bab i pendahuluan a. latar belakang...

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Tingkat keefektifan pembelajaran disekolah dasar salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Anak sekolah dasar berada pada usia keemasan (The Golden Years) yang merupakan masa yang sangat pesat dalam periode perkambangannya. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan. Guru harus merencanakan suasana pembelajaran secara matang agar anak mendapatkan kesempatan berinteraksi secara optimal. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali dan membagi-bagi ide pada anak. Strategi pembelajaran ini mendorong anak untuk melakukan kegiatan dalam bentuk kerjasama dan sikap tanggungjawab kepada teman satu kelompoknya dan sikap tanggungjawab pada dirinya (Saputra, 2007, hlm. 23). Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani.

Upload: ngodan

Post on 17-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering

terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara

otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang

berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya

dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan

kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Tingkat keefektifan pembelajaran disekolah dasar salah satunya dipengaruhi

oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan

ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Anak

sekolah dasar berada pada usia keemasan (The Golden Years) yang merupakan

masa yang sangat pesat dalam periode perkambangannya. Anak pada usia tersebut

mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek

perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan. Guru harus

merencanakan suasana pembelajaran secara matang agar anak mendapatkan

kesempatan berinteraksi secara optimal. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu

strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali dan membagi-bagi ide pada

anak. Strategi pembelajaran ini mendorong anak untuk melakukan kegiatan dalam

bentuk kerjasama dan sikap tanggungjawab kepada teman satu kelompoknya dan

sikap tanggungjawab pada dirinya (Saputra, 2007, hlm. 23).

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani,

keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional,

keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

2

Peranan pendidikan sangat penting yakni memberikan kesempatan kepada siswa

untuk terlibat langsung dalam pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang

dilakukan secara sistematis. Pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina,

sekaligus membentuk gaya hidup sehat sepanjang hayat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan

mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan

(olaharaga), internalisasi seperti sportifitas, kejujuran, kerjasama, disiplin, dan

bertanggung jawab, sebab tingkat keefektifan pembelajaran disekolah dasar salah

satunya dipengruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional

objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau

dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu

(Haryanto, 2012, hlm. 1). Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang

makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah dasar hendaknya

oleh guru dilakukan dengan memilih pendekatan yang tepat, sehingga anak

mendukung hasil pembelajaran itu sendiri. Dengan penggunaan pendekatan yang

tepat akan berpengaruh pada keaktifan dan ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Bagi seorang guru pendidikan jasmani harus memberi motivasi untuk

bermain pada diri anak didiknya sebagai langkah untuk digunakan penyidikan

dalam pendidikan selanjutnya. Bentuk variasi permainan yang menarik akan

meningkatkan minat anak untuk mengikuti pelajaran. Apapun faktor-faktor

pendidikan jasmani disekolah dasar harus didukung dengan : ketauladan guru

pendidikan jasmani dalam menyampaikan materi ajar dan meningkatkan hasrat

kemauan anak untuk mengikuti pelajaran yang ditunjang dengan alat dan fasilitas

pembelajaran. Andai kata keterbatasan alat dan fasilitas kurang memadai maka

seorang guru pendidikan jasmani dengan kreatifitasnya dapat memodifikasi

pembelajaran melalui model permainan untuk meningkatkan motivasi peserta

didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan

ketangkasan seperti senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

3

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak disamping melatih keberanian,

kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan /konsep yang relevan serta

nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Di dalam pembelajaran senam terdapat

tantangan-tantangan yang harus siswa hadapi dimana semua itu memerlukan

pengawasan yang ekstra ketat, tidak sedikit permasalahan yang timbul itu

menyangkut masalah psikologi tentang ketegangan dalam melakukan

keterampilan gerak dasar senam yang menyangkut keberanian.

Menurut Mahendra, (2001, hlm. 1) Senam merupakan aktivitas jasmani yang

efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, gerakannya

merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan

daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Standar kompetensi bahan kajian mata

pelajaran pendidikan jasmani ruang lingkup uji diri/senam kelas VI sekolah dasar

adalah melakukan latihan ketangkasan dengan baik dan memiliki pengetahuan /

konsep serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Untuk pembelajaran reaksi

gerak di sekolah dasar lebih menekan pada proses. Namun orientasi pendidikan

lebih cepat, lebih jauh dan lebih tinggi, dapat juga disiapkan.

Berdasarkan data empirik pada tanggal 16 Februari 2015 di SDN Sukawangi

Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang mengenai pembelajaran loncat

harimau ditemukan data sebagai berikut.

Pada saat peneliti melaksanakan observasi terhadap kinerja guru dalam KBM

gerak dasar loncat harimau, ternyata masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

Permasalahan pada proses pembelajaran yaitu:

- Sebagian besar tidak berorientasi kepada perencanaan pembelajaran yang

telah dibuat.

- Guru hanya menyampaikan sebuah teori melalui metode ceramah dan

komando saja.

- Pada saat pembelajaran yang dilakukan banyak mendemonstrasikan

aktivitas pembelajaran secara umum.

Pada saat peneliti melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa dalam

KBM gerak dasar loncat harimau, ternyata masih perlu diperbaiki dan

ditingkatkan, permasalahan yang muncul itu adalah:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

4

- Permasalahan pada aktivitas siswa ini sebagai dampak dari prilaku kinerja

guru, sehingga sebagaian besar siswa tidak menguasai gerak dasar loncat

harimau.

- Saat KBM berlangsung sebagian besar siswa kurang disiplin, semangat

dan kerjasama pada implementasi pembelajaran gerak dasar loncat

harimau.

- Informasi yang diserap oleh siswa terbatas mengenai gerak dasar loncat

harimau, mengakibatkan ketidaksiapan siswa dalam melakukan gerak

dasar loncat harimau.

Pada proses KBM tidak didukung oleh alat dan media pembelajaran, seperti:

- Matras yang kurang layak.

- Alur pembelajaran tidak sistematis sesuai alur KBM yaitu apresepsi (pra

pembelajaran), eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta evaluasi di akhir

pembelajaran. Karena tempat pelaksanaan kurang memungkinkan.

- Jumlah matras yang terbatas.

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Sukawangi

Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang, ternyata belum tercapai dan

hasilnya tidak sesuai dengan KKM yang diharapkan. Hasil pembelajaran tersebut

dari tes awal loncat harimau bisa dilihat pada tabel 1.1.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

5

Tabel 1.1

Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal)

Deskriptor:

Sikap awal

1. Sikap berdiri tegak

2. Sikap mengambil ancang-ancang dengan kecepatan disesuaikan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

6

3. Beberapa langkah terakhir bersikap melakukan tolakan.

4. Melangkah dengan irama yang tepat.

Sikap Pelaksanaan

1. Tolakan kedua kaki sehingga badan terdorong ke depan.

2. Pergelangan kaki dan lutut debengkokan untuk meloncat ke atas dan ke

depan.

3. Setelah itu tungkai lurus, lengan diayunkan ke depan.

4. Lengan mendarat lebih dahulu pada matras.

Sikap akhir

1. Tekuk kepala hingga menunduk

2. Punggung dibulatkan sehingga terjadi gulingan ke depan.

3. Akhiri dengan posisi jongkok serta

4. Tangan lurus kedepan.

Nilai Penjelasan

1 Satu deskriptor nampak

2 Dua deskriptor nampak

3 Tiga deskriptor nampak

4 Empat deskriptor nampak

Keterangan : KKM = 70

Dari jumlah siswa 22 orang, laki-laki 8 orang dan perempuan 14 orang. Siswa

yang memenuhi kriteria pencapaian KKM berjumlah 10 orang sedangkan sisanya

sebanyak 12 orang belum mencapai KKM. Hal ini menggambarkan bahwa

keberanian siswa serta kreatifitasnya kurang berkembang dengan baik karena guru

selalu menyampaikan materi yang baku, sehingga tidak memberi kesempatan

kepada siswa untuk kreatif mengembangkan belajarnya secara mandiri.

Kriteria Penilaian

Skor ideal = 9

KKM = 70

NA = Jumlah skor yang didapat x 100

Jumlah skor ideal

Siswa dikatakan tuntas apabila mendapat skor ≥ 7 atau mendapat nilai ≥

KKM yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan tidak tuntas apabila mendapat skor

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

7

< 7 atau mendapat nilai < KKM yang telah ditetapkan. Hasil observasi dan tes

menyimpulkan bahwa yang menjadi kesulitan siswa adalah :

a. Takut melakukan awalan melompat

b. Kesalahan melakukan gerakan berguling

c. Tidak mempunyai keberanian

Tabel 1.2

Hasil Penliaian Observasi Afektif Siswa Data Awal

No Nama

Aspek yang dinilai Skor Nilai

Kriteria Motivasi Disiplin Sportivitas

1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K 1. Ai Gina √ √ √ 6 66,67 √ 2. Ai. N

√ √ √ 7 77,78 √ 3. Cecep. A

√ √ √ 6 66,67 √ 4. Dini. S

√ √ √ 8 88,89 √ 5. Evi Rian √ √ √ 5 55,56 √ 6. Jajang. S

√ √ √ 5 55,56 √ 7. Jujun √ √ √ 8 88,89 √ 8. Liani

√ √ √ 5 55,56 √ 9. Mela. A √ √ √ 7 77,78 √

10. Nani. S √ √ √ 8 88,89 √ 11. Nia. S √ √ √ 5 55,56 √ 12. Qoriah √ √ √ 5 55,56 √ 13. Ramdan √ √ √ 6 66,67 √ 14. Rani. S √ √ √ 3 33,33 √ 15. Rian. S √ √ √ 8 88,89 √ 16. Rohman √ √ √ 4 44,44 √ 17. Rosmayanti √ √ √ 6 66,67 √ 18. Sandi. M √ √ √ 5 55,56 √ 19. Siti Latifah √ √ √ 8 88,89 √ 20. Tiara Aulia √ √ √ 3 33,33 √ 21. Widi. N √ √ √ 5 55,56 √ 22. Wulan. N √ √ √ 6 66,67 √

JUMLAH 181 7 12 3

Persentase 67,04% 36,67% 53,33% 10,00%

Deskriptor :

a) Motivasi

1) Kerja keras

2) Keberanian

3) Kreativitas

b) Disiplin

1) Mentaati aturan

2) Menjaga ketertiban

3) Bersikap sopan

c) Sportivitas

1) Mengakui kesalahan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

8

2) Tidak mencelakai orang lain

3) Menerima kelebihan orang lain

Nilai Penjelasan

1 Satu deskriptor nampak

2 Dua deskriptor nampak

3 Tiga deskriptor nampak

Penentuan kriteria menggunakan rentang sebagai berikut :

Jumlah 7 - 9 = B, 5 – 6,99 = C, 3 – 4,99 = K

Dalam Tabel 1.2 tercantum data hasil pengamatan sikap dan perilaku

siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa yang mendapat kriteria baik pada

Aktivitas siswa data awal mencapai 36,67% atau 7 orang. Kriteria cukup sebesar

53,33 atau 12 orang dan yang mendapat kriteria kurang sebesar 10,00% atau

sebanyak 3 orang. Secara keseluruhan persentase ketercapaian aktivitas siswa

67,04%.

Dengan demikian dari hasil tes awal kognitif ini diperoleh informasi bahwa

pada umumnya siswa kelas VI SDN Sukawangi Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Sumedang belum menguasai secara baik gerak dasar loncat harimau.

Secara spesifik penyebab utama kesulitan ini peneliti meninjau dari dua sisi

yaitu kreatifitas guru untuk mengembangkan proses pembelajaran dan kreatifitas

siswa dan keberaniannya kurang.

Berdasarkan data empirik di atas maka dalam pemecahan pembelajaran akan

menggunakan model pembelajaran yang bisa dikembangkan salah satunya dengan

cara menerapkan model pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran Langsung)

agar peserta didik dapat memahami tujuan pembelajaran, melakukan latihan

secara periodik serta dapat mendemonstrasikan gerakan juga bisa memecahkan

masalah dalam kesulitan sebagai umpan balik antara siswa dengan siswa, dan

siswa dengan guru. (Rosenshina dan Stevens, 1986, hlm 18, maka peneliti

mengambil judul “MENINGKATKAN GERAK DASAR LONCAT

HARIMAU MELALUI MODEL EXPLICIT INTRUCTION PADA ANAK

KELAS VI SDN SUKAWANGI KECAMATAN PAMULIHAN

KABUPATEN SUMEDANG”.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang berada di SDN Sukawangi, Kecamatan

Pamulihan, Kabupaten Sumedang dalam hal afektif siswa mengalami kesulitan

dalam melakukan gerak dasar loncat harimau dikarenakan siswa kurang berani

dan tidak percaya diri. Hal ini tampak pada wajah mereka yang suka meringis dan

sering mengatakan aduh. Ini terjadi ketika dalam hal psikomotor siswa melakukan

pendaratan, matras yang digunakan terlalu tipis. Dan ketika melakukan tolakan

banyak siswa yang setengah hati melakukannya, sehingga daya tolaknya kurang

maksimal.

Penyebab yang terjadi pada paparan di atas dikarenakan secara kognitif

siswa banyak yang belum memahami gerakan-gerakan dalam rangkaian loncat

harimau, juga dikarenakan kekurangan contoh gerakan yang benar mengenai

gerak dasar loncat harimau, Sehingga peneliti ajukan dalam meningkatkan gerak

dasar loncat harimau melalui media kardus pada siswa kelas VI SD.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar

loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI sekolah

dasar negeri Sukawangi ?

2. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar

loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI SDN

Sukawangi ?

3. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan gerak

dasar loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI

SDN Sukawangi?

4. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan

gerak dasar loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas

VI SDN Sukawangi?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

10

D. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang berada di SDN Sukawangi, Kecamatan

Pamulihan, Kabupaten Sumedang, permasalahan pada proses pembelajaran yaitu

sebagian besar tidak berorientasi kepada perencanaan pembelajaran yang telah

dibuat, guru hanya menyampaikan sebuah teori melalui metode ceramah dan

komando saja, kemudian banyak mendemonstrasikan aktivitas pembelajaran

secara umum. Permasalahan pada aktivitas siswa ini sebagai dampak dari prilaku

kinerja guru, sehingga sebagaian besar siswa tidak menguasai gerak dasar loncat

harimau. Saat KBM berlangsung sebagian besar siswa kurang disiplin, semangat

dan kerjasama pada implementasi pembelajaran gerak dasar loncat harimau.

Dalam hal afektif siswa mengalami kesulitan dalam melakukan gerak dasar loncat

harimau dikarenakan siswa kurang berani dan tidak percaya diri. Hal ini tampak

pada wajah mereka yang suka meringis dan sering mengatakan aduh. Ini terjadi

ketika dalam hal psikomotor siswa melakukan pendaratan, matras yang digunakan

terlalu tipis. Dan ketika melakukan tolakan banyak siswa yang setengah hati

melakukannya, sehingga daya tolaknya kurang maksimal.

Penyebab yang terjadi pada paparan di atas dikarenakan secara kognitif siswa

banyak yang belum memahami gerakan-gerakan dalam rangkaian loncat harimau,

juga dikarenakan kekurangan contoh gerakan yang benar mengenai gerak dasar

loncat harimau, penyampaian materi oleh guru tentang gerak dasar loncat harimau

masih belum lengkap karena pemberian contoh hanya dilakukan oleh siswa lain

yang gerakannya kurang baik. Sarana prasarana yang kurang mendukungpun

menjadi faktor penyebab, seperti matras yang tersedia sudah tidak layak untuk

digunakan.

Guru mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan belajar

mengajar bagi anak didiknya. Model mengajar sangat penting dalam proses

belajar mengajar, karena model mengajar merupakan strategi atau cara menyiasati

pengajaran agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam memperbaiki proses pembelajaran

yang tidak berjalan dengan efektif yaitu model explicit Intruction. Model

pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung

agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

11

menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini

sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil

pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan prosedural

(Eko, 2011, hlm. 5).

Dengan menggunakan model explicit Intruction diharapkan dapat

memperbaiki dan merubah suasana pembelajaran, permasalahan-permasalahan

yang muncul pada pembelajaran sebelumnya dapat diatasi dengan menggunakan

model explicit Intruction. Salah satu model pembelajaran yang bisa

dikembangkan salah satunya dengan cara menerapkan model explicit Intruction.

Langkah-langkah penerapan model explicit Intruction sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2. Guru mendemonstrasikan materi

3. Guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran

4. Guru memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran dan setelah

proses pembelajaran

5. Dilanjutkan dengan pembelajaran mandiri.

model explicit Intruction merupakan simbolisasi dari pengetahuan seorang

guru dalam menerapkan pengetahuannya tersebut yang mempunyai bermacam-

macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya model explicit

Intruction tetap memperhatikan anak didiknya dalam proses pembelajaran, dalam

hal ini pembelajaran gerak dasar loncat harimau. Dengan demikian bentuk atau

wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya

untuk memperbaiki pembelajaran, Sehingga peneliti ajukan model explicit

intruction dalam meningkatkan gerak dasar loncat harimau melalui media kardus

pada siswa kelas VI SD.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang peneliti paparkan, maka penelitian tindakan kelas

ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar

loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI SDN

Sukawangi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

12

2. Mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan gerak

dasar loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI

SDN Sukawangi.

3. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan gerak

dasar loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas VI

SDN Sukawangi.

4. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan

gerak dasar loncat harimau melalui model explicit intruction pada anak kelas

VI SDN Sukawangi.

F. Manfaat Penelitian

Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat bagi siswa

a. Dengan adanya penggunaan media kardus pada gerak dasar loncat harimau

siswa mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran.

b. Melalui media kardus pada gerak loncat harimau siswa dapat menggali

gagasan – gagasan sendiri.

c. Memotivasi semangat belajar siswa serta dapat meningkatkan keberanian,

rasa percaya diri, kemandirian dan kerjasama.

2. Manfaat bagi guru

a. Untuk meningkatkan kualitas mengajar dengan media kardus pada gerak

dasar loncat harimau

b. Untuk meningkatkan kreatifitas mengajar serta memahami kreativitas dan

kompetensi siswa.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Hasil penelitian in dapat dijadikan sekolah untuk mengembangkan model

pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi guru-guru yang lain untuk

mengembangkan model pembelajaran.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/19756/3/s_pgsd_penjas_1105656_chapter... · Daftar Nilai Siswa Kelas VI (Tes Awal) Deskriptor: ... juga dikarenakan kekurangan

13

4. Manfaat bagi penelitian

a. Dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran model

pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran Langsung).

b. Dapat meningkatkan kreatifitas pembelajaran pendidikan jasmani

c. Dapat mengatahui tingkat keberhasilan pengembangan model

pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran Langsung).

5. Manfaat bagi lembaga

Hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian ini sangat bermanfaat sebagai

kajian, khususnya bagi program studi pendidikan jasmani sebagai lembaga

yang memproduksi guru.

G. Definisi Operasional

Penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli

berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu

teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu

kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah

terencana dan tersusun sebelumnya (KBBI, 2010, hlm. 57).

Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara

langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan

secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran

ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil

pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan prosedural

(Eko, 2011, hlm. 5).

Media Kardus Kardus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kotak yang

terbuat dari kertas tebal bekas kemasan mie instant (Dadi, 2009, hlm. 13)

Gerak Dasar Loncat Harimau suatu gerakan yang menyerupai gerak guling

depan, hanya saja gerakannya dilakukan dengan awalan suatu loncatan jauh ke

depan dan mendarat dengan kedua lengan dan berguling seperti pada guling depan

(Purnama, 2014, hlm: 1).