bab ii - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41110/3/bab 2.pdf · yang ditentukan dalam kitab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan umum kepailitan
Kepailitan secara etimologi berasal dari kata pailit. Istilah pailit berasal
dari kata Belanda yaitu failliet yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata
benda dan sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu
faillite yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran.
Sedangkan dalam bahasa6Indonesia pailit diartikan bangkrut.Pailit adalah
suatu keadaan dimana seorang debitor tidak membayar utang-utangnya yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Menurut R. Subekti dan R.
Tjitrosudibio, 7 pailit adalah keadaan seorang debitor apabila ia telah
menghentikan pembayaran utang-utangnya. Suatu keadaan yang menghendaki
campur tangan Majelis Hakim guna menjamin kepentingan bersama dari para
kreditornya.8
Martias gelar Iman Radjo Mulano mengemukakan pailit sebagaimana
yang ditentukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Pdt) yaitu
seluruh harta dari kekayaan debitor menjadi jaminan untuk seluruh utang-
utangnya. Pailit merupakan penyitaan umum atas seluruh kekayaan debitor
6Zaeny Asyhadie. 2005. Hukum Bisnis Proses dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.Hal. 225.
7R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. 1973. Kamus Hukum. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hal. 225.
8Victor Situmorang & Soekarso. 1994. Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia. Jakarta Rineka Cipta. Hal. 18.
11
untukkepentingan kreditor secara bersama-sama.Siti Soemarti Hartono
mengartikan dengan lebih sederhana yaitu pailit berarti mogok melakukan
pembayaran.9
Kartono mengartikan kepailitan sebagai suatu sitaan umum dan
eksekusi atasseluruh kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya.
Sedangkan pengertian kepailitan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU), adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor
Pailit yang pengurusan dan/atau pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas.10
Berdasarkan definisi atau pengertian yang diberikan para sarjana
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepailitan merupakan suatu
keadaan dimana seorang debitor berhenti membayar utang-utangnya kepada
kreditor.Debitor itu dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga atas
permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor itu sendiri atau
kreditor.11
Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut,
pengadilan niaga dapat menunjuk Kurator untuk melakukan pengurusan dan/atau
pemberesan terhadap harta debitor pailit. Kurator kemudian membagikan
9Martias gelar Iman Radjo Mulano.Pembahasan Hukum. http://hukuonline.com, diakses 20
Oktober 2017 10 Siti Soemarti Hartono. 1981. Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan
Pembayaran.Yogyakarta. Seksi Hukum Dagang FH UGM. Hal 79 11Kartono, 1974, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran.Jakarta.Pradnya Paramita. Hal 20
12
harta debitor pailit kepada para kreditor sesuai dengan piutangnya masing-
masing. Istilah pailit berbeda dengan istilah penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU). PKPU adalah suatu keadaan dimana seorang
debitor tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih.
Pengertian Kepailitan menurut Pasal 1 ayat 1 undang-undang Kepailitan
2004 sebagai berikut:
”Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawa pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.”
Agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai
pengertian kepailitan, ada baiknya peneliti mengemukakan beberapa kutipan
pengertian kepailitan yang diberikan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut12 :
a) Memorie Van Toelichting :
”Kepailitan adalah suatu pensitaan berdasarkan hukum atas seluruh harta
kekayaan siberutang guna kepentingannya bersama para yang
mengutangkan”.
b) Fred B.G. Tumbuan
”Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitor
untuk kepentingan semua Kreditornya”.
12Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja.2002. Kepailitan. Jakarta .PT.Raja Grafindo Persada.
Hal.16
13
c) Kartono
”Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan si
debitor (orang yang berutang) untuk kepentingan semua Kreditor-
Kreditornya (orang yang berpiutang) besama-sama, yang pada waktu si
debitor dinyatakan pailit mempunyai piutang dan untuk jumlah piutang
yang masing-masing Kreditor miliki pada saat itu.
d) HM.N Purwosujipto :
”Kepailitan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
peristiwa pailit, pailit itu sendiri adalah keadaan berhenti membayar
utang-utangnyadan dalam kepailitan ini terkandung sifat adanya
penyitaan umum atas seluruh harta kekayaan debitor untuk kepentingan
semua Kreditor yang bersangkutan, yang dijalankan dengan pengawasan
pemerintah.
Dalam kepailitan sangat rentan kaitan nya dengan kondisi/keadaan
berhenti membayar, dibawah ini merupakan uraian mengenai kondisi tersebut:
1. Pengertian berhenti membayar
Pengertian keadaan “berhenti membayar” tidak dijumpai
perumusannya secara jelas baik di dalam Undang-undang, yurisprudensi
maupun pendapat para sarjana. Berikut ini diuraikan pengertian“berhenti
membayar” menurut peraturan dalam hukum kepailitan.
14
BerlakunyaFaillissmentsverodening(disingkat Fv) di Indonesia pada
tanggal 1 November Tahun 1906 berdasarkan Stb. 1906-348 mencabut
peraturan kepailitan sebelumya yaitu wetboek van koophandel(WvK) Buku
III dan Reglement op de Rechtsverordering (Rv) Buku III bab VII.
Timbulnya keadaan insolvency debitur menurut Faillissmentsverodening
adalah karena debitur berhenti membayar. Namun ukuran atau standar
dalam keadaan berhenti membayar tersebut masih bervariasi dikarenakan
tidak ditemukannya batasannya dalam Undang-undang.Dasarinsolvency
menurut Faillissmentsverodening terdapat pada Pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi :
“Setiap yang berutang (debitor) yang ada dalam keadaan berhenti membayar,baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang (kreditor), dengan keputusan hakim dinyatakan dalam keadaan pailit”
Gambaran pailit dalam Faillissmentsverodeningini tidak
dilengkapi dengan defenisi atau apa yang menjadi kriteria dari “berhenti
membayar”. Hal ini dengan sendirinya melahirkan keputusan-keputusan
yang beragam tentang standar terjadinya.Keadaan “berhenti membayar”.
15
Keanekaragaman pengertian tentang berhenti membayar dapat dilihat dari
putusan-putusan pengadilan dibawah ini 13:
a. Putusan Hoge Raad 17 Desember 1920 N.J. 1921 No. 276 berbunyi :
Bahwa keadaan berhenti membayar dapat ada, juga bilamana
kreditkredit yang lain tidak mendesak dibayarnya atau memiliki
eksekusi di luar kepailitan.
b. Putusan Hoge Raad 3 Juni 1920 N.J. 1921 Bahwa membayar tidak
selalu berarti menyerahkan sejumlah uang,membayar berarti
memenuhi suatu perikatan ini dapat diperuntukkan untuk
menyerahkan barang.
c. Putusan Hoge Raad 15 Mei 1925 N.J. 1925 No. 995, Berbunyi :
Keadaan bahwa aktiva boedelkemudian terbukti cukup untuk
membayar semua hutangnya, itu tidak menghalangibahwa debitur
sekarang dalam keadaan berhenti membayar.
d. Putusan Hoge Raad 6 Desember 1946 N.J. 1946 No 233, berbunyi :
Bahwa keadaan berhenti membayar tidak sama dengan keadaan
bahwa kekayaan debitor tidak cukup untuk membayar hutang-
hutangnya yang sudah dapat ditagih, melainkan bahwa debitor tidak
membayar hutang hutang itu.14
13 Victor M Situmorang dan Hendri Soekarso. 1993. Pengantar Hukum Kepailitan di
Indonesia, Jakarta. Rineka Cipta. Hal 40
14HABIBA HANUM : analisis terhadap ketentuan insolvency dalam hukum kepailitan.
2008.Dikutip pada hari Rabu tanggal 3 januari 2018. Hal 39
16
e. Putusan Hoge Raad 10 April 1959 N.J. 1959 No. 232, berbunyi :
Bahwa tidak membayar hutang pemohon yang sudah dapat ditagih
dan disamping itu adanya hutang-hutang yang lain yang terbukti dari
laporan kurator, membuktikan adanya keadaan berhenti membayar.
Berdasarkan keputusan pengadilan diatas dapat disimpulkan
bahwasanya tidak ada pertimbangan oleh hakim bahwa debitor baru
sekali atau dua kali tidak membayar utangnya.Jadi, dengan adanya bukti
sumir terhadap debitor tidak membayar utangnya yang telah jatuh
temponya dapat dijatuhkan pailit. Sedangkan menurut Tirta atmidjaja
bahwa debitor yang baru sekali saja menolak pembayaran maka hal itu
belum lah merupakan suatu keadan berhenti membayar15
Didalam kepailitan mengenal beberapa asas yang digunakan
sebagai landasan dasar peraturan kepailitan itu dibuat/dirancang, berikut
adalah asas-asas dalam hukum kepailitan menurut ahli.
2. Asas asas dalam hukum kepailitan menurut para ahli
Menurut Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH,M.SI.M.Hum.
a) Asas Keseimbangan
Perwujudan dari asas keseimbangan adalah, di satu pihak
terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan
pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain
15M. H. Tirtaatmadjaja, Pokok-pokok Hukum Perniagan, (Jakarta :Djambatan, 1970), hal 228
17
pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang
tidak beritikad baik.
b) Asas Kelangsungan Usaha
Asas keberlangsungan usaha merupakan salah satu asas
Undang-Undang dalam undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang
kepailitan dan PKPU, sebagai asas hukum yang ditentukan dalam
suatu peraturan perundangan-undangan, maka asas kelangsungan
usaha telah melauli proses penilaian etis dari pembentuk undang-
undang. Dengan demikian, asas keberlangsungan usaha sesungguh ya
merupakan hasil penhejawantahan pemikiran manusia yang harus
menjadi intisari dalam penyelesaian sengketa utang melalui
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Undang-undnag nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan
PKPU, khususnya dalam penjelasan umum tidak menyebutkan secara
rinci makna asas keberlangsungan usaha. Dalam penjelasan umum
secara secara singkat dinyatakan bahwa perusahaan debitor yang
prospektif tetap dilangsungkan. Penilaian etis atas asas
keberlangsungan usaha setidaknya mempunyai bobot kemaslahatan
bagi kehidupan bersama khususnya dalam lingkup kegaitan usaha.
Keberlangsungan usaha diharapkan dapat berdampak positif bagi
18
pemilik perusahaan, para tenaga kerja, para pemasok, masyarakat
maupun negara.
Penilaian etis ini juga didasarkan tradisi diantara pelaku bisnis
dalam cara menyelesaikan sengketa. Kedudukan kreditor yang dapat
berganti posisi sebagai debitor dalam perjanjian ataupun perikatan
lainnya memerlukan perlakuan perlakuan yang standart manakalah
debitor mengalami kesulitan keuangan, dengan demikian perlu
ditetapkan standart toleransi yang akan melindungi debitor yang
mengalami kesulitan keuangan.
Pengertian asas keberlangsungan usaha sebagaimana
disebutkan dalam penjelasan umum undang-undang nomor 37 tahun
2004 tentang kepailitan dan PKPU adalah dimungkin kan nya
perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. Norma
tersebut dalam pasal 104 ayat (1) dirumuskan sebgai berikut ;
“berdasarkan persetujuan panitia kreditor sementara, kurator dapat melanjtkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap putusan peryataan pailit tersebut diajukan kasasi atau penijauan kembali” sedangkan menurut psal 104 ayat (2) “ apabila dalam kepailitan tidak diangkat panitia kreditor, kurator memerlukan izin hakim pengawas untuk emlanjutkan usaha sebgaiana dimaksud dalam ayat (1)16
16 Maruli Simarago, Asas keberlangsungan usaha, http://media.neliti.com. diakes 11
Novermber 2017
19
c) Asas Keadilan
Dalam kepailitan asas keadilan mengandung pengertian, bahwa
ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para
pihak yang berkepentingan.
Kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan
pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap Debitor, dengan tidak
mempedulikan Kreditor lainnya.
d) Asas Integrasi
Dalam Undang-undnag ini mengandung pengertian bahwa
sistem hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan
yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.17
Menurut Sutan Remy Syahdeni, suatu Undang-undang Kepailitan
seyogianya memuat asas-asas sebagai berikut18 :
1. Undang-Undang Kepailitan harus dapat mendorong kegairahan
investasi asing, mendorong pasar modal, dan memudahkan
perusahaan Indonesia memperoleh kredit luar negeri;
2. Undang-undang kepailitan harus memberikan perlindungan yang
seimbang bagi kreditor dan Debitor;
17Rahayu Hartini. 2012. Hukum Kepailitan. Asas- asas hukum kepailitan. Malang. UMM
Pres. Hal 13 18Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 2002.Op.cit Hal 31
20
3. Putusan pernyataan pailit seyogianya berdasarkan persetujuan para
kreditor mayoritas;
4. Permohonan pernyataan pailit seyogianya hanya dapat diajukan
terhadap Debitor yang insolven yaitu tidak membayar utang-
utangnya kepada kreditor mayoritas;
5. Sejak dimulainya pengajuan permohonan pernyataan pailit
seyogianya diberlakukakan keadaan diam (Standstill atau stay);
6. Undang-undang Kepailitan harus mengakui hak separatis dari
kreditor pemegang hak jaminan;
7. Permohonan pernyataan pailit harus diputuskan dalam waktu yang
tidak berlarut-larut.
8. Proses Kepailitan harus terbuka untuk umum;
9. Pengurus perusahaan yang karena kesalahannya mengakibatkan
perusahaan dinayatakan pailit harus bertanggung jawab secara
pribadi;
10.Undang-undang Kepailitan seyogianya memungkinkan utang debitor
diupayakan direstrukrisasi terlebih dahulu sebelum diajukan
permohonan pernyataan pailit;
11.Undang-undang Kepailitan harus mengkriminalisasi kecurangan
menyangkut kepailitan debitor.
21
Pengertian Kepailitan menurut Pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 37
tahun 2004kepailitandan penundaan pembayarn utan sebagai berikut:
”Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.”
Dari defenisi kepailitan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1
undang-undang No 37 Tahun 2004 tentag kepailitan dan PKPU, yang
terkait dalam kepailitan adalah debitor, debitor pailit,kreditor, kurator,
hakim pengawas, dan pengadilan. Keadaan pailit itu juga meliputi segala
harta bendanya yang berada di luar negeri.58 Lembaga kepailitan
merupakan lembaga hukum yang mempuyai fungsi penting, sebagai
realisasi dari dua Pasal penting dalam KUHPerdata yakni Pasal 1131 dan
1132 KUHPdt mengenai tanggung jawab debitor terhadap hutang-
hutangnya.
Jadi pada dasarnya, asas yang terkandung di dalam Pasal 1131 dan
Pasal 1132 KUHPerdata ini adalah bahwa undang-undang mengatur
tentang hak menagih bagi Kreditor atau Kreditor-Kreditornya terhadap
transaksinya dengan debitor. Bertolak dari asas tersebut diatas sebagai
lex generalis, maka ketentuan kepailitan mengaturnya dalam urutan yang
lebih rinci dan operasional.
22
3. Syarat Pengajuan Pailit Beserta Dasar Hukum nya
a. Syarat-Syarat Kepailitan
Sangatlah penting diketahui menegnai apa saja syarat-syarat
yang harus dipenuhi terlebih dahulu apabila seseorang atau suatu
badan hukum bermaksud mengajukan permohonan pernyataan
pailit melalui Pengadilan Niaga. Syaratsyarat tersebut perlu
diketahui apabila permohonan kepailitan tidak memenuhi syarat,
maka permohonan tersebut tidak akan dikabulkan oleh Pengadilan
Niaga Kelik Pramudya memberikan definisi mengenai syarat-syarat
kepailitan yaitu dari ketentuan Pasal 2undang-undang No 37 Tahun
2004 tentag kepailitan dan PKPU, dapat diketahui bahwa syarat-
syarat yuridis agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah
sebagai berikut19:
1) Adanya hutang;
2) Minimal satu dari hutang sudah jatuh tempo;
3) Minimal satu dari hutang dapat ditagih;
4) Adanya debitor;
5) Adanya kreditor;
6) Kreditur lebih dari satu;
19 Siti Soemarti Hartono. 1981. Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran.Yogyakarta . Seksi Hukum Dagang Fak Hukum. Hal .57.
23
7) Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang
disebut dengan “Pengadilan Niaga”
8) Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak yang
berwenang.20
9) Syarat yang diajukan oleh pihak berwenang adalah Syarat-
syarat yuridis lainnya yang disebutkan dalam Undang-
undang Kepailitan.
b. Apabila Syarat-syarat terpenuhi, hakim “menyatakan pailit”,
bukan “dapat menyatakan pailit”. Sehingga dalam hal ini kepada
hakim tidak diberikan ruang untuk memberikan “judgement” yang
luas seperti kasus-kasus lainnya, sungguh pun limited defence masih
dibenarkan, mengingat yang berlaku adalah prosedur
pembuktianyang sumir (vide Pasal 8 ayat (4) undang-undang No
37 Tahun 2004 tentag kepailitan dan PKPUDasar Hukum Kepailitan
Dasar hukum bagi suatu kepailitan adalah `sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan PKPU;
2) KUH Perdata;
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
20 Bismar Nasution dan Sunarmi. 2009. Hukum Kegiatan ekonomi. Jakarta. PT Raja Grafindo. Hal. 22.
24
4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan;
5) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia;
6) Perundang-undangan di bidang Pasar Modal, Perbankan,
BUMN.
Menurut Henry Campbell Black (1968: 186), arti dari bangkrut
atau pailit adalahseorang pedagang yang bersembunyi atau
melakukan tindakan tertentu yangcenderung untuk mengelabui pihak
krediturnya. Definisi lain mengenai pengertiankepailitan menurut
Abdurrachman, dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan
disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan pailit ataubangkrut,
antara lain adalah seseorang yang oleh suatu pengadilan
dinyatakanbangkrut, dan yang aktivanya atau warisannya telah
diperuntukkan untuk membayar hutang-hutangnya. Selain pendapat
tersebut diatas, R.Subekti juga berpendapat bahwa kepailitan adalah
suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua
orang yang berpiutang secara adil.21
Pailit diartikan sebagai keadaan dimana seorang debitur telah
berhenti membayar utang-utangnya. Setelah orang yang demikian
atas permintaan para kreditornya atau permintaan sendiri oleh
21Ade Sanjaya, kepailitan menurut ahli, www.landasanteori.com, acces 20 Nov 2017
25
pengadilan dinyatakan pailit maka harta kekayaan dikuasai oleh
balai harta peninggalan selaku cirtirice (pengampu) dalam usaha
kepailitan tersebut untuk dimanfaatkan oleh semua kreditor dan
Dari pengertian tersebut maka pengertian pailitdihubungkan dengan
ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitor atas utang-
utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus
disertai suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan
secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak
ketiga. Maksud dari pengajuan permohonan tersebut sebagai bentuk
pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar
Namun demikian, umumnya orang sering menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pailit atau bangkrut itu adalah suatu sitaan
umum atas seluruh harta debitor agar dicapainya perdamaian antara
debitor dan para kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi
secara adil di antara para kreditor
c. Pihak-Pihak dalam Kepailitan
Menurut Munirmenjelaskan tentang pihak-pihak dalam kepailitan yaitu
:
1) Pihak Pemohon Pailit
Salah satu pihak yang terlibat dalam perkara kepailitan
adalah pihak pemohon pailit, yakni pihak yang mengambil inisiatif
untuk mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan, yang dalam
26
perkara biasa disebut sebagai pihak penggugat. Menurut Pasal 2
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
maka yang dapat menjadi pemohon dalam suatu perkara pailit
adalah salah satu dari pihak berikut ini :
a) Pihak debitor itu sendiri;
b) Salah satu atau lebih dari pihak kreditor;
c) Pihak Kejaksaan jika menyangkut dengan kepentingan umum;
d) Pihak Bank Indonesia jika debitornya adalah suatu bank;
e) Pihak Badan Pengawas Pasar Modal jika debitornya
adalahsuatu perusahaan efek,bursa efek,lembaga
kliringdanpenjaminan,serta lembaga penyimpanan dan
penyelesaian;
f) Menteri Keuangan jika debitor perusahaan asuransi,reasuransi,
dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang
kepentingan publik.
2) Pihak Debitor Pailit
Pihak debitor pailit adalah pihak yang memohon/
dimohonkan pailit ke Pengadilan yang berwenang. Yang dapat
menjadi debitor pailit dalah debitor yang mempunyai 2 (dua) atau
lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya 1 (satu) hutang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
3) Hakim Niaga
27
Perkara kepailitan diperiksa oleh hakim majelis (tidak
boleh oleh hakim tunggal), baik untuk tingkat pertama
maupununtuk tingkat kasasi.
4) Hakim Pengawas
Untuk mengawasi pelaksanaan pemberesan harta
pailit, maka dalam keputusan kepailitan, oleh pengadilan harus
diangkat seorang hakim pengawas di samping pengangkatan
kuratornya. Dahulu, untuk hakim pengawas ini disebut dengan
“Hakim Komisaris”.
5) Kurator
Sejak tanggal putusan pernyataan pailit diputuskan,
debitor Pailit kehilangan haknya untuk mengurus dan mengelola
harta milik debitor yang termasuk dalam budel kepailitan. Urusan
ini harus diserahkan pada kurator, kuratorlah yang melakukan
pengurusan dan pemberesan harta kepailitan tersebut. Oleh karena
itu, dalam putusan pernyataan kepailitan ditetapkan pula siapa
yang menjadi kurator.Dahulu, yang menjadi kurator hanya Balai
Harta Peninggalan (BHP).Kini yang menjadi kurator tidak hanya
BHP, tetapi bisa pula kurator lain selain BHP, hal ini ditegaskan
dalam Pasal 70 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU. Jabatan curator akan membuka lapangan
kerja baru, namun perlu dicatat bahwa seorang curator harus
28
berpengetahuan dan berpengalaman khusus. Nampaknya, yang
dapat dengan mudah menjabat sebagai kurator adalah para
akuntan dan para ahli hukum.
Kelompok ini mempunyai bekal pengetahuan
hukum perdata, termasuk pengetahuan dalam hukum transaksi
komersial. Meskipun begitu tentulah harus diingat bahwa
tanggung jawab dan resiko profesi (professional liability) yang
diembannya sungguh berat (Kartini Muljadi dalam Rachmadi
Usman, 2004: 76).
Menurut Pasal 70 Ayat (2) huruf a dan b Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, kurator
lain adalah orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia,
yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka
mengurus/ atau membereskan harta pailit, dan terdaftar pada
kementerian yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
dibidang hukum dan peraturan perundang-undangan.
Definisi yang terdapat dalam “standar profesi Kurator
dan Pengurus, Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia”
menyatakan bahwa Kurator adalah perseorangan atau persekutuan
perdata yang memiliki keahlian khusus sebagaimana diperlukan
untuk mengurus dan membereskan harta pailit dan telah terdaftar
29
pada Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia (sekarang
Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia).
6) Panitia Kreditor
Salah satu pihak dalam proses kepailitan adalah apa
yang disebut Panitia Kreditor. Pada prinsipnya, suatu panitia
kreditor adalah pihak yang mewakili pihak kreditor, sehingga
panitia kreditor tentu akan memperjuangkan segala kepentingan
hukum dari pihak kreditur. Ada 2 (dua) macam panitia kreditur
yang diperkenalkan oleh Undang-Undang Kepailitan, yaitu :
1) Panitia kreditor sementara (yang ditunjuk dalam putusan
pernyataan pailit);
2) Panitia kreditor (tetap), yakni yang dibentuk oleh
hakim pengawas apabila dalam putusan pailit tidak
diangkat panitia kreditor sementara.
7) Pengurus
Pengurus hanya dikenal dalam proses tundaan
pembayaran, tetapi tidak dikenal dalam proses kepailitan. Yang
dapat menjadi pengurus adalah Perorangan yang berdomisili di
Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan
dalam rangka mengurus harta debitur, Dan Telah terdaftar pada
departemen yang berwenang.
30
4. Akibat Hukum Pailit
Pernyataan pailit menimbulkan segala akibat baik bagi debitor, harta
pailit, danperjanjian yang dilakukan sebelum dan sesudah pailit. Akibat
pernyataan pailit bagi debitor, adalah debitor kehilangan hak perdata untuk
mengurus harta. Pembekuan hak ini diberlakukan terhitung sejak saat
keputusan pernyataan pailit diucapkan. Hal ini juga berlaku bagi suami juga
istri dari debitor pailit yang kawin dalam persatuan harta kekayaan. Harta
kekayaan debitor merupakan harta yang harus digunakan untuk membayar
utang-utang debitor terhadap para kreditornyasesuai dengan isi perjanjian.
Kurator yang memegang hak tanggungan, hak gadai dan hak agunan atas
kebendaan lainnya maka dapat mengeksekusinya. Akibat pailit bagi perjanjian
yang dilakukan sebelum dan sesudah perjanjian, maka jika ada perjanjian
timbal balik yang baru atau akan dilaksanakan maka debitor harus mendapat
persetujuan dari kurator. Namun jika perjanjian timbal balik tersebut telah
dilaksanakan maka debitor meminta kepastian kepada kurator akan kelanjutan
perjanjian tersebut. 22
Sedangkan Akibat hukum bagi kreditor adalah pada dasarnya,
kedudukan para kreditor sama (paritas creditorum) dan karenaya mereka
mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedelnya pailit sesuai dengan
besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata parte). Namun
asas tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan kreditor yang
22Amira, Tinjauan Hukum kepailitan, digilib.unila.ac.id, acces 20 Desember 2017
31
memenang hak anggunan atas kebendaan dan golongan kreditro yang haknya
didahulukan berdasarkan UU Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan
lainnya. Oleh karenya, kreditor dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kreditor Separatis
Yang dimaksud dengan kreditor separatis adalah kreditor pemegang
hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri. Kreditor ini tidak
terkena akibat putusan pernyataan pailit debitor, sehingga hak-hak
eksekusi kreditor separatis ini tetap dapat dijalankan seperti tidak ada
kepailitan debitor. Kreditor separatis ini, dapat menjual sendiri barang-
barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Debitor
mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya, sedangkan jika ada
sisa nya maka disetorkan ke kas kurator. Selain itu, jika hasil penjualan
tersebut tidak mencukupi, maka kreditor separatis tersebut untuk tagihan
yang belum dibayar dapat memasukkan kekurangannya sebagai korator
bersaing. Adapun yang termasuk hak-hak jaminan kebendaan yang
memberikan hak menjual secara lelang dan memperoleh pelunasan secara
medahului yaitu gadai (Bab XX Buku III KUHPerdata), Hipotek (Bab
XXI Buku III KUHPerdata, Hak Tanggungan (Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang No.4 tahun 1996), jaminan fiducia (Pasal 3 Undang-Undang
No.42 tahun 1999).
32
2) Kreditor Preferen/istimewa
Kreditor istimewa adalah kreditor yang karena piutangnya
mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk memperoleh
pelunasan terlebih dahulu dari penjualan harta pailit. Kreditor ini berada
dibawah pemegang hak tanggungan dan gadai. Menurut Pasal 1133
KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak yang oleh Undang-Undang
diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutangnya.23
3) Kreditor konkuren
Kreditor konkuren / bersaing, memiliki kedudukan yang sama
dab berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitor, baik
yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari setelah
sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutang kepada para
kreditor pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak istimewa
secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing-
masing kreditor.24
B. Tinjauan Umum Tentang Insolvensi Test
1. Insolvensi
Insolvency yaitu ketidak mampuan seseorang atau badan untuk
membayar utang tepat pada waktunya atau keadaan yang menunjukkan
23Asikin, Zainal. 1991. Hukum Kepailitan Dan Penundaan Pembayaran Di Indonesia,
Jakarta. Rajawali Pers Hal 59
33
jumlah kewajiban melebihi hartaSalah satu syarat yang ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan PKPU agar seorang debitur dapat dimohonkan untuk dipailitkan adalah
selain debitur memiliki dua atau lebih kreditor juga cukup apabila satu utang
kepada salah satu kreditornya telah jatuhwaktu dan dapat ditagih. Sama
sekali tidak dipersyaratkan bahwa debitur telah dalam keadaan insolven.
Pasal 6 ayat (5) Seorang debitur berada dalam keadaan insolven adalah
apabila debitur tersebut tidak mampu secara finansial membayar sebagian
besar utang-utangnya atau nilai aktiva atau asetnya kurang dari pasiva atau
liabilities-nya.
Pailit sendiri sebagai kegagalan diartikan dalam beberapa arti yaitu
kegagalan ekonomi (economic failure) dan kegagalan keuangan (financial
failur).25 Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan
ini berarti tingkat labanya sendiri lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan
terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah
aruskas yang diharapkan. Kegagalan keuangan ini bisa diartikan sebagai
keadaan Insolvency yaitu dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif
dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
lebih kecil dari kewajibanMenurut Friedman, Insolvencydiartikan sebagai:
25 Adnan Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih. 2002. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo. Hal. 137.
34
a) Ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban finansial ketika jatuh
waktu
b) seperti layaknya dalam bisnis, atau Kelebihan kewajiban
dibandingkan dengan asetnya dalam waktu tertentu. 26 Dari
pengertian di atas, maka apabila suatu saat debitor tidak mempunyai
banyak uang kontan dibandingkan banyaknya utang-utangnya, atau
apabila suatu ketika aset utamanya hilang dicuri orang atau terbakar,
maka tidak berarti pada saat tersebut debitor dalam keadaan
Insolvency. Tetapi keadaan kewajiban melebihi aset-asetnya
haruslah berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang wajar
(reasonable time).
Apabila debitor dalam keadaan Insolvencykepada seorang kreditor
saja debitor tersebut tidak membayar utangnya, sedangkan kepada
kreditor-kreditor lainnya debitor tetap dapat melaksanakan kewajiban
pelunasan utang-utangnya dengan baik27.Karena belum tentu debitor itu
tidak mampu melunasi utangnya, tetapi mungkin saja debitor tidak
melunasi utangnya karena ada alasan tertentu.Maka terhadap debitor
tersebut tidak dapat dipailitkan sebelum dilakukan insolvency test. Hal ini
berguna agar perusahaan atau seorang debitor yang jumlah asetnya
26Jack P Friedman. 1987. Dictionary of Business Terms.New York USA. Baron`s Educational Series. Hal 28
27Sutan Remy Syahdeini (I). 2002. Hukum Kepailitan. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti. Hal 72.
35
melebihi jumlah utangpiutang sehingga dalam kenyataannya cukup untuk
membayar utang-utang tersebut tidak serta merta dapat dipailitkan
Jadi, hukum kepailitan hanya dapat dipergunakan apabila debitor
tidak mampu (insolven) untuk membayar utang-utangnya kepada seluruh
kreditor dan aset yang ada dipergunakan untuk kepentingan lebih dari
satu kreditor (the interest of the claims as group)28
Untuk mempailitkan debitor, undang-undang kepailitan dan PKPU
tidak mensyaratkan agar debitor berada dalam keadaan Insolvency.Hal ini
tentu melindungi kepentingan kreditor, tidak diterapkannya insolvency
testmengakibatkan banyaknya perusahaan di Indonesia bangkrut secara
hukum. Padahal dalam kondisi ekonomi Indonesia saat ini bila
persyaratan Insolvencyditerapkan maka akan sulit membuat debitor
Indonesia dinyatakan pailit. Logikanya dapat dilihat pada krisis moneter
sebenarnya tidak membuat debitor Indonesia dalam keadaan
Insolvencykarena kehilangan pangsa pasar (market share) atau
pendapatan dalam bentuk rupiah. Krisis moneter menyebabkan debitor
tidak lagi mampu membayar utang karena adanya perbedaan kurs yang
mengakibatkan utang dalam mata uang asing tidak terbayarkan dengan
pendapatan dalam mata uang rupiah.Seharusnya konsep insolvency
testtdimasukkan dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU terutama dalam rangka pemberian perlindungan
28Asra. 2003. Kontroversi Pailitnya Debitor Solven. Jakarta. Pascasarjana UI. Hal 3
36
terhadap debitor,selain untuk mengetahui apakah ketidakmampuan
membayar debitor disebabkan karena perusahaan bangkrut ataukah
karena tidak mau membayar utangnya karena ada alasan tertentu. Namun
sayangnya kondisisolvennya debitor Indonesia ini tidak diperhatikan oleh
para penyusun Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan PKPU, para penyusun adalah konsultan hukum dan mereka
tampaknya tidak peduli dengan kesulitan perusahaan di Indonesia.Faktor
emosional untuk menghukum pihak yang bersalah mendominasi
penyusunan tersebut.29
Dalam konteks hukum kepailitan negara-negara common law
system, keadaaan Insolvency debitor biasanya menggunakan pendekatan
cash flow testatau pratical insolvency.Cash flow adalah pendekatan yang
melihat solvabilitas debitor diukur dengan fakta apakah debitor
membayar utangnya atau tidak. Jika ternyata debitor membayar utangnya
yang telah jatuh tempo, hal ini mengindikasikan debitor ada dalam
keadaan mampu membayar atau solven. Atau dapat juga dilihat dengan
memeriksa aktiva dap pasiva perusahaan melalui pembukuan perusahaan.
a. Tahap Fase Insolvency
Untuk masuk ke dalam tahap insolvencyada dua
kemungkinan yaitu Setelah dinyatakan pailit Perdamaian atau
29 Sunami. 2005. Tinjauan Kritis terhadap Undang-undang Kepailitan Menuju Hukum Kepailitan yang Melindungi Kepentingan Debitor dan Kreditor . Medan. Pascasarjana USU. Hal 58
37
acoordtidak ada defenisi yang jelas. Vollmar menyatakan bahwa akur
adalah semua perjanjian antara debitor dan kreditor, dimana diadakan
suatu pengaturan untuk melunasi semua tagihan, yang biasanya berupa
pengaturan yang menyatakan bahwa dengan membayar sesuatu
persentase debitor dibebaskan untuk sisanya.Perdamaian ditawarkan
paling lambat 8 hari sebelum rapat pencocokan piutang verifikasi),
30ada beberapa alternatif atau kemungkinan yang akan dipilih oleh
kreditor, yaitu :
1) Membayar dalam jumlah tertentu utangnya , namun tidak
dalam jumlah keseluruhan.
2) Menawarkan accordlikuidasi, yakni debitor menyediakan
hartanya bagi kepentingan para kreditornya untuk dijual di
bawah pengawasan seorang pengawas (pemberes), dan hasil
penjualannyadibagi untuk para kreditor. Apabila hasil
penjualan itu tidak mencukupi, maka si pailit dibebaskan dari
membayar sisa yang belum terbayar.
3) Menawarkan untuk meminta penundaan kewajiban
pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk
beberapa waktu.
30 Siti Soemarti Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran,
(Yogyakarta :Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum, 1981), hal 57
38
Accord dapat diterima dalam rapat verifikasi apabila
disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari ½ jumlah
kreditor kongkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya
diakui atau untuk sementara diakui, yang mewakili paling
sedikit 2/3 dari jumlah seluruh piutang kreditor kongkuren
yang diakui atau untuk sementara diakui yang hadir padasaat
rapat tersebut.
Accord yang sudah diterima, supaya 31 mempunyai
kekuatan hukum harus disahkan oleh hakim (yang disebut
dengan homologasi).Sebaliknya tidak tercapainyai
perdamaian, membuat debitor dengan sendirinya pada tahap
insolvency
Keadaan insolvencyterjadi dengan sendirinya tanpa
putusan hakim apabila :
a) Dalam rapat pencocokan utang tidak ditawarkan accord
b) Ada accordtetapi tidak disetujui oleh rapat verifikasi
c) Ada accordyang sudah disetujui oelh rapat verifikasi, tetapi
tidak mendapa homologasi dari hakim pemutus kepailitan.
d) Ada accord yang sudah dihomologasi, tetapiditolak oleh
hakim banding.
e)
31Pasal 151 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
39
b. Melalui Tahap PKPU
Debitor 32 yang tidak dapat atau memperkirakan tidak
akan dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih dapat memohon PKPU dengan
maksud mengajukan rencana perdamaian33 yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kreditor.
Rencana perdamaian akan diajukan dan disetujui pada
suatu rapat para kreditor yang ditentukan oleh hakim pengawas.
Rencana tersebut hanya akan diterima berdasarkan suara setuju
lebih dari ½ kreditor yang hadir dan mewakili 2/3 paling sedikit
dari seluruh tagihan yang diakui baik terhadap kreditor kongkuren
maupun kreditor pemegang hak jaminan fidusua, gadai, hak
tanggungan, hipotik atau hak agunan atas kebendaan lainnya.34
Rencana tersebut mengikat kepada seluruh kreditor, baik
yang setuju maupun kreditor yang tidak setuju terhadap
perdamaian.Debitor dan kreditor bebas untuk menyetujui syarat
pembayaran apapun yang mereka pilih.Karena Undang-Undang
No.37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU tidak mengatur
persyaratan sehubungan dengan isi perdamaian. Apabila, dalam
32Pasal 222 ayat (2) Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU 33 Habib Hanun. Analisis terhadap ketentuan insolvency dalam hukum kepailitan.
www.digilib.uns.ac.id. Diakses 20 Nov 2017 34Pasal 229 ayat (1) Undang-UndangNo.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
40
waktu 270 hari setelah putusan pembayaran sementara diucapkan;
(i) rencana perdamaian tersebut tidak diterima oleh parakreditor,
atau (ii) perdamaian tersebut tidak disahkan olehPengadilan
Niaga, atau (iii) tidak ada persetujuan apapun yang telah dicapai,
hakim pengawas akan memberitahukan pengadilan niaga
kemudian harus menyatakan debitor pailit. Dalam keadaan inilah
debitor masuk dalam fase insolvency
2.Insolvency Test
Debitor yang masih memiliki kekayaan yang cukup untuk membayar
utang-utang nya dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan karena tidak
membayar utang dengan memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1Undang-
Undang No.37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU.Hal ini tentu saja
merugikan perusahaan yang masih solven. Akibatnya banyak investor tidak
percaya lagi untuk menanamkan investasinya disini, sehingga
mempengaruhi perekonomian Indonesia. 35 Di negara-negara common law
system, pada umumnya menggunakan cash flow test untuk menyatakan
bahwa debitor tersebut solvenatau tidak.Terdapat perbedaan tentang
pengertian insolvency dalam pendekatan hukum dan pendekatan ekonomi.
Secara ekonomi seorang debitor dikatakan insolvency apabila asetnya lebih
kecil dibandingkan dengan utangnya, namun secara hukum dapat dikatakan
35Munir Fuady. 2005. Hukum pailit dalamteori dan praktek. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
Hal.129.
41
insolven meskipun asetnya lebih besar dari utang, apabila debitor tidak
membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.Sutan remy
berpendapat bahwa seorang debitor dapat diajukan permohonan pernyataan
pailit hanya apabila debitor telah berhenti membayar utang-utagnya.
Keadaan berhenti membayar haruslah merupakan keadaan yang objektif,
yaitu karena keadaan keuangan.Debitor telah mengalami ketidakmampuan
membayar utangutangnya. Dengan kata lain, debitor tidak boleh hanya
sekedar tidak mau membayar utang-utangnya, tetapi keadaan objektif
keuangannya memang telah dalam keadaan tidak mampu membayar utang-
utangnya. Untuk menentukan apakah keuangan debitor memang sudah
dalam keadaan tidak mampu membayar utang-utangnya, insolvency harus
ditentukan secara objektif dan independen. Hal ini dapat dilakukan
berdasarkan financial audit ataufinancial due diligence yang dilakukan oleh
seorang akuntan publik yang imdependen.36
Undang-undang 37 Tahun 2004 perlu untuk direvisi,
terutama harus dimasukkannya konsep insolvency test. Adapun yang
dimaksud dengan Insolvency test adalah suatu keadaan untuk menguji
kemampuan debitor dalam membayar kewajiban. Merujuk ke insolvency
test yang diatur dalam Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat,
sebuah perusahaan yang dimohonkan pailit harus melewati mekanisme
ini lebih dulu. Artinya, perusahaan baru bisa dimohonkan pailit jika
36Sunami., 2005, Op.cit. hal. 22
42
perusahaan sudah dalam keadaan bangkrut. Untuk itu, dengan adanya
insolvency test, perusahaan yang seharusnya bisa selamat dari kreditor
nakal. Sebab membangun suatu perusahaan itu tidak cepat dan
gampang. Selain itu, demi kesehatan bisnis dan investasi, insolvency
testperlu dipertimbangkan dalam revisi Undang-Undang No.37 Tahun 2004
tentang kepailitan dan PKPUKonsep insolvency test dalam kepailitan lebih
menekankan kepada perusahaan dalam membayar utang-utangnya37.
37Indah, Revisi Undang-undang kepailitan, http://www.hukumonline.com,diakses 8 Oktober
2015.