bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

17
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Sapriya (2011:7) IPS merupakan salah satu mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya yaitu antropologi, sosiologi dan psikologi sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya (2012:4) bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep plihan dari cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi budaya, psikologi sosial, ilmu politik, yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan suatu program pengajaran pada tingkat sekolah. Pembelajaran IPS di SD dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis (Akbar dan Sriwiyana, 2010:78) Dalam hal ini perlu adanya rancangan pembelajaran IPS yang inovatif yang melatih siswa menganalisis berdasarkan kondisi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPS yang diajarkan yang nantinya akan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran IPS bukan hanya bertujuan untuk memahami materi- materi IPS yang dipelajari namun lebih dari itu, pembelajaran IPS bertujuan supaya siswa mampu menerapkan pembelajaran IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti Gunawan (2013:52) mengemukakan tujuan pembelajaran IPS di SD, antara lain sebagai berikut: 1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosialnya yang berguna dalam kehidupan di masyarakat. 2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. 3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga dan berbagai bidang ilmu dan keahlian.

Upload: lethu

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Sapriya (2011:7) IPS merupakan salah satu mata pelajaran integrasi

dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial

lainnya. Mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya yaitu antropologi, sosiologi dan

psikologi sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya (2012:4)

bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep plihan dari

cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi

budaya, psikologi sosial, ilmu politik, yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan

dan didaktik untuk dijadikan suatu program pengajaran pada tingkat sekolah.

Pembelajaran IPS di SD dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam

memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis (Akbar dan Sriwiyana, 2010:78)

Dalam hal ini perlu adanya rancangan pembelajaran IPS yang inovatif yang melatih

siswa menganalisis berdasarkan kondisi untuk meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi IPS yang diajarkan yang nantinya akan berguna dalam kehidupan

bermasyarakat. Pembelajaran IPS bukan hanya bertujuan untuk memahami materi-

materi IPS yang dipelajari namun lebih dari itu, pembelajaran IPS bertujuan supaya

siswa mampu menerapkan pembelajaran IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti

Gunawan (2013:52) mengemukakan tujuan pembelajaran IPS di SD, antara lain

sebagai berikut:

1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosialnya yang berguna dalam kehidupan

di masyarakat.

2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga dan

berbagai bidang ilmu dan keahlian.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

7

4. Membekali siswa sikap mental yang positif dan keterampilan dalam

memanfaatkan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan.

5. Membekali siswa kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan IPS sesuai

dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS yang dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran

Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

analisis siswa yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat kelak.

2.1.1.1 Kompetensi dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik yang terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak. Setiap kompetensi yang dicapai peserta didik memiliki ruang

lingkup materi yang sesuai dengan kompetensi yang dicapai. Ruang lingkup materi

digunakan untuk mengetahui materi yang akan dipelajari untuk siswa khususnya

siswa sekolah dasar (SD).

Kompetensi yang dicapai peserta didik adalah menunjukkan perilaku sosial,

mengenal kehidupan lingkungan sosialnya seperti aktifitas manusia dalam kehidupan

sosial, budaya, dan ekonomi, selain itu juga harus menjaga kelestarian lingkungannya

dengan rasa bertanggung jawab, mengenal lembaga-lembaga sosial dalam

masyarakat. Dalam pembelajaran IPS, siswa dilatih untuk mengenal lingkungan

sosialnya. Bukan hanya mengenal tetapi lebih mendalami kehidupan sosial sesuai

dengan batasan ruang lingkup materi yang diajarkan. Kompetensi yang harus dicapai

peserta didik dibatasi dengan ruang lingkup materi pembelajaran yang dibelajarkan

kepada peserta didik yang tertuang dalam permendikbud No 21 tahun 2016 tentang

standar isi. Secara lebih rinci muatan kompetensi dan ruang lingkup pembelajaran IPS

disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

8

Tabel 2.1

Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi IPS Tingkat Pendidikan Dasar

Tingkat

Kompete

nsi

Kompetensi Ruang Lingkup Materi

Tingkat

Pendidika

n Dasar

(mulai

Kelas IV-

VI)

- Menunjukkan perilaku sosial

dan budaya yang mencerminkan

jati diri bangsa Indonesia.

- Mengenal konsep ruang,

waktu, dan aktifitas manusia

dalam kehidupan sosial, budaya,

dan ekonomi.

- Menceritakan hasil eksplorasi

mengenai kehidupan bangsa

Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

- Wilayah geografis tempat tinggal bangsa

Indonesia.

- Konektivitas dan interaksi sosial kehidupan

bangsa di wilayah negara Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

- Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia

dalam waktu sejak masa praaksara hingga

masa Islam.

Sistem sosial dan budaya

- Kehidupan manusia dan kelembagaan sosial,

ekonomi, pendidikan, dan budaya

masyarakat dan bangsa Indonesia.

Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Indonesia

yang bertanggung jawab.

- Kehidupan ekonomi masyarakat.

- Menceritakan keberadaan

kelembagaan sosial, budaya,

ekonomi dan politik dalam

masyarakat.

- Menunjukkan perilaku sosial

dan budaya yang mencerminkan

jati diri dirinya sebagai

warganegara Indonesia.

- Menjaga kelestarian

lingkungan hidup secara

bijaksana dan bertanggung

jawab.

- Meneladani tindakan heroik

pemimpin bangsa, dalam

kehidupan sosial dan budaya

bangsa Indonesia.

- Menceritakan hasil eksplorasi

mengenai kehidupan bangsa

Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

- Konektivitas antar ruang dan

penanggulangan permasalahan lingkungan

hidup secara bijaksana dalam kehidupan

bangsa Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

- Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia

dari masa penjajahan, masa pergerakan

kemerdekaan sampai awal Reformasi dalam

menegakkan dan membangun kehidupan

berbangsa dan bernegara

Sistem sosial dan budaya.

- Norma, lembaga, dan politik dalam

kehidupan sosial dan budaya bangsa

Indonesia.

Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

- Kehidupan perekonomian masyarakat dan

negaraIndonesia sebagai perwujudan rasa

nasionalisme.

Sumber: Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman 150:152.

Kompetensi dan ruang lingkup materi pembelajaran IPS selanjutnya dirancang

sebagai pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik melalui Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

9

Dasar (KD). Menurut Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 pasal 2, KI merupakan

tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki

seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. KI mencakup sikap spiritual, sikap

sosial, pengetahuan, dan keterampilan. KD merupakan kemampuan dan materi

pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran

pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada KI. Secara rinci KI dan

KD mata pelajaran IPS kelas IV disajikan dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Pembelajaran IPS Kelas IV

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4

(KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan

yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang

dan pemanfaatan sumber daya alam

untuk kesejahteraan masyarakat dari

tingkat kota/kabupaten sampai tingkat

provinsi.

4.1 Menyajikan hasil identifikasi

karakteristik ruang dan pemanfaatan

sumber daya alam untuk kesejahteraan

masyarakat dari tingkat kota/kabupaten

sampai tingkat provinsi.

3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial,

ekonomi, budaya, etnis, dan agama di

provinsi setempat sebagai identitas

bangsa Indonesia; serta hubungannya

dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai

keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis,

dan agama di provinsi setempat sebagai

identitas bangsa Indonesia; serta

hubungannya dengan karakteristik ruang.

3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi

dan hubungannya dengan berbagai

bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial

dan budaya di lingkungan sekitar sampai

provinsi.

4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan

ekonomi dan hubungannya dengan berbagai

bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial

dan budaya di lingkungan sekitar sampai

provinsi

3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu

dan/atau Buddha dan/atau Islam di

lingkungan daerah setempat,serta

pengaruhnya pada kehidupan

masyarakat masa kini.

4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan

Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di

lingkungan daerah setempat, serta

pengaruhnya pada kehidupan masyarakat

masa kini.

Sumber: Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar, halaman 1.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

10

2.1.2 Pendekatan Inkuiri

Proses pembelajaran perlu dirancang untuk melatih siswa bukan hanya sekedar

pada tahap mengetahui dan memahami saja tetapi perlu melatih siswa pada tahap

analisis misalnya untuk menganalisis informasi sampai pada tahap evaluasi atau

menilai sesuatu. Sehingga proses pembelajaran menekankan pada proses berpikir

kritis. Bloom dalam Suprijono, (2013:6) mengemukakan tentang domain kognitif

mencakup knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan), dan

evaluation (menilai). Domain kognitif yang dikemukakan Bloom perlu ada dalam

kegiatan pembelajaran, hal ini dapat untuk melatih siswa untuk berpikir kritis. Untuk

mendukung hal tersebut, pendekatan Inkuiri sebagai salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis.

Pendekatan Inkuiri menurut Hamruni (2012:88) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pendekatan ini

melatih siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri hal-hal atau masalah.

Menurut Ngalimun (2014:33) pendekatan Inkuiri adalah pendekatan pembelajaran

yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara

memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam menemukan sesuatu

perlu ada cara tertentu, salah satu caranya adalah melakukan observasi dalam

penelitian yang dilakukan. Hal ini sejalan pendapatnya Putra (2013:87) bahwa

pendekatan Inkuiri adalah proses untuk mendapatkan infomasi melalui observasi

dalam penelitian atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan

menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Proses untuk mendapatkan

informasi adalah untuk menemukan sesuatu. Dengan demikian maka dapat

didefinisikan bahwa pendekatan Inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada

proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah

melalui observasi dalam penelitian.

Hamruni (2012:95) mengemukakan langkah-langkah pendekatan Inkuiri yang

terdiri dari:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

11

1. Orientasi (penjelasan)

Guru menyampaikan topik-topik dan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa.

Selain itu, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk

mencapai tujuan.

2. Merumuskan masalah

Siswa dengan bimbingan guru merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya.

3. Mengajukan hipotesis

Siswa membuat jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya.

4. Mengumpulkan data

Siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji jawaban sementara yang

dibuat.

5. Menguji hipotesis

Siswa menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data yang

diperoleh.

6. Merumuskan kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan dari temuan yang diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis.

Keenam langkah-langkah pendekatan Inkuiri yang dikemukakan oleh Hamruni

(2012:95), langkah pendekatan Inkuiri yang pertama , orientasi merupakan langkah

awal selalu dan pasti untuk dilakukan guru sebagai awal dari pembelajaran yang akan

dilakukan dan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) langkah orientasi pada

pendekatan Inkuiri termasuk kegiatan pendahuluan yang ada di langkah-langkah

pembelajaran di RPP. Pendapat selanjutnya yaitu menurut Sardiman (2014:224),

mengemukakan langkah-langkah pendekatan Inkuiri sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah

Siswa merumuskan masalah dengan bimbingan guru

2. Mengamati, atau melakukan observasi

Siswa melakukan observasi berkaitan dengan materi yang dibahas untuk

menemukan jawaban dari suatu masalah.

3. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan/laporan/gambar/tabel.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

12

4. Mengkomunikasikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang

lain.

Pendapat selanjutnya tentang langkah-langkah PI menurut Abdul Majid

(2014:175) adalah:

1. Orientasi

Guru membina suasana pembelajaran yang responsif, mengkondisikan siswa

supaya siap melaksanakan pembelajaran dan mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan suatu masalah.

2. Merumuskan masalah

Guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki .

3. Merumuskan hipotesis

Siswa merumuskan hipotesis/jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji.

4. Mengumpulkan informasi

Siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang

dirumuskan.

5. Menguji hipotesis

Siswa menganalisis dan menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan informasi yang diperoleh.

6. Merumuskan kesimpulan

Siswa menyimpulkan hasil temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian

hipotesis.

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan inkuiri yang dikemukakan dapat

disimpulkan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri terdiri dari:

1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran

2. Merumuskan masalah (siswa merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya).

3. Mengajukan hipotesis (siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang

dirumuskan).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

13

4. Mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan

melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah).

5. Menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh berdasarkan

hasil observasi).

6. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan.

7. Penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil temuan di depan guru, teman

sekelas, atau audien yang lain).

2.1.3 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran IPS di sekolah dapat didesain dengan pembelajaran langsung atau

pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok menekankan pada

pembelajaran kooperatif. Menurut Syahputra (2015:7), pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran dengan siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri

dari empat sampai lima anggota dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang

berbeda untuk bekerjasama menyelesaikan tugas pembelajaran. contoh pembelajaran

kooperatif antara lain, model pembelajaran student team achievement division

(STAD), teams games tournament (TGT), think pair share (TPS), number head

together (NHT), dan masih banyak tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Salah satu

model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah

model pembelajaran STAD.

Model pembelajaran STAD adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang

mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan tanggung jawab

kelompok untuk pembelajaran individual. Tanggung jawab yang dimaksud adalah

tanggung jawab dalam pemahaman siswa, sehingga dalam hal ini siswa saling

membantu untuk memahami materi pembelajaran (Harta dan Djumadi, 2010:51).

Menurut Dinayanti (2016:4) Model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang

dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan setelah itu, guru

memberikan materi dan meminta siswa bekerjasama untuk membantu pemahaman

siswa tentang materi yang dipelajari dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab

dengan anggota dalam satu kelompok. Fathurrohman Muhammad (2015:73)

mendefinisikan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

14

mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari laki-laki

dan perempuan, memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah untuk saling

membantu satu sama lain dalam memahami bahan pelajaran melalui diskusi.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat didefinisikan

bahwa model pembelajaran STAD adalah pembelajaran dalam kelompok belajar yang

heterogen yang melibatkan tanggung jawab dan kerjasama siswa untuk memahami

materi pembelajaran melalui diskusi dan tanya jawab dengan anggota kelompoknya.

Pelaksanaan model pembelajaran STAD, ada beberapa langkah yang harus

diikuti, seperti Suprijono (2013:133) telah menyusun langkah-langkah pelaksanaan

model pembelajaran STAD sebagai berikut:

1. Siswa membentuk kelompok beranggota 4 orang secara heterogen (campuran

menurut prestasi, jenis kelamin, suku)

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru.

3. Siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. Anggota kelompok yang sudah

mengerti tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain

sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Secara individu, siswa menjawab kuis yang diberikan guru.

5. Evaluasi

6. Kesimpulan.

Langkah-langkah model pembelajaran STAD yang dikemukakan Fathurrohman

Muhammad (2015:74) adalah:

1. Siswa mendengarkan materi pembelajaran atau permasalahan yang disampaikan

guru.

2. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan

kemampuan yang berbeda.

3. Siswa berdiskusi materi yang dipelajari. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa saling

membantu untuk memahami materi yang dipelajari bersama.

4. Siswa mengerjakan tes/kuis secara individual.

5. Siswa mendapat penghargaan berdasarkan perolehan nilai kelompok.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

15

Mendasari langkah-langkah model pembelajaran STAD, keistimewaan terletak

di membantu pemahaman antar siswa. Pendapat sama tentang langkah-langkah model

pembelajaran STAD dikemukakan oleh Tukiran Taniredja,dkk (2011:64) adalah:

1. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang yang beragam

kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru.

3. Siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok menguasai

pelajaran.

4. Siswa menjalani kuis individu. Nilai dari kuis siswa secara individu dijumlah

untuk mendapatkan nilai kelompok.

5. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu bisa mendapat sertifikat atau hadiah

lainnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran STAD adalah sebagai

berikut:

1. Membentuk kelompok @ 4 siswa.

2. Menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru.

3. Belajar bersama untuk saling membantu menguasai pelajaran yang dipelajari.

Jika ada siswa yang belum mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti

tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain sampai

semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok.

5. Tes

6. Kesimpulan.

2.1.4 Penerapan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD

Dalam pembelajaran, guru perlu membawa kegembiraan bagi siswa di dalam

kelas supaya siswa merasa nyaman. Guru juga perlu menciptakan pembelajaran yang

menantang bagi siswa dalam melakukan sesuatu sehingga siswa mempunyai

keinginan untuk mencoba. Dalam hal ini perlu adanya variasi dalam pembelajaran.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

16

Sehingga proses belajar mengajar itu menjadi sederhana, menarik, dan tidak rumit.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2016) “These teachers bring

an excitement into their classroom, providing motivation for the students and

challenge [challenging] the students to do something. This perspective was often

encapsulated in the term pump adrenaline. This involves making students want to

practise continuously and trying again and by adding variations in teaching. The

teaching and learning process is like beautiful music, it is simple and interesting, not

complicated”. Variasi dalam pembelajaran yang dikemukakan Relmasira (2016)

tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan dan model

pembelajaran, dalam hal ini yaitu penerapan pendekatan Inkuiri dan model

pembelajaran STAD. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan Inkuiri dan model

pembelajaran STAD siswa tertantang untuk melakukan sesuatu dalam mencari dan

menemukan sendiri informasi yang diperlukan serta belajar menyampaikan hasil

karya yang dibuat.

Pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri

pemecahan masalah melalui observasi kelompok dan memiliki tanggung jawab untuk

saling bekerjasama dalam memahami materi yang dipelajari.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri

dan model pembelajaran STAD adalah:

1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran.

2. Membentuk kelompok @ 4 siswa

3. Menyimak penjelasan materi.

4. Merumuskan masalah.

5. Belajar bersama untuk memecahkan permasalahan. Jika ada siswa yang belum

mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada

anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

6. Mengajukan hipotesis (membuat jawaban sementara dari permasalahan yang

dikaji).

7. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui observasi untuk menemukan

jawaban dari suatu masalah.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

17

8. Menganalisis informasi yang diperoleh.

9. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan.

10. Menyajikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain.

11. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok.

12. Tes.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti

maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang menunjukkan gambaran penguasaan

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dari hasil instrument yang digunakan sebagai

alat pengukur keberhasilan (Djamarah dan Zain, 2010:53). Hasil belajar adalah

kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik

yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mangajar

(Kunandar, 2014:62). Hasil belajar harus diidentifikasikan melalui informasi

pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun

non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi

hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki

dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah

kognitif, afektif dan psikomotor (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:54). Horward

Kingsley dalam Sudjana (2011:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum.

Hasil belajar diperoleh melalui proses pengukuran, penilaian dan evaluasi.

Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-

angka pada suatu gejala atau peristiwa (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:47).

Penilaian menurut Black dan William yang dirujuk dalam Warsono dan Hariyanto

(2013:265) penilaian sebagai seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan para

siswa dalam menilai diri sendiri yang kemudian digunakan sebagai informasi yang

dapat mereka gunakan sebagai umpan balik untuk mengubah, membuat modifikasi

kegiatan pembelajaran. Penilaian atau asesmen adalah proses pengumpulan berbagai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

18

data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar

2014:35). Marie Baehr dan Steven dalam Warsono & Hariyanto (2013:265)

menyatakan bahwa fungsi penilaian adalah memandu menuju kepada perbaikan

pembelajaran baik penilai (yang memberikan umpan balik) dan siswa (yang dinilai).

Menurut Hill dan Ruptic dalam Warsono & Hariyanto (2013) penilaian adalah suatu

proses untuk mengumpulkan bukti-bukti dan mendokumentasikan pembelajaran dan

pertumbuhan siswa. Penialaian dapat membantu para guru dalam merancang

pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa. Proses penilaian meliputi

pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti tersebut

diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan tes, kuis, tugas kelompok,

angket dan pengamatan (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:49). Evaluasi

merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran

dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria

tertentu. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang

dipersyaratkan dan bersifat mutlak seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau

batas keberhasilan yang disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian

Acuan Kriteria (PAP/PAK) dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja

kelompok dan bersifat relatif yang disebut dengan Penilaian Acuan Norma atau

Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi

keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Teknik Penilaian

dibedakan menjadi 2 yaitu tes dan non-tes (Wardani Naniek Sulistya, 2012:144).

1. Teknik tes

Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis

untuk mengukur indikator atau kompetensi tertentu. Berdasarkan cara

mengerjakannya, tes dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Tes tertulis

Tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan

jawaban tertulis.

b. Tes lisan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

19

Tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab

secara langsung antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk

melakukan pengukuran atau menentukan skor.

c. Tes perbuatan

Tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis

dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.

Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,

melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

2. Teknik non-tes

Teknik non-tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak memliki jawaban

benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada

ranah afektif dan psikomotor. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu:

a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar

yang dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan

instrumen yang telah dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan

belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik

tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

secara mendalam yang didapat secara lisan dan spontan, tentang wawasan,

pandangan atau aspek kepribadian siswa.

c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang

berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa dari aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

20

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2013) tentang Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Dengan Metode Mind

Mapping Dan Model Think Pair Share Siswa Kelas V SD. Temuan yang diperoleh

dari penelitian yaitu penggunaan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya mata pelajaran IPS. Dalam penelitian yang dilakukan dikatakan

bahwa hasil belajar siswa pada siklus I, skor tertinggi adalah 95,45 dan skor terendah

78,8, dari 27 siswa, yang tuntas KKM 90 sebanyak 19 siswa (70%). Hasil belajar

siswa pada siklus II, skor tertinggi adalah 96,80 dan skor terendah 85,50, siswa yang

tuntas KKM 90 sebanyak 24 siswa (89%). Hasil belajar siswa pada siklus III, skor

tertinggi adalah 97,90 dan skor terendah 90,60, dari 27 siswa semuanya tuntas KKM

90. Hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan dari siklus I, II, dan III.

Hasil penelitian oleh Rekta (2013) tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar

IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Menggunakan Pendekatan

Inkuiri Kelas 5 SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian yaitu pendekatan Inkuiri

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Pada siklus I skor

tentinggi yang dicapai siswa adalah 93 dan skor terendah siswa adalah 79 dari 28

siswa, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 12 siswa (43%). Pada siklus II, skor

tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95, dan skor terendah yang diperoleh siswa

adalah 81, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 26 siswa (93%). Pada siklus III,

skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 96, dan skor terendah yang diperoleh siswa

adalah 93, dari 28 siswa, semuanya tuntas KKM 90.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiati (2012) tentang Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Siswa Kelas IV SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus

I, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 16 siswa (67%), pada siklus II

mengalami peningkatan, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 22 siswa

(92%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) tentang Upaya Peningkatan

Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Dan Model Talking Stick Kelas IV SD.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

21

Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan Inkuiri dapat

membuat hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus I skor tertinggi yang diperoleh

siswa sebesar 96,5 dan skor terendah yang diperoleh sebesar 81,5. Pada siklus II skor

tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 96 dan skor terendah yang diperoleh siswa

sebesar 88. Dari 30 siswa, siswa yang tuntas KKM 90 sebanyak 20 siswa (90%).

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPS yang dilakukan di SDN Jetak 03, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang belum dilakukan dengan maksimal. Pembelajaran dikatakan

belum maksimal karena ketika proses pembelajaran, guru lebih aktif daripada siswa.

Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS, guru menggunakan pendekatan

tradisional. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional ini dapat

membuat siswa bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Jika siswa kurang

aktif menemukan sendiri dalam proses pembelajaran maka siswa akan lebih sulit

untuk memahami suatu materi. Kurangnya pemahaman siswa dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa kurang dari KKM yang ditentukan

yaitu sebesar 75. Perlu adanya upaya perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan

menggunakan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran student team achievement

division (STAD). Melalui langkah-langkah pendekatan Inkuiri dan model

pembelajaran STAD siswa lebih aktif menemukan sendiri dan saling bekerjasama

dalam memahami suatu materi. Siswa akan lebih mudah paham jika siswa sendiri

yang menemukan dan belajar dengan teman sebayanya. Melalui pemahaman tersebut

hasil belajar siswa akan meningkat.

Secara lebih rinci, kerangka pikir dapat disajikan melalui gambar 2.1 berikut.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16294/2/T1_292012159_BAB II...... sosiologi dan psikologi sosial ... Manusia, tempat,

22

Gambar 2.1

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) Siswa Kelas IV

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : penerapan

pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran Student Team Achievement Division

dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Jetak 03 Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Pembelajaran tradisional

Hasil belajar meningkat

1. Membentuk kelompok @ 4

siswa

2. Menyimak penjelasan materi

3. Merumuskan masalah

4. Belajar bersama untuk

memecahkan masalah

5. Mengajukan hipotesis

6. Mengumpulkan informasi

7. Menganalisis informasi

8. Menarik kesimpulan

9. Menyajikan hasil karya

10. Mengerjakan tes

Pendekatan Inkuiri dan

Model STAD

Hasil belajar ≤ KKM 75

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa

melalui proses berpikir kritis

2. Siswa terlatih merumuskan permasalahan yang

akan dibahas

3. Siswa dapat belajar bersama untuk saling

membantu dalam memecahkan masalah

4. Terlatih untuk berpikir mencari kemungkinan

jawaban

5. Terlatih untuk mencari dan menganalisis informasi

6. Menemukan hal yang baru dalam proses

pembelajaran

7. Belajar menyimpulkan dari berbagai informasi

yang didapat

8. Mampu berkomunikasi dengan jelas

9. Melatih siswa untuk menanggapi hasil karya

teman