bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Sapriya (2011:7) IPS merupakan salah satu mata pelajaran integrasi
dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial
lainnya. Mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya yaitu antropologi, sosiologi dan
psikologi sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya (2012:4)
bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep plihan dari
cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi
budaya, psikologi sosial, ilmu politik, yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan
dan didaktik untuk dijadikan suatu program pengajaran pada tingkat sekolah.
Pembelajaran IPS di SD dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis (Akbar dan Sriwiyana, 2010:78)
Dalam hal ini perlu adanya rancangan pembelajaran IPS yang inovatif yang melatih
siswa menganalisis berdasarkan kondisi untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi IPS yang diajarkan yang nantinya akan berguna dalam kehidupan
bermasyarakat. Pembelajaran IPS bukan hanya bertujuan untuk memahami materi-
materi IPS yang dipelajari namun lebih dari itu, pembelajaran IPS bertujuan supaya
siswa mampu menerapkan pembelajaran IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti
Gunawan (2013:52) mengemukakan tujuan pembelajaran IPS di SD, antara lain
sebagai berikut:
1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosialnya yang berguna dalam kehidupan
di masyarakat.
2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga dan
berbagai bidang ilmu dan keahlian.
7
4. Membekali siswa sikap mental yang positif dan keterampilan dalam
memanfaatkan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan.
5. Membekali siswa kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS yang dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran
Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.
Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
analisis siswa yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat kelak.
2.1.1.1 Kompetensi dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik yang terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Setiap kompetensi yang dicapai peserta didik memiliki ruang
lingkup materi yang sesuai dengan kompetensi yang dicapai. Ruang lingkup materi
digunakan untuk mengetahui materi yang akan dipelajari untuk siswa khususnya
siswa sekolah dasar (SD).
Kompetensi yang dicapai peserta didik adalah menunjukkan perilaku sosial,
mengenal kehidupan lingkungan sosialnya seperti aktifitas manusia dalam kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi, selain itu juga harus menjaga kelestarian lingkungannya
dengan rasa bertanggung jawab, mengenal lembaga-lembaga sosial dalam
masyarakat. Dalam pembelajaran IPS, siswa dilatih untuk mengenal lingkungan
sosialnya. Bukan hanya mengenal tetapi lebih mendalami kehidupan sosial sesuai
dengan batasan ruang lingkup materi yang diajarkan. Kompetensi yang harus dicapai
peserta didik dibatasi dengan ruang lingkup materi pembelajaran yang dibelajarkan
kepada peserta didik yang tertuang dalam permendikbud No 21 tahun 2016 tentang
standar isi. Secara lebih rinci muatan kompetensi dan ruang lingkup pembelajaran IPS
disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.
8
Tabel 2.1
Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi IPS Tingkat Pendidikan Dasar
Tingkat
Kompete
nsi
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
Tingkat
Pendidika
n Dasar
(mulai
Kelas IV-
VI)
- Menunjukkan perilaku sosial
dan budaya yang mencerminkan
jati diri bangsa Indonesia.
- Mengenal konsep ruang,
waktu, dan aktifitas manusia
dalam kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi.
- Menceritakan hasil eksplorasi
mengenai kehidupan bangsa
Indonesia.
Manusia, tempat, dan lingkungan
- Wilayah geografis tempat tinggal bangsa
Indonesia.
- Konektivitas dan interaksi sosial kehidupan
bangsa di wilayah negara Indonesia.
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
- Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia
dalam waktu sejak masa praaksara hingga
masa Islam.
Sistem sosial dan budaya
- Kehidupan manusia dan kelembagaan sosial,
ekonomi, pendidikan, dan budaya
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Indonesia
yang bertanggung jawab.
- Kehidupan ekonomi masyarakat.
- Menceritakan keberadaan
kelembagaan sosial, budaya,
ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
- Menunjukkan perilaku sosial
dan budaya yang mencerminkan
jati diri dirinya sebagai
warganegara Indonesia.
- Menjaga kelestarian
lingkungan hidup secara
bijaksana dan bertanggung
jawab.
- Meneladani tindakan heroik
pemimpin bangsa, dalam
kehidupan sosial dan budaya
bangsa Indonesia.
- Menceritakan hasil eksplorasi
mengenai kehidupan bangsa
Indonesia.
Manusia, tempat, dan lingkungan
- Konektivitas antar ruang dan
penanggulangan permasalahan lingkungan
hidup secara bijaksana dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
- Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia
dari masa penjajahan, masa pergerakan
kemerdekaan sampai awal Reformasi dalam
menegakkan dan membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara
Sistem sosial dan budaya.
- Norma, lembaga, dan politik dalam
kehidupan sosial dan budaya bangsa
Indonesia.
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
- Kehidupan perekonomian masyarakat dan
negaraIndonesia sebagai perwujudan rasa
nasionalisme.
Sumber: Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman 150:152.
Kompetensi dan ruang lingkup materi pembelajaran IPS selanjutnya dirancang
sebagai pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik melalui Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
9
Dasar (KD). Menurut Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 pasal 2, KI merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. KI mencakup sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. KD merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran
pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada KI. Secara rinci KI dan
KD mata pelajaran IPS kelas IV disajikan dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran IPS Kelas IV
KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4
(KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang
dan pemanfaatan sumber daya alam
untuk kesejahteraan masyarakat dari
tingkat kota/kabupaten sampai tingkat
provinsi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dari tingkat kota/kabupaten
sampai tingkat provinsi.
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial,
ekonomi, budaya, etnis, dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas
bangsa Indonesia; serta hubungannya
dengan karakteristik ruang.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai
keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis,
dan agama di provinsi setempat sebagai
identitas bangsa Indonesia; serta
hubungannya dengan karakteristik ruang.
3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi
dan hubungannya dengan berbagai
bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial
dan budaya di lingkungan sekitar sampai
provinsi.
4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan
ekonomi dan hubungannya dengan berbagai
bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial
dan budaya di lingkungan sekitar sampai
provinsi
3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu
dan/atau Buddha dan/atau Islam di
lingkungan daerah setempat,serta
pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat masa kini.
4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan
Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di
lingkungan daerah setempat, serta
pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
masa kini.
Sumber: Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar, halaman 1.
10
2.1.2 Pendekatan Inkuiri
Proses pembelajaran perlu dirancang untuk melatih siswa bukan hanya sekedar
pada tahap mengetahui dan memahami saja tetapi perlu melatih siswa pada tahap
analisis misalnya untuk menganalisis informasi sampai pada tahap evaluasi atau
menilai sesuatu. Sehingga proses pembelajaran menekankan pada proses berpikir
kritis. Bloom dalam Suprijono, (2013:6) mengemukakan tentang domain kognitif
mencakup knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan), dan
evaluation (menilai). Domain kognitif yang dikemukakan Bloom perlu ada dalam
kegiatan pembelajaran, hal ini dapat untuk melatih siswa untuk berpikir kritis. Untuk
mendukung hal tersebut, pendekatan Inkuiri sebagai salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis.
Pendekatan Inkuiri menurut Hamruni (2012:88) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pendekatan ini
melatih siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri hal-hal atau masalah.
Menurut Ngalimun (2014:33) pendekatan Inkuiri adalah pendekatan pembelajaran
yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara
memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam menemukan sesuatu
perlu ada cara tertentu, salah satu caranya adalah melakukan observasi dalam
penelitian yang dilakukan. Hal ini sejalan pendapatnya Putra (2013:87) bahwa
pendekatan Inkuiri adalah proses untuk mendapatkan infomasi melalui observasi
dalam penelitian atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Proses untuk mendapatkan
informasi adalah untuk menemukan sesuatu. Dengan demikian maka dapat
didefinisikan bahwa pendekatan Inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah
melalui observasi dalam penelitian.
Hamruni (2012:95) mengemukakan langkah-langkah pendekatan Inkuiri yang
terdiri dari:
11
1. Orientasi (penjelasan)
Guru menyampaikan topik-topik dan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa.
Selain itu, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk
mencapai tujuan.
2. Merumuskan masalah
Siswa dengan bimbingan guru merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya.
3. Mengajukan hipotesis
Siswa membuat jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji jawaban sementara yang
dibuat.
5. Menguji hipotesis
Siswa menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data yang
diperoleh.
6. Merumuskan kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan dari temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.
Keenam langkah-langkah pendekatan Inkuiri yang dikemukakan oleh Hamruni
(2012:95), langkah pendekatan Inkuiri yang pertama , orientasi merupakan langkah
awal selalu dan pasti untuk dilakukan guru sebagai awal dari pembelajaran yang akan
dilakukan dan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) langkah orientasi pada
pendekatan Inkuiri termasuk kegiatan pendahuluan yang ada di langkah-langkah
pembelajaran di RPP. Pendapat selanjutnya yaitu menurut Sardiman (2014:224),
mengemukakan langkah-langkah pendekatan Inkuiri sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
Siswa merumuskan masalah dengan bimbingan guru
2. Mengamati, atau melakukan observasi
Siswa melakukan observasi berkaitan dengan materi yang dibahas untuk
menemukan jawaban dari suatu masalah.
3. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan/laporan/gambar/tabel.
12
4. Mengkomunikasikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang
lain.
Pendapat selanjutnya tentang langkah-langkah PI menurut Abdul Majid
(2014:175) adalah:
1. Orientasi
Guru membina suasana pembelajaran yang responsif, mengkondisikan siswa
supaya siap melaksanakan pembelajaran dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan suatu masalah.
2. Merumuskan masalah
Guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki .
3. Merumuskan hipotesis
Siswa merumuskan hipotesis/jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji.
4. Mengumpulkan informasi
Siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan.
5. Menguji hipotesis
Siswa menganalisis dan menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan informasi yang diperoleh.
6. Merumuskan kesimpulan
Siswa menyimpulkan hasil temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis.
Berdasarkan langkah-langkah pendekatan inkuiri yang dikemukakan dapat
disimpulkan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri terdiri dari:
1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran
2. Merumuskan masalah (siswa merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya).
3. Mengajukan hipotesis (siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang
dirumuskan).
13
4. Mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah).
5. Menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh berdasarkan
hasil observasi).
6. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan.
7. Penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil temuan di depan guru, teman
sekelas, atau audien yang lain).
2.1.3 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran IPS di sekolah dapat didesain dengan pembelajaran langsung atau
pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok menekankan pada
pembelajaran kooperatif. Menurut Syahputra (2015:7), pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran dengan siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri
dari empat sampai lima anggota dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang
berbeda untuk bekerjasama menyelesaikan tugas pembelajaran. contoh pembelajaran
kooperatif antara lain, model pembelajaran student team achievement division
(STAD), teams games tournament (TGT), think pair share (TPS), number head
together (NHT), dan masih banyak tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Salah satu
model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah
model pembelajaran STAD.
Model pembelajaran STAD adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan tanggung jawab
kelompok untuk pembelajaran individual. Tanggung jawab yang dimaksud adalah
tanggung jawab dalam pemahaman siswa, sehingga dalam hal ini siswa saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran (Harta dan Djumadi, 2010:51).
Menurut Dinayanti (2016:4) Model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan setelah itu, guru
memberikan materi dan meminta siswa bekerjasama untuk membantu pemahaman
siswa tentang materi yang dipelajari dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab
dengan anggota dalam satu kelompok. Fathurrohman Muhammad (2015:73)
mendefinisikan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang
14
mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari laki-laki
dan perempuan, memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah untuk saling
membantu satu sama lain dalam memahami bahan pelajaran melalui diskusi.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat didefinisikan
bahwa model pembelajaran STAD adalah pembelajaran dalam kelompok belajar yang
heterogen yang melibatkan tanggung jawab dan kerjasama siswa untuk memahami
materi pembelajaran melalui diskusi dan tanya jawab dengan anggota kelompoknya.
Pelaksanaan model pembelajaran STAD, ada beberapa langkah yang harus
diikuti, seperti Suprijono (2013:133) telah menyusun langkah-langkah pelaksanaan
model pembelajaran STAD sebagai berikut:
1. Siswa membentuk kelompok beranggota 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku)
2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru.
3. Siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. Anggota kelompok yang sudah
mengerti tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Secara individu, siswa menjawab kuis yang diberikan guru.
5. Evaluasi
6. Kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran STAD yang dikemukakan Fathurrohman
Muhammad (2015:74) adalah:
1. Siswa mendengarkan materi pembelajaran atau permasalahan yang disampaikan
guru.
2. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan
kemampuan yang berbeda.
3. Siswa berdiskusi materi yang dipelajari. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa saling
membantu untuk memahami materi yang dipelajari bersama.
4. Siswa mengerjakan tes/kuis secara individual.
5. Siswa mendapat penghargaan berdasarkan perolehan nilai kelompok.
15
Mendasari langkah-langkah model pembelajaran STAD, keistimewaan terletak
di membantu pemahaman antar siswa. Pendapat sama tentang langkah-langkah model
pembelajaran STAD dikemukakan oleh Tukiran Taniredja,dkk (2011:64) adalah:
1. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang yang beragam
kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru.
3. Siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok menguasai
pelajaran.
4. Siswa menjalani kuis individu. Nilai dari kuis siswa secara individu dijumlah
untuk mendapatkan nilai kelompok.
5. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu bisa mendapat sertifikat atau hadiah
lainnya.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut:
1. Membentuk kelompok @ 4 siswa.
2. Menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru.
3. Belajar bersama untuk saling membantu menguasai pelajaran yang dipelajari.
Jika ada siswa yang belum mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti
tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok.
5. Tes
6. Kesimpulan.
2.1.4 Penerapan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD
Dalam pembelajaran, guru perlu membawa kegembiraan bagi siswa di dalam
kelas supaya siswa merasa nyaman. Guru juga perlu menciptakan pembelajaran yang
menantang bagi siswa dalam melakukan sesuatu sehingga siswa mempunyai
keinginan untuk mencoba. Dalam hal ini perlu adanya variasi dalam pembelajaran.
16
Sehingga proses belajar mengajar itu menjadi sederhana, menarik, dan tidak rumit.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2016) “These teachers bring
an excitement into their classroom, providing motivation for the students and
challenge [challenging] the students to do something. This perspective was often
encapsulated in the term pump adrenaline. This involves making students want to
practise continuously and trying again and by adding variations in teaching. The
teaching and learning process is like beautiful music, it is simple and interesting, not
complicated”. Variasi dalam pembelajaran yang dikemukakan Relmasira (2016)
tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan dan model
pembelajaran, dalam hal ini yaitu penerapan pendekatan Inkuiri dan model
pembelajaran STAD. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan Inkuiri dan model
pembelajaran STAD siswa tertantang untuk melakukan sesuatu dalam mencari dan
menemukan sendiri informasi yang diperlukan serta belajar menyampaikan hasil
karya yang dibuat.
Pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri
pemecahan masalah melalui observasi kelompok dan memiliki tanggung jawab untuk
saling bekerjasama dalam memahami materi yang dipelajari.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri
dan model pembelajaran STAD adalah:
1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran.
2. Membentuk kelompok @ 4 siswa
3. Menyimak penjelasan materi.
4. Merumuskan masalah.
5. Belajar bersama untuk memecahkan permasalahan. Jika ada siswa yang belum
mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
6. Mengajukan hipotesis (membuat jawaban sementara dari permasalahan yang
dikaji).
7. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui observasi untuk menemukan
jawaban dari suatu masalah.
17
8. Menganalisis informasi yang diperoleh.
9. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan.
10. Menyajikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain.
11. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok.
12. Tes.
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti
maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang menunjukkan gambaran penguasaan
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dari hasil instrument yang digunakan sebagai
alat pengukur keberhasilan (Djamarah dan Zain, 2010:53). Hasil belajar adalah
kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mangajar
(Kunandar, 2014:62). Hasil belajar harus diidentifikasikan melalui informasi
pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun
non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi
hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki
dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:54). Horward
Kingsley dalam Sudjana (2011:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Hasil belajar diperoleh melalui proses pengukuran, penilaian dan evaluasi.
Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-
angka pada suatu gejala atau peristiwa (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:47).
Penilaian menurut Black dan William yang dirujuk dalam Warsono dan Hariyanto
(2013:265) penilaian sebagai seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan para
siswa dalam menilai diri sendiri yang kemudian digunakan sebagai informasi yang
dapat mereka gunakan sebagai umpan balik untuk mengubah, membuat modifikasi
kegiatan pembelajaran. Penilaian atau asesmen adalah proses pengumpulan berbagai
18
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar
2014:35). Marie Baehr dan Steven dalam Warsono & Hariyanto (2013:265)
menyatakan bahwa fungsi penilaian adalah memandu menuju kepada perbaikan
pembelajaran baik penilai (yang memberikan umpan balik) dan siswa (yang dinilai).
Menurut Hill dan Ruptic dalam Warsono & Hariyanto (2013) penilaian adalah suatu
proses untuk mengumpulkan bukti-bukti dan mendokumentasikan pembelajaran dan
pertumbuhan siswa. Penialaian dapat membantu para guru dalam merancang
pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa. Proses penilaian meliputi
pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan tes, kuis, tugas kelompok,
angket dan pengamatan (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:49). Evaluasi
merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran
dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria
tertentu. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang
dipersyaratkan dan bersifat mutlak seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau
batas keberhasilan yang disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian
Acuan Kriteria (PAP/PAK) dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja
kelompok dan bersifat relatif yang disebut dengan Penilaian Acuan Norma atau
Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Teknik Penilaian
dibedakan menjadi 2 yaitu tes dan non-tes (Wardani Naniek Sulistya, 2012:144).
1. Teknik tes
Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis
untuk mengukur indikator atau kompetensi tertentu. Berdasarkan cara
mengerjakannya, tes dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Tes tertulis
Tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan
jawaban tertulis.
b. Tes lisan
19
Tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk
melakukan pengukuran atau menentukan skor.
c. Tes perbuatan
Tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis
dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
2. Teknik non-tes
Teknik non-tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak memliki jawaban
benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada
ranah afektif dan psikomotor. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu:
a. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar
yang dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan
instrumen yang telah dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan
belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik
tanpa menggunakan instrumen.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
secara mendalam yang didapat secara lisan dan spontan, tentang wawasan,
pandangan atau aspek kepribadian siswa.
c. Angket
Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang
berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa dari aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.
20
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2013) tentang Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Dengan Metode Mind
Mapping Dan Model Think Pair Share Siswa Kelas V SD. Temuan yang diperoleh
dari penelitian yaitu penggunaan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya mata pelajaran IPS. Dalam penelitian yang dilakukan dikatakan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus I, skor tertinggi adalah 95,45 dan skor terendah
78,8, dari 27 siswa, yang tuntas KKM 90 sebanyak 19 siswa (70%). Hasil belajar
siswa pada siklus II, skor tertinggi adalah 96,80 dan skor terendah 85,50, siswa yang
tuntas KKM 90 sebanyak 24 siswa (89%). Hasil belajar siswa pada siklus III, skor
tertinggi adalah 97,90 dan skor terendah 90,60, dari 27 siswa semuanya tuntas KKM
90. Hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan dari siklus I, II, dan III.
Hasil penelitian oleh Rekta (2013) tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar
IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Menggunakan Pendekatan
Inkuiri Kelas 5 SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian yaitu pendekatan Inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Pada siklus I skor
tentinggi yang dicapai siswa adalah 93 dan skor terendah siswa adalah 79 dari 28
siswa, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 12 siswa (43%). Pada siklus II, skor
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95, dan skor terendah yang diperoleh siswa
adalah 81, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 26 siswa (93%). Pada siklus III,
skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 96, dan skor terendah yang diperoleh siswa
adalah 93, dari 28 siswa, semuanya tuntas KKM 90.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiati (2012) tentang Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Siswa Kelas IV SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus
I, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 16 siswa (67%), pada siklus II
mengalami peningkatan, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 22 siswa
(92%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) tentang Upaya Peningkatan
Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model Talking Stick Kelas IV SD.
21
Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan Inkuiri dapat
membuat hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus I skor tertinggi yang diperoleh
siswa sebesar 96,5 dan skor terendah yang diperoleh sebesar 81,5. Pada siklus II skor
tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 96 dan skor terendah yang diperoleh siswa
sebesar 88. Dari 30 siswa, siswa yang tuntas KKM 90 sebanyak 20 siswa (90%).
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran IPS yang dilakukan di SDN Jetak 03, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang belum dilakukan dengan maksimal. Pembelajaran dikatakan
belum maksimal karena ketika proses pembelajaran, guru lebih aktif daripada siswa.
Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS, guru menggunakan pendekatan
tradisional. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional ini dapat
membuat siswa bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Jika siswa kurang
aktif menemukan sendiri dalam proses pembelajaran maka siswa akan lebih sulit
untuk memahami suatu materi. Kurangnya pemahaman siswa dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa kurang dari KKM yang ditentukan
yaitu sebesar 75. Perlu adanya upaya perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan
menggunakan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran student team achievement
division (STAD). Melalui langkah-langkah pendekatan Inkuiri dan model
pembelajaran STAD siswa lebih aktif menemukan sendiri dan saling bekerjasama
dalam memahami suatu materi. Siswa akan lebih mudah paham jika siswa sendiri
yang menemukan dan belajar dengan teman sebayanya. Melalui pemahaman tersebut
hasil belajar siswa akan meningkat.
Secara lebih rinci, kerangka pikir dapat disajikan melalui gambar 2.1 berikut.
22
Gambar 2.1
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) Siswa Kelas IV
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : penerapan
pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran Student Team Achievement Division
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Jetak 03 Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.
Pembelajaran tradisional
Hasil belajar meningkat
1. Membentuk kelompok @ 4
siswa
2. Menyimak penjelasan materi
3. Merumuskan masalah
4. Belajar bersama untuk
memecahkan masalah
5. Mengajukan hipotesis
6. Mengumpulkan informasi
7. Menganalisis informasi
8. Menarik kesimpulan
9. Menyajikan hasil karya
10. Mengerjakan tes
Pendekatan Inkuiri dan
Model STAD
Hasil belajar ≤ KKM 75
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa
melalui proses berpikir kritis
2. Siswa terlatih merumuskan permasalahan yang
akan dibahas
3. Siswa dapat belajar bersama untuk saling
membantu dalam memecahkan masalah
4. Terlatih untuk berpikir mencari kemungkinan
jawaban
5. Terlatih untuk mencari dan menganalisis informasi
6. Menemukan hal yang baru dalam proses
pembelajaran
7. Belajar menyimpulkan dari berbagai informasi
yang didapat
8. Mampu berkomunikasi dengan jelas
9. Melatih siswa untuk menanggapi hasil karya
teman