bab i filebuku profil kesehatan merupakan gambaran dari hasil pelaksanaan kegiatan program kesehatan...

92
Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 1 BUKU PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI 2014 PENGARAH : KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI PENANGGUNG JAWAB : KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN SISTEM KESEHATAN PELAKSANA : SEKSI DATA INFORMASI DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI Redaksi: Jln Magamu No. 105 Kel Tuweley Kec Baolan Kab Tolitoli Gedung Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Telp/Fax (0453) 21188 Webblog: http://datintolitoli.blogspot.co.id

Upload: danghanh

Post on 28-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 1

jsHALAMAN JUDUL

BUKU

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN TOLITOLI

2014

PENGARAH : KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

TOLITOLI

PENANGGUNG JAWAB : KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA MANUSIA DAN SISTEM KESEHATAN

PELAKSANA : SEKSI DATA INFORMASI DAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN KESEHATAN DINAS

KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI

Redaksi: Jln Magamu No. 105 Kel Tuweley Kec Baolan Kab Tolitoli

Gedung Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Telp/Fax (0453) 21188

Webblog: http://datintolitoli.blogspot.co.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas izin dan rahmatnya

sehingga Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 dapat diselesaikan.

Profil Kesehatan merupakan rangkaian alat instrumen dalam penyajian data dan

informasi kesehatan Kabupaten Tolitoli. Profil kesehatan dikemas dalam bentuk

buku disusun setiap tahun dengan harapan mampu menyediakan data-data bidang

kesehatan.

Informasi kesehatan merupakan salah satu elemen dalam sistem manajemen

kesehatan. Untuk itu, informasinya perlu dituangkan dalam bentuk nyata agar semua

khalayak dapat menerima informasi kesehatan dengan baik dan benar. Melalui Buku

Profil Kesehatan diharapkan informasi kesehatan dapat dicerna dan dianalisis

sesuai kebutuhan dan peruntukkannya.

Dengan terbitnya Buku Profil Kesehatan dapat memberikan kontribusi

terhadap peranan informasi kesehatan dalam menciptakan pembangunan

berwawasan kesehatan. Disamping itu, membantu proses perencanaan dan

evaluasi dalam lingkup Dinas Kesehatan maupun masyarakat.

Buku Profil Kesehatan merupakan gambaran dari hasil pelaksanaan kegiatan

program kesehatan baik program yang bersifat wajib maupun penunjang. Selain itu,

isiannya disajikan pula berbagai data-data hasil pencapaian pelayanan kesehatan

beberapa tahun terakhir yang digunakan sebagai cara pembanding terhadap

keberhasilan yang telah dicapai. Penyusunan Buku Profil Kesehatan ini

menggunakan data bersumber dari berbagai unit-unit program dilingkup Dinas

Kesehatan Kabupaten Tolitoli, Puskesmas, serta instansi-instansi terkait semisalnya

Dinas Pendidikan, Badan Pusat Statistik, serta BKKBN, dll.

Terbitan Buku Profil Kesehatan ini, diupayakan dapat memberikan informasi

seoptimal mungkin, namun disadari Buku Profil ini masih jauh dari kesempurnaan

Untuk itu, saran tanggapan serta kritikan yang positif dari berbagai pihak sangat

kami harapkan agar penyajian Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli dimasa

yang akan datang dapat lebih baik dan berkualitas.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi pada awal

pengumpulan data, pengolahan data, dan sampai akhir penyusunan Buku Profil

Kesehatan ini, diucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga segala sesuatu

yang kita hasilkan dapat bermanfaat untuk sebuah harapan yang dicita-citakan yaitu

menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Tolitoli, Juli 2015

Kepala Dinas Kesehatan

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 3

Kabupaten Tolitoli

Drs. Bakri Idrus, Apt. MM

Pembina Utama Muda. IV/c

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 4

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 4

DAFTAR TABEL ................................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 5

BAB II. GAMBARAN UMUM ........................................................................................... 7

A. KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN ........................................................... 7

B. KEPENDUDUKAN ........................................................................................... 8

C. SOSIAL EKONOMI ........................................................................................ 11

D. KEADAAN LINGKUNGAN ............................................................................. 12

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT .......................................................... 27

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN ................................................................... 30

A. MORTALITAS ................................................................................................ 30

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) ............................................................ 36

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN ...................................................................... 56

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR .............................................................. 56

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG .......................... 81

C. PELAYANAN KEFARMASIAN ....................................................................... 85

BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .......................................................... 86

A. SARANA KESEHATAN ................................................................................. 86

B. TENAGA KESEHATAN ................................................................................. 89

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ......................................................................... 91

BAB VII. PENUTUP...................................................................................................... 92

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 5

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga,

masyarakat, pemerintah dan swasta. Keberhasilan pembangunan kesehatan

ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan

peranannya masing-masing, tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Setiap individu berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.

Perwujudan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan

melalui upaya kesehatan dengan pendekatan peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan.

Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang kesehatan,

kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Regional dan Nasional sangat

ditentukan oleh kualitas dari Sistem-Sistem Informasi Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sistim Informasi Kesehatan adalah tulang punggung bagi

pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten atau

dengan kata lain Sistim Informasi Kesehatan Kabupaten dapat memberikan arah

dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan diKabupaten

berdasarkan fakta (Evidence Based Decision Making). Salah satu produk dari

Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten adalah “Profil Kesehatan Tahunan“ yang

diharapkan akan terbit secara berkala guna menyediakan data, informasi yang

bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi hasil kegiatan secara transparan, efisien dan efektif.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 diharapkan dapat menjadi

sumber informasi kesehatan serta pedoman bagi para penentu kebijakan untuk

pengambilan keputusan dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di

wilayah kabupaten Tolitoli, serta sebagai bahan kajian terhadap perencanaan

dan pengalokasian anggaran pembangunan kesehatan pada tahun-tahun

mendatang. Disamping itu, sebagai sarana untuk memantau dan mengevaluasi

kemajuan pembangunan kesehatan diKabupaten Tolitoli yang merupakan modal

dasar demi tercapainya Indonesia Sehat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 6

Mengetahui Gambaran Kondisi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten

Tolitoli Tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan kondisi derajat kesehatan masyarakat Kabupaten

Tolitoli Tahun 2014

b. Menggambarkan Pencapaian Upaya Pelayanan Kesehatan sesuai

Indikator Indonesia Sehat dan Indikator SPM

c. Menggambarkan Kondisi Sumber Daya Kesehatan dan Manajemen

Kesehatan

d. Mengetahui Gambaran Permasalahan dan Hambatan Pencapaian

Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Tolitoli

C. Sistematika Penyajian

1. Sistimatika

Sistematika penyajian profil kesehatan Kabupaten Tolitoli tahun 2013

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Umum

BAB III : Situasi Derajat Kesehatan

BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan

BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

BAB VI : Penutup

2. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data profil dilakukan dengan dua macam cara yaitu secara

aktif dan pasif. Secara aktif dengan mengumpulkan data dari sektor terkait

dan Rumah Sakit, sedangkan secara pasif melalui Profil Kesehatan

Puskesmas dan Laporan Bulanan Puskesmas yang direkap oleh masing–

masing bidang diDinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli selama satu tahun.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian dientri ke dalam format tabel profil.

Kemudian dianalisis secara deskriptif, komparatif dan kecendrungan yang

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan narasi.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 7

BAB II. GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

1. LETAK KEADAAN GEOGRAFIS DAN TOPOGRAFI

Secara geografis Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu Kabupaten

di Provinsi Sulawesi Tengah yang dalam peta pulau sulawesi, nampak

memanjang dari timur ke barat. Terletak disebelah utara garis khatulistiwa

dalam koordinat 0,35° – 1,20° lintang utara dan 120,12° – 122,09° bujur timur

dengan luas wilayah + 4.079,76 km².

GAMBAR 1. PETA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: DATA INFORMASI DAN LITBANG KESE TAHUN 2014

Kabupaten Tolitoli terletak pada ketinggian 0 - 2.500 meter dari

permukaan laut, dengan keadaan tofografis dataran hingga pegunungan.

Dataran rendah umumnya tersebar disekitar daerah pantai, adapun batas-

batas wilayah Kabupaten Tolitoli sebagai berikut: a) Sebelah Utara

Kabupaten Buol dan Laut sulawesi sekaligus berbatasan dengan Negara

Philipina. b) Sebelah Timur Provinsi Gorontalo. c) Sebelah Selatan

Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Tengah. d) Sebelah Barat Selat Makassar sekaligus berbatasan dengan

Negara Malaysia.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 8

2. PEMERINTAHAN

Secara administrasi Pemerintahan Kabupatan Tolitoli terdiri dari 10

(sepuluh) Kecamatan dengan rincian 98 Desa dan 6 Kelurahan. Bila

dibandingkan data tahun 2013 jumlah desa dan kelurahan relatif masih sama

tidak ada pemekaran baik desa maupun kelurahan pada wilayah kecamatan.

Selengkapnya Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Tolitoli Tahun

2014 diuraikan pada tabel 1.

TABEL 1. WILAYAH ADMINISTARSI PEMERINTAHAN KABUPATEN

TOLITOLI TAHUN 2014

KECAMATAN LUAS WILAYAH

(KM²)

JUMLAH DESA + KEL

KELURAHAN DESA

DAMPAL SELATAN

DAMPAL UTARA

DONDO

BASIDONDO

OGODEIDE

LAMPASIO

BAOLAN

GALANG

DAKOPEMEAN

TOLITOLI UTARA

392,67

182,88

542,50

441,30

412,12

626,00

258,03

597,76

221,00

405,50

-

-

-

-

-

-

6

-

-

-

12

11

14

9

11

9

4

14

4

10

12

11

14

9

11

9

10

14

4

10

TOTAL 4.079.77 6 98 104

SUMBER: KANTOR BPS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

3. SUHU, KELEMBABAN UDARA DAN CURAH HUJAN

Suhu udara maksimum di Kabupaten Tolitoli tahun 2013 yaitu berkisar

antara 31,52ºC dengan suhu maksimum tertinggi mencapai 32,7ºC dan suhu

minimum mencapai 22,57°C. Kelembaban udara berada pada kisaran 82–

86%, dan curah hujan pertahun 2.281 mm dengan rata-rata 257 hari

pertahun. Kecepatan angin berkisar antara 6–9 Knot, sedangkan arah angin

rata-rata berkecepatan 110.

B. KEPENDUDUKAN

Komposisi penduduk diKabupaten Tolitoli sampai saat ini masih kurang

menguntungkan. Hal ini dipengaruhi proporsi penduduk berusia muda masih

relatif tinggi serta persebaran penduduk yang tidak merata.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 9

1. PERTUMBUHAN PENDUDUK

Berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan oleh BPS

Kabupaten Tolitoli menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan penduduk

setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan penduduk cenderung menurun.

Dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir sejak tahun 2009 - 2014

pertumbuhan penduduk Kabupaten Tolitoli dari tahun ke tahun terus

meningkat. Pada tahun tahun 2009 sebesar 200.543 jiwa, tahun 2010

sebesar 211.283 jiwa, tahun 2011 sebesar 211.296 jiwa, tahun 2012 sebesar

215.202 jiwa, tahun 2013 sebesar 217.544 jiwa dan tahun 2014 sebesar

220.612. Secara absolut dari tahun 2013 jumlahnya naik sebesar 1.01% di

tahun 2014. Penduduk tersebut tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan dan 98

(Sembilan puluh delapan) Desa serta 6 (enam) Kelurahan.

2. KOMPOSISI PENDUDUK

a. KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

Proyeksi penduduk tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk

Kabupaten Tolitoli sebanyak 220.612 jiwa terdiri dari jumlah penduduk

lakilaki sebanyak 111.341 jiwa atau 51.18% dan perempuan sebanyak

106.203 jiwa atau 48.82% dengan sex rasio jenis kelamin penduduk

sebesar 104.1 Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih

banyak 4 (empat) persen dari jumlah penduduk perempuan. Angka ini

mengindikasikan bahwa, setiap 100 (seratus) perempuan terdapat 104

(seratus empat) lakilaki. Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan

persentase jenis kelamin dapat dilihat pada tabel lampiran 2.

b. KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR

Komposisi penduduk Kabupaten Tolitoli tahun 2014 berdasarkan

kelompok umur usia muda 0-14 tahun sebanyak 45.301 jiwa atau

20.52%, usia produktif 15-64 tahun sebanyak 175.483 jiwa atau 79.48%

sedangkan usia 65 tahun keatas tidak diketahui. Untuk mengetahui

komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin

selengkapnya diuraikan pada gambar 2.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 10

GAMBAR 2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR DAN

JENIS KELAMIN KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Sumber: BPS Kab Tolitoli Tahun 2014

Gambar 2 terlihat Kelompok umur usia muda dan produktif masih lebih

tinggi sehingga potensi sumber daya manusia (SDM) di kabupaten Tolitoli

juga cukup besar sebaliknya, komposisi penduduk yang perlu mendapat

perhatian khusus dari pemerintah relatif kecil sebesar 3.60%, kelompok usia

ini merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan termasuk

beban tanggungan.

3. KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk Kabupaten Tolitoli tahun 2014 tampaknya

belum merata. Kepadatan penduduk terbanyak berada pada wilayah

Kecamatan Baolan sebesar 1.05 /km2 Kecamatan tersebut merupakan

kecamatan dalam wilayah ibu kota Kabupaten Tolitoli sedangkan wilayah

kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terendah berada pada

wilayah Kecamatan Dakopemean sebesar 0.22 /km2 dari total jumlah

penduduk sebanyak 220.612 jiwa. Untuk mengetahui luas wilayah, serta

tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tolitoli selengkapnya diuraikan pada

tabel 2.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 11

TABEL 2. PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PEDUDUK

MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Kecamatan

Luas

Wilayah

(KM2

Kepadatan Penduduk km2

2010 2011 2012 2013 2014

Dampal Selatan

Dampal Utara

Dondo

Basidondo

Ogodeide

Lampasio

Baolan

Galang

Dakopamean

Tolitoli Utara

392.67

182.88

542.50

441.30

412.12

626.00

258.03

597.76

221.00

405.50

54.48

78.63

39.42

23.77

28.37

18.95

244.27

52.95

38.15

41.84

54.84

78.69

39.37

23.70

28.35

18.97

244.44

53.03

38.13

41.78

55.12

79.63

39.37

23.70

28.35

18.97

244.44

53.03

38.13

41.78

0.55

0.80

0.40

0.27

0.28

0.47

1.05

0.54

0.22

0.80

0.56

0.80

0.41

0.25

0.30

0.19

2.58

0.55

0.40

0.44

Total 40798.0 51.79 51.6 51.7 0.3 0.5

SUMBER: BPS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

C. SOSIAL EKONOMI

Besarnya masalah sosial ekonomi masyarakat dapat diketahui dengan

menggunakan beberapa indikator, salah satunya Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dan tingkat pendidikan penduduk. Kemampuan ekonomi

masyarakat dapat diukur dengan angka pendapatan perkapita atas dasar harga

yang berlaku. Pertumbuhan ekonomi secara Nasional maupun Regional

mengalami perubahan akibat perubahan skala ekonomi, teknologi, SDM dalam

memproduksi barang dan jasa. Besarnya PDRB Kabupaten Tolitoli sejak tahun

2011 hingga sekarang cenderung mengalami perubahan dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten Tolitoli Tahun 2013 sebesar

1.636.993 meningkat bila dibandingkan tahun 2012 sebesar 1.515.584 Untuk

mengetahui perkembangan PDRB Kabupaten Tolitoli sejak tahun 2011 sampai

dengan 2013, selengkapnya dilihat pada gambar 3.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 12

GAMBAR 3. PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB) KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2011-2014

SUMBER: BPS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan

dalam kesejahteraan penduduk. Lingkungan sehat dibutuhkan bukan hanya

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk

kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi

kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan merupakan tempat dimana

pribadi itu tinggal. Lingkungan sehat dapat dikatakan bila sudah memenuhi

syarat-syarat lingkungan sehat. Beberapa indikator pada kegiatan

penyelenggaraan penyehatan lingkungan antara lain cakupan rumah sehat,

akses jamban sehat, institusi dibina, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

(TUPM) sehat, akses air bersih dan desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM).

1. CAKUPAN AKSES AIR BERSIH

Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam

kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak

dan sebagainya sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih dan sehat juga

tidak bisa dianggap remeh keberadaannya.

Data hasil pemeriksaan cakupan penggunaan akses air bersih

masyarakat Kabupaten Tolitoli tahun 2014 belum mencapai 100% dan

bahkan belum mencapai target program Kesehatan Lingkungan yaitu 70%.

Saat ini penduduk yang memanfaatkan akses air bersih masih sekitar 6.89%.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 13

Akses air bersih berkualitas (layak) digunakan rumah tangga di

Kabupaten Tolitoli bukan jaringan perpipaan (BJP) dibedakan menurut

sumbernya yaitu: Sumur gali terlindung, Sumur gali dengan pompa, Sumur

bor dengan pompa, Terminal air, Mata air terlindung, dan Penampungan air

hujan selengkapnya diuraikan pada gambar 4.

GAMBAR 4. PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER

AIR BERSIH DIKABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

Gambar 4 menunjukkan sumur gali terlindung merupakan akses air

bersih paling tinggi digunakan disusul sumur gali dengan pompa, perpipaan

serta mata air terlindung, sedangkan terminal air dan penampungan air hujan

tidak dijumpai digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Tolitoli. Sedangkan

untuk persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum

layak diKabupaten Tolitoli sebesar 83.58%.

Sementara kualitas air minum dipenyelenggara air minum memenuhi

syarat sebesar 64.0%. Berdasarkan laporan Seksi Penyehatan Lingkungan

diketahui penyelenggaran air minum sebanyak 53 buah dengan jumlah

sampel diperiksa sebanyak 50 buah dan memenuhi syarat bebas dari fisik,

bakteriologi, dan kimia sebanyak 32 buah, selengkapnya diuraikan pada

tabel lampiran 60.

2. RUMAH SEHAT

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 14

baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak

terbuat dari tanah/ kedap air. Persentase cakupan rumah sehat menurut

Puskesmas Kabupaten Tolitoli Tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 5.

GAMBAR 5. PERBANDINGAN PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT

PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI SEJAK TAHUN 2010- 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

Gambar 5 menunjukkan capaian program kesehatan lingkungan

berdasarkan hasil pemeriksaan inspeksi sanitasi perumahan diketahui

cakupan rumah sehat tertinggi berada pada wilayah Puskesmas Dondo

sebesar 133.71% dan terendah Puskesmas Kombo sebesar 32.82%. Secara

keseluruhan cakupan Kabupaten membaik dalam kurun waktu 1 (satu ) tahun

terakhir dengan angka sebesar 69.71% dan jika dibulatkan menjadi 70.%

Sementara Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan pada

wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 dapat dilihat

pada gambar 6.

GAMBAR 6. PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT PUSKESMAS DI

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 15

Mencermati gambar 6 cakupan Rumah Sehat secara Kabupaten

membaik ditahun 2014, namun pada gambar 5 terlihat masih sekitar 60%

wilayah kerja Puskesmas belum memenuhi syarat rumah sehat. Bahwa

terlihat angka yang menjadi standar kabupaten belum mampu dicapai oleh

beberapa puskesmas.

Persentase Rumah Sehat bagi Puskesmas yang belum tercapai, erat

kaitannya dengan ketersediaan tenaga teknis sanitasi yang belum memadai.

Puskesmas yang rendah capaiannya belum dapat melaksanakan kegiatan

program penyehatan lingkungan secara total dikarenakan petugas yang

melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan diambil dari tenaga yang

bukan memiliki spesifikasi khusus terkait dengan kesehatan lingkungan

tentunya ini merupakan tantangan bagi Dinas Kesehatan Tolitoli secara

khusus dan Pemerintah Kabupaten Tolitoli serta Pemerintah Pusat secara

umum dalam rangkaian pemenuhan tenaga Kesehatan lingkungan

dibeberapa Puskesmas di Kabupaten Tolitoli yang memang belum memiliki

tenaga tersebut, selain itu kondisi geografis serta kesadaran masyarakat

rendah terhadap Kesehatan Lingkungan menjadi pemicu utama penyebab

cakupan rumah sehat di beberapa wilayah kerja Puskesmas masih sangat

rendah.

3. AKSES JAMBAN SEHAT

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah

kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja,

membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang

lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, serta konstruksi dudukannya

dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.

Buang air besar sembarangan (BABS) bukan lagi zamannya, dampak

BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan, selain jorok

berbagai jenis penyakit ditularkan sebagai gantinya BAB harus pada

tempatnya yakni dijamban, hanya saja harus diperhatikan pembangunan

jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi

lingkungan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan syarat

dalam pembuatan jamban sehat, ada 7 (tujuh) kriteria yang harus

diperhatikan diantaranya;

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 16

1. TIDAK MENCEMARI AIR

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar

lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum, jika

keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan

dengan tanah liat atau plester.

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor

dari lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor

dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,

empang, danau, sungai dan laut.

2. TIDAK MENCEMARI TANAH PERMUKAAN

a. Tidak buang air bersih disembarang temoat, seperti kebun,

pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggiran jalan.

b. Jamban yang sudah penuh agar segera diseot untuk dikuras

kotorannya kemudian kotoran ditimbun dilubang galian.

3. BEBAS DARI SERANGGA

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air sebaiknya dikuras

setiap minggu hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk

demam berdarah

b. Ruangan dalam jamban harus terang, bangunan yang gelap dapat

menjadi sarang nyamuk

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias

menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban khususnya jamban cemplung harus tertutup

4. TIDAK MENIMBULKAN BAU DAN NYAMAN DIGUNAKAN

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup

setiap selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus

tertutup rapat oleh air

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilegkapi dengan pipa ventilasi

untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin, pembersihan

harus dilakukan secara periodic

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 17

5. AMAN DIGUNAKAN OLEH PEMAKAINNYA

a. Pada tanah yang mudah longsor perlu ada penguat pada dinding

lubang kotoran dengan pasangan batu atau selongsong anyaman

bamboo atau bahan penguat lainnya yang terdapat didaerah setempat

6. MUDAH DIBERSIHKAN DAN TAK MENIMBULKAN GANGGUAN BAGI

PEMAKAINYA

a. Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain kesaluran

kotoran karena dapat menyumbat saluran

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena

jamban akan cepat penuh

d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati, gunakan pipa

berdiameter 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2;100

7. TIDAK MENIMBULKAN PANDANGAN YANG KURANG SOPAN

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya

terhindar dari kehujanan dan kepanasan

Berdasarkan laporan Bidang P2PL program kesehatan lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli tahun 2013 Penduduk yang

menggunakan jamban sehat masih sebesar 13.6% angka ini belum

mencapai target ditetapkan yaitu 70%. Sementara penduduk dengan

pemanfaatan jenis sarana jamban yang digunakan juga bervariasi. Adapun

persentase jenis penggunaan jamban oleh penduduk diKabupaten Tolitoli

diuraikan pada gambar 7.

GAMBAR 7. PERSENTASE JENIS SARANA JAMBAN DIGUNAKAN

PENDUDUK KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 18

Gambar 7 dikatehui jenis sarana jamban plengsengan paling banyak

digunakan oleh penduduk Kabupaten Tolitoli sebesar 70.39%. Jamban

plengsengan merupakan jamban dengan tempat duduk jongkok, tidak berada

diatas lubang kotoran melainkan kotoran dialirkan melalui saluran atau pipa

kepenampungan kotoran

Selanjutnya jamban Leher Angsa sebesar 69.71%. Jamban leher

angsa merupakan jamban dengan tempat jongkok leher angsa tidak berada

diatas lubang kotoran melainkan kotoran dialirkan melalui saluran / pipa ke

penampungan kotoran. Penggunaan jamban yang dianjurkan adalah jamban

dengan leher angsa yang memenuhi persyaratan kesehatan karena dapat

mencegah pencemaran air maupun tanah dari kotoran manusia serta

mencegah lalat kontak dengan kotoran manusia

Urutan ketiga penggunan jamban yaitu model jamban komunal atau

jamban umum sebesar 64.86%. Jamban komunal adalah sebuah tempat

atau bangunan yang terdapat diarea umum untuk membuang kotoran

manusia sekaligus tempat pengurai tinja. Dinamakan jamban umum karena

penggunaannya untuk umum.

Sementara penggunaan jamban paling rendah ialah Jamban

Cemplung oleh penduduk di Kabupaten Tolitoli yaitu sebesar 33.39%.

Jamban cemplung terdiri dari lubang dalam tanah yang digali secara manual

dengan menggunakan cangkul dilengkapi dengan lantai tempat berjongkok

dan dibuat rumah jamban diatasnya. Lubang berfungsi untuk mengisolasi

dan menyimpan tinja sedemikian rupa sehingga bakteri pathogen tidak bias

keinang yang baru. Lubang biasanya berbentuk bulat atau bujur sangkar

biasanya lubang dibuat berdasarkan selera akan tetapi di Kabupaten Tolitoli

kebanyakan lubang jamban banyak yang berbentuk seperti sumur.

Apabila mencermati penggunaan penduduk terhadap akses sanitasi

layak terhadap jamban sehat secara keseluruhan jumlahnya masih sangat

rendah diketahui dari penggunaan penduduk pada keempat jenis sarana

jamban tersebut hampir disemua wilayah kerja puskesmas masih sangat

rendah fakta ini membuktikan meskipun sarana yang digunakan sudah

memenuhi syarat kesehatan lingkungan, namun kelayakan dari sebuah

jamban belum memenuhi persyarat sehat dibuktikan dari 14 Puskesmas

hanya 1 (satu) puskesmas yaitu Puskesmas Baolan yang penduduknya

mampu mengakses sanitasi layak seperti jamban sehat sebesar 70.2% dan

mampu melampaui target Kabupaten sebesar 70%.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 19

Sementara 13 (tiga belas) Puskesmas penduduknya belum mampu

memenuhi akses sanitasi layak jamban sehat. Persentase penduduk dengan

akses sanitasi layak (jamban sehat) berdasarkan Puskesmas dapat dilihat

pada gambar 8.

GAMBAR 8. GAMBAR 8. PERSENTASE PENDUDUK DENGAN AKSES

SANITASI LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT PUSKESMAS

TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

4. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat adalah satu program nasional

dibidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral, program ini telah dicanangkan

pada bulan agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. STBM

merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

Startegi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya

kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang

berkaitan degan sanitasi dan perilaku sedangkan indikator ouputnya adalah

sebagai berikut;

a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi

dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air

disembarang tempat

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 20

b. Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan

makanan yang aman dirumah tangga

c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dlam suatu komunitas

seperti; (Sekolah, Kantor, Rumah Makan, Puskesmas, Pasar, terminal)

tersedia fasilitas cuci tangan (air sabun, sarana cuci tangan) sehingga

semua orang mencuci tangan dengan benar

d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar

e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar

STBM mulai diuji cobakan pada Tahun 2005 di 6 (enam) Kabupaten

(Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Jambi, dan Sambas) sejak tahun

2006 program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa

pada 228 Kabupaten/Kota, saat ini sejumlah daerah telah menyusun rencana

strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-

masing dalam 5 tahun kedepan (2010-2015) STBM diharapkan telah

diimlementasikan di 20.000 desa diseluruh Kabupaten / Kota.

Berdasarkan data Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 jumlah desa yang melaksanakan STBM

sebanyak 18 Desa 17.31% dari jumlah desa sebanyak 104. Namun untuk

desa dengan STOP BABS tidak satupun desa ditemukan melaksanakan

STOP BABS. Persentase desa melaksanakan STBM berdasarkan

Puskesmas dapat dilihat pada gambar 9.

GAMBAR 9. JUMLAH DESA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK

(JAMBAN SEHAT) KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 21

Wilayah Puskesmas melaksanakan STBM adalah wilayah Kecamatan

Dampal Utara dengan jumlah Desa sebanyak 4. Kecamatan Dondo

sebanyak 6 Desa, dan Kecamatan Ogodeide 1, Kecamatan Lampasio

sebanyak 5 Desa, dan Kecamatan Galang 2 Desa.

Mencermati data tersebut masih sebanyak 7 wilayah kecamatan yang

belum melaksanakan STBM dan SBS di kabupaten Tolitoli dalam kurun

waktu 1 (satu) tahun terakhir. Data ini membuktikan kinerja program

bersangkutan sangat mempengaruhi keberhasilan program pemerintah pusat

yang telah di canangkan beberapa tahun sebelumnya. Untuk itu penguatan

program kesehatan lingkungan serta sinergitas antara pengelola program

kabupaten dan puskesmas tentunya tidak boleh terputus di perlukan upaya

preventif dan promotif.

5. TEMPAT – TEMPAT UMUM (TTU)

TTU merupakan tempat atau sarana yang di selenggarakan

pemerintah atau swasta atau perorangan yang di gunakan untuk kegiatan

bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (Rumah sakit,

puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel

(bintang dan non bintang).

Data program Penyehatan Ligkungan tahun 2014 terdapat 389 buah

TTU yang tersebar di 10 (sepuluh) wilayah kecamatan dan ditelah dilakukan

pemeriksaan sebanyak 377 buah atau 96.9%.

6. TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM)

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan

yang disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang

disediakan oleh perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha

penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan

dan keselamatanya, hal ini dapat terwujud bila di tunjang dengan keadaan

hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan (TPM) yang baik dan

dipelihara secara bersama oleh pengusaha dan masyarakat.

TPM yang dimaksud meliputi Rumah Makan dan restoran, jasa boga

atau catering, industri makanan, kantin, warung dan makanan jajanan dan

sebagainya. Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang

mengolah dan menyediakan makana bagi masyarakat banyak maka TPM

memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan

atau penyakit bahkan keracuan akibat dari makanan yang dihasilkannya.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 22

Dengan demikian kualitas makanan yang dihasilkan disajikan dan dijual oleh

TPM harus memenuhi syarat kesehatan sebagai berikut:

1. LOKASI

TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan

antara lain oleh bahan pencemar seperti banjir, udara (debu, asap,

serbuk, bau) bahan padat (sampah, serangga, tikus) dan sebagainnya.

Bangunan harus dibuat dengan cara terlindung dari sumber pencemar

seperti tempat pembuangan sampah umum, wc umum, pengolahan

limbah dan sumber pencemaran lainnya yang diduga dapat mencemari

hasil produksi makan secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500

meter, sebagai batas kemampuan terbang lalat rumah atau mempunyai

dinding pemisah yang sempurna walaupun jaraknya berdekatan.

2. KONSTRUKSI

Secara umum konstruksi dann rancang bangunan harus aman dan

memenuhi peraturan perundang-undangan tentang keselamatan dan

keamanan yang berlaku, konstruksi bangunan TPM harus kuat, aman dan

terpelihara sehingga mencegah terjadinya kecelakaan dan pencemaran.

Konstruksitidak boleh retak, lapuk, tidak utuh, kumuh atau mudah terjadi

kebakaran. Selain kuat konstruksi juga harus selalu dalam keadaan bersih

secara fisik dan bebas dari barang-barng sisa atau bekas yang

ditempatkan secara tidak teratur

3. HALAMAN

Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang

mencantumkan nomor pendaftaran/laik hygiene sanitasi makanan di

tempat yang mudah dilihat. Halaman harus selalu kering dan terpelihara

kebersihannya tidak banyak serangga (lalat, kecoa) dan tikus serta

tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Serta tidak

terdapat tumpukan barrang-barang yang tidak teratur sehingga dapat

menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus. Saluran

pembuangan air kotor dihalaman yang berasal dari dapur dan kamar

mandi harus tertutup dan tidak menjaditempat jalan masuknya tikus ke

dalam bangunan TPM oleh sebab itu pada setiap lubang saluran yang

berhubungan dengan bagian dalam bangunan harus dilengkapi dengan

jeruji (screen) yang ukurannya tidak bias dilalui oleh tikus serta

pembuangan air hujan harus lancar sehingga tidak menimbulkan

genangan-genangan air di permukaan tanah

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 23

4. TATA RUANG

Pembagian ruang untuk restoran dan rumah makan minimal terdiri

dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan dan ruang

adminstrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan

ruangan yang satu dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu,

ruangan harus ditata dengan baik sesuai fungsinya sehingga

memudahkan arus tamu, karyawan, bahan makanan dan makanan jadi

serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan dan yang

paling penting adalah ruang dan barang-barang ditata sedemikian rupa

agar mudah dibersihkan setiap hari, khusus ruang pengolahan makanan

(dapur/jasa boga) harus diatur proses pengolahan makanan seperti ban

berjalan (berurutan yang teratur)

5. LANTAI

Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kerig, tidak

mudah rusak, tidak lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan

tahan terhadap pembersihan yang berulang-ulang, dibuat miring kearah

tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-2), sehingga tidak terjadi

genangan air serta mudah untuk dibersihkan, untuk itu bahannya harus

kuat, rata, kedap air dan dipasang dengan rapi. Pertemuan antara lantai

dengan dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati)

dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan dan tidak

tertinggal atau menumpuk disudut-sudut lantai.

6. DINDING

Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan

tidak lembab dan mudah dibersihkan untuk itu dibuat dari bahan yang

kuat, kering, tdak menyerap air, dipasang rata tanpa celah atau retak.

Dinding dapat dilapisi plesteran atau porselen agar tidak mudah ditumbuhi

oleh jamur atau kapang. Keadaan dinding harus dipelihara agar tetap

utuh, bersih dan tidak terdapat debu, lawa-lawa atau kotoran lain yang

berpotensi menyebabkan pencemaran pada makanan, permukaan dinding

yang sering terkena percikan air misalnya ditempat pencucian dan tempat

peracikan dipasang porselin atau logam anti karat setinggi 2 meter dari

lantai, tinggi 2 meter sebagai batas jangkauan tangan dalam posisi berdiri,

sehingga bilaman dinding pada jagkauan tersebut dipasang porselin dapat

mudah dibersihkan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 24

7. ATAP DAN LANGIT-LANGIT

Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu

dan kotoran lain sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah,

atap tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga

dan tikus. Langit-langit harus terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih,

bebas dari retakan dan lubang-lubang dan tidak menjadi sarang serangga

dan tikus. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter diatas lantai, makin tinggi

langit-langit makin baik persyaratannya karena jumlah oksigen ruangan

semakin banyak.

8. PINTU DAN JENDELA

Pintu diruangan memasak harus dapat ditutup sendiri (self closing)

dan membuka kearah luar jendela, pintu dilubang ventilasi dimana

makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat kassa yang dapat dibuka

dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan

dibuat menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kawat

kasa, tirai palstik, pintu rangkap dan lain-lain. Setiap bagian bawah pintu

sebaiknya dilapisi logam setinggi 36 cm untuk mencegah masuknya tikus,

jarak pintu dengan lantai harus cukup rapat dan tidak lebih dari 5mm.

9. PENCAHAYAAN

Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang

untuk melakukan pekerjaan, setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur,

tempat cuci peralatan dan tempat cuci tangan, intensitas pencahayaan

sedikitnya 10 foot candle pada titik 90 cm dari lantai, pencahayaan harus

tidak menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat mungkin tidak

menimbulkan bayangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan.

10. VENTILASI/ PENGHAWAAN

Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus

dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu

nyaman berkisar antara 280C-320C sejauh mungkin ventilasi harus cukup

untuk mencegah udara ruangan tidak terlalu panas. Mencegah terjadinya

kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit dan

membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 25

11. RUANGAN PENGOLAHAN MAKANAN

Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk

orang bekerja dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan

kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan, ruangan

pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban,

peturasan dn kamar mandi dan dibatasi dengan ruangan antara (sekat)

12. FASILITAS PENCUCIAN PERALATAN DAN BAHAN MAKANAN

Terbuat dari bahan yang kuat tidak berkaratdan mudah

dibersihkan. Pencucian peralatan harus harus menggunakan bahan

pembersih /deterjen. Bak pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 3

(tiga) bak pencuci yaitu untuk menrendam (hushing) menyabun (washing)

dan membilas (rinsing).

13. TEMPAT CUCI TANGAN

Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci

peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran,

saluran pembungan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.

14. AIR BERSIH

Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan

pengolahan makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih

secara fisik adalah jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasadan

bebas kuman penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu

sebelum digunakan.

15. JAMBAN DAN PETURASAN

TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi

syarat kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia, jamban

harus dibuat dengan leher angsa dan dilengkapi dengan air penyiraman

dan untuk pembersih badan yang cukup serta tissue dan diberi tanda/

tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan

dengan sabun sesudah menggunakan jamban.

16. KAMAR MANDI

TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan kran mengalir

dan saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing, jamban kamar

mandi harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 buah untuk 1-10 orang,

dengan penambahan 1 buah untuk setiap 20 orang. Kamar mandi

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 26

dianjurkan tanpa bak mandi, tetapi menggunakan shower (pancuran)

sehingga mencegah pertumbuhan larva nyamuk penular penyakit, kalau

ada kamar mandi harus dikuras seminggu sekali.

17. TEMPAT SAMPAH

Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari

bahan yang kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat, mempunyai tutup

dan memakai kantong plastic khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan

makanan jadi yang cepat membusuk, jumlah dan volume tempat sampah

disesuaikan dengan produksi sampah pada setiap kegiatan. Sampah

harus sudah dibuang dalam waktu 1x24 jam dari TPM. Kantong sampah

yang telah penuh ditempatkan ditempat yang mudah dijangkau oleh

kendaraan pengangkut sampah.

18. FASILITAS PENYIMPANAN PAKAIAN (LOCKER) KARYAWAN

Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, kudah

dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah

karyawan, locker ditempatkan diruangan yang terpisah dengan dapur dan

gudang, locker untuk karyawan pria hendaknya terpisah dengan locker

karyawan wanita.

Berdasarkan data Seksi Penyehatan Lingkungan diketahu hasil

pemeriksaan TPM di Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 jumlah TPM

sebanyak 565 buah dan memenuhi syarat hygiene sanitasi kesehatan

sebanyak 341 buah atau sebesar 60.35%. Sementara TPM tidak

memenuhi syarat hygiene sanitasi kesehatan sebanyak 226 buah atau

sebesar 33.69%.

Meskipun demikian berbagai upaya yang dilakukan oleh program

terkait diantaranya melakukan pembinaan dan uji petik pada TPM yang

tidak memenuhi syarat sehat diketahui jumlah TPM yang tidak memenuhi

syarat sehat sebanyak 226 buah. Sementara TPM yang dilakukan uji

petik dari jumlah TPM memenuhi syarat sebanyak 103 buah atau 27.91%

dari 341 TPM yang memenuhi syarat sehat hal ini dilakukan dalam rangka

memperketat pemantauan dan evaluasi terhadap TPM yang ada agar

penyebaran penyakit yang berasal dari TPM dapat diminilisir.

TPM memiliki potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan

dari makanan yang dhasilkannya orang yang mengolah makanan, bahan

yang diolah dan tempat pengolahan itu sendiri. Untuk meningkatkan

kualitas makanan yang dihasilkan disajikan dan dijual oleh TPM, maka

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 27

pengelola TPM harus mematuhi dan memenuhi persyaratan TPM dan

selalu dijaga kebersihannya setiap saat. Persyaratan yang telah dipenuhi

masih tetap dan harus memerlukan pemeliharaan serta upaya pencucian

atau pembersihan yang benar sesuai dengan seharusnya dan dilakukan

secara teratur dan berkesinambungan.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ialah

dengan perilaku hidup sehat. Untuk mengetahui keadaan perilaku masyarakat

digunakan 2 (dua) indikator kesehatan diantaranya: 1) Rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 2) Perilaku masyarakat terhadap

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui keadaan perilaku

masyarakat selengkapnya diuraikan sebagai berikut:

1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Kegiatan pemantauan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) masyarakat sudah dilakukan sejak tahun 2001. Hal tersebut

bertujuan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Kegiatan PHBS dilakukan dalam rangka memberikan informasi dan

pendidikan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok, dan

masyarakat. Agar masyarakat mampu mengenali dan mengatasi

permasalahan kesehatannya sendiri. Berbekal pengetahuan kesehatan

tersebut, diharapkan masyarakat dapat menerapkan hidup sehat sehingga

tercipta lingkungan masyarakat sehat.

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau

keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. PHBS pada tatanan

rumah tangga dinilai berdasarkan 10 indikator Klasifikasi PHBS ditentukan

berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan sehat setiap keluarga dengan

ketentuan. Jika dari 10 indikator PHBS terdapat 1 (satu) indikator yang tidak

sehat maka rumah tangga tersebut dikatakan tidak sehat.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 28

INDIKATOR PERILAKU DAN INDIKATOR GAYA HIDUP PADA PHBS

Indokator Rumah Tangga Sehat Indokator Gaya Hidup Sehat

1. Persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan

2. Memberi ASI Ekslusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk

1. Makanan buah dan sayur

setiap hari

2. Melakukan aktivitas fisik setiap

hari

3. Tidak merokok didalam

ruangan

SUMBER : SEKSI PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2014

Untuk mengetahui persentase rumah tangga sehat berPHBS menurut

kecamatan diKabupaten Tolitoli Tahun 2014 diuraikan pada gambar 10.

GAMBAR 10. PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPHBS MENURUT

PUSKESMAS DIKABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2014

Gambar 10 mengisyaratkan bahwa dari 14 Puskesmas tidak satupun

puskesmas yang mampu mencapai 80% target PHBS sesuai ketentuan.

Persentase Rumah Tangga BerPHBS masih berkisar pada angka capaian

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 29

dibawah 50%. Sementara untuk Puskesmas Bangkir, Kayulompa, Kota, dan

Binontoan sampai pada saat penyusunan profil datanya belum dimasukkan.

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui sebanyak 49.898 rumah

tangga yang ada dan jumlah dipantau sebanyak 16.816 rumah tangga atau

33.7%. dan hasil berPHBS sebanyak 4.348 atau 25.9%. Dengan demikian

masih sekitar 12.468 atau 74.14% dari rumah yang dipantau belum

berPHBS.

Apabila dicermati berdasarkan data rumah tangga secara

keseluruhan di Kabupaten Tolitoli sebanyak 49.898 rumah tangga, maka

jumlah rumah tangga yang ada belum semuanya terpantau, masih tersisa

sebanyak 33.082 atau 66.29% rumah tangga tidak terpantau. Minimnya

alokasi anggaran terkait pemantauan rumah tangga berPHBS menjadi

penyebab rumah tangga tidak terpantau secara total diwilayah kerja

Puskesmas. Tahun 2014 pemantauan rumah tangga hanya berdasarkan

klaster yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi berikut anggarannya.

Kedepan kebijakan alokasi anggaran perlu ditingkatkan untuk program

promosi kesehatan dikabupaten Tolitoli.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 30

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran mengenai derajat kesehatan masyarakat disajikan dalam berbagai

indikator meliputi Indikator Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi. Sasaran

peningkatan derajat kesehatan ini adalah meningkatnya secara bermakna umur

harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu, menurunnya prevalensi

beberapa penyakit penting, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan,

meningkatnya status gizi masyarakat dan menurunnya angka Vertilitas.

A. MORTALITAS

Mortalitas ialah angka kematian yang terjadi pada waktu dan tempat

tertentu diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik berupa penyakit maupun sebab

lainnya. Hal ini dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan

masyarakat. Indikator mortalitas merupakan alat untuk menilai keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan bidang kesehatan yang telah

dilaksanakan dengan mempelajari tingkat perkemabangan angka kematian yang

terjadi pada setiap tahun.

1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Salah satu indikator digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat

permasalahan kesehatan masyarakat yaitu dengan angka kematian Bayi

(AKB). Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan dan perkembangan

manusia yang paling rawan adalah usia bayi (0-11 bulan). Terjadinya kasus

kematian bayi menunjukan bahwa ada fenomena gunung es permasalahan

di tingkat keluarga dan masyarakat. Permasalahan yang ada di masyarakat

bisa berupa masalah kesehatan, sosial budaya, ekonomi maupun

pendidikan.

Berdasarkan laporan Seksi KIA Tahun 2014 jumlah kematian bayi

termasuk neonatal sebanyak 56 orang dari 4.004 Kelahiran Hidup (AKI 10

per1000 Kelahiran Hidup). Kematian bayi selama 5 (lima) tahun 2010-2014

dapat dilihat pada gambar 11.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 31

GAMBAR 11. JUMLAH KEMATIAN BAYI TERMASUK NEONATAL

DI KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 11 diketahui jumlah kematian bayi termasuk neonatal terus

berfluktuasi hampir setiap tahun. Kematian Neonatal termasuk Bayi ditahun

2014 terus mengalami penurunan cukup signifikan apabila dibandingkan

kematian pada 1 (satu) tahun terakhir, maka kematian dapat ditekan

sebanyak 17 kasus kematian.

Masih dijumpainya kematian bayi termasuk neonatal mengisyaratkan

bahwa hal tersebut merupakan indikasi terjadinya penurunan derajat

kesehatan masyarakat Kabupaten Tolitoli sebagai salah satu wujud kurang

berhasilnya pembangunan bidang kesehatan. Hal ini merupakan faktor

negatif dalam upaya pengetasan kematian bayi termasuk neonatal, tentunya

kejadian ini berjalan tidak seimbang dengan upaya pemerintah dalam

mendekatkan masyarakat dengan sarana pelayanan kesehatan termasuk

tenaga kesehatan dengan kenyataan meningkatnya kasus kematian pada

bayi dan neonatal.

Pada tahun-tahun mendatang program terkait harus terus berbenah

diri agar tidak ada lagi kasus kematian serupa terjadi. Untuk mengetahui peta

kasus kematian Bayi termasuk Neonatal berdasarkan Puskesmas

diKabupaten Tolitoli diuraikan pada gambar 12.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 32

GAMBAR 12. PETA SEBARAN KEMATIAN BAYI TERMASUK NEONATAL

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TOLITOLI

TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 12. Peta sebaran puskesmas dengan jumlah kematian Bayi

dan Neonatal terlihat pada Puskesmas Kombo, Bangkir, Kayulompa,

Ogodeide, Lampasio, Baolan, Kota, Galang, Dungingis, Laulalang, dan

Binontoan. Sementara Puskesmas Ogotua, dan Dondo, tidak ditemukan

kematian Bayi dan Neonatal. Puskesmas dengan jumlah kematian tertinggi

berada pada Puskesmas Kota dan Bangkir Masing-masing 8 (delapan)

Kasus dan terendah Puskesmas Kayulompa 1 (satu) Kasus. Adapun

penyebab kematian Bayi dan Neonatal dapat dilihat pada gambar 13.

GAMBAR 13. PENYEBAB KEMATIAN BAYI KABUPATEN TOLITOLI

TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

KOMBO

BANGKIR

KAYULOMPA

OGODEIDE LAMPASIO

BAOLAN KOTA

GALANG DUNGINGIS

LAULALANG BINONTOAN

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 33

GAMBAR 14. GAMBAR 14. PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL

TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 13 dan 14 penyebab kematian Neonatal terbanyak

dikarenakan kasus Lain-lain, sementara penyebab kematian Bayi terbanyak

dikarenakan kasus Pneumonia dan DLL.

2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKB)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak umur 0–59

bulan. Indikator ini menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak

dan faktor yang mempengaruhi kesehatan anak seperti kekurangan Gizi,

sanitasi, dan penyakit infeksi. Data kematian balita Kabupaten Tolitoli tahun

2014 sebanyak 3 orang. Kematian Balita ditemukan pada Puskesmas

Ogotua, Baolan, dan Galang Masing-masing 1 (satu) Kasus.

3. ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan yang

menggambarkan resiko kesehatan ibu selama masa kehamilan dan

melahirkan. Besarnya angka kematian Ibu melahirkan dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya: Sosial ekonomi, status kesehatan ibu selama

kehamilan, tersedianya tenaga kesehatan memadai, serta fasilitas pelayanan

kesehatan termasuk perinatal dan obstetrik.

Angka kematian ibu Kabupaten Tolitoli tahun 2014 dilaporkan

sebanyak 5 orang dengan rincian kematian pada ibu hamil sebanyak 2

orang, kematian pada ibu bersalin sebanyak 1 orang, serta kematian ibu

nifas sebanyak 2 orang dari 4.004 kelahiran hidup. Perbandingan jumlah

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 34

kematian Ibu dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir diuraikan pada

gambar 15.

GAMBAR 15. JUMLAH KEMATIAN IBU

DI KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 15 terlihat angka kematian Ibu dapat ditekan dari jumlah

kematian sebanyak 10 tahun 2013 turun menjadi 5 kasus kematian tahun

2014. Penyebab kematian ibu digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu

penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan penyebab mendasar. 1)

Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi ibu sendiri misalnya adanya

penyakit Anemia, Malaria, Kekurangan Energi Kronsi (KEK) 4 terlalu : Usia

terlalu muda, usia terlalu tua, anak terlalu banyak (anak sudah 4 orang atau

lebih), terlalu sering melahirkan (jarak kelahiran <2 tahun). 2) Penyebab tidak

langsung yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan misalnya keberadaan

bidan didesa, persalinan yang tidak bersih, peralatan yang tidak memadai, 3)

Sedangkan penyebab mendasar yaitu: penyebab yang ada dimasyarakat,

anggota keluarga ibu atau suami sehingga menimbulkan 3 (tiga) terlambat:

terlambat mengambil keputusan, terlambat mencari penolong persalinan,

dan terlambat ditolong dalam persalinan disamping itu, rendahnya status

kesehatan penduduk miskin, rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan

(bidan) oleh masyarakat serta terbatasnya akses pelayanan kesehatan

karena kendala geografis dan kendala biaya. Untuk mengetahui lokasi

terjadinya kasus-kasus kematian Ibu Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 dapat

dilihat pada gambar 16.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 35

GAMBAR 16. GAMBAR 16. PETA KEMATIAN IBU MENURUT

PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 16 mengisyaratkan lokasi wilayah puskesmas dengan kubus

berwarna merah merupakan puskesmas dengan kasus-kasus kematian Ibu.

Kasus kematian Ibu terdapat pada Puskesmas Bangkir, Ogodeide,

Basidondo, dan Galang. Puskesmas Basidondo paling tinggi kasus kematian

sebanyak 2 Orang, sementara 3 (tiga) Puskemas lainnya masing-masing 1

(satu) kematian.

Kematian Ibu bisa disebabkan karena perdarahan, eklamsia maupun

infeksi. Perdarahan bisa terjadi pada saat persalinan terhadap ibu yang

menderita anemia dan robekan jalan lahir, sedangkan eklamsia terjadi pada

ibu hamil dengan darah tinggi dan muntah berlebihan, sebetulnya gejala

eklamsia bisa dideteksi secara dini jika dilakukan pemeriksaan ANC secara

teratur. Infeksi bisa terjadi karena proses pertolongan persalinan yang tidak

hygienes. Adapun penyebab kematian ibu Kabupaten Tolitoli Tahun 2014

didominasi oleh kasus Infeksi, HDK, Perdarahan dan Lain-lain selengkapnya

dilihat pada gambar 17.

BANGKIR

BASIDONDO

OGODEIDE

GALANG

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 36

GAMBAR 17. GAMBAR 17. PENYEBAB KEMATIAN IBU

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 17 penyebab langsung kematain ibu terbanyak ialah Infeksi

disusul Perdarahan, HDK, dan Lain-lain masing-masing 1 kasus. Dalam

upaya penurunan angka kematian, pemeriksaan kehamilan (ANC) sangat

penting melalui pemeriksaan kehamilan lengkap K4 dapat mencegah

terjadinya kematian Ibu. Pemberian tablet (Fe) tambah darah bagi Ibu hamil

untuk mencegah anemia, pengukuran tensi sangat dibutuhkan untuk

mendeteksi gejala eklamsia, sedangkan untuk menghindari infeksi pada saat

persalinan dengan cara persalinan 3 bersih ( alat, tangan, alas) hal ini bisa

dilakukan oleh petugas kesehatan atau petugas terlatih, ketiga faktor diatas

sangat berkaitan erat apabila cakupan K4 baik diharapkan pertolongan

persalinan juga baik dan cakupan pemberian tablet tambah darah meningkat.

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

Angka morbiditas atau kesakitan selama ini masih menggunakan

pendekatan data facility based dan belum berbasis evidence based.

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui pola penyakit terbanyak rawat jalan pada

rumah sakit umum mokopido Tolitoli didominasi oleh penyakit Hypertensi dengan

angka kesakitan sebanyak 616 kasus dan angka kesakitan terendah yaitu

penyakit Dermatitis sebanyak 67 kasus dari jumlah kasus penyakit keseluruhan

rawat jalan rumah sakit umum sebanyak 2.527 kasus. Untuk mengetahui

gambaran 10 penyakit terbanyak rawat jalan pada rumah sakit umum Tolitoli

tahun 2014 selengkapnya diuraikan pada tabel 4.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 37

TABEL 2. 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN DI RSU MOKOPIDO

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Nama Penyakit Jumlah Kasus

Pharingitis

Dyspepsia

ISPA

ISK

Hypertensi

Ganren Pulpa

Pneumonia

GEA

Bronchitis

Dermatitis

616

382

265

230

171

148

429

114

105

67

SUMBER : RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2014

Sementara gambaran pola 10 penyakit terbesar rawat inap diRumah

Sakit Umum Mokopido Tolitoli tahun 2014 tampaknya didominasi oleh kasus

penyakit Pharingitis sebanyak 616 kasus dan yang terendah ialah Dermatitis

sebanyak 67 kasus. Untuk mengetahui pola 10 penyakit terbanyak rawat inap

pada rumah sakit umum tolitoli tahun 2014 selengkapnya diuraikan pada tabel 5.

Tabel 3. 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

MOKOPIDO KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Nama Penyakit Jumlah Kasus

Hipertensi

Dispepsia

Diare Akut

Faringitis Akut

Anemia

Pneumonia

ISK

Common Cold

Vertigo

CHF

878

799

528

461

452

403

270

243

241

159

SUMBER : RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 38

Tabel 5 menunjukkan distribusi 10 jenis penyakit terbanyak rawat inap di

RSUD Mokopido cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Namun

ditahun 2014 terjadi peningkatan kasus pada penyakit rawat inap diketahui

jumlah kasus penyakit rawat inap sebanyak 4.434 penderita, angka ini meningkat

sebesar 1.038 penderita dalam waktu 1 (satu) tahun terakhir dimana pada tahun

2013 penderita penyakit dirawat inap sebanyak 3.396 penderita.

Selain itu, untuk menggambarkan angka kesakitan juga dipaparkan

gambaran 10 penyakit terbanyak Puskesmas tahun 2014 diuraikan pada tabel 6.

TABEL 4. 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Nama Penyakit Jumlah kasus

ISPA

TEKANAN DARAH TINGGI

MAAG

REMATIK

DIARE

ANEMIA

HYPOTENSI

INFEKSI PENYAKIT USUS

MALARIA

ASMA

20.433

12.640

10.242

9.013

4.530

3.839

3.406

2.726

2.045

1.751

SUMBER: DINAS KESEHATAN TOLITOLI TAHUN 2014

Tabel 6 menunjukkan penyakit ISPA masih menempati urutan tertinggi

dari 10 (sepuluh) besar penyakit di Puskesmas tahun 2014 dengan jumlah kasus

sebanyak 20.433. Sedangkan kasus penyakit terendah Penyakit Asma sebanyak

1.751 kasus.

Selanjutnya diuraikan beberapa situasi penyakit menular yang perlu

mendapatkan perhatian termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I), penyakit KLB/wabah dan penyakit tidak menular.

1. PENYAKIT MENULAR

Penyakit menular yang disajikan pada bagian ini diantaranya: Penyakit

Malaria, TB-Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,

Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit

potensial wabah, rabies, serta penyakit Filariasis.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 39

a. PENYAKIT MALARIA

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development

Goals (MDGs). Penyebab malaria adalah hewan bersel satu (protozoa)

Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah

endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan

kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi

yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan

sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku

masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat.

Perkembangan penyakit Malaria ini dipantau melalui Annual

Parasite Incidence (API). API Kabupaten Tolitoli pada tahun 2014 adalah

0 (nol) per 1.000 penduduk dengan CFR 0 (nol), sementara puskesmas

yang melaporkan kasus malaria positif dengan sediaan darah diperiksa

terbanyak adalah Puskesmas Basidondo sebanyak 37 kasus.

Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Kabupaten Tolitoli. Beberapa tahun sebelumnya sampai

dengan saat ini penyakit tersebut masih selalu masuk dalam urutan 10

penyakit terbesar. Meskipun dari tahun ke tahun jumlah atau

prevalensinya cenderung menurun, sangat dimungkinkan kondisi

lingkungan dan iklim Kabupaten Tolitoli menjadi pemicu terjadinya kasus-

kasus malaria. Disamping itu, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

kualitas kesehatan lingkungan masih sangat kurang. Selengkapnya

perkembangan kasus penderita malaria positif Kabupaten Tolitoli Tahun

2010-2014 dilihat pada gambar 18.

GAMBAR 18. PERBANDINGAN KASUS PENDERITA MALARIA

POSITIF KABUPATEN TOLITOLITAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI SEPIMKESMAS TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 40

Gambar 18 menunjukkan kasus penyakit malaria terus

berfluktuasi, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir kasus ini kembali

meningkat. Perkembangan data tersebut mengindikasikan kurang

berhasilnya kegiatan program dilaksanakan, sehingga perlu upaya

evaluasi sampai ketingkat puskesmas dalam rangka perbaikan

pelaksanaan program. Hal ini dikarenakan terjadinya lonjakan kasus yang

cukup berarti, padahal ditahun-tahun sebelumnya kasus ini dapat ditekan

dan terus diturunkan secara bermakna.

Kegiatan penyuluhan dalam memberikan pemahaman kepada

masyarakat terkait perkembangbiakan penyakit malaria serta mekanisme

pencegahannya dan tatacara memutuskan mata rantai terhadap

penularannya serta menjalin kerjasama dengan sector terkait harus terus

dilakukan agar kedepan kasus serupa dapat diturunkan.

b. PENYAKIT TB-PARU

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat

menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama

dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs Salah satu

indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Notification

Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien TB semua tipe

yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada satu

periode disuatu wilayah tertentu

Berdasarkan data Seksi P2 tahun 2014 diketahui cakupan CNR

kasus baru BTA positif 120.57 sementara CNR seluruh kasus TB

sebanyak 1.183.98 selengkapnya gambaran mengenai CNR TB-Paru

Kabupaten Tolitoli Tahun 2010-2014 diuraikan pada gambar 19.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 41

GAMBAR 19. GAMBAR 19. PERKEMBANGAN CNR

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

c. HIV/AIDS

HIV dan AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immuno

deficiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang

menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh

sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui

proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik

yang terkontaminasi secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak

dalam kandungan melalui plasenta dan menyusui.

Kasus HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap

tahun. Sampai dengan bulan Desember 2014 jumlah kasus baru AIDS

tidak ditemukan namun kasus baru HIV ditemukan sebanyak 2 Orang, 1

orang berjenis kelamin Lakilaki dan 1 orang lainnya berjenis kelamin

Perempuan.

Keberadaan penderita HIV & AIDS bagaikan fenomena gunung

es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dari

penderita yang sebenarnya ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan

jumlah penderita HIV & AIDS di Kabupeten Tolitoli jauh lebih besar lagi.

Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV & AIDS,

yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan

tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 42

melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT (Provider

Inisiative Conseling and Test).

d. PENYAKIT KUSTA

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat

menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan

permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta

dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :

a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati

rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.

c. Adanya kuman tahan asam didalam kerokan jaringan kulit (BTA

Positif).

Akhir tahun 2014 dilaporkan kasus baru tipe pausi basiler

sebanyak 11 kasus terdiri dari 5 (lima) laki-laki dan 6 (enam) Perempuan

berikut ini disajikan kecenderungan kasus baru tipe PB dan MB

Kabupaten Tolitoli tahun 2010 – 2014 pada gambar 20.

GAMBAR 20. PERKEMBANGAN KASUS BARU TIPE PB DAN MB

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari

tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat 2, sedangkan untuk mengetahui

tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14

tahun) diantara penderita baru.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 43

Proporsi cacat tingkat 2 pada tahun 2014 sebesar 95.65 %.

Sedangkan proporsi anak diantara penderita baru pada tahun 2014

sebesar4.35%. Selengkapnya dilihat pada gambar 21 dan 22

GAMBAR 21. PROPORSI PENDERITA ANAK KASUS BARU KUSTA

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

GAMBAR 22. PROPORSI PENDERITA CACAT TINGKAT 2

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

Gambar 21 dan 22 terlihat penderita anak kasus baru kusta serta

proporsi penderita cacat tingkat 2 di Kabupaten Tolitoli tampak

mengalami peningkatan ditahun 2014. Meskipun demikian kegiatan

dalam upaya penanggulangan penyakit kusta terus dilaksanakan berupa

penemuan penderita baik secara aktif maupun secara pasif, kontak

survey, pengobatan bagi penderita kusta yang ditemukan, penyuluhan,

serta rujukan penderita kusta ke Rumah Sakit Umum Daerah Undata

Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 44

e. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

(PD3I)

1). TETANUS NEONATORUM

Penyakit tetanus neonatorum merupakan penyakit yang

menyerang bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatus) disebabkan

oleh clostridium tetani. Yaitu toksin atau racun yang menyerang

sistem syaraf pusat. Resiko terjadinya tetanus neonatorum

disebabkan karena Ibu hamil yang tidak mendapat imunisasi TT,

pemberian imunisasi tidak lengkap, serta pertolongan persalinan yang

tidak memenuhi syarat kesehatan. Disamping itu, kasus neonatorum

lebih dominan disebabkan perawatan tali pusat kurang memenuhi

standar kesehatan. Untuk itu, pada masa kehamilan sampai

melahirkan hendaknya ibu perlu mendapatkan pelayanan kesehatan

oleh tenaga kesehatan maupun tenaga bidan terlatih.

Perkembangan kasus tetanus neonatorum sejak tahun 2010

sampai akhir tahun 2012 kasus tidak ditemukan, namun tahun 2013 1

(satu) kasus kembali ditemukan demikian juga ditahun 2014

ditemukan sebanyak 1 (satu) kasus.

Fenoma tersebut membuktikan bahwa kasus (TN) perlu

diwaspadai serta apakah semua kasus sudah terdeteksi dan

terlaporkan secara keseluruhan oleh karena, ini erat kaitannya

dengan ketersediaan tenaga kesehatan sampai tingkat desa. Saat ini

diakui masih ada sarana pelayanan kesehatan yang belum terisi oleh

petugas didesa disebabkan terbatasnya jumlah tenaga yang meminati

desa-desa yang jauh dari pusat keramaian (terpencil) diperlukan

perhatian pemerintah daerah dalam pemenuhan serta pemerataan

tenaga kesehatan dengan demikian sistem penanganan cepat baik

pelacakan maupun pelaporan terhadap kasus-kasus TN dimasyarakat

dapat dilakukan secara merata dn menyeluruh.

2). CAMPAK

Campak merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan

kejadian luar biasa (KLB). Campak dapat menyebabkan resiko

kematian pada anak balita. Kasus campak hampir setiap tahunnya

masih ditemukan diKabupaten Tolitoli, sampai akhir tahun 2014

ditemukan jumlah kasus campak sebanyak 49 kasus. Kecenderungan

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 45

kejadian penyakit campak di Kabupaten Tolitoli sejak tahun 2010

sampai dengan 2014 diuraikan pada gambar 23.

GAMBAR 23. PERKEMBANGAN INSIDEN KASUS CAMPAK

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

Gambar 23 menunjukkan kasus campak naik dalam kurun

waktu 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terdapat kasus kematian

dan CFR (0%). Upaya menekan kasus campak perlu terus menerus

ditingkatkan mengingat perkembangan kasusnya masih berfluktuasi

dari tahun ketahun dibutuhkan penguatan program dalam

memberantas timbulnya penyakit tersebut sehingga Kabupaten

Tolitoli dapat terbebas dari kasus campak.

Sementara pukesmas melaporkan kasus campak terbanyak

yaitu Puskesmas Dungingis sebanyak 21 kasus. Untuk mengetahui

insiden kasus campak menurut puskesmas diKabupaten Tolitoli

Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 24.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 46

GAMBAR 24. PERKEMBANGAN INSIDEN KASUS CAMPAK MENURUT

PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

3). DIFTERI

Difteri merupakan penyakit menular. tercatat sejak tahun

2004 sampai akhir tahun 2014 kasus ini tidak ditemukan di

Kabupaten Tolitoli. Keberhasilan menuntaskan penyakit difteri

merupakan prestasi membanggakan. Pencapaian tersebut juga

dipengaruhi oleh penguatan terhadap kebijakan program

pemberantasan penyakit menular dalam meningkatkan intensitas

pemberian imunisasi secara kontinyu dan berkesinambungan.

Upaya untuk mempertahankan terjadinya penyakit difteri perlu

terus ditingkatkan, meskipun kejadian kasus tidak ditemukan.

Namun perlu diwaspadai terus menerus sehingga pada tahun-

tahun mendatang angka kesakitan disebabkan penyakit difteri

tetap dapat ditekan.

4). PERTUSIS

Kasus pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Berdasarkan data tahun

2014 ditemukan kasus pertusis sebanyak 45 kasus dengan rincian

19 pada lakilaki dan 26 perempuan. Peningkatan kasus ini secara

signifikan padahal ditahun 2012 dan 2013 kasus serupa sempat

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 47

menghilang bila merujuk pada tahun 2011 penyakit ini ditemukan

sebanyak 10 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 7 orang dan

perempuan sebanyak 3 orang. Perlu penguatan program serta

dukungan kebijakan untuk menuntaskan kasus ini. Puskesmas

Ogodeide merupakan pukesmas dengan penyumbang terbesar

kasus pertusis sementara puskesmas lainnya kasus serupa tidak

ditemukan.

5). HEPATITIS B

Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh

virus Hepatitis B (VHB) suatu anggota family hepadnavirus yang

dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang

pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau

kanker hati, Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah

menjadi epidemic pada sebagaian Negara Asia dan Afrika.

Hepatitis B telah menjadi endemic ditingkok dan berbagai Negara

Asia, penyebab hepatitis ternyata tak semata-mata virus.

Keracunan obat dan paparan berbagai macam zat kimia seperti

karbon tetraklorida, klorfomazin, kloroform, aksen, fosfor dan zat

lain-lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa

juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan

terhirup atau diserap melalui kulit penderita, menetralkan suatu

racun yang beredar didalam darah adalh pekerjaan hati, jika

banyak sekali zat kimia beracun yang masuk kedalam tubuh hati

bias saja rusak, sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun

lain.

Pada umumnya gejala penyakit hepatitis B ringan

gejalanya dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak

diperut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang

disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas, setelah

satu minggu akan timbul gejala utama seperti, Bagian putih pada

mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning, dan air

seni berwarna seperti teh berdasarkan laporan bidang P2PL

Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 kasus ini tidak ditemukan baik di

Rumah Sakit maupun di Puskesmas dalam wilayah Kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Tolitoli.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 48

6). POLIO AFP

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang

termasuk kedalam PD3I disebabkan oleh virus yang menyerang

sistem syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan,

penyakit yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit

kepala, mual, kaku dileher, dan sakit ditungkai serta lengan.

Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah penyakit dengan

gejala bersifat akut yaitu lumpuh layu dan bukan disebabkan

rudapaksa. Penyakit ini sering menyerang pada anak berusia

kurang dari 15 tahun. Saat ini AFP digunakan sebagai indikator

dalam menilai keberhasilan program Eradikasi Polio (Erapo)

melalui gerakan IMUNISASI. Penuntasan penyakit polio

merupakan wujud dari kesepakatan global dalam membasmi

penyakit polio baik di dunia maupun di Indonesia.

Dalam perjalannya Kasus penyakit polio sangat jarang dan

bahkan tidak ditemukan diKabupaten Tolitoli. Akan tetapi suspek

penyakit ini kembali muncul sekitar tahun 2005 dan terus dijumpai

hingga tahun 2010, selanjutnya dapat ditekan sampai akhir tahun

2011, dan kembali ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 2 kasus

hingga akhir tahun 2013 dan 2014 kasus ini tidak ditemukan.

Mempelajari perkembangan kasus AFP tampaknya

penyakit ini patut diwaspadai mengingat angka penemuan kasus

terus berfluktuatif setiap tahun. Upaya untuk memberantas peyakit

polio terus ditingkatkan sehingga pada tahun-tahun mendatang

Kabupaten Tolitoli terbebas dari penyakit polio. Untuk mengetahui

perkembangan kasus polio di Kabupaten Tolitoli sejak tahun 2010–

2014 selengkapnya dilihat pada gambar 25.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 49

GAMBAR 25. PERKEMBANGAN KASUS PENYAKIT AFP DI

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

7). TETANUS (NON NEONATORUM)

Penemuan kasus Tetanus (Non Neonatorum) tahun 2014

tidak ditemukan di Kabupaten Tolitoli jika dibandingkan dengan

tahun 2012 kasus ini ditemukan sebanyak 3 kasus di Rumah Sakit

Mokopido namun tidak terdapat kematian, data ini

mengindikasikan bahwa kasus serupa dapat ditekan dalam kurun

waktu 2 (dua) tahun terakhir.

f. PENYAKIT POTENSI KLB/WABAH

Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan Kejadian

Luar Biasa (KLB) diKabupaten Tolitoli diantaranya: Penyakit AFP,

Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare, serta Campak.

1) PENYAKIT DIARE

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat

perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar,

seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari

biasanya atau bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang

air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Data tahun 2014 menunjukkan kasus penyakit diare masih

tergolong tinggi diKabupaten Tolitoli yaitu sebesar 5.461 dan

penangannya 115.7% dari jumlah perkiraan kasus sebesar 4.722

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 50

angka ini meningkat dari tahun sebelumnya (2013) sebesar 4.979

dan penanganannya 107% dari jumlah perkiraan kasus diare

sebesar 4.655. Pada tahun 2012 sebesar 5.206 dan

penanganannya 100% dari jumlah perkiraan kasus sebesar 5.556.

Mempelajari perkembangan kasus diare hampir setiap tahun kasus

ini ditemukan diKabupaten Tolitoli dengan jumlah penderita terus

meningkat. Informasi mengenai kejadian diare disajikan pada tabel

lampiran 13.

2) PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue nyamuk atau beberapa jenis

nyamuk menularkan atau (menyebarkan) virus dengue. Demam

dengue juga disebut sebagai “breakbone fever” atau “bonebreak

fever” (demam sendi) karena demam tersebut dapat menyebabkan

penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka

patah, sejumlah gejala demam dari demam dengue adalah demam,

sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, dan

nyeri otot pada persendian.

Pada sejumlah pasien demam dengue dapat berubah

menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa, Pertama

adalah demam berdarah yang menyebabkan perdarahan,

kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah) dan

rendahnya tingkat trombosit darah ( yang menyebabkan daran

membeku). Kedua adalah sindrom renjat dengue yang

menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.

Terdapat 4 (empat) jenis virus dengue, apabila seseorang

telah terinfeksi satu jenis virus biasanya dia menjadi kebal terhadap

jenis tersebut seumur hidupnya. Namun dia hanya akan terlindung

dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat jika kemudian dia

terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan

mengalami masalah yang serius.

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena

virus dengue tersebut, terdapat beberapa tindakan pencegahan

demam dengue, orang-orang dapat melindungi diri mereka dari

nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk. Para ilmuan

juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk dan

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 51

mengurangi jumlah nyamuk yang ada, apabila seseorang terkena

demam dengue biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum

cukup cairan, selama penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak

parah, jika seseorang mengalami kasus yang lebih parah, dia

mungki memerlukan cairan infuse (cairan yang dimasukkan melalui

vena, menggunakan jarum dan pipa infus) atau tranfusi darah

(diberikan darah dari orang lain).

Berdasarkan laporan Seksi P2 Tahun 2014 penyakit demam

berdarah dengue atau DBD ditemukan secara keseluruhan

sebanyak 142 kasus wilayah kerja puskesmas yang paling tinggi

terserang DBD adalah Puskesmas Kota sebanyak 87 kasus dengan

kematian sebanyak 1 orang dengan jenis kelamin Lakilaki.

Meskipun demikian jika dibandingkan kasus-kasus DBD selama 4

(empat) tahun terakhir, maka angka DBD Kabupaten Tolitoli

mengalami penurunan drastis, selengkapnya perbandingan kasus

DBD berdasarkan CFR dan IR Tahun 2010 s/d 2014 dapat dilihat

pada gambar 26.

GAMBAR 26. GAMBAR 26. PERKEMBANGAN INSIDEN KASUS

DBD KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI P2 TAHUN 2014

Gambar 26 menunjukkan kasus DBD masih menjadi masalah

didaerah ini. Meskipun CFR dan IR dapat ditekan dari tahun sebelumnya

akan tetapi belum menjamin masyarakat telah memiliki kesadaran yang

tinggi terhadap timbulnya penyakit tersebut, untuk itu pemantauan secara

kontinyu pada daerah-daerah yang rawan kasus DBD serta memperketat

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 52

pemeriksaan dan pengawasan terhadap penduduk yang berasal dari

daerah-daerah endemis perlu lebih ditingkatkan disamping itu agar

kegiatan program dapat optimal maka upaya pencegahan dan

pemberantasan DBD dititik beratkan pada pergerakan potensi masyarakat

untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk gerakan

(3 M) pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD

dan penanganannya dirumah tangga.

3) PENYAKIT FILARIASIS

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa

filarial yang terdiri dari wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia

timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening) filariasis

menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam

tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing

dewasa dan menetap dijaringan limfe sehingga menyebabkan

pembekakan dilengan dan organ genital. Berdasarkan laporan Seksi P2

Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 ditemukan kasus filariasis sebanyak 2

kasus pada Puskesmas Lampasio.

2. PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG DIAMATI

Penyakit tidak menular juga merupakan penyakit yang saat ini sering

ditemukan dimasyarakat, dengan semakin meningkatnya arus globalisasi

disegala bidang perkembangan teknologi dan industri telah banyak

membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, kondisi

tersebut telah merubah pola konsumsi makanan, berkurangnya aktifitas fisik

dan meningkatnya polusi udara. Perubahan tersebut tanpa disadari memberi

pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemilogi dengan meningkatnya

kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes,

hipertensi, gagal ginjal, gangguan jiwa atau mental dan sebagainya. Berikut

diuraikan kelompok penyakit tidak menular sebagai berikut:

a. HIPERTENSI

Pengertian hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit yang dalam

bahasa inggris disebut hypertension ini adalah gangguan yang terjadi

pada sistem peredaran darah sehingga tekanan darah menjadi diatas

normal karena itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah

tinggi.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 53

Pada saat pengukuran tekanan darah, biasanya akan menghasilkan

dua angka yang mana masing-masing menunjukan angka untuk yang

lebih tinggi dan lebih rendah. Angka yang lebih tinggi didapatkan ketika

jantung kita berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih rendah

ketika jantung sedang berelaksasi (diastolik).

Tekanan darah yang normal umumnya ada pada angka 120/80

mmHg kebawah, sedangkan tekanan darah tinggi terjadi ketika angka

menunjukan 140/90 mmHg keatas. Pengukuran ini dilakukan pada lengan

sebanyak tiga kali dalam beberapa minggu karena kondisi pada saat

pengukuran juga mempengaruhi hasil yang didapatkan.

GAMBAR 27. ILUSTRASI TENSI DARAH

Hipertensi atau tekanan darah tinggi ini dibagi menjadi dua jenis yaitu

hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer

adalah yang terjadi pada sebagian besar kasus hipertensi (sekitar 95%)

dan penyebab dari jenis ini belum bisa diketahui dengan jelas. Sedangkan

hipertensi sekunder adalah tipe yang jarang terjadi (sekitar 5%), dan

penyebab dari tipe ini adalah kondisi medis lain seperti ginjal, arteri,

jantung, obesitas, dan obat-obatan tertentu.

Seseorang dapat memiliki tekanan darah tinggi selama bertahun-

tahun tanpa mengalami gejala apa-apa. Sehingga tak jarang seseorang

diketahui memiliki darah tinggi secara tidak sengaja ketika periksa

kedokter karena penyakit yang lain. Oleh karena itu, kesadaran

memeriksakan tekanan darah sangatlah penting untuk deteksi dini

sekaligus mengontrol jika sudah memiliki darah tiggi dan dalam masa

pengobatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 54

Tekanan darah tinggi biasanya berkembang selama bertahun-tahun,

dan itu mempengaruhi hampir semua orang pada akhirnya. Untungnya,

tekanan darah tinggi dapat dengan mudah dideteksi, dan setelah diketahui

memiliki tekanan darah tinggi, maka dapat dilakukan pengobatan untuk

mengontrolnya. Karena tekanan darah tinggi yang dibiarkan tinggi terus

atau tidak terkontrol, akan meningkatkan resiko masalah kesehatan yang

serius, termasuk serangan jantung dan strok.

Berdasarkan data laporan pelayanan kesehatan dasar sampai akhir

tahun 2014 data mengenai jumlah pasien dengan hipertensi sebanyak

12.640 orang.

b. OBESITAS

Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa

kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga

menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian

menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.

Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa

tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat

badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih

dari 30 kg/m

Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam

penyakit, khususnya penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur

obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis dan asma. Kegemukan sangat

sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang

berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun

sebagian kecil kasus terutama disebabkan oleh gen,

gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri. Hanya sedikit

bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan

sedikit namun berat badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang

lambat; rata-rata orang gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar

dibandingkan orang yang kurus karena dibutuhkan energi untuk manjaga

massa tubuh yang lebih besar.

Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama

kegemukan. Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi

konsumsi makanan padat energi contohnya makanan yang tinggi lemak

dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Obat-obatan anti-

kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 55

menghambat penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat.

Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum efektif, maka balon

lambung dapat membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat

dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang usus

sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan

menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari makanan.

Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling

utama di dunia, dengan prevalensi pada orang dewasa dan anak yang

semakin meningkat, sehingga pihak berwenang menganggap kegemukan

sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada

abad 21. Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern

(khususnya di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah,

kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol kekayaan dan

kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia

hingga sekarang.

Data mengenai penyakit yang disebabkan akibat obesitas atau

kegemukan dari sarana pelayanan kesehatan tahun 2014 tidak diketahui.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 56

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan

masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya

kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan

kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,

penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,

kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan

penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,

psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan

bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup

upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat

jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang

ditujukan terhadap perorangan. Seperti diuraikan sebagai berikut:

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Tujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan dan

mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau

oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianya

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemerintah maupun swasta

yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

Pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan

mampu mengatasimsebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Berbagai

pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan

kesehatan adalah sebagai berikut :

1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Pertumbuhan bayi dan perkembangan anak sangat ditentukan oleh

peran seorang ibu. Gangguan kesehatan yang dialami Ibu selama masa

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 57

kehamilan sangat berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan.

Oleh karena itu, pelayanan kesehatan ibu khususnya selama kehamilan

harus diperhatikan agar sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

a. PELAYANAN ANTENATAL

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik

kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya

sehingga dalam masa kehamilan ibu sangat perlu mendapatkan

pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari

terjadinya gangguan kehamilan sedini mungkin, sehingga terhindar dari

segala sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan profesional baik dokter spesialis kandungan, dokter

umum, bidan maupun perawat. Ibu hamil perlu mendapatkan

pemeriksaan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah,

pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT) serta

pemberian tablet zat besi (fe) sesuai dengan pedoman pelayanan

antenatal dengan menitik beratkan pada kegiatan promotif dan preventif.

Hasil pelayanan antenatal tersebut dapat dilihat dari cakupan

pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan

ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil

yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar

serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada

trisemester pertama, sekali pada Trimester ke-2 dan dua kali pada

Trimester ke-3. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas

pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Melalui ANC (K4) diharapkan

deteksi dini dan perawatan kehamilan dapat dilaksanakan dengan baik

dan berkualitas. Dengan demikian komplikasi yang terjadi pada saat

kehamilan dapat dicegah sehingga kematian pada ibu hamil dan

janinnya dapat juga dicegah.

Berdasarkan laporan Seksi KIA Tahun 2014 diketahui data

cakupan kunjungan K1 sebanyak 4.879 atau 95.5% dan K4 sebanyak

4.349 atau 85.1% dari jumlah ibu hamil sebanyak 5.110 orang. Apabila

mengacu dan membandingkannya dengan standar pelayanan minimal

(SPM) tahun 2014 pencapaian yang diperoleh Kabupaten Tolitoli

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 58

memenuhi target ditetapkan, selengkapnya dapat dilihat capaian

kunjungan K1 dan K4 Ibu Hamil Kabupaten Tolitoli dalam kurun waktu 5

(lima) tahun terakhir 2010 s/d 2014 pada gambar 28.

GAMBAR 28. PERSENTASE CAKUPAN IBU HAMIL K1 DAN K4 IBU

HAMIL KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010 - 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 28 cakupan kunjungan K1 dan K4 menurun dari tahun

sebelumnya hal ini menggambarkan bahwa kesadaran ibu hamil akan

pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan

menurun, sehingga program terkait perlu terus mempertahankan semua

upaya kebijakan program yang telah dilaksanakan agar ditahun-tahun

mendatang cakupan ini tetap terus naik dan dipertahankan.

Sementara untuk persentase capaian puskesmas terhadap

cakupan kunjungan K1 yang paling tinggi adalah Puskesmas Laulalang

sebesar 128.2% dan terendah Puskesmas Basidondo sebesar 70.4%,

Sedangkan cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah Puskesmas

Laulalang sebesar 113.7% dan terendah Puskesmas Basidondo sebesar

54.1%. selengkapnya untuk mengetahui capaian kunjungan Ibu Hamil K1

dan K4 menurut puskesmas diKabupaten Tolitoli Tahun 2014 dapat

dilihat pada gambar 29.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 59

GAMBAR 29. PERSENTASE CAKUPAN IBU HAMIL K1 MENURUT

PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

GAMBAR 30. PERSENTASE CAKUPAN IBU HAMIL K4 MENURUT

PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

b. PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN

Pertolongan persalinan merupakan pertolongan pada ibu bersalin

disuatu wilayah dan mendapatkan pelayanan pertolongan oleh tenaga

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 60

kesehatan. Sebagaimana diketahui bahwa komplikasi terhadap kematian

ibu maternal dan bayi baru lahir, sebagian besar terjadi pada saat

persalinan disebabkan ibu pada saat bersalin tidak mendapatkan

pertolongan tenaga kesehatan profesional.

Data laporan bidang kesehatan masyarakat tahun 2014 diketahui

persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

sebesar 80.6% angka ini belum mencapai dari target SPM yang

ditetapkan untuk tahun 2014 sebesar 90%, dapat dikatakan kinerja upaya

program KIA perlu ditingkatkan, trend persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan terlihat berfluktuasi dari tahun ketahun, selengkapnya dapat

dilihat persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan Kabupaten Tolitoli dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

sejak 2010 s/d 2014 pada gambar 31.

GAMBAR 31. PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN

NAKES KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010 S/D 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Sementara cakupan pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan menurut puskesmas secara keseluruhan capaian puskesmas

tidak memenuhi target SPM. Capaian tertinggi hanya mampu pada

kisaran 89.2% yaitu pada puskesmas Lampasio sementara paling rendah

menembus angka 50.0% bila dibandingkan tahun 2013 capaian oleh

puskesmas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Persentase

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut

puskesmas dapat dilihat pada gambar 32.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 61

GAMBAR 32. PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN

PERSALINAN NAKES MENURUT PUSKESMAS

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Dalam rangka meningkatkan keterampilan petugas (Bidan) yang

handal dengan kompetensi kebidanan. Bidang Binkesmas melalui seksi

kesehatan Ibu dan Anak Kabupaten Tolitoli telah melakukan berbagai

upaya diantaranya melalui kegiatan pembinaan yang kontinyu

dilaksanakan dan terus melakukan evaluasi kinerja bidan baik melalui

pertemuan di kabupaten dengan semua peserta bidan koordinator

puskesmas maupun di puskesmas yang melibatkan semua tenaga bidan

desa, upaya ini diharapkan akan efektif dalam peningkatan cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diKabupatena Tolitoli

dimasa yang akan datang.

c. PELAYANAN IBU NIFAS

Pelayanan Ibu Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

pada ibu mulai 6 s/d 42 jam hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan,

untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan

pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas

minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu; 1) Kunjungan pertama

KF1 pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) Kunjungan nifas ke

2 KF2 dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; 3) Kunjungan

nifas ke-3 KF3 dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 62

Data Laporan BINKESMAS tahun 2014 diketahui cakupan

pelayanan Ibu Nifas sebesar 75.6% angka ini belum mencapai target

SPM sebesar 90% untuk melihat perbandingan persentase cakupan

pelayanan ibu nifas Kabupaten tolitoli dalam kurun waktu 5 (lima) tahun

terakhir sejak 2010 s/d 2014 dan menurut puskesmas dapat dilihat pada

gambar 33 dan 34.

GAMBAR 33. GAMBAR 33. PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN

IBU BIFAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Sementara persentase cakupan pelayanan Ibu Nifas menurut

puskesmas Kabupaten Toltitoli Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar

34.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 63

GAMBAR 34. PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS

MENURUT PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Gambar 34 menunjukkan cakupan kunjungan ibu nifas semua

puskesmas belum mencapai target. Adapun wilayah kerja puskesmas

dengan cakupan paling tinggi pada wilayah Puskesmas Baolan sebesar

88.2% dan terendah Puskesmas Basidondo sebesar 54.3%. secara

keseluruhan angka ini menurun dari capaian tahun 2013.

Demikian halnya pemberian vitamin A pada Ibu Nifas, Vitamin A

adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi

pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi. Pentingnya mendapatkan

vitamin A tidak hanya untuk bayi atau balita, tetapi vitamin A juga sangat

bermanfaat untuk dikonsumsi oleh ibu pada masa nifas. Vitamin perlu

dikonsumsi oleh ibu nifas (0-42 hari setelah bersalin). Pemberian vitamin

A pada ibu nifas sangat penting karena baik untuk kesehatan ibu dan

bayi dan juga untuk status gizinya. Apabila pada ibu nifas beresiko

kekurangan vitamin A maka hal ini akan berpengaruh pada bayinya, bayi

juga akan beresiko kekurangan vitamin A. Ibu menyusui membutuhkan

vitamin A yang tinggi bermanfaat untuk memproduksi ASI.

Konsentrasi dan jumlah vitamin A yang terkandung dalam ASI

sangat tergantung pada status gizi ibu. Sehingga tercukupinya vitamin A

pada ibu akan meningkatkan kualitas ASI nya. Jika makanan ibu tidak

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 64

mengandung banyak vitamin A maka ASI juga tidak banyak mengandung

vitamin A. Karena itulah pentingnya pemberian vitamin A tidak hanya

penting bagi ibu tetapi juga bagi bayinya. Pemberian vitamin A pada ibu

nifas selain untuk mencegah kebutaan juga akan meningkatkan kualitas

ASI sehingga meningkatkan daya tahan tubuh anak dan kesehatan ibu

lebih cepat pulih setelah bersalin.

Data laporan Seksi KIA tahun 2014 diketahui persentase cakupan

ibu nifas mendapatkan vitamin A sebesar 81.7% sementara untuk

cakupan puskesmas yang paling tinggi ibu nifasnya yang mendapat

vitamin A adalah Puskesmas Lampasio sebesar 91.82% dan terendah

Puskesmas Basidondo sebesar 63.83%. berikut dilihat ibu nifas dapat

vitamin A menurut puskesmas pada gambar 35.

GAMBAR 35. PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS

MENDAPAT VITAMIN A MENURUT PUSKESMAS KABUPATEN

TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

d. IBU HAMIL DENGAN IMUNISASI (TT2+)

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Clostridium tetani yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan

racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini secara

umum terdapat ditanah, jadi ia bisa ditemukan pada debu, pupuk, kotoran

hewan, dan sampah. Tetanus ini menyerang siapa saja, anak – anak juga

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 65

orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang bisa berakibat

fatal. Penyakit yang menyerang bayi itu biasa disebut Tetanus

neonatorum. Tetanus biasanya menyerang bayi -bayi yang lahir ditempat

yang tidak bersih dan tidak menggunakan alat – alat persalinan yang

steril. atau juga riwayat dari ibu hamil yang mungkin terluka sebelum

melahirkan yang lukanya mengandung bakteri tetanus tersebut.

Salah satu pencegahan terkena penyakit ini, bumil haruslah

menjaga kebersihan dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan

yang profesional. dan yang penting juga Bumil harus imunisasi .Perlu

diketahui ibu bahwa imunisasi TT adalah proses membangun kekebalan

sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus. Dimana imunisasi tersebut

bisa diberikan pada bumil pada trimester I dan trimester III.

Adapun manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah bisa melindungi

bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu

terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. dan ibu tidak usah terlalu

khawatir, imunisasi ini tidak ada efek sampingnya. Bila pun ada, itu hanya

gejala ringan seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan kecil pada

tempat suntikan dan akan hilang dalam 1-2 hari tanpa tindakan

pengobatan. Karena TT adalah antigen yang sangat aman untuk Bumil

dan juga janin. untuk imunisasi TT hanya 2 kali yaitu TT pertama dapat

diberikan sejak diketahui setelah positif hamil dan TT kedua minimal 4

minggu setelah TT pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian TT

yang kedua adalah minimal 2 minggu sebelum melahirkan, dan akan

lebih bagus lagi bila ibu diimunisasi TT sebelum hamil.

Berikut dapat dilihat persentase Bumil yang mendapatkan

imunisasi TT2+ menurut puskesmas diKabupaten Tolitoli tahun 2014

diuraikan pada gambar 36.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 66

GAMBAR 36. PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU

HAMIL MENURUT PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI

TAHUN 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

e. IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE (ZAT BESI)

Zat besi ibu hamil sangat di butuhkan. Kekurangan zat besi pada

ibu hamil akan mengakibatkan anemia. Zat besi adalah zat penting untuk

pembentukan dan mempertahankan kesehatan sel darah merah,

sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat

dibutuhkan ibu hamil. Kebutuhan tubuh akan zat besi selama hamil ini

terutama harus terpenuhi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.

Sebagian besar wanita dalam usia hamil mempunyai kadar zat

besi yang rendah. Itu sebabnya cadangan zat besi (hemoglobin) selalu

diukur selama kehamilan. Jika ditemukan ibu hamil dengan kadar zat besi

rendah, dia dikatakan menderita anemia. Untuk mengatasinya dokter

atau bidan yang memeriksa akan memberikan tambahan zat besi agar

tidak kekurangan zat besi, ada baiknya mengkonsumsi makanan yang

kaya akan zat besi. Bahan-bahan makanan yang kaya akan zat besi

seperti daging berwarna merah, hati, ikan, telur, sayuran berdaun hijau,

kacang-kacangan, tempe, roti dan serealia.

Meningkatnya volume darah berati bahwa kandungan ekstra besi

dibutuhan untuk membuat hemoglobin guna memperbanyak jumlah sel

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 67

darah merah. Semakin banyak hemoglobin dalam darah, semakin banyak

oksigen yang dapat dialirkan ke berbagai jaringan, termasuk plasenta.

Kadungan besi dalam tubuh juga akan diserap oleh janin untuk cadangan

karena setelah kelahiran bayi hanya mendapat sedikit besi dari ASI.

Sehubungan dengan hal itu, melalui makanan yang dikonsumsi, ibu hamil

memenuhi kebutuhan tubuhnya akan zat besi, yaitu sekitar 15 mg sehari.

Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah yang berkualitas

baik. Inilah sebabnya wanita hamil secara tradisional diberi tablet ekstra

besi untuk mempertahankan persediaan zat ini. Pemberian zat besi

dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang, satu tablet sehari selama

minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO 320 mg (zat besi 60 mg

dan asam folat 500mg)

Selain berfungi untuk mendorong perkembangan janin, zat besi

juga penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah,

sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat

dibutuhkan ibu hamil. Salah satu efek samping dalam mengkonsumsi zat

besi adalah timbulnya sembelit, sebaiknya makan buah-buahan/makanan

lain yang mengandung serat, serta minum sedikitnya delapan gelas

cairan dalam sehari. Saat meminum suplemen zat besi, kadang timbul

mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare sebagai efek sampingnya.

Keluhan- keluhan tersebut biasanya ringan. Untuk mengatasinya,

mulailah dengan setengah dosis yang dianjurkan. Dalam mengkonsumsi

zat besi sebaiknya pada malam hari sebelum tidur, biasakan pula

menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti

vitamin C, air jeruk, daging ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi

penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui jumlah ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan tablet Fe-1 (30 Tablet) sebanyak 4.749 atau

93.08% dan tablet Fe3 (90 Tablet) sebanyak 4.118 atau 80.71%. dari

jumlah ibu hamil sebanyak 5.102. Untuk lebih jelasnya cakupan

pemberian tablet Fe secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran tabel

32.

f. RUJUKAN KASUS RESIKO TINGGI DAN PENANGANAN KOMPLIKASI

KEBIDANAN

Dalam hal terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan

khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas kepada ibu hamil

yang memiliki risiko tinggi dan memerlukan pelayanan kesehatan, maka

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 68

penanganan kegawatdaruratan bagi ibu hamil yang beresiko tinggi perlu

dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Prosentase ibu hamil dengan kondisi risiko tinggi yang dirujuk di

Kabupaten

Berdasarkan data tahun 2014 ditemukan kasus ibu hamil resiko

tinggi dengan komplikasi sebanyak 972 orang. Puskesmas dengan

jumlah bumil resiko tinggi dengan komplikasi tertinggi terdapat pada

Puskesmas Kota sebanyak 213 kasus sedangkan bumil dengan resiko

tinggi dengan komplikasi terendah berada pada Puskesmas Basidondo

sebanyak 20 kasus.

Sementara jumlah perkiraan neonatal risti/komplikasi sebanyak

7.348 kasus dengan neonatal risti/komplikasi ditangani sebanyak 3.777

kasus. Rincian kedua data tersebut dapat dilihat pada lampiran tabel 33.

Mempelajari kedua data tersebut, terjadi peningkatan kasus dalam

1 (satu) tahun terakhir Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang

berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu

neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama

dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua

bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut

Low Birth Weight Infants ( BBLR).

Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan

lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1) Prematuritas murni

adalah Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan

( NKBSMK) 2). Dismaturitas. adalah Bayi lahir dengan berat badan

kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur

dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga:

Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK).

Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus

Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ).

Secara tiologi dinilai dari Faktor Ibu dibedakan menjadi 2 bagian

pertama a. Penyakit adalah Penyakit yang berhubungan langsung

dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan

psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu adalah

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 69

angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia angka kejadian

prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu muda.

Secara Patofisiologi secara umum bayi BBLR ini berhubungan

dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu

juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia

kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.

Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi

sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti

adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain

yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi

dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system

reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi

pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih

besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering

melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,

terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb

berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu

gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil

umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi

kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.

Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin

ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat

besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan

janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan

kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,

anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada

ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko

morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi

BBLR dan prematur juga lebih besar.

Berdasarkan data seksi KIA tahun 2014 diketahui jumlah bayi lahir

dengan BBLR sebanyak 29 bayi atau sebesar 0.7% dari jumlah bayi

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 70

baru lahir ditimbang sebanyak 4.058 atau 101.3%. Puskesmas dengan

jumlah BBLR tertinggi adalah Puskesmas Kota sebanyak 15 kasus dan

terendah terdapat di 4 (empat) Puskesmas masing-masing 0%.

Selengkapnya kasus BBLR dapat dilihat pada tabel lampiran 37.

g. KUNJUNGAN NEONATUS (KN1 DAN KN2)

Kunjungan Neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada

neonatus sedikitnya 3 kali yaitu: Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam

sampai dengan 48 jam setelah lahir Kunjungan neonatal II (KN2) pada

hari ke 3 s/d 7 hari. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari.

Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat

dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan

yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi

Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa

perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan

imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi

berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).

Berdasarkan data Seksi KIA Tahun 2014 diketahui cakupan

kunjungan KN1 sebesar 4.044 atau 89.9%, sedangkan kunjungan KN3

(KN Lengkap) sebesar 3.827 atau 85.8%. Rincian masing-masing

puskesmas dapat dilihat pada tabel lampiran 38.

h. BAYI DENGAN ASI EKSLUSIF

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,

bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai

bayi berumur dua tahun.

Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering

pemberian ASI-nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu

formula. Bayi yang baru lahir biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh

ibunya. Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak antara menyusui

akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar.

Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu formula akan

memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama

beberapa minggu pertama kehidupan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 71

Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan

si bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya

selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada

masa 6 bulan bayi memang belum di beri makanan selain susu untuk itu

ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi.

Namun, seringkali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI

eksklusif ini atau bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI

ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia

WHO, bayi sebaiknya di sapih setelah 2 tahun usianya. Permasalah ASI

eksklusi juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu

pemerintah mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa

pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau

mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.

Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan

tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan

dampak pada bayi jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan

maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat

dan kemungkinan besar juga bayi akan menjadi tidak sehat.

Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari

lingkungan sekitar, ini agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam

kebiasaan atau budaya yang harus di lestarikan. Karena meskipun ada

susu formula yang diandalakan sebagai pengganti ASI eksklusif itu tidak

akan sebaik ASI. Karena banyak sekali kandungan susu formula yang

tidak terdapat pada ASI, asi lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi

sedangkan susu formula hanya memacu sebagian saja. Jadi, sudah

sangat jelas bahwa memberikan ASI eksklusif adalah hal yang tidak bisa

digantikan.

Berdasarkan data Seksi KIA tahun 2014 diketahui jumlah bayi

dengan pemberian ASI eksklusif sebanyak 1.479 atau 61.2% dari jumlah

bayi sebanyak 2.416 bayi.

i. PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk

menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada

balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi

masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat. Peranan

vitamin A juga dibuktikan dalam menurunkan secara bermakna angka

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 72

kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya

pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup,

kesehatan dan pertumbuhan anak.

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan,

serta meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat

cukup vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain,

maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga

tidak membahayakan jiwa anak.

Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi

(umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita

(umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas

diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan

memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.

Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali pada bulan

Februari atau Agustus; dan untuk anak balita enam bulan sekali, yang

diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan

pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilakukan

terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Namun dapat pula

diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut belum

mendapatkan kapsul vitamin A.

Berdasarkan data Seksi KIA tahun 2014 diketahui cakupan

pemberian kapsul vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sebanyak 4.603

atau 93.52% anak balita sebanyak 11.939 atau 84.60%. Sementara

secara keseluruhan cakupan balita umur 6-59 bulan yang mendapat

vitamin A sebanyak 16.542 atau 86.91%.

2. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Kegiatan pemantauan gizi pada anak balita dilakukan melalui

pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan dan tinggi badan melalui

kegiatan penimbangan balita secara rutin di posyandu setiap bulannya.

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui jumlah balita sebanyak 17.436

dengan jumlah ditimbang sebanyak 13.859 atau 80.6%, Dari jumlah

tersebut, ditemukan balita BGM sebesar 1.594 orang atau 11.5%

3. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Upaya pemerintah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk

(LPP) yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 73

miskin tersebut dengan cara menurunkan angka kelahiran melalui

Program Keluarga Berencana Nasional. Salah satu kegiatan yang telah

dilaksanakan adalah penyediaan pelayanan keluarga berencana/KB

gratis bagi masyarakat yang berasal dari keluarga prasejahtera/KPS dan

keluarga sejahtera I/KS‐I. Selain itu, secara mikro kegiatan tersebut juga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga karena dengan kecilnya

jumlah anggota suatu keluarga maka keluarga tersebut diharapkan dapat

meningkatkan gizi makanan, tingkat kesehatan, dan pendidikan anggota

keluarganya.

Kegiatan pelayanan KB dilapangan melibatkan dua

kementerian/lembaga, yaitu BKKBN dan Kementerian Kesehatan.

BKKBN bertanggungjawab menciptakan permintaan akan layanan KB

(demand creation), yaitu dengan mengajak pasangan usia subur (PUS)

untuk ber‐KB dan menjaga PUS tersebut untuk terus aktif ber‐KB melalui

tenaga lini lapangan (Petugas Lapangan Keluarga Berencana/PLKB,

Pengawas KB/PKB, Petugas Pembina KB Desa/PPKBD, dan

Sub‐PPKBD). Sementara itu, Kementerian Kesehatan bertanggung jawab

terhadap sisi penawaran/supply, yaitu dengan memberikan pelayanan KB

di klinik / puskesmas / rumah sakit melalui bidan dan dokter terlatih.

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992

(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan

jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Secara umum

keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi

ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan

menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.

Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang

kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan

sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan

dengan aborsi.

Keberhasilan program KB dapat dilihat berdasarkan indikator

pencapaian target KB baru, cakupan peserta KB aktif terhadap pasangan

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 74

usia subur (PUS) persentase peserta KB aktif berdasarkan metode

kontrasepsi terpilih (MKET).

Data laporan program KB Dinas Kesehatan Tahun 2014 diketahui

jumlah peserta KB baru sebanyak 13.562 atau 33.4% dari jumlah

pasangan usia subur (PUS) sebanyak 36.964. Untuk mengetahui

perbandingan pencapaian KB baru terhadap pasangan usia subur (PUS)

tahun 2007–2014 selengkapnya dilihat pada gambar 37.

GAMBAR 37. PERKEMBANGAN PESERTA KB BARU TERHADAP

PUS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Urutan jenis alat kontrasepsi paling banyak digunakan peserta KB

Baru dapat dilihat pada lampiran tabel 35.

Sementara untuk jumlah perserta KB Aktif diketahui sebanyak

28.142 atau 76.1% dari jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak

36.964. Untuk mengetahui pencapaian KB Aktif terhadap pasangan usia

subur (PUS) sejak tahun 2010-2014 selengkapnya dilihat pada gambar

38.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 75

GAMBAR 38. PERKEMBANGAN PESERTA KB AKTIF TERHADAP

PUS KABUPATEN TOLITOLI SEJAK TAHUN 2010 - 2014

SUMBER: SEKSI KIA TAHUN 2014

Sementara urutan jenis alat kontrasepsi paling banyak digunakan

peserta KB Aktif dapat dilihat pada lampiran tabel 35.

4. PELAYANAN IMUNISASI

Pelaksanaan program imunisasi bertujuan mencegah terjadinya

penyakit menular dan menurunkan angka kesakitan serta kematian dari

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Adapun

imunisasi yang rutin dilaksanakan meliputi: Pemberian imunisasi anak umur 0

– 1 tahun seperti: BCG,DPT,Polio,Campak,dan HB, Imunisasi wanita

subur/ibu hamil (TT) dan imunisasi pada anak SD kelas 1 (DT) dan kelas 2-3

(TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilaksanakan berdasarkan

penemuan masalah seperti Desa Non UCI, potensi resiko tinggi KLB,

ditemukannya virus polio liar, serta kegiatan imunisasi berdasarkan kebijakan

teknis.

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya

merupakan proyeksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada bayi.

Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah. Maka cakupan

UCI dapat menggambarkan besaran tingkat kekebalan bayi (herd immunity)

terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I..

Untuk mengetahui gambaran desa yang mencapai UCI digunakan indikator

cakupan imunisasi campak diatas 80%.

Diketahui dari jumlah desa dan kelurahan sebanyak 104 di Kabupaten

Tolitoli. Didapatkan gambaran sebanyak 74 desa atau 71.2% yang mencapai

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 76

UCI. Untuk mengetahui perkembangan Desa dan Kelurahan UCI sejak tahun

2010-2014 selengkapnya dilihat pada gambar 39.

GAMBAR 39. PERKEMBANGAN JUMLAH DAN PERSENTASE

PENCAPAIAN DESA UCI KABUPATEN TOLITOLI

TAHUN 2010-2014

SUMBER. SEKSI P2 TAHUN 2014

Sementara Puskesmas dengan pencapaian Desa UCI tahun 2014

dapat dilihat pada gambar 40.

GAMBAR 40. PERKEMBANGAN JUMLAH PENCAPAIAN DESA UCI

MENURUT PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER. SEKSI P2 TAHUN 2014

Berikut ini diuraikan pula hasil cakupan imunisasi berdasarkan jenis

imunisasi dari 4,563 sasaran bayi tahun 2013. Meliputi a) Cakupan imunisasi

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 77

BCG diketahui sebanyak 4,029 atau 85.71%. Adapun wilayah kerja

Puskesmas dengan pencapaian paling tinggi adalah Puskesmas Dungingis

sebesar 99.47% dari jumlah sasaran sebanyak 188. Sedangkan puskesmas

dengan pencapaian terendah terdapat pada Puskesmas Ogotua sebesar

40.32% dari jumlah sasaran sebanyak 127 b). Cakupan Imunisasi DPT-1

HB1 diketahui sebanyak 3.867 atau 82.86% Adapun wilayah kerja

puskesmas dengan pencapaian paling tinggi adalah Puskesmas Binontoan

sebesar 106.62% dari jumlah sasaran 161. Sedangkan puskesmas dengan

pencapaian terendah adalah Puskesmas Dondo sebesar 84.48% dari jumlah

sasaran 305 c). Cakupan Imunisasi DPT-3 HB3 diketahui sebanyak 1.501.

Puskesmas dengan pencapaian tertinggi berada pada Puskesmas Kota

sebanyak 372. Sedangkan cakupan terendah adalah Puskesmas Binontoan

sebesar 18 dari jumlah sasaran 151. d). Cakupan Imunisasi Polio–4 diketahui

sebesar 3.826 atau 81.40% Puskesmas dengan pencapaian tertinggi adalah

Puskesmas Binontoan sebesar 100% dari jumlah sasaran 151, Sedangkan

Puskesmas dengan pencapaian paling rendah pada Puskesmas Ogotua

sebesar 54.60%, dari jumlah sasaran 171.e). Cakupan Imunisasi campak

diketahui sebesar 3,498 atau 74.4% Puskesmas dengan pencapaian tertinggi

adalah Puskesmas Basidondo sebesar 107.9% dari jumlah sasaran 54

Sedangkan Puskesmas dengan pencapaian paling rendah terdapat pada

Puskesmas Ogotua sebesar 45.1% dari jumlah sasaran 142.

5. PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT

Program kesehatan juga dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan

siswa SD kelas 1 SMP dan yang sederajat. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

Penjaringan kesehatan siswa oleh tenaga kesehatan bekerjasama dengan

guru UKS terlatih dan kader kesehatan atau dokter kecil Data mengenai

pelayanan kesehatan penjaringan tahun 2014 diketahui siswa SD yang

mendapatkan pelayanan kesehatan penjaringan sebanyak 4.134 siswa.

6. PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan

program yang dilaksanakan oleh puskesmas. Berdasarkan data tahun 2014

jumlah murid SD/MI diperiksa sebanyak 6.418 siswa. sedangkan siswa perlu

perawatan sebanyak 72 orang.

Sementara tumpatan gigi tetap dan rasio/pencabutan gigi sampai akhir

tahun 2014 sebanyak 1.650 orang dengan rincian tumpatan gigi tetap

sebanyak 1 orang dan pencabutan gigi sebanyak 1.649 orang.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 78

7. PELAYANAN KESEHATAN USILA

Pelayanan kesehatan Usia lanjut merupakan pelayanan yang

diberikan secara khusus. Dikarenakan kelompok usia ini, biasanya banyak

mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya.

Selama ini, pelayanan usila dilakukan melalui pembinaan dan pelayanan

kesehatan di Posbindu. Adapun kegiatan dilaksanakan meliputi:

Penimbangan, Pelayanan kesehatan, dan penyuluhan. Disamping itu, setiap

tahun juga dilaksanakan kegiatan lomba posbindu usila dan lomba usila.

Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan motivasi kader dan usila terhadap

posbindu dengan melibatkan lintas sektor terkait.

Pada tahun 2014 diketahui jumlah usila sebanyak 24.544 orang

dengan rincian lakilaki sebanyak 12.563 dan perempuan sebanyak 11.981

Sementara usila yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 6.598

orang dengan rincian lakilaki sebanyak 2.752 atau 21.91% dan perempuan

sebanyak 3.846 atau 32.10%.

8. PELAYANAN KESEHATAN MATRA

Program kesehatan matra telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir.

Akan tetapi, kegiatannya masih terbatas pada penjaringan kesehatan haji,

kesehatan transmigrasi, dan pemeriksaan penduduk dilokasi bencana.

Peraturan tentang kesehatan matra telah diatur dalam Undang-undang

Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992. Sebagai tindak lanjutnya

Departemen kesehatan menetapkan pedoman kesehatan matra melalui

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor.

1215/Menkes/SK/XI/2001. Adapun jenis kegiatan dilaksanakan meliputi: a)

Kesehatan Lapangan diantaranya: Kesehatan Haji, Transmigrasi, kesehatan

penanggulangan bencana, kesehatan Bumi Perkemahan, Kesehatan dalam

situasi khusus, kesehatan Lintas Alam, kesehatan Bawah Tanah, kesehatan

Gangguan Kantibmas, kesehatan Operasi dan latihan militer di darat , b).

Kelautan Bawah Air yaitu: Kesehatan pelayaran dan pantai lepas, kesehatan

penyelam dan Hiperbarik serta kesehatan dalam operasi dan latihan militer di

Laut. c). Kesehatan Kedirgantaraan diantaranya: Kesehatan penerbangan

didirgantara dan kesehatan dalam latihan dan operasi militer didirgantara.

Kegiatan kesehatan matra yang rutin dilaksanakan sampai saat ini,

masih sebatas pada pembinaan dan pengamanan kesehatan jemaah haji.

Pada tahun 2014 pemeriksaan dilakukan pada jemaah haji sebanyak 89

orang dari hasil pemeriksaan ditemukan 1 orang terindikasi resiko tinggi umur

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 79

89 (delapan puluh Sembilan) Tahun. Bila dibandingkan data tahun 2013

jumlah jemaah haji sebanyak 100 orang. Maka dapat diasumsikan terjadi

penurunan jumlah jemaah haji sebanyak 11 orang dalam 1 (satu) tahun

terakhir di Kabupaten Tolitoli.

9. PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Salah satu program yang menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan

Kabupaten Tolitoli ialah program pengawasan dan penanggulangan

keselamatan dan kesehatan kerja. Program ini bertujuan mencegah

terjadinya penyakit akibat kerja. Disamping itu, meminimalisir tingkat

kecelakaan pekerja diakibatkan beban kerja. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan meliputi: Pemeriksaan berkala terhadap pekerja/karyawan,

penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja, perbaikan sanitasi lingkungan

kerja, penyuluhan gizi karyawan dan kegiatan intervensi atau pengobatan

lainnya.

Secara umum pengawasan terhadap kesehatan dan keselamatan

kerja di Kabupaten Tolitoli belum berjalan optimal. Dikarenakan kegiatan ini

masih terbatas pada perusahaan-perusahaan dengan industri kecil,

sementara sektor formal dan informal belum tercakup. Untuk itu, dibutuhkan

kerjasama lintas sektor agar kegiatan program ini berjalan sesuai harapan.

Sehingga dapat mewujudkan tenaga kerja sehat dengan lingkungan kerja

sehat agar meningkatkan produktifitas tenaga kerja yang lebih baik.

10. PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku

dibidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhui lingkungan atau

hal- hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan

kualitas kesehatan.

Promosi kesehatan meliputi pendidikan atau penyuluhan kesehatan ,

ini merupakan bagian penting dari promkes.Promosi kesehatan juga berarti

upaya yang bersifat promotif (peningkatan), kuratif (pengobatan), dan

rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang

komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya

pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan

masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana

(social support).

Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan

dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 80

(where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum

(where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get

health services). Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan

lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan

saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara

pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya

Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

Data tahun 2014 diketahui jumlah kegiatan promosi kesehatan

Kabupaten Tolitoli yang dilaksanakan sebanyak 995 kegiatan sementara

untuk jumlah kunjungan rumah dan penyebaran informasi datanya tidak

diketahui.

11. KESEHATAN DI PUSKESMAS (R. JALAN DAN R. INAP)

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dipuskesmas dilakukan

melalui 2 (dua) cara yaitu: Pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap.

Pelayanan rawat jalan diberikan jika penderita yang berkunjung ke

puskesmas mengalami gangguan kesehatan ringan, sedangkan pelayanan

rawat inap diberikan jika penderita memiliki gangguan kesehatan sedang

hingga berat.

Sarana pelayanan kesehatan yang disiapkan untuk masyarakat

diantaranya: Puskesmas dan jaringannya serta Rumah Sakit. Fungsi

puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat

baik pelayanan rawat jalan maupun pelayanan rawat inap. Sementara

Rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas lebih baik disiapkan untuk

memberikan pelayanan pada kasus-kasus rujukan maupun kunjungan rawat

jalan dan rawat inap.

Data tahun 2014 diketahui jumlah kunjungan puskesmas baik rawat

jalan maupun rawat inap sebanyak 150.926 Dengan rincian kunjungan rawat

jalan sebanyak 149.440 dan kunjungan rawat inap sebanyak 1.486. Bila

dibandingkan dengan jumlah penduduk, persentase kunjungan masyarakat

ke puskesmas sebesar 67.7%. Angka ini naik dari tahun sebelumnya sebesar

100% dimana pada tahun 2013 sebesar 31.4%.

Sementara untuk mengetahui perkembangan jumlah kunjungan rawat

jalan dan rawat inap puskesmas di Kabupaten Tolitoli tahun 2010-2014 serta

persentase kunjungan penduduk ke Puskesmas tahun 2007-2013

selengkapnya dilihat pada gambar 41 dan 42.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 81

GAMBAR 41. PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN 14

PUSKESMAS DI KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER : SEKSI PELAYANAN DASAR DAN RUJUKAN TAHUN 2014

GAMBAR 42. PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP

8 (DELAPAN) PUSKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER : SEKSI PELAYANAN DASAR DAN RUJUKAN TAHUN 2014

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan melalui

pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang menderita gangguan kesehatan

ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan

pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga

berat. Sebagian besar puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan

kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan. Sedangkan Rumah Sakit yang

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 82

dilengkapi berbagai fasilitas selain memberikan pelayanan kasus rujukan untuk

rawat inap juga melayani kunjungan rawat jalan. Selengkapnya diuraikan

sebagai berikut:

1. PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan

diarahkan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan rujukan dan

melaksanakan rawat jalan serta rawat inap. Berdasarkan data tahun 2014

diketahui jumlah kunjungan diRumah sakit Umum Mokopido Kabupaten

Tolitoli sebanyak 28.944 orang. Dengan rincian kunjungan rawat jalan

sebanyak 21.328 dan kunjungan rawat inap sebanyak 7.616. Untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu serta efisiensi pelayanan Rumah

Sakit digunakan beberapa indikator diantaranya:

a. BED OCCUPANCY RATE (BOR) / ANGKA PENGGUNAAN TEMPAT

TIDUR

BOR adalah rata-rata persentase tempat tidur yang tersedia dan

digunakan oleh penderita selama satu periode waktu perhari. BOR

digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah

sakit dan menggambarkan seberapa besar tempat tidur yang tersedia

dimanfaatkan untuk perawatan penderita rawat inap. Angka BOR yang

rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah

sakit oleh masyarakat, sedangkan BOR yang lebih dari 85%

menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur terlalu tinggi.

Secara umum nilai parameter BOR idealnya 60 – 85%. Pada tahun

2014 jumlah pemanfaatan tempat tidur di Rumah sakit umum Mokopido

Tolitoli sebesar 70.9%. Angka ini mengindikasikan pemanfaatan tempat

tidur di rumah sakit masih dalam batas normal. Berikut perkembangan

angka BOR Rumah Sakit Umum Tolitoli sejak tahun 2010-2014,

selengkapnya dilihat pada gambar 43.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 83

GAMBAR 43. PERSENTASE INDIKATOR BOR RUMAH SAKIT UMUM

MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2010-2014

SUMBER : RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2014

b. LENGTH OF STAY (LOS)/ RATA-RATA LAMA PERAWATAN

LOS adalah rata-rata lamanya (dinyatakan dalam hari) seorang

pasien menghuni sebuah tempat tidur (dirawat) di Rumah sakit. serta

digunakan untuk mengetahui efisiensi serta mutu perawatan rumah sakit.

Berdasarkan data LOS Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli diketahui

sebesar 4.3%. Angka ini menurun dari tahun sebelumnya sebesar 0.3%

dimana pada tahun 2013 LOS sebesar 4.6%.

Secara umum LOS ideal berkisar antara 6–9%. Akan tetapi

semakin kecil nilai diperoleh, maka semakin baik. Bila

membandingkannya harus memikirkan faktor penyakit yang berlainan.

Untuk mengetahui perkembangan LOS Rumah Sakit Umum Mokopido

Tolitoli Tahun 2007–2013 selengkapnya dilihat pada gambar 44.

GAMBAR 44. PERKEMBANGAN PERSENTASE INDIKATOR LOS DI

RUMAH SAKIT UMUM MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2010 - 2014

SUMBER : RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 84

c. GROSS DEATH RATE (GDR)

GDR ialah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita

keluar. GDR digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan perawatan di

Rumah Sakit. Secara umum nilai GDR tidak lebih dari 45/1000 penderita

keluar. Data tahun 2014 diketahui angka GDR di Rumah Sakit Umum

Mokopido Tolitoli sebesar 34.6 per/1000 penderita. Angka ini menurun

dari nilai GDR tahun 2013 sebesar 34.9 /1000 penderita. Untuk

mengetahui perkembangan nilai GDR pada Rumah Sakit Umum Tolitoli

sejak tahun 2010–2014 selengkapnya dilihat pada gambar 45.

GAMBAR 45. PERKEMBANGAN PERSENTASE GDR DI RUMAH

SAKIT UMUM MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2010- 2014

SUMBER : RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2014

Gambar 45 menunjukkan sejak tahun 2010 terjadi penurunan

GDR (kematian) yang signifikan Data ini mengasumsikan bahwa mutu

pelayanan di RSU Mokopido Tolitoli terus membaik dari tahun-tahun

sebelumnya. olehnya pencapaian tersebut perlu terus menerus

dipertahankan agar Rumah Sakit Mokopido benar-benar menjadi tempat

pemulihan dan rehabilitasi yang dapat diadalkan oleh masyarakat

khususnya Kabupaten Tolitoli.

d. ANGKA KEMATIAN NETTO/ NET DEAT RATE (NDR)

Kematian Netto (NDR) ialah kematian > atau = 48 jam setelah di

rawat untuk setiap 1000 penderita keluar. NDR digunakan untuk

mengetahui mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit. Nilai NDR

dalam batasan kewajaran sebesar < 25 per 1000 penderita. Indikator

tersebut disesuaikan dengan jumlah kasus rawat inap yang seharusnya

tidak perlu mendapat perawatan inap di rumah sakit.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 85

Pada tahun 2014 nilai NDR diketahui sebesar 14.3/1000

penderita. Angka ini naik dari tahun sebelumnya sebesar 13.7/1000

penderita.

2. PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI

MASYARAKAT MISKIN (GAKIN/JKMM)

Program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin

(JAMKESMAS) merupakan program pemerintah yang telah dilaksanakan

sejak tanggal 1 Januari 2005. Melalui program asuransi kesehatan miskin

(Askeskin). Program ini bertujuan meningkatkan aksebilitas masyarakat

miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2014

diketahui jumlah peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Kabupaten

Tolitoli sebanyak 125.523 jiwa, mengenai rincian untuk jenis jaminan

kesehatan lebih lengkapnya dilihat pada tabel lampiran 54.

C. PELAYANAN KEFARMASIAN

Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian dari

upaya kesehatan paripurna. Adapun tujuan dari upaya tersebut dimaksudkan

untuk: 1) menjamin ketersediaan keterjangkauan pemerataan obat generik dan

obat esensial yang bermutu tinggi bagi masyarakat, 2). Mempromosikan

penggunaan obat yang rasional dan obat generik, 3). Meningkatkan kualitas

pelayanan kefarmasian serta pelayanan kesehatan dasar serta (4) Melindungi

masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan,

mutu dan keamanan.

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui ketersediaan jenis obat di

Kabupaten Tolitoli sebanyak 144 jenis obat dengan jumlah stok obat sebanyak

163.000 dari jenis obat dan pemakaian obat perbulan rata-rata 163 sementara

tingkat persentase kecukupan obat sebesar 100%.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 86

BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi

sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan yang uraiannya

sebagai berikut :

A. SARANA KESEHATAN

Pada bagian ini akan diuraikan tentang sarana pelayanan kesehatan

seperti: puskesmas, rumah sakit, sarana kesehatan bersumber masyarakat

(UKBM) dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. Selengkapnya diuraikan

sebagai berikut:

1. PUSKESMAS

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas

merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan

dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan

wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuikan

dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta

kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai:

1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan

masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat

pelayanan kesehatan perorangan primer.

Sampai dengan akhir tahun 2014, dari 14 puskesmas yang berada di

wilayah Kabupaten Tolitoli, 8 (tujuh) puskesmas adalah puskesmas

perawatan, yaitu Puskesmas Bangkir, Puskesmas Ogotua, Puskesmas

Dondo, Puskesmas Lampasio, Puskesmas Ogodeide, Puskesmas

Laulalang, dan Puskesmas Kayulompa, Kota dan 6 (enam) Puskesmas Non

Perawatan adalah Puskesmas Kombo, Puskesmas Basidondo, Puskesmas

Baolan, Puskesmas Galang, Puskesmas Dungingis, Puskesmas Binotoan.

Penyediaan sarana pelayanan kesehatan merupakan bentuk upaya

pemerintah dalam mendekatkan akses pelayanan kesehatan pada

masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan puskesmas disetiap

kecamatan serta puskesmas pembantu dan poskesdes secara merata

sampai ke pelosok desa terpencil.

Selain puskesmas, juga dibangun puskesmas pembantu untuk

meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan sarana kesehatan pada

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 87

masyarakat. Hingga akhir tahun 2014 diketahui jumlah pustu di Kabupaten

Tolitoli secara keseluruhan sebanyak 74 Pustu.

Upaya meningkatkan akses keterjangkauan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan tidak hanya terbatas pada peningkatan puskesmas

dan pustu, akan tetapi diupayakan pula sarana fasilitas lainnya seperti:

Pengadaan Alat Kesehatan Hampir disetiap tahun dan Ambulance

Emergency pada 4 Puskesmas dan sudah dioperasikan sesuai dengan

peruntukkannya.

2. RUMAH SAKIT

Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan

preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat

kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada

masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah

sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pada

tahun 2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Tolitoli sebanyak 1 unit milik

Pemeritah Daerah Kabupaten Tolitoli.

3. SARANA PELAYANAN KESEHATAN MILIK SWASTA

Berdasarkan data tahun 2014 diketahui jumlah sarana pelayanan

kesehatan milik swasta di Kabupaten Tolitoli sebanyak 35 Buah. Dengan

rincian Rumah besalin 1 Buah, Balai pengobatan klinik 1 Buah, Praktek

dokter perorangan 13 Buah, Praktek pengobatan tradisional 1 Buah, Apotik

14 buah, Toko obat 6 buah.

4. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan

menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan

potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan

pengembangan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam

pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM). UKBM di antaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),

Pos Kesehatan Desa (PKD) di Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga),

dan Pos Obat Desa (POD).

Salah satu jenis UKBM yang telah sejak lama dikembangkan dan

mengakar di masyarakat adalah posyandu. Posyandu dalam menjalankan

fungsinya, diharapkan dapat melaksanakan 5 (lima) program prioritas yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 88

penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya,

posyandu diklasifikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,

Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.

Berdasarkan data yang dilaporkan Bidang Binkesmas pada tahun

2014 terdapat 249 posyandu, dengan demikian maka rasio posyandu

terhadap desa/kelurahan sebesar 1 posyandu per desa/kelurahan. Di

Kabupaten Tolitoli strata Posyandu terbanyak adalah pratama sebesar

43.50%, dan terendah adalah mandiri 0.81%. Rincian pengklasifikasian

posyandu tahun 2014 diuraikan pada gambar 42.

Gambar 46. PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA

DIKABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

SUMBER : BINKESMAS KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat

dalam mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat

pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

Keluarga Berencana. Perkembangan polindes juga dikelompokkan ke dalam

4 tingkatan meliputi Polindes Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Data

tahun 2014 diketahu jumlah Polindes di Kabupaten Tolitoli sebanyak 18

buah.

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan UKBM yang dibentuk

oleh desa dalam upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi

masyarakat desa. Adapun pelayanan poskesdes yang dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan meliputi promotif, preventif dan kuratif, dengan melibatkan

kader atau tenaga sukarela. Data tahun 2014 diketahui jumlah poskesdes di

Kabupaten Tolitoli sebanyak 62 buah.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 89

PosBindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan

pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh

masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka

pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat

berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya

penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu,

program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk

pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia maupun

yang sudah memasuki lansia.

Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan

berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan

eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu

diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya

serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam

mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu

membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi

usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta

melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan. Data tahun 2014

diketahui jumlah poskesdes di Kabupaten Tolitoli sebanyak 63 buah.

B. TENAGA KESEHATAN

1. PENGELOLAAN TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya yang sangat penting

didalam pembangunan dibidang kesehatan. Pengelolaan sumber daya

tenaga kesehatan yang baik dan profesional akan memberikan dampak

positif pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Diperlukan proses

manajemen sumber daya tenaga sebagaimana diharapkan meliputi

Rekruitmen atau pengangkatan, penempatan dan pengembangan (Diklat)

tenaga kesehatan.

Berdasarkan data diperoleh dari bidang PSDMK Dinas Kesehatan

tahun 2014 diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bekerja

diberbagai sarana pelayanan kesehatan sebanyak 718 orang. Terdiri dari

tenaga yang bekerja di Dinas Kesehatan sebanyak 61 orang, Rumah Sakit

sebanyak 207 orang, Puskesmas dan jaringannya sebanyak 434 orang,

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 90

Insititusi pendidikan (AKPER) sebanyak 12 orang dan UTD sebanyak 4

orang.

Penempatan ini sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan

sebagaimana tenaga kesehatan lebih di perioritaskan pada Puskesmas

sebagai unit pelayanan kesehatan dasar. Sementara untuk rincian masing-

masing unit kerja dapat dilihat pada Lampiran Tabel 73 – 79. Rasio tenaga

kesehatan terhadap 1000 penduduk di Kabupaten Tolitoli pada tahun 2014

dapat dilihat pada tabel 7.

TABEL 5. TENAGA KESEHATAN DAN RASIO PER 1000 PENDUDUK

KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Rasio/1000

Penduduk

Dokter Spesialis

Dokter Umum

Dokter Gigi

Perawat

Perawat Gigi

Bidan

Tenaga Teknis Kefarmasian

Apoteker

Sarjana Kesmas

Kesehatan Lingkungan

Nutrisionis

Fisioterapis

Radiografer

Teknisi Elektro Medis

Analisis Kesehatan

Rekam Medis

6

16

4

404

6

121

23

14

67

25

12

1

7

2

13

1

2.76

7.35

1.84

185.71

2.76

55.62

10.57

6.44

30.80

11.49

5.52

0.46

3.22

0.92

5.98

0.46

SUMBER: BIDANG PSDMK DINKES KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2014

Tabel 7. Merupakan data tenaga kesehatan yang berstatus PNS

dengan standar keilmuan bidang kesehatan, selain tenaga kesehatan, juga

terdapat tenaga non kesehatan PNS lainnya dengan pendidikan seperti SD,

SLTP, SLTA dan sarjana lain non kesehatan yang tersebar di unit pelayanan

kesehatan sebanyak 171 dengan rincian PNS sebanyak 84 orang dan

Honorer/sukarela sebanyak 87 orang dan diberikan tugas menangani

administrasi kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 91

2. PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)

Program Kemeterian Kesehatan tentang pengangkatan PTT

dilaksanakan sejak tahun 1992 bertujuan memenuhi kebutuhan Tenaga

Kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan terutama puskesmas melalui

penempatan pegawai tidak tetap (PTT) baik dokter umum, dokter gigi, bidan

maupun perawat.

Berdasarkan data PSDMK kepegawaian dinas kesehatan Tolitoli tahun

2014 diketahui jumlah PTT sebanyak 44 orang terdiri dari Bidan PTT

sebanyak 32 orang, serta D3 perawat PTT atau DTPK sebanyak 12 orang.

Semua tenaga PTT telah ditempatkan baik pada sarana pelayanan

kesehatan di puskesmas maupun di desa dalam wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Tolitoli.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Dalam menunjang kelancaran pelaksanaan dan pencapaian kegiatan

pembangunan kesehatan dibutuhkan dukungan sumber dana yang memadai

baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Selama ini,

alokasi anggaran digunakan untuk pembiayaan kesehatan di Kabupaten Tolitoli

bersumber Dana APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Dekonsentarsi, dan APBN

kesehatan serta biaya untuk masyarakat miskin melalui Jamkesmas. Total

anggaran kesehatan Tahun 2014 adalah sebesar 57.273.263.298 dimana 5.43

% berasal dari APBD II Kabupaten Tolitoli Sementara dana APBN yang dikelola

oleh kabupaten Tolitoli melalui dinas kesehatan adalah sebesar Rp.

18.870.221.625.

Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2014 92

BAB VII. PENUTUP

Profil kesehatan Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu instrumen yang

dapat digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat

di Kabupaten serta sebagai alat dalam mengevaluasi hasil penyelenggaraan

pembangunan kesehatan dan mengukur keberhasilan pembangunan Kesehatan di

Kabupaten Tolitoli.

Profil kesehatan diharapkan menjadi pedoman dan acuan terhadap

perencanaan dan pengambilan keputusan bagi para penentu kebijakan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat bergantung kepada kreativitas dan

inisiatif para pengelola program baik di Kabupaten maupun di Puskesmas sehingga

kepentingan terhadap data-data dalam pembuatan profil kesehatan dapat

terkoordinasikan dengan baik. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dari para pengelola

program baik dalam lingkup Dinas Kesehatan maupun Puskesmas agar senantiasi

berperan aktif dalam menyediakan data yang lengkap dan tepat waktu dalam

menunjang ketersediaan data yang akurat sehingga mampu menopang pencapaian

Visi dan Misi pembangunan kesehatan.

Akhirnya hanya dengan perlindungan, petunjuk, rahmat dan hidayah dari

ALLAH S.W.T, upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya dapat dicapai.

W A S S A L A M