bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.stainkudus.ac.id/728/4/bab1.pdf · lebih...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas guru sebagai profesi menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan
tugasnya guru bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
Guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, dituntut
memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan
keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar
tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik, kompetensi dimaknai
sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru
dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun
hasil yang dapat ditunjukkan. 1
Guru diharapkan memiliki dan mampu meningkatkan tugas profesinya
tersebut dengan sebaik-baiknya, dan itu semua tentu diperlukan pengawasan atau
supervisi bagi guru di sekolah. Supervisi secara umum diartikan bantuan yang
diberikan kepada orang lain (bawahan) agar ia dapat melaksanakan dan
1 D. Deni Koswara dan Halimah, Bagaimana menjadi Guru Kreatif?, Pribumi Mekar,
Bandung, 2008, hlm.31.
2
meningkatkan fungsi dan tugasnya2. Menurut Boardman definisi supervisi adalah
suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu
pertumbuhan guru- guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar
lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran,
sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam
masyarakat demokrasi modern. 3
Supervisi dalam pendidikan diartikan oleh para ahli, di antaranya
Kimball Wiles menyebutkan “Supervision consists of all the activities leading to
the improvement of instruction, activities related to morale, improving human
relations, in-service education, and curriculum development ” 4. Pernyataan
tersebut memberikan pengertian bahwa Supervisi sebagai kegiatan layanan, yaitu
kegiatan yang mendorong pada pengembangan pembelajaran, kegiatan yang
berkaitan dengan moral, pengembangan hubungan antar manusia, pendidikan
dalam jabatan dan pengembangan kurikulum.
Supervisi pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil maupun materiil
yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.5
Kepala sekolah dapat bertindak selaku pengawas para guru dan tenaga
kependidikan non guru, ketua yayasan pendidikan melaksanakan fungsi
2 Efendi, AR. Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang, Semarang, hlm.8. 3 Kisbiyanto, Supervisi Pendidikan, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm.2
4 Peter F.Oliva, Supervision for Today’s School, Longman, New York & london, 1984,
hlm.8. 5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm.89.
3
pengawasan kepada guru dan non guru terutama terhadap fungsi pelaksanaan dan
fungsi manajemen kepala madrasah. Pengawas atau penilik sekolah juga
melaksanakan pengawasan yang sifatnya komprehensif kepada madrasah. Maka,
dalam manajemen modern aktifitas profesional membutuhkan fungsi
pengendalian atau pengawasan yang disebut supervisi tersebut.6
Kepala sekolah sebagai supervisor, perilaku kepala sekolah di identifikasi
oleh guru-guru dari sekolah yang mempunyai pencapaian prestasi akademik tinggi
diantaranya adalah membangun lingkungan sekolah yang aman, tertib dan
disiplin. Sehingga diharapkan kedisiplinan seorang guru dapat memberi kontribusi
terhadap hasil yang diharapkan.7
Guru sebagai tenaga profesional, perlu diadakan pembinaan secara terus
menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu
diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya dengan supervisi yang telah
dikemukakan di atas.
Kedisiplinan menjadi faktor penentu bagi tingkat profesional seorang
guru, semakin tinggi tingkat disiplin seorang guru maka semakin tinggi tingkat
profesional guru tersebut. Fathoni menyebutkan tentang disiplin adalah kesadaran
dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma - norma sosial yang
berlaku. Karena kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu perusahaan atau
lingkup sekolah, karena tanpa dukungan disiplin guru yang baik, maka sekolah
6 Ali Imron, “Pengawasan Sekolah: Prosedur dan Hal-hal Yang Mempengaruhinya”,
dalam Tim Pakar manajemen Pendidikan, Manajemen Pendidikan Wacana, Proses dan
Aplikasinya di Sekolah, Universitas Negeri Malang, Malang, 2002, hlm.196. 7 Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran, Gava Media, Yogyakarta,
2011, hlm.76.
4
akan kesulitan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci
keberhasilan suatu sekolah dalam mencapai tujuan.8
Pekerjaan guru bukan semata-mata pekerjaan pengabdian, namun guru
adalah pekerja profesional seperti pekerjaan yang lain misalnya akuntan,
pengacara, pengusaha, dosen, dokter dan sebagainya. Memandang guru sebagai
tenaga kerja profesional maka usaha-usaha untuk membuat mereka menjadi
profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui
pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar
lagi, namun juga perlu memperhatikan guru dari segi yang lain seperti pemberian
motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang
layak dengan tingkat keprofesionalannya sehingga menjadikan guru lebih disiplin
dalam bekerja.
Di era yang serba terbuka sekarang ini kedisiplinan kerja guru dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pendidik madrasah cenderung menurun dan
cenderung negatif. Penurunan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik terutama dalam kegiatan perencanaan guru ini diduga karena
lemahnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas.
Disiplin guru yang lemah dalam membuat perencanaan pembelajaran,
ketidaktepatan guru dalam membuat soal-soal dan menilai atau mengevaluasi
kegiatan pembelajaran, terutama lemahnya kedisiplinan guru dalam kegiatan
performance assesment (akreditasi) sehingga guru harus melakukan kegiatan
lembur yang seharusnya tidak terjadi manakala guru mampu melakukan tugas
8 Abdurrahmat Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006, hlm.172.
5
sehari-sehari secara disiplin. Lemahnya disiplin guru ini juga diduga lemahnya
pimpinan atau kepala madrasah dalam kegiatan supervisi.
Kedisiplinan sangat diharapkan demi terwujudnya guru yang profesional,
sementara dalam kontek kedisiplinan guru di MI se kecamatan Kota kabupaten
Kudus menurut data pengawas MI kecamatan Kota Kudus kedisiplinan guru
masih rendah antara lain (1) guru-guru masih banyak yang belum membuat
perencanaan pembelajaran, bahkan masih banyak yang membuat hanya pada saat
menghadapi akreditasi madrasah, (2) dari rekapitulasi absensi guru, masih banyak
guru yang terlambat masuk madrasah, (3) guru meninggalkan kelas atau madrasah
pada saat jam pembelajaran dengan tanpa memberikan tugas pada siswa, (4)
komunikasi guru kepada kepala madrasah dan kepala madrasah kepada guru juga
kurang optimal, komunikasi dilakukan hanya pada saat rapat-rapat madrasah yang
bersifat formal, sementara komunikasi yang bersifat non formal masih sangat
kurang.9
Disiplin kerja guru yang lemah dengan adanya kegiatan-kegiatan
pemberdayaan guru di madrasah, baik berupa kegiatan pelatihan, KKG, dan
kegiatan serupa lebih pada pemenuhan tuntutan administratif dan masih jauh dari
substansi yang diharapkan. Misalnya hanya untuk kepentingan pelaporan
adminstrasi kedinasan, pelaporan untuk kenaikan pangkat (bagi PNS) termasuk
kegiatan akreditasi.
9 Data tahun 2013/2014, hasil wawancara dengan Pengawas Pendidikan Agama
Kecamatan Kota (Dra. H. Arini, M.Pd.I) pada tanggal 02 Desember 2014 di Kantor PPA
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Jl Mejobo Kudus.
6
Madrasah harus mampu mengoptimalkan kedisiplinan guru dengan
berbagai cara yang memungkinkan untuk meningkatkan kedisiplinan guru
misalnya dengan kegiatan supervisi yang diberikan kepala madrasah.
Pembelajaran di MI se kecamatan Kota kabupaten Kudus selama kurun
waktu satu tahun belakangan ini berjalan masih belum optimal, dikarenakan
masih ada guru yang terlambat hadir, terlambat dalam masuk kelas, keluar kelas
sebelum bel selesai, dan masih ada beberapa guru yang membiarkan siswanya
berdoa sendiri tanpa didampingi guru pada waktu do’a awal dan akhir
pelajaran.10
Guru seharusnya berkewajiban untuk membimbing berdoa kepada siswa
baik dalam memulai maupun mengakhiri kegiatan pembelajaran serta memantau
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan demikian kehadiran
guru maupun saat pulang tepat waktu merupakan wujud contoh disiplin seorang
guru yang harus ditampilkan dan menjadi teladan bagi para siswanya.
Selain upaya dari kepala Madrasah, guru madrasah juga harus mampu
memotivasi diri dalam melaksanakan tugas agar secara intrinsik ada kesadaran
dan motivasi yang kuat untuk menjalankan tugas sebagai guru profesional dengan
perilaku disiplin, baik dari sisi perencanaan kegiatan belajar mengajar,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan menilai atau mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar.
Pada penelitian sebelumnya telah ditulis oleh Haryanto, dalam sebuah
tesisnya yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivaasi
10
Wawancara dengan Dra. H. Arini, M.Pd.I Pengawas Pendidikan Agama Kecamatan
Kota pada tanggal 27 Desember 2015.
7
Berprestasi dan Kompensasi Terhadap Kedisiplinan Guru SMP Negeri di
Kabupaten Brebes” 11
. Menunjukkan bahwa ketiga variabel dari penelitian
tersebut (kepemimpinan kepala sekolah, motivasi dan kompensasi) terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan guru. Ditambahkan pula, untuk
meningkatkan kedisiplinan guru dapat dilakukan dengan memperbaiki dan
meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah menjadi lebih baik, disamping itu
pula diupayakan meningkatkan motivassi berprestasi guru dengan berbagai hal
yang dapat merangsang guru untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
Penelitian diatas dapat menjadi rujukan peneliti untuk dilanjutkan
penelitiannya dengan mengambil variabel atau pokok permasalahan yang hampir
serupa, yakni kedisiplinan guru apakah dapat dipengaruhi oleh supervisi
pembelajaran seorang kepala sekolah (madrasah) yang mengacu pada tugas
kepemimpinan seorang kepala sekolah, serta motivasi mengajar guru dapat
mempengaruhi kedisiplinan seorang guru atau tidak.
Kondisi diatas mendorong peneliti terdorong untuk meneliti disiplin kerja
guru ditinjau dari motivasi guru dan supervisi pembelajaran kepala madrasah
dalam rangka mewujudkan tujuan madrasah. Dari penelitian ini peneliti berharap
adanya pengaruh keefektifan dari kemampuan kepala madrasah dalam kegiatan
supervisi pembelajaran dan motivasi mengajar dalam meningkatkan disiplin kerja
guru di MI se kecamatan Kota kabupaten Kudus yang berjumlah 213 guru.
11
Haryanto, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan
Kompensasi Terhadap Kedisiplinan Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes”, Tesis, Program
Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang Semarang: Lib.unnes.ac.id/16906/pdf (diunduh pada
tanggal 05 Oktober 2014).
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan,
peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah (madrasah) sebagai pemimpin di sekolah mempunyai peranan
yang penting, dengan kepemimpinannya seorang kepala madrasah dengan
supervisinya terlebih lagi supervisi pembelajaran akankah dapat membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan maksimal.
2. Guru diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan baik, apalagi jika tumbuh
adanya motivasi sehingga menimbulkan adanya penyelesaian tugas dengan
baik.
3. Disiplin kerja seorang guru menjadi bagian penting yang dapat
menumbuhkan hasil kerja yang optimal. Seringkali guru tidak dapat
membedakan disiplin dan hukuman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas dan studi
penelitian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah pokok dalam
penelitian adalah apakah ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kegiatan
supervisi pembelajaran kepala madrasah dan motivasi mengajar dalam
meningkatkan disiplin kerja guru di MI se Kecamatan Kota kabupaten Kudus
yang berjumlah 213 guru tahun pelajaran 2014/2015.
9
Sebagai masalah pokok tersebut dirumuskan menjadi sub masalah
sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh efektivitas supervisi pembelajaran kepala madrasah
dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MI se Kecamatan Kota kabupaten
Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Seberapa besar pengaruh motivasi mengajar guru dalam meningkatkan
disiplin kerja guru di MI se Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun
Pelajaran 2014/2015?
3. Seberapa besar pengaruh efektivitas supervisi pembelajaran kepala madrasah
dan motivasi mengajar guru dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MI se
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang hendak dipecahkan, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Menjelaskan pengaruh efektivitas supervisi pembelajaran kepala madrasah
dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MI se Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Menjelaskan pengaruh motivasi dalam meningkatkan disiplin kerja guru di
MI se Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Menjelaskan pengaruh efektivitas supervisi pembelajaran kepala madrasah
dan motivasi mengajar dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MI se
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.
10
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritik dan praktis
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :
a. Secara teoritis hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas supervisi pembelajaran
kepala sekolah dan motivasi mengajar dalam meningkatkan disiplin kerja
guru sehingga dapat mengetahui pemanfaatannya di bidang pendidikan.
b. Menguji teori-teori manajemen yang menjelaskan bahwa kegiatan
supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan motivasi
mengajar guru dan disiplin kerja guru.
c. Berguna bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya
yang berkaitan dengan supervisi kepala madrasah, motivasi mengajar
dan disiplin kerja guru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kementerian Agama Kabupaten Kudus, hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam rekrutmen kepala Madrasah dan
pembinaan kepala Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Kudus.
b. Kepala sekolah, khususnya Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kecamatan
Kota Kudus Jawa Tengah. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
terutama kualitas guru melalui pemberian supervisi oleh kepala sekolah
dan motivasi mengajar.
11
c. Guru yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran
sebagai tenaga pengajar yang profesional yang bermuara pada
pengembangan sekolah dan karier guru.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah:
a. Asumsi Penelitian
1) Supervisi pembelajaran kepala madrasah dan motivasi mengajar dapat
meningkatkan disiplin kerja guru.
2) Disiplin kerja guru dalam melaksanakan tugas di madrasah mempunyai
manfaat yang tinggi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
3) Guru sebagai responden dalam penelitian ini dianggap mampu
memberikan jawaban secara jujur mengenai apa yang ditanyakan
peneliti melalui instrumen penelitian, sehingga jawaban dari responden
tersebut dianggap sebagai informasi yang benar.
b. Keterbatasan Penelitian
Indikator-indikator variabel yang diteliti merupakan peristiwa yang
telah terjadi, dirasakan, dihayati dan dialami oleh responden pada saat
responden menjawab angket, karena itu jika ada penelitian yang sama
dikemudian hari, mungkin saja hal yang diperoleh berbeda.
Untuk menghindari adanya bias yang mungkin terjadi, maka penelitian
ini dibatasi sebagai berikut:
12
a. walaupun banyak variabel yang dapat meningkatkan disiplin kerja guru,
namun dalam penelitian ini dibatasi pada dua variabel bebas yaitu, supervisi
pembelajaran kepala madrasah dan motivasi mengajar.
b. Penelitian ini dilaksanakan terbatas pada MI di Kecamatan Kota Kudus
dikarenakan peneliti sebagai salah satu staf pengajar MI di Kecamatan Kota
Kudus dan tidak menjangkau daerah atau kecamatan lain yang lebih luas,
dengan harapan hasil penelitian ini lebih efektif dan efisien.
c. Penelitian ini mengkaji keefektivan supervisi pembelajaran kepala madrasah
dan motivasi mengajar dalam meningkatkan disiplin guru MI di Kecamatan
Kota Kudus. Dengan demikian hasilnya hanya dapat digeneralisasikan pada
populasi penelitian dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi lain.
d. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dirancang sendiri
berdasarkan indikator-indikator variabel penelitian dengan merujuk pada
literatur yang relevan.
e. Data penelitian ini dikumpulkan melalui angket dan hanya berdasarkan
persepsi, pengalaman serta analisis guru mengenai supervisi pembelajaran
kepala madrasah dan motivasi mengajar guru serta disiplin kerja guru di MI
se Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tanpa membedakan berbagai variabel
atribut dari guru yang bersangkutan.