bab ii hubungan perdagangan china dengan as dan sejarah
TRANSCRIPT
27
BAB II
Hubungan Perdagangan China dengan AS dan Sejarah Peningkatan Bea Impor
Baja dan Alumunium oleh AS
2.1 Hubungan Perdagangan China dengan Amerika Serikat
Semakin berkembangnya ekonomi China semenjak pemerintahan Deng
Xiaoping, dengan melakukan reformasi ekonomi yang mengikuti pola negara industri
baru yang memberikan prioritas kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan
pertumbuhan pesat tanpa intervensi pemerintah yang besar melalui program
industrialisasi. Sehingga dikatakan bahwa China mulai membuka diri dan
berkembang pesat perekonomiannya dan disimpulkan bahwa Deng Xiaoping
menggabungkan antara kapitalisme dan komunisme secara bersamaan. Hal inilah
yang membuat Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk bekerjasama dengan
China untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh karena itu Amerika Serikat yang
pada saat itu di bawah rezim Jimmy Carter ikut menandatangani kesepakatan “ One
China Policy “.28Dan memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan.29
Hubungan tersebut terus berlanjut sampai dengan 1970an, yang kala itu
Amerika Serikat dipimpin oleh Nixon, ia mengunjungi China dan melakukan
serangkaian dialog agar China ikut andil dalam komunitas dunia internasional. Nixon
28 China menetapkan satu regulasi mutlak dalam berinteraksi dengan dunia internasonal, yaitu dengan
menerapkan satu mekanisme absolut bahwa setiap negara yang ingin menjalin hubungan diplomatik dengan China harus menghindari hubungan diplomatik dengan Taiwan dengan alasan bahwa Taiwan
telah terdaftar dalam zona yang berada dalam teritori kedaulatan China. 29 Richard, A One – China Policy Primer, Center For East Asia Policy Studies, Working Paper No. 10,
Maret 2017, University of Brookings
28
juga mengatakan bahwa tindakannya tersebut bermaksud untuk menghapus berbagai
hambatan dalam hubungan perdagangan Amerika Serikat dengan China.30 Dan
semakin berkembangnya China dan bergejolaknya semangat “ Kebangkitan China”
tahun 1990-2010 membuat pertumbuhan ekonomi China naik sebesar 8 – 9 %
pertahunnya, yang mana Amerika Serikat hanya berkisar 2 – 4%.31
Presiden Bill Clinton yang pada saat itu menjabat sebagai kepala negara AS
menandatangani US China Relations Act pada Oktober 2000, yang mana hal tersebut
bertujuan untuk membantu China agar dapat melakukan perdagangan secara
permanen dengan Amerika Serikat dan juga membuka kerjasama yang semakin
meningkat. Amerika Serikat juga berusaha menjalin kerjasama untuk
menyeimbangkan ekonomi global dan menghilangkan hambatan dagang serta
investasi bilateral diantara kedua negara. Amerika Serikat mendorong China untuk
membuka pasar dan peluang investasi yang baru bagi bisnis internasional.32 Dengan
demikian China akhirnya bersedia bergabung dengan WTO (World Trade
Organization) pada tahun 2001.33 Bergabung China ke WTO membuat China menjadi
negara yang memiliki perekonomian terbesar kedua dan nomor satu di bidang ekspor,
tak hanya membawa keuntungan bagi negaranya saja, bergabungnya China ke WTO
30 Robert O. Keohane and Joseph S. Nye. “ Power and Interdependence: World Politics in
Transition”. Boston:Little Brown Company. Hal 24 - 25 31 S. Jones, Wolte, 1993, “ Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-Politik
Internasional dan Tatanan Dunia”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 32 Ibid., 33 Josephus Primus, Masuk WTO, China Perkasa, 11 November 2011, diakses dalam
https://ekonomi.kompas.com/read/2011/11/11/16114165/masuk.wto.china.perkasa (19/05/2019, 17:49
WIB)
29
juga memberikan keuntungan bagi anggota WTO lainnya.34 tak hanya itu, ekspor
Amerika Serikat ke China meningkat sebanyak 81% dalam tiga tahun pertama
keanggotaan China dibandingkan pada tiga tahun terakhir sebelum ia bergabung
dengan WTO yakni hanya sejumlah 34%. Di sisi lain, impor dari China justru
meningkat sebesar 92% yang dahulunya hanya sebesar 46%. Pada tahun 2004, nilai
perdagangan Amerika Serikat dengan China mencapai angka 600 triliun dollar AS.35
Pesatnya perkembangan perekonomian China ini tak terlepas dari
keikutsertaannya dalam institusi – institusi internasional seperti World Bank dan
International Monetary Fund (IMF). IMF sendiri mengumumkan bahwa China telah
menjadi negara terbesar dalam Purchasing Power Parity.36 mengalahkan Amerika
Serikat.37 Tidak hanya itu menurut data dari Wold Investment Report 2018, Amerika
Serikat berada pada tingkat pertama dalam menjadi investastor asing (outflows)
begitupun dalam menjadi negara penerima investastor asing (inflows) atau FDI
(Foreign Direct Investment), ia berinvetasi sebesar US$ 457 milliar untuk inflows dan
US$ 281 milliar untuk outflows, sedangkan China berada pada urutan kedua dalam
34 Ibid., 35 Frank Sampson Jannuzi, Carla A. Hills, and Dennis C. Blair, 2007, U.S.-China Relations : An
Affirmative Agenda, A Responsible Course. Council on Foreign Relations Press, Diakses dalam
https://www.cfr.org/china/us-relations-china-%201949%E2%80%94present/p17698 (19/05/2019,
18:01WIB) 36 Menjelaskan bahwa nilai tukar antara dua mata uang akan berubah sesuai dengan perubahan tingkat
relatif pada dua negara yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang tersebut 37 Mike Bird. “China Just Took Over The US as The World’s Largest Economy”. Diakses dalam
https://www.businessinsider.sg/ . (19/5/2019. 18:33WIB)
30
inflows Foreign Direct Investment yakni sebesar US$ 136 milliar dan ketiga outflows
Foreign Direct Investment, yakni sebesar US$ 125 milliar.38
Gambar 2.1 Data mengenai Inflows Foreign Direct Investment
38 UNCTAD, 2018, World Investement Report 2018 : Global Investment Trends and Prospecs,,
Diakses dalam https://unctad.org/en/PublicationsLibrary/wir2018_en.pdf (19/05/2019. 19:01WIB)
hal 4
31
Gambar 2.2 Data mengenai Outflows Foreign Direct Investment
Investasi Amerika Serikat berkembang dalam kurun 1979 sampai dengan
1989, investasi tersebut berjumlah US$ 1,7 juta dan terus meningkat semenjak China
membuka berbagai sektor bagi investasi asing, karena peningkatan yang terjadi terus
menerus pada perkembangan ekonomi Amerika Serikat, negara tersebut menjadi
32
negara penghasil manufaktur terbesar dunia, bahkan menguasai 20% manufaktur
global.39 Hubungan interdependensi ini semakin jelas terlihat ketika Amerika Serikat
mengalami krisis keuangan, dan China sebagai negara yang pemegang hutang
terbesar Amerika Serikat sebesar US$ 1,2 trilliun dibandingkan dengan negara lain,
hal ini tak cuma – cuma dilakukan oleh China mengingat perkembangan ekonomi
China bergantung dengan barat, dan Amerika Serikat sebagai salah satu mitra
terbesar China.40 Hubungan perdagangan dan Investasi – investasi yang dilakukan
secara terus menerus dan berkembang pun tak terelakkan, pada tahun 2008 FDI China
ke Amerika Serikat mencapai US$ 1.105 juta, naik menjadi US$ 1.624 juta pada
tahun 2009, dan terus meningkat sampai dengan 2016 yang mencapai US$ 40.447
juta dan menurun pada tahun 2017 menjadi US$ 39.518 juta. Dan akan lebih jelas
jika penulis lampirkan dalam tabel.
Tabel 2.1 Mengenai FDI China ke Amerika Serikat41
Tahun Jumlah FDI China ke Amerika Serikat
( US$ Juta)
2008 1.105
2009 1.624
39 UNCTAD, 2014, World Investement Report 2014 : Investing in the SDGs; An Action Plan 2014,
Diakses dalam http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/wir2014_en.pdf (19/05/2019. 19:01WIB) hal
15 40 China Ingatkan bahwa Beijing Penyuplai Uang untuk AS, 12 Januari 2018, diakses dalam
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/12/153427526/china-ingatkan-bahwa-beijing-penyuplai-
uang-untuk-as (19/05/2019,19:29 WIB) 41 Bureau of Economic Analysis, Foreign Direct Investment in the U.S.: Balance of Payments and
Direct Investment Position Data, Diakses dalam https://www.bea.gov/international/di1fdibal
(22/06/2019, 12:51 WIB)
33
2010 3.300
2011 3.598
2012 7.076
2013 7.855
2014 10.071
2015 14.714
2016 40.447
2017 39.518
Sedangkan FDI Amerika Serikat ke China mencapai US$ 54.069 juta pada
tahun 2009, meningkat pada tahun 2010 yaitu mencapai US$ 58.996 juta, dan
menurun pada tahun 2011 yaitu hanya mencapai US$ 53.661 juta, di tahun berikutnya
2012 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan terus menerus dan mencapai US$
107. 556 juta pada tahun 2017. Lebih lanjut akan penulis lampirkan dalam tabel.
Tabel 2.2. Mengenai FDI Amerika Serikat ke China42
Tahun FDI Amerika Serikat ke China
(US$ Juta)
2009 54.069
2010 58.996
42 Bureau of Economic Analysis, U.S. Direct Investment Abroad : Balance of Payments and Direct
Investment Position Data, Diakses dalam https://www.bea.gov/international/di1usdbal (22/06/2019,
13:09 WIB)
34
2011 53.661
2012 54.514
2013 60.454
2014 82.244
2015 92.150
2016 97.287
2017 107. 556
Dalam hubungan perdagangan, baik China maupun Amerika Serikat juga
saling membutuhkan satu sama lain, terlihat dari Top List Merchandise Trade. Pada
tahun 2018 Amerika Serikat menjadi China’s top three export markets selain
European Union 28 dan ASEAN. Dan impor terbesarnya adalah EU28, ASEAN, dan
Korea Selatan. Dari hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, China
mendapatkan surplus sebesar US$ 282 miliar, sedangkan dengan Hongkong sebesar
US$274 miliar, dan EU28 sebesar US$129 miliar dan Amerika Serikat masih jadi
penyumbang terbesar surplus perdagangan China.43 Dan akan dilampirkan dalam
gambar berikut ini.
43Congressional Research Service. 2019, China’s Economic Rise: History, Trends, Challenges, and
Implications for the United States, diakses dalam https://fas.org/sgp/crs/row/RL33534.pdf
(30/06/2019, 08:16 WIB) hal.22 - 23
35
Gambar 2.3. China’s Top List Merchandise Trade
Sedangkan bagi Amerika Serikat, China merupakan partner perdagangan
terbesarnya, melihat dari impor dan ekspornya. Yang mana pada tahun 2017 China
berhasil menguasai 16.27 % total perdagangan Amerika Serikat. Yang mana pada
tahun 2016 hanya sebesar 15.80 %. Atau dijumlahkan perdagangan AS dan China
berkisar US$ 636.7 miliar pada tahun 2017. Jumlah tersebut meningkat sebesar
9.93% yang sebelumnya adalah US$ 579.2 miliar pada tahun 2016. China menjadi
negara ketiga dari destinasi ekspor Amerika setelah Kanada dan Mexico. Pada tahun
2017 ekspor AS ke China mencapai US$ 130.4 miliar, jumlah ini meningkat 12.45%
dibandingkan dengan tahun 2016 yang berkisar US$14.4 miliar. Ekspor AS ke China
sebesar US$ 130.4 miliar pada tahun 2017. Dan komoditas yang menjadi
unggulannya adalah pesawat, mesin beserta bagian – bagiannya yakni 12.52% dari
seluruh jumlah ekspor AS ke China. Kedelai sebesar 9.43%, kendaraan bermotor
36
6.31%, minyak mentah 3.39%, dan barang elektonik 2.39%.44 dan akan penulis
lampirkan dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Perdagangan AS dengan China (ekspor dan impor)45
Sehingga bisa dikatakan China merupakan pasar terbesar bagi Amerika
Serikat dan dapat dilihat dari jumlah investasi yang lebih besar Amerika Serikat ke
China dibandingkan dengan sebaliknya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk
mengesampingkan China dari globalisasi ekonomi Amerika Serikat. Begitupun
China, Amerika Serikat merepresentasikan pasar ekspor yang sangat penting dan
amat berpengaruh besar bagi negaranya dan tak hanya itu China merupakan
pemegang surat obligasi terbesar Amerika Serikat, yang mampu memulihkan krisis
ekonomi negaranya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa China merupakan pasar yang
44 Congressional Research Service,2018, US Trade Major Trading Partners, diakses dalam
https://fas.org/sgp/crs/row/R45434.pdf (30/06/2019, 08:53 WIB) hal. 22 - 24 45 Ibid.,
37
menjanjikan bagi Amerika Serikat, begitu juga dengan China, tanpa pasar Amerika
Serikat China tak akan berjaya sampai dengan sekarang dalam bidang ekonomi.46
2.2 Sejarah Peningkatan Bea Impor Baja dan Alumunium oleh AS
Kebijakan mengenai peningkatan tarif dan kuota impor dalam produk baja
sebenarnya telah sejak lama, yakni selepas dari perang dunia ke-II. Oleh karena itu
pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai dinamika yang terjadi dalam kebijakan
dalam produk baja dan alumuium dan apa yang melatar belakangi dikeluarkannya
kebijakan tersebut.
2.2.1 Kebijakan Non-Tarif Voluntary Export Restrains (VRAs)
Amerika Serikat terhadap Produk Baja dari Jepang dan Eropa
Tahun 1969
Voluntary Export Restraint merupakan salah satu hambatan perdagangan,
yang mana negara pengekspor setuju untuk membatasi jumlah ekspornya ke negara
pengimpor.47 Hal ini yang dilakukan oleh Amerika Serikat ketika perindustrian
negaranya sedang berkembang, sehingga menyebabkan permintaan dan harga
terhadap produk baja meningkat di periode tahun 1960an.48 Hal inilah yang membuat
pasar produk baja impor di Amerika Serikat meningkat dari 7,3 persen di tahun 1964
46 Wang Dong. “China’s Trade Relations with the United States in Perspective”. Journal of Current
Chinese Affairs. Diakses dalam https://d-nb.info/1010398237/34 . (19/05/2019. 19:42 WIB) hal. 172 47 Umar Fakhrudin, Kebijakan Hambatan Perdagangan atas Prodk Ekspor Indonesia di Negara Mitra
Dagang, diakses dalam http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/11/19/-1416393847.pdf
(02/05/2019.15:57 WIB) 48 Michael O. Moore, 1996, The Rise and Fall of Big Steel Influence on U.S Trade Policy,United State
: University of Chicago Press, hal. 16
38
menjadi 16,7 persen di tahun 1968.49 Sehingga pada tahun 1969, pemerintahan
Amerika Serikat menerapkan kebijakan VRAs terhadap produk baja dari European
Community dan Jepang. Kebijakan ini diberlakukan untuk kedua negara ini
dikarenakan kemampuan produksi baja dari Eropa dan Jepang yang lebih efisien dan
lebih baru pada saat itu.
Peningkatan minat terhadap baja impor dari Jepang dan Eropa menimbulkan
reaksi dari produsen baja serta United Steel Workers of America atau serikat pekerja
baja Amerika Serikat karena dianggap mengganggu produsen baja domestik. Mereka
melakukan tidakan berupa tuntutan terhadap pemerintah Amerika Serikat saat itu
untuk menerapkan batasan impor terhadap baja. Lalu pada tahun 1966
dikeluarkannya kebijakan VRAs terhadap Eropa dan Jepang, batasan produk ekspor
dari Eropa dan Jepang sebesar 5,8 juta ton per tahun.50 Namun dengan syarat pelaku
industri baja Amerika Serikat berjanji tidak menuntut proteksionisme terhadap
industri baja Amerika Serikat dan akan meningkatkan serta modernisasi pabrik
mereka agar lebih efektif dan mampu bersaing dengan produk impor. VRAs pun
berlaku sampai dengan 1974 dan pada akhirnya permintaan baja secara global
semakin meningkat, sehingga Amerika Serikat tidak menjadi pilihan utama lagi untuk
mengekspor baja.51
49 Ibid., hal. 17 50 Ibid., 51 Ibid.,
39
2.2.2 Kebijakan Tarif Baja Pada Masa Pemerintahan Presiden Bush
Tahun 2002
Merosotnya industri baja di Amerika Serikat pada tahun 1997 hingga 2001
membuat lebih dari 30 perusahaan produsen baja dan pengolahan baja bangkrut.
Presiden George W. Bush yang pada masa kampanyenya berjanji kepada pekerja
industri baja bahwa ia tidak akan mengesampingkan pemasalahan yang dihadapi oleh
industri baja dan pekerjanya dan pada saat itu, pada tahun 2001 ialah yang menjabat
sebagai Presiden Amerika Serikat. Industri baja yang semakin memburuk
menyebabkan United Steel Workers of America (USA) mendesak presiden Bush
untuk mengambil tindakan terhadap kondisi yang ada dan memenuhi janji kampanye
yang pernah diucapkannya.52
George W. Bush sebelumnya menyetujui dengan diberlakuannya VRA
(Voluntary Export Restrain) terhadap impor baja yang diberlakukan untuk negara
Jepang dan EC (Economic Community). Namun dengan desakan yang terus menerus
yang dilakukan oleh produsen baja Amerika Serikat, akhirnya ia merasa harus
memberikan respon yang lebih terhadap permasalahan ini. Oleh karena itu,
Pemerintahan Presiden Geroge W. Bush memberikan respon terhadap tuntutan yang
disuarakan oleh USA dengan mengeluarkan tiga tahapan atau cabang strategi dalam
menangani industri aja yang memburuk. Dan strategi tersebut adalah53 :
52 Hufbauer & Goodrich, 2003, Steel Policy: The Good, the Bad, and the Ugly, Institute for
International Economics, diakses dalam https://piie.com/publications/pb/pb03-1.pdf (07/05/2019,
09:42 WIB) hal, 1 53 Ibid.,
40
1. Usaha untuk mengatasi kapasitas baja yang berlebih secara global
2. Menghentikan subsidi dan praktik distorsi pasar
3. Melakukan investigasi terhadap 33 tipe produk impor baja dan apakah
harus dilakukan perlindungan bagi produk tersebut
Oktober 2001, United State International Trade Commission (ITC)
mengeluarkan pernyataan bahwa 16 dari 33 tipe produk baja telah diimpor ke
Amerika Serikat dalam jumlah tertentu yang dapat mengancam industri baja di
Amerika Serikat.54 Lalu pada Desember 2001, Commissioner dari ITC
merekomendasikan pada presiden Bush untuk mengambil tindakan berupa tarif,
kuota, atau tarif dan kuota yang diterapkan terhadap impor yang mengancam industri
dalam negeri. Berdasarkan laporan dan rekomendasi yang diberikan oleh
Commisioner ITC, pada bulan Maret 2002 Presiden Bush menerapkan tarif terhadap
14 produk dari 16 produk yang direkomendasikan terhadap industri baja Amerika
Serikat.55
Kebijakan yang diterapkan oleh Bush yaitu tarif sebesar 30 persen untuk 3
tipe produk baja ( Flat Steel Products, Hot-Rolled Bars, dan Cold- Finished Bars)
dan penerapan tarif sebesar 15 persen terhadap tipe produk baja lainnya, dan untuk
plat baja ( baja yang belum dibentuk secara sempurna), Bush menetapkan Tarif-Rate
Quotes (TRQ), yaitu seluruh impor yang melebihi 6 juta ton akan dikenakan tarif 30
54 Ibid., 55 Ibid., hal, 2
41
persen.56 Kanada, Meksiko, dan beberapa negara lain yang memiliki perjanjian
perdagangan khusus dengan Amerika Serikat tidak termasuk dalam negara yang
terkena penerapan dalam kebijakan tersebut. Namun kebijakan ini ditarik dan tidak
diterapkan sejak tanggal 4 Desember 2003.57
2.2.3 Kebijakan Tarif Impor Baja dan Alumunium tahun 2018
Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi dikeluarkannya kebijakan
mengenai peningkatan bea impor baja dan alumunium yang dilakukan oleh Amerika
Serikat, diantaraya adalah kondisi industri baja yang menurun dan terjadinya defisit
neraca perdagangan terus menerus dengan China. Oleh karena itu Amerika Serikat
memutuskan untuk meningkatkan bea impor sebagai respon terhadap permasalahan
domestik negaranya tersebut. Berikut data yang dilampirkan dari defisit neraca
perdagangan antara Amerika Serikat dengan China dari Januari 2016 sampai dengan
Juli 2018,58
56 Ibid., hal 2 57 Ibid., 58 United States Census Bureau, Foreign Trade, Diakses dalam https://usatrade.census.gov/
(13/11/2018, 21 : 56 WIB)
42
Gambar 2.5 Neraca Perdagangan Barang Amerika Serikat dengan China
Tabel yang berwarna hijau menunjukkan ekspor Amerika Serikat ke China,
sedangkan yang berwarna biru menunjukkan impor Amerika Serikat dari Tiongkok
(China) dan yang berwana merah muda menunjukkan neraca perdagangan Amerika
Serikat. Sehingga dapat disimpulkan Amerika Serikat mengalami defisit neraca
perdagangan yang mana tingkat ekspor Amerika serikat ke China lebih rendah
dibandingkan dengan impor Amerika Serikat dari China. Berdasarkan data statistik
Amerika Serikat defisit neraca perdagangan dari Januari sampai dengan Juli yakni
sebesar 8,73 % menjadi US$ 222,56 miliar dari tahun sebelumnya.59 Demikian pula
defisit neraca perdagangan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2017 naik 7,07%
59 Ibid.,
43
dari tahun sebelumnya. Nilai impor barang Amerika dari China periode Januari – Juli
tahun ini meningkat 8,55% menjadi US$ 296,84 miliar sementara nilai ekspor barang
Amerika ke China hanya tumbuh 8% menjadi US$ 74,28 miliar.60
Tak hanya dengan China, defisit perdagangan juga ternyata di beberapa
negara, seperti dengan Uni Eropa US$14.2 milliar, Mexico US$7.6 milliar, Jerman
US$5.2 milliar, Jepang US$4.9 milliar, Itali US$2.3 milliar, OPEC US$2,3 milliar,
Canada US$2.2 milliar, Korea Selatan US$2.0 milliar, India US$1.7 milliar, Arab
Saudi US$1.5 milliar, Perancis US$1.2 milliar, Taiwan US$0.9 milliar, dan United
Kingdom US$0.2 milliar.61
Untuk China sendiri defisit Amerika Serikat naik yang semula US$3.0 milliar
menjadi US$37.4 milliar di bulan September, ekspor ke China naik dari US$0.4
milliar menjadi US$10.2 milliar dan Impor dari China juga meroket pesat dari
US$3.5 milliar menjadi US$47.7 milliar, hal inilah yang menyebabkan defisit
perdagangan Amerika Serikat dengan China begitu besar, dikarenakan jumlah ekspor
dengan impor tidak seimbang, lebih banyak impor Amerika dari China ketimbang
dengan ekspornya.62
60 Opcit, Diakses dalam https://usatrade.census.gov/ (13/11/2018, 21:56 WIB) 61 Monthly United State International Trade in Goods and Service, September 2018, diakses dalam
https://www.census.gov/foreign-trade/Press-Release/current_press_release/ft900.pdf (14/11/2018,
08:35 WIB) 62 Ibid.,
44
Gambar 2.6 Defisit Neraca Perdagangan Amerika Serikat
Dan disini penulis juga jabarkan barang – barang apa saja yang mengalami
defisit. Dalam hal ini seluruh barang yang penulis jabarkan mengalami defisit, yang
mana jumlah impor lebih besar dibandingkan dengan ekspor. Namun pergerakan
jumlah yang naik turun yang akan penulis jelaskan lebih lanjut dalam perdagangan
Amerika Serikat. Seperti pada bidang makanan, ekspor Amerika menurun yang
awalnya pada Agustus sebesar US$12.0 milliar menjadi US$11.0 milliar pada
September, begitu juga dengan impor yang pada bulan Agustus sebesar US$12.3
milliar menjadi US$12.1 milliar pada Agustus. Pada bidang makanan Amerika
Serikat tak hanya mengalami penurunan dalam jumlah ekspor, namun Amerika
Serikat juga mengalami defisit yang mana ekspor pada Agustus adalah US$ 12.0
miliar dan impornya adalah US$ 12.3 miliar dan begitu juga pada bulan september.63
63End – Use Categories, diakses dalam https://www.census.gov/foreign-
trade/statistics/graphs/enduse.html (14/11/2018, 09:22 WIB)
45
Untuk barang industri, ekspor Amerika mengalami peningkatan dari
sebelumnya.64 Yang sebelumnya adalah US$44.1 milliar menjadi US$46.9 milliar,
sedangkan untuk impor mengalami penurunan yang awalnya adalah US$49.7 milliar
menjadi US$49.5 milliar. sedangkan dalam Capital Goods meningkat di ekspor dan
impor dari US$46.4 milliar menjadi US$47.5 milliar dan US$57.7 milliar menjadi
US$60,1 milliar, dan barang otomotif yang sebelumnya ekspor sebesar US$12.8
milliar menjadi US$12.9 milliar dan impor yang sebelumya US$31.7 milliar menjadi
US$31.1 milliar. Walaupun ekspor mengalami peningkatan namun dalam bidang
industri dan capital goods Amerika Serikat masih mengalami defisit dikarenakan
jumlah impornya yang masih dikatakan lebih besar.65
Sedangkan untuk barang konsumen yang siap pakai, ekspor meningkat dari
US$17.6 milliar menjadi US$17.8 milliar sedangkan impor dari US$53.5 milliar
menjadi US$55.4 milliar. Namun masih dikatakan mengalami defisit karena jumlah
impornya yang lebih besar dibandingkan ekspornya.66
64 Kata sebelum dan sesudah yang digunakan merujuk pada bulan Agustus dan September 2018 65 Ibid., 66 Ibid.,
46
Gambar 2.7 Produk Amerika Serikat yang terkena defisit67
Dari tabel tersebut, kebijakan yang diambil oleh Donald Trump tidak lain
adalah untuk meningkatkan industrialisasi domestik yang dalam kurun tiga tahun
yakni 2016, 2017, 2018 merosot secara tajam. Di mana impor mencapai US$ 296,84
miliar sementara ekspornya hanya US$ 74,28 miliar.68 Dapat dilihat dari neraca
perdagangannya dimana jumlah impor lebih besar dibandingkan dengan ekspornya.69
Dan dalam produk baja sendiri, Amerika Serikat mengimpor dari China sebesar US$
67 Ibid., 68Berapa Defisit Neraca Perdagangan Amerika Serikat ?, diakses dalam
https://www.census.gov/foreign-trade/data/index.html (15/11/2018, 12:17 WIB) 69 Opcit. Tabel 5
47
976.330 ribu pada tahun 2017.70 Sedangkan untuk Aluminium, Amerika Serikat
mengimpor sebesar US$ 3 miliar di tahun yang sama.71 Hal tersebut yang
melatarbelakangi Donald Trump mengeluarkan kebijakan peningkatan bea impor
aluminium dan baja untuk China.72 Mengingat China merupakan salah satu mitra
terbesar yang menyebabkan anjloknya industrialisasi domestik Amerika Serikat, hal
tersebut terjadi dikarenakan China mampu mengimpor dengan biaya yang murah
dengan kualifikasi yang sama dalam produk, yang membuat konsumen Amerika
Serikat lebih memilih produknya ketimbang buatan negaranya.
Sehingga pada 23 Maret 2018 Donald Trump menetapkan adanya
peningkatan bea Impor baja dan alumumium, Tarif tersebut adalah 25% untuk baja
dan 10% untuk alumunium.73Donald Trump menerapkan kebijakan tersebut ke semua
negara kecuali NAFTA, yang bisa dikatakan China termasuk ke dalam yang terkena
efek dalam kebijakan tersebut. Dengan adanya penandatanganan mengenai kebijakan
tersebut membuatnya resmi dan harus dituruti oleh China sebagai mitra yang terkena
imbasnya. Tak hanya China yang keberatan dengan dikeluarkannya kebijakan
tersebut, negara – negara lain seperti Kanada, Korea Selatan, Mexico, Brazil dan Uni
70Opcit, Foreign Trade, Diakses dalam https://www.census.gov/foreign-trade/Press-
Release/2018pr/01/steel/steel4p.pdf (22/06/2019, 15:14 WIB) 71World Stop Export, US Aluminium Imports by Supplying Country,Diakses dalam
http://www.worldstopexports.com/us-aluminum-imports-by-supplying-country/ (22/06/2019, 15:18
WIB) 72 Trump berlakukan tarif impor, Cina siapkan 'perang dagang' diakses dalam
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-43341137 (15/11/2018, 12:21 WIB) 73 Ibid.,
48
Eropa merasakan dampaknya dikarenakan mereka merupakan negara pengekspor
alumunium terbesar selain China ke negara tersebut.74
74 Ibid.,