bab ii ii. kajian pustaka 2.1. penelitian terdahulu
TRANSCRIPT
6
BAB II
II. Kajian Pustaka
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang majelis ta’lim banyak dilakukan. Beberapa
penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh: Nurelisa Syamsul Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam dengan judul “Eksistensi Majelis Taklim
Annisa dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama pada Ibu Rumah
Tangga.1 Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek
diadakannya Majelis Ta’lim Annisa terhadap kesadaran para ibu
rumah tangga di kota Ulidang. Selain itu juga untuk mengetahui
kompenen pendukung dan penghambat majelis ta’lim tersebut untuk
fokus kepada para ibu rumah tangga dalam penggunaan metodologi
mental Bermacam-macam informasi menggunakan strategi untuk
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa terdapat beberapa kegiatan dalam Majelis Ta’lim
Annisa dalam rangka memperkuat kewaspadaan para ibu rumah
tangga, antara lain membaca Al-Qur’an bergiliran/tadarrus, sholat
berjamaah, serta adanya persaingan ketat. Faktor pendukung
1 Nurelisa Syamsul,”Ekseistensi Majelis Taklim Anni’sa dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ulidang Kecamatan Tammerodo’ Sendana Kecamatan
Majene” ”Skripsi” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Makassar, 2016.
7
keberadaan majelis ta’lim ini adalah seratus persen penduduk di
Ulidang beragama Islam.
2. Penelitian oleh Salmia Divisi Pembinaan dan Pengembangan Islam
dengan judul "Bagian Dewan Ni'matullah Ta'lim Dalam Memberi
Arahan dan Pembinaan Islami untuk mengalahkan perilaku
kemerosotan remaja di Kota Tamangapa, Lokal Manggala, Kota
Makassar". Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku
menyimpang para remaja di Tamangapa Makassar serta faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
mengetahui upaya Temu Ta’lim Ni’matullah dalam memberikan
arahan serta bimbingan kepada para remaja di Tamangapa dengan
pendekatan berupa arahan dan metodologi mental. Bermacam-macam
informasi menggunakan strategi untuk persepsi, pertemuan, dan
dokumentasi. Konsekuensi dari penyelidikan ini adalah jenis perilaku
aneh yang secara teratur dilakukan oleh orang-orang muda melalui
merokok, mengambil dan pertempuran sekolah menengah. Kenakalan
remaja di Tamangapa terjadi karena beberapa faktor, antara lain
keluarga, lingkungan, kontak sosial, dan media. Berbagai upaya
dilakukan oleh Maje;is Ta’lim Ni’matullah untuk mengatasi
kenakalan remaja di Tamangapa, antara lain membimbing para remaja
dengan materi keislaman, mengajarkan tata cara ibadah, dan
mengajarkan administrasi sosial.
2.2. TINJAUAN PUSTAKA
8
1. Tinjauan Tentang Peran Majelis Ta’lim
a. Pengertian peran
Membahas peran, tentu tidak bisa dipisahkan dari status
(kedudukan), meskipun keduanya luar biasa, mereka terpaut erat
satu sama lain, namun hubungannya sangat diartikulasikan.
Seperti yang tertulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang
dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.2
Sedangkan menurut
Grass Mascan dan A.w. Mc. Eachern sebagaimana dikutip oleh
David Berry, peran adalah harapan yang tumpuannya dibebankan
kepada seseorang yang memiliki suatu kedudukan sosial tertentu.
Harapan tersebut merupakan konsekuensi dari adanya norma-
norma sosial. Karena itulah, adanya peran merupakan akibat dari
adanya norma sosial dalam masyarakat.3
Pengertian tersebut menunjukkan makna dari peran, yakni
suatu langkah yang dilakukan oleh seorang individu atau suatu
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka 2016), hlm. 1173 3 Suyono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2015), 106.
9
kelompok dalam kapasitasnya ketika menghadapi suatu peristiwa.
Peran juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas individu yang
mendukung keberlangsungan suatu kelompok tempat ia berada
yang disebabkan kedudukannya dalam kelompok tersebut.
Teori peran merupakan perpaduan berbagai macam teori
dari berbagai disiplin ilmu.4 Biddle dan Thomas
mengklasifikasikan istilah peran menjadi empat macam, yaitu:
a) Tiap-tiap individu yang ambil bagian dalam suatu interaksi.
b) Perilaku yang muncul dalam sebuah interaksi
c) Kedudukan masing-masing individu yang berperilaku
d) Kaitan antara orang dan perilaku5
b. Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis ta'lim berasal dari dua kata, yaitu majelis dan
ta'līm. Dalam bahasa Arab kata majelis adalah tempat dan ta’lim
berarti mengajar.
Majelis Taklim is a non-formal educational institution that
acts as a place for education, training, and teaching and learning
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Cet, 19; Jakarta: PT, Raja
Grafindo Persada 2017), hlm. 214 5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social. hlm. 215
10
activities to learn, explore, and understand Islamic religious
knowledge.6
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa majelis
dalah tempat untuk pembelajaran atau pendidikan agama Islam.7
Sedangkan kata ta’lim merupakan bahasa Arab yang memiliki
makna pengajaran.8 Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
istilah majelis diartikan sebagai pertemuan atau perkumpulan orang
banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.9
Majelis taklim sebagai salah satu bentuk organisasi
dakwah tersebut juga sering disebut sebagai pusat pembelajaran
Islam (Islamic learning institution). Sebagai pusat pembelajaran
Islam, majelis taklim diakui telah menyumbangkan peran yang
amat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan umat dan
bangsa, khususnya dalam pengajaran agama dan penguatan moral
bangsa. 10
Majelis ta'lim juga merupakan diskusi bagi perkumpulan
dakwah yang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hanya
saja istilah penamaannya tidak sama dengan istilah saat ini. Pada
masa Nabi Muhammad, muncul berbagai macam perkumpulan
yang mengkaji Islam dengan sengaja tanpa angsuran dengan
6 Baryanto Baryanto, Peranan Majelis Taklim Mardhotillah Dalam Internalisasi Nilai-
Nilai Keislaman, Vol 5, No 1 (2020).
Available online at http://dx.doi.org/10.29240/jf.v5i1.1502, tgl 16-06-2021, 22:02 WIB 7 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad
SAW: The Super Leader Super Manager, Cet. III, Jilid. 3, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012), hlm.
145. 8 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership..., hlm. 135.
9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka, 2016), hlm. 615. 10
Nur Setiawati, Majlis Ta’lim dan Tantangan Pengembangan Dakwah Vol 13, No 1
(2012). Available online at https://doi.org/10.24252/jdt.v13i1.296, tgl 16-06-2021, 21:47 WIB
11
halaqah (pertemuan ceramah), zawiyah (pemahaman tasawuf), al-
kuttab (menunjukkan Al-Qur'an, fiqh dan tauhid).
Saat ini majelis ta’lim sudah sangat dikenal di berbagai
penjuru kota di Indonesia. Hal ini disebabkan fungsi majelis ta’lim
yang semakin beragam, selain sebagai pusat dakwah agama Islam.
Kehadiran lembaga dakwah ini sebagai wujud kegiatan
dalam bentuk pembinaan, pendidikan dan pengarahan ini telah
memberian harapan baru bagi upaya kecerdasan dan pencerahan
masyarakat, khususnya dalam bidang beragama dan sosial. Salah
satu lembaga dakwah atau lembaga pendidikan yang ada di sekitar
masyarakat adalah majelis taklim.11
Karena itulah, perkumpulan ta'lim dapat dipersepsikan
sebagai organisasi dakwah yang menyelenggarakan persekolahan
yang ketat yang digambarkan dengan waktu belajar yang tidak
formal, waktu belajar yang tidak menentu, anggotanya disebut
arisan, dan secara eksplisit ditujukan untuk memajukan Islam.12
c. Fungsi Majelis Ta’lim
Sebagai lembaga dakwah sekaligus wadah pembinaan
umat majelis ta’lim mempunyai beberapa fungsi di antaranya:
a) Sarana penyampaian pesan keagamaan kepada umat Islam.
b) Sarana sekaligus wadah untuk bertukar pikiran dan
pengalaman bagi umat Islam dalam masalah keagamaan.
11
Munawaroh, Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan
Masyarakat, Jurnal Penelitian, Volume 14, Nomor 2, Agustus 2020.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian, (tgl 16-06-2021, 22:35WIB.) 12
Suyono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2015), 106.
12
c) Wadah untuk membina ukhuwah Islamiyyah.
d) Pusat informasi serta kajian keagamaan dan kerja sama di
kalangan umat.
Majlis Taklim memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai
Lembaga Pendidikan Umat, LembagaPeningkatan Ekonomi Umat,
dan Lembaga Kesehatan Mental Umat. Dengan ketigaperan ini,
majlis taklim diharapkan mampu menjaga umat Islam dari
pengaruh-pengaruh negatif yang sedang melanda masyarakat dunia
sekarang.13
Jika ditinjau dari beberapa pemahaman di atas, maka
sangat mungkin untuk menangkal segala pengaruh negatif terhadap
para remaja di masyarakat jika majelis ta’lim dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Di sinilah kehadiran majelis ta'lim sebagai
landasan pendidikan nonformal yang penting, terlepas dari
pendidikan formal. Jika majelis ta'lim berjalan dengan baik, mereka
akan menghadapi kehidupan sehari-hari yang sarat dengan
keharmonisan.
Nurul Huda mengatakan beberapa fungsi dari majelis
ta’lim di antaranya ialah:
a) Ibadah menjadi lebih semangat
b) Mendapat inspirasi, motivasi, dan stimulasi sehingga potensi
jama’ah menjadi lebih produktif
13
Saepul Anwar, Aktualisasi Peran Majlis Taklim dalam Meningkatkan Kualitas Ummat,
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 1 – 2012.
http://jurnal.upi.edu/file/3_Majlis_Taklim.pdf, (tgl 16-06-2021, 13:37 WIB.)
13
c) Mendapatkan ketenangan hati dengan menyelaraskan kegiatan
sehari-hari dengan ibadah.14
Majelis Taklim sebagai lembaga pendidikan non formal
yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan cara-
cara tertentu harus mampu menanamkan pada jiwa umat Islam
akidah keimanan dan takwa, moral berani maju dan berani karena
benar serta dasar-dasar kejiwaan sempurna lainya melalui proses
pendidikan.15
d. Peranan Majelis Ta’lim
Tugas majelis taklim di kancah publik sebagaimana
diungkapkan Arifin adalah memperkuat tegaknya eksistensi
manusia di lapangan pemikiran mendalam Islam yang ketat untuk
mengupayakan kepuasan pribadi dalam kehidupan vital, eksternal
dan internal, umum dan ukhrawi secara bersamaan, sesuai pelajaran
Islam, khususnya keyakinan dan pengabdian yang mendasari
kehidupan di planet ini. dunia dan setiap bidang tindakannya
Dalam kegiatan pembinaan keagamaan, maka majelis ta’lim
memiliki berbagai aktivitas sebagaimana dijelaskan oleh
Hasbullah. Menurutnya aktivitas majelis ta’lim dan pembinaan
keagamaan meliputi:
1. Mengadakan pengajian rutin baik untuk dewasa remaja maupun
anak-anak;
2. Mengadakan peringatan hari besar Islam;
3. Menyelenggarakan pengajian Al-Qur’an baik untuk remaja
maupun anak-anak (TPA);
4. Mengadakan bakti sosial keagamaan dengan dana yang
dihimpun dari jama’ah;
14
Helmawati, Pendidikan Nasional & Optimalisasi Majlis Ta’lim, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm: 54 15
Zaini Dahlan, Peran Dan Kedudukan Majelis Taklim Di Indonesia, Vol. II. No. 2Juli –
Desember 2019.
file:///C:/Users/THEFLA~1/AppData/Local/Temp/40-Article%20Text-124-1-10-20200307.pdf,
(tgl 16-06-2021, 23:24 WIB.)
14
5. Memupuk ikatan persaudaraan (ukhuwah) islamiyah dalam
lingkungan jama’ah majelis ta’lim ataupun antar majelis ta’lim;
6. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya yang
terkait.16
e. Metode Pendidikan Majelis Ta’lim
Ada berbagai macam teknik yang digunakan majelis ta’lim
dalam kapasitasnya sebagai wadah dakwah kepada umat Islam,
seperti ceramah, tanya jawab, dan percakapan. Selain itu, beberapa
strategi juga diterapkan dalam pembelajaran di majelis ta’lim,
seperti halaqah, teknik ceramah, dan campuran.
f. Tujuan Majelis Taklim
Mengenai motivasi di balik kumpul taklim, detailnya bisa saja
berubah. Menurut pandangan para ahli ketat, para penggagas
majelis taklim dengan berbagai perkumpulan, kondisi dan
perkumpulan tidak pernah membentuk tujuannya. Mencermati
renungan dan pertemuan Tuty Alawiyah, beliau merinci bahwa
tujuan majelis taklim sejauh kapasitasnya adalah sebagai berikut:
a) Sebagai tempat belajar, alasan diadakannya majelis
taklim adalah untuk membangun informasi dan keilmuan yang
kokoh yang akan mendukung pengalaman pembelajaran.
b) Sebagai kontak sosial, tujuannya adalah persaudaraan
c) Memperkuat kepedulian sosial.
16
Muhamad Arif Mustofa, Majelis Ta’lim sebagai Alternatif Pusat Pendidikan Islam,
Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol.1,No. 01,2016.
https://core.ac.uk/download/pdf/230670381.pdf, (tgl 16-06-2021, 13:55 WIB.)
15
Mencermati penilaian di atas, diketahui bahwa fungsi majelis
ta’lim di kancah publik adalah sebagai tempat belajar, berencana
mencari informasi, mempererat tali silaturrahim, menggarap bantuan
pemerintah daerah setempat, dan memiliki pilihan untuk
menyesuaikan pandangan daerah setempat dalam kehidupan mereka
dan itulah tujuan dan alasan utama diadakannya taklim. .
Tidak hanya itu, penilaian M. Arifin dalam pemilihan ajaran Islam,
beliau mengemukakan pandangannya tentang motivasi di balik
majelis taklim, yaitu untuk memperkuat tegaknya eksistensi manusia
Indonesia, khususnya di bidang Islam yang mendalam, khususnya
keyakinan dan ketaqwaan yang melandasi kehidupan bersama di
segala bidang. Dari penilaian ini sangat terlihat bahwa kebersamaan
taklim ditengah-tengah masyarakat sangat berarti dalam kehidupan
individu.
2. Pemahaman Keagamaan
a. Hakikat Pemahaman
Pemahaman merupakan penyerapan makna dari sesuatu
yang dipelajari. Disebutkan dalam KBBI, bahwa pemahaman
berarti mengerti dengan tepat. Secara istilah, pemahaman diartikan
sebagai sebuah penggambaran kesimpulan terhadap suatu hal yang
dimengerti.
16
Sadiman mengungkapkan bahwa pemahaman adalah
kapasitas individu untuk menguraikan, menguraikan, menafsirkan
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri yang spesifik
tentang informasi yang diperolehnya. Suharsimi mengungkapkan
apresiasi adalah cara seseorang menjaga, mengenali, mengukur,
menjelaskan, memberi model, perubahan, dan ukuran.
Pemahaman juga dicirikan sebagai metode untuk
memanfaatkan realitas. Seseorang disebut memahami jika dia
mampu mengerti bagaimana cara menggunakan suatu realitas
untuk tujuan yang berbeda. Pemahaman tiap orang akan selalu
berkembang melalui pengalaman, sehingga ia akan mampu
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat serta menghindari
hal-hal yang membahayakan bagi dirinya.
Pemahaman mengenai agama Islam sangatlah penting.
Untuk memahami suatu perintah, akal tidak mungkin dipisahkan
dari informasi yang didapatkan. Artinya akal dan informasi akan
selalu berasosiasi.
Pemahaman tentang Islam sangat penting, ketika
memahami perintah yang ketat, akal tidak dapat dipisahkan dari
asosiasi dengan informasi yang telah dicapai. Sejujurnya,
pemahaman agama akan dilengkapi dengan perspektif akal secara
sempurna. Pada dasarnya, otak manusia diciptakan beriringan
17
dengan akal yang benar, namun bagaimanapun juga dapat
dipengaruhi sama sekali oleh kebenaran keberadaan manusia dan
kondisi yang melingkupinya, hal ini akan mempengaruhi
kesepakatan umum, termasuk pemahaman Islam.
3. Pengertian Pemahaman keagamaan
Jiwa beragama atau kesadaran sangat penting bagi sebagian
besar orang yang mendorong mereka untuk secara konsisten bertindak
baik. Selain itu, mengingat fakta bahwa agama mencakup setiap
elemen dari tubuh dan jiwa manusia, perhatian yang ketat
menggabungkan sudut pandang intelektual, emosional, konatif, dan
motorik. Kapasitas emosional dan konatif muncul dalam pengalaman
Tuhan, sentimen ketat dan kerinduan untuk Tuhan. Kapasitas
intelektual ditemukan dalam keyakinan dan imannya kepada Tuhan.
Sementara kerja mesin muncul dalam perilaku yang ketat. Dalam
keberadaan manusia, kapasitas-kapasitas ini saling terkait dan
menyusun pengaturan total perhatian yang ketat sebagai bagian dari
karakter seseorang.
Niat yang ketat adalah proses berpikir mental yang memiliki
premis karakteristik dalam gagasan penciptaan manusia. Dalam lubuk
hatinya, manusia merasakan proses berpikir yang mendorongnya
untuk mencari dan merenung demi mengenal siapa Penciptanya yang
18
juga merupakan Pencipta alam semesta, mencintai-Nya,
mengidentifikasi diri dengan-Nya, dan mencari suaka di dalam-Nya
sambil meminta pertolongan. kapan pun bencana dan kegagalan
menimpanya. . Dalam jaminan dan pemeliharaan-Nya, orang merasa
tenang dan damai.
Jelas, kami menemukan hal-hal seperti itu dalam perilaku
manusia dalam setiap periode yang tercatat dan dalam tatanan sosial
yang berbeda. Bagaimanapun, kemajuan manusia dalam tatanan sosial
yang berbeda dalam berbagai periode otentik sehubungan dengan
gagasan tentang Tuhan dan cara orang mencintai-Nya berubah sesuai
dengan tingkat pemikiran dan pergantian peristiwa sosial. Meskipun
demikian, perbedaan dalam asal usul manusia tentang gagasan tentang
Tuhan atau pelaksanaan pemujaan kepada-Nya hanya terbatas pada
kontras dalam metode mengkomunikasikan proses pemikiran intrinsik
yang ketat yang ada di lubuk hati manusia yang paling dalam. Al-
Qur’an menjelaskan di dalam beberapa ayatnya, bahwa beragama
merupakan fitrah manusia.Sebagaimana firman Allah Q.S. Ar Ruum
30 yang artimya:
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
19
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Q.S. Ar Ruum 30).17
Allah menjelaskan dalam ayat tersebut, bahwa sudah menjadi
fitrah manusia sebagai makhluk yang ingin mengenal Penciptanya.
Manusia akan mengambil kesimpulan tentang keberadaan Tuhannya
melalui seluruh makhluk yang berada di alam semesta.
Allah SWT juga berfirman:
أنفسهم ألست ءادم من ظهورهم ذري ت هم وأشهدهم على بنى وإذ أخذ ربك مني وم ٱلقي مة أن ت قولوا شهدنا ب لى قالوا بربكم فلين ذاغ ه إناكناعن
Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku
ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. Al
A’raf 172)18
Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa sebelum Allah
menciptakan manusia di dunia, Allah meminta kesaksian dari para
manusia dengan firman-Nya, “Bukankah Aku ini Rabb kalian?”. Para
17
Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,(Bandung: CV Darus Sunnah,
2015) 102. 18
Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,(Bandung: CV Darus Sunnah,
2015), 125
20
manusia pun menjawab, “Benar (Engkau adalah Rabb kami), kami
menjadi saksi”. Berdasarkan hal itulah Allah akan mengambil
kesaksian dari para manusia bahwa Dia adalah Tuhan mereka. Atas
dasar itu pula, manusia tidak akan bisa mengelak di hari kiamat kelak
kita dimintai pertanggungjawaban atas kesaksian mereka sebelum
diciptakan di muka bumi. Inilah dasar bahwa sejatinya fitrah manusia
itu butuh untuk mengenal Tuhannya.
Pengakuan atas ketuhanan dan keesaan Allah pada diri
manusia perlahan menghilang ketika ruh manusia telah Bersatu
dengan jasadnya. Berbagai kesibukan dunia, tuntutan hidup, dan usaha
kemakmuran yang dilakukan manusia telah melalaikan mereka dan
menjadi penghalang fitrah yang sudah dimiliki sejak awal tersebut.
Dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut di atas, manusia
perlu sesuatu yang dapat mengembalikan fitrahnya tersebut, serta
membangkitkan alam bawah sadarnya agar kembali mengenal siapa
Tuhannya yang telah menciptakan dirinya dan seluruh makhluk di
alam semesta.
4. Pengertian Masyarakat
a. Hakikat Masyarakat
Kata masyarakat berakar dari kata syaraka yang berasal dari
bahasa Arab, yang berarti bersekutu atau bersama-sama. Sementara
itu, di dalam KBBI disebutkan bahwa masyarakat berarti berbagai
21
individu dalam arti luas dan dibatasi oleh budaya yang mereka
anggap sama-sama diajarkan.
Menurut Abdul Syani dalam bukunya yang berjudul
Humanisme Perkumpulan dan Masalah Sosial, masyarakat berasal
dari kata musyarak dalam bahasa Arab, yang memiliki makna
bersama. Selanjutnya kata tersebut diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki makna berkumpul,
hidup masing-masing dengan saling berhubungan dan bersama-
sama berdampak terhadap kelompok.
Makna lain tentang masyarakat juga dijelaskan oleh Auguste
Comte. Ia menegaskan bahwa masyarakat adalah kumpulan
individu dengan faktor-faktor nyata baru yang tercipta
sebagaimana ditunjukkan oleh contoh-contoh formatifnya sendiri.
Masyarakat dapat membingkai suatu karakter yang menarik bagi
orang, sehingga perkumpulan orang biasanya diidentikkan dengan
kumpulan besar atau kecil dan saling mempengaruhi.
b. Ciri-ciri Masyarakat
Ciri-ciri masyarakat sebagaimana dipaparkan oleh
Soerjono Soekarto antara lain:
a) Sekelompok manusia yang hidup bersama, yang secara teoretis
terdiri dari minimal dua orang.
b) Sekelompok manusia yang hidup bercampur satu sama lian
untuk waktu yang lama.
22
c) Saling bercakap, merasa, dan mengerti, serta mampu
menyampaikan keinginan dan perasaan-perasaan mereka
kepada orang lain.
d) Saling menyadari bahwa para individu dalam masyarakat
tersebut merupakan satu kesatuan.
e) Memiliki sistem untuk dapat hidup bersama, yang mana sistem
tersebut akan menimbulkan kebudayaan dalam suatu
masyarakat.
f) Setiap individu dalam masyarakat akan selalu dituntut untuk
dapat hidup bersama meskipun pada dasarnya hal tersebut
tidak secara otomatis dapat terjadi.
g) Demi mencapai masyarakat yang berbudaya, di dalam
masyarakat akan diadakan pendidikan. Hal itu bertujuan agar
tidak ada penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan pelanaggaran norma-norma masyarakat.