bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/62262/3/4.1 bab i.pdf · remaja...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan
bermasyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks
dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, ada
perangkat penting yang harus dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan, guna
menciptakan pendidikan yang relevan dengan kemajuan masyarakat.
Perangkat tersebut termuat dan tergambar dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
pendidikan. Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu
pendidikan di sekolah yang tidak memiliki kurikulum. Kurikulum
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
mencapai tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson, kurikulum
merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.1
Kurikulum dan pembelajaran adalah kegiatan inti sekolah dan
pengelolaannya merupakan bagian yang sangat penting dari manajemen
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (teori dan praktik) (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 5.
2
sekolah. Manajemen kurikulum dan kegiatan pembelajarannya mencakup
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum.2
Ada delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dijadikan
acuan dan tolak ukur untuk menilai apakah suatu satuan pendidikan itu
berkualitas tinggi atau rendah. Seperti yang dituangkan dalam peraturan
pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasioal Pendidikan,3bahwa Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat.
Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Salah satunya standar isi adalah ruang lingkup
materi dan tingkatan kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan
stuktur kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan. Standar isi dan standar
proses memiliki saling keterkaitan, standar proses merupakan pelaksanaan
dari standar isi yang mencakup dalam setiap tahun pendidik melakukan
perencanaan, pelaksanaan, perencanaan serta pengawasan demi tercapainya
pembelajaran yang efektif, proses pembelajaran termasuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pelaksanaan kurikulum dilaksanakan
dengan inspiratif dan interaktif, penilaian dapat menggunakan tes tulis atau
2 Nurdin Marty, Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah dalam Era Otonomi
Daerah (Yogyakarta: Aksara Madani, 2008), hlm.85. 3 Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandung : Rosda Karya, 2007), hlm. 24.
3
praktik, dan pengawasan melalui pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan
dan pengambilan solusi.
Kurikulum Cambridge memberikan pengaruh besar terhadap
keberhasilan peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, terdapat
materi dan kerangka kurikulum yang jelas dan pengimplementasiannya
masuk kepada standar proses dengan menjalankan yang sudah direncanakan
secara matang yaitu dengan melaksanakan pembelajaran Cambridge dengan
sangat menyenangkan, adanya framework (silabus) maupun lesson plan atau
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan adanya evaluasi demi
tercapainya hasil yang lebih baik lagi.
Bagi sekolah yang sudah melaksanakan Standar Nasional pendidikan
diarahkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sekolah Bertaraf
Internasional adalah sekolah atau madrasah yang sudah memenuhi standar
pendidikan nasional dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan
salah satu anggota Organization for Economic Development (OECD) atau
negara tertentu yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat Internasional.4
Singkatnya, dalam mendirikan SBI yaitu dengan memastikan sekolah tersebut
sudah menerapkan standar pendidikan nasional, apabila sudah langkah
selanjutnya adalah adaptasi kurikulum yaitu dengan memasukkan kegiatan
dan improvisasi yang berwawasan Internasional yang sesuai dengan
kurikulum yang diadopsi.
4Mohamad Ali, Menyemai Sekolah Bertaraf Internasional (Yogyakarta : Suara
Muhmamadiyah, 2012), hlm. 90.
4
Adaptasi kurikulum Internasional sendiri diartikan sebagai
penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam standar nasional
pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara
anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan. Kemudian, Adopsi kurikulum diartikan
sebagai penambahan unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam standar
nasional pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu
negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.5 OECD pada dasarnya
merupakan organisasi internalisasi yang didirikan di Perancis dalam rangka
membantu pemerintahan dalam menghadapi tantangan globalisasi ekonomi.6
Proses penyusunan kurikulum adaptif, ditempuh dengan cara
brenchmarking curriculum. Secara umum diketahui bahwa brenchmarking
curriculum atau kurikulum rujukan adalah proses untuk mendukung
peningkatan kurikulum melalui kombinasi antara kurikulum dalam negeri
dengan kurikulum luar negeri, negara luar yang menjadi acuan penilaian
adalah negara maju.
Pengadaptasian dan pengembangan kurikulum yang dilakukan, harus
menganut prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, cara yang dilakukan
adalah dengan menganalisa kompetensi dan materi yang terdapat dalam
kurikulum Internasional, kemudian mengupayakan penggabungan serta
5 Departement Pendidikan Nasional, Panduan Final Kurikulum Sekolah Bertaraf
Internasional (Jakarta : Depdiknas, 2007), hlm. 1-2. 6 Diakses pada https://id.wikipedia.org diunduh pada tanggal 24 November 2017, pukul
05.57.
5
penambahan materi yang ada dalam kurikulum Nasional dan Internasional
tersebut agar menjadi satu kesatuan kurikulum yang mengakomodasi kedua
tujuan kurikulum.
Kurikulum Internasional yang populer digunakan di Indonesia yaitu
kurikulum Cambridge Internasional Examinations (CIE). Cambridge
Internasional Examinations (CIE) adalah bagian dari Cambridge Assesment
Group, organisasi dibawah University of Cambridge. Jaringan penyelenggara
sistem kurikulum ini telah digunakan lebih dari 150 negara. Kurikulum ini
menekankan fleksibilitas, sejak pendidikan dasar hingga menengah.7
Cambridge IGCSE, Cambridge AS dan A level telah diakui oleh
berbagai universitas dan perusahaan dunia terkemuka sebagai bukti terdepan
di dalam kemampuan akademis. Cambridge IGCSE, adalah kurikulum
Internasional yang paling popular di dunia selama 16 tahun, dan sekolah yang
menerapkan kurikulum Cambridge ini sejumlah 3700 sekolah di 140 Negara.
Sedangkan, Cambridge AS dan A level, yang diperuntukkan bagi peserta didik
berusia 16 hingga 19 tahun, telah diimplementasikan di lebih dari 125
negara.8
Kurikulum ini merupakan upaya sekolah dalam mengembangkan
mutu pendidikan, terdapat beberapa sekolah di Indonesia yang menggunakan
kurikulum kombinasi dengan mengacu pada kurikulum Cambridge, ini
dilakukan karena sekolah berkeinginan menghasilkan lulusan berkualitas
yang diakui secara Internasional.
7Lee Satryo Adjie, komparasi IB dan CIE dalam pendidikan dasar, diakses dari
http://cieofuai.wordpress.com, pada tanggal 29 oktober 2017, pukul 13.57. 8Ibid.
6
Lulusan peserta didik dari lembaga kurikulum Cambridge dapat
melanjutkan ke lembaga yang menggunakan kurikulum yang sama tanpa
mengikuti ujian kesetaraan. Sebagaimana yang berlaku di SD Islam
Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen yang
sudah mengadopsi kurikulum Cambridge sebagai peningkatan mutu sekolah.
Kurikulum yang sudah dirancang dengan baik tidak akan ada artinya
tanpa proses pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua
istilah yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Keduanya mempunyai posisi yang sama. Kurikulum merupakan segala
sesuatu yang ideal, sedangkan pembelajaran merupakan realisasi dari
idealisme atau gagasan. Jika kurikulum adalah programnya, maka
pembelajaran merupakan implementasi. Jika kurikulum merupakan teorinya,
maka pembelajaran adalah penerapannya. Jika kurikulum merupakan
teorinya, maka pembelajaran merupakan praktiknya. Apa yang dilihat dan
dilakukan dalam pembelajaran, itulah sesungguhnya kurikulum yang nyata.9
Setiap lembaga pendidikan memiliki cara tersendiri dalam
melaksanakan kegiatan pendidikannya. Begitu juga yang terjadi di SDII Al-
Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen. Kedua sekolah tersebut
berada dalam naungan Islam, akan tetapi SDII Al-Abidin Surakarta dan SD
Integral Walisongo Sragen bisa menerapkan kurikulum Nasional dan
kurikulum Internasional (kurikulum Cambridge).
9 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm.23-24.
7
Tujuannya untuk mencetak peserta didik yang tidak hanya unggul
dalam Iptek saja namun juga memiliki keunggulan mempunyai karakter
Islami, selain itu juga menggunakan kurikulum Cambridge guna mencetak
generasi baru yang unggul dalam beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Berakhlak karimah dan Iptek dalam skala Nasional maupun Internasional.
Paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
kurikulum Cambridge yang diterapkan di sekolah tersebut, karena sekolah
tersebut notabennya berada di bawah naungan sekolah Islam, namun bisa
mengadopsi kurikulum Cambridge yang cakupannya mendunia. Begitu juga
dengan SD Integral Walisongo yang kategorinya sekolah Islam bahkan di
dalamnya menyediakan pesantren untuk peserta didik, mata pelajaran
keagamaannya jauh lebih banyak dari pada pelajaran umum, namun bisa
mengadopsi kurikulum Cambridge yang kategorinya mendunia, dengan
begitu SD Integral Walisongo Sragen menciptakan inovasi untuk
mempersiapkan generasi yang lebih maju dan mendunia yaitu dengan
menerapkan kurikulum Cambridge sebagai pengembangan mutu sekolahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan pengkajian lebih dalam terkait pelaksanaan kurikulum
Internasional Cambridge. Oleh karena itu, penulis mengusung judul penelitian
“Implementasi Kurikulum Cambridge di SD Islam Internasional Al-Abidin
Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen Tahun 2017/2018”.
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kurikulum Cambridge di SD Islam Internasional
Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen Tahun 2017/2018 ?
2. Apa keunggulan dan kelemahan implementasi kurikulum Cambridge di SD
Islam Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen
Tahun 2017/2018 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum Cambridge di SD
Islam Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo
Sragen Tahun 2017/2018.
b. Untuk menemukan titik-titik keunggulan dan titik-titik kelemahan
implementasi kurikulum Cambridge di SD Islam Internasional Al-
Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen Tahun
2017/2018.
2. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat akademik
Secara akademik diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
menambah khazānah keilmuan dalam bidang pendidikan Agama Islam
pada umumnya, dan implementasi kurikulum Internasional Cambridge
khususnya.
9
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
masyarakat pada umumnya dan para pendidik khususnya, baik orang tua
maupun guru yang berasaskan pendidikan Islam dalam mendidik. Selain
itu, diharapkan juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti
selanjutnya dalam meneliti hal-hal baru yang terkait dengan pendidikan
Islam.
D. Telaah Pustaka
Berdasarkan judul penelitian di atas, penulis menemukan beberapa hasil
penelitian terdahulu yang sejenis atau berdekatan dengan penelitian ini, antara
lain:
1. Riyuzen Praja Tuala (IAIN Raden Intan Lampung, 2016)10
Disertasi
dengan judul : Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/ Madrasah (Studi
Kasus di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dan Madrasah Aliyah Negeri
1 Bandar Lampung). Hasil penelitiannya adalah dalam pengembangan
mutu sekolah di awali dengan manajemen yang benar, dimulai dari
perencanaan standar isi dan standar proses dengan cara membentuk tim
pengembang kurikulum, pelaksanaan standar isi dengan
mengimplementasikan beban belajar dalam bentuk sistem paket, evaluasi
standar yaitu dengan menilai setiap tahun meliputi tujuan, strategi dan
metode pembelajaran, bahan ajar, alokasi waktu, sistem evaluasi,
kemampuan guru dan bagaimana hasil belajarnnya.
10
Riyuzen Praja Tuala, : manajemen peningkatan mutu sekolah/ madrasah (studi kasus di
SMA Al-kautsar Bandar Lampung dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung), (Lampung:
IAIN, 2016).
10
Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah pada disertasi di atas
membahas tentang peningkatan mutu sekolah, namun pada penelitian
peneliti lebih fokus kepada kurikulum Cambridge sebagai peningkatan
mutu sekolah.
2. Suprihadi Saputro (UMM, 2012)11
Disertasi dengan judul : Manajemen
Kurikulum Sekolah Standar Internasional berbasis Intergasi Standar
Nasional dan Cambridge International Primary Programme (CIPP). Hasil
Penelitian: bahwa desain manajemen kurikulum sekolah standar
Internasional berbasis integrasi standar nasional dan CIPP, diprioritaskan
pada standarisasi kualitas dan desain layanan, produk dan sistem kendali
mutu kurikulum dalam prespektif dan standar Internasional.
Prespektif dan standar Internasional sebagai standar layanan
maupun kualitas produk lulusan, berimplikasi secara sistemik terhadap
sistem manajemen sekolah. Implikasinya sekolah telah memiliki sistem
jaringan dan kerjasama Internasional, sistem penjaminan, dan kendali
mutu berstandar Internasional, serta sistem akreditasi sekolah secara
Internasional.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah
penelitian di atas fokus pada bagaimana memanajemen kurikulum nasional
dan kurikulum Cambridge, sedangkan penelitian peneliti fokus pada
11
Suprihadi Saputro Manajemen Kurikulum Sekolah Standar Internasional Berbasis
Integrasi Standar Nasional dan Cambridge International Primary Programme (Malang :
Universitas Malang,2012), dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id , diunduh pada tanggal 10
November 2017, pukul 16.09.
11
penerapan kurikulum Cambridge pada sekolah yang konotasinya Islam
dan menjadi tujuan peningkatan mutu sekolah.
3. Ria Herwandar, Denny Azhari Safryono (2014)12
, dalam Jurnal yang
berjudul Evaluasi Cambridge International Primary Program Peserta
didik SD Al-Azhar pada mata pelajaran „English Language‟. Hasil
penelitian: bahwa mempelajari bahasa asing bagi murid SD tidak
diragukan lagi, berikut merupakan pembelajaran yang efektif karena setiap
anak telah memiliki ke universalan bahasa dan faktor ini yang akan
mempermudah anak mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua
dalam hidupnya. Walaupun dalam usia dini, para peserta didik mampu
membuktikan kemampuan mereka dan mendapat nilai baik secara
keseluruhan namun secara individu apabila dilihat dari komponen reading,
usage, dan writing mencerminkan perbedaan yang mencolok.
Dalam reading para peserta didik mendapat nilai tertinggi
dibandingkan dengan komponen lainnya. Hal ini disebabkan peran logika
yang kuat dalam mengambil keputusan disamping peran kemahiran
membaca dalam bahasa inggris. Komponen yang masih rendah dan harus
diperbaiki dengan melatih komponen tersebut dalam kelas. Komponen
terburuk adalah writing (menulis).
Hal ini terjadi karena menulis merupakan hasil produktif yang
merujuk pada pengetahuan kemampuan semua skill kebahasaan. Guru
harus lebih banyak melatih anak untuk menulis agar dapat meningkatkan
12
Ria Herwandar, Denny Azhari Safriyono dalam Evaluasi Cambridge International
Primary Program Peserta didikSD Al-Azhar pada mata pelajaran „English Language‟ jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol.2, No.3, Maret 2014 :228.
12
hasil penulisan pada ujian berikutnya. Perbedaan penelitian di atas dengan
penelitian peneliti adalah pada jurnal ini membahas evaluasi yang
dilakukan dalam mengevaluasi kurikulum Cambridge yang diterapkan
pada pelajaran bahasa Inggris, sedangkan penelitian peneliti fokus akan
implementasi kurikulum Cambridge secara umum di sekolah yang
konotasinya Islam.
4. Aida Rusmilati R (UMM, 2007)13
Tesis dengan judul : Model Kurikulum
Integrasi pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA
Negeri 3 Madiun. Hasil penelitian: bahwa implementasi kurikulum
integrasi sasarannya adalah siswa, sebagai obyek yang menerima
implementasi kebijakan, guru sebagai pelaksanaan kebijakan dan lembaga
dalam hal ini sekolah sebagai fasilitator dalam menyiapkan sarana
pembelajaran dan memfasilitasi semua kebutuhan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini, sekolah yang berstatuskan RSBI, yang membedakan
dari penelitian peneliti adalah pada lokasi sekolah digunakan untuk
penelitian itu bukan RSBI melainkan sekolah Islam yang mengadopsi
kurikulum Internasional Cambridge. Selain itu pada penelitian ini
berfokus pada integrasi kurikulum yang digunakan, akan tetapi penelitian
peneliti, mendalami tentang bagaimana implementasi kurikulum
Cambridge di sekolah Islam sebagai pengembangan mutu sekolah.
13
Aida Rusmilati Model Kurikulum Integrasi Pada Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional di SMA Negeri 3 Madiun (Malang: UMM, 2007), hlm.165.
13
5. Dania Puri dkk (2013)14
, jurnal yang berjudul Adaptasi Kurikulum
Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences Terhadap KTSP pada
Pembelajaran Pokok Bahasan Sistem Koloid di RSBI. Hasil penelitian:
bahwa proses implementasi adaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-
ordinate sciences dilakukan menggunakan model CTL (Contextual
Teaching Learning) yang ditemukan cocok untuk proses implementasi.
Pemahaman peserta didik meningkat dan siginifikan dengan nilainya,
kemudian peserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran
yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Coordinate Sciences.
Melihat sekilas sedikit ada persamaan antara penelitian di atas
dengan penelitian peneliti, yaitu sama sama mengadopsi kurikulum
Cambridge, yang membedakan adalah peneliti hanya kurikulum
Internasional nya saja yaitu kurikulum Cambridge dan tidak ada mata
pelajaran khusus yang digunakan dalam penelitian peneliti.
6. A. Mushawwir Taiyeb dan Ayu Sekarsari (2014)15
jurnal yang berjudul
Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS) Biologi yang Terintegrasi
Kurikulum Cambridge untuk SMA Kelas XI Semester II. Hasil penelitian : bahwa
berdasarkan hasil analisis LKS biologi yang dikembangkan dengan
kurikulum Cambridge dinyatakan valid, praktis, dan efektif. Sehingga
14
Dania Puri, dkk., Adaptasi Kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences
Terhadap KTSP pada Pembelajaran Pokok Bahasan Sistem Koloid di RSBI, Vol.1 No.1 Mei 2013,
ISSN : 2301-721X, dalam http://id.portalgaruda.org, diunduh pada tanggal 11 November 2017
pukul 18.48. 15
A. Mushawwir Taiyeb dan Ayu Sekarsari, Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta
didik(LKS) Biologi yang Terintegrasi kurikulum Cambridge untuk SMA Kelas XI Semester II.
Vol 15, Nomor 1, April 2014, dalam http://id.portalgaruda.org, diunduh pada tanggal 10
November 2017 pukul 17.00.
14
layak untuk digunakan dan telah terbukti dapat meningkatkan minat dan
menambah wawasan peserta didik dalam belajar biologi.
Penelitian ini fokus pada lembar kerja peserta didik yang
terintegrasi dengan kurikulum Cambridge dan hasilnya sangat valid,
efektif dan praktis. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah pada
hubungan antara sekolah Islam yang menggunakan kurikulum Cambridge
sebagai pengembangan mutu sekolah Islam di Indonesia.
7. Hilmia Wardani dan Fajar dwi Nugroho,16
jurnal yang berjudul Integrasi
Kurikulum Nasional dan Cambridge Curriculum pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris. Hasil penelitian: bahwa integrasi merupakan upaya
mengembangkan kurikulum yang lebih baik, khususnya pada mata
pelajaran bahasa Inggris.
Pada pelajaran tersebut, kurikulum Cambridge menggunakan
pendekatan ketrampilan berbahasa. Pada kurikulum 2013, pendekatan
yang diterapkan adalah mencakup kompetensi grammatical, kompetensi
sosial, dan kompetensi komunikatif. Model integrasi yang sesuai dengan
pengintegrasian keduanya adalah nested model. Model tersebut
mengintegrasikan empat ketrampiran reading, writing, speaking, dan
listening di kurikulum Cambridge dalam kompetensi dasar kurikulum
2013. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada
sasaran mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian, persamaannya
adalah sama sama menggunakan kurikulum Cambridge.
16
Hilmia Wardani dan Fajar Dwi Nugroho Integrasi Kurikulum Nasional dan Cambridge
Curriculum pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris, dalam http://id.portalgaruda.org, diunduh pada
10 November 2017, pukul 19.10.
15
Berdasarkan telaah pustaka di atas, penelitian ini berusaha untuk
menempatkan posisi yang berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Dari keenam penelitian di atas, belum ada yang membahas
mengenai implementasi kurikulum Cambridge yang diterapkan di SD
Islam Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo
Sragen. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji masalah-masalah
dengan memfokuskan pada konsep dan penerapan kurikulum Cambridge
serta hasil yang dicapai oleh kedua sekolah tersebut.
E. Kerangka Teoritik
Kerangka teori merupakan teori-teori yang terkait dan akan dijadikan
dasar berfikir dalam melakukan penelitian. Suatu penelitian memerlukan teori
yang mendukungnya, diantaranya: Pertama teori tentang tinjauan kurikulum,
menurut beberapa pandangan tokoh, buku yang digunakan dalam acuan dalam
teori yang pertama ini adalah buku “Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum”
Rosdakarya 2013, buku ini membahas secara rinci terkait kurikulum secara
umum serta tahapan dalam implementasi kurikulum. Kedua adalah teori
tentang kurikulum Cambridge sebagai upaya pengembangan mutu sekolah.
Pembahasan tentang kurikulum Cambridge peneliti mengambil data langsung
dari link resmi milik Cambridge International Examination yaitu
http://www.Cambridge.international.org. Sedangkan pembahasan tentang
upaya pengembangan mutu sekolah peneliti mengambil teori yang bisa
dijadikan dasar menganalisis yaitu dari bukunya Mohamad Ali yang berjudul
“Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah”, Al-wasat Publishing House 2010.
16
Buku ini membahas tentang tahapan dalam mengembangkan mutu sekolah,
yaitu berawal dari tahap inisiasi, implementation, continuation, outcome.
Pada teori yang pertama akan dijadikan dalam menganalisis terkait
implementasi kurikulum Cambridge di sekolah yang akan dijadikan penelitian,
dan teori yang kedua akan dijadikan analisis terkait kurikulum Cambridge
sebagai upaya pengembangan mutu sekolah serta menemukan titik-titik
keunggulan dan kelemahan kurikulum Cambridge di sekolah tersebut.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), sebab
data yang dikumpulkan terhadap objek yang bersangkutan secara langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni
dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan agar dapat diamati
yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya.17
Peneliti melakukan penelitian terhadap Implementasi Kurikulum
Cambridge di SD Islam Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral
Walisongo Sragen Tahun 2017/2018.
17
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset,2007), hlm.4
17
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan
fenomenologis,18
yaitu: menggambarkan data dengan apa adanya. Peneliti
mengambil kesimpulan dari obyek yang memancarkan fenomena-
fenomena, yang nantinya dapat digunakan peneliti dalam menyusun hasil
akhir dari penelitian. Pendekatan fenomenologis, dalam penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui pelaksanaan dan keunggulan maupun
kelemahan dari kurikulum Cambridge di SD Islam Internasional Al-Abidin
Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen Tahun 2017/2018.
3. Penentuan Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau siapa saja yang dapat
membantu memperoleh data yang diingankan demi kepentingan
penelitian.19
Adapun informan utama dalam penelitian yang dijadikan
subyek penelitian ini adalah:
a. Kepala sekolah
b. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
c. Human Resources Development
d. Guru dan peserta didik
4. Validitas Data
Pemeriksaan data sangat diperlukan dalam sebuah penelitian
sehingga untuk mendapatkan data yang valid perlu tehnik pemeriksaan
keabsahan data. Untuk menguji keabsahan data, dalam penelitian ini
18
Ibid., hlm. 9. 19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2010), hlm. 300.
18
menggunakan triangulasi. Menurut Norman Denzin dalam Lexy J
moelong20
menyebutkan bahwa:
a. Triangulasi Data adalah penggunaan beragam sumber data dalam satu
kajian. Sebagai contoh: wawancara.
b. Triangulasi Investigator (sumber) adalah penggunaan pada beberapa
evaluator yang berbeda. Penelitian ini menggunakan tehnik
pemeriksaan triangulasi melalui penggunaan sumber. Triangulasi
dengan sumber dilakukan dengan jalan membandingkan dan mengecek
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
wawancara, dokumentasi dan observasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancaranya
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
mengadakan wawancara adalah memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi yang di peroleh dari orang lain.21
Metode wawancara dalam penelitian ini, untuk memperoleh
data tentang implementasi kurikulum Cambridge. Pihak yang akan
diwawancarai dalam penelitian ini adalah satu kepala sekolah, satu
bagian pengembangan SDM sekolah, satu wakil kepala sekolah
20
Lexy J. Moelong, Metodologi., hlm. 391. 21
Lexy Moeleong, Metodologi., hlm. 189.
19
bagian kurikulum, dua guru, dan peserta didik yang diwawancarai
dalam penelitian ini masing-masing berjumlah dua orang dari
program ICP (International Class Program) di SD Islam
Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo
Sragen.
b. Pengamatan (observasi)
Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari
proses dan hasil yang dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan
terencana maupun akibat sampingannya.22
Metode ini merupakan teknik pengamatan dan pencatatan
sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki untuk
menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena yang telah
dirumuskan.23
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
implementasi kurikulum Internasional Cambridge di SD Islam
Internasional Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo
Sragen Tahun 2017/2018.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui
dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan
22
Kasibani Kasbolah, Metodologi Penelitian (Jakarta: Persada Press,2001), hlm. 50-51. 23
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 168.
20
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber
data.24
Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain
dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik.25
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh
data berupa segala sesuatu yang ada kaitannya dengan implementasi
kurikulum Internasional Cambridge.
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif,
penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
atau keadaan sebagaimana adanya sehingga bersifat sekadar untuk
mengungkapkan fakta.26
Sedangkan kegiatan analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman terdapat tiga macam, yakni :
a. Reduksi Data
Kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting , mencari tema dan pola
serta membuang hal yang tidak perlu. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, sehingga
akan mempermudah pengumpulan data selanjutnya.27
24
Ibid., hlm. 183. 25
Lexi J. Moleong,Metodologi, hlm. 217. 26
Mahmud, Metode, hlm. 183. 27
Ibid, hlm. 32.
21
b. Penyajian Data (Display Data)
Kegiatan display data ini dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, misalnya naratif teks, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, grafik, dan matriks. Namun yang
paling sering digunakan adalah naratif teks. Miles dan
Huberman menyatakan “the most frequent form of display
data for qualitative research data in the pas has been
narative text (bentuk yang paling sering ditampilkan untuk
data kualitatif adalah teks naratif)”.28
c. Menarik Verifikasi/ Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga
setelah diteliti menjadi jelas.29
G. Sistematika Pembahasan
Sebuah tesis akan mempunyai nilai lebih jika ditulis menggunakan
sistematika pembahasan yang sesuai dengan kaidah yang benar. Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai penulisan tesis ini, agar alur penulisan ini
dapat diketahui oleh pembaca, maka dikemukakan sistematika pembahasan
pada tesis ini dibagi menjadi lima bab, yang diawali dengan bab satu. Bab ini
merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya membahas tentang latar
28
Ibid., hlm. 17. 29
Ibid., hlm. 18.
22
belakang masalah, rumusan-rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang
tinjauan kurikulum, implementasi kurikulum dan kurikulum Cambridge
sebagai upaya pengembangan mutu sekolah. Teori ini diletakkan di bab kedua.
Yang akan dijadikan sebagai landasan dalam menganalisis data-data yang
ditemukan di lapangan.
Data-data yang ditemukan di lapangan yang nanti akan dianalisis
berdasarkan kerangka teoritik di bab dua akan dibahas di bab ketiga. Pada bab
ini terdapat tiga sub bab, sub bab pertama yaitu tentang gambaran umum SDII
Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen, sub bab kedua tentang
implementasi kurikulum Cambridge di SDII Al-Abidin Surakarta dan SD
Integral Walisongo Sragen, kemudian sub bab ketiga tentang keunggulan dan
kelemahan implementasi kurikulum Cambridge di SDII Al-Abidin Surakarta
dan SD Integral Walisongo Sragen.
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis dengan
menggunakan teori Oemar Hamalik dan Michael Fullan yang akan dibahas di
bab ke empat. Tentang analisis terhadap implementasi kurikulum Cambridge di
SDII Al-Abidin Surakarta dan SD Integral Walisongo Sragen serta keunggulan
dan kelemahan dari implementasi kurikulum Cambridge di sekolah tersebut.
Sistematika pembahasan terakhir adalah penutup dalam bab
kelima. Berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi/ saran. Pada
23
bab ini menguraikan kesimpulan yang merupakan jawaban atas keseluruhan
hasil penelitian, diakhiri dengan rekomendasi/ saran dan penutup.