bab i1

9
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Sudah seyogyanya, penulisan tentang sejarah dan kebudayaan Islam oleh ahli-ahli sejarah Barat maupun timur diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa Arab pra-Islam. Hal ini memang terasa sangat relevan, mengingat negeri dan bangsa arab adalah yang pertama kali mengenal dan menerima Islam. Adalah suatu fakta bahwa agama Islam di turunkan di Jazirah Arab, karena itu sudah barang tentu bangsa Arablah yang pertama kali mendengar, menghayati dan mengenal Islam. Sebab itu terasa penting untuk mengetahui keadaan masyarakat Arab pra-Islam itu bagi penelaahan sejarah kebudayaan Islam dalam hal ini adalah sejarah kelahiran Islam dan kondisi masyarakat Arab pra-Islam, yang lazim disebut “zaman jahiliyyah”. Sejarah perkembangan masyarakat bangsa Arab dalam kenyataannya tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan oleh Islam; dan sebaliknya Islam didukung dan dikembangluaskan oleh bangsa Arab. Konteks kenyataan inilah yang menarik untuk mengetahui keadaan bangsa Arab pra-Islam itu yang berkaitan dengan aspek-aspek perjalanan sejarah mereka, seperti keadaan geografis jazirah Arab itu, asal-usul, cara hidup penduduk, jenis-jenis bangsa Arab, agama dan kepercayaan, adat-istiadat, dll. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana situasi dan kondisi geografi jazirah arab? 2. Apa masyarakat Arab jahiliyyah itu dan bagaimana realitanya? 3. Bagaimana keberagamaan masyarakat arab pada zaman itu?

Upload: ibrahim-lubis

Post on 11-Jul-2015

197 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i1

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sudah seyogyanya, penulisan tentang sejarah dan kebudayaan Islam oleh ahli-ahli

sejarah Barat maupun timur diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa Arab pra-Islam.

Hal ini memang terasa sangat relevan, mengingat negeri dan bangsa arab adalah yang

pertama kali mengenal dan menerima Islam. Adalah suatu fakta bahwa agama Islam di

turunkan di Jazirah Arab, karena itu sudah barang tentu bangsa Arablah yang pertama kali

mendengar, menghayati dan mengenal Islam.

Sebab itu terasa penting untuk mengetahui keadaan masyarakat Arab pra-Islam itu

bagi penelaahan sejarah kebudayaan Islam dalam hal ini adalah sejarah kelahiran Islam dan

kondisi masyarakat Arab pra-Islam, yang lazim disebut “zaman jahiliyyah”.

Sejarah perkembangan masyarakat bangsa Arab dalam kenyataannya tidak dapat

dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh

dan dibesarkan oleh Islam; dan sebaliknya Islam didukung dan dikembangluaskan oleh

bangsa Arab.

Konteks kenyataan inilah yang menarik untuk mengetahui keadaan bangsa Arab pra-Islam itu

yang berkaitan dengan aspek-aspek perjalanan sejarah mereka, seperti keadaan geografis

jazirah Arab itu, asal-usul, cara hidup penduduk, jenis-jenis bangsa Arab, agama dan

kepercayaan, adat-istiadat, dll.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana situasi dan kondisi geografi jazirah arab?

2. Apa masyarakat Arab jahiliyyah itu dan bagaimana realitanya?

3. Bagaimana keberagamaan masyarakat arab pada zaman itu?

Page 2: Bab i1

2

BAB II

Pembahasan

A. Situasi geografi Arab pra-Islam

Bangsa Arab menyebut tanah air mereka dengan Jazirah Arab, sedangkan batas-batas

semenanjung atau jazirah Arab adalah sebagai berikut:

sebelah selatan: lautan Hindia

sebelah timur : teluk Arab (dahulu teluk Persia)

sebelah utara : gurun Iraq dan gurun Syam (sekarang Syiria)

sebelah barat : Laut Merah

Panjangnya 1000 km dan lebarnya ±1000 km. Jazirah Arab hampir 5/6 daerahnya

terdiri dari padang pasir, maka sungai sangat jarang terdapat di jazirah arab dan hanya ada

perigi atau oase di tengah-tengah padang pasir.

Jazirah Arab terbagi atas 2 bagian yakni, bagian tepi dan bagian tengah. Bagian tengah terdiri

dari pegunungan yang curah hujannya sangat sedikit, penduduknya pun secara otomatis

sedikit, yaitu kaum pengembara. Bagian tengah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

Bagian utara, disebut “Najed”

Bagian Selatan disebut “Al Ahqaf”

Sedangkan di bagian tepi, serupa dengan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah

Arab, hanya di pertemuan antara laut merah dengan lautan Hindia pita itu agak lebar. Pada

jazirah Arab ini boleh dikatakan hujan turun cukup teratur, oleh karena itu penduduknya tiada

yag mengembara melainkan menetap di tempatnya.

Jazirah arab terbagi kepada lima daerah, yaitu:

1. Hijaz, kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif

2. Yaman, terletak di bagian selatan; diantaranya adalah San‟a yang merupakan ibukota

Yaman zaman dahulu

3. Najed, terletak di bagian tengah jazirah Arab

4. Tihamah, terletak antara Hijaz dan Yaman

5. Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed

Jenis-jenis bangsa Arab dipandang dari segi cara hidupnya dibedakan menjadi dua

macam, yaitu penduduk gurun “Badui” dan penduduk negeri “Ahlul Hadlar”. Penduduk

Badui (baidah), yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya, dan tidak diketahui lagi

keberadaannyakecuali karena tersebut di dalam kitab suci, seperti kaum „Ad dan Tsmaud.

Cara hidup mereka adalah suka berpundah-pindah, mengembara untuk mencari tanah yang

Page 3: Bab i1

3

dapat ditanami, mata air dan padang rumput untuk menggembala binatang ternak. Sejarah

bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari

sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira lima puluh tahun sebelum Islam.

Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa

Arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu

berperang-perangan. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh

keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki

tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang

ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.

Sedangkan penduduk negeri adalah penduduk yang cara hidupnya menetap, tidak berpindah-

pindah dan tidak mengembara. Mereka mendiami Jazirah Arab bagian tepi seperti Hijaz,

Hirah, Yaman, dll. Penduduk negeri memiliki mata pencaharian berdagang dan bercocok

tanam. Kehidupan penduduk negeri lebih teratur bila dibandingkan dengan kehidupan orang

gurun. Dan mereka juga sudah mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan, juga

mereka telah mampu mendirikan kerajaan.

B. Masyarakat Arab Jahiliyyah

Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal

dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari bahasa

Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa disimpulkan bahwa

masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh. Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan

masa sebelum Rasulullah S.A.W lahir. Sesungguhnya kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar

shina‟iy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna‟

Khalil al-Qathtan ada tiga 3 makna, yaitu:

Tidak adanya ilmu pengetahuan (makna asal).

Meyakini sesuatu secara salah.

Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang

seharusnya dia kerjakan.

Masyarakat jahiliyah tidak merujuk pada kurun waktu tertentu, melainkan suatu kondisi

masyarakat (bandingkan perilaku sosial masyarakat Arab pra Islam dengan masyarakat

modern), kini Masyarakat jahiliyah tidak merujuk pada masyarakat tertentu (Arab, misalnya)

tetapi juga bisa pada masyarakat lain (bandingkan, misalnya, perilaku sosial dalam hubungan

laki-laki dan wanita antara masyarakat Arab, Romawi, Yunanai, India, atau Cina!).Dalam

pengetahuan dan peradaban, masyarakat Arab tidak bisa disebut jahiliyyah (bodoh) dalam

Page 4: Bab i1

4

pengertian barbar dan primitif. Justru banyak perilaku dan pengetahuan positif yang

dihasilkan mereka, yang kemudian dipelihara oleh Islam, misalnya dalam penghormatan

tamu, kedermawanan, tepat janji, bersahaja. . Yang dimaksud masyarakat jahiliyah sebelum

datangnya Islam adalah keseluruhan masyarakat (tidak hanya Arab), yang menjauhi nilai-

nilai fitrah, yang sudah dibawa oleh para Rasul pembawa risalah tauhid. . Penyempitan

makna jahiliyah hanya pada masyarakat Arab pra Islam akan menimbulkan bias bahwa

agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu lahir dari nenek moyang bodoh, yang

jauh dari nilai-nilai

Sebutan jahiliyah ini perlu mendapat penjelasan lebih lanjut, sebab dari situlah akan

terbangun pola kontruksi terhadap masyarakat Arab masa itu, yang di dalamnya adalah juga

nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan sekaligus cikal bakal masyarakat Islam. Jika

masyarakat jahiliyah kita artikan sebagai masyarakat bodoh dalam pengertian primitif yang

tak mengenal pengetahuan atau budaya; tentu sulit dipertanggungjawabkan, karena

berdasarkan data sejarah, masyarakat Arab waktu itu juga telah memiliki nilai-nilai

peradaban sesederhana pun peradaban itu. Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan,

membagi masa jahiliyah kepada dua masa yakni:

1. Arab Jahiliyyah pertama (Al Arabul Jahilliyatul Ula) yaitu zaman sebelum sejarah

sampai abad lima masehi.

2. Arab Jahiliyah kedua (Al Arabul Jahiliyatus Tsaniyah) yaitu dari abad kelima masehi

sampai lahir Islam.

Kalau kita perhatikan kembali, orang-orang Arab dalam kedua zaman tersebut tidak

semuanya bodoh. Seorang ahli sejarah Islam terkenal Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata

“Arab Jahiliyah” yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada

kebenaran, mereka terus melawan kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu

benar.

Dikalangan bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat yang kondisinya

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hubungan seorang keluarga dikalangan

bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan dan dijaga sekalipun harus dengan

pertumpahan darah. Jika seseorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab

karena kemuliaanya dan keberaniannya, maka dia harus banyak diperbincangkan oleh para

wanita.

Karena pada zaman itu wanita dapat mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu

perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa saja menyulut api peperangan dan

pertempuran diantara mereka. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali

Page 5: Bab i1

5

wanita. Sedangkan kelas masyarakat yang lainnya beraneka ragam dan memiliki kebebasan

hubungan antara laki-laki dengan wanita. Para wanita dan laki-laki bebas bergaul, malah

untuk berhubungan lebih dalam pun tidak ada batasan. Dan yang lebih mengerikan laagi

adalah, seorang wanita bisa bercampur dengan lima atau bahkan lebih laki-laki sekaligus.

Perzinaan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Yang pada masa itu perzinaan dianggap suatu

hal yang biasa, tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.

Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki ayng diluar wajar, seperti:

1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki

lain yang menjadi wali wanita itu, lalu dia dapat menikahi wanita itu seketika itu pula

setelah menyerahkan mas kawin.

2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita wanita sesuka hatinya, yang disebut wanita

pelacur.

3. Pernikahan istibdha‟, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki

lain.

4. Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan pertempuran.

Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan

menghalalkannya menurut kemauannya.

Hal-hal yang menyimpang diluar kewajaran selain itu adalah Poligami tanpa ada

batasannya. Menikahi janda bapak mereka sendiri.

Ada pula yang sangat pantas jika mereka disebut masyarakat jahiliyyah, yakni mengubur

hidup-hidup anak perempuan mereka. Karena apa, karena takut terbuka aib dan karena

kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-laki mereka, apabila anak laki-laki

mereka itu dinilai mempunyai watak penakut dan atau pengecut. Karena adanya kepercayaan

bahwa akan kelaparan dan mengalami kemiskinan. Walaupun adat seperti itu tidak dapat

dibenarkan, namun untuk dapat memahaminya perlu dilihat motivasi-motivasi yang

mendorong adanya adat seperti itu. Biarpun masyarakat arab pra-Islam juga memiliki rasa iba

dan kasih sayang kepada anak kandungnya. Akan tetapi sifat-sifat keprimitifan mereka

sebagai suku-suku pengembara, terlampau berlebihan dalam mendewa-dewakan harga diri,

kehormatan dan nama baik keluarga dan kabilahnya. Mereka sangat takut kalau-kalau di

kemudian hari anak perempuannya akan mencemarkan nama baik keluarga dan kabilahnya,

mengingat tata sosial pada masa itu tatkala kaum wanita hanya berkedudukan sebagai pemuas

nafsu kaum pria belaka. Dan tidak memiliki hak apapun dalam menentukan nasibnya sendiri.

Dari realita di atas tampak adanya beberapa masalah yang saling bertentangan antara rasa

kaih sayang sebagai orang tua kepada anaknya dengan rasa takut menghadapi hari depan.

Page 6: Bab i1

6

Sedangkan tingkat berpikir primitif orang arab tidak mampu menemukan pemecahan yang

tepat dan baik, maka diambillah cara yang paling mudah, walaupun hal itu berlawanan

dengan rasa kemanusiaan dan hati nuraninya sendiri sebagai manusia. Dalam hal ini jelas

bahwa segi-segi negatif yang ada pada tabiat dan adat istiadat orang Arab mengalahkan

segi-segi positifnya.

Akan tetapi dalam hal lain ada pula segi-segi positif sifat dan tabiatnya yang mampu

mengalahkan segi-segi negatifnya. Seperti kepekaan mereka apabila harga diri, kehormatan

dan kebebasannya diganggu orang, kedermawanan mereka terhadap tamu, keberanian

berkorban untuk sesuatu yang dianggapnya benar, menjunjung tinggi prinsip-prinsip

persamaan dan demokrasi, semuanya itu merupakan sifat-sifat yang patut dipuji.

C. Keberagamaan masyarakat Arab pra-Islam

Kondisi masyarakat Arab pra-Islam secara garis besar, kondisi masyarakat Arab pra-Islam

bisa dikatakan lemah dan buta, dalam artian kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan,

khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Menurut para ahli ilmu

bangsa, bangsa Arab termasuk golongan bangsa sumit yakni dari keturunan “Sam bin Nuh”.

Banyak para ahli sepakat bahwa tempat kelahiran keturunan Sam yang pertama adalah

lembah sungai Furrat atau tanah datar yang terletak diantara sungai Tigris (Dadjlah) dan

sungai Ephraat (Furrat). Dari mereka ini lahirlah bangsa Babylon dan Assiria di Iraq, Aram di

Syam, „Ibri di palestina, Phoenicia dipantai Syam yang mengahadap Libanon, Habsy di

Abesinia dan bamgsa Arab dikepulauan yang disebut Djazirah Arab. Bangsa Arab berasal

dari percampuran antara kulit putih dan hitam, sehingga bangsa Arab dikatakan berkulit

hitam manis.

Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa Samiah (atau keturunan Sam Ibnu Nuh

as). Awalnya bangsa Samiah bertanah air di Mesopotamia, yaitu negeri yang teletak antar

sungai Dajlah (Tigris) dan Furat (Euphrates). Setelah negeri ini sempit mereka pindah ke

Jaziratu‟l Arab. Kepercayaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam, mayoritas mengikuti

dakwah Isma‟il „Alaihis Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim AS yang

intinya menyeru menyembah Allah, meng-Esakannya dan memeluk agama-Nya. Waktu terus

bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan agama. Sekalipun

begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga munculnya

Amr bin Luhay (pemimpin Bani Khuza‟ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik,

mengeluarkan shadaqah dan peduli terhadap urusan-urusan agama. Sampai suatu saat dia

mengadakan perjalanan ke Syam. Di sana ia melihat penduduk Syam menyembah berhala.

Page 7: Bab i1

7

Dia menganggap hal itu sebagai suatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah

tempat para Rasul Allah dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan

meletakkannya di ka‟bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Makkah untuk membuat

persekutuan terhadap Allah. Sehingga banyak penduduk Hijaz yang mengikutinya karena dia

dianggap sebagai ulama‟ besar dan wali Allah yang disegani. Pada saat itu ada tiga berhala

yang paling besar yang ditempatkan tertentu, seperti:

Manat, mereka menempatkan di Musyallal di tepi laut merah dekat Qudaid.

Lata, ditempatkan di Thaif.

Uzza, ditempatkan di Wady Nakhlah, dll.

Setelah itu kemusyrikan semakin merebak di Hijaz, yang menjadi fenomena terbesar dari

kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap diri mereka menganggap diri

mereka berada pada agama Ibrahim. Berikut beberapa contoh tradisi penyembahan berhala

yang mereka lakukan., seperti:

Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, komat-kamit dihadapannya,

meminta pertolongan tatkala kesulitan, dll.

Menunaikan Haji dan Thawaf di sekeliling berhala.

Mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

Orang Arab juga percaya dengan pngundian nasib dengan anak panah di depan Hubal,

mereka juga percaya pada peramal, orang pintar dan ahli Nujum.

Ada juga penduduk Arab yang menyembah matahari dan bulan. Mereka berpendapat bahwa

bulan dan bintang-bintang meminta cahaya dari matahari. Buruk atau baiknya nasib alam

bergantung dari belas kasihan matahari. Mereka juga mendirikan kuil-kuil penyembahan atau

pemujaan matahari .

Sekalipun masyarakat Arab Jahiliyyah seperti itu, ternyata masih ada sisa-sisa agama Ibrahim

dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap ka‟bah,

Thawaf di sekelilingnya, Haji, Umrah, Wuquf di Arafah dan Mudzalifah.

Semua gambaran agama dan kebiasaannya adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala

menjadi kegiatan sehari-hari. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi,

Majusi, Nasrani dan Shabi‟ah yang masuk ke dalam masyarakat Arab. Itulah agama-agama

yang ada pada saat detik-detik menjellang kedatangan Islam di Arab. Namun agama-agama

itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-orang yang

mengaku beragama Ibrahim, justru keadaannya melenceng jauh dari perintah dan larangan

Syariat Ibrahim. Semua agama dan tradisi bangsa Arab pada masa itu, keadaan orang-orang

musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaanya hampir serupa.

Page 8: Bab i1

8

BAB III

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa Masyarakat jahiliyah tidak merujuk

pada masyarakat bodoh dalam pengertian tiadanya pengetahuan dan peradaban, melainkan

pada nilai-nilai yang jauh dari kebenaran (fitrah, Islam). [baca Al Maidah/5:50; Al

Fath/48:26]. Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah S.A.W lahir.

Sesungguhnya kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar shina‟iy yang berarti penyandaran

sesuatu kepada kebodohan.

Masyarakat Arab memiliki keberagamaan yang dalam hal keagamaan dan telah banyak

menyimpang dari ajaran-ajaran terdahulu yang sudah menjadi pedoman hidup mereka.

Masyarakat Arab jahiliyyah juga memiliki adat-adat yang sangat bertentangan dengan hati

nurani manusia.

Masyarakat arab terbagi atas strata-strata yang membedakan antara satu dengan yang lainnya.

Semoga dari usaha kami membuat makalah ini menjadikan manfaat bagi kami dan bagi para

pembaca sekalian. Sekian yang dapat kami sampailkan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Amin, Wallahu‟Alam.

Page 9: Bab i1

9

Daftar Pustaka

Ahmad Syalabi, Prof. Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid I, cetakan kedua, terjemahan

Prof. Mukhtar Yahya, PT Pustaka Al-Husna, Jakarta,1982.

Faisal Ismail, Drs, Sejarah dan Kebudayaan Islam, cetakan pertama, CV. Bina Usaha,

Yogyakarta, 1984.