bab i pendahuluan a. latar belakangdigilib.uinsby.ac.id/14284/4/bab 1.pdf · dalam sejarah fakfak...

27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang penduduknya sebagian besar memeluk agama Islam. Dalam sejarah Fakfak banyak mencatat perjalanan masuk dan berkembangnya tiga agama besar, yaitu: Islam, Katolik dan Protestan, ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga. Tradisi agama keluarga diyakini bahwa meskipun dalam satu keluarga ada perbedaan agama, tetapi mereka merasa harus tetap menjadi satu keluarga yang utuh. Masyarakat tidak ingin perbedaan agama menjadi problem dan isu bagi masyarakat Fakfak yang dengannya dapat memicu terpecah belahnya hubungan kekerabatan dan persaudaraan yang telah lama terbentuk. Kesadaran akan perbedaan keyakinan di masyarakat menyebabkan mereka tetap memegang teguh budaya (tradisi) kekeluargaan dan nilai luhur dalam masyarakat serta tidak terlalu ekstrim dalam menjalankan ibadah. 1 Masyarakat Fakfak pada umumnya berprinsip bahwa, inti pengajaran semua agama adalah sama yaitu mengajarkan kebaikan agar kehidupan tentram dan damai, sehingga masalah agama jangan dicampur adukkan dengan adat istiadat. Warisan budaya dari para leluhur inilah yang menjadikan sebagian masyarakat daerah perkampungan atau pedalaman Fakfak masih berpegang teguh pada adat dan warisan budaya nenek moyangnya dan sangat fanatik dengan apa yang telah disampaikan oleh nenek moyang ataupun 1 Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 (Januari April 2014). hlm. 27

Upload: buithuan

Post on 17-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang

penduduknya sebagian besar memeluk agama Islam. Dalam sejarah Fakfak

banyak mencatat perjalanan masuk dan berkembangnya tiga agama besar, yaitu:

Islam, Katolik dan Protestan, ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga.

Tradisi agama keluarga diyakini bahwa meskipun dalam satu keluarga ada

perbedaan agama, tetapi mereka merasa harus tetap menjadi satu keluarga yang

utuh. Masyarakat tidak ingin perbedaan agama menjadi problem dan isu bagi

masyarakat Fakfak yang dengannya dapat memicu terpecah belahnya hubungan

kekerabatan dan persaudaraan yang telah lama terbentuk. Kesadaran akan

perbedaan keyakinan di masyarakat menyebabkan mereka tetap memegang teguh

budaya (tradisi) kekeluargaan dan nilai luhur dalam masyarakat serta tidak terlalu

ekstrim dalam menjalankan ibadah.1Masyarakat Fakfak pada umumnya berprinsip

bahwa, inti pengajaran semua agama adalah sama yaitu mengajarkan kebaikan

agar kehidupan tentram dan damai, sehingga masalah agama jangan dicampur

adukkan dengan adat istiadat. Warisan budaya dari para leluhur inilah yang

menjadikan sebagian masyarakat daerah perkampungan atau pedalaman Fakfak

masih berpegang teguh pada adat dan warisan budaya nenek moyangnya dan

sangat fanatik dengan apa yang telah disampaikan oleh nenek moyang ataupun

1 Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di

Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 (Januari –

April 2014). hlm. 27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tetua adat.2Mereka meyakini bahwa Ibadah atau rutinitas keagamaan hanya

sekedar kebiasaan turun temurun bahkan tidak meyakininya sebagai suatu

kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, ibadah wajib yang seharusnya

merupakan kewajiban untuk ditunaikan, dilakukan menurut keinginan dan

kehendak masing-masing individu. Masyarakat meyakini bahwa tanpa harus

mempelajari ilmu agama, mereka telah terlahir dalam keadaan Islam dan berasal

dari keturunan yang beragama Islam. Maka tak heran bila masyarakat di

pedalaman Fakfak ini acuh tak acuh untuk mempelajari atau bahkan enggan

melaksanakan ajaran Agama. Di antara tradisi dan kebiasaan yang berakaitan

dengan urusan keagamaan antara lain dalam hal kriteria imam Masjid. Imam

masjid memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama

di daerah pedalaman Fakfak. Masyarakat mempercayai, mentaati dan mengikuti

apa yang dikatakan dan apa yang disampaikan oleh Imam, seorang Imam masjid

lebih berhak dalam segala pengurusan masjid sehingga pelajaran dan pengajaran

berupa pengetahuan agama atau ajakan untuk melakukan kewajiban agama yang

disampaikan dari selain keturunan kampung tersebut maka akan ditolak dan

bahkan diusir dari kampung tersebut3. Imam masjid yang dijadikan panutan dan

teladan adalah yang telah ditunjuk dari hasil musyawarah oleh para leluhur di

kampung tersebut. Sehingga keluarga Imam-lah yang sampai detik ini

dipercayakan sebagai Imam masjid, pemimpin atau tokoh agama yang berhak

2 Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi

Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on

Islamic Studies. Hlm. 140 3 Sutran Pattawara, wawancara, Jember, 7 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dalam memimpin seluruh rangkaian kegiatan dan rutinitas keagamaan. Tradisi

inilah yang sampai saat ini menjadi salah satu factor terhambatnya proses dakwah

bagi pendakwah yang bukan berasal dari garis keturunan suku ini.4Kecenderungan

pola pikir masyarakat hanyalah mengutamakan kepentingan dunia dan

mengabaikan kepentingan akhirat, yang terpenting adalah mereka muslim dan

tanpa harus menunaikan kewajiban agama ataupun mendalaminya. Sehingga

keberadaan guru-guru agama di pedalaman Fakfak hanya sebagai symbol dan

bahkan tidak di butuhkan oleh masyarakat pedalaman.5Sifat sukuisme yang tinggi

dan fanatisme kekerabatan yang sangat menonjol menjadikan perbedaan

keyakinan dalam masyarakat Fakfak terhimpun dalam satu adat yang sama

sehingga mereka bersatu dalam sebuah semboyan “Satu Tungku Tiga Batu”. Tiga

batu diibaratkan sebagai tiga agama besar yang berada di Fakfak yaitu Islam,

Katolik dan Protestan. Semboyan ini bukan saja dimaknai dalam konteks

kehidupan beragama namun mencakup semua aspek kehidupan masyarakat.

melalui semboyan ini pula masyarakat baik di perkotaan maupun di pedalaman

memandang bahwa walaupun berbeda agama namun satu nenek moyang yang

disatukan dalam satu adat dan satu tradisi. Prinsip kekeluargaan dan persaudaraan

inilah yang dipegang teguh oleh masyarakat Fakfak hingga detik ini.6 Keunikan

problematika yang menghiasi lika-liku proses dakwah di pedalaman Fakfak,

menjadikan tantangan menarik bagi para aktivis dakwah baik perorangan maupun

4 Ibid.

5 Dawir, Wawancara, Jember 7 Maret 2016

6 Suprapto Iribaram. “Satu Tungku Tiga Batu: Kerjasama Tiga Agama Dalam Kehidupan Sosial di

Fakfak”. Yogyakarta: Tesis Magister pada Program Pascasarjana Antropoli Universitas Gadjah

Mada, 2011.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

kelompok. Sebut saja Hidayatullah, Yayasan Sosial As Salam, Yayasan Muslim

Asia (AMCF), Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Organisasi dakwah

lainnya yang sampai saat ini masih tegar dan istiqomah dalam dakwah di tanah

pedalaman Fakfak. Setiap jengkal dakwah membutuhkan kesabaran dan

pengorbanan, dari titik inilah yang akan melahirkan berbagai strategi yang tepat,

guna mengatasi dan meminimilasir berbagai problematika dan fenomena yang

dihadapi.

Pijakan peneliti dalam melakukan riset ini bertolak dari Warisan para

leluhur masyarakat Fakfak yang telah menanamkan nilai-nilai toleransi hingga

kini yang merupakan hasil dari akulturasi antara adat dan agama. Warisan tersebut

di atas sangat terjaga, bersifat sensitif dan sangat dikultuskan oleh masyarakat

pedalaman Fakfak, terkhusus masalah-masalah yang berkaitan dengan agama atau

dakwah. Sebuah proses dakwah yang tidak disertai dengan strategi yang matang

maka akan sangat mengusik dan yang terjadi adalah gesekan. Oleh karenanya

penelitian ini terfokuskan pada bagaimana proses dan strategi dakwah yang

ditempuh oleh juru dakwah di Kampung Ugar. Kampung ini berasal dari

pertuanan Sekar Kabupaten Fakfak Papua Barat yang memiliki banyak keunikan

dan kekayaan alam dan hisyori.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah yang dapat dimunculkan dalam penelitian ini,

berdasarkan alur latar belakang di atas antara lain:

1. Tradisi Masyarakat Fakfak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Masyarakat Fakfak pada umumnya terdiri dari Sembilan pertuanan dan

terdiri dari berbagai jeniss suku, diantara suku-suku yang terkenal antara lain suku

Mbaham, Matta dan Irarutu jika dirunut asal usul nenek moyangnya berasal dari

satu keluarga. Keanekaragaman suku, bahasa dan kondisi geografis di Fakfak

menjadi salah satu faktor sebagian kampung atau masyarakat pedalaman Fakfak

masih teguh pada prinsip-prinsip akan warisan leluhur tersebut sekalipun prinsip

yang menjadi pedoman dan gaya hidup mereka bersinggungan dengan Agama.

Anggapan mereka bahwa semua pengetahuan yang bersinggungan dengan tradisi

dan adat leluhur atau yang tidak berasal dari nenek moyangnya adalah salah satu

faktor yang mengusik dan mengganggu tradisi.

2. Nilai-nilai kekerabatan Masyarakat Fakfak

Kesembilan pertuanan di Kabupaten Fakfak ini berasal dari satu keluarga

dan satu kekerabatan, sehingga melahirkan nilai-nilai toleransi antar sesama

dalam segala lini kehidupan baik kehidupan beragama dan bermasyarakat

sehingga menciptkan nilai-nilai kearifan yang dijunjung tinggi. Toleransi dan sifat

sukuisme tersebut tertuang dalam tiga pilar yang merupakan simbol persatuan

masyarakat Fakfak yang dikenal dengan “Satu Tungku Tiga Batu”. Kondisi inilah

yang sekiranya dipelajari dan dan dikaji akan pemaknaan dari sebuah nilai

kekerabatan di Fakfak.

3. Agama masyarakat Fakfak

Serambi Mekkah-nya Papua adalah julukan yang diberikan kepada Fakfak,

disebabkan mayoritas penduduk pribuminya memeluk agama Islam. Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

merupakan agama para raja-raja yang merupakan leluhur masyarakat Fakfak. Tak

dapat dipungkiri bahwa agama lainnya yakni Protestan dan Katolik diantara

agama leluhur sebagian masyarakat Fakfak. Oleh karenanya ketiga agama ini

disebut pula dengan “Agama Keluarga” yaitu agama turun temurun atau agama

warisan. Sebagaimana halnya tradisi, agama keluarga yang turun temurun tersebut

sangat dipegang teguh dan terjaga nilai-nilai warisannya. Hubungan kekeluargaan

yang erat dan ajaran agama menjadikan suatu kesatuan yang tak mungkin dapat

terpisahkan sehingga akulturasi dari keduanya melahirkan nilai-nilai toleransi

yang tinggi di masyarakat Fakfak. Tak heran bila dalam satu keluarga terdapat

tiga agama, saling tolong menolong dan bergotong royong dalam kehidupan

bermasyarakat yang melibatkan seluruh komponen penganut agama, baik umat

Muslim dan Kristiani, Hindu maupun Budha. Sebuah dakwah bila dapat

dipadukan dan dikolaborasikan dengan tradisi setempat maka tak menutup

kemungkinan masyarakat Fakfak akan menerima dan memahami setiap perbedaan

dari luar yang menghiasi kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Fakfak.

4. Dakwah dan penyebarannya

Keunikan kabupaten Fakfak akan kearifan lokalnya mengundang banyak

pemerhati aktivis dakwah di “Kota Pala”7. Berbagai yayasan, organisasi Islam di

Fakfak ataupun yang datangnya dari luar kota Fakfak yang telah meluangkan

waktu dan menyumbang jasanya dalam kegiatan dakwah. Dari sebagian besar da’i

yang telah mengenyam pahit getirnya medan dakwah di pedalaman Fakfak,

7 Julukan lain untuk Fakfak yang merupakan kota penghasil Pala

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

meninggalkan kesan dan pesan yang baik dan banyak pula yang meninggalkan

bekas sebaliknya. Membutuhkan pengorbanan ekstra untuk berdakwah di kota ini,

bila tidak memahami akan nilai-nilai, pemaknaan akan semboyan dan simbol-

simbol yang tersirat di dalamnya. Fenomena masyarakat di pedalaman Fakfak

memperlihatkan toleransi yang melintasi batas-batas agama dan budaya, sehingga

menimbulkan keterkaitan dan saling tarik menarik antara kepentingan agama dan

budaya. Kondisi dan fenomena ini yang hendaknya dikaji dan dipelajari oleh

setiap aktivias dakwah. Pada dasarnya masyarakat Fakfak sangat menerima

dakwah (agama Islam) yang merupakan agama leluhurnya bila sang da’i mampu

mengkolaborasikannya dengan tradisi setempat dalam sebuah strategi dakwah

yang tepat pula. Kampung Ugar di antara sekian banyak kampung yang

memerlukan perhatian dan pemahaman mendalam akan ajaran Islam yang benar

sudah tentu membutuhkan strategi jitu seorang juru dakwah dalam mengatasi

berbagai fenomena dan problematika dakwah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran dan identifikasi masalah

diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua

Barat?

Adapun sub masalahnya adalah:

a. Apa saja problem yang dihadapi dalam proses dakwah?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

b. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa pendakwah

untuk mengatasinya?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah:

Mengetahui proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua

Barat yang meliputi:

a. Mendeskripsikan problem yang dihadapi dalam proses dakwah

b. Mengetahui strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa

pendakwah untuk mengatasinya

2. Manfaat Penelitian

Pada prinsipnya, penelitian dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi peneliti khususnya dan bagi dunia keilmuan pada umumnya. Secara

akademis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat:

a. Secara Teoritis: Diharapkan penelitian ini memberikan konstribusi

yang cukup signifikan dalam pelaksanaan dan pengembangan dakwah

di pedalaman Fakfak khususnya dan Papua secara umum. Melalui

penelitian ini pula dapat menjadi konstribusi pemikiran terhadap

khazanah kepustakaan Islam dengan menempatkannya sebagai bahan

bacaan yang berguna bagi masyarakat umum.

b. Secara Praktis: Penelitian ini turut memberikan sumbangan pemikiran

yang ilmiah dalam pelaksanaan dakwah di pedalaman Fakfak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

khususnya dengan memperhatikan latar dan kehidupan masyarakat

setempat sebelum berdakwah. Memberikan motivasi sekaligus

wawasan tentang dakwah di pedalaman Papua pada umumnya yang

memiliki keanekaragaman suku dan tradisi juga untuk melakukan

pengkajian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan dan

menyempurnakan yang sudah ada.

E. Kerangka Teoritik

Guna memudahkan pengkajian dan penelitian ini diperlukan teori yang

membantu dalam penggalian data, pengolahan dan menganalisis serta

penyajiannya. Teori yang peneliti gunakan dalam melakukan riset ini adalah Teori

Interaksionisme Simbolik oleh George H. Mead yang diperkenalkan tahun 1934

di Universitas Chicago Amerika Serikat. Interaksionisme simbolik pada umumnya

berakar pada filsafat pragmatisme (karya John Dewey) dan behaviorisme

psikologis (John. B. Watson). Orientasi khusus interaksionisme simbolik

mengarah pada kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan

interaksi. Semuanya dipahami dari sudut proses; ada kecenderungan melihat aktor

dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural berskala

luas.

Teori terpenting dalam interaksionisme simbolik adalah teori George H.

Mead. Yang paling mendasar meliputi empat tahap yang berhubungan secara

dialektis: Impuls, Persepsi, Manipulasi, Konsumasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

1. Impuls (impulse/dorongan Hati) yaitu: stimulasi atau rangsangan

spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor

terhadap rangsangan dan kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap

rangsangan itu. Contohnya rasa lapar, pada kondisi ini manusia tidak

hanya mempertimbangkan situasi kini tetapi juga pengalaman masa

lalu dan mengantisipasi akibat di masa depan. Impuls berhubungan

secara menyeluruh yang melibatkan aktor dan lingkungan.

2. Persepsi (perception), yaitu: aktor menyelidiki dan beraksi terhadap

rangsangan yang berhubungan dengan impuls yakni aktor tidak secara

spontan menaggapi stimuli dari luar tetapi memikirkannya dan

menilainya melalui bayangan mental. Manusia secara aktif memilih

ciri-ciri rangsangan dan memilih di antara sekumpulan rangsangan

mana yang perlu diperhatikan dan mana yang harus diabaikan.

3. Manipulasi (manipulation), yaitu: mengambil tindakan berkenaan

dengan objek setelah memahami akan dirinya dan objek. Yakni

tindakan yang diambil aktor setelah menguji berbagai macam hipotesis

tentang apakah yang akan terjadi kemudian.

4. Konsumasi (consumation), yaitu: tahap pelaksanaan atau mengambil

dan memutuskan tindakan yang memuaskan dorongan hati yang

sebenarnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Menurut John Baldwin (1986) keempat tahap ini saling merasuk sehingga

membentuk sebuah proses organis dan setiap bagian mempengaruhi bagian lain.8

Tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih dan mekanisme dasar tindakan

sosial adalah isyarat9. Binatang dan manusia mampu melakukan percakapan

dengan isyarat, namun hanya manusia yang dapat mengomunikasikan arti gerak

isyarat mereka secara sadar, manusia mempunyai kemampuan istimewa untuk

menciptakan isyarat tersebut dan mengembangkan dan menggunakannya kedalam

simbol-simbol dan bahasa yang kemudian berkomunikasi satu sama lain dalam

artian sesungguhnya. Simbol signifikan10

juga membuka peluang untuk berpikir

maupun berinteraksi dengan simbol-simbol.

Mead memandang untaian proses mental sebagai bagian dari proses sosial

lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan yang paling umum

pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk melakukan percakapan batin

dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu bukan terletak di dalam otak

melainkan di dalam proses sosial. Mekanisme umum diri adalah manusia

8 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2014), 257-261.

9Fungsi isyarat pada umumnya menciptakan peluang di antara individu yang terlibat dalam

tindakan social tertentu dengan mengacu pada objek-objek yang menjadi sasaran tindakan itu.

Ibid., 263 10

Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat

menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama

dengan sejenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kumpulan

isyarat suara yang paling mungkin menjadi simbol yang signifikan adalah bahasa: simbol yang

menjawab makna yang dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua.

Bahasa menjadi simbol yang signifikan dan memberitahukan makna tertentu. (Mead, 1934/1962).

Fungsi bahasa (simbol) yang signifikan pada umumnya adalah memungkinkan orang menjadi

stimulator tindakan mereka sendiri yakni: menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu

yang berbicara dan juga di pihak lainnya, pengaruh lainnya dari bahasa adalah merangsang orang

yang bericara dan orang yang mendengarnya. Simbol signifikan memungkinkan interaksi simbolik

yakni orang dapat berinteraksi tidak hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol signifikan.

Yang jelas mampu mempengaruhi kehidupan dan memungkinkan terwujudnya pola interaksi dan

bentuk organisasi social yang jauh lebih rumit. Ibid., 263

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

menempatkan diri sendiri sebagi objek dalam kedudukan sebagai orang lain yakni

kemampuan menggeneralisasi orang lain, bertindak dan melihat sebagaimana

orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri. Kemampuan untuk

memandang diri sendiri dari sudut pandang komunitas adalah sangat penting

untuk kemunculan diri maupun kemunculan aktivitas kelompok yang

terorganisasi.

Prinsip dasar Interaksionisme simbolik dapat diringkas sebagai berikut:

1. Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir, tidak seperti binatang

2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial

3. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang

memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka

yang khusus itu

4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus

dan berinteraksi

5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan

dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap

situasi.

6. Manusia mampu memodifikasi dan mengubah sebagian karena

kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang

memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai

keuntungan dan kerugian relatifnya dan kemudian memilih satu di

antara serangkaian peluang tindakan itu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

7. Pola aksi dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk

kelompok dan masyarakat.

Mead sedikit sekali berbicara tentang masyarakat, yang ia pandang secara

sangat umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.

Mead umumnya kurang memerhatikan kehidupan masyarakat secara makro,

pranata sosial didefinisikannya tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan

kolektif.11

Berpijak pada prinsip dasar teori Interaksionisme simbolik dan asumsi-

asumsi yang terangkum di atas, peneliti memandang teori Interaksionisme

simbolik sangat relevan menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan

peneliti. Tak lepas dari batasan masalah di atas, wilayah yang akan dianalisis

peneliti dengan menggunakan teori ini adalah bagaimana proses dakwah di

masyarakat pedalaman Fakfak terutama masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan

Sekar kabupaten Fakfak.

1. Berpijak pada prinsip dasar teori ini bahwa bagi seorang pendakwah dalam

memaknai tradisi tersebut dituntut menggeneralisasi orang lain bertindak

dan melihat sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri mereka

sendiri serta berinteraksi dengan masyarakat setempat, yaitu dengan

mempelajari, mengamati dan memahami keseharian masyarakat di

Kampung Ugar, sehingga da’i dituntut untuk mampu menempatkan

dirinya bagian dari masyarakat tersebut. Prinsip Teori ini menjelaskan

bahwa dengan menggeneralisasi fenomena-fenomena yang ada, seorang

11

Ibid., 298-300

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

aktor atau pendakwah mampu memodifikasi dan mengubah serta dapat

mengukur sejauh mana ia berinteraksi dengan dirinya sendiri dan mampu

menggenaralisasi orang lain. Dalam artian bahwa da’I akan sukses di

medan dakwahnya bila ia mengetahui mulai dari manakah ia akan

melangkah dan resep atau pesan dakwah manakah yang sepantasnya

diberikan kepada masyarakat (objek dakwah).

2. Sejalan dengan orientasi interaksionisme simbolik yang mengarah pada

kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi

yang semuanya dipahami dari sudut proses; kecenderungan aktor atau

pendakwah dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan

struktural dalam berdakwah di pedalaman Fakfak. Sebagaimana yang

dipandang oleh Mead bahwa: “Untaian proses mental sebagai bagian dari

proses sosial lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan

yang paling umum pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk

melakukan percakapan batin dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu

bukan terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial. Melalui

teori ini peneliti mengamati dan menganalisis tindakan apa yang dilakukan

pendakwah setelah melakukan proses yang panjang baik itu aksi dan

interaksi yang dilakukan pendakwah terhadap rutinitas masyarakat di

Kampung Ugar, serta peluang apasaja yang telah ditempuh dalam

mengatasi berbagai fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka merupakan rujukan dan informasi

dasar penulis yang digunakan dalam penelitian ini yang berguna untuk

menghindari plagiat, kesamaan dan pengulangan penelitian. Beberapa penelitian

yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:

1. Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat

Fakfak di Propinsi Papua Barat)12

.

Artikel ini menjelaskan bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di Papua

tidak selalu menghadirkan cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi juga

tentang harmoni dan perdamaian sebagaimana yang terjadi pada masyarakat

Fakfak.

Temuan penting dalam riset ini antara lain:

Pertama: agama dan budaya berperan penting dalam melahirkan norma-

norma sosial yang harmonis yang mempengaruhi praktik-praktik sosial individu

hingga pada arena sosial yang lebih luas seperti politik dan ekonomi.

Kedua: proses pelembagaan nilai dan norma didukung oleh pemerintah dan

kekuatan civil society yang memiliki misi yang sama untuk mempromosikan

harmoni dan perdamaian.

12

Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak

di Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1

(Januari – April 2014)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Tulisan ini juga mengingatkan bahwa isu-isu konflik, seperti separatismme

dan radikalisme agama, bila tidak ditangani dengan hati-hati bisa merusak

integrasi sosial di Fakfak.

Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai integrasi yang tercipta dalam

kehidupan masyarakat Fakfak baik sosial agama, budaya, sosial dan ekonomi.

Sementara riset yang peneliti lakukan tidak hanya terfokus sekedar melihat nilai-

nilai sosial namun terfokus pada problematika dakwah yang mencakup

pemaknaan akan nilai-nilai yang tersirat baik dalam kancah tradisi maupun

dakwah dan bagaimana strategi dan solusi yang ditempuh untuk mengatasinya.

2. Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal (Studi Interaksi Kelompok

Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah)13

Makalah ini mengemukakan tentang faktor-faktor pendukung kerukunan

beragama di Ambarawa, Semarang. Jawa Tengah:

a. Kerukunan dapat berjalan dengan baik, karena didukung oleh adat dan

budaya masyarakat.

b. Kerukunan didukung oleh rasa saling menghormati dan toleransi yang

tinggi, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

c. Nilai-nilai harmoni yang terlihat dalam berbagai tradisi keagamaan dan

tradisi budaya yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Cina

13

Sulaiman, “Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal: Studi Interaksi Kelompok Umat

Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah”, Harmoni, jurnal Multikultural dan Multireligius. Vol. 13,

No. 1 (Januari – April), 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Konghucu juga melibatkan masyarakat Cina lainnya yaitu Kristen/Katolik,

Buddha dan Muslim.

Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai kerukunan yang terkandung dalam

tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat dan nilai-nilai tersebut

terefleksikan dalam berbagai proses sosial di masyarakat Ambarawa.

Adapun fokus penelitian yang peneliti tempuh dalam riset ini antara lain

mengkaji proses dakwah lebih khususnya kajian terhadap strategi pendakwah

dalam menghadapi berbagai fenomena dakwah di masyarakat pedalam Fakfak,

juga termasuk di dalamnya memaknai dakwah dan nilai-nilai yang terkandung

dalam simbol atau semboyan dalam tradisi Fakfak yang terimplementasi dalam

kehidupan masyarakat Fakfak,

3. Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk

Patipi Fakfak Papua14

.

Makalah ini memfokuskan risetnya pada pembahasan berikut:

a. Simbol-simbol (neret/magan) mampu menyatukan berbagai perbedaan

di wilayah Patipi Kabupaten Fakfak sekalipun perbedaan keyakinan

b. Adat dipandang sebagai alat kontrol untuk mempertahankan dan

memelihara keberlangsungan kehidupan beragama yang harmonis di

dalam kehidupan masyarakat.

c. Integrasi sosial hanya dapat terwujud jika ada kesatuan fungsional

antara sub-sub-sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat Fakfak.

14

Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi

Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on

Islamic Studies.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Riset ini membatasi ruang pembatasannya pada simbol-simbol sosial, tradisi

dan integrasi sosial yang terwujud jika ada kesatuan antara fungsional antara sub-

subnya yang ada dalam dalam kehidupan masyarakat Patipi, Kabupaten Fakfak.

Sementara riset yang peneliti lakukan selain memfokuskan pada tradisi juga

memaknai tradisi dan simbol-simbol tersebut dan hubungannya dengan proses

dakwah baik mengkaji fenomena-fenomena dakwah yang tercermin pada simbol-

simbol tersebut dan bagaimana strategi pendakwah dalam mengatasi problematika

di medan dakwahnya.

4. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman15

Fokus pembahasan pada penelitian ini antara lain “bagaimana perilaku

sosial yang menghubungkan Islam dengan kondisi setempat di Papua Barat”.

Penelitian ini pada umumnya mengungkapkan pembahasan tentang keberadaan

Islam sebagai pandangan hidup di Papua Barat. Kemudian peniliti riset ini

mengemukakan hasil temuannya antara lain:

a. Kepemimpinan dan adat,

b. Keberagamaan dan keberagaman, dan

c. Semangat belajar.

Dari tiga temuan utama tersebut menunjukkan bahwa muslim di wilayah

Papua Barat bukan sekedar berusaha mempertahankan tradisi mereka melainkan

senantiasa mempertahankan harmoni beragama dengan umat lain.

15

Ismail Suardi Wekke. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman. Skripsi Jurusan Dakwah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua Barat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Walaupun tempat penelitian yang menjadi sasaran peneliti pada tesis ini

yaitu Kabupaten Fakfak, namun peneliti lebih mengkhususkan riset pada

masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan Sekar. Adapun penelitian yang akan

ditinjau pada Tesis ini antara lain tentang proses dakwah.

5. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di

Fakfak Papua Barat16

Penelitian ini terfokus pada kajian peran tokoh agama, serta kondisi

kehidupan komunitas Muslim di Fakfak Papua Barat. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa komunitas Muslim di Fakfak mengalami perkembangan

yang terlihat dari beberapa aspek:

a. Sosial, hubungan sosial masyarakat semakin baik.

b. Budaya, pelestarian budaya yang sesuai dengan Islam.

c. Agama, meningkatnya pemahaman Islam.

d. Pendidikan, semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya

pendidikan, terutama bagi generasi muda dan sudah banyak sarjana

dari berbagai disiplin ilmu.

e. Ekonomi, masyarakat semakin mapan berkat upaya pemberdayaan

ekonomi masyarakat.

Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran tokoh agama sangat

penting bagi perkembangan komunitas Muslim di Fakfak, antara lain:

16

Zaeni Ulumudin. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua

Barat. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,

2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

a. Tokoh agama mampu membangkitkan semangat masyarakat dalam

beragama,

b. Meningkatkan etos kerja masyarakat, serta

c. Memberi nuansa baru dalam,kehidupan masyarakat yang selama ini

belum mereka alami.

Adapaun tesis yang sedang peneliti lakukan bukan hanya pada peran tokoh

agama namun mengarah pada peran da’i atau peran seluruh komponen dakwah

yang berkiprah dalam proses dakwah dan bagaimana melahirkan strategi dakwah

dalam mengatasi problematika di masyarakat pedalaman Fakfak. Yakni

berorientasi pada proses dakwah di Kampung Ugar Pertuanan Sekar.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field Reseacrh).17

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang

diharapkan dapat menghasilakn data-data deskriptif lebih jelas dan terperinci18

.

Penelitian ini digunakan untuk meneliti kondisi alamiah (Naturalistic Inquiry) di

mana peneliti terlibat di dalamnya (partisipatoris) sebagai instrument pokok (key

instrument).19

17

Penelitian ini bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit persoalan

sedemikian rupa sehingga menghasilakn gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap

mengenai persoalan tersebut. Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif,

(Malang:Instrans Publishing, 2015),18. 18

Yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta data yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap,

pamdangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari fenomena. Ibid., 20 19

Djunaidi Ghony dan Fauzan Al Mnashur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar Ruzz

Media, 2002), 25-29 dan. 84-85

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan fenomenologi. Tujuan dan alasan penggunaan

fenomenologi sebagai pendekatan dalam riset ini antara lain:

a. Melalui pendekatan ini membantu peneliti dalam mencari atau

menemukan dan mengungkapkan serta memahami makna dari hal-hal

mendasar yang esensial dari suatu fenomena atau masalah di kancah

dakwah beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami pada

aktivitas dakwah di pedalaman Fakfak

b. Melalui pendekatan ini, peneliti mampu mengidentifikasi hakikat

pengalaman20

da’I tentang fenomena dakwah dan hal-hal terkait

dengan dakwah dan tradisi pada kehidupan masyarakat di pedalaman

Fakfak.

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud adalah subjek dari mana data tersebut

diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

sumber data primer dan sumber data sekunder21

.

20

Pengalaman yang berkaitan dengan struktur dan tingkat kesadaran individu (baik da’i ataupum

masyarakat/mad’u) secara langsung maupun tidak langsung, yakni memfokuskan pada subjek

penelitian pada orang yang mengalami langsung kejadian atau fenomena yang terjadi. Ibid., 59 21

Sumber data primer: sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian sebagai

sumber informasi yang dicari; Sumber sekunder sebagai bahan penunjang data atau informasi yang

diperoleh melalui pihak lain, tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian,

biasanya sumber sekunder ini berupa dokumen yang menguraikan dan membicarakan sumber

primer.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

a. Sumber data primer (Primary sources). Sumber informasi yang dicari

dalam riset ini adalah informasi yang didapatkan langsung dari

informan antara lain:

1) Para da’i yang sedang atau pernah berdakwah di kampung Ugar

diantaranya adalah:

(a) da’i yang ditugaskan dari Yayasan Muslim Asia (AMCF),

(b) da’i yang ditugaskan dari MUI Kabupaten Fakfak

(c) da’i yang ditugaskan dari yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara

(AFKN) dan

2) Para da’i lokal yang berasal dari kampung setempat yaitu kampung

Ugar:

3) Tokoh adat dan tokoh masyarakat yaitu Kepala suku Ugar

4) Tokoh agama yaitu Imam Masjid atau guru ngaji.

b. Sumber data sekunder atau pendukung (Secondary sources).

Informasi-informasi data sekunder yang diperoleh dalam riset ini

antara lain:

1) Informasi yang diperoleh dari Lembaga Adat Mbaham Matta

Kabupaten Fakfak atau dari MUI di kampung setempat

2) Buku-buku atau tulisan-tulisan makalah, hasil seminar atau

Journal, dokumen-dokumen, responden dari hasil wawancara dan

dokumen lainnya yang terkait dan ada relevansinya dengan

penelitian yang dikaji peneliti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Penggalian data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan

beberapa metode antara lain:

a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh semua

keterangan-keterangan dan menggali data-data yang dibutuhkan peneliti

agar lebih akurat dan memperoleh informasi tentang pemaknaan dibalik

setiap peristiwa dan fenomena yang belum dan tidak diketahui peneliti.

Wawancara dilakukan peneliti guna mendapatkan informasi-informasi

berkenaan dengan dakwah beserta prosesnya, makna-makna dari setiap

tradisi dan fenomena serta peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian dan

hal-hal lainnya yang belum tercover. Adapun sasaran yang akan

diwawancarai ialah informan-informan22

yang telah disebutkan pada

sumber data, antara lain: para da’I, kepala suku, tokoh masyarakat dan

tokoh agama, Imam atau guru ngaji di Kampung Ugar, Pimpinan cabang

yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Ketua Lembaga Adat

Mbaham Matta di kabupaten Fakfak Papua Barat.

b. Observasi (Pengamatan)

22

Dalam menentukan informan pada riset ini, peneliti menempuh teknik atau prosedur pemilihan

informan baik prosedur purposife dan Kuota (dengan mengidentifikasi peserta informan

berdasarkan kriteria yang relevan dengan penelitian) maupun Snowball teknik ini ditempuh bila

informan yang telah ditentukan tidak ditemukan di lapangan. Burhan Bungin, Penelitian

Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012), 107-110.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Secara umum pengamatan yang dilakukan peneliti berdasarkan

tujuan riset pada masalah yang telah dirumuskan dan mengamati semua

kejadian, peristiwa, tempat maupun kegiatan yang ditemukan peneliti di

lokasi penelitian. Teknik ini digunakan peneliti untuk mencatat dan

mengamati secara langsung proses dakwah dan aktivitas keseharian

masyarakat, tradisi, kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa di kampung

Ugar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini peneliti juga mendatangi

langsung ke lokasi penelitian untuk pengamatan dan penelitian guna

mendapatkan data yang diperlukan.

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan peneliti untuk menelusuri dan mendapatkan

data-data historis di Kampung Ugar yang berkaitan dengan masalah dan

tujuan peneliti dalam riset ini. Data yang dimaksud baik berupa literatur

maupun sumber atau bahan dokumen23

dalam arti luas termasuk

otobiografi24

, fotografi25

, video, film, surat-surat pribadi, buku-buku atau

catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, cerita

rakyat, data di server atau yang tersimpan di website, monumen, artefak,

23

Literature adalah bahan-bahan yang diterbitkan baik secara rutin maupun berkala; sedangkan

documenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.

Ibid., 125. 24

Otobiografi yang telah diterbitkan maka sifatnya berubah menjadi literature atau sebagai buku

bacaan. Namun otobiografi yang tidak diterbitkan sifatnya masih tetap sebagai bahan dokumenter.

Demikian halnya surat-surat pribadi, kliping, cerita rakyat. Dokumen terbagi menjadi dua:

dokumen pribadi (berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi; dan dokumen resmi (berupa

dokumen intern seperti: memo, pengumuman, instruksi, laporan rapat dan lainnya. Dan dokumen

ekstern seperti: majalah, buletin, berita yang disiarkan di media massa, pemberitahuan dan lainnya.

Ibid., 125. 25

Foto temuan yang sudah ada di lokasi penelitian atau foto hasil peneliti

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

foto dan lain sebagainya. Dokumentasi digunakan sebagai bahan informasi

penunjang dan sebagai bagian berasal dari kajian kasus yang merupakan

sumber data pokok berasal dari hasil observasi dan wawancara

mendalam26

.

4. Analisa Data

Proses analisis data dilakukan agar riset ini mampu memberikan pengertian

serta pemahaman yang menyeluruh dengan dipadukan yang terjadi di lapangan

dengan melihat dan memadukan sumber data lainnya yang terkait dengan

penelitian ini. Analisa data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara sistem

pengkombinasian. Tahapan analisis tersebut antara lain:

a. Kategorisasi data: Setelah melakukan pengamatan terhadap fenomena

kemudian memaparkan data yang telah terkumpul dari sumber data

primer, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang

terhadap data yang ada

b. Validasi data: Dengan membandingkan dan menganalisis secara

selektif terhadap data atau informasi yang diperoleh

c. Verifikasi data: Menelusuri dan menjelaskan hubungan-hubungan

ketegorisasi (sintesisasi).

d. Kesimpulan data: Menarik kesimpulan-kesimpulan umum

e. Penyajian data: Penyajian data dengan membangun atau menjelaskan

teori

26

Djunaidi Ghony dan Fauzan al Manshur, Op.cit., 200.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

5. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik ini digunakan untuk memeriksa dan mengecek keabsahan data dari

hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data itu27

. Dalam penelitian ini menggunakan metode

Triangulasi Data (pendekatan multi metode)28

.Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain meliputi pemeriksaan melalui penggunaan: Sumber dan

Metode. 29

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan terhadap permasalahan yang menjadi

topik penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan. Tesis

ini terdiri dari empat bab yang secara garis besar adalah:

Bab I : Merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan analisa data

Bab II: Berupa pemaparan landasan teoritis berisi tentang kajian-kajian terkait

dengan dakwah dan urgensinya bagi juru dakwah, dalam bab ini juga membahas

secara umum polemik antara tradisi dan ajaran agama di pedalaman Fakfak.

27

Ghony dan alManshur. Op.cit. 318-319 28

maksudnya adalah kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang

saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sugeng pujileksono. Op.cit. 144. 29

Triangulasi sumber: pemeriksaan melalui sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian. Seperti: membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen. Adapaun triangulasi metode:

melakukan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama. Lihat: Ghony dan alManshur. Op.cit.322-323

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Bab III : Merupakan Penyajian data, membahas tentang keadaan masyarakat Ugar

yaitu meliputi keadaan geografisnya, kehidupan sosial, perekonomian, taraf

pendidikan juga membahas secara umum sejarah masuknya Islam dan

perkembangannya di Fakfak dan di akhir bab ini menjelaskan akan tradisi

masyarakat Ugar.

BAB IV: adalah analisis data yang membahas tentang perkembangan dakwah di

Ugar dan temuan penelitian diantaranya menyebutkan tiga elemen dakwah yang

saling mempengaruhi terhadap perkembangan dakwah di kampung Ugar serta

diakhir bab ini menyebutkan aneka problematika dakwah dan solusi atau strategi

dakwah.

Bab V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.