bab ii _2_

54
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (1)(14) Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyaikt infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban atau lingkungan yang padat. (13) 2.1.2 Etiologi Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa hari. (13) 2.1.3 Cara penularan Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. Tuberculosis

Upload: nenda-purnama

Post on 05-Sep-2015

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tuberkulosis Paru

    2.1.1 Definisi

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

    kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

    paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.(1)(14)

    Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyaikt infeksi kronik yang sudah

    sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal

    di daerah urban atau lingkungan yang padat.(13)

    2.1.2 Etiologi

    Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

    asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

    (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

    hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh

    kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa hari.(13)

    2.1.3 Cara penularan

    Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

    kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

    peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. Tuberculosis

  • 10

    biasanya secara inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang

    didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang

    mengandung basil tahan asam (BTA). (13)

    Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

    yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang

    tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosae complex berdasarkan

    perbedaan epidemologi adalah

    1. M. Tuberculosae

    2. Varian asian

    3. Varian african I

    4. Varian African II

    5. M. Bovis.

    Kelompok kuman myobacteria Other Than TB (MOTT, atypical ) adalah

    1. M. Kansai

    2. M. Avium

    3. M. Intra cellulare

    4. M. Scrofulaceum

    5. M. Malmacerse

    6. M. Xenopi

    Sebagian besar dinding kuman terdiri dari atas asam lemak (lipid),

    kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman

    lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam

  • 11

    (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat

    tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

    bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat

    dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan

    penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.(13)

    Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intarseluler yakin dalam

    sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian

    disenanginya karena banyak mengandung lipid.

    Sifat kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih

    menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan

    oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga

    bagian apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis.(13)

    2.1.4 Resiko Penularan

    Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection =

    ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada

    daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk

    terdapat 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi

    tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang

    akan menjadi penderita tuberkulosis paru.

    Dari keterangan di atas dapat diperkirakan pada daerah dengan ARTI 1%

    maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita

    tuberkulosis setiap tahun, di mana 50 penderita adalah BTA Positif.(1)

  • 12

    Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien

    tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS

    dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi

    yang terinfeksi tuberkulosis menjadi sakit tuberkulosis. Infeksi HIV

    mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular

    immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka

    yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan

    kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien

    tuberkulosis akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis di

    masyarakat akan meningkat pula. (1)

    Untuk melihat besarnya faktor-fakor berpengaruh pada pertahanan pasien

    terhadap tuberkulosis paru dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 2.1 Besarnya pengaruh Usia dan Jenis Kelamin terhadap TB Paru(6)

    Usia dan Jenis Kelamin Pasien cenderung untuk Berkembang menjadi

    Di bawah 1 tahun TB milier ++ Meningitis TB

    Usia 1 tahun sampai Pubertas

    Lesi paru-paru primer TB Kronis menyebar, misalnya tulang dan persendian + TB milier + TB meningitis

    Adolesen atau dewasa Muda TB Paru +++

    Usia pertengahan a. Pria b. Wanita

    TB paru ++ TB Paru +++ TB Paru +++

    Usia Lanjut a. Pria b. Wanita

    TB Paru ++ TB Paru +-

    Sumber : Jhon croffon dkk, Tuberkulosis Klinis, Widya medika.2003

  • 13

    Tabel 2.2 Faktor-faktor lain terhadap TB paru(6)

    Faktor Pentingnya Malnutrisi +++ Bahan Toksik Tembakau Alkohol Kortikosteroid Imunosupresan

    + + + +

    Penyakiy-penyakit lain Infeksi HIV Diabetes Lepra Silikosis Leukemi

    +++

    + + + +

    Lingkungan buruk ?+ Ras ?+ Imunologis AIDS Alkohol Tembakau Bahan toksik lain

    +++

    + + +

    Sumber : Jhon croffon dkk, Tuberkulosis Klinis, Widya medika.2003 Keterangan : jumlah tanda + pada kolom kanan menunjukkan berapa besar kemungkinan pasien itu akan berkembangmenjadi jenis TB tertentu.

    2.1.5 Patogenesis

    2.1.5.1. Tuberkulosis primer

    Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

    dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel

    infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada

    ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam

    suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-

    bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel

    pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila

    ukuran partikel

  • 14

    atau dibersihkan oleh magrofag keluar dari percabangan trakeobronkial

    bersama gerakan silia dengan sekretnya. (13)

    Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sito-

    plasma magrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.

    Kuman yang bersarang di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis

    pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang

    (fokus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru.

    Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat

    juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan linfe, orofaring, dan

    kulit, terjadi linfedenopati regional kemudian bakteri masuk kedalam vena

    dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bisa masuk ke

    arteri pulomnalis maka terjadi penjalaran ke suluruh bagian paru menjadi TB

    milier. Dari sarang primer akan timbul perdangan saluran getah bening

    menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah

    bening hilus (linfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal +

    limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan

    waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi: (13)

    1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini banyak terjadi

    2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

    kalsifikasi di hilus, keadan ini terdapat pada lesi pneumonia yang

    luasnya > 5 mm dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivitas lagi

    karena kuman yang dormant.

  • 15

    3. Berkompliasi dan menyebar secara : a) per kontinuitatum, yakni

    menyebar kesekitarnya. b) secara bronkogen pada paru yang

    bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Kuman juga dapat tertelan

    bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. c) secara

    limfogen, ke organ tubuh lain-lainya. d) secara hematogen, ke organ

    tubuh lainnya.

    2.1.5.2 Tuberkulosis pasca primer (tuberkulosis sekunder)

    Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul

    bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis

    dewasa (tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder).

    Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena

    imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes,

    AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dengan sarang

    dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior

    atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke

    nodus hiler paru. (13)

    Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.

    Dalam 3-10 minggu sarang ini terjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang

    terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak

    inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. (13)

  • 16

    TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia

    muda menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah

    kuman, virulensi-nya dan imunitas pasien, serangan dini ini dapat menjadi:

    1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

    2. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan

    serbukan jaringan fibrosa. Ada yang membungkus diri menjadi kertas,

    menimbulkan perkapuran. Sarang dini ini meluas sebagai granuloma

    berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian

    tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan

    keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas.

    Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingna menebal

    karena inflamasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga

    menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas

    adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang

    diproduksi oleh magrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan

    TNF-nya .

    Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak dan

    kavitas dapat:

    1. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pnemonia baru. Bila isi

    kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB

    milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk

    lambung dan selanjutnya masuk usus jadi TB usus. Sarang ini

  • 17

    selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.

    Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endrotrakeal atau empiema

    bila ruptur ke pleura.

    2. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.

    Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif

    kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas

    adalah kolonisasi oleh fungsi seperti aspergillus dan kemudian menjadi

    mycetoma.

    3. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga

    menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang

    berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk

    seperti bintang disebut stellate shaped.

    Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni:

    1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan

    lagi.

    2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang

    lengkap dan sempurna.

    3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat

    sembuh spontan, tetapi meningkat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

    kembali, sebaliknya diberi pengobatan yang sempurna juga.

  • 18

    2.1.6 Klasifiasi tuberkulosis

    Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli

    radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

    keseragaman klasifikasi tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui bebrapa

    klasifiasi seperti:(13)

    1. Pembagian secara patologis

    Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)

    Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)

    2. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (koch pulmonum)

    aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

    3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)

    a. Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas

    pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi

    satu lobus paru.

    b. Moderately advanced tuberculosis. Ada kavias dengan diameter tidak

    lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu

    bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian

    satu paru.

    c. Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi

    keadaan pada moderately advanced tuberculosis.

    Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan

    kelainan klinis, radiologis dan mikrobiologis:

  • 19

    1. Tuberkulosis paru

    2. Bekas tuberkulosis paru

    3. Tuberkulsis paru tersangka yang terbagi dalam:

    a. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA negatif,

    tetapi tanda-tanda lain positif.

    b. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum BTA

    negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.

    Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

    termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu

    dicantumkan :(13)

    1. Status bakteriologi.

    2. Mikroskopok sputum BTA (langsung)

    3. Biakan sputum BTA

    4. Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru

    5. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis.

    Menurut WHO tahun 1991 mengkategorikan berdasarkan terapi membagi TB

    dalam 4 kategori yakni:(13)

    1. Kategori I, ditujukan terhadap:

    a. Kasus baru dengan sputum positif

    b. Kasus baru dengan bentuk TB berat

    2. Kategori II, ditujukan terhadap:

    a. Kasus kambuh

  • 20

    b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif

    3. Kategori III, ditujukan terhadap:

    a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

    b. Kasus TB ekstra paru selain paru dari yangdisebut dalam kategori I

    4. Kategori IV , ditujukan terhadap:

    a. TB kronik

    2.1.7 Gejala-gejala klinis

    Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau

    malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan

    kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah:(13)

    2.1.7.1 Demam

    Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang

    panas badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat

    sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang

    timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas

    dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

    tahan tubuh paien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang

    masuk.(13)(14)

    2.1.7.2 Batuk/Batuk darah

    Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi pada

    bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang

  • 21

    keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin

    saja batuk baru ada setelah peyakit berkembang dalam jaringan paru yakni

    setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat

    batuk bermulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul

    peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut

    adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

    Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi kavitas, tetapi dapat juga

    terjadi pada ulkus dinding bronkus. (13)(14)

    2.1.7.3 Sesak napas

    Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

    napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

    infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru. (13)(14)

    2.1.7.4 Nyeri dada

    Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

    sudah mencapai ke pleura sehingga menimbulkan pluritis. Terjadi gesekan

    kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya. (13)(14)

    2.1.7.5 Malaise

    Penyakit tuberkulosis persifat radang yang menahun. Gejala malaise

    sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus

    (Berat badan turun), sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam. Gejala

  • 22

    malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak

    teratur.(13)(14)

    2.1.8 Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

    konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),

    badan kurus atau berat badan menurun. (13)(14)

    Pada pemeriksan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan pun

    terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik.

    Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan dengan

    pneumonia biasa.

    Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

    (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan

    perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. (13)

    2.1.9 Pemeriksaan radiologis

    Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

    untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah

    apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi

    dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus meyerupai

    tumor paru.(13)

    Gambaran radiologis yang sering menyertai tuberkulosis adalah penebalan

    pleura (pleuritis), masa cairan di bawah paru dan bayangan hitam radiolusen di

  • 23

    pinggir paru/pleura. Disamping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

    membaca foto dapat mencapai 25%.(13)

    Pemeriksaan radiologi dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak

    dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scenning (CT

    Scan) dan pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan radiologis biasa.

    Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat

    transversal. (13)

    2.1.10 Sputum

    Pemeriksaan spurum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman

    BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan

    sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah

    diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan

    dilapangan (puskesmas).(13)

    Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3

    batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman

    dalam 1 mL sputum. (13)

    Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah

    1. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

    2. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarna

    khusus)

    3. Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

  • 24

    4. Pemeriksaan terhadap resistensi obat.

    2.1.11 Tes tuberkulin

    Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau

    pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan

    Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe

    lambat. (13)

    Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis memberikan reaksi Mantoux

    yang positif. Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada pemberian

    BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain.

    2.1.12 Diagnosis

    Menurut American thoracic society dan WHO 1964 diagnosis pasti

    tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae

    dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. (13)

    Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas karena fasilitas

    labortaorium yang sagat terbatas untuk pemeriksan biakan. Sebenarnya dengan

    menemukan kuman BTA dalam sedian sputum secara mikroskopik biasa sudah

    cukup unyuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru. (13)

    Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan

    kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup

    banyak sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak

    diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis tuberkulosis paru sebaiknya

  • 25

    dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status radiologis dan status

    kemoterapi.(13)

    Di Indonesia alur diagnosa tuberkulosis paru yang ditetapkan kementrian

    kesehatan sebagai berikut:.

    Gambar bagan 2.1 Alur diagnosa tuberkulosis paru(1)

    Pada keadaan-keadaan tertentu dengan pertimbangan kegawatan dan medis spesialistik, alur

    tersebut dapat digunakan secara lebih fleksibel.

    Suspek TB

    Pemeriksaan dahak mikroskopis sewaktu pagi, sewaktu (sps)

    Hasil BTA + + + + + -

    Tidak ada perbedaan

    Hasil BTA - - -

    Hasil BTA + - -

    Hasil BTA - - -

    Hasil BTA + + + + + - + - -

    Ada perbedaan

    Foto torak dan pertimbangan dokter

    Foto torak dan pertimbangan dokter

    Antibiotik Non - OAT

    Pemeriksaan mikroskopis

    TB

    Bukan TB

  • 26

    WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien tuberkulosis paru, yaitu: (14)

    1. Pasien dengan sputum BTA positif

    a. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis

    ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 pemeriksaan

    b. Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis

    yang sesuai dengan gambaran TB aktif.

    c. Satu sedian sputumnya positif diserati biakan yang positif.

    2. Pasien dengan sputum BTA negatif

    a. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis

    tidak ditemukan BTA sdikitnya pada 2 pemeriksaan tetapi

    gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif.

    b. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis

    tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakan positif.

    Diluar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan lagi berdasrkan

    riwayat penyakitnya, yakni: (14)

    1. Kasus baru

    Pasien yang tidak mendapat obat anti TB lebih dari 1 bulan.

    2. Kasus kambuh

    Pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB, tapi kemudian timbul

    lagi TB aktifnya.

    3. Kasus gagal (smear positive failure)

  • 27

    a. Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat

    obat anti TB lebih dari 5 bulan .

    b. Pasien yang menghentikan pengobatannya setelah mendapat

    obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA nya masih positif.

    4. Kasus kronik

    Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat

    pengobatan ulang (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.

    2.1.13 Komplikasi

    Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

    menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi

    lanjut. (14)

    1. Komplikasi dini

    a. Pleuritis

    b. Efusi pleura

    c. Empiema

    d. Laringitis

    e. Usus

    f. poncets arthropathy

    2. Komplikasi lanjut

    a. Obstruksi jalan nafas

    b. SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

    c. Kerusakan parenkim berat

    d. Fibrosis paru

  • 28

    e. Kor pulmonal

    f. Amiloidosis

    g. Karsinoma paru

    h. Sindrom gagal nafas dwasa (ARDS)

    2.2 Status nutrisi

    Status nutrisi adalah salah satu faktor terpenting dalam pertahanan tubuh

    terhadap infeksi. Sudah dibuktikan bahwa defisiensi nutrisi dihubungkan dengan

    terganggunya fungsi imun. Pada keadaan gizi yang buruk, maka reaksi kekebalan

    tubuh akan melemah sehingga kemampuan dalam mempertahankan diri terhadap

    infeksi menjadi menurun. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik

    pada orang dewasa maupun pada anak. Malnutrisi protein-energi dan defisiensi

    mikronutrien dapat menyebabkan imunodefisiensi sekunder yang meningkatkan

    kerentanan seseorang terhadap infeksi tuberkulosis.(6)

    Keadaan malnutrisi dapat dilihat apabila terjadi penurunan berat badan lebih

    dari 10% dan berat badan sebelumya dalam 3 bulan terakhir. Selain kriteria yang

    sering digunakan adalah apabila pada saat pengukuran berat badan kurang dari

    90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan atau jika indeks masa tubuh

    (IMT) kurang dari 18,5.(13)

    Pada saat terjadinya malnutrisi seluruh organ akan mengalami penurunan

    masanya kecuali otak. Pada saat malnutrisi akan terjadi penghancuran dari lean

    body mass untuk melepas asam amino untuk proses glukoneogenesis.

  • 29

    Sebagaimana kita ketahui asam amino dan protein penting dalam tubuh untuk

    sistem imunitas dan proses penyembuhan penyakit.(13)

    Gangguan ini akan memperburuk kedaan sakit pasien dan mencegah proses

    penyembuhan dan akan berakibat terjadi komplikasi yang pada akhirnya akan

    memperburuk keadaan.

    Keadaan malnutrisi merupakan suatu keadaan umum yang kita dapat

    jumpai pada pasien dengan penyakit kronik termasuk tuberkulosis paru yang

    terjadi pada masyarakat. Pada berbagai kelompok penyakit kronik dapat kita

    jumpai terjadi malnurisi, pada penyakit paru kronis bisa mencapai 45%.(13)

    Teori diatas sejalan dengan hasil penelitian Frredy panjaitan mengenai

    karakteristik penderita tuberkulosis paru dewasa rawat inap di rumah sakit umum

    Dr. Soedarso Pontianak priode September November tahun 2010. Bahwa status

    gizi sebagian besar subyek penelitiannya buruk, yatitu dengan hasil 36 orang

    (80,0%) subyek memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m2. Hanya 9 orang (20,0%)

    subyek yang memiliki IMT lebih dari 18,5 kg/m2.(8)

    2.2.1 Malnutrisi dan TB Paru

    Malnutrisi dan TB kedua masalah besarnya cukup di sebagian besar daerah

    tertinggal di dunia. Kedua masalah cenderung berinteraksi satu sama lain. Angka

    kematian TB dalam kelompok-kelompok ekonomi yang berbeda dalam

    masyarakat cenderung bervariasi berbanding terbalik dengan tingkat ekonomi

    mereka. Demikian pula, status gizi secara signifikan lebih rendah pada pasien

    dengan TB aktif dibandingkan dengan kontrol sehat. Malnutrisi dapat

  • 30

    menyebabkan immunodeficiency sekunder yang meningkatkan kerentanan host

    terhadap infeksi. Pada pasien dengan TBC, itu mengarah pada penurunan nafsu

    makan, nutrisi malabsorpsi, mikronutrien malabsorpsi, dan metabolisme diubah

    mengarah ke pemborosan. Kedua, malnutrisi protein-energi dan mikronutrien

    kekurangan meningkatkan risiko TBC. Telah ditemukan bahwa pasien

    tuberkulosis kekurangan gizi telah menunda pemulihan dan tingkat kematian yang

    lebih tinggi dibandingkan pasien bergizi baik. Status gizi pasien membaik selama

    kemoterapi tuberkulosis. (16) (17)

    Telah lama diketahui bahwa ada hubungan antara TB dan malnutrisi.

    Malnutrisi meningkatkan pengembangan TB aktif, dan TB aktif membuat

    kekurangan gizi buruk. Ia telah mengemukakan bahwa umum gizi buruk-dengan

    mengurangi ekspresi interferon gamma, tumor necrosis factor alpha, dan

    mycobactericidal zat-mungkin selektif berkompromi bagian lain dari respon sel-

    dimediasi yang penting untuk mengandung dan membatasi TB.(7)

    Beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien dengan TB aktif lebih

    mungkin menjadi sangat tipis (terbuang) atau memiliki indeks massa tubuh lebih

    rendah (BMI = berat (kg) / ht (m2)) dari pada kontrol sehat. Selama proses

    penurunan, biasanya ada kehilangan kedua lemak dan ramping (otot) jaringan,

    dengan kehilangan bertahan selama beberapa bulan setelah mulai terapi anti-TB.(7)

  • 31

    Tabel 2.3 Klasifikasi internasional dewasa kurus, kelebihan berat badan, dan

    obesitas menurut BMI

    Clasification BMI (kg/m2) principal cut-off points Underweinght < 18.50 Severe thinness < 16.00 Moderate thinness 16.00 16.99 Mild thinness 17.00 -18.49 Normal rage 18.50 24.99 Overweight 25.00 Pre obese 25.00 29.99 Obese 30.00 Obese class I 30.00 34.99 Obese class II 35.00 39.99 Obese class III 40.00

    Sumber : Adapted from WHO, 1995; WHO, 2000 and WHO, 2004.

    Sebagai contoh, dalam sebuah studi cross-sectional, Paton dan Ng

    membandingkan komposisi tubuh pasien TB yang baru didiagnosis dan terbuang

    untuk individu tanpa TB. Mereka menemukan bahwa, rata-rata, perbedaan

    komposisi tubuh antara kelompok hampir merata antara massa lemak dan massa

    tubuh (6.4kg, 6.0kg masing-masing) kompartemen. Menariknya, mereka juga

    menemukan bahwa penipisan jaringan ramping terjadi terutama pada tungkai,

    sedangkan pengurangan massa lemak terutama ditemukan di bagasi.

    Pemborosan umum ditemukan pada pasien dengan TB aktif kemungkinan

    besar hasil dari kombinasi faktor, termasuk penurunan nafsu makan dan asupan

    makanan, dan meningkatkan kerugian dan metabolisme diubah terkait dengan

    respon inflamasi dan kekebalan tubuh. (7)

    2.2.2 Pengaruh status gizi pada Penderita TB paru

    Sel imunitas adalah pertahanan yang paling penting terhadap TB. Seorang

    individu sudah kekurangan gizi lebih mungkin untuk terinfeksi TB, dan infeksi

  • 32

    laten lebih mungkin untuk menjadi TB aktif ketika dimediasi sel respon kekebalan

    terganggu. Bahkan, antara individu dengan TB laten, terjadinya gizi buruk dapat

    menjadi pemicu penting untuk perkembangan TB aktif.(7)

    Sebagian besar data tentang hubungan antara status gizi dan perkembangan

    TB aktif berasal dari studi yang dilakukan pada tahun 1950 hingga 1970 di

    negara-negara maju. Satu studi longitudinal peserta dalam uji coba vaksin BCG

    dilakukan di Amerika Serikat menemukan kejadian TB aktif adalah 2,2 kali lebih

    tinggi pada anak dengan rendah toko lemak subkutan (ketebalan lipatan kulit

    antara 0 dan 4mm) dibandingkan dengan mereka dengan 10 mm lemak subkutan .

    Dalam sebuah studi besar yang dilakukan di Norwegia, kejadian TB BTA-positif

    dan BTA-negatif menurun secara signifikan dengan meningkatnya BMI pada

    semua kelompok umur. Diagnosis TB baru adalah 5 kali lebih tinggi pada

    kelompok BMI terendah dibandingkan dengan kelompok BMI tertinggi.(7)

    2.2.3 Perubahan Status gizi selama pengobatan TB paru

    Berat badan terdiri dari lemak massa bebas (otot) dan massa lemak. Otot

    yang memadai umumnya terkait dengan fungsi fisik. Gizi partisi didefinisikan

    sebagai distribusi relatif berat badan atau keuntungan antara lemak dan bebas

    lemak (otot / protein) . Selama terapi obat TB aktif tanpa nutrisi tambahan, status

    gizi biasanya membaik. Hal ini kemungkinan besar karena berbagai alasan

    termasuk meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, mengurangi

    kebutuhan energi / nutrisi, dan peningkatan efisiensi metabolik. Kebanyakan

    perbaikan, namun, terbatas pada peningkatan massa lemak. (7)

  • 33

    Sebagai contoh, Schwenk et al. Menyelidiki perubahan dalam massa lemak

    dan massa protein pada 40 pasien TB di Inggris menerima pengobatan TB

    standar. Para pasien melaporkan kerugian sebesar 10,1 6,8% dari berat badan

    dalam lima bulan sebelum diagnosis. Setelah enam bulan pengobatan, pasien telah

    mendapatkan 9,5 berat badan 8,9%, terutama disebabkan untuk mendapatkan

    massa lemak dengan tidak ada perubahan signifikan dalam massa protein. Para

    penulis berpendapat bahwa pemulihan klinis dari TB tidak menjamin pemulihan

    massa protein, meskipun kenaikan berat badan adalah significant. Temuan ini

    mungkin mendukung gagasan bahwa metabolisme protein terus diubah bahkan

    selama pengobatan, dan bahwa pemulihan klinis dan fungsional dari TB tertinggal

    menyembuhkan mikroba. Bergantian, diet selama pengobatan mungkin tidak

    memadai dalam hubungan dengan meningkatnya kebutuhan selama pengobatan

    dan pemulihan, sehingga membatasi perkembangan massa tubuh ramping.(7)

    Meskipun dukungan nutrisi selama pengobatan TB sering

    direkomendasikan, ada beberapa studi yang dipublikasikan pada efektivitas

    dukungan tersebut. Namun, hanya yang pertama adalah uji coba secara acak:

    Paton et al. melakukan studi dukungan nutrisi di Singapura yang secara acak 36

    pasien yang baru-baru ini memulai pengobatan obat anti-TB ke tinggi suplemen

    energi-protein (600900kcal / d, protein 25-37.5gm / d) selama enam minggu

    dibandingkan dengan kelompok kontrol TB tidak menerima suplemen.

    Semua peserta diberi konseling gizi untuk memperbaiki ketidak seimbangan

    dicatat dalam asupan makanan dilaporkan. Asupan makanan dinilai melalui recall,

    dan dilaporkan tidak berbeda antara kedua kelompok pada awal. Pada enam

  • 34

    minggu, subyek pada kelompok suplemen gizi memiliki peningkatan yang

    signifikan dalam berat badan dibandingkan dengan kontrol (2,6 1,8 vs 0,8

    0.9kg, p = 0,001), dan massa ramping (1,2 0,9 vs 0,04 1,3 kg, p = 0,006).

    Massa lemak meningkat pada kedua kelompok. Selain itu, ada peningkatan yang

    signifikan dalam kekuatan cengkeraman pada kelompok suplemen. Pada 12

    minggu, kelompok suplemen mengalami peningkatan yang lebih besar dalam

    berat badan daripada kelompok kontrol, tetapi perbedaannya tidak lagi signifikan

    secara statistik dengan 24 minggu (4,4 2,7 vs 2,7 2,5, p = 0,07).(7)

    Hampir setengah dari berat badan awal pada kelompok suplementasi adalah

    jaringan ramping, menunjukkan bahwa pasien TB dapat membangun massa otot

    selama pemulihan. Para penulis menyarankan bahwa mempercepat pemulihan

    jaringan ramping melalui dukungan nutrisi dapat membantu memulihkan fungsi

    fisik sebelumnya, memperpendek masa penyembuhan dan memungkinkan

    kembali lebih awal untuk pekerjaan produktif. Mereka juga menyarankan bahwa

    karena gizi buruk pada pasien TB dikaitkan dengan kematian, pemulihan lebih

    cepat dari kekurangan gizi dapat membantu untuk meningkatkan kelangsungan

    hidup pasien TB.

    Dalam sebuah studi gizi awal 30 pasien TB di Inggris diikuti selama satu

    tahun setelah pengobatan anti-TB, pengobatan dikaitkan dengan pemulihan

    progresif gizi BMI, simpanan lemak, dan status zat besi. Pada 12 bulan Namun,

    LILA dan serum albumin tetap rendah, menunjukkan bahwa hal penuh massa otot

    mungkin memakan waktu lebih lama dari 12 bulan Bergantian, diet selama masa

    pemulihan mungkin tidak memadai untuk mendukung hal penuh. (7)

  • 35

    2.3 Telur

    Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi dan enak rasanya, mudah

    diolah serta harganya relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein

    hewani lainnya. (15)

    Masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi telur, mengingat telur

    sebagai sumber protein yang mengandung asam amino yang tidak tergantikan

    yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas dan

    sehat. Zat makanan ini juga berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan

    sebagai zat pembangun serta zat pengatur.

    Protein merupakan salah satu zat makanan yang diperlukan oleh manusia

    agar bisa bertumbuh kembang dan tetap sehat. Fungsi protein antara lain untuk

    membuat dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Dengan demikian,

    ketersediaan protein dalam menu makanan tidak saja diperlukan oleh anak-anak

    yang masih dalam masa pertumbuhan tetapi juga dibutuhkan oleh orang-orang

    dewasa. Bahan makanan sumber protein harus tersedia dalam menu makanan

    sehari- hari, agar tubuh kita memperoleh asupan gizi yang seimbang.(15)

    Protein nabati harganya relatif murah, namun asam amino esensial yang

    dikandungnya kurang lengkap. Sementara protein hewani mempunyai kandungan

    asam amino esensialnya lebih lengkap, dengan demikian protein hewani

    mempunyai kualitas yang lebih baik karena lebih beragamnya jenis-jenis asam

    amino yang dikandungnya.

    Telur merupakan sumber protein hewani yang biasa dikonsumsi oleh

    masyarakat. Dalam slogan empat sehat lima sempurna, antara lain dikatakan

  • 36

    bahwa telur merupakan lauk yang bergizi tinggi. Telur merupakan bahan pangan

    yang padat gizi dan enak rasanya, mudah diolah serta harganya relatif murah jika

    dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Bagi anak-anak, remaja

    maupun dewasa, telur merupakan makanan ideal dan sangat mudah didapatkan.

    Telur memiliki komposisi zat gizi yang lengkap. Untuk mencukupi protein

    hewani yang dibutuhkan anak balita, cukup dengan memberikan sebutir telur

    (terutama kuning telur) setiap hari dan untuk orang dewasa dianjurkan

    mengonsumsi tiga butir telur setiap minggu.(15)

    2.3.1 Kandungan gizi dalam telur

    Telur mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap, karena telur

    mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan tubuh, hanya vitamin C saja

    yang tidak ada. Di bawah ini adalah tabel nilai gizi telur dalam 100 gram bahan

    makanan. (15)

    Tabel 2.4 : Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Telur Ayam Segar

    Komposis Kimia Telur Ayam Segar

    Utuh Kuning Telur Putih Telur

    Kalori

    Protein

    Lemak

    Karbohidrat

    Kalsium

    Posfor

    Vitamin A

    Vitamin B

    (kkal)

    (gram)

    (gram)

    (gram)

    (gram)

    (gram)

    (SI)

    (SI)

    162,0

    12,8

    11,5

    0,7

    54,0

    180,0

    900,0

    0,1

    361,0

    16,3

    31,9

    0,7

    147,0

    586,0

    2000,0

    0,27

    50,0

    10,8

    0,0

    0,8

    6,0

    17,0

    0,0

    0,0

    Sumber: Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan, 1972

  • 37

    2.3.2 Berapa butir telur dikonsumsi

    Masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi telur, karena kandungan

    kolesterol dalam satu butir kuning telur sekitar 200 mg. Kandungan sebesar ini

    masih dapat ditoleransi karena tubuh manusia membutuhkan kolesterol antara

    1000 - 1500 mg. Kolesterol ini diperlukan untuk memproduksi vitamin D dan

    getah lambung, melindungi sel syaraf serta menghasilkan berbagai hormon. Kalau

    seseorang mengonsumsi 2 (dua) butir telur sehari baru memperoleh kolesterol

    sebanyak 400 mg, sedangkan penderita sakit jantung masih diperbolehkan

    mengonsumsi kolesterol sampai 200-300 mg atau setara dengan sebutir telur ayam

    sehari. Jadi konsumsi telur tidak menunjukkan peningkatan kolesterol (USDA

    Research Service, 2004). (15)

    2.3.3 Fakta tentang telur

    Telur Merupakan Makanan Terbaik Setelah Susu. Semua makanan

    mengandung protein tinggi atau rendah dalam 100 gramnya tergantung kadar

    airnya. Artinya, mengonsumsi susu sebanyak 100 cc dibanding telur ayam 100

    gram, tentu saja nilai gizinya lebih baik telur ayam. Ini karena susu lebih banyak

    mengandung kadar air (85%) dari pada telur.(15)

    Sebagai gambaran, susu mengandung protein sekitar 3% sedangkan telur

    sekitar 12%. Padahal harga 100 cc susu relatif jauh lebih mahal daripada 100

    gram telur. Karena itu telur merupakan sumber protein hewani yang terbaik

    sekaligus termurah.(15)

  • 38

    2.3.4 Makan Telur Setiap Hari

    Cukup banyak orang tua yang tak membolehkan anaknya mengonsumsi

    telur setiap hari. Mereka khawatir gara-gara hobi makan telur, kadar kolesterol

    dalam darah anaknya meningkat secara drastis dan menimbulkan gangguan atau

    penyakit serius.

    Pandangan ini tentu saja keliru, apalagi jika diterapkan pada anak-anak

    Indonesia. Pasalnya, pola makan mayoritas anak Indonesia masih kurang baik

    karena jarang minum susu, sementara makan daging pun belum tentu seminggu

    sekali.(15)

    Di samping itu, kandungan total kolesterol dalam sebutir telur masih di

    bawah kebutuhan kolesterol per hari. Kalau telur pun dijauhi juga maka sangat

    mungkin kekurangan gizi bakal menjadi masalah serius bagi generasi penerus.

    Oleh sebab itu tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi telur setiap hari.(15)

    2.3.5 Penting diketahui tentang telur

    1. Pada setiap sel tubuh, protein merupakan bagian yang sangat penting,

    sekitar 50% dari berat kering sel adalah protein.

    2. Protein merupakan bahan utama untuk pembentukan enzim, plasma

    darah, sel darah, zat kekebalan tubuh, dll.

    3. Telur adalah sumber protein penting karena mengandung 8 asam amino

    esensial dan mempunyai daya cerna yang tinggi.

    4. Sebutir telur hanya mengandung 260 mg kolesterol, jumlah ini tidak

    menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Jadi persepsi makan telur

    menyebabkan kolesterol tinggi sangat tidak tepat.

  • 39

    5. Telur bukan merupakan penyebab bisulan. Kasus bisulan bersifat sangat

    individual. Bisul merupakan suatu peradangan pada kulit yang biasanya

    mengenai folikel rambut dan disebabkan oleh kuman Staphylococcus

    aureus. (15)

    2.4 Protein

    Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

    tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam

    otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan.

    Sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan

    cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,

    matris intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu asam amino

    yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim,

    hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan. (10)

    Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi

    lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

    2.4.1 Mutu protein

    Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang

    dikandungnya. Protein komplet atau protein dengan nilai biologis tinggi atau

    bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial

  • 40

    dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan. Semua protein hewani,

    kecuali gelatin merupakan protein komplit. (10)

    Protein tidak komplit, atau protein bermutu rendah adalah protein yang tidak

    mengandung atau mengandung dalam jumlah kurang satu atau lebih asam amino

    esensial. Sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-

    kacangan lain merupakan protein tidak komplet.

    Beberapa jenis protein mengandung semua macam asam amino esensial,

    namun masing-masing dalam jumlah terbatas namun cukup untuk perbaikan

    jaringan tubuh akan tetapi tidak cukup untuk pertumbuhan. Asam amino yang

    terdapat dalam jumlah terbatas untuk memungkinkan pertumbuhan ini dinamakan

    asam amino pembatas, atau limiting amino acid. Metionin merupakan asam amino

    pembatas kacang-kacangan, lisin dari beras dan triptofan dari jagung. Bila

    terdapat secara bersamaan dalam makanan sehari-hari, beberapa macam protein

    dapat saling mengisi dalam asam amino esensial. Dua jenis protein yang terbatas

    dalam asam amino yang berbeda, bila dimakan secara bersamaan di dalam tubuh

    daoat menjadi susunan protein komplet.(10)

    Campuran dua jenis protein nabati atau penambahan sedikit protein hewani

    ke protein nabati akan menghasilkan protein bermutu tinggi dengan harga relatif

    rendah. Dalam keadaan tercampur, asam amino yang berasal dari berbagai jenis

    protein dapat saling mengisi untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan tubuh

    untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. (10)

  • 41

    2.4.2 Penilaian mutu protein

    Mutu protein dapat diukur dengan berbagai cara: (1) nilai biologik (NB); (2)

    Net protein Utilization/NPU; (3) Protein efesiency ratio/PER; (4) skor kimia/ skor

    asam amino. Mutu protein beberapa bahan makanan berdasarkan keempat tolak

    ukur ini dapat dilihat pada tabel.(10)

    Tabel 2.5 Mutu protein beberapa bahan makanan

    Bahan makanan NB*) NPU**) PER***) Skor kimia/ skor asam

    amino Telur 100 94 3.29 100 Susu sapi 93 82 3.09 95 Ikan 76 - 3.55 71 Daging sapi 74 67 2.30 69 Beras tumbuk 86 59 - 67 Kacang tanah 55 55 1,65 65 Beras giling 64 57 2,18 57 Gandum utuh 65 49 1,53 53 Jagung 72 36 - 49 Kacang kedelai 73 61 2,32 47 Biji-bijian 62 53 1,77 42 *)Nilai Biologis **) Net protein Utilization ***) Protein efesiency ratio Sumber: Wardlaw, G.M. dan P.M. Insel, Perspectives in Nutrition, 1990, hal. 167.

    2.4.3 Nilai biologik

    Nilai biologik (NB) makanan adalah jumlah nitrogen yang ditahan tubuh

    guna pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang berasal dari jumlah nitrogen

    yang diabsorpsi. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa nitrogen akan

    lebih banyak ditahan tubuh bila asam amino esensial hadir dalam jumlah cukup

    untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan.

    NB = Nitrogen ditahan = N makanan ( N urin N feses)

    Nitrogen diabsorpsi N makanan N feses

  • 42

    Makanan yang mempunyai nilai NB 70 atau lebih dianggap mampu

    memberikan pertumbuhan bila dimakan dalam jumlah cukup dan konsumsi energi

    mencukupi. Perlu diingat bahwa yang penting adalah mutu campuran protein yang

    dimakan sehari. (10)

    2.4.4 Net Protein Utilization/NPU

    NPU adalah indeks mutu yang tidak saja memperhatikan jumlah protein

    yang ditahan, akan tetapi juga jumlah yang dicernakan.

    NPU = NB x Koefisien kecernaan.

    NPU merupakan perbandingan antara nitrogen yang ditahan dan nitrogen

    yang dikonsumsi. NPU kacang kedelai adalah 61, susu 82, telur 94. (10)

    2.4.5 Protein Efesiency Ratio/PER

    Penentuan mutu protein melalui PER adalah yang paling sederhana. PER

    merupakan pengukuran mutu protein makanan yang diterapkan oleh kemampuan

    protein bersangkutan untuk menghasilkan pertumbuhan pada tikus muda. PER

    mengukur penambahan berat badan hewan muda per gram protein yang

    dikonsumsi.

    PER = Penambahan berat badan (gram)

    Konsumsi protein (gram)

  • 43

    PER digunakan sebagai kriteria mutu protein yang digunakan dalam

    memberi label makanan jadi. (10)

    2.4.6 Skor kimia/ skor asam amino

    Skor kimia adalah cara menetapkan mutu protein dengan membandingkan

    kandungan asam amino esensial dalam bahan makanan dengan kandungan asam

    amino esensial yang sama dalam protein ideal/patokan. (10)

    Skor kimia = mg asam amino per gram protein yang diuji x 100

    mg asam amino yang sama per gram protei patokan

    FAO/WHO/UNU 1985 menetapkan pola kecukupan asam amino untuk

    berbagai umur . pola ini dapat digunakan sebagai standar untuk membandingkan

    mutu protein bahan makanan atau campuran protein yang dinyatakan sebagai skor

    asam amino. Asam amino yang mempunyai terendah merupakan asam amion

    pembatas makanan tersebut. Hanya triptofan, treonin, lisin, dan mentionin +

    sistin (asam amino mengandung sulfur) yang perlu dipertimbangkan, karena

    hanya salah satu dari asam amino inilah yang biasa merupakan asam amino

    pembatasan dalam bahan makanan. Juga menunjukkan mutu protein bahan

    makanan hewani dibandingkan dengan pola kecukupan asam amino tersebut. (10)

    2.4.7 Fungsi protein

    1. Pertumbuhan dan pemeliharaan

    Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia

    semua asam amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen atau

  • 44

    ikatan amino (NH2) guna pembentukan asam-asam amino nonesensial

    yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin bila

    tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk

    pemeliharaan dan perbaikan. Beberapa jenis jaringan tubuh

    membutuhkan asam-asam amino tertentu dalam jumlah lebih besar. (10)

    2. Pertumbuhan ikatan-ikatan esensial tubuh

    Hormon-hormon seperti tiroid insulin dan epinefrin adalah

    protein, demikian pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak

    sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang

    terjadi di dalam tubuh.

    Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi

    sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein.

    Asam amino triptofan berfungsi sebagai perkursor vitamin niasin

    dan pengantar saraf serotonin yang berperan dalam membawa pesan dari

    sel saraf yang satu ke yang lain. (10)

    3. Mengatur keseimbangan air

    Cairan tubuh terdapat di dalam tiga kompartemen: intraselular (di

    dalam sel), ekstraselular/ interselular (di antara sel),dan intravaskular (di

    dalam pembuluh darah). Kompartemen-kompartemen ini dipisahkan satu

    sama lain oleh membran sel. Distribusi cairan dalam kompartemen-

    kompartemen ini harus diajaga dalam keadaan seimbang atau homeostatis.

  • 45

    Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem kompleks yang melibatkan

    protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam jaringan dinamakan

    edema dan merupakan tanda awal kekurangan protein. (10)

    4. Memelihara netralias tubuh

    Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam

    dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan

    tubuh berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkil (pH 7,35 7,

    45). (10)

    5. Pembentukan antibodi

    Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada

    kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang

    menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan-bahan asing yang

    masuk tubuh.

    Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-

    bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam

    hati. Dalam kedaaan tubuh kekurangan protein kemampuan tubuh untuk

    menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini berkurang. (10)

    6. Mengangkut zat-zat gizi

    Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi

    dari saluran cerna melalui dinding saluran ceran kedalam darah ke

    jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian

  • 46

    besar bahan yang mengangkut zat-zat gizi ini adalah protein. Alat angkut

    protein ini dapat secara khusus. Kekurangan protein, menyebabkan

    gangguan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi. (10)

    7. Sumber energi

    Sebagai sumber energi, protein ekuivalen dengan karbohidrat,

    karena menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun protein sebagai sumber

    energi relatif lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi

    yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. (10)

    2.4.8 Angak kecukupan protein

    Kebutuan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang

    diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan

    produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan , atau

    menyusui.

    Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil

    penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan, berupa

    protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/digestibility dan daya

    manfat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan safe level of intake atau

    taraf suapan terjamin. (10)

  • 47

    Tabel 2.6 Angka kecukupan protein menurut kelompok umur dinyatakan dalam taraf asupan terjamin

    Kelomok umur (tahun) AKP (nilai PST) gram/kg berat badan Laki-laki perempuan

    0 0,5 1,86 (86% dari ASI) 1,86

    (85% dari ASI)

    0,5 2,0 1,39 (80% dari ASI) 1,39

    (80% dari ASI) 4 5 1,08 1,08 5 10 1,00 1,00 10 18 1,96 0,90 18 60 0,75 0,75 60 + 0,75 0,75 Ibu hamil + 12 gram/hari

    + 16 gram/hari + 12 gram/hari + 11 gram/hari

    Ibu menyusui enam bulan pertama Ibu menyusui enam bulan kedua Ibu menyusui tahun kedua

    Sumber: FAO/WHO/UNU, 1985 PTS: Protein Senilai telur

    Angka kecukupan protein dipengaruhi oleh mutu protein hidangan yang

    dinyatakan dalam Skor Asam Amino (SAA), daya cerna Protein (DP) dan berat

    badan seorang. Cara menaksir AKP adalah sebagai berikut:

    AKP = Taraf suapan terjamin x 100 x 100 berat badan

    SAA DP

    Tabel 2.7 Angka kecukupan protein yang dianjurkan (per orang per hari)

    Golongan umur

    Berat badan

    Tinggi badan protein

    Golongan umur

    Berat badan

    Tinggi badan Protein

    (kg) (cm) (g) (kg) (cm) (g) 0 6 bl 5,5 60 12 Wanita

    7 12 bl 8,5 71 15 10 -12 th 35 140 54 1 3 th 12 90 23 13 15 th 46 153 62 4 6 th 18 110 32 16 19 th 50 154 51 7 9 th 24 120 37 20 45 th 54 156 48

    46 59 th 54 156 48 Pria: 60 th 54 156 48

    10 12 th 30 135 45 Hamil + 12 13 15 th 45 150 64 Menyusui 16 19 th 56 160 66 0 6 bl +16 20 45 th 62 165 55 7 12 bl + 12

    46 59 62 165 55 60 th 62 165 55

    Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998

  • 48

    Widyakarya pangan nasional 1998 menetapkan AKP untuk penduduk

    Indonesia berdasarkan berat badan patokan, mutu protein, dan daya cerna protein

    hidangan di pedesaan

    Tabel 2.8 Nilai protein berbagai bahan makanan (gram/ 100g)

    Bahan makanan Nilai protein Bahan makanan Nilai protein Kacang kedelai 34,9 Keju 22,8 Kacang merah 29,1 Kerupuk udang 17,2 Kacang tanah terkelupas 25,3 Jagung kuning pipil 9,2 Kacng hijau 22,2 Roti putih 8,0 Biji jambu monyet (mente) 21,2 Mei kering 7,9 Tempe kacang kedelai murni 18,3 Beras setengah giling 7,6

    Tahu 7,8 Kentang 2,0 Daging sapi 18,8 Gaplek 1,5

    Ayam 18,2 Ketela pohon (singkong) 1,2

    Telur bebek 13,1 Daun singkong 6,8 Telur ayam 12,0 Bayam 3,5 Udang segar 21,0 Kangkung 3,0 Ikan segar 16,6 Wortel 1,2 Tepung susu skim 35,6 Tomat masak 1,0 Tepung susu 24,6 Mangga harumanis 0,4

    Berdasarkan hasil penelitian Hobertina Y. Omkarsba dengan judul

    penelitiannya tentang hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi

    pasien tuberkulosis paru rawat inap RS dr. Ario wirawan Salatiga menjelaskan

    dengan meningkatakan status gizi pada penderita TB paru perlu di perhatikan

    Pemberian asupan makanan yang memiliki kandungan protein komplet atau

    protein dengan nilai biologis tinggi dan bermutu tinggi. Protein komplet

    mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk

    keperluan pertumbuhan. (9)

  • 49

    Hasil penelitian di tahun 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan yang

    bermakna antara asupan energi dan protein dengan status gizi pasien tuberkulosis

    paru rawat inap di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Dengan hasil analitik 22

    sampel(63,8%) IMT 100% AKG)

    dan 8 sampel sedang (80-99 %AKG). TKP semua pasien baik > 100 % AKG yang

    dikoreksi +15 %.(9)

    Dari teori yang di jelaskan diatas bahwa telur merupakan salah satu protein

    yang nilai biologis tinggi (sempurna), asam amino lengkap dan mudah dicerna

    dimanan fungsi protein adalah sebagai zat pembangun, pengganti sel-sel yang

    mati dan sebagai protein strukural, sebagai bagian badan-badan inti, sebagai

    mekanisme pertahanan tubuh, sebagai zat pengatur, sebagai sumber energi dan

    sebagai penyimpanan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.

    2.5 Berat badan

    Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

    sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). berat badan dapat dipergunakan

    pula sebagai dasar perhitungan dosis obatan dan makanan.(18)

    Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral

    pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot

    menurun. Pada orang yang edema dan ansietas terjadi penambahan cairan dalam

  • 50

    tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya

    terjadi pada orang kekurangan gizi.(18)

    Berat badan terdiri dari lemak massa bebas (otot) dan massa lemak. Otot

    yang memadai umumnya terkait dengan fungsi fisik. Gizi partisi didefinisikan

    sebagai distribusi relatif berat badan atau keuntungan antara lemak dan bebas

    lemak (otot / protein).(7)

    Beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan adalah salah satunya

    makanan dan minuman. Dalam sehari kita membutuhkan gizi lengkap seperti

    karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. (19)

    Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara

    lain: (18)

    1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu

    singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

    2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

    priodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

    3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas

    di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan

    penjelasan secara meluas.

    4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan

    pengukur.

  • 51

    5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

    pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan

    sebagai dasar pengisiannya.

    6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status

    gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana

    sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

    7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

    tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh

    masyarakat.

    Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

    digunakan dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persayaratan: (18)

    1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

    2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

    3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.

    4. Skalanya mudah di baca

    5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

    2.5.1 Mengukur berat badan

    Mengukur berat badan merupakan suatu tindakan keperawatan yang

    dilakukan untuk mengetahui berat badan seseorang dengan menggunakan

    timbangan badan. Berat badan bisanya diukur ketika pasien baru masuk dan

    sewaktu-waktu sesuai keadaan pasien.(20)

  • 52

    1. Tujuan

    a. Mengetahui berat badan dan perkembangannya.

    b. Membantu menetukan program pengobatan (dosis)

    c. Menentukan status nutrisi kilen

    d. Menentukan status cairan klien.

    2. Prosedur pelaksanaan Timbangan berdiri

    a. Beri tahu klien

    b. Beri tahu klien untuk memakai baju yang tidak tebal dan melepas

    sandal/sepatu

    c. Kalibrasi timbangan

    d. Bantu klien naik ke timbangan

    e. Lakukan penimbangan berat badan

    f. Baca berat badan

    g. Anjurkan klien turun dari timbangan

    h. Rapihkan alat

    2.5.2 Meningkatkan berat badan

    Seorang dikategorikan kurus apabila ideks masa tubuhnya (IMT) kurang

    dari 20.1 untuk laki-laki dan kurang dari 18.7 untuk perempuan. (19)

    Penyebab utama terjadinya kekurangan berat badan adalah asupan makanan

    (energy intake) lebih kecil dibandingkan energi yang diperlukan untuk aktivitas

    (energi output). Tujuan pengaturan makanan bagi berat badan kurang adalah

    menambah berat badan secara aman dengan diet tinggi kalori dan zat seimbang

  • 53

    sehingga berat badan menjadi bertambah. Prinsip peningkatan berat badan adalah

    menambah masa otot (hipertropi). (19)

    Pengaturan makan untuk menambah berat badan meliputi kedua hal

    berikut: (19)

    1. Penambahan asupan kalori sebanyak 500-1000 atau 25% dari kebutuhan

    kalori/hari

    2. Menambah jumlah porsi makan, sesuai dengan ketentuan dan frekuensi

    makan.

    Penambahan berat badan yang aman adalah hingga 1 kg atau maksimal

    1,5% dari berat badannya setiap minggu.

    2.5.3 Konsumsi telur terhadap peningkatan berat badan

    Dalam meningkatan berat badan prinsipnya menambah masa otot dengan

    mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, karbohidrat tinggi dan lemak sehat.

    Protein sangat penting dalam proses penambahan berat badan, karena dengan

    mengkonsumsi protein yang cukup. Berat badan akan didapatkan dari masa otot

    yang bertambah.(19)

    Menambah berat badan = menambah masa otot

    = energi input > energi out put

  • 54

    Telur merupakan salah satu protein yang nilai biologis tinggi (sempurna),

    asam amino lengkap dan mudah dicerna dimanan fungsi protein adalah sebagai

    zat pembangun, pengganti sel-sel yang mati dan sebagai protein strukural, sebagai

    bagian badan-badan inti, sebagai mekanisme pertahanan tubuh, sebagai zat

    pengatur, sebagai sumber energi dan sebagai penyimpanan dan meneruskan sifat-

    sifat keturunan dalam bentuk genes. (10)

    Mengkonsumsi telur sebagai protein yang komplit dapat meningkatan masa

    otot dilihat dari prinisp meningkatan berat badan. Pada penderita tuberkulosis

    paru mengalami malnutrisi protein-energi, sehingga dengan mengkonsumsi telur

    sebagai protein komplit dapat memperbaiki kondisi malnutrisi protein energi dan

    meningkatkan masa otot.(7) Kemudian dengan memperhatikan kondisi status gizi

    penderita tuberkulosis paru dapat meningkatkan proses penyembuhan.

    Pernyataan diatas di perkuat dengan penelitian Oslida dan Hendro dari

    Universitas Sumatra Utara (USU) bahwa dikemukakan dengan mengkonsmsi telur

    2 butir perhari selama 1 bulan pada penderita tuberkulosis paru terdapat

    peningkatan berat badan dengan presentase 100%.(12)

    2.6 Tinggi protein terhadap berat badan

    Cara menambah berat badan bisa dengan memperhatikan jumlah asupan

    protein yang dikonsumsi tiap harinya. Protein punya peranan dalam menurunkan

    kadar lemak jahat dan memperbesar massa otot dengan memperhatikan jenis

  • 55

    nutrisi yang terkandungnya. Selain memperhatikan jenis nutrisi, juga bisa

    menempuh cara menambah berat badan dengan menerapkan beberapa kiat hidup

    sehat tanpa menggunakan obat-obatan yang belum tentu baik bagi tubuh.

    Berbagai sumber protein dengan kualitas yang baik dapat digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan protein yang meningkat untuk penyembuhan TB seperti

    daging, ikan, telur, susu dan kedelai (protein). Perbaikan status gizi dapat terjadi

    dengan meningkatnya asupan makanan diikuti dengan peningkatan berat badan,

    IMT,LILA, Trceps, biceps dan kadar albumin. Hal ini akan memberikan hasil

    pengobatan yang optimal. Kebutuhan energi dan protein yang tinggi disertai

    dengan penyuluhan gizi akan mempercepat proses penyembuhan, terutama pada

    penderita malnutrisi.

    Pada umumnya penderita TB mengalami rendahnya asupan makanan pada

    infeksi disebabkan oleh anoreksia, mual, muntah, suhu badan yang meningkat

    menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam

    tubuh. Asupan yang tidak kuat menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh

    yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan

    terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh. Perubahan yang

    kompleks terjadi dalam metabolisme semua macronutrients, yaitu protein,

    karbohidrat dan lemak. (21)

    Protein terdiri dari 16% nitrogen dan merupakan sumber nitrogen satu-

    satunya. Tubuh berada dalam keseimbangan nitrogen ketika asupan dan

    pengeluaran nitrogen adalah sama. Ketika asupan nitrogen melebihi pengeluaran,

  • 56

    maka tubuh berada dalam keseimbangan nitrogen positif, yang dibutuhkan untuk

    pertumbuhan. Nitrogen disimpan oleh tubuh digunakan untuk pembangunan,

    perbaikan dan penempatan kembali jaringan tubuh.(22)

    Pada Penderita TB juga dikenal memiliki kerugian yang tinggi protein

    (nitrogen), yang mungkin mengakibatkan malabsorpsi akibat diare, kehilangan

    cairan, elektrolit dan cadangan nutrisi lainnya. Hal ini berdampak terhadap sistem

    imunitas dan penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menjadi progessif yang

    mengakibatkan perlambatan penyembuhan TB. Perbaikan malnutrisi dengan

    memberikan makanan yang kuat dan tinggi protein akan menghentikan proses

    depletion dan perbaikan sel, mukosa jaringan serta integritas sel dan sistem

    imunitas sehingga daya tahan meningkat dan menguntungkan pengobatan TB.(21)

    Kebutuhan nutrisi terutama protein pada penderita tuberkulosis sangat

    tinggi. Dijelaskan bahwa asupan protein dari diet adalah penting untuk mencegah

    pemborosan toko tubuh (misalnya jaringan otot). memerlukan asupan 1,2-1,5 g

    per kilogram berat badan atau 15% dari total energi harian intake atau sekitar 75 -

    100 g per hari akan cukup. (21)

    2.7 Diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi)

    Diet energi tinggi protein tinggi (ETPT) adalah diet yang mengandung

    energi tinggi dan protein tinggi diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam

    bentuk makanan biasa yang ditambah bahan makanan sumber protein tinggi

  • 57

    seperti susu, telur dan daging atau dalam bentuk minuman enteral energi tinggi

    protein tinggi. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai nafsu makan dan

    dapat menerima makanan lengkap. (11)

    2.7.1 Tujuan diet

    Tujan diet energi tinggi protein tinggi adalah untuk: (11)

    1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk

    mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan.

    2. Menambah berat badan hingga mencapai berat normal.

    2.7.2 Syarat diet

    Syarat-syarat diet energi tinggi protein tinggi adalah: (11)

    1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB

    2. Protein tinggi yaitu 2,0-2,5 g/kg BB

    3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan enegi total.

    4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

    5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.

    6. Makan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

    2.7.3 Macam diet dan indikasi pemberian

    Diet energi tinggi protein tinggi diberikan kepada pasien: (11)

    1. Kurang energi protein (KEP)

    2. Sebelum dan sesudah oprasi tertentu, multi trauma, serta selama

    radiotrapi dan kemoterapi.

  • 58

    3. Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi.

    4. Hipertiroid, hamil, dan post-partum dimana kebutuhan energi dan

    protein meningkat.

    Menurut keadaan pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam diet

    energi tinggi protei tinggi (ETPT) seperti dibawah ini:

    1. Diet energi tinggi protein tinggi I (ETPT I)

    Energi: 2600 kkal, Protein: 100 g (2 g/kg BB)

    2. Diet energi tinggi protein tinggi II (ETPT II)

    Energi: 3000 kkal, Protein: 125 g (2,5 g/kg BB)

    Tabel 2.9 Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa

    Bahan makanan ETPT I ETPT II

    Berat (g) Urt Berat (g) Urt

    Susu

    Telur ayam

    Daging

    Formula komersial

    Gula pasir

    200

    50

    50

    200

    30

    1 gls

    1 btr

    1 ptg sdg

    1 gls

    5 sdm

    400

    100

    100

    200

    30

    2 gls

    2 btr

    2 ptg sdg

    1 gls

    3 sdm

    Tabel 2.10 Nilai Gizi

    ETPT I ETPT II

    Energi (kkal)

    Protein (g)

    Lemak (g)

    Karbohidrat (g)

    2690

    103

    73

    420

    3040

    120

    98

    420

  • 59

    Kalsium (mg)

    Besi (mg)

    Vitamin A (RE)

    Tiamin (mg)

    Vitamin C (mg)

    700

    30,2

    2746

    1,5

    114

    1400

    36

    2965

    1,7

    116

    Tabel 2.11 Pembagian bahan makanan (sebagai makanan tambahan pada

    makanan biasa) Waktu pemberian ETPT I ETPT II

    Pagi 1 btr telur ayam 1 btr telur ayam

    Pukul 10.00 - 1 gls susu

    Siang 1 ptg daging 1 ptg daging

    Pukul 16.00 1 gls susu 1 gls susu

    Malam - 1 ptg daging

    Pukul 21.00 1 gls formula komersial 1 btr telur ayam

    1 gls formula komersial

    Tabel 2.12 Bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan

    Bahan makanan Dianjurkan Tidak di anjurkan

    Sumber karbohidrat Nasi, roti, mie, makaroni

    dan hasil olahan tepung-

    tepungan lain, dan

    karbohidrat sederhana

    Sumber protein Daging sapi, ayam, ikan,

    telur, susu, dan hasil olahan

    seperti keju dan youghurt

    custard dan es krim

    Dimasak dengan banyak

    minyak atau

    kelapa/santan kental

  • 60

    Sumber protein nabati Semua jenis kacang-

    kacangan dan hasil

    olahnya, seperti tempe dan

    tahu

    Dimasak dengan banyak

    minyak atau

    kelapa/santan kental

    Sayuran Semua jenis sayuran,

    terutama jenis B, seperti

    bayam, buncis, daun

    singkong, kacang panjang,

    labu siam dan wortel

    direbus, dikukus dan

    direbus.

    Dimasak dengan banyak

    minyak atau

    kelapa/santan kental

    Buah-buahan Semua jenis buah segar,

    buah kaleng, buah kering

    dan jus buah.

    Lemak dan minyak Minyak goreng dan

    mentega, margarin, santan

    encer, salad dressing.

    Santan kental

    Minuman Soft drink, madu, sirup, teh

    dan kopi encer

    Minuman rendah energi

    Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti

    bawang merah, bawang

    putih, laos, salam dan

    kecap

    Bumbu yang tajam,

    seperti cabe dan merica

  • 61

    2.8 Penelitian lain yang relevan

    Berdasarkan hasil penelitian Martony Hendro dengan judul penelitian

    evektifitas pengobatan strategi DOTS dan pemberian telur terhadap penyembuhan

    dan peningkatan status gizi penderita TB paru di kecamatan Lubuk pakam tahun

    2005. Metode penelitiannya bersifat eksperimental dengan cara pengambilan

    sampel dilakukan secara purposive dengan jumlah 6 orang setiap kelompok. Hasil

    akhir penelitian menujukan adanya perkembangan berat badan pada kelompok

    intervensi terlihat kenaikannya sebanayk 100%. Sedangkan pada kelompok

    kontrol yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 66,6%.(12)

  • 62

    2.9 Kerangka teori

    Sumber: Crofton, John.dkk(6), USAID (7), Almatsier (10)

    Gambar Bagan 2.2 Kerangka teori

    Faktor fakor resiko:

    1. Malnutrisi 2. Bahan toksik 3. Penyakit lain 4. Lingkungan 5. Ras 6. Imunologi

    Imunitas (sistem kekebalan tubuh)

    kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Masuk

    Kejadian Tuberkulosis Paru

    Malnutrisi (berat badan menurun)

    1. Penurunan nafsu makan, nutrisi malabsorpsi, mikronutrien malabsorpsi, dan metabolisme diubah mengarah ke pemborosan.

    2. Malnutrisi protein-energi dan mikronutrien kekurangan meningkatkan risiko TBC.

    Asupan Protein yang kandungan protein

    komplet atau protein dengan nilai biologis tinggi dan bermutu

    tinggi

    (Telur)