bab ii kajian pustaka 2.1 ips 2.1 - uksw

23
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar IPS 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Gagne (Suprijono Agus 2009: 2) adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Definisi belajar berikutnya adalah dari Travers. Travers (Agus Suprijono 2012: 2) berpendapat belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Ahli berikutnya, Harold Sprears (Suprijono Agus 2009: 2) mendefinisikan belajar adalah mengamati, membaca meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Kemudian Geoch (Suprijono Agus 2009: 2) mendefinisikan belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan. Menurut Suprijono Agus (2009:163) belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi). Menurut Jackson dalam Rusman (2011: 252) belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar tersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya pembelajaran. Jadi belajar merupakan usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dan pengalamannya dengan lingkungan belajarnya. Perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dan pengalamannya dengan lingkungan belajarnya itu bersifat permanen. 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar IPS

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar menurut Gagne (Suprijono Agus 2009: 2) adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang

secara alamiah. Definisi belajar berikutnya adalah dari Travers. Travers (Agus

Suprijono 2012: 2) berpendapat belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian

tingkah laku.

Ahli berikutnya, Harold Sprears (Suprijono Agus 2009: 2) mendefinisikan

belajar adalah mengamati, membaca meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu. Kemudian Geoch (Suprijono Agus 2009: 2)

mendefinisikan belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.

Menurut Suprijono Agus (2009:163) belajar adalah perubahan tingkah laku secara

relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan

(motivasi).

Menurut Jackson dalam Rusman (2011: 252) belajar merupakan proses

membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan

pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan sistematis dalam menata

lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta

didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses

belajar tersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan

lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya

pembelajaran. Jadi belajar merupakan usaha seseorang untuk memperoleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dan pengalamannya dengan

lingkungan belajarnya. Perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dan

pengalamannya dengan lingkungan belajarnya itu bersifat permanen.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang

makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

7

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas

dipertegas lagi oleh Nawawi (Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil

tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu benuk perubahan perilaku yang

relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan

belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-

tujuan pembelajaran (Ahmad Susanto, 2013: 5).

Menurut Sudjana Nana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Suprijono Agus (2009: 7)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorisasi oleh para ahli pendidikan sebagaimana tersebut

di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Ahli lain yaitu Bloom (Suprijono Agus, 2009: 6-7), hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif

adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain

afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor

juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan,

intelektual. Sementara, menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2009: 7) hasil belajar

meliputi kecakapan informasi, pengertian, dan sikap.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

8

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, hasil belajar adalah

keseluruhan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Keseluruhan kemampuan tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Namun, pada penelitian ini domain yang akan diteliti adalah

domain kognitif.

2.1.3 Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik hukum, dan

budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang

mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu sosial

(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik hukum, dan budaya). Jadi dapat

dikatan IPS bukan berdiri sendiri namun didalamnya mengandung banyak ilmu

sosial, untuk mata pelajaran pada tingkat Sekolah Dasar (SD) IPS ini berdiri

sendiri sebagai nama mata pelajaran namun untuk tingkatan SMP/SMA ada ilmu-

ilmu sosial yang menjadi nama pada mata pelajaran contohnya sosiologi, geografi,

dll (Trianto, 2007: 124)

Istilah IPS mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai hasil

kesepakatan komunitas akademik. Namun secara formal digunakan dalam sistem

pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Kurikulum pendidikan IPS

tahun1994 sebagai mana yang dikatakan Hamid Hasan, merupakan fusi dari

berbagai disiplin ilmu. Mortorella mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan

IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “trasfer konsep”, karena

dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman

terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,

dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan

demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasukan pada aspek

kependidikannya (dalam Entin Solihatin dan Raharjo, 2007:14).

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan atara manusia dengan

lingkungannya, hal ini diperlukan karena setiap orang tidak dapat hidup sendiri di

masyarakat. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam menyelesaikan

masalah atau memecahkan masalah yang dihadapi sehingga akan menjadikannya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

9

semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat. Misi dari

pendidikan IPS adalah bukan untuk mencekoki atau menjejali siswa dengan

sejumlah materi yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar

mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal dalam

memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan di lingkungan masyarakat,

serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pada pendidikan yang lebih

tinggi (Entin Solihatin dan Raharjo, 2007).

Dari beberapa definisi IPS diatas, maka dapat dikaji bahwa IPS adalah

ilmu yang mempelajari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang berhubungan

antara manusia dengan lingkungannya.

2.1.4 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan Imu Pengetahuan Sosial (pendidikan IPS), para ahli sering

mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program

pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah

untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik daklam

kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to

be well-functioning citizens in a democratic society”.tujuan lain dari IPS adalah

untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam

mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya tinggi (Entin Solihatin

dan Raharjo, 2007). Menurut Hasan (dalam Nana Supriyatna ) tujuan pendidikan

IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga ketegori, yaitu aspek intelektual,

kehidupan sosial, dan kehidupan individual.

Dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006, mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

10

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2.1.5 Ruang Lingkup IPS

Dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006, mata pelajaran IPS aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

c. Sisten sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

2.1.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Diteliti

Materi IPS kelas 5 yang akan diteliti dalam penelitian ini terangkup

dalam SK dan KD. Berikut adalah SK dan KD yang akan diteliti:

Tabel 2.1

SK dan KD yang Digunakan dalam Penelitian

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan

mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2.3 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi belajar

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2010: 3). Sedangkan menurut Noehi Nasution

(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 166) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

11

Menurut Suprijono Agus (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi dalam kegiatan belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar

itu dapat tercapai (Sardiman, 2007: 175). Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat

diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak

akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Jadi motivasi belajar adalah dorongan

yang berasal dari diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan

belajar dapat tercapai.

Menurut Hamzah B. Uno (Suprijono Agus, 2009:163) indikator motivasi

belajar diklasifikasikan sebagai beikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta

didik dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan

perubahan tingkah laku agar dapat mencapai suatu tujuan.

2.2.2 Tujuan Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:85) motivasi belajar sangat penting

bagi siswa dan guru, bagi siswa pentingnya motivasi belajar sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.

3. Mengarahkan kegiatan belajar.

4. Membesarkan semangat belajar.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

12

5. Menyadarkan tentang adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja yang

bersinambungan.

2.3 Model Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan

model itu (Mills dalam Suprijono Agus, 2009: 45). Pemilihan model yang tepat

perlu memperhatikan tujuan pengajaran. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:

133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya

para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas (Suprijono Agus, 2009: 45-46). Fungsi model

pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide

keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Sehinga model

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan

dalam mangatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik, baik

interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

langsung, yaitu dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

kegiatan belajar mengajar (KBM) secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar

yang maksimal. Fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

13

didik mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan

ide.

2.3.2 Pengertian Model Pembelajaran Picture And Picture

Model pembelajaran Picture And Picture adalah suatu pembelajaran yang

mengguanakan gambar dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani,

2011: 89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan

menyenangkan. Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam

proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses

pembelajaran.

Menurut Suprijono Agus (2009: 125), model pembelajaram Picture and

Picture adalah suatu metode yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau

diurutkan menjadi bentuk dan urutan yang logis. Model pembelajaran Picture and

Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan

dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini

mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-

gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum

proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik

dalam bentuk kartu dalam ukuran besar.( Afniafandi, 2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran Picture and

Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan

dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini

mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-

gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar

tersebut dapat menjadikan pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,

dan menyenangkan.

2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

Langkah-langkah dari pelaksanaan model pembelajaran Picture and

Picture menurut Istarani (2011: 7) adalah:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi

Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

14

siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.

Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator

ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat

dicapai oleh peserta didik.

2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai

pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum

permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat

dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik

perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang

baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih

jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan

materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif

dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan

oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan

menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang

diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat

memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau

demontrasi yang kegiatan tertentu.

4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan

gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi,

karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa

terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa

memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.

5. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat,

atau di modifikasi. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa

dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan

rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan

dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk

membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

15

6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan

konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam

proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-

penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,

menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal

tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.

Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

7. Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa

mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.

Langkah-langkah Picture And Picture dalam Suprijono Agus (2009: 125-

126) adalah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan

materi.

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan/rangkuman.

Begitupun langkah-langkah Picture And Picture dalam Hosnan (2014:

256) adalah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan

materi.

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

16

6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan/rangkuman.

Dari tiga langkah-langkah model pembelajaran Pictures and Pictures

yang dikemukakan oleh tiga ahli di atas, dapat diketahui bahwa model

pembelajaran Pictures and Pictures memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

No. Langkah-langkah oleh

guru

Penjelasan

1. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran atau

kompetensi yang ingin

dicapai.

Di langkah ini guru diharapkan untuk

menyampaikan apakah yang menjadi

Kompetensi Dasar mata pelajaran yang

bersangkutan. Dengan demikian maka siswa

dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus

dikuasainya. Disamping itu guru juga harus

menyampaikan indikator-indikator ketercapaian

KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah

ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Memberikan materi

pengantar sebelum

kegiatan.

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu

yang sangat penting, dari sini guru memberikan

momentum permulaan pembelajaran.

Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat

dimulai dari sini. Karena guru dapat

memberikan motivasi yang menarik perhatian

siswa yang selama ini belum siap. Dengan

motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian

materi akan menarik minat siswa untuk belajar

lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menyediakan

gambar-gambar yang

akan digunakan

(berkaitan dengan

materi).

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar

siswa ikut terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dengan mengamati setiap gambar

yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.

Dengan Picture atau gambar kita akan

menghemat energi kita dan siswa akan lebih

mudah memahami materi yang diajarkan.

4. Guru menunjuk siswa

secara bergilir untuk

mengurutkan atau

memasangkan gambar-

gambar yang ada.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan

inovasi, karena penunjukan secara langsung

kadang kurang efektif dan siswa merasa

terhukum. Salah satu cara adalah dengan

undian, sehingga siswa merasa memang harus

menjalankan tugas yang harus diberikan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

17

No. Langkah-langkah oleh

guru

Penjelasan

5. Gambar-gambar yang

sudah ada diminta oleh

siswa untuk diurutkan,

dibuat, atau di

modifikasi.

Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan

siswa dalam menentukan urutan gambar.

Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus,

tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan

indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-

banyaknya peran siswa dan teman yang lain

untuk membantu sehingga proses diskusi dalam

PBM semakin menarik.

6. Dari alasan tersebut guru

akan mengembangkan

materi dan menanamkan

konsep materi yang

sesuai dengan

kompetensi yang ingin

dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar

ini guru harus memberikan penekanan-

penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta

siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau

bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui

bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian

KD dan indikator yang telah ditetapkan.

Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator

yang telah ditetapkan.

7. Guru menyampaikan

kesimpulan.

Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa

mengambil kesimpulan sebagai penguatan

materi pelajaran.

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan metode Picture and Picture adalah

sebagai berikut:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru

menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih

dahulu.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-

gambar mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh

guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan

siswa mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar

yang telah dipersiapkan oleh guru.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

18

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 89) kelebihan model Picture and

Picture adalah sebagai berikut:

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek

bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.

5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Menurut Istarani (2011: 8) kelemahan metode Picture and Picture adalah

sebagai berikut:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai

dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau

kompetensi siswa yang dimiliki.

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai

bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusu untuk menemukan atau mengadakan gambar-

gambar yang diinginkan.

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 90) kelemahan model Picture and

Picture adalah sebagai berikut:

1. Memakan banyak waktu.

2. Banyak siswa yang pasif.

3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

4. Banyak siswa tidak senang apabila sisuru bekerja sama dengan yang lain.

5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Dari uraian di atas, maka dapat dikaji bahwa model pembelajaran Picture and

Picture memiliki kelebihan:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar.

3. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa.

4. Pembelajaran lebih berkesan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

19

5. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

6. Melatih berpikir logis dan sistematis.

7. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.

8. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Kelemahan yang dimiliki model pembelajaran Picture and Picture

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai

dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau

kompetensi siswa yang dimiliki.

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai

bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Memakan banyak waktu.

5. Banyak siswa yang pasif.

6. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

7. Banyak siswa tidak senang apabila diminta bekerja sama dengan yang lain.

8. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

2.3.5 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) menyatakan Examples Non

Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat Dengan

menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu

definisi dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu

yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non

examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu

materi yang sedang dibahas.

Lusita Afrisanti (2011: 83) mengemukakan bahwa model pembelajaran

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-

contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan

kompetensi dasar.

Suyatno (2009: 73) menyatakan bahwa .Examples Non Examples

merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

20

tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau

memakai OHP/LCD, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu

diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok,

bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Selanjutnya Slavin (Chotimah, 2007: 1) dijelaskan bahwa Examples Non

Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-

contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi

dasar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran

Examples Non Examples adalah model pembelajaran dengan mempersiapkan

gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Gambar

dapat ditempel di depan kelas atau dapat ditayangkan melalui OHP/LCD sesuai

dengan sarana yang ada di dalam kelas. Gambar examples memberikan gambaran

akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas,

sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah

contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

2.3.6 Langkah-langkah Model Examples Non Examples

Menurut Agus Suprijono (2009: 125) langkah–langkah model

pembelajaran Examples Non Examples diantaranya:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan

materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau

OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga

dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah

dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah

gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh

siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang

sedang diamati siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

21

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika

disediakan oleh guru.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa

dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok

masing-masing.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang

dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

7. Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran

Sedangkan menurut Lusita Afrisanti (2011: 83), langkah-langkah yang

dilakukan dalam pembelajaran Examples Non Examples adalah:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai

Ahli lain yaitu Hosnan (2014: 256) menyatakan bahwa langkah-langkah

pembelajaran dalam model Examples Non Examples adalah sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

22

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan/rangkuman.

Berdasarkan langkah-langkah model Examples Non Examples dalam

pembelajaran yang di jelaskan oleh tiga ahli secara keseluruhan belum

dikelompokkan pada tahap persiapan, dan pada tahap kegiatan pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada

tahap persiapan, dari ketiga pendapat ahli diatas dapat dikaji bahwa pada tahap ini

merupakan pemilihan alat peraga gambar yang akan digunakan yang sesuai

dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan di ajarkan. Pada tahap

pelaksanaan meliputi ketrampilan siswa dalam menganalisis sebuah konsep

dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan model Examples Non Examples dengan terstruktur dan terencana

sebagai berikut:

Tabel 2.3

Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

No. Langkah-langkah oleh guru Penjelasan

1. Guru mempersiapkan

gambar-gambar sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Di langkah ini guru diharapkan untuk

menyiapkan gambar yang sesuai tujuan

mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini

dimaksudkan agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai.

2. Guru menempelkan gambar

di papan atau ditayangkan

melalui OHP/LCD.

Langkah kedua ini, guru menyajikan gambar

yang telah dipersiapkan dengan

memanfaatkan media yang ada di sekolah.

Media OHP dapat diganti dengan proyektor

LCD atau media yang lain yang terdapat di

sekolah dan sesuai dengan perkembangan

teknologi yang ada.

3. Guru memberi petunjuk dan

memberi kesempatan pada

siswa untuk

memperhatikan/menganalisis

gambar

Pada langkah ini, guru memberikan

beberapa petunjuk berupa penjelasan singkat

tentang gambar yang telah disajikan. Hal ini

bertujuan untuk membantu atau memancing

siswa untuk dapat menganalisis gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-

3 orang siswa, hasil diskusi

dari analisis gambar tersebut

dicatat pada kertas.

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang di dalamnya terdapat 2-3

orang siswa. Di dalam kelompok, siswa

diharapkan dapat berinteraksi untuk

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

23

mendiskusikan analisis gambar tersebut.

2.3.7 Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) mengemukakan keuntungan

metode Example Non Example antara lain:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

example dan non example

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik

dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang

dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu

karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Sedangkan menurut Lusita Afrisanti (2011: 83), keunggulan model

Examples Non Examples adalah:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

5. Tiap kelompok diberi

kesempatan membacakan

hasil diskusinya.

Guru meminta perwakilan kelompok untuk

membacakan hasil diskusinya. Hal ini

dilakukan untuk melatih keberanian siswa

dalam mengungkapkan pendapat dan

berbagi hasil diskusi.

6. Mulai dari komentar/hasil

diskusi siswa, guru mulai

menjelaskan materi sesuai

dengan kompetensi yang

ingin dicapai.

Setelah siswa membacakan hasil

diskusinya, guru memberikan komentar dan

meluruskan hal-hal yang masih keliru atau

tidak sesuai dengan KD, kemudian

menjelaskan materi sesuai dengan KD

7. Kesimpulan/rangkuman. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa

mengambil kesimpulan sebagai penguatan

materi pelajaran.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

24

Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat dikaji model Examples Non

Examples memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya melalui diskusi

dan pemamparan hasil diskusi di depan kelas.

4. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan).

5. Siswa terlibat aktif, dapat bekerja sama, dan berinteraksi dengan siswa lain

melali diskusi.

2.3.8 Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Lusita Afrisanti (2011: 83) ada dua kelemahan dalam

menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya :

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang banyak.

Menurut Kiranawati (2007) menyatakan bahwa kekurangan-kekurangan

dari metode Examples Non Examples, yaitu tidak semua materi dapat disajikan

dalam bentuk gambar dan membutuhkan waktu yang lama untuk penerapannya.

Sedangkan menurut Buehl (Depdiknas , 2007:219), kekurangan dari

model Examples Non Examples adalah tidak semua maeri dapat disajikan dalam

bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples memerlukan

waktu yang banyak.

Dari pendapat tiga ahi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekurangan

dari penerapan model Examples Non Examples adalah tidak semua materi dapat

disajikan dalam bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples

memerlukan waktu yang banyak.

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini

adalah penelitian oleh Mahmud Ridwan: 2011 dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPS melalui Metode Picture and Picture pada Siswa Kelas VA SD Negeri

Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Hasil Penelitian ini

menunjukkan rata-rata ketrampilan guru pada siklus I 66,7 % dengan kualifikasi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

25

baik, pada siklus II menjadi 74,1 % dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III

menjadi 85,2 % dengan kualifikasi sangat baik. Hasil rata-rata aktivitas siswa

pada siklus I 68% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 73% dengan

kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 81% dengan kualifikasi baik. Rata-

rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,44% dan ketuntasan belajar klasikal

65,6% dengan kualifikasi tinggi, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi

74,06% dan ketuntasan belajar klasikal 71,9% dengan kualifikasi tinggi, dan pada

siklus III rat-rata hasil belajar menjadi 78,75% dan ketuntasan belajar klasikal

81,26% dengan klasifikasi sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode picture and picture dapat

meningkatkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar sehingga

berdampak pada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VA SD Negeri

Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

Penelitian berikutnya oleh Hendri Pema : 2013 dengan judul “Peningkatan

Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture

Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I/ 2013-2014” yang

dilaksanakan dalam dua siklus tersebut, maka dapat disimpulan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran Picture and picture dapat meningkatkan hasil

belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Simbaturagung 01 Kecamatan Jakenan

Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar dengan KKM

≥90 adalah sebanyak 10 siswa (40%) sedangkan siswa yang tidak mencapai

ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa (60%) pada pra siklus (kondisi awal)

sebelum dilaksanakan tindakan. Setelah memperoleh tindakan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Picture and picture ketuntasan belajar

dengan KKM ≥80 meningkat menjadi 20 siswa (80%) yang tuntas dan 5 siswa

(20%) tidak tuntas pada siklus 1; dan 25 siswa (100%) yang tuntas pada siklus 2.

Nilai rata-rata siswa tiap siklusnya juga mengalami peningkatan, yaitu pada pra

siklus (kondisi awal) sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 71,25 menjadi 89,85

pada siklus 1, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 92,00. Dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

26

dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Simbaturagung 01

Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian selanjutnya oleh Anjaryana Anjaryana Titri Yudhia : 2013

dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pictures

and Pictures pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 5 SD Negeri 02

Ngeluk Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun Ajaran

2012/2013 , pada kondisi siklus 1 siswa yang sudah tuntas sebanyak 15 siswa

dengan presentase 71,44 % dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa dengan

presentase 28,56 %. Pada pelaksanaan siklus 2 jumlah siswa yang sudah tuntas

meningkat sebanyak 20 siswa dengan presentase 95,24 % dan siswa yang tidak

mencapai sebanyak 1 siswa dengan presentase 4,76 %. Dari pembahasan di atas

pembelajaran yang menerapkan model Picture and Picture dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar.

2.5 Kerangka Pikir

Alur kerangka berpikir yang ditujukkan untuk mengarahkan jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka

kerangka berpikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian

mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu

adalah sebagai berikut: Pembelajaran IPS menuntut siswa untuk dapat

menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat diterapkan di dalam

kehidupannya sehari-hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa diperoleh

melalui pengalaman belajar langsung yang dialami siswa disekolah dan

lingkungan sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung siswa juga

membutuhkan suatu teknik belajar yang dapat membantu siswa memahami

konsep-konsep penting dalam pembelajaran IPS. Konsep-konsep penting tersebut

nantinya akan membantu siswa dalam menerapkan apa yang diperolehnya dari

pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan

pembelajaran IPS berkaitan dengan hubungan dengan orang lain perwujudan hal

ini dapat dilakukan dalam belajar sacara berkelompok. Kebanyakan pembelajaran

IPS saat ini guru yang selalu menjelaskan jadi terkesan siswa hanya menghafal

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

27

dan mencatat dengan adanya penggunaan model pembelajaran picture and picture

dan model pembelajaran examples non examples ini siswa akan dituntut saling

bekerja sama dalam menemukan atau menyelesaikan tugasnya melalui media

gambar. Seperti halnya model pembelajaran picture and picture dan model

pembelajaran examples non examples dapat digunakan untuk pembelajaran IPS

sehingga siswa lebih aktif dan tidak ada siswa yang menganggur dalam jalannya

pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran picture and picture dan model

pembelajaran examples non examples diharapkan menjadikan siswa lebih mudah

memperoleh informasi dan memahaminya, karena dalam penerapannya setiap

siswa dituntut untuk aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui media

gambar yang disediakan. Dalam model pembelajaran picture and picture ini

memilih gambar yang diurutkan secara logis, berbeda dengan model pembelajaran

examples non examples yang menjelaskan gambar saja.

Skema

Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol

dengan kelas eksperimen, dimana kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran picture and picture sedangkan kelas kontrol menggunakan model

Kondisi

Awal

Kelas

eksperimen

Pretest

Kelas Kontrol

Model Picture and

Picture

Model Examples

Non Examples

Posttest Hasil

Belajar IPS

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 IPS 2.1 - UKSW

28

pembelaharan examples non examples. Alat ukur hasil belajar dan motivasi

belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama.

2.6 Hipotesis

Hipotesis ini digunakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah. Hipotesis bersifat sementara sehingga perlu diuji kebenarannya.

Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang

dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini :

1. Model pembelajaran picture and picture diduga lebih efektif dibandingkan

model pembelajaran examples non examples ditinjau dari hasil belajar IPS

siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Model pembelajaran picture and picture diduga lebih efektif dibandingkan

model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.