bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/bab i.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih banyak terjadi di Indonesia. Pada sejumlah daerah di Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur dan Bengkulu menunjukkan adanya masyarakat yang BAB sembarangan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Data yang di peroleh dari WHO dan UNICEF tahun 2014 menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-dua dari lima Negara di dunia yakni sebagai negara dengan jumlah terbesar masyarakatnya yang melakukan buang air besar sembarangan. Sekitar 54 juta orang di Indonesia masih banyak buang air besar di tempat terbuka (Rafiq, 2016). Angka kejadian BAB sembarangan masih tinggi di Indonesia, khususnya Jawa Timur yang akses sanitasi tidak layaknya (jamban tidak sehat) sebesar 51,5% (Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015). Sampang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) yang jumlahnya masih rendah. Data hingga tahun 2015 persentase penduduk di Sampang dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) adalah sebanyak 30,41% dan sisanya belum layak yakni sebesar 69,59% yang menduduki urutan ke lima terendah di Jawa Timur (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015). Hal itu menunjukkan bahwa lebih dari separuh Kepala Keluarga di Kabupaten Sampang belum terlayani akses sanitasi dan jamban sehat (Devy, et.al, 2016). Camplong merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sampang dengan akses sanitasi layak yang sudah bagus, namun masih memiliki kebiasaan perilaku BAB yang buruk. Data tahun 2016 menunjukkan presentase penduduk dengan akses sanitasi layak adalah sebanyak 78,24% (profil Kesehatan

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih banyak terjadi di

Indonesia. Pada sejumlah daerah di Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur

dan Bengkulu menunjukkan adanya masyarakat yang BAB sembarangan (Profil

Kesehatan Indonesia, 2016). Data yang di peroleh dari WHO dan UNICEF tahun

2014 menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-dua dari lima Negara di

dunia yakni sebagai negara dengan jumlah terbesar masyarakatnya yang melakukan

buang air besar sembarangan. Sekitar 54 juta orang di Indonesia masih banyak buang

air besar di tempat terbuka (Rafiq, 2016). Angka kejadian BAB sembarangan masih

tinggi di Indonesia, khususnya Jawa Timur yang akses sanitasi tidak layaknya (jamban

tidak sehat) sebesar 51,5% (Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).

Sampang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur dengan akses

sanitasi layak (jamban sehat) yang jumlahnya masih rendah. Data hingga tahun 2015

persentase penduduk di Sampang dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) adalah

sebanyak 30,41% dan sisanya belum layak yakni sebesar 69,59% yang menduduki

urutan ke lima terendah di Jawa Timur (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).

Hal itu menunjukkan bahwa lebih dari separuh Kepala Keluarga di Kabupaten

Sampang belum terlayani akses sanitasi dan jamban sehat (Devy, et.al, 2016).

Camplong merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Sampang dengan akses sanitasi layak yang sudah bagus, namun masih memiliki

kebiasaan perilaku BAB yang buruk. Data tahun 2016 menunjukkan presentase

penduduk dengan akses sanitasi layak adalah sebanyak 78,24% (profil Kesehatan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

2

Kabupaten Sampang, 2016). Data di Kecamatan Camplong yang berdasarkan profil

kesehatan Kabupaten Sampang sudah lebih dari separuh penduduknya memiliki

akses sanitasi yang layak (jamban sehat), tetapi perilaku BAB nya masih buruk.

Berdasarkan hasil survey yang di lakukan peneliti di Puskesmas Camplong melalui

kepala Puskesmas di dapatkan hasil untuk jumlah jamban sehat sebesar 338 Kepala

Keluarga dan untuk masyarakat yang mempunyai kebiasan perilaku untuk BAB

sembarangan seperti di laut sebesar 467 Kepala Keluarga. Pada desa camplong

terdapat beberapa dusun, diantaranya Pesisir Barat, Pesisir Timur, Poteran, Loloran,

Dharma, Lengser, Karangloh, dan dusun dengan jumlah kebiasan perilaku tertinggi

untuk BAB di laut yakni di Dusun Pesisir Timur sebesar 226 Kepala Keluarga.

Upaya pemerintah Kabupaten Sampang tahun 2017 dalam menangani

masalah BAB sembarangan, yakni dengan melakukan program terintegratif yang di

canangkan untuk menekan wabah penyakit di masyarakat yang disebabkan buang air

besar sembarangan. Program yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik

pendekatan secara persuasive dan memberikan penyuluhan secara langsung kepada

masyarakat. Upaya lanjutan tersebut belum terlaksana sepenuhnya dengan baik,

terbukti dengan total desa yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang

yakni sebesar 186 desa 26 desa masih melaksanakan ODF (Open Defecation Free).

(STBM Indonesia, 2018)

Hasil data studi pendahuluan peneliti yang dilakukan melalui wawancara pada

petugas bagian Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan, mengatakan bahwa telah

dilakukan upaya pemerintah dengan memberikan bantuan 1000 jamban pada

masyarakat di Kabupaten Sampang pada tahun 2016. Menurut petugas bagian

Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Sampang meskipun sudah mendapatkan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

3

bantuan dan memiliki sarana sanitasi jamban sehat, namun perilaku masyarakat masih

lebih sering BAB di tempat umum. Beberapa contoh BAB sembarangan di tempat

umum yang banyak terjadi seperti di sungai, sawah dan khususnya di Sampang yakni

di pantai.

Hasil studi pendahuluan dari peneliti kepada masyarat di Dusun Pesisir Timur

sejumlah 31 Kepala Keluarga yang di lakukan wawancara secara langsung pada tiap-

tiap rumah. Kemudian untuk Kepala keluarga yang mempunyai jamban sebanyak 15

KK, sedangkan yang tidak mempunyai jamban sebanyak 26 KK. Perilaku masyarakat

yang mempunyai jamban yang masih mempunyai kebiasan untuk BAB di laut

sebanyak 13 KK. Alasan dari masyarakat melakukan kebiasan BAB di laut yakni di

antaranya, untuk menghemat air dan ruang di septic tank di rumahnya serta mereka

beranggapan bahwa ketika buang air besar di laut lebih efisien di bandingkan di

rumah.

Perilaku BAB sembarangan masih banyak terjadi terutama pada anak usia

sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina dengan judul “Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan

Kuranji Padang” bahwa presentase tertinggi berdasarkan usia adalah anak kelas 5 SD,

yaitu usia 11 tahun dengan presentase 33,8%. Anak sekolah dasar sangat penting

untuk memperoleh pengawasan dari orang yang lebih tua darinya dalam hal

pengawasan kesehatan, khususnya dalam perilaku BAB sembarangan (Lina, 2016)

Berdasarkan teori Erikson, perilaku anak pada usia pra-sekolah berada pada

fase inisiatif dan rasa bersalah. Pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu dan daya

imaginasinya berkembang. Pada tahap ini juga anak mencoba untuk meniru tingkah

laku atau perilaku orang dewasa dan sekitarnya. Perilaku anak meniru tingkah laku

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

4

orang dewasa juga memiliki pengaruh pada pengetahuan, sikap dan tindakan

kesehatan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina, Henico

dengan judul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa di SDN 42 Korong

Gadang Kecamatan Kuranji Padang” menunjukkan bahwa anak memiliki

pengetahuan rendah pada penggunaan jamban bersih dan sehat yaitu sebesar 67,6%

(Lina, 2016)

Anak-anak sangat rentan terkena penyakit, khususnya penyakit yang

diakibatkan oleh BAB sembarangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Herawati,et al dengan judul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan

kejadian Diare pada anak sekolah dasar (SD)” menghasilkan angka anak yang

memiliki PHBS tidak baik yakni sebesar 39 anak, dan anak yang mengalami kejadian

diare sebanyak 34 orang (87,2%). Dapat disimpulkan bahwa kejadian diare lebih

besar pada anak yang mempunyai PHBS tidak baik dan kejadian diare lebih kecil pada

anak yang mempunyai PHBS baik (Saputro, Bidiarti dan Herawati, 2013)

Hasil studi pendahuluan dari Puskesmas Camplong, bahwa data penyakit

yang sering terjadi pada anak-anak dari bulan Juli-Agustus 2017 di dapatkan sebesar

798 orang yang menderita diare. Data tersebut di jumlahkan berdasarkan rentan usia

dari 1 sampai 11 tahun, laki-laki dan perempuan. Selain diare, terdapat penyakit lain

diantaranya yakni scabies, dermatitis kontak alergi, pruritus. Berdasarkan Hasil

wawancara yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas Camplong, data tersebut terus

bertambah setiap bulannya, dan paling banyak adalah anak-anak.

Tatanan sekolah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam

pembentukan perilaku kesehatan pada anak-anak. Periode anak usia sekolah ini

menjadi pengalaman inti anak yang dianggap mulai bertanggung jawab atas

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

5

perilakunya sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan lainnya.

Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar

pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri dan

memperoleh keterampilan tertentu, yang bermanfaat untuk pembentukan perilaku

(Diyantini, et al 2015)

Dalam memperoleh dasar-dasar pengetahuan pada anak diperlukan proses

pembelajaran. Seiring berkembangnya dunia pembelajaran yang semakin maju, maka

diperlukan adanya pengembangan metode pembelajaran baru yang menarik dan

dapat dilakukan dengan berbagai variasi. Variasi tersebut berfungsi agar aktivitas

belajar anak menjadi lebih kondusif, lebih mudah dmengerti, dan menyenangkan.

Penggunaan metode yang baru akan menyatukan dan melihatkan aktivitas

mental,emosi, pikiran (otak), fisik (tubuh), dan perilaku secara sekaligus. Tujuan dari

metode tersebut untuk menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta

membimbing anak sekolah, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah untuk ikut serta

dalam pelaksanaan prinsip hidup bersih (Depkes, RI 2016).

Bercerita adalah metode yang dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran

perubahan perilaku pada anak. Metode bercerita merupakan penyampaian pesan yang

bukan hanya untuk didengar, tetapi juga diterima dan dimungkinkan untuk

dipraktikkan atau diterapkan. Tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan suatu

informasi kepada orang lain, selan itu juga untuk mendorong, meyakinkan,

menginformasikan, dan menghibur pendengar. Bercerita temanya bisa disesuaikan

oleh pencerita, misalnya tema tentang kisah persahabatan, cerita tentang hewan atau

bahkan cerita yang bertema kesehatan (Asnawiyah, 2014). Bercerita juga merupakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

6

salah satu upaya pemberian pengalaman belajar bagi anak-anak dengan membawakan

cerita secara lisan (Prihmantoro, Rosita, & Yunitasari, 2017)

Terdapat berbagai penelitian yang mendukung metode bercerita dalam

penelitian ini, salah satunya penelitian yang di lakukan oleh Robi’atul Asnawiyah yang

berjudul : “Efektivitas bercerita terhadap peningkatan pengetahuan dalam

penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat “ menghasilkan adanya perbedaan yang

signifikan pada pengetahuan (p < 0,05). Bercerita dapat meningkatkan pengetahuan

sebesar 12,10% pada saat post-test. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

adalah terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada responden setelah

mendapatkan intervensi. Maka dari itu, bercerita efektif dalam peningkatan

pengetahuan responden mengenai PHBS (Asnawiyah, 2014). Selain itu juga terdapat

penelitian lain yang menggunakan metode sama, yakni metode bercerita. Metode

bercerita tersebut digunakan dalam penelitian yang dilakukan Prihmantoro, et al

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi dengan Metode Bermain (Bercerita)

terhadap perilaku menggosok gigi pada Anak Prasekolah”. Penelitian tersebut

menghasilkan adanya perubahan yang signifikan dalam perilaku mengosok gigi pada

anak prasekolah (Prihmantoro, Rosita, & Yunitasari, 2017)

Berdasarkan uraian tersebut, bercerita merupakan salah satu edukasi yang

efektif pada kesehatan utamanya mengenai PHBS. Metode bercerita tersebut

dilakukan untuk mengubah perilaku kesehatan anak yang terjadi sesuai uraian

masalah di atas. Edukasi melalui metode bercerita yang dilakukan oleh peneliti

nantinya akan diberikan perbedaan pada kelompok dengan edukasi melalui

penyuluhan terhadap perilaku PHBS.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

7

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kecamatan

Camplong yakni terdapat 46 Sekolah Dasar Negeri. Sekolah Dasar Negeri yang

letaknya dekat dengan pantai yakni SDN Dharma 1 dan 6 di Kecamatan Camplong.

Pemilihan SDN 1 dan 6 Dharma Camplong dilatar belakangi oleh hasil wawancara

peneliti yang menyebutkan bahwa PHBS penggunaan jamban masih tergolong

rendah.

Maka dari itu peneliti tertarik meneiliti tentang PHBS penggunaan jamban

pada anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah “Apakah ada efektivitas edukasi melalui metode bercerita terhadap

perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan

Camplong Kabupaten Sampang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas edukasi melalui metode bercerita terhadap

perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan

Camplong Kabupaten Sampang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia

Sekolah Dasar melalui edukasi pada kelompok dengan metode bercerita.

b. Untuk mengetahui perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia

Sekolah Dasar melalui edukasi pada kelompok dengan penyuluhan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

8

c. Untuk menganalisa efektivitas edukasi melalui metode bercerita dan

penyuluhan perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah

Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Teoritik

a. Sebagai tambahan referensi dalam bidang Promosi Kesehatan PHBS Jamban.

b. Sebagai tambahan pengetahuan tentang PHBS Jamban

1.4.2 Bagi Klinis

Sebagai tambahan metode untuk penerapan program PHBS jamban pada

masyarakat Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang

1.4.3 Bagi masyarakat

a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

b. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan

yang dihadapinya.

c. Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk

penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya.

d. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan untuk pencapaian

PHBS di Kabupaten Sampang

1.5 Keaslian Penelitian

1. Pada penelitian yang pertama dilakukan oleh Baranowski, Tom & et al (2008),

di dalam jurnal yang berjudul “Playing for Real: Video Games and Stories for

Health-Related Behavior Change”. Peneliti menggunakan desain

Randomaized Control Trial. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 3-5

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

9

kelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini

sebagian besar menunjukkan perubahan terkait kesehatan positif dari

pemutaran video.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Baranowski, Tom & et al (2008)

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pada metode

perbandingan intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode

bercerita dan penyuluhan yang temanya tentang PHBS, sedangkan pada

peneliti sebelumnya menggunakan video game dan metode bercerita.

Persamaan peneliti ini terletak pada penggunaan intervensi metode bercerita

pada anak.

2. Pada penelitian yang kedua dilakukan oleh Ratna Wati (2011), di dalam karya

Tulis yang berjudul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang

Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada

Siswa Kelas V Di SDN Bulukantil Surakarta”. Peneliti menggunakan metode

penelitian Quasi Experimental dengan menggunakan rancangan one group pretest-

postest design. Objek pada penelitian tersebut adalah siswa SD kelas V di SDN

Bulukantil Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik total

sampling dengan jumlah responden sebanyak 47 orang. Hasil dari penelitian

ini yakni nilai p value pengetahuan sebesar 0,000<0,05 serta nilai p value

variable sikap sebesar 0,000<0,05 maka, disimpulkan ada pengaruh dan sikap

mencuci tangan pada siswa SD kelas V.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wati (2011) dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dari metode perbandingan

intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode bercerita dan

penyuluhan yang menggunakan tema PHBS di dalamnya, sedangkan pada

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

10

penelitian Ratna Wati menggunakan penyuluhan saja untuk mencuci tangan.

Kemudian perbedaannya penelitian sebelumnya tentang pengetahuan dan

sikap pencuci tangan, sedangkan pada peneliti lebih fokus kepada perilaku

PHBS. Persamaan penelitian ini terletak edukasi melalui penyuluhan yang

sama-sama diberikan pada responden.

3. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Robi’atul Asnawiyah, 2014 dalam jurnal

yang berjudul “Efektivitas Bercerita Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Dalam Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Desain penelitian ini

menggunakan pre-eksperimental dengan pola rancangan one group pre-test-

post-test design. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan cerita bertemakan

PHBS yang disesuaikan dengan permintaan responden dan diberikan

sebanyak satu kali tatap muka. Pengisian kuesioner oleh 25 responden

dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Responden ialah pengunjung

taman bacaan Posko Pelangi Surabaya yang berusia 7–15 tahun. Hasil uji t-

test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan (p <

0,05). Bercerita dapat meningkatkan pengetahuan sebesar 12,10% pada saat

post-test. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat

perbedaan pengetahuan yang signifikan pada responden setelah mendapatkan

intervensi.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Robi’atul Asnawiyah, 2014

dalam jurnal yang berjudul “ Efektivitas Bercerita Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Dalam Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dari metode perbandingan

intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode bercerita dan

penyuluhan yang menggunakan tema PHBS di dalamnya, sedangkan pada

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

11

penelitian Robi’atul Asnawiyah hanya mengggunakan edukasi bercerita untuk

mengetahui tingkat pengetahuan. Kemudian perbedaannya penelitian

sebelumnya tentang pengetahuan dan sikap pencuci tangan, sedangkan pada

peneliti lebih fokus kepada perilaku PHBS penggunaan jamban sehat.

Persamaan penelitian ini terletak pada metode bercerita yang dilakukan dalam

intervensi untuk diberikan dan diterapkan pada responden.

4. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Maziah, M. Saemah, R. Nooraziah, J,

2015 dalam jurnal yang berjudul “Child-friendly Approches: Choosing the

Best Educational Psychology Tool to Teach Healthy Behaviour For Kids”.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menerapkan pendidikan kesehatan

sehari-hari pada anak-anak tehadap perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan

tersebut berdasarkan pendekatan kognitif sosial yang terdiri dari : faktor

perilaku, lingkungan, interaksi pembelajaran individu, pengolahan informasi.

Pengolahan informasi berfoks pada cara-cara dimana anak memproses

informasi melalui pengamatan, ingatan, pikiran dan proses kognitif lannya.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model pengembangan ADDIE

dan melibatkan kulitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data

wawancara dengan psikologi dan diskusi kelompok dengan anak-anak yang

mengalami obesitas. Empat ahli psikologi diwawancari dan 38 anak TK yang

berusi 3-6 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan tulisan, dan

catatan rekaman audio serta rekaman video. Intervensi yang dilakukan pada

penelitian menggunakan metode pendekatan edukasi pendidikan kesehatan

pada anak yang obesitas. Hasil dari Penelitian ini terdapat perubahan yang

signifikan terhadap perubahan perilaku kesehatan pada akitivitas sehari-hari

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/BAB I.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini sebagian besar menunjukkan perubahan

12

anak. Pendekatan edukasi pendidikan ini juga dapat mempengaruhi perilaku,

pengetahuan, pola pikir dan keterampilan pengalaman belajar anak.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Maziah, et.al, 2015 dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni dari metode perbandingan

intervensi. Jika peneliti peneliti menggunakan edukasi melalui metode

bercerita dan penyuluhan pada perilaku PHBS, sedangkan pada penilian

Maziah, et al menggunakan metode pendekatan edukasi pendidikan pada

perilaku kesehatan anak yang obesitas. Persamaan pada penelitian yang

dilakukan oleh Maziah, et.al, 2015 dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yakni menggunakan metode edukasi pendidikan.