bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ulm.ac.id/2371/2/penelitian kt madya 2010 fatah...
TRANSCRIPT
1
TIM JARINGAN PENELITIAN BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2010
LAPORAN HASIL PENELITIAN
KONTRIBUSI IKLIM KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP
KINERJA GURU SMP NEGERI KOTA BANJARMASIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatkan kinerja guru sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan sebagaimana yang diharapkan masyarakat bukanlah pekerjaan yang
mudah. Dalam hal ini sejumlah aspek yang terkait baik yang melekat pada diri guru
seperti: moral, kemampuan, pengalaman, motivasi dan sebagainya,
maupun yang berada di luar guru seperti kesejahteraan, iklim keda,
kepemimpinan kepala sekolah, gaji, kurikulum, sarana dan prasarana, perlu
ditingkatkan. Tanpa mengurangi peranan masing-masing aspek tersebut kiranya
aspek iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan aspek penting
dalam meningkatkan kinerja guru termasuk guru-guru di SMP Negeri Kota
2
Banjarmasin. Dengan demikian aspek tersebut perlu mendapat perhatian jika ingin
meningkatkan kinerja guru, khususnya dengan melakukan penelitian ini.
Selanjutnya iklim kerja yang kondusif sangat diharapkan terjadi di sekolah.
Berusaha agar para guru merasa senang dengan lingkungan kerjanya adalah penting
untuk dilakukan agar kinerja guru meningkat. Bila suatu lingkungan kerja terbentuk
iklim kerja yang harmonis dan kondusif, maka dapat diartikan bahwa sebagian
kebutuhan orang yang berada dalam lingkungan kerja tersebut terpenuhi.
Terpenuhinya kebutuhan seseorang dapat melahirkan kepuasan tersendiri.
Suasana atau iklim kerja yang penuh tekanan, tidak harmonis dan tidak
kondusif di lingkungan sekolah, antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
guru dengan kepala sekolah, ataupun dengan staf administrasi tentu tidak
akan meningkatkan kinerja guru, yang berimplikasi pada proses pembelajaran
yang kurang efektif dan efisien.
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk bekerja
yaitu: kesempatan untuk maju dalam karier, rasa aman bahwa pekerjaan tersebut
akan terus dimiliki, atasan yang dapat memenuhi kebutuhan pekerja dan
memperlakukan dengan adil, penghasilan yang memadai, teman kerja yang
kompak, lingkungan kerja yang menyenangkan karena sesuai bakat, minat,
kemampuan serta aspirasi dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa untuk
menghasilkan prestasi yang baik yang sehingga kinerja juga baik, maka banyak
faktor yang mempengaruhinya baik yang berasal dari dalam diri seseorang
maupun faktor dari luar diri seseorang seperti pimpinan, dan lingkungan kerja
Dengan demikian untuk menghasilkan kinerja yang optimal faktor-faktor
tersebut perlu mendapat perhatian.
3
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan suasana
kerja yang harmonis serta kondusif sehingga kinerja guru diharapkan
meningkat, peranan pimpinan/atasan yang dalam hal ini kepala sekolah
sangatlah strategic. Penciptaan iklim kedua dalam sekolah merupakan bagian
tanggung jawab dari kepala. sekolah. Peran kepala sekolah dalam lingkungan
sekolah adalah sebagai pemimpin, pendidik, supervisor, inovator, dan motivator.
Kepala sekolah diharapkan dapat mengembangkan kepada bawahannya
nila - nilai yang menjadi dasar filosofi, keyakinan, sikap, norma, tradisi, prosedur,
dan harapan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan kinerjaguru
dalam berbagai aspek. Diharapkan kepala sekolah dapat menciptakan suasana
atau iklim keda yang kondusif dan kompetitif di sekolah.
Sebagaimana diuraikan di atas, untuk meningkatkan kinerja guru di SMP
Negeri di Kota Banjarmasin sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan
seperti yang diharapkan maka masalah iklim kerja dan kepemimpinan kepala
sekolah perlu diperhatikan dan dikaji secara mendalam. Untuk inilah
penelitian ini dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
dibatasi menjadi lima hal, yaitu:
1. Apakah ada kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota
Banjarmasin
2. Apakah ada kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin.
4
3. Apakah ada kontribusi iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah secara
bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota banjarmasin
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru
SMP Negeri Kota Banjarmasin
2. Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin
3. Untuk mengetahui apakah ada kontribusi iklim kerja, kepemimpinan kepala
sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota
Banjarmasin
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada kontribusi yang berarti dari iklim kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri
di Kota Banjarmasin
2. Ada kontribusi yang berarti dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin
3. Ada kontribusi yang berarti dari iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah
secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin
E. Definisi Operasional
1. Kinerja Guru
Yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah performance
5
yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang diukur melalui kualitas kerjanya, ketepatan dan kecepatan kerja,
i n i s i a t i f d a l a m k e r j a , k e m a m p u a n k e r j a d a n k e m a m p u a n
mengkomunikasikan pekerjaan.
2. Iklim kerja
Iklim kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana hubungan antara
guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan orang tua siswa,
guru dengan siswa, sekolah dengan orang tua siswa, guru dengan staf
administrasi yang diciptakan oleh pola hubungan yang harmonic untuk
mewujudkan tujuan bersama, yang ditunjukkan oleh intensitas dan kualitas
hubungan sesama guru dan kepala sekolah, keterlibatan guru dalam kegiatan
sekolah, kesediaan untuk saling membantu, keterbukaan dalam sekolah,
adanya diskusi dan komunikasi antar personal, iklim kerja ini diukur dengan
melihat keakraban baik itu kedinasan ataupun kekeluargaan, persaingan,
ketertiban organisasi sekolah, keamanan, fasilitas dan hubungan antara
sekolah dengan orang tua/wali murid.
3. Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini maksudnya adalah
kemampuan kepala sekolah SMP untuk menggerakkan, mempengaruhi,
membimbing, mengajak, memotivasi dan mengarahkan dengan maksud agar
dapat bekerja secara optimal untuk mencapai tujuan bersama secara efektif
dan efisien yang tercermin dalam kemampuannya sebagai organisator,
administrator, supervisor, menunjukkan keteladanan dan menciptakan iklim
kerja yang baik. Dalam hal ini ditunjukkan dengan keterbukaan, perhatian
6
terhadap bawahan, cara berinteraksi dan cara pengambilan keputusan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bagian ini diuraikan beberapa konsep teori sebagai landasan dalam
Penelitian hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Surya (2002: 330) faktor mendasar yang berkaitan erat
dengan kinerja professional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat
dengan kesejahteraan para guru. Kepuasan ini dilatarbelakangi oleh faktor-
faktor: a) imbalan jasa, b) rasa aman, c) hubungan antar pribadi, d) kondisi
kerja, dan c) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri.
Jalal dan Supriyadi (2001: 221-225) mengatakan bahwa untuk
meningkatkan kinerja diperlukan a) peningkatan kesejahteraan guru
dan tenaga kependidikan lainnya, b) pengembangan karier yang
menarik, c) menjaring calon guru yang bermutu tinggi, d) restruktufisasi
7
pendidikan perjabatan guru terpadu.
Sinungan (2002:4), menuliskan beberapa faktor yang memperngaruhi
kinerja seseorang, yaitu: kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja
yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja, penghasilan dan hubungan
kerja. Selanjutnya Wahjo Sumidjo (1987: 22) menyebutkan bahwa
terwujudnya hubungan harmonis dipengaruhi gaya kepemimpinan atasan,
dalam lembaga pendidikan SMP atasan adalah kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi kinerja seseorang termasuk kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang
berasal dari luar. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja,
maka dipilih beberapa faktor saja yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja guru SMP yaitu faktor: iklim kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah.
B. Iklim Kerja
Iklim kerja di sini maksudnya adalah suasana kerja antara guru
dengan guru, guru dengan staf administrasi, guru dengan kepala sekolah, dan
sekolah dengan orang tua siswa dan sebagainya. Dalam penelitian ini
iklim kerja digambarkan pada suasana keakraban dalam kedinasan dan
kekeluargaan, persaingan, ketertiban organisasi sekolah, keamanan dan
tersedianya fasilitas serta hubungan antara sekolah dengan orang tua
siswa yang sekaligus merupakan indikator iklim kerja. (Wahjo Sumidjo 2003:
182). Keakraban adalah perwujudan tata hubungan antara kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi, para siswa yang mencerminkan sikap dan rasa kebersamaan,
kegotong royongan,keterbukaan tolong menolong, dan rasa hormat antar sesama
8
warga sekolah. Persaingan rentan memunculkan konflik oleh sebab itu perlu
dikembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati. Ketertiban
organisasi adalah kondisi yang yang serba teratur dengan melaksanakan tugas
secara bertanggung jawab, penggunaan sarana/prasarana sekolah serta
pengembangan kedisiplinan. Keamanan, ialah rasa aman dan tenteram yang
dirasakan oleh seluruh warga sekolah. Fasilitas harus diperhatikan karena
sekolah sebagai lingkungan pendidikan hanya dapat terselenggara apabila
mendapat dukungan fasilitas yang memadai, seperti tersedianya perlengkapan
belajar, perlengkapan kerja dan ruang kerja yang menyenangkan.
Selanjutnya hubungan kedasarna dengan orang tua/wali siswa diperlukan
dalam usaha membantu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. (Wahjo Sumidjo 2003: 182-188)
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Fakor penting dalam menggerakkan orang lain untuk melaksanakan
tugasnya adalah kepemimpinan, sebab kepemimpinanlah yang akan menentukan
arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang
mendukung proses pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Menurut Yuki,
(1996: 3). "leadership is exercised when persons..., ...mobilize...... institutional,
political psychological and other resources so as to arouse, engage, and satisty Me
motives of followers-". Yang artinya, kepemimpinan adalah latihan ketika orang-
orang mengerahkan ... kelembagaan, politik, psikologi, dan sumber dayasumber
daya yang lain seperti juga mengggerakkan/mengikut sertakan dan memberikan
kepuasan sebagai dorongan bagi para, pengikutnya.Heresy & Blanchard (1985: 5)
mengatakan: Leadership occurs any time one attempts to influence, the hehaviour
9
on individual or group, regardless of the reason. It may be for one's own golas or for
those of others, and they may or may not zol he congruent with organizational goals.
Pengertian di atas menggambarkan bahwa kepemimpinan dapat terjadi
kapanpun ketika seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau
perilaku kelompok tanpa mempertimbangkan alasannya.,Upaya mempengaruhi
perilaku ini untuk mencapai tujuan dirinya atau tujuan orang lain, tujuan tersebut
mungkin sama atau mungkin berbeda dengan tujuan organisasi. Dengan demikian
pemimpin adalah orang yang memiliki kelebihan sehingga dia memiliki kekuasaan
dan kewibawaan untuk menggerakan, mengarahkan, dan membimbing bawahan
juga mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan,sehingga dapat
menggerakan bawahan mencapai tujuan tertentu. Mengenai pentingnya
kepemimpinan dalam organisasi, Keith Davis (Onong Uchjana Effendy, 1999:
166) menyatakan sebagai berikut: manusia adalah bagian yang paling berharga
dalam peradaban. Tanggung jawab apakah yang penting dari pada kepemimpinan
dan pengembangan manusia? Tanpa kepemimpinan, sebuah organisasi
hanyalah merupakan kemelut dari manusia dan mesin Kepernimpinan
adalah kemampuan membujuk orang lain agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan gairah. Adalah faktor manusia yang
mempersatukan suatu kelompok dan memotivasikannya kearah tujuan.
Kepemimpinan mentrasnformasikan kesanggupan menjadi kenyataan.
Kepemimpinan merupakan kegiatan utama bagi berhasilnya semua kesanggupan
yang terdapat pada organisasi dan pada manusianya.
D.Kerangka Pikir
Dalam mencapai hasil yang baik dan optimal, seorang guru
10
harus mempunyai prestasi dalam pembelajarannya. Suasana ke rja
yang menyenangkan, akan menjadi kunci pendorong bagi karyawan dan juga
guru untuk menghasilkan kinerja tinggi. Sesuai dengan pendapat di atas,
kinerja seorang guru bisa dipengaruhi oleh l ingkungan sekolah, guru
dan karyawan/pegawai tata usaha, antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
guru dengan kepala sekolah dan dengan masyarakat. Iklim kerja termasuk juga
iklim sekolah merupakan perangkat sifat-sifat lingkungan yang dirasakan
langsung oleh peker a termasuk guru Berta diduga punya pengaruh besar terhadap
kinerja mereka.
Hubungan sosial yang baik antar pekerja termasuk guru dapat
meningkatkan keakraban dan akan menunjukkan kinerja yang baik pula.
Hubungan antar pribadi dalam sekolah akan tercermin dalam interaksi dan
komunikasi antar individu. Hubungan antar pribadi itulah yang membentuk
organisasi.
Perasaan positif, seperti senang, bahagia, tenang dan tenteram; rasa
aman, rasa puas karena kebutuhan terpenuhi dengan baik, dan sebagainya akan
berpengaruh terhadap kualitas kerja guru. Konsekuensinya adalah guru
yang bahagia akan menghasilkan produk yang banyak dan berkualitas.
Selanjutnya, jika guru sukses akan menghasilkan produk yang banyak dan
berkualitas, akan lebih puas dengan tugas-tugasnya dan dengan demikian guru
tidak segan-segan melakukan kegiatan yang dikehendaki sekolah. Kepemimpinan
kepala sekolah sangat besar artinya dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala
sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang
akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan dapat
11
direalisasikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan tercermin
dalam kemampuannya memberdayakan guru, menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya, melakukan hubungan yang harmonis baik dalam interen sekolah
maupun luar sekolah, mampu menerapkan prinsip -prinsip
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru, dan berhasil
mewujudkan tujuan sekolah. Peran penting kepala sekolah sebagai pemimpin
adalah membuat orangorang seperti guru dan karyawan yang berasal dari berbagai
latar belakang yang berbeda, karakter yang berbeda dapat bersatu untuk mencapai
tujuan sekolah, maka kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang
kondusif dan kompetitif, serta mengembangkan wawasan mutu dalam
semua aktivitas pendidikan yang dilakukan guru, sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya.
Kinerja guru akan dapat meningkat j ika kepala sekolah
dalam kepemimpinannya selalu mengkomunikasikan visi, misi, rencananya
dengan guru secara bersama-sama sehingga mereka terlibat dalam komitmennya,
memberikan kepercayaan yang tinggi kepada guru dalam melaksanakan
tugasnya, bersedia memberikan bimbingan, pengarahan atau contoh kepada guru
dan kreatif menciptakan iklim kerja yang baik. Iklim kerja yang baik ini ditandai
dengan terciptanya keamanan, ketertiban, suasana kekeluargaan, tersedianya
sarana dan fasilitas serta terciptanya kerjasama yang akrab antara guru dengan
orang tea siswa. Kepala sekolah jugs harus menunjukkan keteladanan, terbuka
akan manajemennya, sabar dan penuh perhatian.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dilihat dari segi pendekatan yang digunakan, maka penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan teknik
korelasional. Tehnik korelasional, yaitu penelitian yang, dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa
variabel.
Dengan tehnik korelasi dapat diketahui hubungan variasi dalam sebuah
variabel dengan variasi yang lain. (Arikunto, 2005: 247-248).Penelitian ini
bermaksud mengetahui hubungan yang terdapat antara tiga variabel, yakni iklim
kerja (XI), variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dan variabel kinerja guru
(Y).Hubungan antara variabel XI, variabel X2 dan variable Y dalam
penelitian ini dilukiskan sebagai berikut
X1
Y
X2
13
Gambar 3.1. Diagram Hubungan Variabel X1 – X2 - Y
Dari gambar di atas variabel X1 dan X2
digolongkan variabel bebas
( independent ) sedangkan variabel Y adalah variabel ter ikat
(dependent).
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri yang ada di
Kota Banjarmasin yang berjumlah 34 sekolah dengan jumlah guru 485
orang. Tidak semua guru dijadikan sumber data. Sumber data ditentukan oleh 2
orang guru sebagai wakil dari tiap-tiap sekolah. Pengambilan sumber data untuk
masing-masing sekolah, menggunakan teknik proportional random.
Untuk menentukan anggota sumber data menggunakan teknik acak
sederhana (simple random) dengan cara mengambil anggota melalui undian.
Tabel 3.1 Distribusi populasi dan sampel
No. Nama populasi dan sampel Jumlah guru Jumlah sumber data
1 SMP N 1 Banjarmasin 2
2 SMP N 2 Banjarmasin 2
3 SMP N 3 Banjarmasin 2
4 SMP N 4 Banjarmasin 2
5 SMP N 5 Banjarmasin 2
6 SMP N 6 Banjarmasin 2
7 SMP N 7 Banjarmasin 2
8 SMP N 8 Banjarmasin 2
9 SMP N 9 Banjarmasin 2
10 SMP N 10 Banjarmasin 2
12 SMP N 12 Banjarmasin 2
13 SMP N 13 Banjarmasin 2
14 SMP N 14 Banjarmasin 2
15 SMP N 15 Banjarmasin 2
16 SMP N 16 Banjarmasin 2
17 SMP N 17 Banjarmasin 2
18 SMP N 18 Banjarmasin 2
19 SMP N 19 Banjarmasin 2
20 SMP N 20 Banjarmasin 2
21 SMP N 21 Banjarmasin 2
22 SMP N 22 Banjarmasin 2
23 SMP N 23 Banjarmasin 2
24 SMP N 24 Banjarmasin 2
25 SMP N 25 Banjarmasin 2
26 SMP N 26 Banjarmasin 2
14
27 SMP N 27 Banjarmasin 2
28 SMP N 28 Banjarmasin 2
29 SMP N 29 Banjarmasin 2
30 SMP N 30 Banjarmasin 2
31 SMP N 31 Banjarmasin 2
32 SMP N 32 Banjarmasin 2
33 SMP N 33 Banjarmasin 2
34 SMP N 34 Banjarmasin 2
J u m l a h 68
C. Instrumen Penelitian
Pada bagian ini diuraikan hal-hal yang meliputi: 1) jenis instrumen yang
digunakan dalam penelitian, 2) uji cobs (try out) instrumen, 3) validitas instrumen, dan
4) realibilitas instrumen.
1. Jenis instrumen
Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode angket.
Angket yang digunakan mengungkapkan data kinerja guru SMP Negeri Kota
Banjarmasin meliputi kualitas kerja, ketepatan dan kecepatan kerja, inisiatif
dalam kerja, kemampuan kerja, dan kemampuan mengkomunikasikan
pekerjaan, juga mengungkap data tentang iklim kerja dan kepemimpinan kepala
sekolah. Angket yang digunakan adalah model semi terbuka. Angket semi terbuka
artinya responden adakalanya harus memilih altematif jawaban yang telah
disediakan, tetapi ada juga yang harus mengisi di tempat yang sudah disediakan.
Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan angket ini dengan asumsi
bahwa subyek penelitian merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri. Daftar pertanyaan yang diberikan cukup jelas dan mudah dipahami
sehingga responden dapat melakukan wawancara dengan dirinya. Angket dalam
penelitian ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berupa angket semi
15
terbuka digunakan untuk memperoleh informasi tentang status SMP, status
kepegawaian, responden, pendidikan tertinggi yang pemah dicapai, jurusan/program
studi terakhir, pengalarnan, kerja, dan mata pelajaran yang diampu sekarang.
Bagian kedua berupa angket tertutup untuk mengungkap data tentang
variabel terikat yaitu kinerja guru SMP di Kota Banjarmasin. Pada bagian ini
diungkap meliputi kualitas kerja, ketepatan clan kecepatan kerja, inisiatif
dalam kerja, kemampuan kerja, dan kemampuan mengkomunikasikan
pekerjaan yang merupakan indikator dari kinerja. Alternatif jawaban, yaitu:
sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak
p e r n a h ( T P ) . N i l a i a t a u s k o r u n t u k s e t i a p j a w a b a n d a r i
pertanyaan/pernyataan positif adalah: SS = 5, S = 4, KK = 3, JR = 2, TP = 1,
sedangkan untuk pertanyaan/pernyataan negatif, nilai/skomya sebaliknya. Bagian
ketiga merupakan angket tertutup untuk mengungkap data tentang iklim kerja
yang meliputi: keakraban, persaingan, ketertiban organisasi sekolah,
keamanan, fasilitas dan juga hubungan antara orang tua/wali murid dengan lima
alternatif pilihan jawaban yaitu: selalu (SL), sering (S), kadangkadang (KK),
jarang (J), dan sangat jarang (SJ). Mai atau skor untuk pertanyaan/pernyataan
positif adalah SL = 5, S = 4, KK = 3, J = 2, dan SJ 1, sedangkan untuk
pertanyaan/pernyataan negatif, skor sebaliknya. Bagian keempat berupa angket
tertutup untuk mengungkap data tentang variabel kepemimpinan kepala
sekolah. Yang meliputi sikap keterbukaan, perhatian terhadap bawahan,
cara berinteraksi, dan cara pengambilan keputusan. Pada bagian ini
alternatif pillhan jawaban juga menggunakan skala liken dengan lima alternatif
jawaban. Adapun alternatif jawabannya adalah sebagai berikut: sangat sering
16
(SS), sering (S), sedang (SD), jarang (J), dan t idak pernah (TP). Ni lai atau
skor untuk setiap jawaban dari pertanyaan/pernyataan negatif adalah sebagai
berikut: SS = 5, S = 4, SD = 3, J = 2, dan TP = 1, sedangkan untuk pertanyaan/
pemyataan negatif skor/nilai sebaliknya. Untuk lebih jelasnya, aspek-aspek yang
diungkap dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Intrumen Untuk Variabel Kinerja Guru
Varia
bel
Sub Variabel Indikator Nonor
Butir
Kiner
ja
guru
Kualitas
kerja
a. Merencanakan program pengajaran dengan tepat
b. Melakukan penilaian hasil belajar
c. Berhati-hati dalam menjelaskan materi ajaran
d. Menerapkan hasil penelitian
1,2,3
4,5
6
7
Kecepatan/
Ketepatan
Kerja
a. Menerapkan hal-hal yang baru dalam pembelajaran
b. Memberikan materi ajar sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki siswa
c. Menyelesaikan program pengajaran sesuai kalender akademik
8,11,12
9,13,14
15,16
17,18
Inisiatif
Dalam kerja
a. menggunakan media dalam pembelajaran
b. menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran
c. Menyelenggarakan administrasi sekolah dengan baik
d. Menciptakan hal-hal baru yang lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah
19,20
21,22,23
24,25,27
28,29,30
31
Kemampuan
kerja
a. mampu dalam memimpin kelas
b. mampu mengelola IBM
c. Mampu melakukan penilaian hasil belajar siswa
d. Mengusai landasan pendidikan
32,33,34
35,36,37
38,10,39
Komunikasi a. Melaksanakan layanan bimbingan belajar
b. Mengkomunikasi hal-hal baru dalam pembelajaran
c. Menggunakan berbagai teknik dalam mengelola proses belajar
mengajar
d. Terbuka dalam menerima masukan untuk perbaikan
pembelajaran
40, 41
42,43,44
45,46
47,48
Sumber : Hamzah B.Uno (2007:94)
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Intrumen Untuk Variabel Iklim kerja Guru
Variabel Sub Variabel Indikator Nonor
Butir
Iklim
kerja
Keakraban a. mengembangkan hubungan kerjasama
b. Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan
1,2,3,4
5,6
Persaingan a. Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling hormat
menghormati
7,8,10
Ketertiban
organisasi
sekolah
a. mengembangkan tugas secara bertanggung jawab
b. penggunaan sarana/prasarana sekolah
c. pengembangan kedisiplinan
9
11,12
13, 14
17
Keamanan a. Memelihara keamanan sekolah 15,16
17,18
Fasilitas a. tersedia perlengkapan belajar yang lengkap
b. tersedia perlengkapan kerja yang cocok
c. tersedia ruang kerja yang menyenangkan
19,20
21,22
24,23
Hubungan
dengan orang tua
siswa
a. kerjasama dengan orang tua/wali siswa 25,26
27
Tabel 3.4 isi – Kisi Intrumen Untuk Variabel Kepemimpinan kepala sekolah
Variabel Sub Variabel Indikator Nonor
Butir
Kepemi
mpinan
kepala
sekolah
Keterbukaan a. Merumuskan kebijakan melalui musyawarah
b. Mendelegasikan tugas dengan jelas
c. Pelaksanaan tata tertib organisasi
1,2,6
3,4
5,7
Perhatian
terhadap
bawahan
a. membantu pekerjaan agar dapat dilaksanakan
b. meningkatkan moral dan semangat staf
c. memberikan pengajaran atas usaha perorangan
d. memberikan dorongan dan penghargaan
e. membantu staf mengatasi masalah
f. keramahan dalam melakukan pendekatan
8
9
10,11
12,13
14
15,16
Interaksi a. membina hubungan yang harmonis
b. bersedia memperbaiki posisi yang telah terbentuk
17,18
19
Pengambilan
keputusan
a. mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang
demokratis
b. mengusahakan mengembangkan sumber-sumber yang
diperlukan
20,21
22
23
2. Uji Coba ( Try out) Intrumen
Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang memiliki
validitas dan realibilitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat instrumen
dikatakan reliabel instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek
yang sama dengan hasil konsisten (Sugitono,2001)
3. Validitas Instrumen
Validitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada validitas konstruk.
18
Validitas konstruk mengarah pada seberapa jauh faktor-faktor yang menjadi bagian
instrumen, yaitu butir-butir mampu mengukur sifat bangun pengertian atau konstruk teori
yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk mengetahui validitas
konstruk dalam penelitian im, digunakan analisis butir. Dengan analisis
butir ditemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independent
satu dengan yang lain (interrelationship) sehingga bisa dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.
Proses analisis butir menggunakan bantuan program SPSS 11.0 for windows.
Untuk mengungkapkan aspek yang akan diteliti maka diperlukan alat ukur
yang reliabel dan valid, sehingga kesimpulan dari hasil penelitian tidak
menyimpang dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang
sebenarnya. Apabila variabel yang dimaksudkan dalam penelitian diungkap
lewat alat ukur dimana reliabilitas dan validitasnya belum teruji maka
kesimpulan penelitian tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Suatu instrumen
penelitian dikatakan valid, bila instrumen tersebut dapat mengukur dan
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tetap. Sementara
hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data terkumpul dengan
data sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti . Suatu instrumen
dikatakan valid, jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya
lebih besar dari r tabel. Sedangkan jika korelasi antara skor item dengan skor
total kurang dari r tabel, maka item dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak
valid.
Dalam penelitian ini dengan N sebanyak 34 responden didapat r tabel-nya
sebesar 0,361 (Sugiono, 2003).
19
Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Alpha
Cronbach, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel atau andal apabila memiliki
koefisien kehandalan atau reliabilitas sebesar 0, 60 atau lebih (Arikunto :1998).
Berdasarkan hasil uji validitas diterapkan pada 34 guru atau uji coba
di SMP, mendapatkan hasil seperti pada tabel-tabel berikut. Selanjutnya
hasil ini nanti akan digunakan pada semua sampel penelitian sebanyak 68 guru.
Uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi produk
moment,:
Tabel 3.5. Hasil uji Validitas Iklim Kerja
Junlah soal Jumlah soal Valid Jumlah soal tidak valid
27
23
4
Tabel 3.6 hasil uji Validitas kepemimpinan kepala sekolah
Junlah soal Jumlah soal Valid Jumlah soal tidak valid
23
20
3
Tabel 3.7 hasil uji Validitas Instrumen Kinerja guru
Junlah soal Jumlah soal Valid Jumlah soal tidak valid
48
37
11
Sumber Lampiran 3
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan atas internal conssistency dan
untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus koefisien Alpha dari Cronbach
karena data dari instrumen menggunakan Skala Likert. Adapun rumusnya sebagai berikut
:
R11 =
1k
k
2
21
b
Keterangan
20
R11 = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan
2b = jumlah varian butir
2 = Varian total
Kriteria instrumen yang reliable adalah apabila nilai koefisien Alpha sekurang
kurangnya 0,7 sebagai batas terendah (Kaplan, 1982: 106). Perhitungan reliabilitas
dilakukan setelah perhitungan validitas, sehingga hanya butir instrumen yang valid yang
dianalisis. Proses analisis menggunakan bantuan program SPSS for windows 11.0
Dari Uji reliabilitas didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Nilai Kreteria
1
2
3
Iklim kerja
Kepemimpianan kepala sekolah
Kinerja guru
0,8891
0,7840
0,8619
Sedang
Rendah
Sedang
Nilai reliabilitas yang relatif cukup baik ini menjadikan kuesioner cukup handal
untuk dijadikan alas ukur pada semua responder.
D. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis , ada beberapa hal yang perlu dikerjakan dahulu, yaitu
mendeskripsikan data, menghitung persyaratan analisis, kemudian dilanjutkan
dengan menguji hipotesis.
1. Deskripsi data
Data yang terkumpul ditabulasikan pada masing-masing variabel
untuk mencari harga rerata dan simpangan baku dari setiap variabel.
Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel frekuensi pada setiap
variabel. Tabel distribusi frekuensi data dibuat dengan cara
menentukan kelas interval, dan untuk menentukan banyaknya kelas
interval berpedoman pada aturan Sturges.
21
Pembuatan daftar distribusi frekuensi dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan rentang kelas masing-masing variabel, yaitu data skor
terbesar dikurangi data skor terkecil.
b. Menentukan banyaknya kelas interval dengan rumus 1+3,3 log n.
c. Menentukan panjang kelas interval dengan rumus; rentang kelas
dibagi dengan benyaknya kelas interval ditambah satu.
d. Memilih ujung kelas interval pertama untuk melihat kecenderungan
hasil pengukuran masing-masing variabel.
Selanjutnya untuk mengetahui kecenderungan hasil pengukuran
variabel iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah Berta kinerja guru
digunakan rerata ideal (Mi) sebagai perribanding yang dibedakan
menjadi empat kategori, yaitu dengan norma sebagai berikut:
X > (Mi + 1,5 Sdi) = tinggi/baik
Mi < X <_ M + 1,5 Sdi = cukup/cukup baik
(Mi – 1,5 Sdi) : X < Mi = kurang/kurang baik
X < (Mi – 1,5 Sdi) = rendah/tidak baik
Penentuan jarak 1,5 Sdi untuk kategori ini didasarkan pada kurve distribusi
normal yang secara teoritik berjarak 6 (enam) simpangan baku. (Sudjana. 2000). Untuk
menghitung besarnya rerata ideal (Mi) dan simpangan baku/standar deviasi ideal (Sdi)
digunakan rumus sebagai berikut:
Mi = 0,5 (nilai ideal tertinggi ditambal nilai ideal terendah)
22
Sdi = 1/6 (nilai ideal tertinggi dikurangi nilai ideal terendah)
Berdasarkan uraian di atas, data, diperoleh hasil perhitungan rerata ideal (Mi) dan
simpangan baku ideal (Sdi) untuk setiap variabel adalah sebagai berikut: untuk variabel
iklim kerja butir pernyataan 23. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin
dicapai 115 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 23. berarti Mi 0,5 ( 115 + 23) =
69 dan Sdi = 1/6 ( 115 – 23) = 15,36. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini
terdiri dari atas 6 sub variabel yaitu: (a) keakraban , butir pernyataannya
berjumlah 4. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 20 dan nilai
terendah yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) =
2,7; (b) persaingan, butir pernyataannya berjumlah 2. dengan demikian nilai tertinggi
yang mungkin dicapai = 10 clan nilai terendah yang mungkin dicapai 2. Berarti Mi =
0,5 (10+2) = 6 dan Sdi = 1/6 (10-2) = 1,3; (c) ketertiban organisasi sekolah, butir
pernyataannya berjumlah 4.
Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah
yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7; (d)
keamanan, butir pemyataannya berjumlah 4. Dengan demikian nilai tertinggi yang
mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5
(20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7; (e) fasilitas, butir pernyataannya
berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan
nilai terendah yang mungkin dicapai = 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi =
1/6 (30-6) = 4; (f) hubungan dengan orang tua siswa, butir pernyataannya
berjumlah 3. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 15 dan
nilai terendah yang mungkin dicapai = 3. Berarti Mi = 0,5 (15+3) = 9 dan Sdi = 1/6
(15-3) = 2.
23
Angket untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah pernyataannya
berjumlah 20 butir. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan
nilai terendah yang mungkin dicapai = 20. Berarti Mi = 0,5 ( 100 + 20) = 60 dan
Sdi = 1/6 (100 – 20 ) = 13,36. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini terdiri dari
atas 6 sub variable yaitu: (a) keterbukaan , butir pernyataannya berjumlah 6.
Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang
mungkin dicapai 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (b) perhatian
terhadap bawahan , butir pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai
tertinggi yang mungkin dicapai = 35 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7.
Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21 dan Sdi = 1/6 (35-7) = 4,7; (c) interaksi , butir
pernyataannya berjumlah 3. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai =
15 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 3. Berarti Mi = 0,5 (15+3) = 9 dan Sdi =
1/6 (15-3) = 2; (d) pengambilan keputusan, butir pernyataannya berjumlah 4. Dengan
demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah yang mungkin
dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7;
Angket untuk variabel kinerja guru berjumlah 37 pernyataan. Dengan
demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 185 dan nilai terendah yang
mungkin dicapai = 37. Berarti Mi = 0,5 (185 + 37) 111, dan Sdi = 1/6 ( 185 — 37 ) =
24,71. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini terdiri dari atas 5 sub variable yaitu:
(a) kualitas kerja, butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi
yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 6. Berarti Mi =
0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (b) kecepatan/ketepatan kerja, butir
pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin
dicapai = 35 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7. Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21
24
dan Sdi = 1/6 (35-7) = 4,7; (c) insiatif dalam kerja, butir pernyataannya berjumlah 11.
Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 55 dan nilai terendah yang
mungkin dicapai 11. Berarti Mi = 0,5 (55+11) = 33 dan Sdi = 1/6 (55-11) = 7,4;
(d) kemampuan kerja, butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai
tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 6.
Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (e) komunikasi, butir
pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 35
dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7. Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21 dan Sdi—
1/6
(35-7) = 4,7;
Lebih jelasnya perhitungan rerata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi) dapat
dilihat pada tabel 3.9 berikut ini
Tabel 3.9 hasil perhitungan rerata ideal (Mi) dan standar
Deviasi (sdi)
No. Variabel Penelitian dan sub Variabel
penelitian
Nilai
tinggi
Nilai
rendah
Rerata ideal
(Mi)
Standar deviasi
ideal (Sdi)
1
Iklim kerja
a. Keakraban
b. Persaingan
c. Ketertiban organisasi
d. Keamanan
e. Fasilitas
f. Hubungan dengan orang tua
siswa
115
20
10
20
20
30
15
23
4
2
4
4
6
3
69
12
6
12
12
18
9
15,36
2,7
1,3
2,7
2,7
4
2
`2 Kepemimpinan kepala sekolah
a. keterbukaan
b. perhatian terhadap bawahan
c. intraksi
d. pengambilan keputusan
100
30
35
15
20
20
6
7
3
4
60
18
21
9
12
13,36
4
4,7
2
2,7
3 Kinerja guru
a. kualitas kerja
b. kecepatan/ketepatan kerja
c. inisiatif dalam kerja
d. kemampuan kerja
e. komunikasi
185
30
35
55
30
35
37
6
7
11
6
7
111
18
21
33
18
21
24,71
4
4,7
7,4
4
4,7
25
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan diatas, disusun standar skor kategori
masing-masing variabel untuk mengetahui presentase kecenderungan kinerja guru di 34
SMP Negeri Kota Banjarmasin
Tabel 3.10 Standar skor Ketegori variabel penelitian
Variabel & Sub Variabel Skor Kategori
Iklim kerja 93 -115
70 - 92
47 - 69
23 - 46
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kepemimpinan kepala sekolah 80 -100
61 -80
41 - 60
20 - 40
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kinerja guru 149 -185
112 - 148
75 – 111
37 - 74
Tinggi
Cukup
Kurang
Renda
Tabel 3.11 Standar skor Ketegori sub Variabel Iklim kerja
Sub Variabel Kinerja guru Interval Kategori
Keakraban 17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Persaingan 9 – 10
7 – 8
5 – 6
2 – 4
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
26
Ketertiban 17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Keamanan 17 -20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Fasilitas 25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Hubungan dengan orang tua siswa 13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 - 6
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Tabel 3.12 Standar skor Ketegori sub Variabel Kepemimpinan kepala sekolah
Sub Variabel kepemimpinan kepala
sekolah Interval Kategori
Keterbukaan 25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Perhatian terhadap bawahan 29 – 35
22 – 28
15 – 21
7 -14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Interaksi 13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 – 6
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Pengambilan keputusan 17 – 20
13 – 16
9 -12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Tabel 3.13 Standar skor Ketegori sub Variabel kinerja guru
Sub Variabel kinerja guru Interval Kategori
Kualitas kerja 25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 -12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
27
Kecepatan / ketepatan kerja 29 -35
22 – 28
15 – 21
7 – 14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Inisiatif 45 – 55
34 – 44
23 – 33
11 – 22
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kemampuan kerja 25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 -12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Komunikasi 29 – 35
22 – 28
15 – 21
7 - 14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
2. Perhitungan Persyaratan Analisis
Untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat
untuk dianalisis atau tidak. Sesuai tujuan penelitian ini, maka teknik
statistik yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi. Untuk dapat
menggunakan analisis tersebut ada beberapa syarat yang hares dipenuhi, yaitu:
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier dan tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel bebas serta data variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi dan varian yang sama. Untuk itu diadakan
perhitungan linieritas, normalitas dan perhitungan multikolinieritas.
a Perhitungan Linieritas
Penggunaan teknik analisis regresi memerlukan asumsi bahwa
hubungan antar variabel bebas dengan variable terikat sifatnya linier.
Untuk mengetahui linieritas pedoman yang digunakan adalah dengan melihat
28
hasil analisis pada lajur deviasion from linierity , sedangkan untuk menentukan
keberatian arah regresinya dengan memperhatikan analiss pada lajur
linienty keluaran program SPSS .Perhitungan linearitas bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas bersifat linier. Keberartian garis
regresi bertujuan untuk meyakinkan apakah regresi yang didapat ada artinya
untuk membuat kesimpulan tentang variabel yang diteliti. Perhitungan linieritas
dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 11,0 for windows.
Perhitungan linieritas ini digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara
masing-masing variabel bebas, yaitu iklim kerja, kepemimpinan kepala
sekolah dan variabel terikat yaitu kinerja guru SMP Negeri Kota Banjarmasin.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas sesuai dengan tujuan penelitian, kriteria
normalitas t dilakukan dengan menggunakan SPSS yaitu apabila didapatkan
nilai sig uji lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Kriteria yang
digunakan normal tidaknya data adalah dengan melihat harga kemiringan atau
skewniss dan harga keruncingan atau kurtosis . Sebuah data dikatakan
normal jika kemiringan data adalah +0,5 s/d -0,5 dan keruncingannya lebih
dari 0,025.
c Perhitungan Multikolinieritas
Perhitungan multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah koefisien korelasi antar variable bebas tinggi berarti
memiliki masalah multikolinieritas, sehingga penggunaan analisis regresi
ganda menjadi tidak layak. Perhitungan asumsi multikolinieritas dilakukan
29
dengan melihat besarnya koefisien korelasi antar pasangan variable independent.
Kriteria yang digunakan adalah tidak lebih besar dari 0,85 untuk
mengatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas antar vaiabel
bebas (independent variable) (Edward, 1979).
3. Uji Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan untuk masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:
a. Analisa yang digunakan untuk mengetahui tujuan 1:
1. Menyusun tabel kerja dengan memasukan skor iklim kerja sebagai X dan
skor kinerja guru sebagai Y.
2. Menghitung regresi sederhana antara X dan Y dengan rumus :
y = a +b x (sudjana, 2002:6) dengan :
a =
222
2
xxN
xyxxxy
dan b =
22 xxN
yxxyN
(sudjana, 2002: 8)
x adalah data variabel iklim kerja
y adalah data variabel kinerja guru
statistik uji F : 2
2
SG
TC(sudjana, 2002 : 18) dimana :
Src2 = 2
)(
k
TCJK SG2
kN
EJK
)(
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
JK (S) = nyaby /2)1)/(12
JK(G)
1
2112
N
yyx
K = nilai x yang berbeda
N = Banyaknya data
Kreteria : tolak hipotesis nol jika F hitung ≥ F tabel
terima hipotesis nol jika : F hitung < F tabel
30
b. Analisa yang digunakan untuk mengetahui tujuan 2 :
1. Menyusun tabel kerja dengan memasukan skor kepemimpinan kepala
sekolah sebagai x dan skor kinerja guru sebagai y
2. Menghitung regresi sederhana antara x dan Y dengan rumus
y = a +b x dengan
y = a +b x (sudjana, 2002:6) dengan :
a =
222
2
xxN
xyxxxy
dan b =
22 xxN
yxxyN
(sudjana, 2002: 8)
x adalah data variabel iklim kerja
y adalah data variabel kinerja guru
statistik uji F : 2
2
SG
TC(sudjana, 2002 : 18) dimana :
Src2 = 2
)(
k
TCJK SG2
kN
EJK
)(
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
JK (S) = nyaby /2)1)/(12
JK(G)
1
2112
N
yyx
K = nilai x yang berbeda
N = Banyaknya data
Kreteria : tolak hipotesis nol jika F hitung ≥ F tabel
terima hipotesis nol jika : F hitung < F tabel
c. Analisa yang digunakan untuk mengetahui tujuan 3 :
1. menggunakan tabel kerja dari tujuan no 1 dan tujuan nomor 2 dengan
skor iklim kerja sebagai X1, kepemimpinan kepala sekolah X2 dan
kinerja guru sebagai Y
2. Menghitung regresi ganda antara X1 dan X2 terhadap Y, dengan
rumus
y = (2211 Xbxbb sudjana, 2002:70) dengan
221, Xaxayb
b1 =
yxxx
yxxxyxx
22212
22,1,22
31
b2 =
212212
12,1,212
xxxx
yxxxyxx
x1 = adalah data variabel iklim kerja
X2 = adalah data variabel kepemimpinan kepala sekolah
y = adalah kinerja guru
Statistik uji : F =)1/()(
)(
knSJK
lKregJK dimana
JK(reg) = yxbyb 2211
JK (S) = )(2 regJKy untuk
n
yyy
22
kteria Tolak hipotesis nol jika F hitung ≥ F tabel
terima hipotesis nol jika F hitung < F tabel
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif
dengan bantuan program SPSS. pendekatan ini dipilih karena dalam analisisnya
menghasilkan perhitungan yang diteliti dan akurat dibandingkan dengan cara
manual. adapun dalam analisis ini sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk
mengukur kontribusi iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru, sehingga dalam analisis menggunakan analisis regresi dengan metode
"enter" Untuk dapat melaksanakan analisis dengan menggunakan metode enter ini
kita harus memiliki data-data yang ingin diteliti.
Beberapa langkah yang dilakukan yaitu sbb:
1. Persiapan dalam menganalisa data.
Ada persiapan yang perlu dilakukan sebelum menganalisa data
32
Kesiapan itu mencakup kesiapan data maupun peralatan tambahan yang perlu
dipersiapkan agar lancar selama melakukan analisis antara lain menyiapkan
perangkat lunak CD program SPSS for Windows versi
2. Melakukan Entri data
Entri data merupakan kegiatan yang sangat penting sebelum melakukan
analisis data . kegiatan ini meliputi pengkodean data, baik berupa
angket maupun pengukuran fisik, agar dapat dianalisa dengan
menggunakan SPSS. Dalam hat ini SPSS mempunyai dua Windows yang
berlainan fungsinya. Windows pertama adalah data editor yang berfungsi unutk
melakukan entri data sehingga dapat dianalisis. Setelah disimpan file ini
mempunyai ekstensi 'sav" .entri data dilakukan dengan mengisikan data
Hama variabel mendatar sesuai dengan kolom sedangkan responder
atau jumlah observasi menurun atau sesuai dengan baris.
Windows yang kedua adalah output yang berfungsi menampilkan
keluaran hasil analisis yang telah dilakukan. Output SPSS ini
mempunyai ekstensi "spo" dan output ini dapat dicopy keprogram lain atau
dicetak melaiui printer.
3. Pelaksanaan Analisis dengan SPSS
Pada dasarnya dalam analisis ini kita ingin mengetahui konribusi
masing masing variabel , jadi pada analisis ini kita mengajukan
33
hipotesis yang berbunyi:
Ho : Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara masing masing
variabel. Ha -. Ada kontribusi yang signifikan antara masing masing
variabel. Hipotesis inilah yang akan kita uji dengan menggunakan
program SPSS dengan langkah sbb:
a. Pastikan pada komputer anda sudah terinstal program SPSS
b. Buka file regresi "sav"
c. Klik >.analyze > Regression>linier akan muncul kotak dialog sbb;
d. Masukkan semua variabel X ke kotak independen dalam hal ini
adalah data hasil angket kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
kerja. Masukkan juga variable dependen (Y) dalam hal ini hasil
angket kinerja guru. Kemudian pilih metode enter dalam kotak
dialog kemudian klik statistik maka akan muncul tampilan
e. Tandai –Durbin Watson pada residual untuk melihat nilai
autokorelasi, colinierity diagnostigs untuk melihat asumsi multi
kolinieritas . kemudian klik continue untuk melnjutkan, maka akan
muncul kotak dialog sbb.
f. Klik kotak Plot dan tandai Histogram dan normal probability
plot pada standarized residual plot .
g. Kemudian masukkan. variabel SRESID kedalam kotak Y dan
ZPRED kedalam ko tak X untuk mel ihat asumsi ten tang
34
heteroskedastastisitas , tekan continue.
h. Abaikan yang lain dan tekan OK untuk melihat hasil analisis regresi
ganda.
Dari hasil tampilan output SPSS tersebut nanti akan muncul beberapa
tabel analisis sebagai laporan hasil, sehingga apapun data yang kita masukkan
tanpa rekayasa keakuratan data lapangan akan dilaporkan oleh komputer, inilah
kelebihan program SPSS ini, disamping lebih teliti tentunya. Output pertama dari
laporan itu adalah 'Model Summary" dimana dalam tabel laporan ini kita
dapat mengetahui korelasi antara. 3 variabel yang kita masukkan tadi , apabila
nilai R berkisar antara - 1 sampai dengan +1 maka semakin mendekati nilai +1
berarti koefisien variabel itu kontribusinya erat. Sedangkan nilai positif dan
negatif menunjukkan arah korelasinya kalau negatif berarti berkolerasi negatif
bila positif korelasinya positif. Tabel kedua yang hares diperhatikan dalam
laporan adalah tabel ANOVA , pada tampilan output ini akan dilaporkan
nilai F hasil uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai
signifikansi antara masing-masing variabel , jika nilai F adalah < 0,05 maka
terdapat pengaruh yang signifikan antar varibel.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Berikut ini disajikan data penelitian untuk variabel iklim kerja guru,
kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin.
Data dari hasil penelitian ini dideskripsikan dalam skor nilai tertinggi dan nilai terendah,
skor rerata (mean) simpangan baku (standar deviation). Selanjutnya data setiap variabel
disajikan dalam bentuk tabel distirbusi frekuensi dan tabel presentase kecenderungan.
1. Deskripsi variabel Iklim Kerja (XI)
Instrumen mengenai kerja yang valid berjumlah 23 butir, setiap butir terdiri 5
alternatif isian sehingga setiap butir mempunyai skor minimal 1 dan memiliki
kemungkinan skor terendah 23 dan skor tertinggi 115. Dari hasil penelitian,
diperoleh skor terendah = 75 dan skor tertinggi = 89. Selanjutnya data tersebut disusun
dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi data iklim kerja
No Interval Frewensi Prosentase
1 110 – 116 0 0 %
2 103 – 109 0 0 %
3 96 – 102 0 0 %
4 89 – 95 3 4,7 %
5 92 - 88 49 71,5 %
6 75 – 81 16 23,8 %
Jumlah 68 100 %
Berdasarkan data yang terkumpul melalui angket dari 34 sekolah (68
responden) diperoleh data iklim kerja sebagai berikut: skor tertinggi 89, skor
terendah 75, teratanya sebesar 82,1. dan simpangan baku sebesar 3,26.
36
Selanjutnya dari data tersebut disusun dalam bentuk tabel distribusi frekwensi
seperti di atas. Dari distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa presentase, terbesar
berada pada interval 82 — 88 yaitu sebesar 71,5% dan presentase, terkecil berada
pada interval 89 — 95 yaitu sebesar 4,7%. Kemudian untuk melihat
kecenderungan kategori iklim kerja disajikan dalam bentuk tabel 4.2
Tabel 4.2 kecendrungan Iklim Kerja
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
93 – 115
70 – 92
47 – 69
23 - 46
Tinggi
cukup
kurang
rendah
3
65
0
0
4,7 %
95,3 %
0 %
0 %
Jumlah 68 100 %
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa presentase kecenderungan iklim
kerja dari 34 sekolah (68 responden) menunjukkan 0% berada pada kategori
kurang dan rendah, 95,3% berada pada kategori cukup, dan 4,7% berada pada
kategori tinggi.. Dari data penelitian tersebut dapat diartikan bahwa sebagian
besar guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin beranggapan bahwa iklim
kerja berkontribusi dalam meningkatkan kinerjanya, dengan data empiris
berdasarkan penelitian terlihat bahwa 34 sekolah meyakini bahwa faktor iklim kerja
dalam kondisi yang cukup. Iklim kerja apabila dilihat dari sub variabel maka
hasilnya adalah sebagai berikut:
a . Iklim kerja dilihat dari sub variabel keakraban
Dari data yang terkumpul diperoleh hasil iklim kerja 34 sekolah berdasarkan sub
variabel keakraban adalah sebagai berikut: skor nilai terendah = 8, tertinggi = 18,
rerata = 13, dan simpangan baku = 2,53. Kecenderungan iklim kerja dilihat dari
keakraban disajikan pada tabel berikut ini.
37
Tabel 4.3 Kecendrungan Iklim Kerja
dilihat dari keakraban
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 - 8
Tinggi
cukup
kurang
rendah
6
34
24
4
9,5 %
50 %
35,7 %
4,7 %
Jumlah 68 100 %
Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan presentase kecenderungan iklim kerja dilihat
dari keakraban menunjukkan 9,5% tinggi dan 50% cukup dan yang
keakrabannya kurang 25,7% serta yang rendah 4,7%.
b. Iklim kerja dilihat dari sub variabel persaingan
Data yang terkumpul dari 34 sekolah diperoleh skor tertinggi = 8, skor
terendah = 4, rerata = 6, simpangan baku = 1,33. kecenderungan iklim kerja
dilihat dari persaingan disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari persaingan
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
9 -10
7 – 8
5 – 6
2 – 4
Tinggi
cukup
kurang
rendah
0
24
32
12
0 %
35,7 %
47,6 %
16,7 %
Jumlah 68 100 %
presentase kecenderungan iklim kerja 34 sekolah dilihat dari aspek persaingan
adalah sebagai berikut : 0 % menunjukan persaingan dalam kategori tinggi, 35,7 %
persaingan pada kategori cukup dan 47,6 % menunjukan persaingannya pada kategori
kurang dan kategori rendah 16,7%
c. Iklim kerja dilihat dari sub variabel ketertiban organisasi sekolah
iklim kerja apabila dilihat dari aspek ketertiban organisasi sekolah adalah sebagai
berikut : data yang terkumpul melalui angket dari 68 responden diperoleh skor tinggi
38
18, terendah = 8,mean = 13, simpangan baku = 2,53 kecenderunganiklim kerja bila
dilihat dari ketertiban organisasi sekolah adalah 9,5 % pada kategori tinggi, 50 %
berada pada kategori cukup dan 35,7 % berada pada kategori kurang, sedang 4,7 %
pada kategori rendah untuk lebih jelasnya tabel 4. 5berikut ini menyajikan
kecenderungan iklim kerja dilihat dari aspek ketertiban organisasi sekolah
Tabel 4.5
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari ketertiban organisasi sekolah
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
cukup
kurang
rendah
6
34
24
4
9,5 %
50 %
35,7 %
4,7 %
Jumlah 68 100 %
dari tabel 4.5 diatas terlihat bahwa presentase tertinggi yaitu 50% ada pada kategori
cukup. dengan demikian kerja guru dari 34 SMP di Banjarmasin bila dilihat dari
ketertiban organisasi sekolah adalah cukup
d. Iklim kerja dilihat dari sub variabel keamanan
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 34 sekolah diperoleh
hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 18, skor terendah = 8, Beratnya = 13, dan
simpangan baku = 2,53. Kecenderungan iklim kerja bila dilihat dari aspek
keamanan adalah sebagai berikut: 9,5% pada kategori tinggi, 50% berada
pada kategori cukup, dan 35,7% berada pada kategori kurang, sedang 4,7% pada
kategori rendah. Untuk lebih jelasnya tabel 4.6 berikut ini menyajikan
kecenderungan iklim kerja dilihat dari aspek keamanan.
39
Tabel 4.6
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari keamanan
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
cukup
kurang
rendah
6
34
24
4
9,5 %
50 %
35,7 %
4,7 %
Jumlah 68 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa presentase tertinggi yaitu 50% ada
pada kategori cukup. Dengan demikian iklim kerja dari 34 SMP se Banjarmasin
bila dilihat dari keamanan adalah cukup.
e. Iklim kerja dilihat dari sub variabel fasilitas
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 68 responden
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi sebesar 28, skor terendah sebesar
18, reratanya adalah sebesar 23, dan simpangan bakunya sebesar 2,67.
kecenderungan iklim .keria bila dilihat dari aspek fasilitas adalah sebagai
berikut 28,6% berada pada kategori tinggi, 66,6% berada pada kategori cukup,
4,7% berada pada kategori kurang, dan 0% berada pada kategori rendah. Untuk
lebih jelasnya tabel 4.7 berikut ini menyajikan iklim kerja dilihat dari aspek
Tabel 4.7
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari Fasilitas
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 – 12
Tinggi
cukup
kurang
rendah
19
45
4
0
28,6 %
66,6 %
4,7 %
0 %
Jumlah 68 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya iklim kerja 68 guru
SMP se Banjarmasin bila dilihat dari aspek fasilitas berada pada kategori cukup
(66,6%).
40
f. Iklim kerja dilihat dari sub variabel hubungan dengan orang tua siswa
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 68 responden
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi sebesar 14, skor terendah sebesar 8,
reratanya adalah sebesar 11, dan simpangan bakunya sebesar 1,71.
Kecenderungan iklim kerja bila dilihat dari aspek hubungan dengan orang
tua siswa adalah sebagai berikut 19,1% berada pada kategori tinggi, 61,8%
berada pada kategori cukup, 8% berada pada kategori kurang, dan 0% berada
pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya tabel 4.8 berikut ini menyajikan
iklim kerja dilihat dari aspek hubungan dengan orang tua siswa. Tabel 4.8
Tabel 4.8`
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari hubung orang tua siswa
Skor Kategori Frekwensi Prosentase
13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 - 6
Tinggi
cukup
kurang
rendah
13
42
13
0
19,1 %
61,8 %
19,1 %
0 %
Jumlah 68 100 %
kecendrungan Iklim Kerja dilihat dari hubung orang tua siswa dari tabel di atas
dapat diketahui bahwa pada umumnya iklim kerja 68 guru SMP se Banjarmasin
bila dilihat dari aspek hubungan dengan orang tua siswa berada pada kategori
cukup (61,8%).
2. Deskripsi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)
Instrumen mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang valid
berjumlah 20 butir, setiap butir terdiri 5 alternatif isian sehingga setiap butir
mempunyai skor minimal 1 dan maksimal 5. dengan demikian data
kepemimpinan kepala sekolah memiliki kemungkinan skor terendah 20 dan
skor tertinggi 100. Dari hasil penelitian yang diperoleh data skor
41
terendah = 75 dan skor tertinggi = 96. Selanjutnya data tersebut disusun
dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Distribusi Frekwensi Data kepemimpinan Kepala sekolah
No Interval Frekwensi Prosentase
1 96 - 100 6 9,5 %
2 91 – 95 10 14,3 %
3 87 – 90 31 45,3 %
4 81 – 86 11 16,6 %
5 76 – 80 8 11,9 %
6 70 - 75 2 2,3 %
Jumlah 68 100 %
Berdasarkan data yang terkumpul melalui angket dari 34 sekolah
diperoleh data kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut: skor tertinggi 96,
skor terendah 75, reratanya sebesar 86,00. dan simpangan baku sebesar 5,8 1.
Selanjutnya dari data tersebut disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
seperti di atas. Dari distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa presentase terbesar
berada pada interval 87 - 90 yaitu sebesar 45,3% dan presentase terkecil
berada pada interval 70 - 75 yaitu sebesar 2,3%. Kemudian untuk melihat
kecenderungan kategori iklim kerja disajikan dalam bentuk tabel 4.10
Tabel 4.10 kecenderungan kepemimpinan kepala sekolah
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
81 -100
61 – 80
41 – 60
20 - 40
tinggi
cukup
kurang
rendah
58
10
0
0
85,72 %
14,3 %
0
0
jumlah 68 100 %
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa presentase kepemimpinan
kepala sekolah dari 34 sekolah menunjukkan 0% berada pada kategori rendah,
0% berada pada kategori kurang, 14,3% berada pada kategori cukup, dan 85,72%
42
berada pada kategori tinggi. Dari data penelitian tersebut dapat diartikan
bahwa sebagian besar guru SMP di Banjarmasin beranggapan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi dalam meningkatkan kinerjanya,
dengan data empiris berdasarkan penelitian terlihat bahwa 34 sekolah
meyakini bahwa faktor kepemimpinan kepala sekolah dalam kondisi yang
tinggi. Sehingga dapat diartikan bahwa sebagian guru SMP di
Banjarmasin meni lai bahwa kepala sekolah memiliki vis i
kepemimpinan yang sangat baik. Oleh karenanya dengan kepemimpinan seperti
itu diharapkan akan meningkatkan kinerja guru-guru SMP di Banjarmasin
Kepemimpinan kepala sekolah apabila dilihat dari sub variabel maka hasilnya
adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari sub variabel keterbukaan.
Dari data yang terkumpul diperoleh hasil kepemimpinan kepala
sekolah dari 42 sekolah berdasarkan sub variabel keterbukaan adalah sebagai
berikut: skor nilai terendah = 22, tertinggi = 28, rerata = 25, dan
simpangan baku = 1,71. Kecenderungan kepemimpinan kepala
sekolah dilihat dari keterbukaan disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.11 kecenderungan iklim kerja dilihat dari keterbukaan
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
tinggi
cukup
kurang
rendah
42
26
0
0
61,9 %
38,1 %
0
0
jumlah 68 100 %
Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan presentase kecenderungan iklim
kerja dilihat dari keterbukaan menunjukkan 61,9% tinggi dan 38,1% cukup dan
yang keterbukaannya kurang 0% serta yang rendah 0%.
43
b. Kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari sub variabel perhatian
terhadap bawahan.
Data yang terkumpul dari 34 sekolah diperoleh skor tertinggi = 32,
skor terendah = 26, rerata = 29, simpangan baku = 1,56. kecenderungan
kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari perhatian terhadap bawahan
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12 kecenderungan iklim kerja dilihat perhatian terhadap bawahan
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
29 – 35
22 – 28
15 – 21
7 - 14
tinggi
cukup
kurang
rendah
42
26
0
0
61,9 %
38,1 %
0
0
jumlah 68 100 %
Presentase kecenderungan kepemimpinan kepala sekolah 34 sekolah dilihat dari
aspek perhatian terhadap bawahan adalah sebagai berikut: 61,9% menunjukkan
perhatian terhadap bawahan dalam kategori tinggi, 38,1% perhatian terhadap
bawahan pada kategori cukup dan 0% menunjukkan perhatian terhadap bawahannya
pada kategori kurang dan kategori yang rendah 0%.
c. Kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari sub variabel interaksi
Kepemimpinan kepala sekolah apabila dilihat dari interaksi adalah sebagai
berikut: data yang terkumpul melalui angket dari 34 responden diperoleh
skor tertinggi = 14, terendah = 10, mean = 12, simpangan baku = 1,33.
Kecenderungan kepemimpinan kepala sekolah bila dilihat dari interaksi adalah
35,7% pada kategori tinggi, 64,3% berada pada kategori cukup, dan 0% berada
pada kategori kurang, sedang 0% pada kategori rendah. Untuk lebih
jelasnya tabel 4.13 berikut ini menyajikan kecenderungan kepemimpinan
kepala sekolah dilihat dari aspek interaksi.
44
Tabel 4.13 kecenderungan kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari interaksi
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 – 6
tinggi
cukup
kurang
rendah
24
44
0
0
35,7 %
64,3 %
0
0
jumlah 68 100 %
Dari tabel 4.13 di atas terlihat bahwa presentase tertinggi yaitu 64,3%
ada pada kategori cukup. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah dari
34 SMP di Banjarmasin bila dilihat dari interaksi adalah cukup.
d Kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari sub variabel pengambilan keputusan
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 34 sekolah
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 19, skor terendah = 15, reratnya
= 17, dan simpangan baku = 1,33. Kecenderungan kepemimpinan kepala
sekolah bila dilihat dari sub variabel pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut: 64,3% pada kategori tinggi, 35,7% berada pada kategori cukup, dan
0% berada pada kategori kurang, sedang 0% pada kategori rendah. Untuk lebih
jelasnya tabel 4.14 berikut ini menyajikan kecenderungan iklim kretaria dilihat
dari aspek keamanan.
Tabel 4.14 kecenderungan kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari
pengambilan keputusan
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 - 8
tinggi
cukup
kurang
rendah
44
24
0
0
64,3 &
35,7 %
0
0
jumlah 68 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa presentase tertinggi yaitu 64,3% ada
pada kategori tinggi. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah dari 34
SMP se Banjarmasin bila dilihat dari pengambilan keputusan adalah tinggi.
45
3. Deskripsi Variabel Kinerja guru (Y)
Instrumen mengenai kinerja guru yang valid berjumlah 37 butir,
setiap butir terdiri 5 alternatif isian sehingga setiap butir mempunyai skor
minimal 1 dan maksimal 5. dengan demikian data kinerja guru memiliki
kemungkinan skor terendah 37 dan skor tertinggi 185. Dari data hasil
penelitian diperoleh skor terendah = 80 dan skor tertinggi = 118.
Selanjutnya data tersebut disusun dalam bentuk distribusi frekuensi yang
disajikan pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Distribusi Frekwensi Data Kinerja guru
No Interval Frekwensi Prosentase
1 115 - 121 6 9,5 %
2 108 - 114 6 9,5 %
3 101 - 107 3 4,7%
4 94 - 100 39 57,2 %
5 87 - 93 3 4,7 %
6 80 - 86 11 14,4 %
Jumlah 68 100 %
Berdasarkan data yang terkumpul inelalut angket dari 34 sekolah diperoleh
data kinerja guru sebagai berikut: skor tertinggi 118, skor terendah 80, reratanya
sebesar 99,17, dan simpangan baku sebesar 9,99. Selanjutnya dari data tersebut
disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi seperti di atas. Dari distribusi
frekuensi di atas terlihat bahwa presentase terbesar berada pada interval 94 – 100
yaitu sebesar 57,2% dan presentase terkecil berada pada interval 101 -107 yaitu
sebesar 4,7%. Kemudian untuk melihat kecenderungan kategori kinerja guru
disajikan dalam bentuk tabel 4.16
46
Tabel 4.16 kecenderungan Kinerja guru
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
149 – 185
112 – 148
75 – 111
37 - 74
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
13
55
0
0 %
19,1%
80,90%
0%
jumlah 68 100 %
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa presentase kinerja guru dari 34
sekolah menunjukkan 0% berada pada kategori rendah, 80,90% pada ketegori
kurang, sementara itu 19,1% berada pada kategori cukup, dan 0% berada pada
kategori tinggi. Dari data penelitian tersebut dapat diartikan bahwa sebagian guru SMP
di Banjarmasin memiliki kinerja yang kurang.
Kinerja guru apabila dilihat dari sub variabel maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
a. Kinerja guru dilihat dari sub variabel kualitas kerja.
Data yang terkumpul dari 34 sekolah diperoleh skor tertinggi = 22, skor
terendah = 8, rerata = 15, simpangan bake = 3,24. kecenderungan kinerja
guru dilihat dari kualitas kerjanya disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.17
Kecenderungan kinerja guru dilihat dari sub variabel kualitas kerja
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
15 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
9
44
15
0 %
14,3 %
64,3%
21,4%
jumlah 68 100 %
Presentase kecenderungan kinerja guru 34 sekolah dilihat dari aspek
kualitas kerjanya adalah sebagai berikut: 0% menunjukkan kulaitasnya
dalam kategori tinggi, 14,3% kualitas kerja pada kategori cukup dan 64,3%
menunjukkan kualitas kerjanya pada kategori kurang dan 21,4% kategori yang
47
rendah.
b Kinerja guru dilihat dari sub variabel ketepatan/kecepatan kerja
Kinerja guru apabila dilihat dari ketepatan/kecepatan kerja adalah sebagai
berikut: data yang terkumpul melalui angket dari 68 responden diperoleh
skor tertinggi = 21, terendah = 8, mean = 14, simpangan baku = 14.
Kecenderungan kinerja guru bila dilihat dari ketepatan/kecepatan kerja
adalah 0% pada kategori tinggi, 0% berada pada kategori cukup, dan 40,5%
berada pada kategori kurang, sedang 59,5% pada kategori rendah. Untuk lebih
jelasnya tabel 4.18 berikut ini menyajikan kecenderungan kinerja guru dilihat
dari aspek ketepatan/kecepatan kerja.
Tabel 4.18
Kecenderungan kinerja guru dilihat dari ketepatan / kecepatan kerja
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
29 -35
22 – 28
15 – 21
7 -14
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
0
28
40
0 %
0 %
40,5%
59,5%
jumlah 68 100 %
Dari tabel 4.18 di atas terithat bahwa presentase tertinggi yaitu 59,5% ada pada
kategori rendah. Dengan demikian kinerja guru dari 34 SMP di.Banjarmasin bila
dilihat dari sub variabel ketepatan/kecepatan kerja adalah rendah
c. Kinerja guru dilihat dari sub variabel inisiatif dalam kerja
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 34 sekolah
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 36, skor terendah = 12, reratanya
= 24, dan simpangan baku = 5,26. Kecenderungan kinerja guru bila dilihat dari
sub variabel inisiatif dalam kerja adalah sebagai berikut: 0% pada kategori tinggi,
2,3% berada pada kategori cukup, dan 59,5% berada pada kategori kurang, sedang
48
38,2% pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya tabel 4.19 berikut ini
menyajikan kecenderungan kinerja guru dilihat dari sub variabel inisiatif dalam
kerja..
Tabel 4.19
Kecenderungan kinerja guru dilihat dari inisiatif dalam kerja
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
45 – 55
34 – 44
23 – 33
11 - 22
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
2
40
26
0 %
2,3 %
59,5%
38,2%
jumlah 68 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa presentase tertinggi yaitu 59% ada pada
kategori kurang. Dengan demikian kinerja guru dari 34 SMP se kota banjarmasin
bila dilihat dari inisiatif dalam kerja adalah kurang.
d. Kinerja guru dilihat dari sub variabel kemampuan kerja
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 68 responden
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi sebesar 22, skor terendah sebesar 8,
reratanya adalah sebesar 15, dan simpangan bakunya sebesar 3,24.
kecenderungan kinerja guru bila dilihat dari sub variabel kemampuan kerja
adalah sebagai berikut 0% berada pada kategori tinggi, 14,3% berada pada
kategori cukup, 64,3% berada pada kategori kurang, dan 21,4% berada pada
kategori rendah. Untuk lebih jelasnya tabel 4.20 berikut ini menyajikan kinerja
guru dilihat dari sub variabel kemampuan kerja.
Tabel 4.20
Kecenderungan kinerja guru dilihat dari kemampuan kerja
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 – 12
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
9
44
15
0 %
14,3 %
64,3%
21,4%
jumlah 68 100 %
49
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya kinerja guru
dari 34 SMP se kota Banjarmasin bila dilihat dari sub variabel
kemampuan kerja berada pada kategori kurang (64,3%).
e. Kinerja guru dilihat dari sub variabel komunikasi
Data yang berhasil dikumpulkan melalui angket dari 68 responden
diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi sebesar 21, skor terendah sebesar 8,
reratanya adalah sebesar 14, dan simpangan bakunya sebesar 2,83.
Kecenderungan kinerja guru bila dilihat dari sub variabel komunikasi adalah
sebagai berikut 0% berada pada kategori tinggi, 0% berada pada kategori cukup,
40,5% berada pada kategori kurang, dan 59,5% berada pada kategori rendah.
Untuk lebih jelasnya tabel 4.21 berikut ini menyajikan kinerja guru dilihat dari
sub variabel komunikasi.
Tabel 4.21
Kecenderungan kinerja guru dilihat dari sub variabel komunikasi
Skor Kategori Frekuensi Prosentase
29 – 35
22 – 28
15 -21
7 -14
tinggi
cukup
kurang
rendah
0
0
28
40
0 %
0 %
40,5%
59,5%
jumlah 68 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya kinerja guru dari
34 SMP sekota Banjarmasin bila dilihat dari sub variabel komunikasi berada
pada kategori rendah (59,5%).
50
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis perlu dilakukan sebelum data
dianalisis lebih lanjut. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu
uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan karena
berdasarkan metode penelitian, analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi dan regresi ganda, sehingga data variabel bebas
maupun variabel terikat harus berdistribusi normal. Sedangkan uji
homogenitas dilakukan hanya untuk meyakinkan bahwa variasi skor dari ketiga
variabel bersifat homogen.
1. Linieritas
Sebagaiman telah dikemukankan bahwa salah sate persyaratan analisis
harus dipenuhi adalah linieritas. Pedoman yang digunakan adalah untuk
menentukan kelinieran dengan melihat hasil analisis pada lajur
deviasion from linierity, sedangkan untuk menentukan keberartian arah
regresinya dengan memperhatikan analisis pada lajur linierity keluaran
program SPSS. Ringkasan output Linieritas dengan SPSS adalah sbb:
Tabel. 4.22 Ringkasan Output Pengujian Linieritas
Pasangan Variabel Dev.From linierity Linierity Kesimpulan
F SIG F SIG
X1- Y 4,498 0,110 9,072 0,00 Linier dan
berarti X2 - Y 2,485 0,124 6,337 0,00
Dari tabel 4.22 di atas, tampak bahwa antara, variabel Iklim kerja dan kinerja
diperoleh harga F = 4,498 dengan p 0,110 > 0,05, sedangkan harga
kebermaknaan garis liniernya F= 9,072 dengan p 0,00< 0,05 dengan demikian
51
disimpulkan bahwa harga X1 dan Y adalah linier dan berarti. Begitu juga dengan
harga X2.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas sesuai dengan metode penelitian bab III, kriteria normalitas
menggunakan SPSS yaitu apabila didapatkan nilai sig uji lebih besar dari
0,05 maka data berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan normal
tidaknya data adalah dengan melihat harga kemiringan atau skewniss dan harga
keruncingan atau kurtosis . Sebuah data dikatakan normal jia kemiringan data
adalah +0,5 s/d -0,5 dan keruncingannya lebih dari 0,025
Tabel 4.23 Ringkasan Output Pengujian Normalitas
No Nama Variabel Kemiringan Keruncingan Kesimpulan
I X1 -0,067 0,441 Normal
2 X2 0,012 0,405 Normal
3 Y 0,037 0,416 Normal
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel X1,
X2 dan Y berdistribusi normal, sehingga memenuhi persyaratan pengujian
regresi .
3. Uji Multikolinieritas
Yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan antar prediktor ,
Ketentuan yang digunakan untuk menentukan terpenuhinya adalah apabila
hubungan antar prediktor kurang dari 0,80.Ringksan hasil perhitungan korelasi
masing rasing variabel dapat dilihat pads tabel berikut:
52
Tabel 4.24 Ringkasan Output Pengujian Multikolinieritas
Kolerasi X1 X2
X1 - 0,685
X2 0,685 -
Tabel di atas memberikan informasi besarnya korelasi antar varaibel X1 dan
X2 = 0,685 berdasarkan ketentuan, maka dinyatakan antar variabel tidak terjadi
korelasi yang t inggi dengan variabel bebas. Dengan demikian masalah
multikolinieritas dapat dihindari.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan guna mengetahui apak ah
hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan hasil uji persyaratan ternyata pengujian hipotesis dapat
dilakukan sebab sejumlah persyaratan yang ditentukan untuk pengujian
hipotesis, seperti normalitas dan linieritas dari data yang diperoleh telah dapat
dipenuhi.
Dalam penelitian ini diajukan tiga hipotesis penelitian, yaitu
1. Hipotesis pertama Ada kontribusi positif antara Iklim kerja dengan kinerja
guru. Untuk itu disusun hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho : Tidak ada kontribusi positif Iklim kerja terhadap kinerja guru.
Ha : Ada kontribusi positif Iklim kerja terhadap kinerja guru.
Dasar pengambilan keputsan karena dalam analisis menggunakan
program SPSS maka dasar adalah :
Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika Sig. > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
53
2. Hipotesis kedua : Ada kontribusi positif antara Kepemimpinan
Kepala sekolah dengan kinerja guru. Untuk itu disusun hipotesis
statistik sebagai berikut.
Ho : Tidak ada kontribusi positif kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru.
Ha : Ada kontribusi positif kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru. Dasar penganmbilan keputusan karena dalam analisis
menggunakan program SPSS maka dasar adalah :
Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika Sig. > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima
3. Hipotesis ketiga : Ada kontribusi positif antara, Iklim kerja dan
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Untuk itu disusun
hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho : Tidak ada kontribusi Iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru.
Ha : Ada kontribusi Iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru.
Dasar pengambilan keputusan karena dalam analisis menggunakan program
SPSS maka dasar yang digunakan adalah :
Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika Sig. > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima
54
1. Hipotesis Pertama : Ada kontribusi positif antara Iklim kerja dengan kinerja
guru. Dari hasil perhitungan analisis regresi linear dengan menggunakan program
SPSS versi 11 dengan metode enter mengenai kontribusi Iklim kerja (XI) kinerja
guru (Y).
Kriteria
Tolak Ho bila (SIG) < 0,05 (taraf signifikansi).
Hasil output , selanjutnya ringkasannya diperlihatkan oleh tabel berikut.
Tabel. 4.25 Ringkasan Regresi Sederhana Antara XI Terhadap Y
Variabel Koefisien Regresi Sig
X1 – Y 2,032 0,000
Analisis: dari tabel di atas tampak nilai b = 2,032 dan angka Sig = 0,000.
Oleh karena angka Sig = 0,000 < dari 0,05 maka Ho ditolak. Jadi hipotesis yang
berbunyi: Tidak ada kontribusi positif Iklim kerja terhadap kinerja guru, ditolak
pada taraf signifikansi 0,05. hal ini berarti terdapat kontribusi yang signifikan antara
iklim kerja terhadap kinerja guru.
Dari lampiran ... Juga dapat diketahui model regresinya adalah sebagai
berikut: Y = 67,605 + 2,032. Bentuk persamaan regresi sederhana tersebut
menunjukkan setiap kenaikan satu skor iklim kerja akan meningkatkan kinerja guru
sebesar 2,032, sebaliknya setiap penurunan satu skor iklim kerja akan menurunkan
kinerja guru sebesar 2,032.
55
Besarnya kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru dapat dilihat pada
ringkasan berikut.
Tabel. 4.26 Ringkasan Kontribusi X1 terhadap Y
Variabel Koefisien Determinasi
R2
Sig
X1 – Y 0,438 0,000
Dari tabel 4.26 di atas tampak nilai koefisien Determinasi R2 (R Square) sebesar
0,438 (43,8%). Ini menunjukkan bahwa variabel iklim kerja memberikan kontribusi
sebesar 43,8% terhadap variabel kinerja guru sedangkan 56,2 % merupakan
kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti.
2. Hipotesis Kedua : Ada kontribusi positif antara Kepemimpinan Kepala sekolah
dengan kinerja guru.
Dari hasil perhitungan analisis regresi linear dengan menggunakan program SPSS
versi 11 dengan metode enter mengenai kontribusi Kepemimpinan kepala sekolah
(X2) terhadap kinerja guru (Y)
Kriteria
Tolak Ho bila (SIG) < 0,05 (taraf signifikansi).
Hasil output pada lampiran 8, selanjutnya ringkasannya diperlihatkan oleh tabel
berikut:
Tabel. 4.27 Ringkasan Regresi Sederhana Antara X2 Terhadap Y
Variabel Koefisien Regresi Sig
X1 – Y 1,191 0,000
Analisis: dari tabel di atas tampak nilai b = 0 dan angka Sig =.0,000 Oleh
karena angka Sig = 0,000 < dari 0,05 maka Ho ditolak. Jadi hipotesis
yang berbunyi: Tidak ada kontribusi positif kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru, ditolak pada taraf signifikansi 0,05. hal ini berarti terdapat
kontribusi yang signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja guru. Dari lampiran
56
juga dapat diketahui model regresi adalah sebagai berikut:
Y = 3,238 + 1,19 1. Bentuk persamaan regresi sederhana, tersebut menunjukkan
setiap kenaikan satu skor kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kinerja
guru sebesar 1,191, sebaliknya setiap penurunan satu skor kepemimpinan kepala
sekolah akan menurunkan kinerja guru sebesar 1,191.
Besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dapat
dilihat pada ringkasan berikut.
Tabel. 4.28 Ringkasan Kontribusi X2 terhadap Y
Variabel Koefisien Determinasi R2 Sig
X1 – Y 0,479 0,000
Dari tabel 4.28 di atas tampak nilai koefisien Determinasi R2 (R Square)
sebesar 0,479 Ini menunjukkan bahwa varaibel kepemimpinan kepala sekolah
memberikan kontribusi sebesar 47,9% terhadap variabel kinerja guru. Dan
sisanya sebesar 52,1% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti.
3. Hipotesis Ketiga : Ada kontribusi positif antara Iklim kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru. Pengujian hipotesis ketiga, dilakukan
dengan analisis regresi berganda, yaitu antara variabel bebas dalam hal ini
Iklim Kerja (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan satu variabel
terikat yaitu kinerja guru (Y).
Kriteria :
Tolak Ho bila (SIG) < 0,05 (taraf signifikansi).
Hasd output pada lampiran, selanjutnya ringkasannya diperlihatkan oleh
57
tabel berikut:
Tabel. 4.29 Ringkasan Regresi Sederhana Antara X2 Terhadap Y
Variabel Koefisien Regresi Sig
X1 0,774 0,000
X2 0,987 0,000
Analisis: dari tabel di atas tampak nilai b I = 0,774 dan b2 = 0,887 serta
angka Sig = 0,000 Oleh karena angka Sig = 0,000 < dari 0,05 maka Ho ditolak. Jadi
hipotesis yang berbunyi: Tidak ada kontribusi positif iklim kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru, ditolak pads taraf signifikansi 0,05. hal ini
berarti terdapat kontribusi yang signifikan antara iklim kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru. Dari lampiran .... juga dapat diketahui model
regresi adalah sebagai berikut:
Y = 56,594 + 0,774 Xi + 0,987 X2 Bentuk persamaan regresi ganda tersebut
kerja, kinerja setiap kenaikan satu skor iklim ke 'a, akan meningkatkan kinerja guru sebesar
0,774. Setiap kenaikan satu skor kepemimpinan kepala sekolah akan
meningkatkan kinerja guru sebesar 0,987. Dengan demikian, penambahan satu skor
untuk setiap variabel iklim kerja dan variabel kepemimpinan kepala sekolah akan
meningkatkan kinerja guru sebesar 1,761 , sebaliknya penurunan satu skor untuk
setiap variabel iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah akan menurunkan
kinerja guru sebesar 1,761.
Selanju tn ya untuk mel ihat besarn ya kont r ibus i i k l im ker ja dan
kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru dapat
dilihat pada ringkasan berikut.
58
Tabel. 4.28 Ringkasan Kontribusi X1 dan X2 terhadap Y
Variabel Koefisien Determinasi R2 Sig
(X1 dan X2) -Y 0,546 0,000
Dari tabel 4.30 di atas tampak nilai koefisien Determinasi R2 (R Square)
Sebesar 0,546 (54,6%). Ini menunjukkan bahwa varaibel iklim kerja
dan kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi secara bersama-sama
sebesar 54,6% terhadap variabel kinerja guru. Dan sisanya sebesar 45,4%
merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti. Selanjutnya untuk
mengetahui kontribusi efektif masing-masing variabel dilakukan dengan
perhitungan kontribusi sebagai berikut:
Σχ1 = 3447 Σχ2 = 3612 Σγ = 4165
Σχ1γ = 14356755 ; Σχ2γ = 15043980
χ1γ = Σ χ1-
1
χ1γ = 14356755 -
42
41653447
= 14356755 – (14356755/42
= 14365755 – 341827,5
= 14014928
χ2γ = Σχ2γ -
2
χ2γ = 15043980 -
42
41653447
= 15043980 – (15043980/42)
59
= 15043980 – 35190
= 15008790
untuk nilai b1 0,774, b2 = 0,987
maka “
b1 x1 y = 0,774 (14014928)
= 10847554
b2 x2 y = 0,987 (15008790)
= 14813675
Kontribusi Relatif (KR)
a. Kontribusi relatif dari iklim kerja
(KR – X1) = %1002211
11x
yxbyxb
yxb
= %1001481367510847554
10847554X
= %10025661229
10847554x
= 57,73%
Jadi, kontribusi relatif dari prediktor kepemimpinan kepala sekolah (X2) terhadap
kinerja guru adalah 57,73%.
Kontribusi Efektif (KE)
Kontribusi secara bersama-sama (efektifitas garis regresi) antara iklim kerja dan
kepemimpinan kepala sekolah besarnya = 0,546 x 100% = 54,6%.
60
Maka kontribusi efektif untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi efektif dari iklim kerja:
(KE –X1) = 22211
11R
yxbyxb
yxb
= 546,01481367510847554
10847554
= 0,423 X 0,546
= 0,231
= 23,1 %
Jadi, kontribusi efektif dari iklim kerja terhadap kinerja guru adalah sebesar 23,1%
dari keseluruhan kontribusi.
b. Kontribusi efektif dari kepemimpinan kepala sekolah
(KE –X2 = 22222
22R
yxbyxb
yxb
= 546,097,158994,1323
14813675X
= 0,577 X 0,547
= 0,3151
= 31 %
Jadi, kontribusi 'efektif dari kepemimpinan kepala sekolah adalah sebesar
31.51 % dari keseluruhan kontribusi.
Hal ini menunjukkan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah lebih
61
besar dari kontribusi ikilm keda terhadap kinerja guru, sehingga dapat
disimpulkan kepemimpinan kepala sekolah lebih besar kontribusinya dalam
mempengaruhi kinerja guru di 34 SMP di Banjarmasin
62
BAB V
PEMBAHASAN
Kinerja guru di 34 SMP Sekolah Negeri di Banjarmasin dalam penelitian ini
ditinjau dari lima sub variabel yaitu: kualitas kerja, kecepatan dan ketepatan kerja,
inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja dan kemampuan mengkomunikasikan
pekerjaan. Dari sub variabel tersebut diperinci lagi menjadi beberapa indikator
yang meliputi antara lain: merencanakan program, penguasaan bahan,
pengelolaan pembelajaran, penyelesaian program pengajaran, penggunaan media dan
sumber belajar, penggunaan metode belajar, penciptaan hal -hal baru,
kemampuan memimpin kelas, menilai hasil belajar siswa, penguasaan landasan
pendidikan, kemampuan mengkomunikasikan hal-hal baru dan keterbukaan.
Berdasarkan analisa deskriptif, secara umum dapat diketahui bahwa
kinerja guru di 34 sekolah negeri di Banjarmasin pada umumnya dalam kategori kurang
(80,90%). Berdasarkan hasil perbandingan skor rerata ideal yaitu sebesar 111 dengan
skor merata yang diperoleh sebesar 99,17, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru dari 34 SMP Negeri se kota Banjarmasin berada pada kategori kurang.
Dari analisis deskriptif untuk sub variabel kinerja guru diperoleh: kualitas kerja
dalam kondisi kurang (64,3%), kecepatan dan ketepatan kerja pada kategori rendah
(59,5%), inisiatif kerja berada pada kategori kurang (59,5%), kemampuan kerja ada
pada kategori kurang (64,3%), dan komunikasi berada pada kategori rendah
(59,5%). Hal ini berarti bahwa indikator-indikator pada variabel kinerja guru kurang
sesuai dengan yang dilakukan guru di sekolah/kelas.
Kemudian dari analisa deskriptif diperoleh hasil bahwa iklim kerja pada
umumnya berada pada kategori cukup (95,1%). Hal ini berarti bahwa iklim kerja guru
63
SMP di 34 sekolah di Banjarmasin adalah cukup, baik dilihat dari hubungan
antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan siswa, guru
dengan orang tua siswa dan guru dengan staf administrasi.
Di samping itu juga ketertiban organisasi sekolah cukup baik, keamanan
sekolah cukup baik, persaingan juga cukup sehat, dan fasilitas juga cukup, baik
dipandang dari segi kualitas, kuantitas, maupun pemanfaatannya.
Ini berdasarkan hasil analisis deskriptif persub variabel diperoleh
keakraban berada pada kategori cukup (50%), persaingan pada ketegori cukup
(35,7%), ketertiban organisasi sekolah pada ketegori cukup (50%), keamanan
pada ketegori cukup (50%), fasilitas pada ketegori cukup (66,6%), dan hubungan
dengan orang tua siswa pada ketegori cukup (61,8%).
Iklim kerja memberikan kontribusi terhadap kinerja guru di 34 SMP
sebesar 43,8%. Artinya bahwa varian iklim kerja mampu menjelaskan 43,8%
varian kinerja guru SMP di 34 sekolah di Banjarmasin. Atau dengan kata lain
43,8% kinerja guru SMP di 34 sekolah di Banjarmasin ditentukan oleh variabel iklim
kerja.
Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dinyatakan bahwa tinggi
rendahnya kinerja banyak dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Iklim kerja yang
menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi karyawan dan guru untuk
meningkatkan kinerjanya. Iklim sekolah berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja guru.
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa pada umumnya
kepemimpinan kepala sekolah di 34 SMP di Banjarmasin , menurut persepsi guru
adalah tinggi (85,72%). Yang dilihat dari segi keterbukaan dalam
64
penyusunan program, pendelegasian wewenang dan pengelolaan keuangan,
perhatian terhadap bawahan yang meliputi pengawasan, penyelesaian masalah,
pembentukan suasana, kerja, interaksi di antara orang-orang di dalam sekolah dan Juga,
dalam pengambilan keputusan. Hal ini disimpulkan berdasarkan analisis deskriptif sub
variabel kepemimpinan kepala sekolah. Dari hasil analisis sub variabel ini
diperoleh: keterbukaan berada pada kategori tinggi (61,9%), perhatian terhadap
bawahan berada pada kategori tinggi (61,9%), interaksi berada pada kategori cukup
(64,3%), dan pengambilan keputusan berada pada kategori tinggi (64,3%).
Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai kontribusi terhadap kinerja
guru di 34 SMP di Banjarmasin. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis bahwa terdapat
kontribusi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sebesar
47,9%. Artinya bahwa varian kepemimpinan kepala sekolah mampu menjelaskan 47,9%
varian kinerja guru SMP di Banjarmasin.
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda kinerja guru di 34 SMP di
banjarmasin dapat dijelaskan oleh kedua variabel secara bersama-sama, yaitu
veriabel kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan iklim kerja (X2). Hasil uji F diperoleh
F hitung 23,432 dengan (p = 0,000, < 0,05). Karena signifikansinya lebih kecil
dari 0,05; berarti signifikan. Jadi secara bersama-sama, kedua variabel independen
tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja secara bersama-sama
memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap kinerja guru di 34 SMP di
banjarmasin. Kontribusi yang diberikan kedua variabel itu secara bersama-sama
sebesar 54,6%.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat kontribusi
yang positif baik pada iklim kerja dengan kinerja guru, kepemimpinan kepala
sekolah dengan kinerja guru, dan kontribusi secara bersama-sama. Hal ini berarti
65
semua hipotesis, baik hipotesis pertama, kedua, maupun ketiga yang
dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima. Dapat disimpulkan pula bahwa
terdapat Kontribusi Positif antara iklim kerja dengan kinerja guru.
Berada semakin baik iklim kerja maka semakin baik juga kinerja
guru, atau semakin baik kepemimpinan kepala sekolah semakin besar
harapan untuk mendorong terjadinya kinerja dikalangan guru-guru yang lebih
baik.Berdasarkan analisis untuk mengetahui kontribusi efektif masing-masing
variabel yang dilakukan dengan perhitungan kontribusi. Sumbangan efektif
masing-masing variabel ditunjukkan dengan nilai masing-masing prediktor. Dari
masing-masing variabel bebas menunjukkan kontribusi efektif terbesar
terhadap kinerja guru diperoleh dari variabel kepemimpinan kepala sekolah
(31,5%). Dan yang kedua atau lebih kecil diperoleh dari iklim kerja I (23,1%). Apabila
dilihat dari regresi ganda, maka kontribusi yang, diberikan oleh kedua variabel bebas
secara bersama-sama adalah sebesar 54,6%. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa sekitar 45,4% kinerja guru 34 SMP di banjarmasin dikontribusi oleh faktor-
faktor lain selain iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah.
66
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara umum kinerja guru dari 34 sekolah di Banjarmasin berada pada kategori
kurang (80,90%). Bila dilihat dari masing-masing sub variabel: kualitas kerja
berada pada kategori kurang (64,3%), kecepatan dan ketepatan kerja berada pada
kategori rendah (59,5%), inisiatif dalam kerja berada pada kategori kurang (59,5%),
kemampuan kerja berada pada kategori kurang (64,3%), dan kemampuan
mengkomunikasikan pekerjaan berada pada kategori rendah (59,5%). Dari sub
variabel tersebut diperinci lagi menjadi beberapa indikator yang meliputi antara lain:
antara lain: merencanakan program, penguasaan bahan, pengelolaan pembelajaran,
penyelesaian program pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar,
penggunaan metode belajar, penciptaan hal -hal baru, kemampuan
memimpin kelas, menilai hasil belajar siswa, penguasaan landasan
pendidikan, kemampuan mengkomunikasikan hal -hal baru dan
keterbukaan.
2. Variabel iklim kerja berdasarkan analisis deskriptif dilihat dari presentase
kecenderungan berada pada kategori cukup (95,1%). Bila dilihat dari masing-
masing sub variabel: keakraban berada pada kategori cukup (50%),
persaingan pada ketegori cukup (35,7%), ketertiban organisasi sekolah pada
67
ketegori cukup (50%), keamanan pada ketegori cukup (50%), fasilitas pada ketegori
cukup (66,6%), dan hubungan dengan orang tua siswa pada ketegori cukup (61,8%).
3. Dari hasil analisis kontribusi antara variabel iklim kerja dan kinerja guru diketahui
iklim kerja berpengaruh terhadap kinerja guru di 34 SMP di Banjarmasin sebesar
43,8%
4. Variabel kepemimpinan kepala sekolah berdasarkan analisis deskriptif dilihat dari
presentase kecenderungan berada pada kategori tinggi (85,72%). Bila dilihat dari
masing-masing sub variabel: keterbukaan berada pada kategori tinggi (61,9%),
perhatian terhadap bawahan berada pada kategori tinggi (61,9%), interaksi berada
pada kategori cukup(64,3%), dan pengambilan keputusan berada pada kategori
tinggi (64,3%).
5. Dari hasil analisis antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja
guru diketahui kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
sebesar 47,9%.
6. Variabel iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersamasama
memberikan sumbangan yang berarti terhadap kinerja guru di 34 SMP di
Banjarmasin . besarnya sumbangan kedua prediktor tersebut secara bersama-sama
terhadap kinerja guru sebesar 54,6%
7. Berdasarkan besarnya nilai kontribusi masing-masing variabel independen
menunjukkan bahwa variabel yang besar kontribusinya terhadap kinerja guru adalah
variabel kepemimpinan kepala sekolah.
68
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian secara umum diperoleh analisis deskriptif iklim kerja
berada pada kategori cukup, kemudian terdapat kontribusi yang signifikan
antara iklim kerja terhadap kinerja guru, dan berdasarkan hasil analisis
deskriptif per-sub variabel diperoleh skor sub varibel keakraban cukup,
ketertiban organisasi cukup, keamanan cukup, fasilitas cukup, hubungan
dengan orang tua/wali siswa cukup, maka agar kinerja guru dapat
meningkat harus juga diimbangi dengan peningkatan sub-sub variabel di
atas. Sementara itu untuk sub variabel persaingan berada pada kategori
kurang maka untuk meningkatkan kinerja guru perlu dibentuk suasana
persaingan yang baik.
2. Dari hasil penelitian secara umum diperoleh analisis deskriptif
kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori tinggi, kemudian
terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan kepala terhadap
kinerja guru, dan berdasarkan hasil analisis per sub variabel, semuanya
menyatakan kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori tinggi.
Oleh karena itu, agar kinerja guru dapat meningkat kepala sekolah
harus lebih berperan lagi sebagai organisator, administrator, dan
supervisor.
3. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil analisis deskriptif kinerja guru
per variabel dan per-sub variabel bahwa kinerja guru berada pada kategori
kurang. maka bagi guru bila ingin meningkatkan kinerjanya agar lebih
meningkatkan performancenya saat melaksanakan tugas dan kewajibannya
69
di sekolah/ruang kelas sesuai dengan indikator yang ada pada instrumen
penelitian ini.
4. Bagi Dinas Pendidikan/Pemerintah Kota Banjarmasin jika ingin
meningkatkan kinerja guru, agar memberikan kebijakan yang
berhubungan dengan perbaikan iklim kerja serta kepemimpinan
kepala sekolah. Upaya yang bisa dilakukan dengan memberikan
atau menciptakan iklim kerja yang harmonis dan baik serta
meningkatkan peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai
organisator, administrator, dan supervisor.
5. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan kontribusi kedua variabel
bebas, yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja
guru. Namun, hasil anailisis deskriptif diperoleh skor kinerja guru masuk
dalam kategori kurang dengan prosentase sebesar 80,90 %. Oleh
karena itu, disarankan kepada peneliti lain untuk mengkaji dan
mengembangkan variabel-variabel lain yang berkontribusi terhadap kinerja
guru.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Boediono Soeyadi (Juli 1990). Efektifitas Guru Sekolah Dasar di Pulau Jawa. Prisma
th VIII no 7.
Cohen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Sciences. (revised
edition). New York : Academic Press.
Dedy Supriyadi. (1998). Mengangkat Tetra dan Martabat Guru. Yogyakarta
Adicita Karyanusa
Hamzah, B. Uno (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara
Scholar : Jurnal Filsafat, Teori Analisis dan Inovasi PPS Universitas Negeri
Padang Vol 1 no 1 Desember 44-53
Henri Simamora. (2002). Manajemen sumber daya manusia edisi III. Yogyakarta
STIE YKPN Yogyakarta.
Husaini Usman. (2006). Manajemen Teori, Praktik dan Reset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Heresy, P.& Blanchard, K (1985). Management of Organizational Behavior Utilizing
Human Resources (5th ed). Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Indrajati Sidi. (1999). Refonnasi Pendidikan Menyonsong Millennium Ketiga. Jakarta
Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas edisi November no 05.
JaIal, F & Supriyadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita
71
Kaplan, R. M. & Saccuzio. Denis P. (1982). Psychological Testing, Principles,
Application, and Issues. Monterey : Brooks/Cole Publushing Company.
Kusmanto. (2004). Menyoal Manajemen Berbasis Sekolah. Diambil dari
htt-p://www.mall-archiev.com/[email protected]/msg0001 4. htm]
Tanggal 22 Agustus, 2004
Mulyasa. E (2004). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ndraha Tangkalizandahu. (2000). Pengantar Teori Pembangunan Manajemen
Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Niron, M. D (2001). Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kualitas Kerja Bagi
Guru dan Karyawan Sekolah. Dinamika Pendidikan : Jurnal kependidikan FIP UNY
no 2 th VIII Nopember 97-113.
Onong Uchjana Effendy. (1999). Psikologi Manajemen dan Administrasi. Bandung :
Mandar Maju.
Owen, Robert, G (1995). Organizational Behavior in Education. Florida : Simon and
Shuster Company
Sergiovanni, T. (1982) Supervision of Teaching. New York : McGraw-Hill, Book
Company
Sudjana. (2000). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana.. (2002). Tekhnik Analisis Regresi dan Korelasi (Bagi Para Peneliti).
Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2001). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumidjo, W. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sumidjo, W, (2003), Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada
72
Surya. (2002) Guru Antara Harapan, Kenyataan dan Keharusan. Jakarta: Grasindo
Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta : Gajahmada
Press.
Umaedi (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Ditjen
Dikdasmen Depdiknas.
YukI Gary. (1996). Leadership in Organizations. Englewood Cliffs: Prentice-Hall,
Inc.+
73
DATA INDUK PENELITIAN
NO X1 X2 Y
1 75 86 99
2 77 75 80
3 80 77 80
4 75 81 92
5 82 86 99
6 80 86 93
7 75 75 94
8 82 82 80
9 82 77 92
10 75 86 93
11 80 84 99
12 75 75 96
13 77 82 106
14 82 86 94
15 80 84 96
16 84 81 99
17 77 81 106
18 84 87 80
19 82 86 106
20 84 87 99
21 82 77 93
22 84 87 106
23 86 84 92
24 87 84 112
25 80 86 114
26 82 94 96
27 82 86 116
28 82 96 99
29 80 81 112
30 82 96 96
31 82 86 117
32 77 96 99
33 84 94 114
34 80 86 118
35 82 81 80
36 84 94 118
37 77 77 116
38 82 77 112
39 87 94 99
40 82 96 114
41 82 86 100
42 86 94 118
43 87 96 118
44 82 86 116
45 82 86 99
46 87 75 112
47 77 96 96
48 89 77 100
74
49 82 82 112
50 86 86 99
51 84 86 112
52 77 81 100
53 87 77 99
54 82 94 100
55 89 75 99
56 89 92 84
57 82 92 84
58 87 86 99
59 89 92 94
60 89 82 118
61 82 86 94
62 82 92 117
63 84 86 99
64 86 82 100
65 82 87 117
66 87 86 99
67 89 87 100
68 89 92 99
Lampiran 6 : Deskripsi Variabel Penelitian
Statistik
Iklim Kerja Kepemimpinan
Kepala Sekolah Kinerja Guru
N Valid 68 68 68
Missing 0 0 0
Mean 82,0000 86,0000 99,0000
Median 82,0000 86,0000 99,0000
Mode 82,00 86,00 99,00
Std.Deviation 3,25646 5,81000 9,99492
Variance 10,60453 33,75610 99,89837
Skewness ,067 ,012 ,037
Std. Error of Skewness ,365 ,365 ,365
Kurtosis ,441 ,405 ,416
Std.Error of Kurtosis ,717 ,717 ,717
Range 14,00 21,00 38,00
Minimum 75,00 75,00 80,00
Maximum 89,00 96,00 118,00
75
Lampiran 7 : Tabel Frekuensi Variabel Penelitian
Iklim Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 75,00 5 7,35 7,35 7,35
77,00 7 10.29 10.29 17,64
80,00 7 10.29 10.29 27,93
82,00 23 33,81 33,81 61,74
84,00 9 13,23 13,23 74,97
86,00 3 4,45 4,45 79, 42
87,00 7 10,29 10,29 89,71
89,00 7 10,29 10,29 100,0
Total 68 100,0 100,0
IKLIM KERJA
0
10
20
30
75 77 80 82 84 86 87 89
freku
en
si
Std.Dev.= 3,26
Mean = 82
N = 68
76
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 75,00 5 7,35 7,35 7,35
77,00 7 10,29 10,29 17,64
81,00 7 10,29 10,29 27,93
82,00 5 7,35 7,35 38,28
84,00 4 5,58 5,58 40,86
86,00 19 28,27 28,27 69,13
87,00 5 7,35 7,35 74,48
92,00 5 7,35 7,35 83.83
94,00 6 8.82 8.82 92.65
96,00 5 7,35 7,35 100,0
Total 68 100 100,0
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
0
10
20
75 77 81 82 84 86 87 92 94 96
Fre
ku
en
si
Std.Dev.= 5,81
Mean = 86,0
N = 68
77
Kinerja Guru
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 80,00 5 7,35 7,35 7,35
84,00 2 2,94 2,94 10,29
92,00 3 4,41 4,41 14,7
93,00 3 4,41 4,41 19,11
94,00 5 7,35 7,35 26,46
96,00 5 7,35 7,35 33,81
99,00 15 22.39 22.39 56,2
100,00 6 8.82 8.82 65,02
106,00 4 5,58 5,58 70,6
112,00 6 8.82 8.82 74,42
114,00 3 4,41 4,41 83,83
116,00 3 4,41 4,41 88,24
117,00 3 4,41 4,41 92,65
118,00 5 7,35 7,35 100,0
Total 68 100,0 100,0
KINERJA GURU
0
10
20
80 92 94 99 106
114
117
Fre
ku
en
s
Std.Dev.= 9,99
Mean = 99,0
N = 68
78
LAMPIRAN 8 DATA FREKUENSI SUB VARIABEL
Keakraban Persaingan
Ketertiban
Organisasi
sekolah
Keamanan Fasilitas
Hubungan
Dengan
Orang tua
N Valid 68 68 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 13,0000 6,0000 13.0000 13,0000 23,0000 11,0000
Median 13,0000 6,0000 13.0000 13,0000 23,0000 11,0000
Metode 13,00 6,00 13,00 13,00 23,00 11,00
Std
Deviation 2,52789 1,32518 2,52789 2,52789 2,66870 1,71080
Minimum 8,00 4,00 8,00 8,00 18,00 8,00
Maximum 18,00 8,00 18,00 18,00 28,00 14,00
79
Keakraban
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 5 3,675 7,35 7,35
9,00 5 3,675 7,35 14,8
10,00 6 4,41 8,82 23,62
11,00 7 5,145 10,29 33,91
12,00 8 5,88 11,76 45,67
13,00 10 7,67 15,34 61,03
14,00 8 5,88 11,76 72,79
15,00 6 4,41 8,82 81,61
16,00 5 3,675 7,35 88,96
17,00 4 2,79 5,52 94,48
18,00 4 2,79 5,52 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
Fre
ku
en
s
Std.Dev.= 2,53
Mean =13,0
N = 68
80
Persaingan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 4,00 10 7,35 14,7 14,7
5,00 13 9,555 19,11 33,81
6,00 17 12,515 25,03 58,84
7,00 15 11,025 22,05 80,89
8,00 13 9,555 19,11 100
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
4,0 5,0 6,0 7,0 8,0
Std.Dev.= 1,33
Mean = 6,0
N = 68
81
Ketertiban organisasi sekolah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 4 2,79 5,52 5,52
9,00 5 3,675 7,35 12,87
10,00 5 3,675 7,35 20,22
11,00 7 5,145 10,29 30,51
12,00 8 5,88 11,76 42,27
13,00 10 7,73 15,46 57,73
14,00 8 5,88 11,76 69,49
15,00 6 4,41 8,82 78,31
16,00 6 4,41 8,82 87,13
17,00 4 2,79 5,52 92,65
18,00 5 3,675 7,35 100
68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
8,0
9,0
10
,0
11
,0
12
,0
13
,0
14
,0
15
,0
16
,0
17
,0
18
,0
Std.Dev.= 2,53
Mean = 13,0
N = 68
82
Keamanan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 4 2,79 5,52 5,52
9,00 5 3,675 7,35 12,87
10,00 5 3,675 7,35 20,22
11,00 7 5,145 10,29 30,51
12,00 8 5,88 11,76 42,27
13,00 10 7,73 15,46 57,73
14,00 8 5,88 11,76 69,49
15,00 6 4,41 8,82 78,31
16,00 6 4,41 8,82 87,13
17,00 4 2,79 5,52 92,65
18,00 5 3,675 7,35 100
68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
Std.Dev.= 2,53
Mean = 13,0
N = 68
83
Fasilitas
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 18,00 5 3,675 7,35 7,35
19,00 6 4,41 8,82 16,17
20,00 5 3,675 7,35 23,52
21,00 6 4,41 8,82 32,34
22,00 7 5,145 10,29 42,63
23,00 9 6,635 13,27 55,9
24,00 8 5,88 11,76 67,66
25,00 6 4,41 8,82 76,48
26,00 5 3,675 7,35 83,83
27,00 6 4,41 8,82 92,65
28,00 5 3,675 7,35 100,0
68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
18,0 19,0 20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0
Fre
ku
en
si
Std.Dev.= 2,67
Mean =23,0
N = 68
84
Hubungan dengan orang tua siswa
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 8 5,88 11,76 11,76
9,00 7 5,145 10,29 22,05
10,00 12 8,82 17,64 39,69
11,00 13 9,575 19,15 58,84
12,00 12 8,82 17,64 76,48
13,00 8 5,88 11,76 88,24
14,00 8 5,88 11,76 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
8,0 9,0 10,0 11,0 12,0 13,0 14,0
Std.Dev.= 1,71
Mean = 11,0
N = 68
85
LAMPIRAN 10 tabel frekuensi sub variabel kepemimpinan kepala sekolah
Keterbukaan Perhatian terhadap
bawahan
Interaksi Pengambilan
keputusan
N Valid 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0
Mean 25,0000 29.0000 12,0000 17,0000
Median 25,0000 29,0000 12,0000 17,0000
Metode 25,00 29,00 12,00 17,00
Std Deviation 1,71080 1,56174 1,32518 1,32518
Minimum 22,00 26,00 10,00 15,00
Maximum 28,00 32,00 14,00 19,00
Keterbukaan
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 22,00 7 5,145 10,29 10,29
23,00 7 5,145 10,29 20,58
24,00 13 9,575 19,15 39,73
25,00 15 11,025 22,05 61.78
26,00 11 8,085 16,17 77,95
27,00 8 5,88 11,76 89,71
28,00 7 5,145 10,29 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0
Std.Dev.= 1,71
Mean = 25,0
N = 68
86
Perhatian terhadap bawahan
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
26,00 5 3,675 7,35 7,35
27,00
10 7,67 15,34 22,69
28,00
12 8,82 16,40 39,09
29,00
15 11,025 22,05 61,14
30,00
11 8,085 16,17 71,31
31,00
10 7,67 15,34 92,65
32,00
5 3,675 7,35 100,0
Total
68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0
Std.Dev.= 1,56
Mean = 29,0
N = 68
87
Intraksi
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 10,00 12 8,82 16,40 16,40
11,00 13 9,575 19,15 35,55
12,00 17 13,115 26,23 61,78
13,00 14 10,91 21,82 83,6
14,00 12 8,82 16,40 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
10,0 11,0 12,0 13,0 14,0
Std.Dev.= 1,33
Mean = 12,0
N = 68
88
Pengambilan keputusan
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 15,00 12 8,82 16,40 16,40
16,00 13 9,575 19,15 35,55
17,00 17 13,115 26,23 61,78
18,00 14 10,91 21,82 83,6
19,00 12 8,82 16,40 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
15,0 16,0 17,0 18,0 19,0
Std.Dev.= 1,33
Mean = 17,0
N = 68
89
Lampiran 12 Tabel Frekuensi Sub Variabel Kinerja Guru
Kualitas
Kerja
Kecepatan dan
Ketepatan kerja
Inisiatif dalam
kerja
Kemampuan
kerja
Komunikasi
N Valid 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0
Mean 15,0000 14,0000 24,0000 15,0000 14,0000
Median 15,0000 14,0000 24,0000 15,0000 14,0000
Metode 15,00 14,00 24,00 15,00 14,00
Std Deviation 3,23849 2,83263 5,56119 3,23849 2,83263
Minimum 8,00 8,00 12,00 8,00 8,00
Maximum 22,00 21,00 36,00 22,00 21,00
Kualitas Kerja
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 3 4,41 4,41 4,41
9,00 2 2,94 2,94 7,35
10,00 4 5,88 5,88 13,23
11,00 4 5,88 5,88 19,11
12,00 5 7,35 7,35 26,46
13,00 6 8,82 8,82 35,28
14,00 7 10,29 10,29 45,57
15,00 8 11,86 11,86 57,43
16,00 7 10,29 10,29 67,72
17,00 6 8,82 8,82 76,54
18,00 5 7,35 7,35 83,89
19,00 4 5,82 5,82 89,71
20,00 3 4,41 4,41 94,12
21,00 2 2,94 2,94 97,06
22,00 2 2,94 2,94 100,0
Total 68 100,0 100,0
90
0
2
4
6
8
10
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
22,0
Kecepatan dan ketepatan kerja
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 3 2,205 4,41 4,41
9,00 4 2,94 5,88 10,29
10,00 4 2,94 5,88 16.17
11,00 4 2,94 5,88 22,05
12,00 6 4,175 8,35 30,4
13,00 8 5,93 11,86 42,26
14,00 10 7,73 15,46 57,72
15,00 8 5,93 11,86 69,58
16,00 6 4,175 8,35 77,93
17,00 4 2,94 5,88 83,81
18,00 4 2,94 5,88 89,69
19,00 4 2,94 5,88 95,57
21,00 3 2,205 4,41 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total 100,0
Std.Dev.= 3,24
Mean = 15,0
N = 68
91
0
2
4
6
8
10
12
8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 21,0
Inisiatif dalam kerja
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 12,00 3 2,205 4,41 4,41
15,00 3 2,205 4,41 8,82
16,00 4 2,94 5,88 14,7
17,00 4 2,94 5,88 20,58
18,00 4 2,94 5,88 26,46
19,00 3 2,205 4,41 30,87
20,00 3 2,205 4,41 35,28
21,00 3 2,205 4,41 39,69
22,00 3 2,205 4,41 44,1
23,00 4 2,94 5,88 49,98
24,00 5 3,675 7,35 57,33
25,00 4 2,94 5,88 63,21
26,00 3 2,205 4,41 67,62
27,00 3 2,205 4,41 72,03
28,00 3 2,205 4,41 76,44
29,00 3 2,205 4,41 80,85
30,00 3 2,205 4,41 85,26
31,00 3 2,205 4,41 89,67
32,00 3 2,205 4,41 94,08
33,00 2 1,47 2,94 97,02
36,00 2 1,47 2,94 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total
Std.Dev.= 2,83
Mean = 14,0
N = 68
92
0
2
4
6
12,0
16,0
18,0
20,0
22,0
24,0
26,0
29,0
31,0
33,0
Kemampuan kerja
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 3 2,205 4,41 4,41
9,00 3 2,205 4,41 8,82
10,00 4 2,94 5,88 14,7
11,00 4 2,94 5,88 20,58
12,00 5 3,675 7,35 27,93
13,00 5 3,675 7,35 35,28
14,00 7 5,145 10,29 45,57
15,00 8 5,93 11,86 57,43
16,00 7 5,145 10,29 67,72
17,00 6 4,175 8,35 76,07
18,00 5 3,675 7,35 83,42
19,00 3 2,205 4,41 87,83
20,00 3 2,205 4,41 92,24
21,00 2 1,47 2,94 95,18
22,00 2 1,47 2,94 100
Total 68 100
Total
Std.Dev.= 5,00
Mean = 24,0
N = 68
93
0
2
4
6
8
10
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
22,0
Komunikasi
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 8,00 3 2,205 4,41 4,41
9,00 4 2,94 5,88 10,29
10,00 4 2,94 5,88 16,17
11,00 4 2,94 5,88 20,05
12,00 6 4,175 8,35 30,4
13,00 8 5,93 11,86 42,26
14,00 10 7,73 15,46 57,72
15,00 8 5,93 11,86 68,58
16,00 6 4,175 8,35 77,93
17,00 4 2,94 5,88 83,81
18,00 4 2,94 5,88 89,69
19,00 4 2,94 5,88 95,57
21,00 3 2,205 4,43 100,0
Total 68 50,0 100,0
Total
Std.Dev.= 3,24
Mean = 15,0
N = 68
94
0
2
4
6
8
10
12
14
16
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
21,0
Lampiran 12 : Uji Normalitas
Iklim Kerja Kepemimpinan
KepSek
Kinerja Guru
N Valid 68 68 68
Missing 0 0 0
Mean 82,0000 86,0000 99,0000
Median 82,0000 86,0000 99,0000
Metode 82,00 86,00 99,00
Std Deviation 3,25646 5,81000 9,99492
Variance 10,60453 33,75610 99,89837
Skewness ,067 ,012 ,037
Std. error of Skewness ,365 ,365 ,365
Kurtosis ,441 ,405 ,416
Std.Error of Kurtosis ,717 ,7,17 ,7,17
Std.Dev.= 2,83
Mean = 14 ,0
N = 68
95
Lampiran 13 : Uji Linieritas
UJI LINIERITAS X1-Y
ANOVA VAR00001
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig
Between
Groups
(Combined) 351,369 13 27,028 9,072 ,000
Linear
Team
Weighted 190,577 1 190,577 63,970 ,000
Deviation 160,792 12 13,399 4,498 ,110
Within
Groups
83,417 28 2,979
Total 434,786 41
UJI LINIERITAS X2-Y
ANOVA
VAR00002
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig
Between
Groups
(Combined) 1032,933 13 79,456 6,337 ,000
Linear
Team
Weighted 663,089 1 663,089 52,886 ,000
Deviation 369,844 12 30,820 2,458 ,124
Within
Groups
351,067 28 12,538
Total 1384,000 41
Lampiran 14 : Uji Multi Kolinieritas
Correlations
VAR00001 VAR00002
VAR00001 Pearson Correlation 1 ,685
Sig.(2 Tailed) ,000
N 68 68
VAR00002 Pearson Correlation ,685 1
Sig.(2 Tailed) ,000
N 68 68
“Correlation is significant at the 0,01 level (2 tailed)
OUTPUT REGRESI X1 TERHADAP Y
Variables Entered/Romoved
Model Variables Entered Variables
Removed
Method
1 VAR00001 Enter
96
a. All requested variables entered
b. Dependent Variable : VAR00003
Model Summary
R R Square
Adjusment
R Square
Std.Error
of the
Estimate
Change
Statistics
Model R Square
Change
F Change Df1 Df2 Sig. F
Change
1 ,662 ,438 ,424 7,58375 ,438 31,215 1 40 ,000
a. Predictor : (Constant), VAR00001
ANOVA
Model Sum of
Square
df Mean
Square
F Sig
1 Regression 1795,303 1 1795,303 31,215 ,000
Residual 2300,530 40 57,513
Total 4095,833 41
a. Predictor: (Constant) VAR00001
b. Dependent Variable: VAR00003
Coefficients
Unstandar
Dized
Coefficients
Unstandar
Dized
Coefficients
t Sig
Model B Std.Error Beta
1 (Constant) 67,605 29,873 2,263 ,000
VAR00001 2,032 ,364 ,662 5,587 ,000
a. Dependent Variable : VAR00003
Lampiran 15 OUTPUT REGRESI X2 terhadap Y
Variables Entered/Removed
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 VAR00001
VAR00002
Enter
a. All requested variables entered
b. Dependent Variable : VAR00003
Model Summary
R R Square Adjusted R Std.Error of the
Estimate
Change
Statistic
Model R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig,F
Change
1 ,739 ,546 ,523 6,90661 ,546 23,432 2 39 ,000
a. Predictors : (Constant) VAR00001,VAR00002
97
ANOVA
Model Sum of
Squeres
df Mean
Squares
F Sig
1 Regression 2235,482 2 1117,741 23,432 ,000
Residual 1860,352 39 47,701
Total 4095,833 41
a. Predictor (Constant) VAR00001,VAR00002
b. Dependent Variable VAR00003
Coefficients
Unstandar
Dized
Coefficient
s
Unstandar
Dized
Coefficient
s
t Sig
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,594 27,446 3,062 ,000
VAR00002 ,774 ,055 ,450 13,038 ,000
VAR00003 ,987 ,054 ,354 5,393 ,000
LAMPIRAN 16 : OUTPUT REGRESI X1 terhadap Y
OUTPUT REGRESI X1 terhadap Y
Variables Entered/Removed
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 VAR00002 Enter
c. All requested variables entered
d. Dependent Variable : VAR00003
Model Summary
R R Square Adjusted R Std.Error of the
Estimate
Change
Statistic
Model R Square
Change
F Change df1 df2 Sig,F
Change
1 ,692 ,479 ,466 7,30321 ,479 36,792 1 40 ,000
a. Predictors : (Constant) VAR00001,VAR00002
98
ANOVA
Model Sum of
Squeres
df Mean
Squares
F Sig
1 Regression 1962,358 2 1962,358 36,792 ,000
Residual 2133,475 40 53,337
Total 4095,833 41
c. Predictor (Constant) VAR00002
d. Dependent Variable VAR00003
Coefficients
Unstandar
Dized
Coefficient
s
Unstandar
Dized
Coefficient
s
t Sig
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 32,238 6,920 ,191 ,000
VAR00002 1,191 ,196 ,692 16,066 ,000
a. Dependent Variable : VAR00003