
di tempuh oleh pemerintah dalam melindungi konsumen dari ulah buruk
pihak-pihak pelaku usaha yang nakal. Perlindungan konsumen ini tentunya
di upayakan agar fasilitas yang digunakan oleh konsumen untuk memenuhi
104
kebutuhan nya atau fasilitas pemuas kebutuhan manusia, tidak merasa di
curangi oleh pihak-pihak yang sengaja melakukan suatu kejahatan.70
Perlindungan konsumen harus mampu untuk memberikan kepastian
hukum terhadap berbagai aspek pelayanan publik yang perlu di perhatikan,
terutama yang menyangkut dengan kebutuhan utama oleh setiap
masyarakat.
Dengan adanya perlindungan konsumen diharapkan dalam melakukan
kegiatan usaha ini, para pengguna jasa tidak merasa dirugikan oleh pihak
pelaku usaha. Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia
memiliki dasar hukum yang telah di tetapkan oleh pemerintah, dengan
adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen
biasa dilakukan dengan penuh optimis.71
Akan tetapi kurang nya pemahaman masyarakat terhadap kandungan
daripada Undang-Undang Perlindungan Konsumen itu sendiri membuat
asas-asas dan tujuann daripada adanya Undang-Undang Perlindungan
Konsumen ini dikesampingkan.
Untuk pengaturan perlindungan konsumen telah di atur dalam Undang-
Undang Perlindungan Konsumen. Dengan telah adanya aturan yang
mengatur masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan dilakukan
pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dengan pelaku
usaha. Konsumen yang merasa hak nya di langgar bias mengadukan dan
70 Rudyanti Dorotea Tobing, Op.cit. hlm 252 71 Happy Susanto, 2008, Hak-Hak Konsumenn Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, hlm. 18
105
memproses perkaranya secara hukum di Badan Penyeleseaian Sengketa
Konsumen (BPSK). Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum
yang sah dalam soal pengaturan perlindungan konsumen.72
BPSK juga harus dituntut aktif di dalam melakukan pengawasan
terhadap kinerja pelaku usaha yang mempunyai motivasi untuk merugikan
konsumen dengan kecurangan-kecurangan yang dilakukan nya.
Dimungkinkan adanya suatu badan yang memang serius dalam
mempertahankan kinerja nya untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaku-pelaku usaha yang nakal dan dapat merugikan hak-hak daripada
konsumen tingkat akhir tersebut.
2. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
Hak dan kewajiban konsumen di atur di dalam Pasal 4 dan 5 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999, sebagai berikut :
Hak Konsumen
1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3) Ha katas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
72 N.H.T Siahaan. 2005, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk. Jakarta. Panta Rei. hlm. 19
106
4) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang di gunakan;
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7) Hak untuk dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mesti nya;
9) Hak-hak yang di atur di dalam ketentuan perundang-undangan lain nya.
Kewajiban Konsumen
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan;
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3) Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati;
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen.
Dengan adanya hak dan kewajiban konsumen yang telah diatur sedemikian
rupa di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, maka pelaku usaha wajib
107
menghormati hak-hak yang diberikan terhadap konsumen dalam berbagai ruang
lingkup yang ada. Konsumen juga diwajibkan untuk mentaati kewajban-
kewajiban yang telah diberikan oleh undang-undang kepadanya.
Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen
sebagaimana pertama kali di kemukakan oleh Presiden Amerika Serikat
J.F.Kennedy di depan kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu terdiri atas:73
a. Hak memperoleh keamanan;
b. Hak memilih;
c. Hak mendapat Informasi;
d. Hak untuk di dengar.
Maka dari itu, menurut hemat penulis bahwa hukum perlindungan konsumen
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan dan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap aktivitas kehidupan setiap personal, tidak hanya pada ruang
lingkup nasional akan tetapi juga pada ruang lingkup internasional.
Pelaku usaha juga mempunyai andil yang cukup besar terhadap tercapainya
tujuan daripada di bentuk nya peraturan-peraturan mengenai perlindungan
konsumen. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 dan 7 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 yang mengatur mengenai adanya hak-hak dan kewajiban dari pelaku
usaha, yaitu sebagai berikut:
73 N.H.T. Siahaan, Op.Cit., hlm 15
108
Hak pelaku usaha adalah:
1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepatan
megenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang di
perdagangkan;
2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik;
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatut nya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak di akibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
di perdagangkan;
5) Hak-hak yang di atur ketentuan perundang-undangan lainnya.
Hak pelaku usaha diatur di dalam Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yaitu untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai tukar
barang atau jasa yang diperdagangkan, menunjukan bahwa pelaku usaha tidak
dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/jasa yang di berikan kepada
konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku pada umum
nya atas barang atau jasa yang sama. Selain itu hak-hak pelaku usaha banyak
berhubungan dengan pihak aparat pemerintah dan/atau Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen/pengadilan dalam tugas nya melakukan penyelesaian
sengketa.74
74 Rudyanti Dorotea Tobing, Op.Cit., hlm 259
109
Terdapat satu hak yang tidak di rumuskan dalam pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang di uraikan sebelum nya, yaitu hak untuk
diperlakukan dan dilayani secara benar, jujur serta tidak diskriminatif.
Ragamnya rumusan hak-hak konsumen yang telah dikemukakan, secara garis
besar dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
1. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari
kerugian, baik kerugian personal, maupun kerugian harta
kekayaan;
2. Hak untuk memperoleh barang atau jasa dengan harga yang
wajar;
3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap
permasalahan yang di hadapi.75
Oleh karena ketiga hak atau prinsip dasar tersebut merupakan himpunan
beberapa hak konsumen sebagaimana di atur didalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, maka hal tersebut sangat penting bagi konsumen,
sehingga dapat dijadikan prinsip perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia.
Apabila konsumen benar-benar di lindungi, maka hak-hak konsumen yang
disebutkan di atas dipenuhi, baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha karena
75 Marian Darus Badrulzaman,1996, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku, dimuat dalam Hasil Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen, yang diselenggarakan oleh BPHN, Jakarta, Bina Cipta, hlm.61