bab i pendahuluan - scholar.unand.ac.idscholar.unand.ac.id/37353/2/bab 1(1).pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani yaitudeiktikos, yang berarti “hal
penunjuk secara langsung”. Menurut Wijana (1996:6) deiksis adalah kata-kata yang
memiliki referen berubah-ubah atau berpindah-pindah.Sebuah kata bersifat deiktis
apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan
tempat dituturkannya kata itu (Kaswanti Purwo:1984:10-11).Cahyono (1995:217)
mengemukakan bahwa deiksis adalah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu
dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang
diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, deiksis berarti kata yangmenunjuk
sesuatu tergantung dengan referennya dalamsebuah peristiwa tutur.Penggunaan
deiksis yang tepat juga akan membantu dalam pemahaman dalam sebuah
tuturan.Levinson (1983:62)menyebutkan bahwa deiksis secara sederhana dalam
bahasa Inggris diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona ‘person
deixis’, deiksis ruang ‘spatial deixis’ serta ‘distal’ dan deiksis waktu ‘time deixis’.
Levinson menambahkan dua jenis deiksis lain berdasarkan pendapat dari Lyons
(1968) dan Fillmore (1971) yaitu deiksis wacana ‘discourse deixis’ dan deiksis
sosial‘social deixis’.
Deiksis dalam bahasa Jepang menurut Koizumi (2001), disebut dengan 直示
(ちょくじ)’chokuji’. Deiksis persona disebut dengan 人称直示(にんしょうちょく
2
じ ) ‘ninshouchokuji’, deiksis ruang disebut dengan 空 間 の 直 示 ( く う か
ん)‘kuukanchokuji’, deiksis waktu disebut dengan 時間の直示(じかんのちょくじ)
‘jikannochokuji’, deiksis wacana disebut dengan 談話の直示 (だんわのちょく
じ)‘danwanochokuji’ dan deiksis sosial disebut dengan 社会的直示 (しゃかいてき
ちょくじ) ‘shakaitekichokuji’. Deiksis selain memiliki arti menunjukkan sesuatu
yang tergantung pada konteks, juga tergantung pada referennya.Pembahasan ini
peneliti mengambil deiksisbentuk コソア ko-so-a.
Kata tunjuk 指示詞 ( しじし /shijishi) コソア ko-so-adigunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang didasarkan atas jarak pembicara dan pendengar. Kata
tunjuk shijishi bentuk コ系 (ko kei) digunakan untuk referen yang berjarakdekat
dengan penutur atau pembicara. Kata tunjukshijishi bentuk ソ系 (so kei) digunakan
untuk referen yang berjarakmenengah, yaitu tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh
dengan penutur dan lawan tutur atau pembicara dan pendengar.Kata tunjuk shijishi
bentuk ア系 (a kei) digunakan untuk referen yang berjarakjauh dengan penutur dan
lawan tutur atau pembicara danpendengar. Pemakaianshijishi コ系 (ko kei) dan
shijishi ソ系 (so kei) terbagi dua bagian berdasarkan teori Matsuoka (2000) yaitu
teori tairitsu (berlawanan) dan teori yuugou(gabungan).
Contoh percakapan1 antara tokoh Conny dengan Reinerdari anime Shingeki no
Kyojin di bawah ini menunjukkan bagaimana deiksis bentuk ko-so-a.
1. 巨人 : おー帰ーり。 .................................................................... コーニ : 今、、?
3
ライナー: おいコーニ急げ! ゲルガーたち遅れちまうぞ コーニ : ライナー、聞いたか? 今、あいつが、 ライナー: 俺にはなにも聞こえてない
とにかく喋しゃべ
ってないで
(進撃しんげき
の巨人きょじん
II,episode3、01:44) Kyojin :“o-kae-ri” ..................................................................... Conny :“ima..?” Reiner : “oi Conny, isoge!” “Gergertachi okurecchimauzo” Conny :“Reiner, kiitaka?” “Ima, aitsu ga..” Reiner : “ore niwa nanimo kikoetenai” “tonikaku shabettenai de” Titan : ‘selamat-da-tang’ ...................................................................... Conny : ‘barusan..?’ Reiner : ‘oi Conny, ayo bergegas!’ ‘kita ketinggalan gerger dan yang lain’ Conny : ‘reiner, kau tadi dengar tidak?’ ‘barusan, dia..’ Reiner : ‘aku tidak mendengar apapun’ ‘jangan bicara lagi’
Percakapan (1) terdapat deiksis bentuka yaituaitsu yang digunakan Conny
dalam tuturannya kepada Reiner yaitu 今、あいつが “ima, aitsu ga” ‘tadi itu,
dia’.Deiksis bentukko-so-ayang digunakan Conny dalam tuturannya adalah bentuk ア
系 (a kei). Deiksispercakapan(1) adalah deiksis persona atau dalam bahasa Jepang
disebut 人称直示 (にんしょうちょくじ ) ‘ninshochokuji’, yaitu pada kata
aitsu.Aitsu adalah deiksis personako-so-abentuk ア系 (a kei). Deiksisbentuk ア系 (a
kei)digunakan untuk menunjukkan referen yang berjarak jauh dari penutur dan lawan
4
tutur. Percakapan (1)diatas menceritakan bahwa Conny dan Reiner sebagai anggota
dari kelompok yang dipimpin oleh Gerger melakukan penyelidikan ke kampung
halaman Conny.Conny sangat senang karena ia bisa kembali ke kampung
halamannya sambil berteriak kalau ia sudah pulang, namun suasana di sana sangat
sunyi. Mereka menemukan titan atau raksasa yang terbaring di atas rumah warga.
Percakapan Conny dan Reiner dimulai ketika mereka mulai meninggalkan tempat
tersebut. Conny mulai menaiki kudanya, tiba-tiba titan yang sedang terbaring
tersebutmengatakan ‘selamat datang kembali’ kepada Conny. Hal tersebut membuat
Conny terkejut kemudian berkata kepada Reiner bahwa Conny mendengar suara dari
dia.Kata dia yang digunakan dalam percakapan tersebut menggantikan titan yang
terbaring di atas rumah warga.Posisi dari titan itu sendiri jauh dari Conny dan Reiner,
maka digunakan bentuk ア系 (a kei).
Berdasarkan contohpercakapan (1) menunjukkandeiksis persona berbentuk kata
tunjukko-so-a.Deiksis bentuk ko-so-apada contoh percakapan (1)berfungsi sebagai
kata tunjukbentuk ア系 (a kei) pada kata aitsu, kemudian kata aitsu yang ditunjuk
merupakan kata ganti orang yaitu deiksis persona.Deiksis persona yang ditunjukkan
kata aitsu adalah kyojinatau titan.
Penelitian menganai deiksis sendiri belum begitu banyak. Hal ini mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai deiksis. Deiksis yang diteliti adalah
deiksis persona dan ruang bentuk ko-so-a.Penelitian ini membahasa bagaimana
penggunaan kata tunjuk dalam sudut pandang sosiopragmatik yaitu deiksis.
5
Penelitianini mengambil sumber data dari anime 進撃の巨人 (しんげきのき
ょじん) Shingeki no Kyojin season 1. Anime Shingeki no Kyojin sendiri merupakan
adaptasi dari manga karya Hajime Isayama. Anime ini disutradarai oleh Tetsurou
Araki bersama Yasuko Kobayashi sebagai penulis skenario. Studio yang
memproduksi anime ini adalah IG Wit Studio Production. Menurut Seawright dalam
Mahakam (2007:1), Anime merupakan kumpulan gambar bergerak yang dapat
dinikmati secara visual dan audio. Kata anime berasal dari kata serapan dari bahasa
Inggris, yaitu animation. Animation diucapkan oleh orang Jepang menjadi animesyon
yang dalam katakana ditulis sebagai アニメション. Orang Jepang menyingkat kata
tersebut menjadi anime untuk mempermudah pengucapan.
Anime 進撃の巨人 (しんげきのきょじん)Shingeki no Kyojinmenceritakan
bagaimana perjuangan umat manusia melawan raksasayang disebut dengan kyojin
atau titan.Anime ini menceritakan ceritakan bahwa umat manusia berlindung di
dalam 3 lapis dinding yang telah dibangun oleh para leluhur mereka.Titan merupakan
makhluk yang mirip seperti manusia tetapi memilki ukuran tubuh raksasa.Titan tidak
memiliki akal. Hal yang dapat dilakukan oleh titan hanya memakan manusia.
Peneliti mengambil data dari anime Shingeki no Kyojin, karenaselain meneliti
konteks sosiopragmatik dalam sebuah peristiwa tutur yang mempengaruhi
deiksisnya,juga meneliti penggunaanshijishiko-so-a. Konteks yang memiliki
pengaruh dalam sebuah peristiwa tutur seperti jarak, situasi, kondisi, keadaan serta
pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan petutur. Peristwa tutur dalam anime
Shingeki no Kyojin ini melibatkan satu tokoh dengan tokoh yang lainnyadan
6
lingkungan sekitar.Penjabaran peristiwa tutur pada penelitian ini menggunakan teori
SPEAKING yang dikemukakan oleh Dell Hymes.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumya, maka dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Deiksis apa yang terdapatdalam anime Shingeki no Kyojin season 1 episode 1-
9?
2) Bagaimana pengelompokan jarakdeiksis bentuk ko-so-a dalam anime Shingeki
no Kyojin season 1 episode 1-9?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini membahas mengenai deiksis bentukko-so-a. Deiksis yang diteliti
dibatasi atas dua deiksis dengan hanya memfokuskan penelitian pada deiksis persona
dan deiksis ruang. Deiksis waktu, deiksis wacana maupun sosial tidak termasuk
dalam penelitian ini.Peneliti menggunakan deiksis dalam bahasa Jepang yang
dikemukakan oleh Koizumi (2001), yaitu deiksis persona disebut dengan 人称直示
(にんしょうちょくじ)‘ninshouchokuji’, deiksis ruang disebut dengan 空間の直示
(くうかんちょくじ) ‘kuukan no chkuji’ dan dua buah deiksis tambahan. Deiksis
tambahan yaitu deiksis yang peggunaannya sama seperti deiksis ruang. Deiksis
tersebut adalah deiksis arah disebut dengan 方向の直示(ほうこうのちょくじ)
‘houkou no chokuji’ dan deiksis keadaan disebut dengan 様態の直示(ようたいのち
ょくじ)‘youtai no chokuji’.Data yang dianalisis adalah deiksis dari kata tunggal atau
yang berdiri sendiri pada deiksis persona, ruang dan arah. Deiksis keadaan berbeda
7
dengan deiksis persona, ruang dan arah. Karena deiksis keadaan tidak bisa berdiri
sendiri dalam menjelaskan keadaan.
Penggunaan shijishi ko-so-a yang akan ditinjau dari segi sosiopragmatik dengan
mengaitkannya berdasarkan pengelompokan jarak dari deiksis. Peneliti menjabarkan
apa saja deiksis yang terdapat di dalam anime Shingeki no Kyojin season 1episode 1-9,
dan bagaimana pengelompokan jarak bentuk ko-so-a dalam teori Matsuoka (2000)dan
teori wilayah informasi Akio (1990) serta penjabaran konteks menggunakan
SPEAKING yang dikemukakan oleh Dell Hymes.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahuideiksis yang terdapat di dalam anime Shingeki no Kyojin
season 1 episode 1-9.
2) Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan jarak deiksis bentuk ko-so-a
dalamanime Shingeki no Kyojin season 1 episode 1-9
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan bagaimanadeiksis persona dan ruang
bentuk ko-so-adalam bahasa Jepang. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk penelitian selanjutnya.
8
1.5.2 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mempelajari linguistik bahasa Jepang, terutama dalamdeiksis.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki pengaruh terhadap apa yang akan diteliti. Suatu
penelitian yang dikatakan baik dengan hasil yang maksimal dapat dipengaruhi dengan
penggunaan metode penelitian yang baik dan tepat.Sugiyono (2012:2) menyatakan
bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan Sudaryanto (2015:9)
mengatakan metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan; teknik
adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode.
Peneltian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2012:8). Pendekatan kualitatif
sesuaidengan medan yang paneliti lakukan. Ketepatan pendekatan inilah yang
nantinya akan menghasilkan penelitian yang maksimal dan berkualitas. Pendekatan
kualitatif diikuti dengan penjabaran yang dilakukan secara deskriptif.
Penelitiankualitatif deskriptif dapat dikatakan sebagai sebuah proses pemecahan
masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan bagaimana kondisi serta
keadaan dari subjek dan objek penelitian pada saat keadaan sebenarnya. Maksud dari
keadaan sebenarnya adalah keadaan sekarang berdasarkan bukti-bukti konkret yang
tampak atau berdasarkan keadaan yang sebenarnya.Penelitian kualitatif deskriptif
9
tidak hanya dilakukan dalam proses pengumpulan data saja tetapi juga meliputi
bagaimana data itu dianalisis serta diteliti dan bagaimana pula hasil dari data tersebut
disajikan.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data juga dapat disebut dengan tahap penjaringan data.
Pengumpulan data ini dilakukan untuk menemukan hal-hal mengenai permasalahan
atau fenomena kebahasaan. Pengumpulan data yang dilakukan haruslah
menggunakan metode yang tepat dan sesuai. Meurut Sudaryanto (2015:202-203)
metode penyediaan data pada prinsipnya ada dua saja, yaitu ‘metode simak’ dan
‘metode cakap’, dan tekniknya pun sebagai penjabaran dari padanya dibedakan atas
dua pula berdasarkan tahap pemakaiannya, yaitu ‘teknik dasar’ dan ‘teknik lanjutan’.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
metode simak. Menurut Mahsun (2005: 90) metode simak merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa, sedangkan menurut sudaryanto (2015:202) disebut ‘metode simak’ atau
‘penyimakan’ karena memang berupa penyimakan; dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa.Pengumpulan data dengan metode simak yaitu dengan melakukan
penyimakan terhadap sumber data yang berupa anime. Penyimakan dilakukan untuk
menemukan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian sepertiperistiwa
tutur yang dilakukan antar tokoh dalam anime yang diteliti. Metode simak ini
memiliki teknik dasar dan teknik lanjutan.
10
Penelitian ini menggunakan teknik dasar yaitu teknik sadap. Pada praktiknya,
penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Untuk
mendapatkan data, peneliti menggunakan kemauan untuk menyadap pembicaraan
seseorang atau beberapa orang.Penyadapan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dari percakapan antar tokoh pada anime yang diteliti.
Teknik dasar sadap dilanjutkan dengan menggunakan teknik simak bebas libat
cakap dan teknik catat. Kegiatan menyadap juga dapat dilakukan dengan tidak
berpartisipasi ketika menyimak yang dikenal dengan teknik simak bebas libat cakap
atau SBLC. Alat yang digunakan dalam teknik SBLC adalah diri peneliti sendiri dan
peneliti tidak dilibatkan langsung dalam pemunculan calon data kecuali hanya
pemerhati saja.Teknik SBLC cocok dalam penelitian ini karena data bersumber dari
anime yang dimana peneliti tidak memiliki keterlibatan dalam pemunculan data.
Teknik selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat data-data yang diperoleh dari
penggunaan teknik sadap dan simak bebas cakap. Teknik catat dilakukan setelah
peneliti melakukan penimakan terhadap anime yang menjadi sumber data, kemudian
peneliti akan melakukan penyadapan terhadap percakapan yang dilakukan antar tokoh,
selanjutnya tanpa melakukan keterlibatan dalam pemunculan data, peneliti mencatat
semua informasi yang ditemukan berdasarkan dari informasi dari metode sadap dan
penyimakan.
1.6.2 Tahap Analisis Data
Setelah data-data dikumpulkan peneliti selanjutnya data-data tersebut dianalisis.
Tahap analisi data sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian, karena dari
analisis ini permasalahan dalam penelitian tersebut dapat diselesaikan. Analisis data
11
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu berdasarkan fakta-
fakta yang terdapat dalam data.
Metode yang digunakan pada tahap analisis data ini adalah metode padan yang
dimana menurut Sudaryanto (2015:15) mengatakan metode padan, alat penentunya di
luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Alat
penentu yang digunanakan dalam metode padan ini adalahmetode referensial. Metode
referensial adalah metode dengan menggunakan alat penentu berupa kenyataan yang
ditunjuk atau diacu oleh bahasa atau referent bahasa. Penggunaan alat penentu
referen bahasa ini dapat menjadi pembedah pada penilitian yang akan dilakukan,
yaitu deiksis denganpenggunaan referensi dariko-so-a. Penelitian ini menggunakan
alat penentu bahasa yaitu kata tunjuk shijishi ko-so-a dalam bahasa Jepang sebagai
referennya. Kata tunjuk juga digunakan sebagai acuan untuk melakukan pembedahan
data.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Teknik Pilah Unsur
Penentu atau teknik PUP, adapun alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang
dimiliki oleh penelitinya. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipilah-pilah atau
dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur, itu maka daya pilah dapat
disebut dengan ‘daya pilah referensial’.Perbedaan referen atau sosok-teracu yang
ditunjuk oleh kata harus diketahui terlebih dahulu, dan untuk mengetahui perbedaan
referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti haruslah
digunakan. Daya pilah itu lalu dapat dipandang sebagai alat, sedangkan penggunaan
alat yang bersangkutan dapat dipandang sebagai tekniknya. Daya pilah digunakan
12
peneliti dengan Teknik yang dipakai yaitu menjadikan kata tunjuk ko-so-a sebagai
alat daya pilah referensial.
1.6.3 Metode Penyajian Data
Penelitian ini menggunakan metode penyajian secara informal. Yang dimana
menurut Sudaryanto (2015:241), metode penyajian informal adalah perumusan
dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian secara formal adalah perumusan dengan
apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang.
1.7 Tinjauan Pustaka
Winingsih(2012)melakukan penelitian mengenai Penggunaan Shijishi Ko–So–
A pada Wawancara Bahasa Jepang. Sumber data berasal dari data inventaris
Universitas Kyuushuu Jepang yang berupa data wawancara interaktif. Pengumpulan
data menggunakancara observasi kemudian melakukan inventarisasi dan
transkripsi.Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu tujuan pengunaan
shijishi ko-so-a ditinjau dari konsep sosial masyarakat Jepang Penelitian ini
merupakan penelitian studi pustaka dengan mengambil referensi dan data dari
internet, buku – buku dan kamus. Penelitian ini adalah penelitian studi pustaka
dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode analisis menggunakan metode
agih. Kesimpulan penelitian adalah shijishi so paling sering digunakan karena
wawancara adalah tuturan yang formal, maka hubungan penutur dengan lawan tutur
dianggap selalu sama, yakni sebagai orang yang baru kenal.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penggunaan dari
sumber data yang berbeda. Penelitian yang dilakukan mengambil sumber data dari
anime, tidak dengan wawancara. Penelitian dilakukan menggunakan metode padan.
13
Selain itu, perbedaan terletak pada tujuan, dimana penelitian tedahulu lebih terfokus
kepada sosial masyarakat, sedangkan penelitian ini memfokuskan kepada deiksis
bentuk ko-so-a. Penelitian ini dijabarkan menggunaan teori SPEAKING untuk
menganalisis penggunaan deiksis bentuk ko-so-a.
Sera(2014)melakukan penelitian mengenai deiksis dengan judul “Deiksis
Waktu dalam DramaCleopatra na Onnatachi”.Sumber data yang diambil dalam
drama Cleopatra na Onnatachi karyaOoishi Shizuka.penelitian ini memiliki tujuan
untuk menemukan bentuk deiksis waktu dan jenisreferensi dalam drama Cleopatra na
Onnatachi. Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan
dengan cara klasifikasi terhadap keterangan waktu, tabulasi dan analisis data.
Kesimpulan dari penelitian ini 64 kata deiksis waktu yang terdiri dari 47 kata deiksis
waktu bentuk perubahan ruang, seperti 今日(hari ini) dan 昔(dahulu). 17 kata deiksis
waktu bentuk perubahan waktu, seperti 日(hari), 今(sekarang). Kata deiksis waktu
yang telah terkumpultersebut mengandung 19 kata referensi eksofora dan 26 kata
referensi anaphora.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini terdapat pada sumber data
yang berbeda. Penelitian dilakukan menggunakan sumber data anime serta
menggunakan metode padan. Selain itu, perbedaan terletak pada data yang
dianalisisyaitu tidak deiksis waktu, tetapi deiksis persona dan ruang. Pada penelitian
ini menggunakan bentuk ko-so-a di dalam deiksis. Selanjutnya penelitian ini
dijabarkan menggunaan teori SPEAKING untuk menganalisis deiksis bentuk ko-so-a.
14
Sarah(2017)melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Referensi
Demonstratif Ko-So-A dalam Cerita Rakyat Ushiwakamaru dan Shoujouji No Tanuki
Bayashi”. Sumber data yang diambil yaitu referensi demonstratif pada cerita rakyat
Ushiwakamaru dan Shoujouji no Tanukibayashi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
Mendeskripsikan penggunaan dan hal yang dirujuk oleh referensi demonstratif ko-so-
a pada cerita rakyat Ushiwakamaru dan Shoujouji no Tanukibayashi.Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif bersifat kualitatif.Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak yang selanjutnya digunakan teknik catat,
Kesimpulan penelitian tersebut adalah Referensi pronomina demonstrarif ko-so-a
merujuk pada anafora dan katafora. 29 data merujuk pada anafora dan 3 data merujuk
pada katafora.
Perbedaan dengan penelitian kali ini terletak pada kajian yang diteliti.
Penelitian di atas menganalisa referensi pronominal demonstratif saja, sedangkan
penelitian kali ini membahas mengenai deiksis bentuk ko-so-a. Pengambilan sumber
data juga berbeda antara cerita rakyat dengan anime. Selanjutnya penelitian ini
dijabarkan menggunaan teori SPEAKING untuk menganalisis deiksis bentuk ko-so-a.
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi kedalam 4 (empat) BAB dengan sistematika penulisan,
BABI yaitu,pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode serta teknik penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan. Selanjutnya, BAB II merupakan landasan teori dalam
melakukan penelitian, yaitu pengertian pragmatik,teori konteks, teori SPEAKING
Dell Hymes, pengertian deiksis, deiksis dalam bahasa jepang, shijishi ko-so-a. BAB