bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan teknologi dan komunikasi adalah salah satu faktor yang
menunjang usaha pembaharuan pendidikan. Pemerintah dan masyarakat telah
menyadari akan pentingnya pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dalam
rangka memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.
Televisi sebagai komponen komunikasi dalam proses pendidikan memiliki peran yang
sangat efektif bagi transformasi informasi. Kehadiran televisi sebagai media
elektronik yang bersifat audio visual ternyata memiliki daya tarik lebih besar
dibandingkan media lainnya seperti radio dan surat kabar, yang tampaknya
berimplikasi besar bagi kehidupan sosial.
Dalam kaitannya dengan siaran televisi swasta nasional Indonesia, harian
Suara Merdeka menuliskan bahwa televisi merupakan media yang paling strategis
untuk mempengaruhi perilaku anak, remaja dan generasi muda pada umumnya.
Kultur baru yang disajikan oleh televisi akan membentuk sikap, perilaku dan
kepribadian mereka. Generasi muda Indonesia saat ini adalah generasi yang
mempunyai karakter atau ciri khas tersendiri. Sebagian dari mereka adalah "Generasi
Televisi" generasi yang sikap, perilaku dan kepribadiannya banyak dibentuk oleh
media TV. (http://musik.kapanlagi.com)
Televisi atau sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang
sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele
(jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh.
Secara sederhana kita dapat mendefinisikan televisi sebagai media massa yang
menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak jauh. Tayangan televisi sudah
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat (di Indonesia dan didunia). Karakteristik
yang dimilikinya membuat televisi menjadi sesuatu media yang mudah dinikmati oleh
semua kalangan. Sekalipun seseorang memiliki keterbatasan indera. Televisi dapat
dinikmati oleh orang yang buta huruf, tuna rungu (dengan hanya melihat gambar),
bahkan tuna netra sekalipun (hanya mendengar suaranya). Televisi saat ini sudah
bukan merupakan barang mewah dan bukan lagi sebuah kemajuan teknologi yang
membuat orang tangguh.
Selain banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton tayangan televisi,
acara-acara atau program yang ditayangkan oleh televisi juga harus diperhatikan.
Adegan-adegan dalam film dan program berita kriminal di televisi banyak
menyajikan kekerasan, pelecehan seksual dan sebagainya. Tayangan seperti ini tidak
mendidik. Tayangan kekerasan akan berdampak pada perilaku agresif dan anak akan
menjadi kurang sensitive terhadap kekerasan. Anak-anak akan merasa bahwa
kekerasan bukanlah sesuatu yang jelek, kekerasan hanyalah suatu bagian normal dari
kehidupan. Ini memberi mereka ijin moral untuk terlibat pertengkaran dan
mengalahkan orang lain. Anak-anak yang dibesarkan seperti ini dapat dipengaruhi
oleh brutalitas di televisi untuk melakukan kejahatan yang kejam, termasuk
pembunuhan.
Dengan semakin berkembangnya program musik di televisi, menyebabkan
stasiun televisi lainnya mengikuti program tersebut dengan konsep dan bentuk
program yang tidak jauh berbeda. Program musik itu sendiri menjadi suatu wadah
bagi para musisi indonesia untuk menunjukkan hasil karyanya, bisa dalam bentuk live
performance maupun video clip yang menjadi salah satu media promosi bagi musisi
tersebut. Program musik ini menyajikan suatu konten musik yang menghibur
sekaligus mempunyai konsep yang berbeda dengan memasukan sisi edukatif yang
memberikan suatu workshop dalam bermusik, berbeda jenis alat maupun kemampuan
musik dalam setiap episode-nya. Sebuah episode mempunyai edisi tentang jamming
bareng dengan menampilkan live performance dari bintang tamu yang ditentukan
yaitu musisi yang sudah handal dibidangnya sehingga dapat menjadi suatu tayangan
edukasi sekaligus menghibur yang belum pernah ada di program musik televisi
lainnya. Dijelaskan dalam tayangan tersebut bagaimana ciri suatu band membuat atau
menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, kemudian ditambahkan dengan teknik
khusus tersendiri bagaimana cara memainkan alat musik tersebut yang belum tentu
bisa didapatkan di program musik lainnya. Pada segmen berikutnya juga ada sesi
tanya jawab untuk membahas masalah dalam bermusik khususnya sesuai dengan edisi
pada setiap episode-nya. Kemudian untuk pecinta musik lainnya bisa melihat secara
lebih detail bagaimana teknik-teknik bermusik dipraktekkan secara langsung yang
diadopsi dari teori yang tepat. Acara ini mempunyai suatu karakterisktik yang
terdapat nilai hiburan, edukatif, informatif dan sekaligus sebagai media promosi bagi
bintang tamu yang hadir dalam program musik tersebut.
Gelaran roadshow program RADIOSHOW dari TV One yang terbukti
memberikan nafas baru di blantika musik Indonesia sampai di Malang. Faktanya,
Malang adalah kota pertama yang disambangi program RADIOSHOW dari TV One.
Kota Malang yang juga disebut sebagai kota Pendidikan sehingga memberikan
dukungan atau tolak ukur atas barometer musik Indonesia, mengingat dengan
beragamnya latar belakang budaya setiap mahasiswa. Beberapa keunggulan yang
dimiliki oleh acara RADIOSHOW dari TV One dibandingkan dengan acara musik
yang lain memberikan warna yang berbeda mengingat acara ini merupakan gabungan
dari beberapa acara yang dikemas dalam suatu acara musik (variety show).
Keunggulan tersebut juga menjadi motif bagi pemirsa televisi untuk selalu mengikuti
acara tersebut, motif tersebut merupakan suatu upaya pemirsa televisi untuk
mengikuti acara yang benar-benar memberikan kepuasan ketika menonton.
Selama 2 hari berturut-turut, Lapangan Helipad, Kampus Universitas
Muhammadiyah Malang dibanjiri penggemar musik di malam hari. Kalau di hari
pertama, Sabtu (17/6) ada Silvia Sartje, D Kill Band dan anak-anak punk Begundal
Lowokwaru, di hari kedua Minggu (18/6) band lawasElpamas dan Snickers and The
Chicken Fighters (SATCF) yang sedang booming akan memanaskan lapangan
helipad.
Dalam akun resmi @RadioShow_tvOne, mereka menyampaikan kekaguman
atas sambutan hangat para mahasiswa yang berada di Kota Malang. Sayang memang
hanya sedikit band-band lokal Malang yang bermain di acara yang memang terbatas
waktunya itu. Silvia Sartje, Elpamas, D Kill, Begundal Lowokwaru dan SATCF
hanyalah sebagian kecil dari begitu banyak potensi Malang. (Kapanlagi.com)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Motif apa saja yang muncul dalam menonton program Radiroadshow
Live in Universitas Muhammadiyah Malang dikalangan Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2009.
2. Seberapa kuat masing-masing jenis motif mendorong audiens untuk
menonton program Radiroadshow Live in Universitas Muhammadiyah
Malang dikalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Muhammadiyah Malang angkatan 2009.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas dan agar
penelitian ini menjadi lebih terarah secara jelas maka perlu ditetapkan tujuanya.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif
menonton acara program musik televisi Radiroadshow Tvone dikalangan Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Akademis : Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi khasanah ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi audio visual dan nantinya dapat
membantu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan korelasi selanjutnya.
2. Praktis : Diharapkan dapat menjadi masukan dalam membuat program musik
yang sesuai dengan perkembangan musik secara kreatif dan jujur.
E. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production
and distribution of the most broadly shared continousflow of messages in
industrial societes”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indonesia (rakhmat, seperti
yang dikutip Komala, dalam Karnilah, dkk.1999). Dari definisi Gerbner
tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa
pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan
kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu
yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
Menurut Gamble mengemukakan bahwa sesuatu bisa didefinisikan
sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan
modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat
kepada khalayak luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media
modern pula layaknya surat kabar, majalah, televisi, film atau
gabungan diantara media tersebut
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-
pesannya bermaksud mencoba berbagai atau mengetahui satu sama
lain.
3. Pesan adalah milik publik, artinya bahwa pesan ini didapatkan dan
diterima oleh banyak orang.
4. Sebagai sumber komunikasi biasanya organisasi formal seperti
jaringan, ikatan ataupun perkumpulan, dengan kata lain
komunikatornya tidak berasal dari seseorang tapi lembaga.
5. Komunikator diatur oleh gatekeeper (penapis informasi), artinya
pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah
individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media
massa.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda, kalau dalam
jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya,
komunikasi antar personal, dalam komunikasi ini umpan balik
langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat
kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed) (Nurudin,
2007:7).
Media massa selalu berhubungan dengan komunikasi massa
karena komunikasi massa menimbulkan bayangan mengenai televisi,
radio, gambar hidup, surat kabar, buku-buku komik dan sebagainya,
yang mana semua itu merupakan media massa.
Komunikasi massa mungkin bisa dikategorikan sebagai
komunikasi umum, cepat dan selintas. Komunikasi umum, bukannya
bersifat pribadi. Pesan-pesan bukan ditujukan kepada satu orang saja,
isinya pun terbuka bagi setiap orang. Pesan-pesan komunikasi massa
dikatakan cepat dalam arti bahwa pesan-pesan itu dimaksudkan untuk
menjangkau khalayak luas dalam waktu yang relative singkat atau
bahkan dengan segera. Selintas berarti pesan yang dikomunikasikan
biasanya dibuat agar dikonsumsi dengan segera (Rakhmat, 1985: 5).
Menurut Joseph Klapper komunikasi massa menimbulkan
perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum
terjadi daripada perubahan seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi
yang lain (Rakhmat Edisi Revisi, 2007: 232).
2. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai kemampuan untuk memperluas
pandangan, pendengaran dalam jarak yang tidak terbatas, dan dapat melipat
gandakan suara dan kata-kata secara luas, sehingga komunikasi massa
memiliki beberapa fungsi. Fungsi komunikasi massa sama hal nya dengan
definisi komunikasi massa, yakni mempunyai latar belakang dan tujuan yang
berbeda satu sama lain menurut Black and Whitney dalam Nurudin,
(2007:64) adalah sebagai berikut :
a. To inform (menginformasikan)
b. To entertain (memberi hiburan)
c. To persuade (membujuk)
d. Transmission of the culture (transmisi budaya)
3. Pengertian Media Komunikasi
Media komunikasi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk
komunikasi. Pengertian media komunikasi ini juga dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Pengertian
media komunikasi ini menjadi alat bantu atau seperangkat sarana yang
digunakan untuk kelancaran proses komunikasi.
Pengertian media komunikasi bisa bermacam-macam bentuknya
tergantung dari bentuk komunikasi yang dilakukan. Ada beberapa bentuk
komunikasi yang memerlukan media komunikasi, tapi ada juga yang memang
tidak memerlukan media komunikasi seperti komunikasi yang bersifat
langsung atau tatap muka. Sehingga ada sebagian orang yang menggolongkan
paca indera juga merupakan media komunikasi
Bentuk komunikasi yang memerlukan media adalah komunikasi yang
tidak memungkinkan komunikan dan komunikator untuk dapat menjalankan
proses komunikasinya tanpa alat. Biasanya tergantung dari jarak dan posisi
antara komunikator dengan komunikan yang pada akhirnya akan menentukan
komunikasi tersebut memerlukan media atau tidak.
4. Macam-macam Media Komunikasi
Dalam komunikasi massa sendiri, media komunikasi yang digunakan
adalah media komunikasi massa. Pengertian media komunikasi massa ini adalah
alat yang dapat menghubungkan antara sumber dengan penerima yang sifatnya
terbuka. Disini, setiap orang melihat, membaca, atau mendengarnya. Ada dua
jenis media komunikasi massa :
1. Media Cetak
Media yang mempergunakan unsur pencetakan untuk penyampaian
pesannya. Sehingga pesan dapat dilihat atau dibaca oleh massa. Contohnya: surat
kabar, buku, majalah, jurnal, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan
lain sebagainya.
Jenis media komunikasi ini pada awalnya sangat digemari oleh masyarakat karena
termasuk jenis komunikasi yang tergolong murah sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh kalangan masyarakat.
2. Media Elektronik
Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian
pesan dari sumber kepada massa. Pesan dapat dilihat, didengar, atau dibaca oleh
khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekedar media cetak. Apalagi
dengan kemajuan teknologi yang semakin hari semakin cepat. Contohnya televisi,
radio, film, video recording, komputer, electronic board, audio casette, internet
dan sebagainya.
5. Televisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Televisi artinya adalah Sistem
penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan
peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan
mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya
dapat didengar. Televisi memiliki dua jenis pengiriman, penyiaran gambar dan
suara, yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan
sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam di atas pita film
atau pita video.
6. Televisi Sebagai Media Massa Elektronik
Televisi sebagai media massa, dan tumbuh dari teknologi yang ada
sebelumnya. Seperti, telegraf, fotocopy bergerak atau diam, dan rekaman suara.
Menurut wiliam (1975:25), tidak seperti semua bentuk teknologi komunikasi
sebelumnya, televisi adalah sistem yang dirancang bagi proses abstrak
penyebaran dan penerimaan dengan sedikit atau tanpa konten yang jelas. Televisi
mendapati dari media yang telah ada sebelumnya, dan bentuk mereka yang
populer datang dari film, musik, cerita, teater, berita dan olahraga
Saat ini, hampir seluruh masyarakat sudah memiliki televisi. Tidak dapat
dipungkiri pentingnya media elektronik tersebut bagi manusia. Televisi dapat
menyuguhkan berbagai macam acara yang menarik agar dapat dinikmati oleh
masyarakat.
7. Fungsi Televisi
Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada pokoknya
mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan
(Effendy, 1993: 24).
a. Fungsi Penerangan (the information function)
Televisi dianggap sebagai media yang menyiarkan informasi
yang menarik dan memuaskan. Karena disebabkan adanya factor
immediacy dan realism. Immediacy mencakup pengertian langsung
dan dekat. Realism mengandung makna kenyataan. berarti bahwa
stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual
dengan perantaraan mikrofon dan kamera apa adanya sesuai
dengan kenyataan
b. Fungsi Pendidikan (the education function)
Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana
yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak.
Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat.
c. Fungsi Hiburan (the entertainment function)
Fungsi hiburan sangat melekat pada televisi, karena sebagian
besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan.
Menurut Neil Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan
sehingga beliau memperolok masyarakat dengan sindiran
menghibur diri sampai mati. Oleh karenanya sebuah televisi selalu
mempertimbangkan aspek hiburan.
8. Format Acara Televisi
Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar suatu konsep
acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi
yang akan terbagi dalam berbagai critera utama yang disesuaikan dengan
tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Ada tiga bagian dari format acara
televisi yaitu drama (fiksi), non-drama (nonfiksi), dan berita olahraga
(Naratama, 2004: 65).
a. Drama (Fiksi)
Sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta
melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi
yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan
merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam
suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan
tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup
dengan fiksi atau imajinasi khayalan para creator.
b. Non-Drama (Nonfiksi)
Sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta
melalui pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-
hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi
dunia khayalan. Non drama bukanlah suatu runtutan cerita fiksi
dari setiap pelakunya. Untuk itu, format program acara non drama
merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang
mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya,
dan music. Contoh: Talk Show, Konser Musik, Variety Show,
Realiti Show.
c. Berita dan Olahraga
Sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan
informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung
pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan
nilai-nilai factual dan actual yang disajikan dengan ketepatan dan
kecepatan waktu di mana dibutuhkan sifat liputan yang
independen. Contoh: Berita Ekonomi, Liputan Siang dan Laporan
Olahraga.
9. Definisi Veriety Show
Salah satu program yang banyak dilirik oleh stasiun televisi akhir-
akhir ini adalah variety show. Menurut Harold R Hickman, “In the variety
show the ideas is the audience likes to have a little variety in what they watch,
and this can be done within single program. Music, comedy, talk, and dance
can all be mixed into a single program with a common thread to tie ite all
together”. Secara lebih sederhana, Garin Nugroho mengistilahkan variety
show layaknya supermarket yang menawarkan segala rupa hiburan. Konsep
gado-gado yang menayangkan aneka tontonan ini jika dikemas dengan baik,
akan mampu menghadirkan suasana yang berbeda. “This means that lots of
production value will come within the frame-bright color, large etage setting,
fast-paced dialogue, and the use of audience interaction and even
participation when possible”. Program ini menjadi alternatif bagi stasiun tv
karena selain biaya operasionalnya lebih murah, jika acara tersebut sukses,
pencitraan stasiun televisi yang bersangkutan juga ikut terangkat (Idialfero :
2008).
Jika menilik program televisi Indonesia, tayangan variety show
kurang bervariasi jenisnya. Sebagian besar didominasi ajang pencarian bakat.
Ini dimulai ketika Indonsiar menayangkan Akademi Fantasi Indosiar (AFI)
pada 2002, lalu diikuti RCTI dengan Indonesian Idol, TPI dengan Kontes
Dangdut TPI (TPI), Mamamia (Indosiar), Kondang-in (Indosiar), Idola Cilik
(RCTI), Let’s Dance (Global TV), The Master (RCTI), dan acara radio show
yang ada di TV One.
10. Motif
a. Pengertian Motif
Motif pada hakekatnya merupakan suatu pengertian yang melingkupi
semua penggerak dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
Setiap tingkah laku manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Setiap
tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Motif pada
hakekatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya
dorong, keinginan, kebutuhan, dan kemauan (Muslimin, 2004:290).
Motif merujuk pada pendapat Sperling (1982:187) yaitu motif is
defined as attency to activity. Started by a drive and ended by an adjustment.
The adjustment said to satisfy the motif. Artinya motif merupakan suatu
kecederungan untuk melakukan aktivitas yang berasal dari dorongan dalam
diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri dimana penyesuaian ini
dikatakan untuk memuaskan motif.
Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijag, 2006), disebutkan
bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam arti
seseorang yang disadari atau tidak disadarai yang membawa kepada terjadinya
suatu perilaku.
Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwasanya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari
dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai
tujuan tertentu.
b. Macam-Macam Motif
Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel
diukur (Hamidi,2007:142). Adapun untuk memperjelas fokus penelitian maka
dalam definisi operasional ini akan dibahas mengenai indikator dari motif
orientasi kognitif, diversi, integratif personal, dan integratif sosial. Motif
menurut Wood Worth dan Marquis dalam Abu Ahmadi (2007:180)
membedakan motif atas:
1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs),
yaiutu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup
individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan
pernapasan, seks, kebutuhan istirahat.
2. Motif darurat (emergency motives) yaitu merupakan motif untuk tindakan-
tindakan dengan segeran karena sekitar menuntutnya, misalnya motif
untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi
rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.
3. Motif obyektif (obyektive motives), yaitu merupakan motif untuk
mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-
orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi,
minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.
Kalau disederhanakan pembagian Wood Word atas motif itu sebagai
berikut:
1. Motif yang ditentukan oleh keadaan di dalam diri jasmani individu. (
motif Intrinsik)
2. Motif yang ditentukan oleh hubungan antara individu dan lingkungan
(orang dan benda). (motif Ekstrinsik).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya
Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri
seseorang baik di sadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan
tertentu.
Alasan W.A. Gerungan (1991:142-143) motif dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Motif biogenetis yang berkembang pada diri orang dan berasal dari
organisasinya.
2. Motif Sosiogenesis adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari
kebudayaan tempat orang itu berada.
3. Motif Teogenetis yaitu motif yang berasal dari interaksi antara manusia
dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun motif seseorang mengkonsumsi media menurut Mc Quail,
Blumler, Brown (1992), yaitu meliputi:
a. Motif kognitif, yaitu kebutuhan akan infromasi dan kebutuhan untuk
mencapai tingkat tertentu yang diinginkan misalnya memuaskan rasa ingin
tahu dan minat umum atau mencari berita tentang peristiwa dan kondisi.
b. Diversi atau hiburan, keinginan untuk melepas diri dari kejenuhan tekanan
dan kebutuhan akan hiburan.
c. Identitas personal, kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat
sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri yang
bersangkutan.
d. Motif interaksi sosial, keinginan untuk menyesauaian diri dengan
lingkungannya untuk mengikuti keadaan sekitarnya.
10. Audience Televisi
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam,mereka
berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yangditerima,
pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individuini juga bisa
saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterima(Nurudin, 2003 :
96).Masih (dalam Nurudin 2003 : 97-98),
Menurut Hiebert dan kawan-kawan audience dalam komunikasi massa
setidak-tidaknya mempunyai limakarakter yaitu:
1) Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-
individu tersebut memilihproduk media yang mereka gunakan berdasarkan
seleksi kesadaran.
2) Audience cenderung besar. Luas di sini berarti tersebar keberbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa.
3) Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dariberbagai lapisan dan
kategori sosial.
4) Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satusama lain.
5) Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.
Teori Individual Differences Perspective menggambarkan khususnya perilaku
audience. Proses ini berlangsung berdasarkan ide dasar dari stimulus - response. Di
sini tidak ada audience yang relatif sama, pengaruh media massa pada masing-masing
individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu itu yang berasal
dari pengalaman masa lalu.
Sedangkan dalam teori Sosial Categories Perspective mengambil posisi bahwa
ada perkumpulan sosial pada masyarakat yang didasarkan pada karakteristik umum
seperti jenis, kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kesempatan dan seterusnya.
Menurut Frank Biocca (dalam Syahputra, 2006 : 89) memaparkan ada lima
ciri audience aktif yaitu :
1. Selectivity, mempunyai pilihan selektif dalam menggunakan media.
2. Utilitarianisme, penggunaan media ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuan tertentu.
3. Itentionality, secara implisit mengakui penggunaan isimedia untuk maksud
tertentu.
4. Involvement, audience secara aktif mengikuti, berpikir tentang dan
menggunakan media.
5. Impervious to influence, sangat tidak mudah terbujuk oleh media itu sendiri.
Sedangkan menurut Norman H. Andeson (dalam Syahputra, 2006 :89)
mengatakan bahwa sebenarnya semua informasi memiliki potensi
untuk mempengaruhi sikap seseorang. Informasi juga akan membentuk persepsi
audience ketika menerima informasi tersebut.
Dampak dari media televisi yang berhasil menampilkan realitas sosial akan
bisa membuat pemirsa bisa menilai diri sendiri, mental, moral, perilaku, wawasan,
cita-cita dan sebagainya (Kuswandi, 1996 : 22).
11. Teori Uses and Gratification
Teori ini dicetuskan oleh Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa
Hass (1973). Teori Uses and Gratification (Penggunaan dan Kepuasan) ini
menyatakan (mengasumsikan) bahwa orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan-keinginan yang dapat dipenuhi dengan (salah satu caranya)
menggunakan (berlangganan, membaca, menonton atau mendengarkan) media
massa.
Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut orang lalu memilih,
media apa yang hendak digunakan, kemudian juga memilih pesan apa (acara,
rubrik, berita) yang hendak "dinikmati". Tindakan memilih atau menggunakan
tersebut dilakukan karena orang mengharapkan kepuasan atau terpenuhinya
keinginan.
Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan
Davis, 2000) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and
Gratification Media sebagai berikut:
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media
spesifik terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens
4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi
harus dibentuk. Dengan ungkapan lain asumsi teori ini mengatakan bahwa orang
sebenarnya aktif membuat pilihan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginannya. Karena itu teori ini digunakan jika peneliti ingin mengetahui apa
yang dilakukan oleh orang terhadap media (what the people do with mass media).
Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase
(dalam Rosengren dkk., 1974), yaitu:
a) Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan
deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi
media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual
dalam meneliti orientasi audiens.
b) Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-
variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap
perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya
perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
c) Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk
menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif
audiens mungkin berhubungan.
Pendekatan uses and gratification memberikan alternatif untuk memandang
pada hubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorian isi media
berdasarkan fungsinya. (Bungin,2006;284) Dalam teori ini bukan media yang
mempengaruhi khalayak namun justru bagaimana khalayak terpuaskan oleh media
massa. Namun konsep yang diteliti oleh model Palmgreen adalah konsep GS
(Gratification Sought) dan konsep GO (Gratification Obtained).
a) Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu
ketika menggunakan suatu jenis media tertentu (apakah itu surat kabar, televisi
atau radio).
b) Gratification Obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang
setelah mengkonsumsi suatu media tertentu (Winarso&Mariana,2006;37)
Jadi kepuasan khalayak terhadap suatu media tertentu dapat diukur
berdasarkan kesenjangan (discrepancy) antara GS dan GO. Semakin kecil
discrepancynya, semakin memuaskan media tersebut. Sedangkan semakin besar
discrepancynya, semakin tidak memuaskan media tersebut.
Model “Uses and Gratifications”
================================================ Anteseden Motif Penggunaan Media Efek
- Variabel Individual - Personal - Hubungan - Kepuasan
- Variabel Lingkungan - Diversi - Macam Isi - Pengetahuan
- Personal - Hubungan - Kepuasan
Identity dengan isi
==========================================================
Dengan Menggunakan model ini, peneliti berusaha menemukan hubungan
diantara variabel-variabel yang diukur. Sering kali ia hanya meneliti sebagian dari
komponen-komponen dalam gambar diatas.
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia,
jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan
seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan
dengan berbagai cara: Unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau
bermain), bifungsional (informasi, edukasi, fantasisescapist, atau gratifikasi segera-
tertangguhkan), empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal, dan
surveillance; atau surveillance, korelasi, hiburan, tranmisi budaya, dan
multifungsional (lihat Katz, Blumler, Gurevitch, 1974; Greenberg, 1974).
Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification
Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya (dalam
Rosengren dkk., 1974), sebagai berikut:
1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media
John W.C. Johnstone (1974) menganggap bahwa anggota audiens
tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota
kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur.
Sesuai dengan anggapan ini, media berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dan keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas
dan relasi sosial individu-individu tersebut.
Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi
penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-
nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan
menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan
Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada
karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan
asumsi pokok Uses and Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika
anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media
sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang
alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam
hal pengharapan terhadap media itu.
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang
dibentuk melalui dua dimensi:
a) Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
b) Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( baca handsout
”audiens”)
Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) dalam penelitian tentang
penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan
basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur
media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan
persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh.
Garramore (1983) secara eksperimental menggali pengaruh
”rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia
menemukan bahwa anggota audience secara aktif memproses/mencerna isi
media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media
menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian
gratifikasi (GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang
hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS
individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat
dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan
GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:
a) GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang
lain.
b) Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
c) Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
d) GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran
konsumsi media dan efek.
5. Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan
konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
a) Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
b) Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi
dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.
Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan
program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens
membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi
media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai
sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.
6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl (1981) penggagas model uses and effects, menunjukkan
bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum
luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi
mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik.
Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan
perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih
teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
a) Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
b) Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan
audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.
c) Pelepasan (diversion), kebutuhan dasar manusia yang lain
adalah hiburan yang meliputi usaha pembebasan dari rasa
kebosanan, relaksasi, pelepasan emosional dari emosi dan
energi yang terpendam.
d) Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
F. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi konseptual
Untuk membantu peneliti dan pembaca dalam memahami konsep penelitian ini,
maka diperlukan beberapa konsep untuk didefinisikan. Adapun definisi
konsepnya adalah:
1. Program acara Radio roadshow Tv one.
Program acara Radio roadshow Tv one pada tanggal 17 Juni 2012
Di lapangan Helipad Universitas Muhammadiyah Malang, Program ini
merupakan salah satu acara musik yang mengusung tema berbeda dari
tayangan musik lainnya yang juga menggunakan media kampus to
kampus sebagai media interaksi langsung melalui berbagai kota. Acara
ini yang tayang eksklusif dari lapangan Helipad Universitas
Muhammadiyah Malang menyuguhkan tidak hanya penampilan band
Gratification Category Examples
Information
§ Belajar, maupun belajar secara otodidak. § Meningkatkan kesadaran akan keamanan
melalui pengetahuan. § Mencari tahu peristiwa yang sedang terjadi di
sekeliling, maupun di tingkat nasional maupun global.
Personal Identity
§ Mencari model/teladan dalam berperilaku. § Mencari penguatan kepribadian. § Mendalami sosok orang lain secara lebih
mendalam.
Integration and Social Interaction
§ Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan menguatkan rasa saling memiliki.
§ Menghubungkan diri dengan keluarga, kawan maupun masyarakat.
§ Mencari rekan untuk berkomunikasi/bercakap-cakap dan berinteraksi.
Entertainment
§ Melepaskan diri dari permasalahan (eskapisme). § Mengistirahatkan tubuh dan pikiran. § Mengisi waktu luang.
indie kota Malang, juga menampilkan edukasi bermusik kota Malang
dan juga beberapa wirausaha dari Mahasiswa yang juga menjadi
inspirasi buat mahasiswa lain dan juga tentunya penonton di rumah.
Pada hari Sabtu dan Minggu tayang selama dua jam yaitu pukul 23.00 –
pukul 01.00 WIB. Selama 2 hari berturut-turut, Lapangan Helipad,
Kampus Universitas Muhammadiyah Malang dibanjiri penggemar
musik di malam hari. Kalau di hari pertama, Sabtu (17/6) ada Silvia
Sartje, D Kill Band dan anak-anak punk Begundal Lowokwaru, di hari
kedua Minggu (18/6) band lawas Elpamas dan Snickers and The
Chicken Fighters (SATCF)
2. Motif menyaksikan Acara musik RadioRoadshow "Live In Malang"
Motif merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang
berorientasi pada pemuasan kebutuhan. Karena itu motif tidak harus
dipersepsikan secara sadar sebab motif yang mendasari perilaku
seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Dalam hal ini motif yang dimaksud adalah motif
intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik adalah motif ataupun motivasi
yang datang dari dalam diri individu itu sendiri ketika ia ingin
memenuhi kebutuhannya. Motif ini terjadi tanpa adanya dorongan dari
luar. Sedangkan motif ekstrinsik yaitu motif ataupun motivasi yang
berasal dari luar diri individu, dimana tingkah laku yang ditunjukkan
oleh individu disebabkan oleh dorongan dari luar.
3. Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang dimaksud adalah
mahasiswa/mahasiswi yang sedang menempuh atau menyelesaikan
proses belajar tentang audio wisual di Universitas Muhammadiyah
Malang. Responden yang akan diteliti merupakan mahasiswa/mahasiswi
Ilmu Komunikasi, Dan lebih spesifik lagi mahasiswa yang akan menjadi
responden yaitu mahasiswa/mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2009.
Karena jumlah mahasiswa angkatan 2009 sudah dianggap cukup
mewakili sebagai responden yang akan diteliti.
2. Definisi operasional
Sebagai petunjuk untuk mempertegas fokus penelitian, maka dalam definisi
operasional ini ditentukan indikator dari motif intrinsik dan ekstrinsik secara
lebih spesifik. Berikut adalah indikator-indikator penenlitian ini:
1. Motif kognitif, yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk
memperoleh pengetahuan dengan menonton acara RadioRoadshow "Live In
Malang".
2. Diversi atau hiburan, merupakan motivasi seseorang dengan menonton
RadioRoadshow "Live In Malang" dengan harapan mendapatkan hiburan.
3. Identitas personal, merupakan bentuk motivasi dari seseorang untuk
menonton RadioRoadshow "Live In Malang" karena merupakan cerminan
dari dirinya.
4. Motif interaksi sosial, merupakan motivasi seseorang untuk menonton
RadioRoadshow "Live In Malang" karena berupaya untuk menambah
wawasan terkait dengan acara musik.
G. METODE PENELITIAN
1.Pendekatan dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana penelitan
Kuantitatif itu sendiri menggunakan Ukuran, Jumlah atau frekuensi yang
menghasilkan data berupa angka.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini yaitu penelitian survey adalah penelitian yang mengambil
sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
yang pokok (Singarimbun, 1995). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif
yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey
adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan
dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada
survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan
seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai. Penggalian data dapat
melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data
melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-
mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan
juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari
survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan
untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat
superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan
analisa secara bertahap. Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat
pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample
besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan
untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan
(eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa,
evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating,
penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social (Arikunto
1998:180)
3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi lingkupnya pada mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2009.
4. Populasi
Populasi (Sumber : Riduan, hal. 8-10), Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti. (Sugiyono) Populasi adalah berkenaan dengan data.
(Nazir) Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung
maupun hasil pengukuran kuantitatif atau kualitatif dan pada karasteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyek yang lengkap. (Nawawi) Populasi adalah keseluruhan
dari karasteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian yaitu
sebanyak 321 mahasiswa. Populasi terbagi dua, yaitu :
a. Populasi terbatas, populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasnya
secara kuantitatif sehingga dapat dihutung jumlahnya. Contoh : Jumlah Penduduk,
jumlah mahasiswa yang mendapat bea siswa. Dsb.
b. Populasi tak terbatas, Sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya
sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah Contoh : Mencari
logam mulia (mendulang emas)
Berdasarkan sifatnya, populasi terbagi dua :
a. Populasi homogen, adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama
sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi Heterogen, adalah sumber data yang umumnya memiliki sifat atau
keadaan yang berbeda (bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Arikunto 1998:192).
H. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari
populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Simple Random Sampling
Untuk menghilangkan kemungkinan bias, Peneliti mengambil sampel random
sederhana atau sampel acak. Pengambilan sampel dari semua anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
Hal ini dapat dilakukan apabila anggota poipulasi dianggap homogen. Teknik
sampling ini seperti pada gambar berikut:
1. Menentukan Jumlah Sampel
Untuk dapat menentukan dengan tepat banyaknya jumlah subyek penelitian
yang harus diambil, paneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi unit
analisis dari penelitian. Unit analisis atau satuan subyek yang dianalisis sangat
tergantung pada siapa yang diteliti. Apabila penelitian tentang siswa maka sebagai
unit analisis adalah siswa.
Besarnya jumlah sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang mewakili 100% populasi adalah sama dengan jumlah populasi. Makin
besar jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka peluang kesalahan dalam
melakukan generalisasi akan semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah
sampel penelitian maka diduga akan semakin besar kemungkinan kesalahan dalam
melakukan generalisasi. Untuk jumlah subyek dalam populasi sebanyak 100 sampai
150 subyek, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak lebih kurang 25-30%.
Dalam pemelitian ini jumlah sampel penelitian ditentukan sebanyak 25% dari total
populasi yaitu sebanyak 321 mahasiswa, yaitu sebanyak 80 mahasiswa.
2. Menentukan Anggota Sampel
Secara umum terdapat dua teknik sampling, yaitu: (1) teknik probaility, dan
(2) teknik non-probability. Teknik sampling probability adalah teknik yang memberi
peluang yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Pengambilan sampel secara acak/random dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Apabila pengambilan sampel dilakukan
dengan undian maka setiap anggota populasi diberi nomor sesuai dengan jumlah
populasi. Penarikan sampel dengan cara mencabut satu demi satu nomor yang ada
pada kotak undian sampai mencapai jumlah sampel yang telah ditetapkan dengan
rumus cohran atau dengan persentase.
I. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode
tertentu sesuai dengan tujuannya. Ada berbagai metode, antara lain; observasi
(pengamatan), kuesioner atau angket dan dokumentasi. Metode yang dipilih untuk
setiap variabel tergantung pada berbagai faktor terutama jenis data dan ciri responden.
Berikut ini adalah metode pengumpulan data suatu penelitian.
1) Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data maupun arsip-arsip
tertulis berupa profil Universitas Muhammadiyah Malang dan gambaran program
acara Radioroadshow “episode Live in Malang” di Tvone.
2) Kuisioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-
hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140). Kuesioner dipakai untuk
menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket
atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
J. Teknik Pengukuran Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif, yaitu
analisis terhadap data yang telah diberi skor sesuai dengan skala pengukuran yang
telah ditetapkan dan untuk menganalisis data-data tersebut akan dilakukan dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik. Menggunakan data instrumen skala ordinal.
Dalam penelitian ini menggunakan skala likert karena skala Likert mempunyai
gradasi dari positif hingga negatif (Sugiyono, 2002:107). Selain itu juga untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial dengan sistem skor sebagai berikut:
1. Pilihan jawaban alternafif jawaban (a) diberi skor (5)
2. Pilihan jawaban alternafif jawaban (b) diberi skor (4)
3. Pilihan jawaban alternafif jawaban (c) diberi skor (3)
4. Pilihan jawaban alternafif jawaban (d) diberi skor (2)
5. Pilihan jawaban alternafif jawaban (e) diberi skor (1)
K. Uji Instrumen
1). Uji Validitas Data
Menurut Widayat (2004:87) validitas adalah suatu pengukuran yang mengacu
pada proses dimana pengukuran benar-benar bebas dari kesalahan sistimatis dan
kesalahan random. Pengukuran yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pada penelitian ini, digunakan validitas Pearson berdasarkan rumus korelasi
product moment. Adapun kriteria pengujiannya adalah: Apabila r hitung < r tabel maka
tidak terdapat data yang valid sedangkan apabila r hitung > r tabel terdapat data yang
valid.
Nilai r hitung dapat diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut:
r = 2222 Y)( - Y .n . X)( - X .n
Y)( . X)( - XY .n ∑∑∑∑
∑∑∑
Dimana:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah sampel
X = Skor tiap butir Y = Skor Total
2). Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana instrument tersebut
dapat diberikan hasil yang relatif sama bisa dilakukan pengukuran kembali terhadap
subyek yang sama. Suatu instrumen yang mempunyai reliabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa instrumen tersebut mantab. Suatu alat ukur yang mantab tidak
berubah-rubah pengukurannya, artinya meskipun alat itu digunakan berkali-kali akan
memberikan hasil yang hampir serupa.
Dalam penelitian ini, reliabilitas diukur dengan metode konsistensi internal
dengan teknik Reliabilitas Alpha, (Arikunto 1998:192). Dengan rumus sebagai
berikut:
=
Dimana :
k = Banyaknya belahan tes
α ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡1-kk
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡− ∑2
x
2j
ss
1
sj2 = Varian belahan j; j= 1,2,…..k
sx2 = Varians skor tes
Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila nilai reliabilitas instrumen diatas
0,6 atau 60%, berarti terdapat data yang reliabel pada tingkat kepercayaan 95%.
Sebaliknya jika nilai reliabilitas kurang dari 0,6 atau 60% berarti tidak terdapat data
yang reliabel pada tingkat kepercayaan 95%.
L. Teknik Analisa Data
Setelah data didapat, selanjutnya akan dianalisis dengan metode yang sesuai
dan mudah dipahami. Tujuannya agar data mentah yang didapat di lapangan
mempunyai arti dan makna guna menjawab permasalahan yang ada. Dalam penelitian
ini analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif, yaitu analisis terhadap
data yang telah diberi skor sesuai dengan skala pengukuran yang telah ditetapkan dan
untuk menganalisis data-data tersebut akan dilakukan dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik. Adapun persamaan yang digunakan yaitu:
Rata-Rata = nf.x∑
Dimana:
fx = Jumlah Frekuensi Jawaban responden
n = Jumlah responden