bab ii kajian pustaka 2.1 hakikat karakter dan pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter
a) Hakikat Karakter
Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Menurut Samani dan Hariyanto (2011), karakter dimaknai
sebagai ciri khas yang dimiliki setiap individu tentang cara berpikir dan betingkah
laku agar dapat hidup dan bekerjasama dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Lebih lanjut dijelaskan, karakter juga dapat dianggap sebagai
nilai-nilai dari perilaku setiap individu yang memiliki hubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
tertanam melalui pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan dan sesuai
dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.
Sementara Winnie (2005) memahami bahwa, ada dua istilah yang menunjukkan
tentang karakter, yang pertama yaitu bagaimana seseorang bertingkah laku dan
yang kedua yaitu karakter berhubungan erat dengan ‘personality’. Seorang individu
dapat dikatakan sebagai ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila
tingkah lakunya telah sesuai dengan kaidah moral yang berlaku. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut maka secara umum karakter dapat juga dimaknai
sebagai watak atau perilaku khusus yang dimiliki seseorang sesuai dengan norma-
norma yang berlaku.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa menyebutkan bahwa karakter adalah semua nilai-
9
nilai khas yang baik yang tertanam dalam diri dan dalam perilaku seperti
mengetahui nilai kebaikan, mau berbuat baik, berkehidupan baik, dan berdampak
baik terhadap orang-orang sekitarnya. Karakter mulia meliputi pengetahuan tentang
kebaikan, lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-
benar melakukan kebaikan. Kaimuddin (2014) menyebutkan bahwa, “karakter
mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), motivasi
(motivations), serta perilaku (behavior) dan keterampilan (skills)”. Sementara itu
menurut Samani dan Hariyanto (2016), “secara universal berbagai karakter
dirumuskan sebagai nilai kehidupan bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian
(peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom),
kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih
sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity),
toleransi (tolerance), dan persatuan (unity)”.
Karakter yang dimiliki oleh seseorang tidak berkembang dengan sendirinya,
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter pada setiap individu
diantaranya adalah hereditas (keturunan) dan lingkungan (Samani dan Hariyanto,
2016). Perilaku yang dimiliki seorang anak biasanya tidak jauh dengan perilaku
orang tuanya. Sementara itu faktor lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam sangat berperan dalam membentuk karakter seseorang.
b) Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010)
dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
10
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.
Syaiful Anam (2010) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah proses
penanaman nilai budaya ke dalam diri seorang individu dan masyarakat agar
menjadikan individu dan masyarakat tersebut beradab.
Pendidikan Karakter secara sederhana dapat diartikan sebagai hal-hal positif
yang dilakukan guru dan berpengaruh terhadap karakter siswa yang diajarnya
(Samani & Hariyanto, 2016). Sementara itu menurut Amri dkk (2011) pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Pendidikan
karakter akan bejalan dengan efektif di lingkungan sekolah apabila semua warga
sekolah termasuk para guru, kepala sekolah, dan tenaga non-pendidik lainnya ikut
terlibat aktif dalam pendidikan karakter. Menurut Sahlan (2012), asas utama
pembelajaran berbasis pendidikan karakter menghendaki diresapinya asas Tut Wuri
Handayani oleh guru, yaitu asas pelayanan pendidikan yang dilakukan guru dalam
mendidik secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi,
mengembangkan keteladanan, serta memeberi rangsangan dan dorongan serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk maju.
Pendidikan karakter di Indonesia secara intensif telah dimulai sejak tahun
2010. Pada tahun 2017 Kemendikbud menegaskan kembali mengenai pendidikan
karakter dengan mengeluarkan Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter atau disingkat dengan PPK. Penguatan pendidikan karakter
diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi, dan talenta seluruh peserta didik
disekolah (Kemendikbud, 2017). Pendidikan karakter sudah diterapkan pada
11
banyak satuan pendidikan. Dampak positif yang dirasakan dari penerapan
pendidikan karakter ini yaitu terjadi perubahan mendasar pada dunia pendidikan
dan dalam proses pembelajaran sehingga prestasi siswa pun juga meningkat.
Program PPK dibentuk dengan tujuan ingin memperkuat pembentukan karakter
peserta didik yang selema ini sudah diterapkan dibanyak sekolah di Indonesia
(Kemendikbud, 2017).
Penguatan Pendidikan Karakter menurut Kemendikbud (2017) merupakan
suatu pembaruan dalam dunia pendidikan di sekolah yang bertujuan untuk
memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan
pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Penguatan pendidikan
karakter merujuk pada lima nilai utama yang meliputi Penguatan pendidikan
karakter merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; (1) religius; (2) nasionalis;
(3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.
Dari beberapa definisi tentang pendidikan katekter tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan tentang penanaman
nilai-nilai karakter kepada peserta didik agar menjadi seseorang yang beradab dan
dapat menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasianal fungsi dari pendidikan karakter
adalah:
1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
12
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat;
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang
berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan
nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Rahman, 2016).
Sementara itu menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa diidentifikasikan dari sumber-
sumber agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, kementerian Pendidikan
Nasional merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta
didik sebagai upaya membangun karakter bangsa sebagai berikut ini.
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
No. Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
13
No. Nilai Deskripsi
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa..
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain
13. Bersahabat/Komuni
katif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa
Ket: Kementerian Pendidikan Nasional (2010)
Dari 18 nilai-nilai karakter tersebut sekolah dan guru dapat menambah atau
mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah dan materi
bahasan suatu mata pelajaran.
Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak (Amri, 2011). Tujuannya adalah untuk
membentuk pribadi anak agar menjadi individu yang baik, warga masyarakat dan
warga negara yang baik.
Tujuan akhir dari pendidikan karakter menurut Barnawi dan M. Arifin (2012)
adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. Karakter yang diharapkan
tidak terlepas dari budaya asli Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan
sarat muatan agama (religius).
14
2.2 Pembelajaran Matematika
a) Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut Huda (2013) dapat dikatakan sebagai hasil dari
memori kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini
lah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap
orang. Secara sederhana pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah
antara guru dan peserta didik. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pengajar atau
pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran merupakan
upaya sistematis untuk membuat peserta didik melaksanakan kegiatan belajar agar
mereka mengubah, mengembangkan atau mengendalikan sikap dan perilakunya
sampai batas kemampuan yang maksimal.
Matematika merupakan suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-
bagian yang sangat dikenal (sederhana) menuju arah yang tak dikenal (Dewi, 2015).
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran
matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang
amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa dalam mempelajari matematika (Suyitno, 2004).
Sementara itu menurut Suherman (2003), pembelajaran matematika
merupakan realisasi dari fungsi matematika sekolah, yang meliputi dua hal yaitu:
15
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam
kehidupan dan didalam dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak
atau dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan
efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
Dari beberapa deinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan adanya interaksi
langsung antara pendidik dan peserta didik pada pelajaran matematika.
b) Proses Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam
kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Menurut Ghufron
(2010) mengembangkan nilai karater melalui proses pembelajaran dikelas dapat
dilakukan melalui tahap-tahap; perencanaan, implementasi/pelaksanaan, dan
evaluasi. Begitu pula dengan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh
guru melalui tiga tahap tersebut.
1. Persiapan / Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses pemikiran terencana sebagai dasar untuk
melakukan kegiatan di masa mendatang. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Pasal 20 yang menyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran
16
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar.”
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua dilaksanakan oleh
guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pengajaran hendaknya
guru bepedoman pada persiapan yang dibuat dalam bentuk perencanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru
dan anak didik serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam
proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru,
yaitu tahap pra instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi. 1) Tahap
Awal (Tahap pra instruksional) yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai
sesuatu proses belajar mengajar; 2) Tahap Inti (Tahap instruksional), yaitu tahap
penyampaian pelajaran atau tahap inti. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan
tugas bagi seorang guru dalam menyalurkan ilmu pengetahuan; dan 3) Tahap
Akhir (Tahap evaluasi atau tindak lanjut) yaitu tahap yang bertujuan untuk
mengatahui tingkat keberhasilan siswa pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap
instruksional.
3. Penilaian / Evaluasi Pembelajaran
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
17
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam kegiatan
evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
(a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian.
(b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan.
(c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi
bahan materi pokok yang akan dibahas pada pada pelajaran berikutnya.
Menurut Sahlan (2012) ada beberapa macam penilaian yang digunakan untuk
melihat perkembangan pembelajaran yang diserap siswa diantaranya yaitu
penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran matematika merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh pendidik mulai dari tahapan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dalam suatu kegiatan
pembelajaran matematika.
2.3 Kurikulum 2013
a) Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Sistem pendidikan yang dijalankan pada zaman
modern ini tak mungkin tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum. Nurgiyantoro
(2008) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan isi dan sarana untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka kurikulum berisi nilai-nilai atau cita-cita yang sesuai
dengan pandangan hidup bangsa. Lebih lanjut dijelakan bahwa kurikulum juga
dapat diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
18
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, dijelaskan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 merupakan hasil pembenahan dari kurikulum sebelumnya
yaitu kurikulum KTSP. Latar belakang dikembangkannya kurikulum 2013 yaitu
atas dasar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu kurikulum yang dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud,
2013). Kurikulum 2013 yang dikembangkan saat ini merupakan kurikulum yang
berbasis karakter dan kompetensi (Mulyasa, 2013). Kurikulum 2013 tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif tetapi juga menekankan pada pembentukan
karakter peserta didik. Kurikulum 2013 memiliki 4 Kompetensi Inti (KI) yang
berisi tujuan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas. Dalam
Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMA/MA, rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Dari keempat Kompetensi Inti (KI) tersebut, KI-1 dan KI-2 memuat tujuan
untuk pembentukan karakter peserta didik sedangkan KI-3 dan KI-4 memuat
tentang penguasaan kompetensi peserta didik.
19
b) Tujuan Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab X Pasal 36 Butir 3 menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan aspek-aspek 1) peningkatan iman dan takwa; 2) peningkatan akhlak
mulia; 3) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 4) keragaman
potensi daerah dan nasional; 5) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 6)
tuntutan dunia kerja; 7) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
agama; 8) dinamika perkembangan global; dan 9) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan. Atas dasar Undang-Undang tersebut maka tujuan kurikulum 2013
harus mencerminkan aspek-aspek tersebut.
Menurut Fadillah (2014) tujuan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan soft skills dan hard
skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka
menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kereatif,
dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.
3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan
administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiaokan semua komponen
kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Meningkatkan pesan serta pemerintah pusat dan daerah serta warga mesyarakat
secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
20
5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk
mengembangan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
Sementara itu dalam Permandikbud Kurikulum 2013 Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA
menyebutkan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2.4 Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika selama ini masih didominasi oleh pengenalan
rumus-rumus serta konsep-konsep yang verbal tanpa memperhatikan pemahaman
siswa dan biasanya dilakukan dengan metode ceramah dimana seorang guru
menjadi pusat perhatian dari seluruh kegiatan yang ada dikelas (Rahman, 2016).
Pembelajaran matematika dianggap hanya ditekankan pada faktor kognitif saja,
padahal pembelajaran matematika dapat menciptakan dan mengembangkan
kepribadian seseorang menjadi lebih baik serta dapat membangun karakter.
Menurut Sumarmo (2011), pada dasarnya untuk melaksanakan pembelajaran
matematika berbasis pendidikan karakter dapat dipilih beragam pendekatan
pembelajaran yang inovatif yang mengutamakan siswa belajar aktif dan
mengembangkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Namun, komponen penting
21
yang harus diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran adalah penyusunan
bahan ajar dan pemilihan tugas latihan yang tepat.
Ada banyak nilai yang perlu ditanamkan pada siswa. Apabila semua nilai
tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran,
penanaman nilai menjadi sangat berat. Untuk membantu fokus penanaman nilai-
nilai karakter tersebut, nilai-nilai tersebut perlu dipilah untuk kemudian
diintegrasikan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang paling cocok. Dengan kata
lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa
nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak
diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian
setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang
paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Menurut
Setiyaingwati (2011) nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam mata
pelajaran matematika antara lain: 1) teliti; 2) kreatif; 3) rasa ingin tahu; 4) pantang
menyerah; 5) mandiri; 6) kejujuran; dan 7) kerjasama.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika bisa
menjadi salah satu sarana pembentukan karakter peserta didik. Untuk dapat
menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika seorang guru
harus lebih kreatif dalam merancang pembelajaran dikelas. Tidak semua nilai-nilai
karakter harus diterapkan dalam setiap mata pelajaran tetapi nilai-nilai karakter
tersebut dapat dipilah sesuai dengan kebutuhan setiap pelajaran.
22
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian hasil penelitian yang relevan adalah kajian mengenai penelitian-
penelitian terdahulu. Berdasarkan penelusuran hasil penelitian yang sudah ada
ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Riyadi, dkk (2014)
melakukan penelitian tentang proses pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran matematika dengan subyek penelitian adalah guru matematika dan
siswa kelas X Ilmu Alam SMA Negeri 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis data kualitatif
yaitu dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian
setelah itu menarik kesimpulan dari data-data tersebut. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi sumber. Penelitian ini mendeskripsikan proses
pengintegrasian nilai-nilai karakter disiplin, kreatif, berpikir kritis, rasa ingin tahu,
dan teliti dalam pembelajaran matematika. Selain itu penelitian ini juga
mendeskripsikan pendapat siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai karakter
tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, secara garis besar proses
pengintegrasian nilai-nilai karakter yang dilakukan guru dalam pembelajaran
matematika sudah memenuhi standar kemudian pendapat siswa mengenai
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika adalah guru
telah menanamkan nilai-nilai karakter kritis, kreatif, teliti, dan disiplin tetapi belum
memunculkan rasa ingin tahu siswa. Dalam penelitian ini ada beberapa saran yang
diberikan salah satunya yaitu penelitian tentang pengintegrasian pendidikan
karakter sebaiknya lebih dikembangkan lagi.
23
Ma’unah dan Masduki (2014) dalam penelitiannya ingin mendeskripsikan
penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Subyek dalam penelitian ini adalah guru
matematika dan siswa SMA Muhammadiyah 10 Surakarta. penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan
metode angket, observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi dan
teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validitas data dilakukan dengan
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil dari penelitian ini
yaitu penerapan pendidikan karakter pada perencaaan pembelajaran matematika
dapat dilihat dalam penyusunan silabus dan RPP yang berkarakter. Penerapan
pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran matematika ditanamkan
melalui kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Penerapan pendidikan
karakter pada evaluasi pembelajaran matematika dengan cara mengadakan post tes/
ulangan harian. Nilai-nilai karakter yang diterapkan oleh guru matematika tersebut
meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, demokratis, gemar membaca,
tanggung jawab, mandiri, dan kreatif. Saran dari penelitian ini yaitu peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang berbeda tetapi masih
dalam konteks yang sama yaitu mengenai pendidikan karakter. Berdasarkan dua
penelitian tersebut maka peneliti ingin mengkaji mengenai penguatan pendidikan
karakter pada pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013.
24
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah uraian tentang hubungan antara variabel -
variabel yang ingin diteliti. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan
karakter, pembelajaran matematika, dan kurikulum 2013. Kerangka konseptual
pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
25
Pembelajaran
Matematika
Pendidikan Karakter
Kurikulum 2013
Penerapan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Matematika dalam
Kurikulum 2013 di Kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit
Perencanaan pendidikan karakter
pada pembelajaran matematika
dalam kurikulum 2013
Pelaksanaan pendidikan karakter
pada pembelajaran matematika
dalam kurikulum 2013
Evaluasi pendidikan karakter pada
pembelajaran matematika dalam
kurikulum 2013
Teknik pengumpulan data: analisis RPP
dan silabus, observasi pembelajaran
matematika dikelas, wawancara guru
matematika dan siswa kelas X MIPA A,
dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan teknik
kualitatif deskriptif yaitu bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta yang ada
dilapangan dan sesuai dengan data yang
diperoleh secara akurat terhadap penerapan
pendikan karakter pada pembelajaran
matematika di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit
1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika dalam
kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?
2. Bagaimana penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran
matematika dalam kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?
3. Bagaimana penerapan pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran matematika
dalam kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?
Religius
Jujur Disiplin
Toleransi Kerja keras
Kreatif Mandiri
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian