bab ii kajian pustaka 2.1 kajian pustaka 2.1.1 stand up...

14
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fenomena Stand Up Comedy di Indonesia Fenomena Stand Up Comdy menjadi fernomena tersendiri, khusunya bagi pelajar, mahasiswa maupun karyawan yang ingin menyuarakan pendapat atau kritikan memlalui media humor. Stand Up Comedy juga menjadi daya tarik untuk melestarikan budaya daerah, cara komika melestarikan budaya maupun mengkritik fenomena sosial adalah membuat materi tentang hal tersebut untuk di jadikan materi Stand Up Comedynya. Oleh karena itu Stand Up Comedy ini banyak di minati oleh kalangan mahasiswa. Stand Up comedy merupakan bentuk pertunjukan lisan yang sangat berbeda dengan pertunjukan-pertunjukan linsan yang di anggap asli Indonesia. Pada umumnya, pertunjukan lisan tradisional di Indoensia erat dengan kebudayaan lokal serta daerah, mulai dari bahasa, adat istiadat yang sudah ada secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki oleh budaya betawi dan sebagaijnya. Hal ini berbed dengan Stand Up Comedy yang lkebih modern, dengan pertunjukan yang berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi kehidupan sosial, budaya dan bahasa setiapo zamanya. Stand Up Comedy adalah salah satu genre komedi, pelawak tampil seorang diri di hadapan penonton, dan berbicara langsung ke mereka dengan membawakan materi-materi lucu yang mengundang tawa, sebutan pelaku Stand Up Comedy adalah komik, pelawak Stand Up atau hanya Stand Up saja. (Pandji, 2011 : 24)

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Fenomena Stand Up Comedy di Indonesia

Fenomena Stand Up Comdy menjadi fernomena tersendiri, khusunya

bagi pelajar, mahasiswa maupun karyawan yang ingin menyuarakan pendapat

atau kritikan memlalui media humor. Stand Up Comedy juga menjadi daya

tarik untuk melestarikan budaya daerah, cara komika melestarikan budaya

maupun mengkritik fenomena sosial adalah membuat materi tentang hal

tersebut untuk di jadikan materi Stand Up Comedynya. Oleh karena itu Stand

Up Comedy ini banyak di minati oleh kalangan mahasiswa.

Stand Up comedy merupakan bentuk pertunjukan lisan yang sangat

berbeda dengan pertunjukan-pertunjukan linsan yang di anggap asli Indonesia.

Pada umumnya, pertunjukan lisan tradisional di Indoensia erat dengan

kebudayaan lokal serta daerah, mulai dari bahasa, adat istiadat yang sudah ada

secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki oleh budaya betawi dan

sebagaijnya. Hal ini berbed dengan Stand Up Comedy yang lkebih modern,

dengan pertunjukan yang berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi

kehidupan sosial, budaya dan bahasa setiapo zamanya.

Stand Up Comedy adalah salah satu genre komedi, pelawak tampil

seorang diri di hadapan penonton, dan berbicara langsung ke mereka dengan

membawakan materi-materi lucu yang mengundang tawa, sebutan pelaku

Stand Up Comedy adalah komik, pelawak Stand Up atau hanya Stand Up saja.

(Pandji, 2011 : 24)

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

15

Stand Up Comedy muncul di Amerika Serikat pada tahun 1800-an.

Melalui proses panjang yang akhirnya humor lisan tersebut hadir di indonesia.

(Pandji, 2011 : 35) ada beberapa nama yang tidak bisa lepas dari sejarah Stand

Up Comedy Indonesia, perti Warkop, Taufik Savalas, Ramon Papana dan iwel.

Humor yang di bawakan Oleh Warkop (Dono, Kasino, Indro)bukan jenis

Stand Up Comedy. Akan tetapi, perubahan menuju Stand Up Comedy di

indonesia berawal dari mereka. Mereka telah menperkenalkan humor yang

mengandalkan ucapan, Taufik Safalas kemudian yang menjadi komedian

pertama Indonesia yang berhasil membawa humor melalui monolog. Akan

tetapi, humor yang dibawakan Taufik baru berupa joke telling. Joke telling

berisi lelucon umum dan tebak-tebakan yang mengandung humor jenaka

(Pandji, 2012: xxi).

Terbentuknya komunitas Stand up Comedy indonesa pada tanggal 13

Juli 2011 bertempat di Cafe Kemang jakarta selatan sekaligus peresmian

komunitas dan pertama kali Open Mic “sebutan kegitan yang menimpilkan

komika-komika” yang di tonton sebanyak 200 orang, dibentuk oleh anak-ank

muda yaitu Raditya dika, Pandji Pragiwaksono, Ersest Prakasa dan masih

banyak lagi. Awalnya mereka membuat akun Twitter bernama

“@StandUpIndo”, dengna bertujuan menggiring siapapun yang ingin tau

Stand up Comed. (Nugroho, 2011 : 24-26) Meski belum genap berusia enam

bulan komunitas ini sudah punya cabang di 44 kota seperti Medan, Pekanbaru,

Jambi, Palembang, Semarang, Malang, Yogyakarta, Solo, Surabaya dan

sebagainya. Latar belakang anggota Stand up Indo beragam mulai dari pelajar,

mahasiswa, karyawan, Office boy, hingga pengusaha.(Nugroho, 2011:24-26)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

16

Kota malang terdapat komunitas yang bergerak di bidang Stand Up

Comedy yang bernama Stand Up Comedy malang. Terbentuknya stand up

comedy malang pada tahun 2011, dibentuk oleh 6 orang, terbentuknya

komunitas ini adalah ingin mewadahi masyrakat sesama pencinta stand up

comedy. Seiring berjalanya waktu stand up comedy di indonesia semakin

berkembang pesat, komunitas stand up comedy di berbagai kota pun ada,

mulai dari bekasi hingga surabaya tidak terkecuali komunitas stand up comedy

malang.

2.1.2 Fenomena Komika

Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat

diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.

Salah satunya adalah fenomena yang yang terjadi di kehidupan sehari-hari

dalah fenomena sosial dan budaya, fenomena sosial dan budaya adalah gejala-

gejala atau peristiwa yang terjadi dan dapat di amati dalam kehidupan sosial,

komika merupakan salah satu fenomena sosial budaya. Kesenian yang

berkgerak di bidang komedi, komika memiliki fenomena yang khas yang

berkaitan dengan komedi, komedi yang di buat oleh komika dari

kegelihasaanya atas fenomena soal yang terjadi. Oleh karena para komika

biasanya memberikan beragam humor, lelucon pendek atau kritik-kritik

berupa sindiran terhadap sesuatu yang sifatnya cenderung umum dengan

berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Tidak heran jika kota malang ada

komunitas Stand Up Comedy, karena kota malang adalah kota pendidikan

yang banyak di huni oleh mahasiswa, kemudia mahasiswa tidak kehabisan

akal untuk mengkritik dengan gaya yang baru, yaitu dengan gaya komedi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

17

Kesamaan latar belakng anggota Komunitas Stand Up Comedy Malang

membuat anggota tersebut mempertahankan identitasnya sebagai tindakan

Strategis, ikatann emosional menjadi dasar terbangunnya interaksi sosial,

mempererat ikan-ikan sosial dan menumbuhkan kepentingan kolektif dalam

struktur komunitas Stand Up Comedy Malang. Dalam interaksi sosial budaya,

tumbuh dorongan menyatakan eksistensi sosial budaya, dalam identitas aktor

dan budaya kolektif yang berakar dari kesamaan hobi. Anggota komunitas

Stand Up Comedy Malang sebagian besar adalah anak-anak muda yang

kreatif, oleh karena itu anak-anak muda yang berada di Komunitas Stand Up

Comedy Malang memiliki dua peranan, peran yang pertama yaitu sebagai

komika (Front Stage) dan yang kedua adalah sebagai mahasiswa (Back Stage).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang memiliki relefansi penelitian yang akan di lakukan

tentang dramaturgi yang ada di komunitas adalah yang pertama, penelitian milik Dwi

Angraeni tahun 2017 yang berjudul Front Stage dan Back Stage Sinder. Studi di

Desa Wangi Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban. Yang kedua Ruang Indentitas

Gay dalam Interaksi Sosial (Studi Dramatgis Pada Komunitas Guy di Kota

Bengkulu). Nanda Fauziah, DIE009096, Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Bengkulu, 2014. Dan yang terakhir yaitu

Pengelolaan Kesan Oleh Pengemis (Studi Deskriptif Dramaturgi terhadap Pengemis

Di Sekitar Jalan Permindo Kota Padang), Gisky Andria Putra, 0910863049, 2016.

Beberapa penelitian terdahulu memiliki relefansi dengan penelitian yang akan

di lakukan. Dapat di llihat dai judul penelitian dan hasil temuan masing-masing

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

18

penelitian terdahulu yang telah di lakukan, sehingga dapat ditemukan relefansi

penelitian dapat di lihat dari tabel berikut.

Penelitian yang di lakukan oleh Dwi Anggraeni ini berjudul Front Stage dan

Back Stage Sinder. (Studi di Desa Wangi Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban).

Penelitiain ini dilakukan pada tahun 2017 yang sama-sama menggunakan teori Erving

Goffman dengan Konsep Dramaturgi yang kemudian memiliki focus penelitian

kepada actor sider, penelitian Dwi Anggraeni ini terfokus kepada panggung depan

dan panggung belakang sinder dalam pementasan tersebut.

Hasil penelitian yang di temukan oleh peneliti ini adalah mengungkap

abgaimana Sinder memainkan sebuah peran tertentu saat berada dalam Front Stage

atau saat dalam sebuah pementasan. Dan juga mengungkap bagai mana sinder saat

sedang di luar pementasan, yaitu kehidupan keseharianya seperti sisi religiusitas,

profesi lai, hubungan masyarakat sekitar dan lain-lain.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah sama sama membicarakan tentang permainan

peran, sama-sama menggunakan teori Dramaturgi Erving Goffman. Namun penelitian

terdahulu memiliki objek penelitian yaitu sinder sedangkan penenlitian yang akn di

lakukan memiliki objek penelitian yaitui komika,perbedaan lainya adalah lokasi

penelitian, penelitian terdahulu memiliki lokasi penelitian di Desa Wangi Kecamatan

Jatirogo Kabupaten Tuban, sedangkan penelitian yang akan di lakukan berlokasi di

malang , tepatnya di jl kawi atas no 23 kelurahan bareng kecamatan Klojen Malang.

Penelitian yang di lakukan oleh Nanda Fauziah ini berjudul Ruang Indentitas

Gay dalam Interaksi Sosial (Studi Dramatgis Pada Komunitas Guy di Kota

Bengkulu). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, yang sama-sama menggunakan

teroi Erving Goffman dengan Konsep Dramaturgi yang kemudian memiliki objek

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

19

penelitian kepada Gay (Sesuka Sesama Jenis). Focus penelitian ini kepada panggung

depan dan panggung belakang actor tersebut yang berinteraksi untuk menemukan

identitasnya.

Panggung teater dimana gay berperan sebagai aktor yang berada di panggung

depan (Front Stage) dan panggung belakang Back Stage). Setiap panggungnya

memperliahatkan bahawa cara manusia mengartikan dunia itu dan dirinya sendiri

berkaitan erat dengan masyarakat. Maka dari itu sesungguhnya ruang identitas yang

bergantung pada interaksi bukan dipengaruhi oleh situasi namun tersituasikan oleh

keadaan sehingga aktor (gay) berperan dalam interaksinya.

Persamaan penelitian terdahulu dan penelitian yang akan di lakukan sama-

sama menggunakan terori dari Erving Goffman dengan konsep Dramaturgi. Namun

penelitian terdahulu terfokus di dalam ruang identitas actor yang akan di teliti yang

oleh situasi sehingga actor berperan dalam interaksinya. Sedangkan penelitian yang

akan di lakukan terfokus kepada dramaturgi komika dan bagaimana komika tersebut

memerankan peran di depan panggung dan di belakang panggung. Perbedaan

penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan di lakukan adalah objek

penelitian, dimana objek penelitian terdahulu adalah gay (sesuka sesame jenis)

sedangkan penelitian yang akan di lakukan objek penelitiannya dalah komika.

Perbedaan terakhir dari penenlitian terdahulun denngan penelitian yang akan di

lakukan yaitu lokasi penelitian, dimana lokasi penelitian terdahulu berlokasi di kota

Bengkulu, sedangkan penenlitian yang akan di lakukan berlokasi di kota malang.

Penelitian yang dilakukan oleh Gisky Andria Putra ini berjudul Pengelolaan

Kesan Oleh Pengemis (Studi Deskriptif Dramaturgi terhadap Pengemis Di Sekitar

Jalan Permindo Kota Padang) penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 yang sama-

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

20

sama menggunakan Teori dari Erving Goffman dengan konsep Dramaturgi, penelitian

ini terfokus kepada pengelolaan kesan pengemis terhadap calon dermawan.

Dari hasil yang diperoleh, pengelolaan kesan oleh pengemis, meliputi aspek

verbal dan non verbal. Aspek verbal yang di gunakan di wilayah paangung depan

(Front Stage) adalah dengan mengucapkan assalamualaikum dan allhamdulillah,

sedangkan aspek non verbal meliputi dengan nada suara, gerakan tubuh, penampilan

ekspresi wajah, alat dan mistifikasi. Wilayah panggung belakang (Back Stgae),

pengemis melakukan menampilkan kesan yang berbeda pada kedua setting tersebut.

Wilayah panggung depan pengemis sengaja membentnuk kesan untuk mendapatkan

pemberian ataun sedekah dari orang lain (calon dermawan), sedangkan di wilayah

panggung belakang (Back Stage), pengemis membentuk kesan seperti orang biasa

dalam sebuah lingkungan social.

Persamaan terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sama –sama

menggunakan teori Erving Goffman dengan konsep Dramaturgi. Persamaan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang dengan penelitian yang akan di lakukan

sama-sama ingin mengetahui panggung depan dan panggung belakang objek

penelitian, namun penelitian terdahulu terfokus kepada pengelolaan kesan terhadap

objek yang diteliti, sedangkan penelitian yang akan di lakukank terfokus kepada

pemeeranan peran terdap objek yang diteliti. Perbedaan penelitian terdahulu dengtan

penelitan yang akan di lakukan adalah lokasi penelitian, dimana pernelitian terdahulu

melakukan penelitian di kota padang, sedangkan penelitian yang akan di lakukan

berlokasi di kota malang.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

21

Hasil temuan dan relefansi penelitian dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Temuan Relefansi

1. Front Stage dan Back Stage Sinder.

(Studi di Desa Wangi Kecamatan

Jatirogo Kabupaten Tuban). Dwi

Anggraeni 201210310311035, Program

Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Malang, tahun 2017.

Hasil penelitian yang

di temukan oleh

peneliti ini adalah

mengungkap

abgaimana Sinder

memainkan sebuah

peran tertentu saat

berada dalam Front

Stage atau saat dalam

sebuah pementasan.

Dan juga

mengungkap bagai

mana sinder saat

sedang di luar

pementasan, yaitu

kehidupan

keseharianya seperti

sisi religiusitas,

profesi lai, hubungan

masyarakat sekitar

dan lain-lain.

Penelitian yang akan

di lakukan sama

degan penelitian

sebelumnya tentang

Dramaturgi atau

Front Stage dan

Back Stage seorang

komika. Akan tetapi

dari tempat dan objek

penelitian berbeda

degan penelitian

sebelumnya.

Penelitian

sebelumnya

dilakukan di Desa

Wangi Kecamatan

Jtigoro Kabupaten

Tuban. Penelitian

yang akan di

dilakukan di

Komunitas Stand Up

Comedy Malang.

2. Ruang Indentitas Gay dalam Interaksi

Sosial (Studi Dramatgis Pada

Komunitas Guy di Kota Bengkulu).

Nanda Fauziah, DIE009096, Program

Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Bengkulu, 2014.

di panggung teater.

Dimana gau berperan

sebagai aktor yang

berada di panggung

depan (Front Stage)

dan panggung

belakang Back

Stage). Setiap

panggungnya

memperliahatkan

bahawa cara manusia

mengartikan dunia

itu dan dirinya

sendiri berkaitan erat

dengan masyarakat.

Maka dari itu

sesungguhnya ruang

identitas yang

Penelitian yang akan

dilakukan sama

degan penelitian

sebelumnya dengan

memakai konsep

dramaturgi dan

memiliki objek yang

sama yaitu

komunitas. Tetapi

penelitian ini melihat

sisi mikro dari

sebuah komunitas,

yaitu aktor yang ada

di komunitas. Akan

tetapi dari tempat

dengan penelitian

sebelumnya

dilakukan di kota

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

22

bergantung pada

interaksi bukan

dipengaruhi oleh

situasi namun

tersituasikan oleh

keadaan sehingga

aktor (gay) berperan

dalam interaksinya.

bengkulu, sedangkan

penelitina ini

bertempat di kota

malang, lebih

khususnya di

komunitas Stand Up

Comedy Malang.

3. Pengelolaan Kesan Oleh Pengemis

(Studi Deskriptif Dramaturgi terhadap

Pengemis Di Sekitar Jalan Permindo

Kota Padang), Gisky Andria Putra,

0910863049, 2016.

Dari hasil yang

diperoleh,

pengelolaan kesan

oleh pengemis,

meliputi aspek verbal

dan non verbal.

Aspek verbal yang di

gunakan di wilayah

paangung depan

(Front Stage) adalah

dengan mengucapkan

assalamualaikum dan

allhamdulillah,

sedangkan aspek non

verbal meliputi

dengan nada suara,

gerakan tubuh,

penampilan ekspresi

wajah, alat dan

mistifikasi. Wilayah

panggung belakang

(Back Stgae),

pengemis melakukan

menampilkan kesan

yang berbeda pada

kedua setting

tersebut. Wilayah

panggung depan

pengemis sengaja

membentnuk kesan

untuk mendapatkan

pemberian ataun

sedekah dari orang

lain (calon

dermawan),

sedangkan di wilayah

panggung belakang

(Back Stage),

Penelitian yang akan

di lakukan sama

dengan penelitian

sebelumnya dengan

memakai konsep

dramturgi. Relevansi

dari panelitian ini

adalah ingun

mengetaui panggung

depan (Front Stage)

dan panggung

belakang (Banck

Stage) individu.

Objek penelitian

sebelumnya yaitu

seorang pengemis,

dari hasil penelitian

sebelumnya, peneliti

berhasil menemukan

panggung depan

(Front Stgae) dan

panggung belakang

(Back Stage). Itu

akan menjadi acuan

bagaimana peneliti

mengetahui

panggung depan

(Front Stage) dan

panggung belakng

(Back Stage)

pengemis.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

23

pengemis

membentuk kesan

seperti orang biasa

dalam sebuah

lingkungan sosial.

2.3 Landasan Teori Dramaturgi – Erving Goffman

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Dramaturgi dari Erving

Goffman. Goffman memakai anaogi drama dan teater dalam menjelaskan manusia,

karena alasan inilah Goffman disebut sebagai seorang Dramaturgist, yang

menggunkan bahasa dan tamsil panggung teater. Konsep teori dramaturgi milik

Goffman, terdapat salah satu aspek mengenai Fornt Stage atau yang lebih dikenal

sebagai panggung depan, panggung depan adalah “bagian penampilan individu yang

secara teratur berfungsi didalam mode umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi

bagi mereka yang menyaksikan penempilan itu” panggung depan aktor akan

memainkan sebuah peran tertentu yang nantinya akan disaksikan oleh para penonton

perjuntukan tersebut. Dalam Front Stage, aktor harus benar-benar memainkan peran

yang diinginkan oleh penonton. (Rizter, 2014 ; 402)

Informan yang berpropesi sebagai komika, dalam aspek Front Stagenya ia

berperan sebagai tokoh yang lucu di depan penonton dalam pertunjukan Stand Up

Comedy. Untuk memeran tokoh komika ini, terlebih dahulu komika tersebut

menyiapkan materi dan materi tersebut haruslah lucu, karena jikalau tidak lucu maka

komika tersebut gagal memeran kan tokoh tersebut. Dalam aspek Front Stage,

terdapat bagian yang disebut Fornt Personal, yaitiu berbagai macam barang

perlengkapan aktor yang dapat menunjang perjukan tersebut. Aspek Front Personal

ini kemudian dikategorikan menjadi dua, yakni penampilan dan gaya. Penampilan ini

meliputi macam-macam barang dan keperluan lainya yang dapat membuat penonton

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

24

mengenali aktor tersebut. Sedangkan gaya digunakan agar penonton mengetahui

peran seperti apa yang akan di tampilkan oleh sang aktor. (Poloma, 2010 : 232)

Berikutnya adalah aspek back stage atau panggung belakang, yaitu bagian dari

sebuah pertunjukan dimana sang aktor menyembunykan fakta dari dirinya utuk tidak

di tunjukan kepada para penonton. Aktor tidak mengharapkanm penonton mengetahui

panggung belakangnya, begitu juga pula sebaliknya. Back Stage atau panggung

belakang informan yang berprofesi sebagai Komika adalah seorang mahasiswa dari

salah satu universitas yang ada di Malang. Goffman melanjutkan niatnya dalam

menjelaskan interaksi tatap muka khusus mengenai bagaimana orang mengendalikan

kesan yang diberikanya ketika berinteraksi dengan orang lain. kaitanya dengan

permasalahan ini, dalam drama pertunjukan Stand Up Comedy informan memainkan

peran sebagai komika. Informan melakukan metode pengelolaan kesan dengan cara

kedua dan ketiga, cara kedua adalah aktor menjaga kesadaran untuk menghindari

kesalahan, mempertahankan pengendalian diri serta mengelola ekspresi wajah, nada

suara dan intonasi nada suara ketika aktor memainkan peranya. (Rizter, 2014 : 400)

Dalam membehas pertunjukan, Goffman menyaksikan bahwa indiviu dapat

menyajikan suatu pertunjukan (Show) bagi orang lain, tetapi kesan (Inpression) si

pelaku terhadap pertunjukan ini bisa berbeda-beda seseorang bisa merasa sangat yakin

akan tindakan yang akan di perlihatkannya, atau bisa pula bersikap sinis terhadap

pertunjukan itu. Seorang komika, misalnya dapat sangat lucu ketika di atas panggung

untuk menghibur para penonton yang menyaksikanya. Akan tetapi, pada saat aktor

tersebut bukan di atas panggung Stand Up Comedy ia bukan pribadi yang lucu,

melainkan pribadi yang tidak lucu bahkan bisa menjadi pribadi yang menyebalkan

atau menjengkelkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

25

Aspek lain dari dramaturgi pada panggung depan adalah bahwa aktor sering

kali mencoba menampilkan kesan bahwa mereka lebih dekat kepada audien daripada

kenyataanya. Sebagai contoh aktor mungkin saja mencoba menonjolkan kesan bahwa

pertunjukan yang mereka lakukan pada saat itu adalah satu-satunya pertunjukan atau

paling tidak sesuatu yang terpenting. Untuk melakukan itu, aktor harus yakin bahwa

audien mereka tersegregasi sehingga kepalsuan pertunjukan tidak dapat di temukan.

Sekali di temukan, audien sendiri mungkin mencoba mengatasi kepalsuan tersebut

sedemikian rupa sehingga tidak mengatasi kepalsuan tersebut sedemikian rupa

sehingga tidak meruntuhkan gambaran ideal sang aktor. kesuksesan pertunjukan

tergantung kepada keterlibatan semua pihak. Contoh lain dari menejemen kesan

adalah upaya aktor mengungkapkan gagassan tentang adanya sesuatu yang unik

dalam pertunjukan tersebut maupun hubunganya dengan audien. Audienpun ingin

merasa bahwa ia adalah penikmat pertunjukan uniuk tersebut. Aktor mencoba

memastikan bahwa seluruh pertunjukann menyatu. Pada beberapa kasus, aspek yang

tidak selaras dapat merusak pertunjukan. Namun, pertunjukan bervariasi dalam hal

konsistensi yang diperlukan.

Teknik lain yang digunakan oleh pementas adalah Mistifikasi. Sering kali aktor

cenderung memistifikasi pertunjukan mereka dengan membatasin kontak diri dengan

mereka para audien. Dengan membangun jarak sosial antara diri mereka dengan

audien, mereka mencoba membuat audien terpesona. Pada giliranya, ini mencegah

agar audien tidak mempertanyakan pertunjukan. Sekali lagi Goffman menunjukan

bahwa audien terlibat dalam proses ini dan sering kali berusaha memlihara kredibilitas

pertunjukan mereka dengan menjaga jarak dari pementas. (Rizter, 2014 : 401)

Salah satu pernyataan pokok yang dihadapi si pelaku atau aktor ialah membuat

“kesan Realitas” kepada sesamanya agar dapat menyakinkan gambaran (citra) yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

26

hendak diberikan kepada orang lain. Dalam hal ini, Goffman menyatakan bahwa aktor

yang berperan di dalam kehidupan sosial harus menyakinkan dirinya dalam

pandangan orang lain dengan mengadaptasi penampilan melalui peran dari “Drama”

dalam kehidupan sehari-hari. (Goffman : 1959 : 17)

Pikiran-pikiran pokok analisa dramaturgi seperti yang diutarakan Goffman

adalah sebagai berikut : (Goffman : 1959 : 13)

a. Interakasi dan struktur sosial mempengaruhi anggota masyarakat secara kritis dan

penting

b. Interaksi sosial dituntun oleh pembagian makna tertentu

c. Realitas terkonstuksi secara sosial

Goffman menggunakan istilah Team sebagai sejumlah individu yang bekerja

sama dalam mementaskan suatu penampilan yang rutin. Dalam hal ini, team yang

demikian itu berupa Komika dengan Stand Up Comedynya. Team ini selalu ada

dalam setiap pertunjukan Stand Up Comedy, para anggota team in harus bekerja sama

mempertahankan suatu situasi tertentu. Sebagai satu kesatuan tim, mereka juga harus

tahu bagaimana bertindak serta jumlah masalah yang berada perlindungan yang

dipahaminya, cenderung diarahkan oleh ketentuan-ketentuan yang disebut

“kebiasaan”. Namun apabila terdapat pihak luar dan interaksi berlebihan dari pihak

penonton, maka sudah menjadi tugas untuk mengendalikan suasana kembali ke

pertunjukan Stand Up Comedy. Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan

rekan kerja yang di dalam ini juga menambnah pendapatan bagi Komika. (Goffman,

1959 : 77)

Dramaturgi berkontribusi penting untuk pemahaman seseorang tentang

dirinya, penawaran tema perilaku manusisa dalam situasi sosial dan cara yang

diberikan oleh orang lain. Goffman telah menggunakan sebagai susunan metafora

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stand Up …eprints.umm.ac.id/44358/3/jiptummpp-gdl-fikritaufi-50632-3-babii.pdf · secara turun menurun, seperti Pantun yang di miliki

27

dalam kinerja teaternya. Setiap orang di kehidupan sosialnya sehari-hari membawakan

kegiatanya kegiatanya untuk orang lain, bertujuan agar pengalamanya agar terbentuk

siapa dia, dan menggunakan sebagai teknik tertentu untuk mempertahamkan

penampilannya, dengan cara seorang aktor mempertunjukan perannya di hadapan

audien. (Goffman, 1959 : 239)