bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang memiliki ciri khas yaitu
terjadinya degradasi dari tulang rawan sendi. Osteoartritis menghasilkan rasa
nyeri yang terjadi terus-menerus, menurun atau terbatasnya fungsi dan
rendahnya kualitas hidup (Petterson, et al, 2009). Pengertian osteoartritis
sebagaimana dinyatakan oleh Arief Bachtiar dalam Centers for Disease
Control and Prevalention (2009) adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri,
kekakuan sendi dan fungsional akibat dari kerusakan tulang rawan sendi.
Nyeri yang timbul akibat adanya kerusakan jaringan tulang rawan pada
daerah sendi merupakan masalah utama musuloskeletal khususnya bagi lansia.
Selain nyeri, kerusakan pada sendi juga mengakibatkan kekakuan sehingga
mengganggu fungsi pergerakan.
Sementara WHO sebagaimana dikutip Suhendriyo (2014) menyatakan
bahwa osteoartritis di seluruh dunia diderita oleh kurang lebih 151 juta jiwa,
dan di Asia Tenggara terdapat 24 juta jiwa penderita osteoartritis. Di
Indonesia diperkirakan terdapat satu sampai dua juta jiwa lanjut usia yang
menderita osteoartritis lutut.
Menurut Sumual, Danes & Lintong (2013) dalam penelitiannya,
prevalensi osteartritis di Indonesia ditinjau dari usia yaitu pada usia 40 tahun
terdapat 5%, untuk usia 40-60 tahun memiliki presentase 30%, sedangkan 65%
untuk usia lebih dari 61 tahun. Sedangkan untuk prevalensi ditinjau dari jenis
kelamin, osteoartritis lebih banyak terjadi pada wanita di bandingkan pria
dengan presentase 25% untuk pria dan 75% untuk wanita (Mutiwara,
2
Najirman & Afriwardi, 2016). Menurut Pratiwi (2015) penderita osteoartritis
di Kota Malang diperkirakan mencapai 21,7% dengan 6,2% terjadi pada pria
dan 15,5% terjadi pada wanita. Menurut Wood et al (2013) selain usia dan
jenis kelamin osteoartritis lutut juga dipengaruhi oleh berat badan berlebih
(obesity) dan dampak penggunaan sendi lutut yang berlebihan, adanya
kelainan pada sendi, serta cidera pada sendi lutut.
Pada pasien osteoartritis terjadi penipisan hingga mengelupasnya
tulang rawan sendi sehingga pada saat terjadi penekanan atau gesekan pada
permukaan sendi terdapat nyeri dikarenakan adanya benturan antara tulang
dengan tulang yang dapat mengiritasi ujung saraf pada permukaan sendi
(Suriani & Lesmana, 2013).
Nyeri merupakan keluhan yang sangat umum disampaikan pasien
dengan gangguan muskuloskeletal. Pada pasien dengan osteoartritis lutut
sering kali mengeluhkan nyeri yang meningkat secara perlahan, adanya
krepitasi dan menurunnya fungsional sendi. Adanya nyeri lutut ini
menyebabkan seseorang atau penderita osteoartritis takut untuk melakukan
aktivitas atau gerakan sehingga menurunkan kualitas hidupnya (Schiphof,
2011; Arya & Jain, 2013).
Menurut Jansen (2011) osteoartritis memilki pengaruh yang besar
terhadap fungsional pasien dan kualitas hidup pasien. Osteoartritis
merupakan penyakit yang umum mempengaruhi fungsional secara signifikan
dan gangguan kualitas hidup pasien serta tanggungan biaya sosial
(Ouedraogo, 2014). Pada penyakit osteoartritis melibatkan kerusakan tulang
rawan, tulang, ligamen dan otot serta terjadinya perubahan luas ruang sendi
3
atau terjadinya penempitan ruang sendi, dan pada gambar x-ray akan terlihat
pembentukan tulang baru atau osteofit. Tanda dan gejala yang di dapat paling
dominan adalah adanya nyeri, kekakuan sendi dan kelemahan otot yang
menyebabkan cacat fisik yang berimbas pada kegiatan sehari-hari penderita,
permasalahan psikologi serta gangguan kualitas hidup pada penderita (Bennel
& Hindman, 2011).
Peran fisioterapi pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal
menurut Australian Physiotherapy Association (2005) yaitu dengan non-
pharmacological modalities yang termasuk di dalamnya Exercise Therapi,
TENS, US, Infra Red, manual terapi, aquatic therapy/hydrotherapy, dan
edukasi pasien. National Institute for Health and Care Excellence (2014)
manajemen terapi non-pharmacological yang di anjurkan pada pasien dengan
osteoartritis lutut adalah local muscle strengthening and general aerobic
fitness.
Terapi non farmakologis yang juga disarankan untuk penderita
osteoartritis lainnya exercise yang di lakukan pada sendi lutut. Jenis exercise
antara lain yang dapat dilakukan adalah home exercise, range of motion
exercise (ROM), strengthening exercise yang berarti latihan penguatan yang
meliputi quadriceps dan hamstring exercise, serta aerobik exercise seperti
berjalan (forward walking or backward walking), bersepeda dan berenang.
Tujuan exercise ini antara lain adalah untuk memperbaiki fungsi sendi,
meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, proteksi
sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi, mencegah
kecacatan dan meningkatkan kebugaran jasmani serta meningkatkan kualitas
hidup penderita (Marlina, 2015; Jansen et al, 2011; Roddy et al, 2005).
4
Studi literature menyatakan sebanyak 297 fisioterapis melaporkan
memberikan exercise therapy pada setiap sesi terapi pada pasien dengan
osteoartritis lutut. Sebanyak 90% tipe exercise therapy yang paling umum
digunakan adalah Muscle Strengthening Exercise. Peneliti mengungkapkan
bahwa pemberian exercise therapy sangat dianjurkan karena memberikan
hasil yang baik dalam menurunkan nyeri yaitu sebanyak 92%, dan
peningkatan kekuatan otot sebanyak 85% (Jamtvedt, et al, 2008).
Berdasarkan penelitian lain yang telah di lakukan, aerobic exercise
dalam jangka pendek ditemukan efektif untuk hasil terkait dengan gangguan
tertentu misalnya menurunkan nyeri, sedangkan latihan aerobik dengan
jangka waktu yang lama lebih efektif untuk hasil fungsional pasien. Latihan
aerobik lebih bermanfaat dibandingkan tidak berolahraga sama sekali (Benell
Hinman, 2005; Brosseau, et al, 2003).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas
Kesehatan Kota Malang pada 17 Januari 2017, didapatkan jumlah data
penderita osteoartrtitis di daerah Kendal Kerep Kota Malang tahun 2015
berjumlah 85 orang laki-laki dan 280 orang perempuan.
Merasa tertarik dengan permasalahan yang ada pada penderita
osteoartritis terkait dengan kualitas hidup pasien osteoartritis lutut dan juga
terkait intervensi Exercise yang diberikan, maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitian dengan mengangkat judul Perbandingan Efektifitas
Quadriceps Strengthening Exercise dan Retrowalking Exercise terhadap
Kualitas Hidup pasien lansia dengan Osteoartritis lutut di Puskesmas Kendal
Kerep Malang.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah efektifitas quadriceps strengthening exercise terhadap
kualitas hidup pasien lansia dengan osteoartritis lutut di Puskesmas
Kendal Kerep Malang ?
2. Bagaimanakah efektifitas retrowalking exercise terhadap kualitas hidup
lansia dengan osteoartritis lutut di Puskesmas Kendal Kerep Malang ?
3. Bagaimanakah perbandingan efektifitas quadriceps strengthening exercise
dan retrowalking exercise terhadap peningkatan kualitas hidup lansia
dengan osteoartritis lutut di Puskesmas Kendal Kerep Malang ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menguji secara empiris perbandingan efektifitas pemberian
terapi Quadriceps Strengthening Exercise dan Retrowalking Exercise
terhadap peningkatan kualitas hidup pasien lansia dengan osteoartritis lutut di
Puskesmas Kendal Kerep Malang.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kualitas hidup pasien lansia dengan osteoartritis
lutut sebelum dan setelah diberikan Quadriceps Strengthenig
Exercise di Puskesmas Kendal Kerep Malang
2) Mengidentifikasi kualitas hidup pasien lansia dengan osteoartritis
lutut sebelum dan setelah diberikan Retrowalking Exercise di
Puskesmas Kendal Kerep Malang
6
3) Membandingkan Efektifitas Quadriceps Strengthening Exercise dan
Retrowalking Exercise terhadap peningkatan kualitas hidup pasien
lansia dengan Osteoartrtitis lutut di Puskesmas Kendal Kerep Malang.
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam penelitian tentang
Perbandingan Efektifitas Quadriceps Strengthening Exercise dan
Retrowalking Exercise terhadap kualitas hidup pasien lansia dengan
Osteoartritis lutut.
2. Lokasi Penelitian/Institusi Pelayanan Fisioterapi
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
intervensi yang tepat, baik dan bermanfaat bagi pasien lansia dengan
osteoartritis lutut yang mengalami penurunan kualitas hidup.
3. Institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan ajar untuk perkembangan ilmu dan
profesi fisioterapi, khususnya dalam pemberian intervensi pada pasien
lansia dengan osteoartritis lutut.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan dari hsil kajian pustaka, belum ada penelitian yang
dlakukan sebelumnya yang meliti hal yang sama, namun terdapat beberapa
penelitin yang telah dilakukan berkaitan dengan osteoartritis, Quadriceps
Strengthening Exercise, Retrowalking Exercise dan Kualitas hidup. Beberapa
7
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya adalah :
1. Penelitian yang diakukan oleh Nadhwa & Hande (2016) di Loni
Maharshata, India dengan judul “Effects of Retrowalking o Osteoarthritis
of Knee in Geriatric Population”. Penelitian ini menggunakan metode
comparative prespective study. Para peserta mendapatkan 9 sesi, dalam 3
hari perminggu dalam jangka waktu 3 minggu. Setiap sesi berlangsung
sekitar 45-60 menit. Para peserta yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 40 sampel ini
berasal dari Community Physiiotherapy Department, from the Department
of Orthopaedics of Pravara Rural Hospital yang memenuhi kriteria
inklusi. Kemudian peserta dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok
A sebagi kelompok Eksperimental, kelompok B sebagai (Kelompok
Konvensional). Kelompok A diberikan intervensi retrowalking, dan terapi
SWD, strengthening exercise (static quadriceps exercise, dynamic
quadriceps exercise, straigh leg raising, prone knee banding, side lying
hip abduction, prone hip extension) dengan dosis 5 detik kontraksi, 2
detik relaksasi dengan 10 kali pengulangan setiap exercise, dalam waktu 3
kali seminggu dalam 3 minggu. Dosis retrowalking diberikan selam 10
menit persesi dengan 4 menit retrowalking, 2 menit istirahat, dan 4 menit
kembali melakukan retrowalking sepanjang 20 meter. Sedangkan
kelompok B diberikan intervensi konvensional yang sama dengan dosis
yang sama dengan kelompok A hanya saja tanpa intervensi retrowalking
exercise untuk menilai tingkat penurunan nyeri menggunakan NRS, untuk
mengukur fungsional fisik dengan WOMAC, dan untuk mengukur
mobilitas fisik menggunakan Timed Up and Go Test. Hasil dari penelitian
8
ini penurunan nyeri dilaporkan dapat berkurang dengan intervensi yang
dilakukan pada kelompok eksperimental atau kelompok A dibandingkan
dengan kelompok konvensional atau kelompok B hal tersebut
dikarenakan retrowalking exercise, dimana tekanan pada lutut berkurang
saat melakukan retrowalking/backward walking dibandingkan dengan
forward walking. Retrowalking menunjukkan peningkatan fungional,
karena terjadi perbaikan dalam aktivasi otot. Dalam peningkatan
mobilitas fisik kelompok A dengan retrowalking exercise memiliki skor
yang lebih tinggi dibandingkan kelompok B dari Timed Up and Go test.
Jadi, dalam penelitian ini terbukti bahwa retrowalking exercise memiliki
pengaruh yang signifikan dalam menurunkan nyeri, meningkatkan
fungsional fisik dan meningkatkan mobilitas fisik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tanaka, Ozawa, Kito, & Moriyama (2015)
di Kobe University, Jepang dengan judul “Does exercise therapy improve
the health-related quality of life of people with knee osteoarthritis? A
systematic revies and meta-analysis of randomized controlled trials”.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Randomized Clinical
Trials (RCT). Menggunakan empat database (PubMed, Cochrane Central
Register of Controlled Trials, the Physiotherapy Evidence Database, and
Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature) yang bertujuan
untuk menguji efek dari exercise therapy pada kesehatan terkait kualitas
hidup orang dengan osteoartritis lutut menggunakan Short Form 36
Quisioner. Dalam penelitian ini peneliti menyaring data yang akan
digunakan dengan kriteria sebagai berikut : responden harus terdiagnosa
osteoartritis lutut, dilakukan intervensi exercise therapy, tidak ada
9
intervensi psycho-educational, harus menggunakan Kuisioner Short Form
36, menggunaan desain RCT, penelitian harus ditulis dalam bahasa
Inggris. Kualitas metodologi di uji coba dengan cara independen oleh dua
penguji dengan menggunakan skala Pedro. Dianalisis dengan model
random efek atau efek tetap yang digunaan dalam meta-analisis untuk
menghitung perbedaan rata-rata standart dan 95% terpercaya. Hasil dari
penelitian ini adalah pencarian database awal menghasilkan total 843
penelitian, setelah melalui proses identifikasi diambil 17 percobaan untuk
dilakukan pemeriksaan lebih dekat, dan dihasilkan 12 jurnal yang
memenuhi kriteria. Sebanyak 12 percobaan ini melibatkan 1.239 peserta.
Exercise yang biasa digunakan adalah strengthening exercise dengan atau
tidak menggunakan weight bearing, walking, balance exercie, muscle
strengthening exercise, Tai Chi exercise, Baduanjin or Functional
Exercise. Kuisioner Short Form 36 yang digunakan dari Inggris, Turki,
Jepang, dan Korea. Hasil meta-analisis ini memberikan bukti bahwa
terapi latihan memberikan efektifitas yang baik terhadap fungsional fisik
dan kesehatan fisik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Imoto, Peccin, & Trevisani (2012), di
Department of Internal and Therapeutic Medicine of The Universidade
Federal de Sao Paulo, Brazil, dengan judul “ Quadriceps Strengthening
Exercises Are Effective i Improving Pain, Function and Quality Of Life in
Patients With Osteoartritis of The Knee”. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat efektifitas dari delapan minggu quadricep strengthening exercise
terhadap nyeri, fungsional, dan kualitas pasien dengan osteoartritis lutut
menggunakan The Timed Up and GO (TUG), Numericl Rating Scale
10
(NRS), dan the Short Form 36. Penelitian ini dipilih 100 pasien secara
acak kemudian di bagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok 1
(Kelompok Exercise) dan Kelompok 2 (Kelompok Orientasi). Pada
kelompok orientasi para responden sebelumnya diberikan penjelasan
tentang osteoartritis lutut, memberitahu tanda dan gejala, dan memberi
tahu bagaimana cara meningkatkan fungsional terkait exercise dan
sebagainya, setelah 8 minggu para responden diminta untuk melaporkan
hasil dari apa yang telah dilakukannya. Sedangkan untuk kelompok
exercise melakukan latihan yang berlangsung selama 30-40 menit dengan
frekuensi seminggu dua kali. Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah
nilai nyeri dan fungsional terdapat hasil yang signifikan pada kelompok
exercise dibandingkan dengan kelompok orientasi. Pada evaluasi kualitas
hidup menggunakan kuisioner Short Form 36 kelompok exercise
menunjukkan perbaikan yang signifikan secara statistik pada aspek
kapasitas fungsional, kesehatan secara umum, dan vitalitas, dan tidak ada
peningkatan pada aspek emosional, kesehatan mental dan aspek sosial.
Penilaian dari kelompok orientasi tidak menunjukkan hasil yang
signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan Anwer & Alghadir (2015), di King Saud
University, Saudi Arabia dengan judul “Effect of Isometric Quadriceps
Exercise on Muscle Strength, Pain, and Function in Patients with Knee
Osteoarthritis: A Randomized Controlled Study”. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menyelidiki
efektifitas dari quadriceps isometrik exercise terhadap kekuatan otot, nilai
nyeri dan fungsi pada osteoartritis lutut. Menggunakan skala pengukuran
11
NRS untuk nyeri, Strength Gauge Device untuk kekuatan otot dan
WOMAC index untuk fungsional. responden dibagi menjadi dua
kelompok yang kelompok 1 adalah kelompok eksperimental mendapatkan
intervensi isometric quadriceps exercise, SLR, dan Isometric hip
adduction exercise semua responden mendapatkan intervensi Ultrasound
therapy dengan dosis 1,5watts/cm2 selama 7 menit dengan arus kontinus
yang diberikan pada lutut. sedangkan dosis latihan untuk kelompok
eksperimental adalah dilakukan 10 kali repetisi, 2 set setiap exercise
dengan 2 kali sehari, 5 kali perminggu selama 5 minggu. Sedangkan
untuk kelompok kontrol hanya mendapatkan intervensi ultrasound
therapy dengan intensitas yang sama tanpa diberikan intervensi exercise.
Hasil yang didapat ialah terdapat peningkatan yang signifikan terhadap
kekuatan otot dengan quadriceps exercise selama 5 minggu pada
kelompok eksperimental dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada
pengukuran nilai nyeri menggunakan NRS ditemukan kelompok
eksperimental lebih menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan
setelah 5 minggu intervensi di bandingkan dengan kelompok kontrol.
Begitu juga pada peniaian fungsional menggunakan WOMAC kelompok
eksperimental dilaporkan lebih berpengaruh dibandingkan dengan
kelompok kontrol setelah 5 minggu ntervensi.
5. Penelitian yang dilakukan Hussein, Saad, & El Sawey (2015) di
Alexandria University, New York, USA dengan judul “Effect of combined
balance and isotonic resistive exercise versus isotonic resistive exercise
alone on propioception and stabilizing reactions of qudriceps and
hamstring and functional capacity of knee osteoarthritis patients”. Tujuan
12
dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan efek balance
exercise dengan dynamic resistive exercise yang dilakukan secara mandiri
untuk peningkatan kapasitas fungsional pasien osteoartritis lutut.
Penelitian ini merupakan penelitian Randomized Clinical Trials dengan
50 pasien penderita osteoartritis. Responden dibagi menjadi dua
kelompok kelompok 1 (resistive exercise) dan kelompok 2 (combined
resistive dan balance exercise). Intervensi yang diberikan adalah
Electrotherapy, flexibility dan resistive exercise untuk tungkai bawah
selama 8 minggu untuk kelompok 1, dan hal yang sama dilakukan untuk
kelompok 2 hanya saja ditambah dengan balance exercise. Hasil yang di
dapat dalam penelitian ini mengataan bahwa terdapat hasil yang
signifikan terlihat pada kelompok ke 2 dibandingkan kelompok satu
dalam semua aspek dari kekuatn otot, fungsional dan sudut gerakan lutut.
Perbedan dengan penelitian ini adalah judul, variabel, sampel dan
teknik sampling, populasi, serta lokasi penelitian. Variabel independen pada
penelitian ini adalah Quadriceps Strengthening Exercise dan Retrowalking
Exercise sedangkan variabel dependennya adalah kualitas hidup. Populasi
pada penelitian ini adalah pasien lansia di Puskesmas Kendal Kerep Malang.
Sampel penelitian ini berjumlah 30 responden. Teknik yang digunakan adalah
teknik purposive sampling.