bab ii gambaran umum novel amina sekilas ... - core.ac.uk · sinopsis novel amina ... fatima adalah...
TRANSCRIPT
40
BAB II
GAMBARAN UMUM NOVEL AMINA
A. SEKILAS PROFIL NOVEL AMINA
Amina adalah novel karya Mohammed Umar yang diterjemahkan oleh
Yudith Listiandri dan diterbitkan oleh INSISTPress pada tahun 2006.1 Novel ini
1Muhammed Umar, Amina (Yogyakarta :INSISPress 2006), hlm. i.
41
mengisahkan seorang perempuan Nigeria yang bernama Amina yang dinikahkan
sebagai istri ke empat dari seorang laki-laki yang sangat kaya dan berkuasa. Sosok
Amina, seorang ibu rumah tangga muda hanyalah perwakilan dari tokoh
pemberontakan perempuan terhadap dominasi di sebuah negara. Bisa
dibayangkan, di sebuah negeri yang di dominasi penguasa korup dan sistem
bernegara tiran, berlindung pada legitimasi hukum sepihak, ibu rumah tangga,
aktivis perempuan, wanita karier, buruh perempuan, pelacur perempuan,
pengemis perempuan, turun ke jalan atas nama perempuan. Atas proses panjang
provokasi Amina berhasil menyadarkan dan mempersatukan kaum perempuan
untuk bersama-sama memperbaiki kualitas diri agar dapat terbebas dari belenggu
yang membebani kaum perempuan selama ini. Bisa kita lihat juga dalam kutipan
yang terdapat dalam Novel Amina, “Dalam hati kita, ada masa depan yang harus
kita lahirkan. Aku kuat dan siap untuk fase berikutnya... dan aku bersemangat
karena aku tahu kita akan berhasil...”.2Dalam kutipan tersebut Mohammed Umar
ingin mengambarkan bagaimana perjuangan kaum perumpuan dalam menegakan
kesetaraan gender.
B. PROFIL PENULIS NOVEL AMINA
Mohammed Umar lahir di Azare, Baunci State, Nigeria. Sempat kuliah
Ilmu Politik di Ahmadu Bello University, Zaria, Nigeria sebelum akhirnya
dikeluarkan pada tahun 1981. Meraih gelar Master Jurnalistik dari Moscow State
University (1991) dan Master Ekonomi Politik Middlesex University, Inggris
2 Ibid., hlm. 384.
42
(1995). Dia juga mendalami Ilmu Hukum dan Hubungan Internasional di berbagai
institusi di inggris. Pernah bekerja sebagai jurnalis di Baunci State Radio,
kemudian di Trumph News Papers ltd di Kano, Nigeria. Kini bekerja di London
dan tinggal bersama istri serta tiga orang anak. Ini adalah novel pertama dari
Mohammed Umar.3 seperti kebanyakan penulis novel yang lain, novel ini
mengambil latar di Negeri penulisnya sendiri. Pilihan yang cukup aman, dan
nyatanya Mohammed Umar cukup berhasil mengangkat keadaan sosial politik di
negera dalam Benua Afrika tersebut. Siapa yang sering mendengar kisah atau
tertarik untuk mendengar kisah tentang Nigeria dan lukisan tentang Bakaro. Dari
kacamata seorang Mohammed Umar, mengalun dari perasaan seorang perempuan
bernama Amina.
C. SINOPSIS NOVEL AMINA
Dikisahkan seorang perempuan Nigeria bernama Amina yang dinikahkan
oleh orang tuanya kepada seorang laki-laki sebagai istri kempat. Laki-laki itu
ialah Haji Haruna , dia seorang laki-laki kaya dan berkusa yang mempunyai
prinsip sukses baru istri baru. hal tersebut juga menimpa para gadis lainya dalam
masyarakat tradisional disebagian Nigeria di domestikifikasi sejak lahir dan
dipandang sebagai beban, dipersiapkan untuk hanya berperan sebagai istri dan
ibu. Dibesarkan untuk memandang saudara laki-laki lebih baik dari dirinya,
3Ibid., hlm. Cover.
43
memandang suami sebagai majikanya, dan laki-laki pada umumnya sebagai
manusia yang lebih unggul.
Beberapa minggu setelah pernikahan rutinitas Amina berjalan dengan
damai dan nyaman. Karena suaminya kaya Amina hampir bisa mendapatkan
semua yang dia inginkan. Hinga suatu hari haruna menuduh amina melakukan
hubungan abnormal dengan seseorang yang bahkan tidak dia kenali, Amina
mencoba meyakinkan bahwa dirinya tidak bersalah, suaminya tetap kelihatan
berang dan tidak bisa berkompromi. Haji lalu menarik telinga Amina dan
mengancam akan membunuhnya jika dia menemui seoseorang lagi, bahkan meski
dia mengagumi laki-laki lain, Haji Haruna akan memukulinya sebelum melempar
kejalan.
Nasib malang juga menimpa Larai, dia salah satu gadis dibawah umur
yang kandung kemihnya rusak karena melahirkan terlalu muda, ditengah
kondisinya yang demikian suaminya malah meninggalkanya dan menikahi gadis
lain. Ditempat lain Seorang gadis telah dibunuh suaminya karena terjadi
pertengkaran. Sistem purdah membantu menutupi kekerasan ini, kebanyakan
perempuan bahkan tidak boleh kelihatan diluar rumah, sehingga kita tidak dapat
mengetahui seberapa parah luka mereka.
Suatu hari amina mendapat kunjungan dari teman kuliahnya yaitu Fatima.
Fatima adalah salah satu pembela hak asasi dan keadilan yang paling pintar bicara
dikampus. Fatima berbicara berbicara mengenai kondisi perempuan, menurutnya
44
salah satu sebab utama ketrtindasan perempuan adalah ketidak pedulian kita. Kita
butuh lebih banyak sekolah dan pendidikan geratis untuk anak perempuan.
Dulu Fatima pernah menikah dan menjalani kehidupan seperti Amina.
Mantan Fatima sangat kaya. Mereka berpergian keluar negeri untuk berbulan
madu. Bulan pertamanya berlalu penuh kebahagiaan dan mengasikan. Tapi seiring
waktu, Fatima melihat gambaran nyata. Dia adalah istri ketiganya. Ketika dia
menyadari kekerasan dalam rumah tangga, tirani, kebrutalan yang tak bisa
dipahami, kepercayaan yang terbolak-balik, terisolasi dan terabaikan adalah masa
depanku maka dia tinggalkan rumah itu.
Melihat apa yang telah terjadi terhadapnya, sahabat, serta kondisi
perempuan disekitar lingkungan, membuat Amina tersadar akan perlunya suatu
perubahan untuk memperbaiki kondisi perempuan. Bersama Fatima, sahabat
yang selalu memberikan semangat serta motivasi tehadapnya, Amina membentuk
Asosiasi Perempuan Bakaro. Tujuan utama asosiasi ini adalah peningkatan setatus
ekonomi, sosial, dan pendidikan agar mereka bisa meningkatkan peran penting
mereka dalam membangun masyarakat yang adil dan progresif.
Peresmian asosiasi perempuan menjadi perdebatan hangat di Bakaro.
Pertama-tama partai yang berkuasa menentangnya, tapi kemudian menerimanya
dengan suatu syarat: asosiasi itu harus menjadi sayap partai. Organisasi
keagamaan dan kelompok lain dan kelompok lain terbelah sikapnya. Beberapa
memandang sebagai pelangaran susila dan menentang ajaran Islam. Sementara
45
Partai berkuasa menentang keras. termasuk suaminya Amina, Mereka bertengkar
keras dan menanyakan mengapa Amina menyerang pemerintah.
Program kampanye melek huruf berjalan lancar sekitar tiga puluh orang
peserta hadir untuuk mengikutinya. Diikuti proram kesehatan serta gerakan
koprasi semua berjalan sesuai rencana. Bulan demi bulan berlalu, Amina merasa
puas dengan kemajuan yang dicapai sejauh ini, bersama Fatima, Bilkisu dan
anggota aosiasi lainya amina memutuskan untuk membuat manifesto untuk
melindungi apa yang telah dicapai asosiasi perempuan. Manifesto ini berisi
reformasipolitik, kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Dua minggu kemudian, manifesto Bakaro diluncurkan, salinanya dikirim
kepada Gubernur, Komisioner, Anggota Parlemen, Sekertaris Gubernur, Emir
Hakim, Pers, dan Pegawai Negri tingkat atas. Gagasan kesejajaran antara laki-laki
dan perempuan ditanggapi Gubernur dalam bentuk RUU yang justru semakin
mendeskreditkan kondisi perempuan.
“...Dalam RUU itu tertulis :
Semua perempuan dan gadis muslim harus mengenakan jilbab di jalan Hanya dalam jumlah presentase tertentu dari perempuan diizinkan
sekolah. Perempuan dilarang berdagang dijalan. Semua organisasi perempuan harus mendaftar ulang. Semua organisasi perempuan yang telah mendaftar ulang akan
dikontrol ketat dan diawasi oleh petugas negara dan pemimpin agama. Perempuan yang memiliki industri rumah akan dikenakan pajak. Perempuan lajang tidak diijinkan lagi bekerja di pelayanan sipil. Perempuan lajang akan diadili untuk perizinahan jika mereka hamil. Cuti hamil untuk perempuan yang menikah akan dihapuskan. perempuan pekerja tidak lagi memperoleh perlindungan dari pemecatan kelompok pengawas harus disiapkan di seluruh bagian Negara untuk
memonitor cara perempuan berpakaian
46
pengadilan di beri kekuasaan menghukum perempuan yang berpakaiantidak pantas.
Perempuan tidak diizinkan lagi memiliki tanah. Ibu yang membesarkan anaknya sendiri akan diadili karena memiliki
anak haram.”4
Mengetahui hal tersebut Amina dan para angota asosiasinya melakukan
aksi protes, tapi aksi porotes yang dilakukan di padang sebagai tindakan
pemberontakan yang melanggar hukum, yang tidak lebih dari sekelompok
gelandangan, pelacur, dan pembuat onar. beberapa dari mereka di pukul hingga
menewaskan beberapa perempuan dan dipenjarakan.
Di dalam penjara Amina tersungkur dan merasakan sakit yang luar bisa,
dia juga memikirkan nasib dari para perempuan lainya. Amina khawatir apakah
perempuan lainya bisa mendapatkan pengacara seperti dirinya. Didampingi Rabi
dan Usman sebagai pengacaranya, Amina dan para perempuan asosiasi lainya
berhasil dibebaskan.
D. KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL AMINA
Sebagai karya sastra, maka novel pasti memiliki unsur tokoh dan
penokohan. Istilah tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan
karakterristik sering digunakan dalam sebuah karya fiksi. Istilah tokoh
menunjukan pada orangnya, sedangkan istilah penokohan disamakan dengan
karakteristik atau karakter. Seperti dikatakan oleh Jones. Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
4Ibid., hlm 270-271 .
47
cerita.5Unsur tokoh dalam dalam sebuah karya tulis biasanya selalu berhubungan
dengan persoalan dan peristiwa di sekitarnya, dalam hal ini pengarang
mengekspresikan pandangan pemikiranya berhubungan dengan feminisme.
Seperti dalam Novel Amina tentunya cerita tersebut memiliki unsur tokoh
dan penokohan, baik tokoh utama maupun tokoh tambahan. Setiap tokoh memiliki
karakter yang berbeda-beda dan untuk menyatukan perbedaan tokoh bukanlah
suatu hal yang mudah, dari situlah muncul konflik antar tokoh dalam cerita.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam novel yang
bersangkutan dan merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.6Untuk itu agar dapat diketahui
bagaimana pengarang mengekspresikan pemikiran lewat tokoh-tokoh cerita dalam
“Novel Amina”, berikut ini akan dipaparkan tentang penokohan, baik yang
diwakili tokoh utama maupun tokoh tambahan.
1. Amina
Sosok Amina digambarkan sebagai seorang perempuan yang terpaksa
menikahi seorang laki-laki untuk dijadikan istri keempat. Ia tinggal bersama
suami dan ketiga istri yang lainya. Dalam hal pendidikan Amina termasuk
perempuan yang beruntung, kedua kakak perempuannya hanya diijinkan
menikah, hal serupa juga terjadi pada sebagian besar perempuan di sekitarnya.
5 Burhan Nurgiyanto, Teori Pengkaji Fiksi,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press1998),hlm.165.
6 Ibid., hlm. 176.
48
Menjalani kehidupan sebagai isteri keempat membuat ia merasa
kesepian dan tidak produktif. Lebih-lebih tindakan main tangan oleh sang
suami dan kematian anak pertamanya menyadarkan Amina akan ketidakadilan
yang diterimanya membuat diabangkit serta menumbuhkan jiwa pemberani,
kreatif , gigih dan meiliki kepedulian yang tinggi.
Jiwa pemberani Amina terlihat ketika dia berani melaporkan tindak
kekerasan yang dilakukan suaminya kepada ayahnya, serta keputusan-
keputusan yang dia ambil terkait nasib dan masa depannya.
2. Fatima
Sosok Fatima digambarkan sebagai perempuan yang cerdas. Di kampus
fatima terpilih sebagai wakil ketua senat mahasiswa. Dia adalah permpuan
yang selau memberikan motivasi dan semangat kepada Amina.
Sebagai seorang perempuan Fatima juga merupakan sosok yang sangat
pemberani dan tegas. keberanian Fatima untuk menjadi perempuan mandiri
terlihat ketika dia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya atas dasar
ketidakadilan yang ditimpanya. Selain itu keterampilan beladiri yang
dimilikinya menjadikan Fatima sosok perempuan yang mampu menjaga
dirinya dari kejahatan fisik yang sering menimpa kaum perempuan.
49
3. Kulu
Sosok Kulu di gambarkan sebagai perempuan yang licik, dia adalah
perempuan yang sangat membenci Fatima. Demi bisnis yang dijalaninyadia
memanfaatkan statusnya sebagai anggota legislatif untuk berbuat curang.
dia berhasil menyelundupkan beras, bahan bakar minyak, lalu dia timbun
dan menaikan harga sesuka hatinya tanpa memperdulikan nasib masyarakat
yang membutuhkannya.
4. Haji haruna
Sosok Haji Haruna di gambarkan sebagai laki-laki yang pemarah,
pencemburu dan suka main tangan. Dengan teganya Haji Haruna memukuli
Amina sampai babak belur atas tuduhan perselingkuhan yang sama sekali
tidak dilakukan Amina.
5. Larai
Sosok Larai di gambarkan sebagai perempuan yang lemah. Sebagi
perempuan yang berasal dari keluarga kurang mampu, Larai dipaksa
menikah oleh ayahnya untuk membayar hutang yang di tanggung ayahnya.
Larai juga merupakan seorang perempuan kurang beruntung dalam hal
pendidikan.
Larai semakin tidak berdaya atas nasib malang yang menimpanya.
Kantung kemihnya rusak akibat melahirkan terlalu muda, akibatnya fisiknya
50
menjadi lemah bahkan Larai begitu kesulitan untuk mengurusi bayi yang
baru dilahirkan, hingga mengakibatkan anaknya meninggal.
51
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
Dialog dalam Novel Amina ini tidak semuanya diteliti. Dari
keseluruhan dialog ini yang dijadikan objek penelitian adalah dialog yang
dianggap memuat tema awal penelitian yang dimaksud, yaitu representasi
konstruksi gender dalam novel yang menyangkut tentang relasi antara laki-laki
dan perempuan yang berdampak pada ketidakadilan gender, serta
kecenderungan pemikiran kaitannya dengan relasi gender antara laki-laki dan
perempuan.
Sehingga hanya beberapa dialog yang mewakili penggambaran
konstruksi gender antara laki-laki dan perempuan saja yang akan penulis
paparkan dan coba jelaskan. dialog tersebut harus memiliki signifikasi
terhadap pertanyaan dan tujuan penelitian. Dan akar masalah yang akan di
teliti pada skripsi ini mengacu pada rumusan masalah yang telah disebutkan
pada BAB I, yaitu sebagai berikut:
A. KONSTRUKSI GENDER DALAM NOVEL AMINA
Menurut teori konstruksi sosial bahwa masyarakat merupakan
produk manusia dan manusia merupakan produk masyarakatnya.1
Masyarakat yang diantaranya yaitu laki-laki dan perempuan menyandang
atribut gender yang melahirkan perbedaan sifat yang dilekatkan kepada
mereka. perbedaan sifat tersebut terbentuk melalui proses sosialisasi,
1Mufidah Ch, Bingkai Sosial Gender, (Malang:Uin-Maliki Press 2010), hlm .72.
52
dipraktikan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehingga membentuk
realitas sosial. Perbedaan sifat tersebut menyebabkan perempuan
tersubordinat, karena sebagian besar sifat yang dilekatkan kepada mereka
berdampak pada penomor-duaan perempuan dibandingkan laki-laki. Hal
ini menyebabkan hubungan yang terjalin antara perempuan dan laki-laki
menjadi timpang, sehingga menyebabkan perempuan termarjinal,
mengalami kekerasan, tersubordinasi, stereotipe dan beban kerja yang
terlampau berat.
Perbedaan gender melahirkan ketidakadilan gender yang berimbas
pada posisi yang disandang oleh kaum perempuan. perbedaan gender
yang berdasar pada anggapan dan penilaian oleh konstruksi sosial pada
akhirnya menimbulkan sifat atau stereotip yang terkukuhkan sebagai
kodrat kultural, dan dalam proses yang panjang telah mengakibatkan
ketidakadilan bagi kaum perempuan. ketidakadilan terhadap perempuan
tersebut dapat terbagi dalam enam bagian. Pertama, perbedaan dan
pembagian gender termanifestasikan dalam bentuk subordinasi kaum
perempuan dihadapi laki-laki, terutama soal proses pengambilan
keputusan. Kedua, perbedaan dan pembagian gender melahirkan proses
marginalisasi perempuan secara ekonomis dan kultur, birokrasi, maupun
program-program pembangunan. Ketiga, perbedaan dan pembagian gender
membentuk stereotip terhadap kaum perempuan. Stereotip merupakan
suatu bentuk penindasan idieologi dan kultural, yakni pemberian label
yang memojokan kaum kaum perempuan sehingga berimbas pada posisi
dan kondisi perempuan. keempat, perbedaan dan pembagian gender
53
membuat kaum perempuan bekerja lebih keras hal pengurusan lingkup
domestik, terlebih lagi jika perempuan turut bekerja di luar rumah yang
menyebabkan mereka menerima beban ganda (mengurus rumah tangga
dan bekerja). Kelima perbedaan dan pembagian gender mengakibatkan
timbulnya kekerasan dan penyiksaan terhadap perempuan, baik secara
fisik maupun mental.
Berkaitan dengan ketidakadilan terhadap perempuan yang
diakibatkan oleh perbedaan dan pembagian gender, analisis pada bagian
ini akan menyoroti masalah-masalah yang dikategorikan sebagai
manifestasi ketidakadilan gender dalam Novel Amina yaitu sebagai
berikut:
1. Stereotip
Setereotip gender yaitu pelabelan terhadap jenis kelamin laki-
laki atau perempuan yang selalu berkonotasi negatif sehingga
menimbulkan masalah. Misalnya, perempuan selalu dinilai lemah,
penakut, cerewet, emosional, kurang bisa bertanggung jawab, dan
sebagainya, sementara laki-laki dipandang kuat, keras, kasar, rasional,
egois, dan pencemburu. Pelabelan atau penandaan jenis kelamin
tertentu dapat menimbulkan kesan negatif dan merugikan keduanya.
Dalam Novel Amina Setereotip tergambarkan sebagai berikut:
54
a. Perempuan Bergosip.
Di tengah obrolan yang di lakukan Amina dan Fatima terkait
kondisi perempuan, tiba-tiba datang Haji Haruna menyela obrolan
merekan dan menganggap bahwa obrolan yang mereka lakukan
tidak lebih dari gosip semata sehingga terjadi debat yang cukup
tegang antara Fatima dan Haji Haruna.
“...Terdengar suara sedikit berisik, diikuti langkah kaki menaikitangga, ketukan halus menyusul kemudian. Haji haruna masukdengan senyum lebar. “bisa kulihat kalian bergosip sepanjang hari,” katanya setelah menjawab salam kedua gadis itu”.2
Stereotip yang terkandung dalam kutipan diatas secara jelas
terlihat pada kalimat “bisa kulihat kalian bergosip sepanjang
hari”, Kalimat tersebut diucapkan haji ketika melihat dan
mendengar Amina dan Fatima mengobrol. Tanpa
mempertimbangkan isi dari apa yang Amina dan Fatima obrolkan
Haji Haruna tanpa ragu mengatakan bahwa obrolan yang mereka
lakukan hanya sebatas gosip belaka.
Stereotip tersebut terjadi karena adanya anggapan bahwa
perempuan cenderung bergosip. Sehingga ketika perempuan
melakukan obrolan dengan sesamanya selalu dicirikan bahwa
mereka sedang bergosip. Hal tersebut tentunya akan menghilngkan
nilai dari obrolan perempuan dan tentunya sangat merugikan
perempuan karna tidak selamanya obrolan perempuan mengandung
2Muhammed Umar, Amina (Yogyakarta :INSISPress 2006), hlm. 28.
55
gosip, bahkan perempuan juga melakukan obrolan untuk
membahas sesuatu yang penting dan memiliki nilai.
Dari waktu ke waktu anggapan perempuan sebagai tukang
gosip akan terus tersosialisasikan kedalam masyarakat, melekat
pada sifat perempuan dan tertancap secara mantap dalam diri dan
citra perempuan menjadi identitas gender kaum perempuan.
b. Perempuan Tidak Bisa Dipercaya
Abdullahi adalah anak laki-laki yang sangat dekat dengan
Fatima, kedekatannya terjalin karna rasa nyaman serta rasa
gembira ketika Amina mengajaknya bermain, tetapi baru-baru ini
abdullahi merasa kebingungan akan apa yang dikatakan ayahnya
mengenai perempuan, yaitu terkait sifat buruk perempuan yang
tidak sesuai dengan apa yang Abdullahi lihat dan rasakan.
“...Mengapa ayahku berkata aku tidak boleh mempercayaiperempuan ? benarkah perempuan, anjing, dan keledai yang merusadoa? Mengapa perempuan tidak diizinjan berdoa bersama laki-lakidi masjid? Mengapa adik-adik perempuanku tidak dikirimkesekolah Arab dan sekolah Islam?”.3
Karakter dan kepribadian seorang anak akan tumbuh
berdasarkan apa yang dia pelajari. Dalam kutipan diatas seorang
anak laki-laki diajarkan untuk tidak mempercayai perempuan dan
memandang negatif prilaku perempuan. Ajaran yang mengandung
stereotip gender tersebut berkonotasi negatif terhadap citra
3Ibid., hlm. 79.
56
perempuan, dan memunculkan pandangan negatif lainya yang
semakin merendahkan jati diri perempuan.
Stereotip tersebut terjadi akibat ketidaksadaran gender, jika
dibiarkan anggapan negatif terhadap perempuan tersebut akan
tertanam terhadap pemahaman anak tersebut, sehingga akan
berdampak pada cara pandang sang anak terhadap adik perempuan
dan perempuan secara keseluruhan.
Dalam dua teks diatas perempuan di gambarkan dengan
sikap yang dicitrakan sebagai tukang gosip, perempuan tidak
dipercaya, perempuan keledai yang merusak dosa. Perempuan
dimunculkan dengan deretan anggapan dengan nilai yang buruk
dan merendahkan. Padangan yang dibangun oleh kekuasaan
patriarki yang berupa stereotip gender diatas tersosialisasi dan
menancap dalam pikiran masyarakat sebagai suatu identitas
gender.
2. Subordinasi
Subordinasi adalah penempatan salah satu jenis kelamin lebih
unggul dari jenis kelamin lainya dari aspek status, peran dan relasi
yang tidak setara. Pandangan subordinasi ini didasarkan pada stereotip
gender yang dapat menghambat akses, partisipasi, dan kontrol,
terutama yang berhubungan dengan peran pengambil keputusan dan
57
pemanfaatan sumber daya. Dalam novel Amina subordinasi
tergambarkan sebagai berikut:
a. Laki-laki Ditakdirkan Untuk Mengatur
Fatima dengan tegas tidak terima atas ucapan haji yang
menganggap obrolan perempuan adalah gosip semata, hingga
terjadi perdebatan yang cukup tegang sapai mencangkup aspek
status , peran dan relasi antara laki-laki dan perempuan, lagi-lagi
Haji Haruna dengan sombongnya menganggap dirinya sebagai
laki-laki memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
perempuan.
“...Maksud Amina, kondisi perempuan.bagaimana merekadiekploitasi dan didominasi laki-laki dalam masyarakat,”Fatimamenguraikan.4
...Memangnya kenapa? Laki-laki dilahirkan untuk mengatur. Tidakada yang bisa dilakukan untuk mengubah apa yang sudahditakdirkan Allah”.5
Subordinasi yang terkandung dalam teks diatas terlihat pada
sikap mengakui bahwa laki-laki memiliki kewenangan untuk
mengatur perempuan secara utuh dan menganggap itu adalah suatu
ketetapan yang sudah ditakdirkan Allah.
Hal tersebut mengakibatkan adanya kesewenang-wenangan
yang mengakibatkan terjadi eksploitasi, serta sikap menguasai
4Ibid., hlm. 79.5Ibid., hlm. 28.
58
terhadap perempuan, pada posisi ini perempuan seperti
terperangkap terhadap kuasa laki-laki.
Subordinasi dalam hal ini terjadi karena adanya stereotip
yang berupa anggapan bahwa laki-laki ditakdirkan untuk mengatur,
terlebih lagi di perkukuh dengan penafsiran agama yang salah.
Sehingga muncul pemahaman bahwa laki-laki memegang kontrol
atas perempuan.
b. Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan.
Sebagai kaum perempuan terpelajar, Fatima memiliki
keyakinan bahwa kondisi perempuan bisa diperbaiki menjadi lebih
baik lagi. Bertepatan dirumah Amina, Fatima bersama enam teman
perempuanya melakukan pertemuan untuk mendiskusikan kondisi
perempuan di nigeria yang menurut mereka kondisinya begitu
memprihatinkan.
“...Seperti yang diketahui, seorang gadis dalam masyarakattradisional disebagian Nigeria di domestikifikasi sejak lahir dandipandang sebagai beban,dipersiapkan untuk hanya berperansebagai istri dan ibu. Dibesarkan untuk memandang saudara laki-laki lebih baik dari dirinya, memandang suami sebagai majikanya,dan laki-laki pada umumnya sebagai manusia yang lebih unggul”.6
Dalam kutipan diatas menunjukan bahwa perempuan
dipersiapkan hanya sebagai istri dan ibu saja, secara tidak langsung
perempuan sengaja dirancang untuk hanya bergerak pada posisi
6Ibid. ,hlm. 35.
59
domestik saja, perempuan tidak diberikan kebesan untuk
memutuskan peran apa saja yang mereka inginkan. Dalam
keluargapun perempuan dibesarkan untuk memandang saudara
laki-laki lebih baik dari dirinya, akibatnya kepentingan saudara
laki-lakinya lebih diprioritaskan dibanding kepentingan
perempuan.
c. Suami Sebagai Pemegang Kontrol dan Pemegang Keputusan.
Sebagaimana istri muda, Amina mulai merasakan
kehawatiran akan menjadi tidak aktif dan rasa bosan
mengganggunya, bagaimanapun dia tidak bisa mengeluh karna
inilah kehidupan banyak perempuan di Nigeria dalam
masyarakatnya, yang sejak lahir memang dirancang untuk aktif di
wilayah domestik saja.
“...Tugas utama perempuan adalah tinggal dirumah, merawatsuami dan keluarga. Suaminya, Si pemilik rumah, mengontrol danmemutuskan apa yang akan dikerjakan dan kapan”.7
Hubungan yang dijalin oleh suatu pasangan disahkan dalam
bentuk tinggal bersama dalam satu rumah dan menghasilkan
berbagai peran yang disandangkan kepada masing-masing pihak.
Laki-laki sebagai pemilik rumah memiliki kuasa untuk menguasai
perempuan seutuhnya. Kuasa yang dipegang laki-laki memegang
kontrol terhadap apa yang harus perempuan lakukan. Dalam hal ini
7Ibid., hlm. 37.
60
Perempuan harus patuh dan tunduk terhadap keputusan yang di
berikan laki-laki.
d. Perempuan Sebagai Obyek Kesenangan.
Serupa dengan pemaparan diatas, dalam dialog ini gambaran
budaya patriarki secara terus menerus meminggirkan perempuan
dari arena publik dan hanya bergerak pada wilayah domestik saja.
“...Pada banyak kebudayaan Afrika, perempuan adalah objekkesenangan dan tenaga kerja domestik,komoditi untuk dijual,mesin pembuat bayi. Kebanyakan perempuan afrika adalah budakdi siang hari dan ratu di malam hari”.8
Subordinasi juga diperkukuh oleh budaya dimana perempuan
diposisikan sebagai objek semata. Hal itu tercermin dimana
perempuan diposisikan sebagai objek untuk memuaskan
kesenangan laki-laki, perempuan di rancang sebagai alat untuk
membuat membuat bayi, bahkan perempuan dijadikan komoditi
untuk di jual .
Dari beberapa dialog diatas konstruksi budaya
menempatkan lelaki sebagai seorang yang bertanggung jawab atas
perempuan. tanggung jawab ini kemudian ditafsirkan sebagai hak
mengatur dan menentukan peran perempuan sesuai kehendak laki-
laki.
8Ibid., hlm. 35.
61
3. Marginalisasi
Marginalisasi merupakan proses peminggiran secara sistemik,
baik sengaja ataupun tidak, terhadap jenis kelamin tertentu dari
mendapatkan akses dan manfaat dalam kehidupan akibat adanya
stereotip dan subordinasi sehingga yang mengalami marginalisasi ini
biasanya tidak dapat menjadi penikmat hasil pembangunan kendatipun
mereka telah banyak berkontribusi dalam pembangunan. Sebagai
dampaknya, salah satu jenis kelamin tertentu tertinggal dari jenis
kelamin lainnya. Dalam Novel Amina marginalisasi tergambarkan
sebagai berikut :
a. Kebijakan yang Bias Terhadap Kepentingan Perempuan.
Beberapa minggu berlalu, Amina mendapat kunjungan dari
Mairo istri kedua dari sorang guru Al-Quran dan bahasa Arab,
Mairo yang terkenal sebagai “Radio Bakaro” membawa informasi
mengenai seorang ibu muda yang menderita penyakit kelamin
akibat melahirkan terlalu muda yang terlantar dan tidak
mendapatkan perhatian dari pemerintah.
“...Aku tidak memaksa mereka menikah diusia yang masih muda.Aku bukan dokter dan aku tidak cukup kaya untuk merawatmereka. Kusankan kau menghadap emir kota ini atau gubernur,atau orang lain yang berpengaruh.”“Mario tidak menyerah.” mereka semua laki-laki dan tidak akanmenerti betapa seriusnya penyakit itu”.9
9Ibid., hlm. 16.
62
Penyakit Larai yang disebabkan karna melahirkan terlalu
muda, adalah penyakit yang cukup serius. Keterbatasan ekonomi
membuat Larai tidak mampu melakukan pengobatan secara
mandiri. Larai hanya bisa pasrah serta mengharapkan bantuan dari
pemerintah yang dirasa tidak mungkin dia dapatkan.
Kondisi yang dialami larai terjadi karena kebijakan
pemerintah yang tidak mau mengerti dan peduli pada kondisi
perempuan. Pemerintah yang saat itu di pegang dan dikuasai kaum
laki-laki hanya membuat kebijakan demi kepentingan laki-laki
saja. Ditambah lagi kebijakan dalam keluarga yang diputuskan
ayahnya, yang memaksa Larai menikah di usia yang sangat masih
muda tanpa mempertimbangkan perasaan dan kehidupan larai
kedepannya.
b. Hukum yang Buta Terhadap Hak-hak Perempuan.
Informasi yang diceritakan Mairo mengenai Larai begitu
menyentuh, kebanyakan dari mereka melewati sisa hidup dalam
kemiskinan dan penolakan, tapi tentunya itu hanya sebagian dari
banyak hal yang harus diketahui.
“...Kekerasan terjadi setiap hari, tapi yang harus kita ingat adalahentah pembunuh itu bebas atau ditahan, pada akhirnya dia akandibebaskan juga oleh pengadilan. Hukum benar-benar butaterhadap hak-hak perempuan”.10
10Ibid, hlm. 94.
63
Laki-laki sebagai pelaku pelanggaran mendapatkan hukuman
yang tidak setimpal atas apa yang dia perbuat. Hukum yang dibuat
dirasa tidak sepenuhnya memberikan perlindungan terhadap
perempuan sebagai korban.
Hukum yang tidak memberikan efek jera terhadap pelaku
tidak akan menghapus kejahatan yang telah terjadi. Sebaliknya
pelaku tidak akan kapok untuk melakukan hal yang serupa, karena
dirasa hukuman yang diberikan tidak begitu menjadi ancaman bagi
pelaku.
Hal itu terjadi karena hukum yang dibuat dan ditegakkan oleh
kaum laki-laki dirancang untuk kepentingan laki-laki saja tanpa
mempertimbangkan kepentingan perempuan.
c. Pendidikan Untuk Perempuan Dianggap Tidak Penting.
Dalam kesendirian, pikiran amina melayang pada ibu dan
kedua kakak perempuannya. Amina teringat perjuangan ibunya
dalam membujuk ayahnya untuk mengijinkan Amina sekolah .
“...Amina adalah anak pertama dalam keluarganya yang masuk sd.Dua orang kakanya hanya diijinkan menikah, tetapi ibunya Aminaberbicara banyak dan membujuk ayahnya untuk mengijinkanamina bersekolah”.11
Sebagai seorang perempuan kedua kakak Amina hanya
diizinkan menikah oleh ayahnya. Kakak perempuan Amina tidak
11Ibid., hlm. 79.
64
diizinkan untuk mendapatkan pendidikan di sekolah hanya
dikarenakan kedua kakak Amina seorang perempuan.
Kedua kakak amina harus menerima keputusan ayahnya
sebagai pemegang kekuasaan di rumahnya. mereka harus tunduk
dan patuh terhadap apa yang diputuskan sang ayah. Kemudian
setelah mereka dinikahkan mereka-pun harus tunduk dan patuh
kepada suaminya.
Hal itu terjadi karna ayahnya sebagai sorang laki-laki
memiliki kewenangan sebagai pemegang keputusan keluarga.
Keptusan yang diberikan ayahnya berasal dari anggapan bahwa
pendidikan untuk perempuan tidaklah penting, karena pada
akhirnya setelah menikah seorang perempuan akan bergantung
pada suaminya.
d. Perempuan Terlantar.
Seperti biasanya kunjungan Mairo membawa kabar baru
mengenai suatu pertengkaran pasangan suami istri yang
mengakibatkan seorang istri terpaksa tidur di pasar dikarenakan
tidak mempunya uang untuk pulang ke desanya.
“...Seorang perempuan bertengkar dengan suaminya hari ini. Laki-laki itu sudah tiga kali berkata bahwa pernikahan mereka telahberakhir. Si istri bukan orang asli sini, dia tak punya tempattinggal. Jadi dia akan tidur dipasar karena tak punya uang untukpulang kedesanya”.12
12Ibid., hlm. 105.
65
Perceraian dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya
bukan hal yang diharapkan semua pasangan, marginalisasi dalam
teks diatas terlihat ketika seorang suami yang memutuskan
pernikahannya telah berakhir, istrinya terpaksa tidur di pasar karna
dia tidak mempunyai uang untuk pulang ke desanya.
Peran tradisional yang di sandangkan kepada perempuan
membuat perempuan hanya bergerak di wilayah domestik saja.
Sehingga gerak lingkup perempuan hanya berkutat di dalam rumah
saja, akhirnya perempuan memiliki ketergantungan ekonomi
terhadap suaminya. Dalam kondisi ini ketika perceraian terjadi
karna perempuan hanya bergerak di wilayah domestik saja,
perempuan akan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi.
4. Beban Kerja Ganda
Beban kerja berlipat dapat berupa pemaksaan atau pengabaian
salah satu jenis kelamin untuk menanggung beban aktivitas berlebihan.
Hal ini disebabkan pembakuan peran secara dikotomis produktif-
reproduktif untuk laki-laki dan perempuan sehingga berdampak pada
pola pembagian kerja yang tidak fleksibel. Pola kerja dikotomis dapat
memicu ketidakadilan salah satu jenis kelamin akibat beban kerja yang
berlipat. Dalam Novel Amina beban kerja ganda tergambarkan sebagai
berikut :
66
Perempuan Kelelahan Akibat Beban kerja Ganda.
Di malam yang sunyi, para perempuan duduk mengelilingi
api unggun. Mereka bersenda gurau, dan saling berbagi
pengalaman terkait apa yang telah mereka alami.
“...Seorang perempuan yang langsing dan cantik dengan matabersinar dan hidung mancung sekarang maju.” Aku juga petani.Aku tinggal dan bekerja bersama suamiku di ladang pertanian. Dirumah aku memasak dan mencuci bajunya. Aku melakukannyaselama lebih dari sepuluh tahun. Aku sangat lemah dan lelah. Diaberselingkuh dan sekarangpun masih begitu. Setiap kali hasilpertanian dipanen, dia menjual semuanya dan tak memberi apa-apapadaku”.13
Dari kutipan diatas nampak seorang perempuan yang harus
bekerja bersama suaminya di ladang dan menyelesaikan pekerjaan
rumah di waktu yang lain. hal ini menujukan adanya beban kerja
yang berlipat terhadap perempuan.
Di kalangan keluarga miskin, perempuan selain memiliki
peran menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, mereka juga memiliki
peran untuk membantu suaminya bekerja. Anggapan bahwa
perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, membuat tugas
pekerjaan rumah menjadi tugas perempuan. Akibatnya perempuan
menerima beban lebih besar dari laki-laki, sehingga beban yang
timbul pun terlihat lebih berat dan sangat melelakan bagi
perempuan.
13Ibid., hlm. 303.
67
5. Kekerasan
Kekerasan berbasis gender yaitu kekerasan yang dilakukan oleh
jenis kelamin berbeda yang disebabkan oleh pandangan bias yang
menempatkan salah satu jenis kelamin lebih superior dan yang lain
dianggap inferior. Relasi gender antara keduanya, menjadikan pihak
yang merasa kuat berpotensi menindas pada yang lemah. Umumnya
kekerasan berbasis gender lebih banyak dialami perempuan daripada
laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada persepsi dominan bahwa
perempuan dicitrakan sebagai makhluk lemah yang dianggap wajar
mendapatkan perlakuan demikian. Dalam Novel Amina kekerasan
tergambarkan sebagai berikut :
a. Gadis-gadis yang Kandung Kemihnya Rusak Karna
Melahirkan Terlalu Muda.
Larai terlihat senang ketika mendapatkan kunjungan dari
Amina dan teman-temanya. Sambil tersedu-sedu larai
menceritakan kembali kondisinya yang menyedihkan.
“...berapa usiamu?” tanya amina dengan suara gemetar.“saya tak tahu, saya rasa lima belas.”“apa yang terjadi setelah oprasi?”“saya tinggal di bangsal rumah sakit bersama gadis-gadis lainyang kandung kemihnya juga rusak”.14
Sikap dominasi laki-laki ditunjukkan ketika dia menikahi
seorang wanita yang usianya masih dibawah umur. Dengan
14Ibid., hlm. 89.
68
seenaknya dia memutuskan untuk menikahi perempuan tanpa
memperdulikan kondisi perempuan saat dia nikahi. Karena
perempuan masih dibawah umur secara fisik perempuan tersebut
belum ideal untuk mengandung, akibatnya ketika dia melahirkan
perempuan mengalami kerusakan pada kandung kemih karena
melahirkan terlalu dini.
b. Istri yang Diterlantarkan Suaiminya.
Semakin banyak yang Amina ketahui tentang kondisi
memprihatinkan Larai, terlebih juga mengetahui prilaku suami
larai yang bisa dibilang tidak peduli dan menelantarkan Larai,
membuat Amina semakin merasa kasihan atas kondisi
memprihatinkan yang dialami Larai.
“....Bagaiman suamimu memperlakukanmu sekarang?”“Kadang-kadang dia memberi saya makan, tapi itu tergantungsuasana hatinya. Dia tinggal bersama istri barunya. Dai bilang sayabau dan kotor”.15
Sikap dominasi laki-laki juga melahirkan kesewenang-
wenangan terhadap perempuan, Larai yang saat itu menderita sakit
pada bagian kandung kemihnya seharusnya mendapatkan
perawatan yang layak, serta perhatian yang lebih dari suaminya.
Tapi hal itu sama sekali tidak didapatkan oleh Larai, suami Larai
hanya memberi makan kadang-kadang saja. Lebih dari itu Larai di
perlakukan layaknya barang yang sudah tidak layak lagi, suaminya
15Ibid., hlm. 100.
69
meninggalkan larai karna menganggap dia bau dan kotor dan
Suami Larai begitu saja menikahi perempuan lain ketika Larai
dirumah sakit, tanpa memperdulikan betapa terpuruknya kondisi
larai saat itu.
c. Suami Memukuli Istrinya.
Kasus menyedihkan lainya terjadi pada seorang istri tukang
kayu, pertengkaran terjadi disebabkan isterinya meminta uang
kepada suaminya untuk belanja kebutuhan makanan, suaminya
memberi dua puluh naira, istrinya bialng uang itu kurang karna
harga melambung tinggi, kemudian terjadilah percekcokan hingga
melayangnya nyawa isterinya.
“...Karena marah, sang suami memukul kepala istrinya denganperalatan tukangnya. Sang istri meninggal di hari ini di rumahnya.”“...Suami saya memukul saya dengan benda apapun yang bisadipegangnya, didepan anak perempuan saya. Begitu juga nasib ibusaya dulu. Ibu dan anak hidup dalam ketakutan. Tangisnya makinkeras”.16
Laki sebagai pemberi nafkah memunculkan adanya
pandangan laki-laki lebih superior dari pada perempuan. Sebagai
seorang yang superior laki-laki seolah-olah bertindak sebagai
penguasa atas siapa saja yang berada di rumahnya. kekerasan fisik
yang dialami perempuan dalam kutipan diatas adalah akibat dari
kesewenang-wenagan dari adanya dominasi yang laki-laki lakukan
16Ibid., hlm. 129.
70
B. KECENDERUNGAN POLA PEMIKIRAN GENDER DALAM
ISLAM PADA NOVEL AMINA
Al-Quran sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya
mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama.
Keduanya diciptakan dari satu Nafs (living entity), di mana yang satu tidak
memiliki keunggulan terhadap yang lain. 17 Akan tetapi masih saja terdapat
pemikiran yang telah menjadi tradisi dan tafsir keagamaan yang meletakan
posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Namun demikian pada
kenyataannya kecenderungan androsentrisme dari budaya partiarkhi
banyak berpengaruh pada pemahaman umat Islam pada teks dan agama.
Sehingga pada akhirnya hal tersebut menimbulkan suatu permasalahan
yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Karena pola relasi yang tidak
seimbang inilah, perempuan mengalami beberapa diskriminasi, pelecehan
seksual dan kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dengan semakin banyknya
buku-buku ataupun karya sastra dalam bentuk novel yang membahas
mengenai ketidakadilan gender. Seperti halnya ketimpangan yang terdapat
dalam Novel Amina, tentunya dapat kita ketahui dengan cara melihat dari
bagaimana kecenderungan pola pemikiran yang digunakan dalam
memahami teks Al-Quran adalah sebagai berikut :
17Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : PustakaPelajar : 2010), hlm. 129.
71
1. Poligami
Pada saat pesta perayaan terpilihnya Haji Haruna sebagai anggota
legislatif, dalam sambutannya Haji Haruna mengutarakan prinsipnya
atas kesuksesan yang diraihnya sebagai landasan untuk menikahi istri
barunya.
“...seperti yang anda ketahui, Agama Islam mengizinkan seorang laki-laki muslim menikahi empat orang istri. Amina adalah istri keempatsaya. Prinsip saya adalah : sukses baru , istri baru”.18
Dalam ajaran Islam poligami di atur dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
وإن خفتم ألا تقسطوا في ٱلیتمى فٱنكحوا ما طاب لكم من ٱلنساء مثنى وثلث وربع فإن خفتم ألا تعدلوا فوحدة أو ما ملكت أیمنكم ذلك أدنى ألا
٣تعولوا
Artinya:” Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamumengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yangkamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamutakut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yangdemikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuataniaya”.19
Dalam Ayat di atas menegaskan bahwa seorang laki-laki
boleh menikahi lebih dari satu perempuan. Kendati demikian yang
perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penekanan dalam aspek
keadilan, yang merupakan syarat mutlak dalam berpoligami .
Dalam kutipan Novel diatas dijelaskan bahwa Haji Haruna
menikahi Amina sebagai istri keempat atas dasar kesuksesan yang
18Ibid., hlm. 5.19 Al- Qur’an, 4:3. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-
Qur’an, 2002).
72
baru diraihnya. Kesuksesan yang diraihnya yaitu berupa terpilihnya
sebagai anggota legislatif, Haji Haruna memiliki prinsip sukses baru
istri baru.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
konsep gender terkait dengan poligami yang terdapat pada teks dalam
Novel Amina masuk dalam kategori literalis, yaitu Memiliki lebih
dari satu istri adalah wajar, karena pada dasarnya laki-laki bersifat
poligami dan wanita bersifat monogami
2. Perempuan Tidak Memiliki Kesempatan Untuk Mementukan
Peran.
Atas apa yang Amina lakukan untuk memperjuangkan kaumnya,
kaum laki-menganggap bahwa Amina adalah ancaman bagi mereka,
sehingga suami Mairo melarang istrinya untuk bertemu dengan Amina.
“...omong kosong! Dia pembuat onar. Bukan tugas manusia untukmengubah rencana tuhan. Itu salah Haji. Seharusnya dia tidakmenikahinya perempuan berpendidikan selalu membuat masalah danberbahaya. Itulah mengapa aku sangat mendukung hukum yangmenentang pendidikan untuk perempuan. Mendidik perempuan hanyamembuang waktu dan uang. Lihat bagaimana Amina menentanghukum Tuhan! Kita harus tunduk pada pada kehendak Allah. Asosiasiperempuan tidak diterima dengan baik oleh pemimpin agama kita”.20
Ajaran Islam menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki potensi yang sama dalam meraih prestasi, yang terdapat pada
Al-Qur’an sebagai berikut:
20Ibid., hlm. 130.
73
فأولئك من ذكر أو أنثى وھو مؤمنٱلصلحتیعمل من ومن١٢٤ا ولا یظلمون نقیرٱلجنةیدخلون
Artinya:“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, makamereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiayawalau sedikitpun”. 21
Ayat di atas telah jelas dalam menerangkan, bahwa laki-laki
maupun perempuan memiliki potensi yang sama dalam sebuah peran.
Sehingga dapat digaris bawahi, bahwa pada hakikatnya baik laki-laki
maupun perempuan dalam ajaran Islam memiliki kesempatan yang
sama untuk menentuan peranya.
Dari kutipan teks dalam Novel Amina diatas di jelaskan bahwa
pendidikan untuk perempuan adalah suatu hal tidak penting dan upaya
kaum perempuan untuk memperbaiki nasibnya lewat asosiasi
perempuan dianggap telah menentang hukum Tuhan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
konsep gender terkait peran perempuan terdapat pada teks dalam
Novel Amina masuk dalam kategori literalis, yaitu sudah menjadi
kodrat perempuan untuk bergerak di wilayah domestik saja.
3. Laki-laki Memiliki Derajat Lebih Tinggi.
Sebagai bentuk protes atas diluncurkanya RUU perempuan oleh
Parlemen, yang mendiskreditkan posisi kaum perempuan amina-pun
21 Al-Qur’an, 4:124.
74
menghadap Parlemen untuk membatalkan RRU tersebut dan juga
memohon untuk tidak disahkan menjadi hukum. Tetapi setibanya
gedung di parlemen Amina direndahkan karna dia hanyalah seorang
perempuan.
“...Laki-laki itu terkejut. “ini benar-benar gila! Tak bisadipercaya!Amina, kau perempuan gila!” dia menggeleng-gelengan kepala sambilmenatap lurus-lurus mata amina. “Seorang perempuan berbicara padalaki-laki, seorang anggota terhormat parlemen, seolah-olah merekasederajat!”.22
Dalam ajaran Islam derajat manusia di atur dalam Al-Qur’an yang
berbunyi:
ا وقبائل وأنثى وجعلنكم شعوبإنا خلقنكم من ذكرٱلناسیأیھا١٣علیم خبیرٱللھأتقىكم إن ٱللھلتعارفوا إن أكرمكم عند
Artinya:“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang palingmulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang palingtaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahuilagi Maha Mengenal”.23
Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah tidak pernah membeda-
bedakan hambanya dari segi apapun, karena tugas manusia diciptakan
Allah ke muka bumi ini untuk beribadah tanpa memandang jenis
kelamin, bukan untuk di beda-bedakan laki-laki sebagai jiwa yang kuat
atau maskulin dan perempuan sebagai jiwa yang feminin.
22Ibid., hlm. 276.23 Al-Qur’an, 49:13.
75
Dalam kutipan novel diatas perempuan dipandang sebagai
makhluk yang lebih rendah derajatnya dibandingkan laki-laki. Protes
yang di ajukan Amina kepada anggota parlemen yaitu seorang laki-laki,
dipandang sebagai sesuatu yang salah, dikarenakan dia hanyalah
seorang perempuan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
konsep gender terkait status laki-laki dan perempuan yang terdapat
pada teks dalam Novel Amina masuk dalam kategori literalis, yaitu
Laki-laki mempunyai status yang lebih tinggi dibanding perempuan.
4. Istri Harus Tunduk Kepada Suaminya.
Kekecewaan yang Amina dapatkan di gedung parlemen tidak
membuat Amina bergeming dan menyerah. Lalu Amina-pun menemui
Istana Emir, tetapi hasinya tetap sama, permohonan Amina
mendapatkan penolakan dan amina-pun disarankan untuk pulang
kembali kepada suaminya.
“...Tolong, kembalilah kerumah anda dan hidup denagan tenang.Suami anda anda adalah tuan dalam rumah. Menghormati suami andaadalah menghormati Tuhan”. Bukan tugas manusia untuk mengubahrencana Tuhan.”Para penguasa mengatakan itu adalah hukum syariat. Itu tidak benar.Kami telah membaca kitab suci dan tidak menemukan satu kasuspundimana perempuan diperlakukan secara barbar”.24
Dalam ajaran Islam derajat manusia di atur dalam Al-Qur’an yang
berbunyi:
24Ibid., hlm. 277.
76
من ٱنفضوالٱلقلبلنت لھم ولو كنت فظا غلیظ ٱللھمن رحمةفبمافإذا عزمت ٱلأمرلھم وشاورھم في ٱستغفرعنھم وٱعفحولك ف
١٥٩لین ٱلمتوكیحب ٱللھإن ٱللھفتوكل على
Artinya:”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlakulemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikapkeras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diridari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlahdengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamutelah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangbertawakkal kepada-Nya”.25
Ayat-ayat di atas tersebut menegaskan bahwa Islam agama
yang memiliki aspek jiwa halus, serta rahmat bagi seluruh alam.
Kedua batasan itu mencakup rasa kasih atau memberikan kebaikan
terhadap siapa saja, tanpa mengenal jenis kelamin, suku, bahasa
maupun agama.26
Ajaran tentang kasih sayang, belas kasih dan keadilan, yang
merupakan inti ajaran Islam, karena Allah mempunyai sifat Rahman
dan Rahim. Islam juga mengajarkan bagaimana perempuan
diperlakukan dengan baik dan hal ini sering dilupakan saat ini. Yang
lebih ironis, ayat-ayat Al-Qur’an tertentu telah disalah tafsirkan untuk
membenarkan kontrol laki-laki terhadap perempuan.
Dalam teks dalam novel diatas perempuan tidak diberi
kesempatan berdiskusi menyampaikan aspirasinya untuk membuat
25 Al-Qur’an, 3:159.26Noordjannah Djohantini dkk, Memecah Kebisuan, Agama Mendengar Suara
Perempuan Korban Kekerasan Demi Keadilan, (Jakarta: Open Society Institute, 2007), hlm. 16.
77
kesepakatan, mereka dituntut untuk tunduk dan patuh kepada suami
mereka.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
konsep gender terkait Membuat keputusan antara laki-laki dan
perempuan yang terdapat pada teks dalam Novel Amina masuk dalam
kategori literalis, yaitu hanya suami atau ayah yang berhak menentukan
keputusan.