bab ii kajian pustakaerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-bab ii.pdf ·  · 2016-12-292.1 otitis...

21
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 2.1.1 Definisi OMSK OMSK merupakan peradangan kronis pada ruang telinga tengah akibat infeksi yang menetap selama lebih dari 2 bulan. Gejala pada OMSK aktif tipe benigna yaitu perforasi atau lubang pada membram timpani total maupun subtotal disertai riwayat keluar cairan dari telinga tengah secara terus menerus maupun hilang timbul dimana sifat cairan telinga yang dikeluarkan dapat berupa cairan mukoid atau mukopurulen. Keadaan ini dapat menyebabkan gangguan fungsi mendengar terutama bila terjadi pada kedua telinga, serta gangguan psikososial penderita (Helmi, 2005. Dhingra, 2007). OMSK di dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleranatau telinga berair, sedangkan untuk daerah Bali lebih dikenal dengan “curek”. 2.1.2 Epidemiologi Data epidemiologi OMSK bervariasi, prevalensi tertinggi didapatkan pada anak-anak Eskimo pada Indian Amerika dan Aborigin Australia berkisar 7-40%. Negara industri seperti Amerika Serikat dan Ingris prevalensinya kurang dari 1% (WHO, 2004). Perkiraan prevalensi OMSK di Asia Tengara adalah antara 1,4-7,8% seperti yang dikutip oleh Helmi (2005). Secara umum prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia (Aboet, 2007), sedangkan di Provinsi Bali data prevalensi OMSK berkisar 3,9% dari seluruh kabupaten (Depkes, 2010). Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun. Sekitar 20% penderita OMSK di Indonesia adalah anak sekolah. Dalam penelitian Srikrisna (2005),

Upload: hoanghuong

Post on 12-May-2018

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

2.1.1 Definisi OMSK

OMSK merupakan peradangan kronis pada ruang telinga tengah akibat infeksi yang

menetap selama lebih dari 2 bulan. Gejala pada OMSK aktif tipe benigna yaitu perforasi atau

lubang pada membram timpani total maupun subtotal disertai riwayat keluar cairan dari

telinga tengah secara terus menerus maupun hilang timbul dimana sifat cairan telinga yang

dikeluarkan dapat berupa cairan mukoid atau mukopurulen. Keadaan ini dapat menyebabkan

gangguan fungsi mendengar terutama bila terjadi pada kedua telinga, serta gangguan

psikososial penderita (Helmi, 2005. Dhingra, 2007). OMSK di dalam masyarakat Indonesia

dikenal dengan istilah “congek”, “teleran” atau telinga berair, sedangkan untuk daerah Bali

lebih dikenal dengan “curek”.

2.1.2 Epidemiologi

Data epidemiologi OMSK bervariasi, prevalensi tertinggi didapatkan pada anak-anak

Eskimo pada Indian Amerika dan Aborigin Australia berkisar 7-40%. Negara industri seperti

Amerika Serikat dan Ingris prevalensinya kurang dari 1%

(WHO, 2004). Perkiraan prevalensi OMSK di Asia Tengara adalah antara 1,4-7,8% seperti

yang dikutip oleh Helmi (2005). Secara umum prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%

dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah

sakit di Indonesia (Aboet, 2007), sedangkan di Provinsi Bali data prevalensi OMSK berkisar

3,9% dari seluruh kabupaten (Depkes, 2010).

Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun. Sekitar 20%

penderita OMSK di Indonesia adalah anak sekolah. Dalam penelitian Srikrisna (2005),

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

terhadap 60 pasien di India, sebanyak 26,67% pasien berusia 10-20 tahun dan 56,67% pasien

berusia 21-30 tahun. Data seperti dikutip oleh Biswas (2011), menyebutkan bahwa prevalensi

OMSK ada anak adalah sekitar 2-17%.

2.1.3 Etiologi dan faktor risiko

Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis media akut yang disebabkan oleh

adanya infeksi virus yang merusak mukosa siliar pada saluran nafas atas sehingga bakteri

patogen masuk dari nasofaring ke telinga tengah melalui tuba Eustachius dengan gerakan

mundur (retrograde movement) (Dhingra,2007). Pada OMSK keadaan ini agak berbeda

dengan adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk

melalui perforasi membran tympani (Ballenger, 2002).

Pada penelitian Tutwuri ( 2003 ) dilaporkan bahwa bakteri Gram positif penyebab

OMSK yaitu; Staphylococcus aureus 39,4 % dan Bacillus sp 3,03 %, sedangkan bakteri

Gram negatif yaitu; Enterobacter spp 22,73 %, Pseudomonas aeruginosa 13,64 % dan

Proteus spp 7,58 %. Sedangkan pada penelitian Susmita (2012) didapatkan hasil isolasi

bakteri dari penderita OMSK di India adalah bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus

aureus 31 % dan Streptococcus pyogenes 2,7 %, sedangkan bakteri Gram negatif yaitu;

Pseudomonas aeruginosa 43,2% dan Enterobacter spp 1,3%.

Faktor risiko terhadap terjadinya OMSK dapat dibedakan menjadi faktor risiko

berdasarkan klinis dan faktor risiko berdasarkan sosio-demografi. Berdasarkan klinis antara

lain infeksi saluran nafas atas, alergi, kelenjar adenoid yang membesar, malnutrisi dan

gastro-esofageal refluks, sedangkan berdasarkan sosio-demografi antara lain sosio-ekonomi

rendah, tinggal dalam rumah yang penuh sesak, memasak dengan kayu bakar, pusat penitipan

anak, paparan asap rokok, minum susu botol dan lain-lain (Lasisi, 2007).

2.1.4 Klasifikasi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Secara klinis OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: tipe tubotimpanal (tipe mukosa atau

tipe benigna) dan tipe atikoantral (tipe tulang atau tipe maligna). Tipe tubotimpani atau tipe

benigna yang ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang

bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi

keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa

terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu

campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi

sekunder dari epitel skuamous. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas: (Ballenger,

2002 ; Helmi, 2005).

a. Penyakit aktif, dimana pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan dapat ditemukan

gangguan pendengaran.

b. Penyakit tidak aktif atau tenang dimana pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total

yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli

konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh

dalam telinga.

2.1.5 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan OMSK tipe benigna dibagi menjadi 2 yaitu; OMSK dengan fase

tenang dimana pada keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan dinasehatkan untuk tidak

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera

berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

dilakukan operasi rekonstruksi seperti miringoplasti dan timpanoplasti untuk mencegah

infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

Sedangkan pada OMSK aktif tipe benigna dimana prinsip pengobatan yaitu; (Helmi,

2005; Heally, 2003).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpani atau toilet telinga,

dimana tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi

perkembangan mikroorganisme.

2. Pemberian antibiotik topikal dimana terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat

penggunaan antibiotik topikal untuk OMSK. Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan

secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak

maupun dewasa. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak

tanpa dibersihkan dulu tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan

obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Cara pemilihan antibiotik yang

paling baik berdasarkan pada hasil kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Selain itu

dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal (Helmi,

2005; Heally, 2003). Mengingat pemberian obat topikal bertujuan agar masuk sampai telinga

tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik seperti neomisin dan lama

penggunaan tidak lebih dari 1 minggu. Pemakaian jangka panjang obat tetes telinga yang

mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, sehingga dapat menyebabkan

ototoksik (Erasmo, 2006; Ameer, 2012).

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :(Nursiah, 2003;

Loy,2002)

1. Polimiksin B atau polimiksin E yaitu obat ini bersifat bakterisida terhadap bakteri

gram negatif dan gram positif, juga bersifat toksik terhadap ginjal serta sususan saraf.

2. Neomisin yaitu obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, Resisten pada

semua anaerob seperti Pseudomonas juga bersifat toksik terhadap ginjal dan telinga.

3. Chloramphenicol 1% yaitu obat ini bersifat bakterisid terhadap bakteri gram posistif

dan gram negative. Chloramphenicol 1% akhir-akhir ini jarang digunakan sebagai

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

antibiotik pada OMSK, hal ini disebabkan efek sampingnya yang dapat menyebabkan

terjadinya anemia aplastik yang fatal, depresi sumsum tulang, glositis, enterokolitis

dan sindrom Gray, juga bersifat resisten dan toksik pada telinga.

Menurut penelitian Afolabi (2012) di Nigeria melaporkan sentivitas Chloramphenicol 1

% terhadap bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus 32 % dan Streptococcus spp

13 %, sedangkan sensitivitas Chloramphenicol 1 % terhadap bakteri Gram negatif seperti

Pseudomonas aeruginosa 48 % dan Enterobacter spp 4,5 %.

Pemberian antibiotik sistemik diberikan dengan pemilihan antibiotik berdasarkan kultur

kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret sehingga hasil pengobatan lebih efektif ( Helmi, 2005; Heally, 2003).

2.2 Tanaman Daun ” Tebel-tebel” ( Hoya carnosa )

Klasifikasi tanaman

Kingdom

Subkingdom

Super Divisi

Divisi

Kelas

Sub Kelas

Ordo

Family

Subfamily

Genus

Species

: Plantae

: Tracheobionta

: Spermatophyta

: Magnoliaphyta

: Magnoliopsida

: Asteridae

: Gentianales

: Apocynaceae

: Asclepiadoideae

: Hoya

: Hoya carnosa R.Br

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Kelompok tumbuhan Hoya merupakan tumbuhan yang umum dikenal sebagai tanaman

hias, karena bunganya yang unik dan indah. Namun demikian, jauh sebelum dimanfaatkan

sebagai tanaman hias, Hoya telah dikenal banyak suku di pedalaman Indonesia sebagai

tumbuhan bahan obat tradisional. Sebagai tumbuhan dari Suku Asclepiadaceae sudah

selayaknya Hoya memiliki manfaat sebagai bahan obat. Karena nama suku Asclepiadaceae

berasal dari nama Dewa Yunani yaitu Asclepius. Asclepius adalah Dewa Pengobatan bangsa

Yunani Pengetahuan mengenai manfaat Hoya carnosa sebagai tumbuhan penghasil bahan

obat perlu diungkapkan dan disebarkan agar pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk

kemaslahatan umat manusia atau makhluk hidup lainnya.

Daerah penyebaran Hoya carnosa meliputi India hingga Papua Nugini. Keragaman jenis

Hoya terbesar terdapat di daerah Asia Tenggara (Malesia) terutama di Kepulauan Indonesia.

Dari sekitar 150 hingga 200 jenis Hoya yang diperkirakan terdapat di dunia. Indonesia

diperkirakan memiliki sekitar 50 sampai 60 jenis (Rahayu, 2001). Keragaman jenis ini

tentunya diikuti pula dengan keragaman pemanfaatan penduduk setempat. Hal ini merupakan

potensi yang besar bagi pengembangan bahan obat dari bahan asli di Indonesia. Namun

demikian, informasi mengenai manfaat obat dari berbagai jenis Hoya carnosa sebagian masih

tersimpan pada kelompok suku tertentu.

2.2.1 Ciri umum tanaman

Tumbuhan Hoya carnosa memiliki ciri umum sebagai epifit, yaitu tumbuhan yang

menumpang pada pohon lainnya. Pohon yang ditumpangi oleh epifit disebut sebagai forofit

(Bezing, 2008). Pada umumnya Hoya tumbuh sebagai tumbuhan merambat, namun beberapa

jenis tidak merambat. Hampir seluruh bagian tumbuhan akan mengeluarkan getah putih atau

bening jika terluka. Daunnya tersusun bersilang berhadapan. Helai daun yang tebal

(coriaceous) dan berlilin. Bentuk dan ukuran daun berbentuk bulat telur terbalik,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

menjantung,. Panjang daun 15 mm hingga 30 mm, sedangkan lebar 0,5 mm hingga 15 mm

dan memiliki corak peruratan yang tersamar dengan pola menjari serta pinggiran helai

daunnya lurus (entire) (Hoffman et al. 2002; Rahayu, 2010).

Perbungaan terdapat dalam payung (umbel) yang muncul di antara dua tangkai daun

(interpetiolar). Dalam satu payung terdapat beberapa kuntum hingga lebih dari 40 kuntum.

Tangkai bunga (pedicel) ada yang seragam panjangnya sehingga membentuk payung yang

cembung. Perhiasan terdiri dari lima bagian sehingga membentuk bintang. Kelopak

berukuran kecil, jauh lebih kecil dari ukuran mahkota. Mahkota mekar ada yang melengkung

ke luar, datar atau melengkung ke dalam, ada yang berlepasan penuh, sebagian, maupun

hampir seluruhnya berlekatan. Kondisi ini menyebabkan aneka bentuk mahkota mekar yaitu

ada yang mangkuk, cawan, membintang, membundar (revolute), atau seperti kepala tombak

(membalik).

Warna mahkota bermacam-macam, dari mulai putih, kuning merah, merah muda, oranye,

ungu, hijau, coklat. Warna ada yang polos ada pula yang semburat (makulata). Bunga Hoya

umumnya memiliki mahkota tambahan atau korona. Korona terletak di dalam lingkaran

mahkota, membintang, memadat dan mengkilap dengan lapisan lilin yang tebal. Putik dan

serbuk sari menyatu dalam badan yang disebut gynostegium yang terletak di tengah bunga.

Benang sari memadat membentuk polinia berjumlah lima pasang pada setiap kuntum. Setiap

pasang polinia terletak pada sudut gynostegium. Bakal buah dua, terdapat dibawah kepala

putik. Buah berupa buah bumbung (follicle), biji berambut yang mudah diterbangkan angin,

seperti disajikan pada Gambar 2.1.a dan 2.2.b (Bezing, 2008; Rahayu,2001).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

2.1.a

2.1.b

Gambar 2.1 a Daun tanaman Hoya carnosa. (Rahayu,2001).

Gambar 2.1 b. Tanaman Hoya carnosa yang berbunga

2.2.2 Tempat tumbuh

Berbagai jenis Hoya yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional pada umumnya

dipanen langsung dari habitatnya di hutan. Hoya tumbuh didaerah yang cukup lembab

seperti di daerah pinggiran sungai, danau atau pinggir pantai. Beberapa jenis Hoya dapat

beradaptasi di daerah pegunungan di atas 1.000 m dari permukaan laut, namun banyak jenis

yang lebih menyukai daerah dataran rendah dengan kondisi yang hangat dan lembab (Bezing,

2008). Tempat tumbuh pada forofitnya pun beragam tergantung jenisnya. Beberapa jenis

menyukai bagian batang utama forofit, sedangkan jenis-jenis yang lainnya lebih menyukai

tempat di atas tajuk. Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya, menyangkut air,

cahaya dan unsur hara serta menghindarkan dari pemakan daun. Sebagai tanaman hias, Hoya

dapat ditanam dalam pot gantung atau pohon buah yang terdapat di halaman (Bezing, 2008).

2.2.3 Pemanfaatan sebagai tumbuhan obat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Berbagai jenis Hoya merupakan tumbuhan asli daerah Asia Tenggara dan sekitarnya

yang kemudian berkembang di Eropa dan Amerika Serikat sebagai tanaman hias eksotis.

Namun demikian, sejarah pemanfaatan tumbuhan Hoya oleh manusia di awali sebagai bahan

obat-obatan alami. Pada umumnya Hoya dimanfaatkan oleh penduduk asli sebagai bahan

obat, sedangkan pemanfaatan sebagai tanaman hias dikembangkan oleh penduduk Eropa

yang mengimpor tumbuhan ini pada masa kolonialisme pada abad 18, kemudian menular ke

Amerika Serikat pada abad 19. Pemanfaatan berbagai jenis Hoya sebagai bahan obat meliputi

daerah penyebaran alami Hoya, dari India, Indocina, Cina, Malesia, Polinesia dan Australia

Tropis (Aborigin) (Bezing, 2008).

Pemanfaatan Hoya sebagai obat bervariasi dari penggunaannya sebagai obat luka gores

maupun luka bakar, pembengkakan, bisul, memar, beberapa jenis penyakit kulit yang

disebabkan mikroorganisme seperti kudis, gigitan serangga dan ikan beracun, sakit perut atau

pencernaan, batuk, asma, dan penyakit paru-paru, TBC, rematik atau pernyakit pertulangan

dan sendi, penyakit kelamin, enchepalitis, elephantiasis, hingga tonik pada ibu yang baru

saja melahirkan (Bezing,2008). Pemanfaatan Hoya sebagai obat secara modern telah

dikembangkan antara lain di Jerman, yaitu yang memanfaatkan tinktur daun segar Hoya

carnosa dalam alkohol 80 %, yang dapat digunakan untuk mengganti penggunaan insulin

hingga 50 % pada penderita diabetes melitus (Bezing, 2008). Tinktur yang dikeluarkan oleh

Perusahaan Farmasi Staufen di Gottingen tersebut dijual bebas, umumnya digunakan untuk

pengobatan abses dan bisul yang diaplikasikan secara eksternal. Secara tradisional Hoya

carnosa digunakan oleh penduduk Cina sebagai bahan obat encephalitis dan orchitis yaitu

pembengkakan pada testis (Rahayu, 2010), sedangkan di Vietnam digunakan sebagai obat

pyroderma (pembengkakan kulit yang disebabkan mikroorganisme, seperti bisul, dan

lainnya) dengan cara menempelkan daun yang dihaluskan (Rahayu, 2010). Pada masyarakat

di Provinsi Bali secara empiris pemanfaatan tanaman Hoya carnosa yang lebih di kenal

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

dengan “don tebel-tebel” untuk penanganan penyakit radang telinga tengah (OMSK), dimana

cairan dari daun Hoya carnosa diteteskan pada telinga yang sakit, sehingga cairan telinga

menjadi kering.

2.2.4 Kandungan kimia

Pemanfaatan suatu tumbuhan sebagai bahan obat pada suatu penyakit tertentu, sangat

terkait dengan bahan kandungan obat, yang merupakan bahan kimia tertentu sebagai produk

hasil metabolisme tumbuhan yang bersangkutan. Bagi tumbuhan yang bergetah, kandungan

bahan obat tersebut biasanya terdapat dalam getah. Ekstrak daun ”tebel-tebel” ( Hoya

carnosa ) memiliki senyawa aktif yaitu saponin, alkaloid, flavonoid dan tanin. (Rahayu,

2010),

Penelitian terhadap kandungan kimia beberapa jenis tanaman Hoya telah beberapa kali

dilakukan, meskipun belum terlalu banyak. Penelitian-penelitian bahan kimia dari berbagai

jenis Hoya antara lain dilakukan di Universitas Farmasi di Tokyo, Jepang untuk senyawa

utama di Universitas Utrech, Belanda untuk kandungan kimia lateks dan daun meliputi

senyawa-senyawa phenolic dan terpenoid serta kandungan alkaloid di Universitas Melbourne,

Australia (Collins, 2002; Rahayu, 2010). Penggunaan sebagai obat luka diyakini karena

getahnya memiliki kekuatan untuk menyatukan jaringan yang terluka (Collins, 2002). Study

tahun 1946 di Universitas Queensland Australia menemukan bahwa Hoya carnosa

mengandung gugus sterol glucosida hoyin, yang mirip dengan condurangin, yaitu suatu zat

glukosida berwarna kuning, pahit dan beracun yang diperoleh dari kulit kering tumbuhan

Marsdenia cundurango (Asclepiadaceae) (Burton, 2007).

2.2.5 Kandungan senyawa aktif

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

2.2.5.1 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling

banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa

phenolic dengan struktur kimia C6-C3-C6 (Zheng dan Wang,2009). Mekanisme kerja

flavonoid sebagai antibakteri yang bersifat bakteriostatik yaitu dengan menghambat sintesis

protein, menghambat asam nukleat dan menghambat metabolisme energi, namun flavonoid

juga bersifat bakterisidal dengan cara menghambat fungsi membran sel (Zheng dan

Wang,2009).

Mekanisme antibakteri flavonoid menghambat sintesis protein adalah dengan cara terikat

secara spesifik pada ribosom bakteri. Tahap biosintesis protein sel bakteri menjadi tiga tahap

yaitu tahap inisiasi, tahap pemanjangan dan tahap terminasi. Penghambatan sintesis protein

terjadi pada tahap inisiasi dan tahap pemanjangan rantai polipeptida sehingga pada tahap

terminasi terdapat kesalahan dalam menerjemahkan kodon dari mRNA ke tRNA sehingga

mengganggu pertumbuhan bakteri (Zheng dan Wang,2009). Mekanisme menghambat aaam

nukleat adalah cincin A dan B yang memegang peran penting dalam proses interkelasi atau

ikatan hidrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA

dan RNA. Letak gugus hidroksil di posisi 2’,4’ atau 2’,6’ dihidroksilasi pada cincin B dan 5,7

dihidroksilasi pada cincin A berperan penting terhadap aktivitas antibakteri flavonoid (Zheng

dan Wang,2009). Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel

bakteri, mikrosom,dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri

(Zheng dan Wang,2009).

Mekanisme kerja flavonoid menghambat fungsi membran sel adalah membentuk

senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Penelitian lain

menyatakan mekanisme flavonoid menghambat fungsi membran sel dengan cara

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

mengganggu permeabilitas membran sel dan menghambat ikatan enzim seperti ATPase dan

phospholipase. Flavonoid dapat menghambat metabolisme energi dengan cara menghambat

penggunaan oksigen oleh bakteri (Zheng dan Wang,2009). Flavonoid menghambat pada

sitokrom C reduktase sehingga pembentukan metabolisme terhambat. Energi dibutuhkan

bakteri untuk biosintesis makromolekul. Flavanoid juga berperan sebagai antioksidan dengan

cara mendonasikan atom hidrogennya atau dalam bentuk glukosida yaitu mengandung rantai

samping glukosa atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Zheng dan Wang,2009).

Dalam upaya mengoptimasi metode penentuan kuantitatif flavonoid dengan HPLC, telah

mendapatkan beberapa senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai anti-karsinogenik.

Ekstrak daun “tebel-tebel” (Hoya carnosa) menunjukkan adanya senyawa flavonoid seperti

quercetin dan kaempferol (Zheng dan Wang,2009).

2.2.5.2 Tanin

Tanin merupakan senyawa poliphenol dengan bobot molekul tinggi dan mempunyai

kemampuan mengikat protein. Mekanisme tanin sebagai antibakteri yang berhubungan

dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba, menginaktifkan enzim,

dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel. Tanin juga mempunyai target pada

polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel

bakteri akan mati. Kompleksasi dari ion besi dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin.

Mikroorganisme yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi untuk

berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA. Enzim reverse

transkriptase dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak dapat terbentuk oleh kapasitas

pengikat besi yang kuat oleh tanin (Kurniawati,2008).

2.2.5.3 Saponin

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang

dihasilkan terutama oleh tanaman. Berdasarkan struktur kimianya, saponin dikelompokkan

menjadi tiga kelas utama yaitu kelas steroid, steroid alkaloid, dan triterpenoid. Sifat yang

khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air. Triterpenoid adalah senyawa

metabolit sekunder yang merupakan komponen utama tanaman daun “tebel-tebel“ Hoya

carnosa (Burton,2007).

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein

dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi anti bakteri karena zat aktif permukaannya

mirip detergen, akibatnya saponin akan menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri dan

merusak permebialitas membran. Rusaknya membran sel ini sangat mengganggu kelangsungan

hidup bakteri. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian

mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan membran sel.

Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen

antimikroba yang mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisida (Rachmawati, 2009).

2.2.5.4 Alkaloid

Senyawa alkaloid memiliki mekanisme kerja sebagai antibakteri yaitu dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding

sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Mekanisme lain

antibakteri alkaloid yaitu komponen alkaloid diketahui sebagai interkelator DNA dan

menghambat enzim topoisomerase sel bakteri (Rachmawati, 2009).

2.3 Bakteri

Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan cara sederhana,

yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar bakteri hidup bebas dan mengandung

informasi genetik serta memiliki sistem biosintetik juga menghasilkan energi yang penting

untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Pertumbuhan sel bakteri adalah pertambahan jumlah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

sel yang berarti juga terjadi pertambahan jumlah organisme atau individu. Terdapat beberapa

fase pertumbuhan bakteri yaitu;

a. Fase adaptasi yaitu dimana fase sel bakteri mulai mengadakan adaptasi, sel belum

mengadakan pembelahan, hal ini disebabkan beberapa enzim mungkin belum

disintesis. Jumlah sel tetap atau berkurang.

b. Fase logaritmik yaitu pembelahan sel terjadi dengan cepat dan konstan. Sel

membutuhkan energi lebih banyak. Keceptan sel sangat dipengaruhi oleh;PH, nutrien,

kelembaban udara.

c. Fase litik yaitu el-sel akan mengalami kematian, hal ini disebabkan karena nutrisi

sudah habis, energi cadangan didalam sel dan peningkatan zat-zat toksik yang akan

meracuni sel-sel bakteri.

Bakteri dikalsifikasikan dengan berbagai cara salah satu yang paling sering digunakan adalah

pewarnaan gram (Bakhriansyah, 2008).

2.3.1 Bakteri Gram positif

Bakteri Gram positif akan memberikan warna ungu. Golongan ini memiliki struktur

dinding sel selapis dengan ketebalan setebal 20-80 mm, dengan komposisi dinding sel yaitu

lipid 1-4%,lapisan tunggal peptidoglikan lebih dari 50% berat sel dan terdapat asam teichoic,

asam teichuroni dan berbagai macam polisakarida. Polisakarida dan asam amino pada lembar

peptidoglikan bersifat sangat polar, sehingga pada bakteri Gram positif yang memiliki

dinding sel yang sangat tebal, dapat bertahan dari aktivitas cairan empedu di dalam usus.

Sebaliknya lembar peptidoglikan rentan terhadap lisozim sehingga dapat dirusak oleh

senyawa bakterisidal. Bakteri yang termasuk dalam golongan Gram positif antara lain;

Staphylococcus, Streptococcus, Enterococcus, Listeria,Bacillus, Clostridium,

Mycobacterium, Propionibacterium, Mycoplasma dan lain-lain (Bakhriansyah, 2008).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

2.3.2 Bakteri Gram negatif

Bakteri Gram positif akan memberikan warna merah. Bakteri golongan ini memiliki

struktur dinding sel yang tipis 10-15 mm yang terdiri dari tiga lapisan, dengan komposisi

utama: peptidoglikan jumlahnya sedikit yaitu 10% berat sel , membran luar dan

lipopolisakarida berkisar 11-22%. Membran luar pada bakteri gram negatif juga memiliki

sifat hidrofilik, namun komponen lipid pada dinding selnya justru memberikan sifat

hidrofilik. Selain itu terdapat saluran khusus yang terbuat dari protein yang disebut porins

yang berfungsi sebagai tempat masuknya komponen hidrofilik seperti gula dan asam amino

yang penting untuk kebutuhan nutrisi bakteri. Lipoprotein mengandung 57 asam amino yang

merupakan ulangan sekuen 15 asam amino yang saling bertaut dengan ikatan peptida dengan

residu asam diaminpimelat dari sisi tetrapeptida rantai peptidoglikan. Komponen lipidnya

terdiri dari diglyseride thioether yang terikat pada sistein terminal. Lipoprotein merupakan

komponen yang mendominasi dinding sel gram negtif dan berfungsi menjaga stabilitas

memban luar dan tempat perlekatan pada lapisan peptidoglikan. Membran luarnya

merupakan struktur bilayer; komposisi lembar dalamnya mirip dengan membran sitoplasma,

hanya saja fosfolipid pada laisan luarnya diganti dengan molekul lipopolisakarida (LPS).

Selain itu terdapat ruang antara membran dalam dengan membran luarnya yang disebut ruang

periplasma, terdiri dari lapisan murein dan larutan protein mirip gel yaitu protein pengikat

substrat tertentu, enzim hidrolitik dan enzim detoksifikasi (Bakhriansyah, 2008).

LPS yang merupakan tempat perlekatan dinding sel gram negatif terdiri dari lipid

kompleks yang disebut lipid A, dimana melekat polisakarida dan antigen O. LPS terikat pada

membran luar dengan ikatan hidrofobik. LPS disintesis pada membran sitoplasma dan dibawa

ke posisi akhir di bagian luar. LPS berfungsi sebagai antigen yaitu antigen O pada rantai

karbohidratnya dan toksin yaitu endotoksin yang berasal dari komponen lipid A. Bakteri

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

yang termasuk golongan gram negatif antara lain Pseudomonas, Escherichia, Shigella,

Neisseria, Bordetella, Vibrio, Helicobacter, Enterobacter, Haemophilus dan lain-lain

(Bakhriansyah, 2008).

Gambar 2.2.a Bakteri Gram positif.

Gambar 2.2.b Bakteri Gram negatif

(Bakhriansyah, 2008).

2.4 Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan

bakteri dengan cara mengganggu metabolisme bakteri. Antibakteri hanya dapat digunakan

jika mempunyai sifat toksisitas selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan

penyakit tetapi tidak toksik bagi penderitanya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada aktivitas

zat antibakteri adalah pH, suhu stabilitas senyawa, jumlah bakteri yang ada, lamanya

inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri (Bakhriansyah, 2008).

2.4.1 Klasifikasi antibakteri

Klasifikasi antibakteri dapat dibedakan antara lain berdasarkan mekanisme kerjanya

yang secara umum terdiri dari empat kelompok utama yaitu; (Bakhriansyah, 2008).

2.4.1.1 Penghambatan terhadap sintesis dinding sel

Dinding sel berisi polimer mukopeptida kompleks (peptidoglikan) yang secara kimia

berisi polisakarida dan campuran rantai polipeptida. Polisakarida berisi gula amino N-

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

acetylglucosamine (NAG) dan asam acetylmuramic. Kekerasan dinding sel disebabkan oleh

hubungan saling silang rantai peptida sebagai hasil reaksi transpeptidasi yang dilakukan oleh

beberapa enzim.

Langkah awal dari aksi obat berupa ikatan obat pada reseptor sel yag disebut protein

binding penicillin (PBP). PBP berada dibawah kontrol kromosom dan mutasinya dapat

mengubah jumlah atau afinitasnya terhadap obat. Setelah obat melekat pada satu atau

beberapa reseptor reaksi traspeptidasi dihambat dan inaktivitas inhibitor otolitik pada dinding

sel. Hal ini mengaktivasi enzim lisis dan menghasilkan lisis pada lingkungan yang isotonik.

Perbedaan kerentanan bakteri gram positf dan negatif bergantung pada perbedaan

struktur dinding sel mereka seperti jumlah peptidoglikan, keberadaan reseptor, aktivitas

enzim otolitik yang menentukan penetrasi ikatan dan aktivitas obat.

2.4.1.2 Penghambatan terhadap fungsi membran sel

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma, yang berperan sebagai

barrier permeabilitas selektif, membawa fungsi transport aktif dan kemudian mengontrol

komposisi internal sel. Jika fungsi integritas membran sitoplasma dirusak maka

makromolekul dan ion keluar dari sel sehingga sel menjadi rusak atau terjadi kematian.

Membran sitoplasma bakteri mempunyai struktur berbeda dinding sel binatang dan dapat

dengan mudah dikacaukan oleh agen tertentu.

2.4.1.3 Penghambatan terhadap sintesis protein

Kebanyakan inhibitor translasi protein atau sintesis protein bereaksi dengn kompleks

ribosom-mRNA. Walaupun sel manusia juga memiliki ribosom, ribosom pada eukariotik

berbeda dalam ukuran dan struktur dari ribsom prokariotik. Konsekuensi yang potensial

terjadi pada penggunan antimikroba ini adalah kerusakan ribosom mitokondria eukariotik

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

yang mengandung ribosom yang sejenis dengan prokariotik. Dua target pada ribosom yang

dapat diganggu adalah subunit 30 S dan subunit 50 S.

2.4.1.4 Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat

Gangguan sintesis asam nukleat juga dapat disebabkan oleh inhibitor kompetitif, sebagai

contok antibiotik yang strukturnya analog dengan asam p-aminobenzoat (PABA) yang

merupakan metabolit penting dalam pembentukan asam folat. Antibiotik masuk ke dalam

reaksi yang melibatkan PABA dan bersaing pada sasaran enzim yang aktif. Sebagai hasilnya

dibentuk asam folat analog yang nonfungsional mengakibatkan pertumbuhan bakteri

tertekan.

Berdasarkan sifat toksisitas selektifnya terhadap pertumbuhan bakteri, dibagi menjadi;

(Bakhriansyah, 2008).

a. Bakteriostatik yaitu memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak

membunuh. Senyawa bakteriostatik seringkali menhambat sintesis protein atau mengikat

ribosom, menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat metabolisme energi.

b. Bakterisidal yaitu memberikan efek dengan cara membunuh sel bakteri. Efek

bakterisidal dengan cara mnghambat permeabilitas membran sel dan merusak membran

sel.

2.5 Uji Efek Antibakteri In-vitro

Efektivitas antibakteri diukur secara in vitro untuk menentukan potensi agen antibakteri

terlarut, konsentrasinya pada cairan dan jaringan tubuh dan mengetahui kerentanan

mikroorganisme tertentu terhadap konsentrasi antimikroba tertentu (Fluit,2001; Janak,2012).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas antimikroba in vitro antara lain; PH

lingkungan, komponen dari medium yang digunakan, stabilitas obat, ukuran inokulum, lama

inkubasi dan aktivitas metabolisme mikroorganisme (Fluit,2001; Janak,2012).

Untuk menentukan aktivitas mikroorganisme patogen terhadap obat antimikroba dapat

dilakukan dengan dua metode, yaitu metode dilusi dan difusi. Penggunaan kedua metode

tersebut mengikuti metode yang sudah standard. Salah satu metode standard yang dapat

digunakan adalah metode Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). (Fluit,2001;

Sridhar,2012).

2.5.1 Metode dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan konsentrasi yang diencerkn secara serial,

baik dengan media cair atau padat. Kemudian bakteri uji diinokulasi pada media cair atau

padat. Kemudian bakteri uji diinokulasi pada media dan diinkubasi. Melalui pemeriksaan

cara dilusi ini dapat diperoleh konsentrasi hambat minimun atau minimun inhibitory

concentration (MIC) yaitu konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Batas akhir yang diambil adalah kadar dimana antimikroba terlarut menghambat atau

membunuh bakteri dengan kadar terendah. Uji efektivitas secara dilusi agar memerlukan

waktu pengerjaan yang lama dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. Uji

efektivitas dilusi menggunakan medium cair didalam tabung reaksi, tidak praktis dan jarang

digunakan, namun kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak digunakan yaitu

microdilution plate.

2.5.2 Metode difusi

Metode difusi agar paling sering digunakan untuk mengetahui kepekaan suatu bakteri

terhadap antibiotik. Cakram kertas saring yang berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan

pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada

permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambat sekitar cakram diukur dan dijadikan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi beberapa

faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme, misalnya sifat medium dan

kemampuan difusi, ukuran molekuler dan stabilitas obat, meskipun demikian standardisasi

faktor-faktor tersebut memungkinkan untuk dilakukannya uji sensitivitas dengan baik. Hasil

tes kepekaan bakteri diklarifikasikaan ke dalam dua atau lebih kategori. Terdapat beberapa

sistim yang sederhana untuk menentukan tingkat kepekaan antibakteri berdasarkan diameter

daerah hambat (mm) yaitu dengan metode “Kirby-Bouer”dengan tiga klasifikasi yaitu;

sensitif, intermediate dan resisten, dimana setiap antibakteri dan bakteri mempunyai ukuran

dan klasifikasi yang berbeda sesuai dengan antibakteri yang digunakan (Sridhar, 2012).

2.6 Chloramphenicol

Chloramphenicol secara alami dihasilkan dari kultur Streptomyces venezuelae yang

pertama kali diisolasi pada tahun 1947, tapi sekarang dapat dibuat secara sintetik.

Chloramphenicol berbentuk kristal merupakan senyawa stabil yang diabsorpsi secara cepat

dari gastrointesitinal, didistribusikan secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh,

termasuk mudah masuk ke sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal. Sebagian besar obat

diinaktifkan ke dalam hati melalui konjugasi dengan asam glukoronat atau melalui reduksi

menjadi alinamin yang inaktif. Ekskresi terutama dalam urin, 90% merupakan bentuk inaktif.

Meskipun Chloramphenicol biasanya diberikan secara oral, bentuk suksinat dapat diberikan

secara intravena dengan dosis yang sama. Chloramphenicol bekerja dengan menghambat

sintesis protein mikroorganisme. Chloramphenicol memiliki spektrum, dosis, kadar dalam

darah yang sama dengan tetrasiklin. Obat ini digunakan untuk mengobati beberapa tipe

infeksi, biasanya yang disebabkan oleh salmonella, meningococcus dan H.influenzae

(Christina, 2011).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKAerepo.unud.ac.id/17670/3/1114078103-3-BAB II.pdf ·  · 2016-12-292.1 Otitis Media Supuratif Kronis ... Penyebab utama dari otitis media dimulai dari otitis

Chloramphenicol jarang menyebabkan gangguan gastrointestinal. Namun pemberian

lebih dari 3 gram/hari secara teratur dapat menyebabkan gangguan pada maturasi sel darah

merah, peningkatan serum besi dan anemia. Kelainan ini dapat sembuh kembali jika obat

dihentikan. Kadang-kadang terjadi idiosikrasi terhadap Chloramphenicol dan mengakibatkan

anemia aplastik fatal yang serius, karena alasan ini penggunaan Chloramphenicol umumnya

dibatasi pada infeksi yang jelas berdasarkan pengalaman dan uji laboratorium (Christina,

2011).

Chloramphenicol memiliki aktivitas bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis

protein dengan berikatan dengan subunit 50S ribosom. Chloramphenicol menghambat

ikatan asam amino baru pada rantai peptida yang memanjang, karena Chloramphenicol

menghambat enzim peptidil transferase. Chloramphenicol bersifat bakteriostatik dan

bakteri dapat tumbuh kembali jika pengaruh obat dihilangkan. Mikroorganisme resisten

terhadap Chloramphenicol menghasilkan enzim Chloramphenicol asetiltransferase yang

merusak aktivitas obat, produksi enzim ini biasanya di bawah kontrol plasmid (Christina,

2011).

Chloramphenicol mengandung berkisar 90,0% sampai dengan 97,0% C11H12Cl2N2O5,

sedangkan obat tetes telinga Chloramphenicol mengandung berkisar 90% sampai dengan

130% C11H12Cl2N2O5 (Christina, 2011).