bab i pendahuluan a. latar...

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman keras merupakan hasil kebudayaan yang telah ada sejak masa periode klasik sejarah manusia. Bir sebagai salah satu jenis minuman keras telah dikenal sejak zaman klasik. Dalam catatan sejarah, Mesir Kuno dan Mesopotamia merupakan bangsa yang telah mengenalkan minuman ini sejak satu Abad Sebelum Masehi. 1 Bir merupakan minuman beralkohol yang sangat umum selain air dan teh. Faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumsi minuman beralkohol ini bervariasi dari berbagai masyarakat. Di antaranya adalah gaya hidup, demografi, batasan usia, serta kondisi alam dan sosial sekitarnya. 2 Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan gandum menjadi lebih beragam. Bangsa Eropa dengan budaya minuman keras hadir ke tanah jajahannya masing-masing secara sadar maupun tidak telah membawa minuman keras sebagai budaya dan penampilan baru di koloni masing- masing. Termasuk pulau Jawa sebagai jajahan Belanda tidak lepas dari dampak budaya Belanda dan Eropa. 1 Max Nelson, The Barbarian’s Beverage: A History of Beer in Ancient Europe, (New York: Routladge, 2005), hlm., 1. 2 Charles Bamforth, Grape vs Grain: A Historical, Technological, and Social Comparison of Wine and Beer, (New York: Cambridge University Press, 2008), hlm., 7.

Upload: vonhi

Post on 05-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman keras merupakan hasil kebudayaan yang telah ada sejak masa

periode klasik sejarah manusia. Bir sebagai salah satu jenis minuman keras telah

dikenal sejak zaman klasik. Dalam catatan sejarah, Mesir Kuno dan Mesopotamia

merupakan bangsa yang telah mengenalkan minuman ini sejak satu Abad

Sebelum Masehi.1 Bir merupakan minuman beralkohol yang sangat umum selain

air dan teh. Faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumsi minuman

beralkohol ini bervariasi dari berbagai masyarakat. Di antaranya adalah gaya

hidup, demografi, batasan usia, serta kondisi alam dan sosial sekitarnya.2

Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan

gandum menjadi lebih beragam. Bangsa Eropa dengan budaya minuman keras

hadir ke tanah jajahannya masing-masing secara sadar maupun tidak telah

membawa minuman keras sebagai budaya dan penampilan baru di koloni masing-

masing. Termasuk pulau Jawa sebagai jajahan Belanda tidak lepas dari dampak

budaya Belanda dan Eropa.

1 Max Nelson, The Barbarian’s Beverage: A History of Beer in Ancient

Europe, (New York: Routladge, 2005), hlm., 1. 2 Charles Bamforth, Grape vs Grain: A Historical, Technological, and

Social Comparison of Wine and Beer, (New York: Cambridge University Press, 2008), hlm., 7.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

2

Kedatangan orang-orang Eropa membentuk budaya baru yang asing dan

sama sekali baru bagi penduduk bumiputra. Berbagai budaya gaya hidup yang

melingkupi kegiatan hidup sehari-hari terpusat pada budaya pendatang Eropa.

Selain dalam bentuk identitas-identitas material, juga memiliki dampak

pembaratan atas mentalitas. 3

Periode akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 juga terjadi transformasi

struktur kehidupan masyarakat dengan masuknya pendatang Eropa. Menurut

Burger4 dan Wertheim5 dikatakan sebagai memudarnya struktur masyarakat

agraris feodal tradisional dalam perubahan bentuk menuju masyarakat urban yang

lebih modern. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses perubahan tersebut terjadi

akibat faktor-faktor pertama, proses perubahan akibat merosotnya peranan politik,

ekonomi, dan sosial dari kerajaan-kerajaan tradisional yang kemudian secara

berangsur digantikan oleh dominasi pemerintah Hindia Belanda. Kedua,

perubahan struktur masyarakat diakibatkan oleh terbentuknya stratifikasi dan

segmentasi sosial baru bagi masyarakat pribumi dengan sistem pendidikan

modern oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Ketiga, proses perubahan masyarakat diakibatkan oleh terjadinya

perubahan struktur perekonomian masyarakat akibat penetrasi ekonomi Barat.

Proses ini dimulai sejak diberlakukannya cultuurstelsel yang kemudian terus

3 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya (Batas-Batas Pembaratan)

(Jakarta: Gramedia, 2005), hlm., 131. 4 D.H. Burger, Perubahan-Perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa

(Jakarta:Bharata Karya Aksara, 1983), hlm., 110-117. 5 W.F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan

Sosial (terjemahan), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

3

berlanjut pada periode berikutnya yakni liberalisasi ekonomi, dan lebih ditegaskan

lagi pada fase pemberlakuan Politik Etis tahun 1900 sampai tahun 1930-an.

Masuknya sistem baru dari Eropa telah merubah aktivitas ekonomi dan tingkat

perekonomian penduduk lokal. Beberapa perubahan yang dapat kita lihat adalah

peningkatan terhadap daya beli terhadap barang-barang konsumsi, meluasnya

aktivitas industri dan kerajinan, serta peningkatan jumlah penduduk secara cepat

di Jawa.

Pesatnya modernisasi yang melanda masyarakat Jawa ditandai dengan

cepatnya pertumbuhan industri maupun perdagangan. Hal ini dapat dilihat pada

pesatnya pembangunan infrastruktur kota seperti gedung-gedung perkantoran,

pertokoan, pasar, jembatan, dan lain-lain. Sarana komunikasi dan transportasi

seperti telepon, telegram, penerangan atau listrik, surat kabar, kereta api, jalan,

kapal mesin uap, mobil dan lain sebagainya, serta semakin heterogennya

pelapisan sosial masyarakat di perkotaan yang membentuk masyarakat

konsumen.6 Hal ini menuntut semakin besarnya pemenuhan kebutuhan hidup.

Dalam sudut pandang perkembangan zaman, kondisi tersebut bagi

masyarakat jajahan dapat diistilahkan sebagai kondisi menuju masyarakat modern.

Dalam ilmu sosial disebut sebagai modernitas. Bermacam cara modernitas

dikenalkan di tanah jajahan. Ini sebenarnya adalah bagaimana proses budaya

orang-orang Barat dibawa ke tanah jajahan.

6 Bedjo Riyanto, Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa

Masa Kolonial (1870-1915), (Yogyakarta: Tarawang, 2000), hlm., 3.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

4

Pada periode awal kedatangan bangsa-bangsa Eropa, dampak budaya

Barat masih sangat kecil. Baru setelah budaya “Barat” menjadi prestise dan dilihat

sebagai derajat sosial yang tinggi, maka sistem dan pola budaya mereka mulai

mempengaruhi masyarakat Indonesia. Proses ini dipercepat pada saat istana

kerajaan bertindak sebagai perantara, sehingga anggota istana dan masyarakat

kemudian mengikutinya.7 Namun demikian, Wertheim memberikan catatan

bahwa pengaruh budaya ini hanya pada tingkat eksternalnya saja, tidak sampai

pada elemen prinsip internal dari budaya. Sehingga bisa dilihat bahwa budaya

borjuasi kemudian berkembang sekedar pada nilai penampakan budaya luar yang

kemudian dilihat sebagai gaya hidup, bukan sebagai semangat atau pandangan dan

prinsip hidup.

Gejala modernisasi ini sangat tampak pada wilayah perkotaan. Hal ini

terlihat dari munculnya infrastruktur kota yang mau tidak mau harus ada sebagai

penyokong aktifitas dan penunjang kebutuhan hidup maupun tuntutan gaya hidup.

Selain itu, pusat aktivitas masyarakat Barat (Eropa) terletak di perkotaan sehingga

diperlukan pendukung berbagai aktivitas mereka. Awal abad XX kota-kota besar

di Jawa sebagian besar menjalankan fungsinya sebagai pusat-pusat administratif

dan komersial.8 Kota-kota pelabuhan utama di Jawa menjadi pusat komersial

karena memiliki fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi yang dimaksud adalah sebagai

pintu keluar hasil bumi untuk perdagangan internasional seperti gula, kopi, dan

7 Bedjo Riyanto, op. cit., hlm., 230. 8 John Ingleson, Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat

Kerja dan Perkotaan Masa Kolonial, (Jakarta:Komunitas Bambu, 2004), hlm., 118.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

5

teh sekaligus pintu masuk barang-barang dari luar pulau maupun luar negeri.

Akibat aktivitas tersebut, menyebabkan arus masuknya orang-orang Eropa ke

Jawa dengan berbagai motif baik untuk keperluan pemerintahan maupun urusan

bisnis.

Perluasan sektor ekonomi berikutnya adalah adanya tuntutan kebutuhan

hidup sebagai pendukung pola dan gaya hidup orang-orang Eropa di Jawa.

Sebagian besar perluasan kegiatan perekonomian tersebut merupakan kelanjutan

mekanisme perekonomian. Salah satu fenomena yang terjadi dalam kondisi

tersebut adalah munculnya industri-industri akibat tuntutan untuk memenuhi

kebutuhan hidup orang-orang Eropa seperti kebutuhan makanan, minuman,

pakaian, serta kebutuhan untuk kenyamanan lainnya. Oleh sebab itu, permintaan

akan minuman keras yang tinggi menjadikan barang tersebut sebagai komoditi

penting dalam ekonomi perkotaan Surabaya. Berbagai aktifitas ekonomi muncul

seiring pemenuhan minuman keras baik yang didatangkan dari luar negeri

maupun hasil produksi sendiri. Hal ini melibatan aktifitas pengadaan minuman

keras melalui impor maupun melalui produksi, distribusi, dan konsumsi.

Surabaya sebagai salah satu kota pelabuhan sekaligus kota industri yang

menjadi penunjang bagi kebutuhan industri primer di pedalaman Jawa bagian

Timur. Hal ini menjadikan kota Surabaya sebagai pusat aktivitas bisnis, industri

dan perdagangan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kebijakan

pemerintah menjadikan Surabaya sebagai kota industri. Perkembangan kota

sebagai pusat industrialisasi menjadikan berbagai macam kebutuhan guna

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin banyak. Kebijakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

6

pemerintah ini dibuktikan dengan dibangunya kawasan industri Ngagel.9 Pada

tahun 1916 pemerintah Gemeente Surabaya membuka kawasan industri yang baru

di daerah Ngagel, tepatnya pada 16 Oktober 1916.10 Lahan untuk kawasan industri

Ngagel ini semula merupakan perkebunan tebu milik Cina, kemudian dibeli oleh

pemerintah Gemeente.11 Relokasi kawasan industri Ngagel ini karena pada

periode sebelumnya, lokasi industri menjadi satu dengan pusat pemerintahan dan

pemukiman di kawasan pusat kota.12 Akibat kebisingan yang ditimbulkan oleh

industri-industri berat menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitar industri di

9 Pembukaan kawasan industri di Ngagel (dekat dengan stasiun

Wonokromo Surabaya) dimaksudkan untuk melokalisasi bangunan pabrik-pabrik besar jauh dari kawasan pemukiman. Pembukaan kawasan industri ini oleh pemerintah Gemeente Surabaya diakibatkan kawasan industri sebelumnya di dekat Jembatan Merah telah padat serta dekat dengan pemukiman dan pusat pemerintahan.

10 Handinoto, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di

Surabaya 1870 – 194, (Yogyakarta: ANDI, 1996), hlm., 72. 11 G.H. von Faber, Nieuw Soerabaia ( Soerabaia: N.V. Boekhandelen

Drukkerij H van Ingen Bussum, 1933), hlm., 247. Pembelian tanah ini berdasarkan akta notaris F. Eichholz tertanggal 20 Maret 1917. Tanah yang dibeli oleh Gemeente (Kepala Daerah pada waktu itu Mr. A. Meyroos) semula merupakan perkebunan tebu milik Tjoa Tjwan Khing.

12 Berdasarkan intensitas keramaian kota, Surabaya dibagi menjadi dua

wilayah yakni Bovenstad (kota Atas) dan Benedenstad (kota Bawah) yang merujuk letak tempat pada peta yang berorientasi arah. Bovenstad menunjukan sebagai kota yang terletak mendekati pelabuhan di Utara dimana berbagai aktifitas perekonmian dan bisnis berada, sehingga di kota Atas ini merupakan pusat keramaian kota yang terdiri dari pergudangan, toko-toko, pabrik, dan tempat bisnis lainnya. Sementara Benedenstad merupakan wilayah yang terletak di sebelah Selatan merupakan daerah yang lebih sepi dari aktifitas perekonomian dan perdagangan sehingga banyak dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan perumahan. Tidak ada batasan jelas antara Benedenstad dan Bovenstad tetapi melihat pusat keramaian bisa jadi daerah Gubeng dan Simpang sebagai batas antara keduanya. Lihat di GH von Faber, Oud Soerabaia (Soerabaia: NV Boekhandelen Drukkerij H van Ingen Bussum, 1933).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

7

sekitar kawasan “kota bawah”. Oleh karena itu pemerintah Gemeente membuat

kawasan industri di wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi

kawasan industri Ngagel berada antara Sungai Kalimas dan jalur kereta api

Bagong disebelah Utara Kanal Wonokromo.13

Sejak awal abad XIX Surabaya sudah menjadi kota modern. Sutjipto

Tjiptoatmodjo mendeskripsikan bahwa Surabaya lebih bagus dan lebih hidup

daripada Batavia. Di dalam kota terdapat banyak gedung-gedung kantor dagang

maupun pasar. Surabaya berkembang tidak hanya sebagai kota dagang, tetapi juga

sebagai kota industri maupun kerajinan. Hal ini terlihat dari banyaknya pabrik-

pabrik maupun sentra kerajinan di Surabaya.14

Semakin beragamnya industri di Surabaya sebagai dampak

perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduk Eropa yang ada di

Surabaya. Orang-orang Eropa yang tinggal di Surabaya tentu saja memiliki

kebiasaan yang berbeda dengan penduduk setempat. Maka untuk memenuhi

kebutuhan tersebut perlu dibangun penyedia kebutuhan orang-orang Eropa.

Berdasar catatan data dari Centraal kantoor voor de statistiek in

Nederlansch Indie tahun 1930 jumlah penduduk Eropa pada tahun 1920 sebanyak

17.497 orang dan catatan tahun 1927 menjadi 43.926 orang.15 Sementara data

13 Howard Dick, Surabaya City of Work: A Socioeconomic History 1900-

2000, (Ohio: Ohio University Press, 2002), hlm., 353. 14 FA Sutjipto Tjiptoatmodjo, Kota-Kota Pantai di Sekitar Selat Madura

Abad XVII sampai Medio Abad XIX, (Yogyakarta: Desertasi UGM, 1983), hlm., 112.

15 Centraal kantoor vor de statistiek in Nederlansch Indie, (Weltevreden: Lansdrukkerij, 1930)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

8

olahan G.H. von Faber jumlah orang Eropa laki-laki tahun1930 sebanyak 13.965

orang, perempuan 12.498 orang, total jumlah penduduk Eropa tahun 1930

sebanyak 26.463 orang.16 Sekian banyak orang Eropa merupakan lahan konsumen

bagi barang-barang kebutuhan orang Eropa. Pada awalnya untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang sesuai dengan selera mereka, barang-barang didatangkan

dari Eropa, namun barang-barang tersebut terkena proteksi alami yang tinggi

mekipun harga dari barang tersebut sangat murah (keadaan alam ikut membatasi

seperti es batu, bahan-bahan makanan dan minuman yang cepat basi, dan

kebutuhan-kebutuhan lain yang cepat rusak ).17 Bahkan untuk aktivitas hiburan

dan ikatan ke-Eropa-an maka di tiap waktu-waktu tertentu diadakan berbagai

perkumpulan orang-orang Barat. Di Surabaya sendiri terdapat tempat

perkumpulan yang disebut Societet Concordia dan Societeit ‘De Club”

Simpang18. Selain itu juga, banyak tempat yang menyediakan sarana hiburan serta

tempat untuk memenuhi selera lidah dan perut orang-orang Eropa yakni restoran,

tempat-tempat bilyard yang lebih dikenal dengan “rumah bola”.

Dampak terjadinya Perang Dunia I tahun 1914-1918 tidak hanya

dirasakan Eropa saja tetapi juga termasuk di Hindia Belanda. Sehingga tidak

banyak industri yang dibangun pada periode tersebut. Hubungan laut antara Eropa

16 G.H. von Faber, Nieuw Soerabaia: De geschiedenis van Indies

voornaamste koopstad in de eerste kwarteeuw sedert hare instelling 1900-1930, (Soerabaia: N.V. Boekhandel en Drukkerij H. Van Ingen, 1934), hlm., 30.

17 Howard Dick, “Industrialisasi Abad ke-19: Sebuah Kesempatan yang

Hilang” dalam Thomas J Linblad, Sejarah Ekonomi Modern Indonesia: Berbagai Tantangan Baru. (Jakarta: LP3ES, 2000), hlm., 187.

18 GH von Faber, Oud Soerabaia, op. cit., hlm., 354-357.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

9

dan Hindia menjadi terganggu. Sehingga barang-barang Jepang menjadi

komoditas penting dalam perdagangan di Hindia Belanda. Barang-barang Eropa

tidak dapat bersaing dengan barang-barang Jepang. Guna melindungi industri

dalam negeri serta penetrasi ekonomi Jepang, pemerintah membuat kebijakan

pelarangan impor 56 jenis barang antara lain semen, bir, hasil tenun, panci dan

alat dapur, ban kendaraan, pakaian jadi, serta ferro sulfat.19 Usaha lain yang

dilakukan pemerintah untuk membendung masuknya barang-barang dari Jepang

dengan cara menarik masuknya penanaman modal baru dari negeri Belanda.

Kelanjutan terhadap kebijakan pemerintah untuk membendung barang-

barang dari Jepang tersebut salah satunya adalah pembatasan masuknya minuman

bir. Maka didirikanlah pabrik bir Heineken di Surabaya tahun 1931. Pendirian

pabrik bir Heineken Brouwerij di Surabaya khusus untuk menyaingi bir Jepang.

Kemudian disusul pabrik yang kedua di Jakarta tahun 1933.20 Ini menandakan

bahwa ternyata pada sektor industri bir ini justru dimulai sesaat setelah terjadinya

depresi ekonomi. Ini juga membuktikan bahwa meski terjadi goncangan ekonomi

pada masa depresi ekonomi ternyata tidak menyurutkan pelaku ekonomi untuk

membangun pabrik.

Sebelum didirikannya pabrik bir Heineken Brouwerij di Surabaya ini,

untuk konsumsi masyarakat diimport dari luar. Berbagai jenis minuman keras dari

Eropa dibawa oleh agen-agen import di Hindia Belanda. Di Surabaya sendiri

19 Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan

sampai Banting Stir, (Jakarta: Deperindag, 1996), hlm., 55-56. 20 Bisuk Siahaan, op. cit., hlm., 70.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

10

banyak agen dagang yang mendatangkan minuman keras dari Eropa dan Luar

Negeri seperti the East Asiatic Company, Ltd, Harmsen Verwey & co, Mitsui

Bussan Kaisha (Mitsui & Co Ltd), Jacobson van den berg & Co21, dan lain-lain.

Sebut saja jenis-jenis minuman seperti cognac, jenever, bier, dan jenis minuman

keras lainnya yang didatangkan oleh agen-agen impor tersebut. Selain jenis-jenis

minuman keras ternama tersebut yang sebagian besar dikonsumsi oleh golongan

masyarakat Eropa dan mereka yang memiliki kedudukan serta kekayaan tinggi,

bagi masyarakat lokal dan Cina sebenarnya sudah ada minuman keras yang

mereka produksi sendiri dan dikenal dengan arak. Berbagai macam sebutan arak

telah dikenal oleh masyarakat seperti ciu, arak pantai, arak bali, arak batavia,

dan lain sebagainya. Namun demikian, penelitian ini hanya membatasi pada

minuman keras yang diproduksi oleh orang-orang Barat dan atau merupakan jenis

dan merk minuman keras dari Barat. Sehingga untuk produksi minuman keras

yang diproduksi oleh pribumi maupun orang–orang Tionghoa, tidak akan dibahas

dalam penelitian ini.

Keberadaan industri bir ini ternyata memiliki pesaing lokal yang telah

lama ada di masyarakat. Sehingga pemerintah perlu mengawasi keberadaan

produk lokal dan produk ilegal. Berdasarkan arsip-arsip yang ditemukan di ANRI

21 Nama-nama agen dagang maupun ekspor impor serta perusahaan-

perusahaan bisnis yang ada di kota-kota pelabuhan besar Asia beserta deskripsi singkat mengenai perusahaan tersebut dalam Mc. Allister, Seaport of The Far East: Historical and Descriptive Commercial and Industrial Fact, Figures, and Resources (2nd edition), (London: WHL Collingridge &Aldergate Street, 1925), hlm., 339-381.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

11

setidaknya terdapat proses hukum bagi masyarakat yang membuat minuman keras

ilegal.22

Minuman keras menjadi salah satu simbol budaya modern bagi

masyarakat pribumi perkotaan dari tingkat elit sampai rakyat jelata serta golongan

masyarakat Timur Asing. Dimana dalam berbagai kegiatan pesta selalu menjadi

minuman yang harus tetap disediakan.

B. Rumusan Masalah

Pada awal abad ke-20, populasi orang Eropa di Surabaya mengalami

peningkatan seiring dengan perkembangan industri di wilayah ini. Perkembangan

populasi orang Eropa ini menyebabkan kebutuhan-kebutuhan barang konsumsi

khas Eropa juga mengalami peningkatan. Salah satu kebutuhan barang konsumsi

yang khas itu adalah minuman keras. Pada periode 1900-1942, peredaran dan

perdagangan minuman Eropa sangat besar yang memberi efek terhadap kehidupan

ekonomi dan sosial budaya masyarakat di Surabaya.

Budaya minuman keras yang dibawa oleh orang-orang Eropa

mengundang isu-isu moralitas karena minuman keras dianggap memiliki efek

negatif sehingga muncul gerakan anti minuman keras. Pada saat yang sama,

industri minuman keras semakin berkembang karena memberikan kkeuntungan

ekonomi dan penerimaan negara, sehingga terjadilah perang wacana antara

22 Lihat arsip-arsip di ANRI pada koleksi Archieven Finacien dengan

kode K.52, paling tidak disebutkan dalam no inventaris 756, 758,759, 762-763, 778, 785, dan 787. Disebutkan bahwa mereka yang melakukan pekerjaan pembuatan minuman keras ilegal diproses hukum dengan denda menurut kesalahan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

12

penentang minuman keras dan pendukung minuman keras. Para penentang

minuman keras mulai menyebarkan buku-buku dan pamflet-pamflet yang intinya

mengingatkan bahaya minuman keras. Wacana ini ditanggapi para distributor dan

produsen minuman keras dengan mewacanakan minuman keras sebagai bagian

dari gaya hidup modern. Wacana-wacana modernisasi dan gaya hidup modern

disebarkan melalui surat kabar-surat kabar dan media lain dalam bentuk iklan.

Permasalahan pokok studi ini adalah tentang distribusi, konsumsi

minuman keras Eropa, dan perang wacana antara anti minuman keras dan gaya

hidup modern dalam iklan minuman keras. Pertanyaan pokok penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana proses perdagangan, distribusi minuman keras Eropa dan

tingkat konsumsinya di Surabaya tahun 1900-1942?

2. Bagaimana perang wacana tentang minuman keras terjadi di

Surabaya tahun 1900-1942 dan mengapa minuman keras

diasosiasikan dengan gaya hidup modern?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana proses

peredaran minuman keras Eropa dan tingkat konsumsinya di Surabaya tahun

1900-1942 serta bagaimana perang wacana minuman keras dan mengapa

minuman keras diasosiasikan dengan gaya hidup modern. Namun demikian tidak

menutup kemungkinan juga menyinggung tahun-tahun sebelum dan sesudah

temporal yang diambil. Hal ini untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

13

serta perbandingan perkembangan yang terjadi, sehingga diperoleh gambaran

tentang perkembangan minuman keras Eropa di Surabaya. Meskipun dalam skala

yang luas peredaran minuman keras ini tidak memberikan masukan finansial

ekonomi yang besar, akan tetapi paling tidak memberikan sumbangan bahwa

minuman keras turut serta dalam ekonomi perkotaan serta memiliki hubungan

sosial budaya masyarakat periode sebelum dan sesudahnya. Tujuan penelitian ini

adalah untuk :

1. Mengetahui bagaimana proses distribusi minuman keras Eropa dan

tingkat konsumsinya di Surabaya tahun 1900-1942.

2. Mengetahui perang wacana minuman keras Eropa di Surabaya

tahun 1900-1942 dan mengapa minuman keras diasosiasikan

dengan gaya hidup modern?

Manfaat penulisan ini secara umum untuk menyumbangkan ide dan

gagasan tentang dinamika ekonomi sosial terutama dengan masuknya minuman

keras yang mempengaruhi budaya. Selain itu, diharapkan memberikan sumbangan

bagi keilmuan penulisan sejarah.

D. Batasan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan tema yang diambil, maka pembahasan dibatasi pada ruang

lingkup bagaimana proses peredaran minuman keras Eropa dan tingkat

konsumsinya di Surabaya tahun 1900-1942 serta bagaimana perang wacana

minuman keras dan mengapa minuman keras diasosiasikan dengan gaya hidup

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

14

modern. Penulisan ini mengambil ruang lingkup geografis sebagai unit analisis

adalah kota Surabaya. Pengambilan ruang lingkup kota Surabaya dengan

pertimbangan sebagai berikut. Pertama Surabaya merupakan pusat industri

terbesar di Hindia Belanda. Sehingga jumlah penduduk asing yang ada di kota ini

memiliki jumlah kuantitas yang besar. Dari aspek tersebut paling tidak menjadi

alasan bahwa adanya sarana pendukung bagi kebutuhan hidup mereka. Kemudian

memaksa dibangunnya pabrik-pabrik pemenuhan kebutuhan seperti pabrik

makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.

Sebuah penggambaran perbandingan antara Surabaya dengan Batavia

dijelaskan oleh Mc. Allister bahwa Batavia diumpamakan sebagai rumah,

sedangkan Surabaya sebagai pasar dan pabrik. Irama Surabaya merupakan irama

pekerja merupakan perumpamaan yang menjelaskan kondisi umum kota Surabaya

pada awal abad XX.23 Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Howard Dick,

menurutnya pada awal abad XX Surabaya sebagai kota industri dapat disejajarkan

sebagai kota industri terkemuka di Asia seperti Calcuta, Bombay, dan Osaka.24

Memasuki awal abad XX, kota Surabaya menjadi kota modern dengan berbagai

aktifitas masyarakatnya. Terlebih lagi sejak ditetapkannya Surabaya sebagai

Gemeente. Sekitar tahun 1930-an telah terjadi depresi ekonomi, dimana

perekonomian internasional menjadi sangat terganggu dan mengalami goncangan.

Namun pada kenyataanya pabrik bir pertama dibangun di Surabaya pada tahun

23 Mc. Allister, op. cit., hlm., 339. Kata-kata tersebut diambil dan

diterjemahkan dari Batavia is a home, Surabaya is a market and factory, the song of Sourabaya is the song of labor.

24 Howard Dick, “Industrialisasi ...”, op. cit., hlm., 177.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

15

1931 oleh Heineken Brouwerij bersamaan dengan berlangsungnya depresi

ekonomi.

Kedua secara geografis kota Surabaya juga sebagai pintu masuk wilayah

pedalaman Jawa bagian Timur serta merupakan pintu keluar ekspor gula. Pada

iklan yang dibuat oleh pemerintah Gemeente dengan tujuan menarik investor

asing ke Surabaya disebutkan bahwa posisi Surabaya menguntungkan karena

terletak dalam jalur persimpangan antara Singapura dan Australia, persimpangan

antara Sumatera dan Wilayah Timur Kepulauan Hindia, memiliki pelabuhan

dengan intensitas yang padat serta memiliki jalur transportasi darat yaitu jalur

kereta api.25

Ketiga, pada akhir abad XIX Surabaya merupakan pusat industri skala

besar. Batavia sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda justru tidak memiliki

kelengkapan industri modern. Meskipun tercatat beberapa pabrik besar seperti

perusahaan Teknik Taylor & Lawson, perusahaan gas, pabrik roti dan es, dan lain-

lain. Daerah pedalaman melalui Batavia lebih sebagai particuliere landerijen dan

kurang didukung untuk menjadi sektor eksport yang maju.26 Berbeda halnya

dengan Surabaya, pedalaman menjadi pusat aktifitas ekonomi perdagangan

internasional. Banyaknya perusahaan perkebunan terutama gula menjadikan

penyediaan industri penyokong menjadi kuat dan besar.

25 Lihat iklan yang dibuat oleh pemerintah Gemeente Surabaya untuk

menarik para investor asing yang dimuat dalam Adresboek van de voornamste bedrijfstakken der Nederlandsch Indie nijverheid 1941.

26 Kondisi ini setidaknya berlangsung semenjak diberlakukannya

liberalisasi ekonomi. Namun seiring dengan perkembangan awal abad XX, Batavia mulai membangun infrastruktur industri modern. Lihat Howard Dick, “Industrialisasi ...”, op. cit., hlm., 197.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

16

Ruang lingkup temporal penulisan ini adalah sejak tahun 1900.

Sebenarnya tahun tersebut bukan tahun yang ketat sehingga pada tahun tersebut

terjadi peristiwa yang penting. Namun dalam periode ekonomi periode tahun lebih

terbuka tidak melihat satu peristiwa penting sebagai penanda periode tertentu.

Pada tahun 1930-an tersebut sedang terjadi depresi ekonomi yang melanda dunia

internasional. Namun ternyata justru pada tahun 1931 berdiri pabrik bir Heineken

di Surabaya. Maka tahun tersebut sebagai babak baru bagi keberadaan produksi

maupun peredaran minuman keras terutama bir di Hindia Belanda khususnya

Surabaya.

Tahun 1942 diambil sebagai rentang akhir penelitian karena secara

politis pemerintah Hindia Belanda telah digantikan oleh pendudukan Militer

Jepang. Sehingga kebijakan tantang pengelolan wilayah berganti penguasa.

Akibat perubahan kebijakan masa Pendudukan Militer Jepang ini maka seluruh

aktifitas ditujukan untuk keperluan perang sehingga proses modernisasi dan

mekanisasi juga terhenti. Pengambilan rentang waktu tersebut dirasakan cukup

untuk melihat pola-pola modernisasi terkait masuknya besi baja dan mesin

industri yang ada di Surabaya. Pengambilan temporal tersebut nantinya dapat

diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan minuman keras terutama bir.

E. Kerangka Konseptual

Minuman keras Eropa menjadi salah satu komoditi dalam perdagangan

di Hindia Belanda karena menjadi bagian dari kebutuhan dan gaya hidup

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

17

masyarakat yang bersinggungan dengan budaya Eropa. Namun komditi ini secara

keseluruhan pada mulanya didatangkan dari luar negeri. Adanya hukum ekonomi

yang berlaku yakni permintaan terhadap minuman keras ini menyebabkan

penyediaan barang yang ditawarkan di pasar. Minuman keras secara ekonomi

merupakan barang yang sebelumnya tidak ada dalam komoditi perdagangan Jawa

maupun Nusantara. Namun sejak kedatangan orang-orang Eropa, minuman keras

Eropa kemudian serta merta menjadi salah satu komoditi penting perdagangan.

Seiring perjalanan waktu, minuman keras ini menjadi komoditi penting

dalam perdagangan, bahkan sampai-sampai di Jawa perlu didirikan pabrik bir

tahun 1931. Distribusi dan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi

menyebabkan komoditi ini sebagai salah satu komoditi dagang baru di Surabaya.

Semula minuman keras didatangkan dari luar negeri, kemudian ada yang

diproduksi di Surabaya dan distribusinya ke luar wilayah Surabaya. Dengan

demikian konsep yang digunakan adalah teori basis ekonomi. Inti dari teori basis

ekonomi menurut Lincolin Arsyad27 menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pendekatan dengan menggunakan

basis ekonomi adalah untuk melihat bahwa suatu daerah atau wilayah yang

memiliki kemampuan untuk berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut baik

untuk daerah sendiri maupun di luar daerah. Dimana teori ini merupakan bagian

dari konsep ekonomi wilayah. Dalam konsep basis ekonomi dijelaskan bahwa

27 Lincolin Arsyad. Ekonomi Pembangunan. Edisi keempat, (Yogyakarta:

BPFE, 1999), hlm., 166.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

18

adanya peredaran produk yang di distrisbusikan ke luar daerah. Sebenarnya faktor

penentu basis ekonomi adalah adanya permintaan barang yang berasal dari luar

daerah.28 Akibat permintaan barang yang tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi

yang tinggi pula sejak dari produksi, distribusi, sampai konsumi. Hal inilah yang

menjadikan komoditi minuman keras sebagai basis ekonomi baru Surabaya.

Sehingga proses perkembangan suatu wilayah memiliki basis ekonomi baru

adalah bermula dari masuknya suatu produk ke wilayah tersebut, dan karena

permintaan barang tinggi kemudian terdapat inisiatif untuk memproduksi barang

tersebut di wilayah tersebut. Hasil produksi kemudian didistribusikan baik untuk

wilayah domestik maupun luar daerah. Jumlah produksi yang beredar di pasar

tentu saja didasarkan pada jumlah permintaan, sehingga pemenuhan barang bisa

melalui produksi sendiri maupun juga bersamaan dengan mendatangkan dari luar

(impor).

Masayarakat Eropa ataupun petinggi dari golongan bangsa lain seperti

Cina dan bangsa lainnaya tak terkecuali golongan Arab, di rumah tempat tinggal

selalu tersedia bir atau minuman keras lainnya. Minuman keras tersebut biasa

disajikan untuk menjamu tamu-tamu penting yang datang ke rumah. Pada rumah

orang-orang Eropa, bir ini biasanya disimpan di ruang rumah yang disebut kelder

atau dispens.29

28 Robinson Tarigan, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009). 29 Djoko Soekiman, Kebudayaan Indies, (Yogyakarta: Bentang, 2000),

hlm., 148.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

19

Tata cara borjuasi barat telah masuk kedalam tradisi dan budaya priyayi

pribumi. Salah satunya adalah upacara toast yakni bersulang dengan minuman

keras dari tuan rumah bagi yang dihormati. Dimana kebiasaan ini telah diserap

menjadi kebiasaan elit. Salah satu contohnya diceritakan oleh Darsiti Soeratman

dalam bukunya Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1839. Di mana untuk

menunjukan kepatuhan secara simbolik terhadap kekuasaan politik pemerintah

kolonial ketika upacara perkawinan agung antara Susuhunan Paku Buwono IX

dengan RA Koestidjah maka upacara toast dilakukan sebagai pembukaan dari

seluruh rangkaian upacara. Toast dilakukan sebanyak tujuh kali disertai sorak

sorai tamu serta dengan diiringi musik selamat datang, gamelan Jawa, brassband

modern, tembakan salvo, serta suara letupan botol-botol champagne yang dibuka

tutupnya. Dalam upacara tersebut juga dihidangkan masakan-masakan Eropa

lengkap dengan menu minuman keras dari berbagai jenis yang dalam bahasa Jawa

keraton dibahasakan dengan Ratu Mas Drink.30 Hal ini selaras dengan kondisi

budaya masyarakat kota yang cenderung lebih terbuka dan kondisi pada waktu itu

masih sangat erat dengan simbol-simbol modernisme.

Sementara bagi rakyat biasa terdapat pesta hiburan rakyat yang digelar

tahunan di Surabaya disebut Jaarmarkt Soerabaja. Dalam Jaarmarkt ini digelar

berbagai hiburan rakyat berupa kesenian seperti wayang, ludruk serta hiburan

lainnya. Dalam kegiatan tersebut juga digelar dagangan hasil kerajinan

masyarakat dan aneka jajanan. Acara rakyat tahunan ini bisanya diberitakan delam

30 Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1839,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), hlm., 108.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

20

media massa meskipun ulasan dalam media tersebut tidak secara rinci

menggambarkan tentang jalannya jaarmarkt.31

Selain fungsi secara sosial, akibat tetap diperlukannya oleh masyarakat

dari berbagai kalangan, minuman keras ini memiliki fungsi ekonomi. Kebutuhan

akan minuman keras bermerk luar negeri menjadikan banyak sekali agen-agen

impor yang bergerak dalam bidang ini. Seperti disebutkan di latar belakang.

Bahkan tidak tanggung-tanggung kemudian pada tahun 1931 di Surabaya

dibangun pabrik bir pertama di Hindia Belanda. maka tak mengherankan apabila

masyarakat kecil yang tidak mampu membeli minuman keras bermerk mereka

akan mendapatkan dalam perdagangan gelap hasil penyelundupan maupun hasil

pembuatan minuman keras ilegal. Pemalsuan dan perdagangan gelap ini terjadi

dikarenakan konsumen menginginkan barang yang sama namun dengan harga

yang lebih murah dibandingkan dengan yang asli keuntungan produsen menjadi

lebih besar karena tidak menyetorkan pajak kepada pemerintah. Ribuan botol

minuman keras tiruan diproduksi dan dijual di toko-toko milik Cina dan di

warung-warung dengan harga 8 sen. 32 Gambaran terebut menjadi kerangka

bahwa minuman keras memiliki fungsi dan dibutuhkan secara ekonomi.

Konsep modernisasi berdasarkan definisi historis menurut Eisenstadt

adalah proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi, dan politik yang

31 Lihat De Indische Courant , maandag 14 Oktober 1929. Bahkan tentang

Jaarmarkt di Surabaya ini juga diberitakan dalam media massa luar Jawa yakni De Sumatra Post, Dinsdag 7 Agustus 1923. Penyelenggaraan Jaarmarkt di Surabaya tahun 1923 dilaksanakan pada 28 Juli 1923.

32 Ida Bagus Gede Putra, Tradisi Candu dalam Masyarakat Bali 1839-

1938, (Yogyakarta: Tesis Program Studi Sejarah UGM, 2000), hlm., 111.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

21

telah maju di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 hingga abad ke-19

dan kemudian menyebar ke negara Eropa lain dan dari abad ke-19 dan 20 ke

negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Selain itu menurut Wilbert Moore

bahwa modernisasi adalah transformasi total masyarakat tradisional atau pra-

modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi sosial yang menyerupai

kemajuan dunia Barat yang ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil.33

Pendapat lain menurut Tiryakin, dilihat dari perspektif proses historis

dunia, modernitas berkaitan dengan keunggulan inovasi atau terobosan kesadaran,

moral, etika, teknologi, dan tatanan sosial yang berguna bagi peningkatan

kesejahteraan manusia. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Chodak yang

mengatakan bahwa modernisasi adalah contoh khusus dan penting dari kemajuan

masyarakat, contoh usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai standar

kehidupan yang lebih tinggi.34

Dalam modernisasi ini terjadi pergeseran dari sektor agraris ke sektor

industri. Lebih lanjut, dalam bidang ekonomi modernisasi berarti mengakarnya

teknologi dalam ilmu pengetahuan, bergerak dari pertanian subsisten ke pertanian

komersil, penggantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda mati dan

produksi mesin, berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi kerja

di tempat tertentu. Konsep modernisasi tersebut menggambarkan kondisi yang

terjadi di Hindia Belanda khususnya Surabaya sebagai wilayah penelitian ini.

Setidaknya apa yang terjadi dalam masyarakat adalah adanya transformasi dan

33 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2008),

hlm., 152. 34 Piotr Sztompka, op. cit., hlm., 153.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

22

perubahan perekonomian akibat perubahan kebijakan pemerintah. Proses ini

berdampak besar bagi perkembangan perekonomian sekaligus perkembangan

wilayah secara fisik.

Oleh karena itu pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada

analisis konsep modernisasi yang telah disampaikan di atas. Konsep modernitas

tersebut sangat penting guna melihat bagaimana munculnya Surabaya sebagai

salah satu kota yang penting bagi penanda dunia modern di Hindia Belanda.

Modernitas perkotaan dapat dilihat dari penampakan secara fisik maupun kondisi

sosial masyarakat perkotaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, imajinasi adalah daya pikir

untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan,

karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang atau

juga khayalan.35 Oleh karena itu, imajinasi modernitas bisa diartikan sebagai

bayangan atau penggambaran tentang modernitas yang terwujud melalui sebuah

media atau alat. Tentu saja bayangan atau gambaran tersebut bukan merupakan

bentuk kenyataan atau realitas sebenarnya akan tetapi merupakan bentuk ideal

yang diinginkan oleh pembuatnya. Dalam hal ini imajinasi modernitas minuman

keras Eropa bisa diartikan sebagai bagaimana penggamabarn tentang modernitas

yang muncul melalui minuman keras Eropa.

35 Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia , (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm., 425

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

23

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang minuman keras di Surabaya periode kolonial sejauh

ini belum peneliti temukan. Pembahasan tentang minuman keras menjadi bagian

kecil dari tulisan-tulisan yang pernah ada. Terlebih lagi penelitian tentang sejarah

industri minuman keras. Pada tahun 2005 telah ada penelitian tentang minuman

keras di Batavia dengan periode tahun 1873-1898 yang ditulis oleh Yusana

Sasanti Dadtun.36 Penelitian ini merupakan penelitian tesis di Program Studi

Sejarah Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut seperti terwakili

dalam judulnya membahas tentang sistem produksi dan perdagangan minuman

keras di Batavia pada tahun 1873-1898. Sesuai dengan batasan spasial, penelitian

tersebut mengambil tempat Batavia.

Buku yang bersifat deskriptif naratif tentang minuman keras dan tempat-

tempat hiburan yang menyediakan minuman keras yang ada di Surabaya sampai

tahun 1930-an disajikan oleh G.H. von Faber. Baik Oud Soerabaia37 maupun

Niew Soerabia38. Kedua buku tersebut memberikan informasi sedikit tentang

beberapa jenis minuman keras dan tempat-tempat hiburan yang menyediakan

minuman keras. Selain itu itu, diinformasikan pula tentang kebiasaan orang-orang

Eropa yang minum-minuman keras terutama pada saat pesta. Meskipun informasi

36 Yusana Sasanti Dadtun, Air Api di Mulut Ciliwung: Sistem Produksi dan

Perdagangan Minuman Keras di Batavia 1873-1898, (Yogyakarta: Tesis Program Studi Sejarah UGM, 2005).

37 G.H. von Faber, Oud Soerabaia (Soerabaia: N.V. Boekhandelen

Drukkerij H. van Ingen Bussum, 1933). 38 G.H. von Faber, Niew Soerabaia (Soerabaia: N.V. Boekhandelen

Drukkerij H. van Ingen Bussum, 1934).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

24

yang disampaikan dalam buku tersebut tidak banyak, setidaknya buku tersebut

memberikan gambaran sedikit tentang adanya minuman keras di Surabaya sampai

tahun 1930-an.

Tulisan yang melengkapi kedua buku dari G.H. von Faber disajikan

dalam Seaport of The Far East: Historical and Descriptive Commercial and

Industrial Fact, Figures, and Resources.39 Buku ini sebenarnya berisi profil

tentang kota-kota pelabuhan di Asia Timur dan salah satunya membahas tentang

Kota Surabaya. Secara khusus terdapat pembahasan tentang profil-profil

perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang. Penyajian buku ini

berisi informasi waktu berdiri, pemilik dan manajer, jumlah modal, hasil

produksi, jumlah tenaga kerja, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan

perusahaan yang disajikan. Dalam buku ini diketahui perusahaan-perusahaan atau

usaha dagang yag menjadi importir minuman keras di Surabaya. Meskipun tidak

hanya khusus mendatang minuman keras, namun setidaknya terdapat penjelasan

tentang pelaku-pelaku yang berperan penting dalam mendatangkan minuman

keras ke Surabaya.

Karya lain yang bersifat informatif terdapat pada karya Howard Dick,

Surabaya City of Work: A Socioeconomic History, 1900-200040. Sebenarnya buku

ini berisi tentang kondisi sosioekonomi kota Surabaya. Namun beberapa bagian

39 Mc. Allister, Seaport of The far East: Historical and Descriptive

Commercial and Industrial Fact, Figures, and Resources 2nd edition (London: WHL Collingridge & Aldergate Street, 1925).

40 Howard Dick, Surabaya City of Work: A Socioeconomic History, 1900-

2000, (Ohio: Ohio University Press, 2002).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

25

sedikit menjelaskan tentang bagaimana pabrik bir Heineken di Surabaya memiliki

peran dalam perjalanan industri minuman keras serta ekonomi perkotaan. Dimana

dijelaskan bahwa salah satu sektor yang paling cepat bangkit pada saat depresi

ekonomi adalah industri minuman keras dengan dibangunnya pabrik bir

Heineken.

Tulisan J. Kats dalam Het Alcoholkwaad en zijn bestrijding dengan

terjemahannya Bahaja Minoeman Keras serta Daja Oepaja Mendjaoehinja41

mendeskripsikan tentang berbagai dampak bahaya yang muncul jika minum

minuman beralkohol. Buku ini berisi tentang manfaat dan berbagai bahaya yang

muncul jika mengkonsumsi minuman keras. Untuk lebih meyakinkan Kats

mengutip usaha-usaha yang dilakukan perhimpunan organisasi seperti Sarekat

Islam, Budi Utomo, Muhammadiyah, Regentbond (Perkumpulan Bupati), dan

lain-lain tentang bagaimana dampak negatif minuman keras.

Media surat kabar dijadikan sebagai sarana promosi modern (iklan) bagi

pemasaran produk-produk minuman keras. Berbagai merek minuman keras

diiklankan dalam surat kabar karena merupakan media yang efektif untuk promosi

dan pemasaran. Hal ini diungkapkan oleh Bedjo Riyanto dalam Iklan Surat Kabar

dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1870-1915)42. Lebih lanjut

dijelaskan, dari iklan-iklan tersebut menjadi tolak ukur bahwa dalam masyarakat

41 J. Kats, Het Alkoholkwaad en zijn bestrijding (bahaja Minoeman Keras

Serta Daja Oepaja Mandjaoehinja), (Weltevreden: Balai Poestaka, 1920). 42 Bedjo Riyanto, Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa

Masa Kolonial, (Yogyakarta: Tarawang, 2000).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

26

telah terjadi perubahan baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya sehingga

merujuk pada masyarakat modern.

Tulisan yang membahas tentang perkembangan industri secara

menyeluruh di Indonesia ditulis oleh Bisuk Siahaan. Buku ini menguraikan

tentang proses industrialisasi di Hindia Belanda dari periode kolonial sampai

periode Orde Baru Indonesia. Pembahasan mencakup industri baik dalam skala

besar, sedang, dan kecil.43 Dalam buku dijelaskan bahwa munculnya industri bir

modern diawali dengan berdirinya Pabrik Bir Heineken di Surabaya tahun 1931

kemudian disusul Pabrik bir Archipel Brouwerij Coy di Batavia tahun 1933.

Kemunculan pabrik bir di Surabaya dan Batavia pada masa depresi ekonomi ini

sebagai usaha pemerintah untuk membendung masuknya barang-barang dari

Jepang dengan menarik masuk penanam modal dari Eropa serta melindungi

barang hasil produksi sendiri.

Karya lain yang menyingung terntang modernisasi yang terjadi di Jawa

adalah Nusa Jawa: Silang Budaya (Batas-Batas Pembaratan) karya Denys

Lombard.44 Modernisasi yang dilihat sebagai saluran pembaratan sebagai dampak

teknik barat atas ekonomi dan demografi salah satunya adalah masuknya budaya

baru seperti cara minum pada saat pesta jamuan makan.

Sementara buku-buku yang membahas tentang sejarah minuman keras di

luar Indonesia diantaranya ditulis oleh Tim Mitchell tentang Intoxciated

43 Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan

sampai Banting Stir, (Jakarta: Deperindag, 1996). 44 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya (Batas-Batas Pembaratan)

(Jakarta: Gramedia, 2005).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

27

Identities: Alcohol’s Power in Mexican History and Culture. Dalam karya ini

disebutkan bahwa minuman beralkohol telah menjadi bagian penting perjalanan

sejarah dan budaya bangsa Meksiko. Dalam karyanya dijelaskan bagaimana

minuman beralkohol telah menjadi bagian sejarah dan konflik dalam bangsa

Meksiko. Dan dalam perjalanannya kemudian direduki menjadi budaya bangsa.

Karya lainnya adalah Brewing Battles: A History of American Beer yang ditulis

oleh Amy Mittleman menjabarkan bahwa sebenarnya sejak munculnya peradaban

telah ada minuman beralkohol. Sementara di Amerika sendiri, pajak minuman

beralkohol dan tembakau memainkan peran penting dalam mendukung aktifitas

finansial pemerintah federal pada akhir abad 19 dan awal abad 20 tepatnya sejak

tahun 1862 sampai 1913. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat Amerika

adalah peminum bir.

Sebagian besar karya-karya yang disebutkan diatas belum pernah ada

yang membahas tentang industri bir di Hindia Belanda sebagai salah satu

komponen perkembangan perekonomian. Terlebih lagi bir menjadi model gaya

hidup masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang

bagaimana keberadaan minuman keras di Surabaya baik sebelum maupun sesudah

berdirinya Pabrik Bir Heineken sekitar tahun 1930-an.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

28

G. Metode penelitian

Metode penelitian didasarkan pada tahap-tahap dalam metode sejarah,

yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber data, verifikasi, interpretasi, analisis

dan sintesis, serta penulisan.45

Pemilihan topik tidak terlepas dari kaidah-kaidah penulisan sejarah,

sebagai bahan pertimbangan adalah buku Mengerti Sejarah46 karya Louis

Gotchalk. Setelah mendapatkan topik dan tema yang akan ditulis kemudian

disusun kerangka dan konsep tema. Sumber-sumber yang ada ini berasal dari

terbitan pemerintah seperti Gemeente verslag van Soerabia, Kolonial verslag,

Statistisch jaaroversicht van Nederlansch Indie, Handboek of Nederlands East

Indie, Verslag omtrent de handelvereneging te Soerabaia, Year Book of The

Nederlands Indie, Stadsblad serta Adresboek, maupun arsip-rasip hasil

pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Departement van Economisch Zaken. Selain

itu juga didukung oleh majalah ekonomi terbitan pemerintah Economische

Weekblad maupun sumber-sumber iklan dari berbagai media surat kabar atau

majalah terbitan sejaman. Artikel maupun berita-berita surat kabar dan majalah

periode kolonial juga sangat membantu sebagai sumber sejaman. Sumber-sumber

tersebut didukung pula dengan buku-buku atau tulisan yang terkait dengan

penulisan ini. Data dan sumber-sumber tersebut banyak tersimpan di Arsip

Nasional Republik Indonesia Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

45 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya,

2000), hlm., 90. 46 Louis Gotchlak, Mengerti Sejarah (terjemahan), (Jakarta: UI Press,

1975).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/76126/potongan/S2-2014... · Perkembangan selanjutnya, minuman keras dengan bahan dasar anggur dan ... Periode

29

Jakarta, Perpustakaan BAPPEDA Propinsi Jawa Timur, Arsip Daerah Propinsi

Jawa Timur, Arsip Kota Surabaya, serta tempat-tempat atau instansi yang

menyimpan arsip terkait. Selain itu juga memanfaatkan data, informasi dan

sumber melalui media internet.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sebagai ide-ide pokok penulisan dibagi menurut

bab-bab yang memuat satu kerangka pembahasan. Dimana dalam bab-bab

tersebut akan diperinci lagi dalam sub-bab. Hal ini dimaksudkan agar penulisan

bersifat terstruktur dan pembahasan lebih fokus.

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang permasalahan,

rumusan masalah, konsep dan kerangka penulisan, tujuan penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi gambaran umum tentang kondisi demografi, sosial mapun

ekonomi dari kota Surabaya sehingga menjadi jawaban atas alasan kenapa

masuknya minuman beralkohol di Surabaya sampai kemudian perlu dibangun

pabrik bir. Alasan-alasan kebutuhan hidup dan budaya menjadi penting untuk

menjadi alat analisis pada bab ini.

Bab III membahas tentang masuknya minuman keras melalaui impor

dan produksi sendiri serta bagaimana proses distribusi berlangsung sampai ke

tangan konsumen. Sebelum dibangunnya pabrik bir Heineken tahun 1931 dengan

mendatangkan dari luar negeri melalui import. Kondisi dan alasan yang

melatarbelakangi berdirinya pabrik bir di Surabaya pada masa depresi ekonomi.