bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41259/2/bab i.pdfkelas pada siswa kelas 4 yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih banyak terjadi di
Indonesia. Pada sejumlah daerah di Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur
dan Bengkulu menunjukkan adanya masyarakat yang BAB sembarangan (Profil
Kesehatan Indonesia, 2016). Data yang di peroleh dari WHO dan UNICEF tahun
2014 menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-dua dari lima Negara di
dunia yakni sebagai negara dengan jumlah terbesar masyarakatnya yang melakukan
buang air besar sembarangan. Sekitar 54 juta orang di Indonesia masih banyak buang
air besar di tempat terbuka (Rafiq, 2016). Angka kejadian BAB sembarangan masih
tinggi di Indonesia, khususnya Jawa Timur yang akses sanitasi tidak layaknya (jamban
tidak sehat) sebesar 51,5% (Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).
Sampang merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur dengan akses
sanitasi layak (jamban sehat) yang jumlahnya masih rendah. Data hingga tahun 2015
persentase penduduk di Sampang dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) adalah
sebanyak 30,41% dan sisanya belum layak yakni sebesar 69,59% yang menduduki
urutan ke lima terendah di Jawa Timur (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015).
Hal itu menunjukkan bahwa lebih dari separuh Kepala Keluarga di Kabupaten
Sampang belum terlayani akses sanitasi dan jamban sehat (Devy, et.al, 2016).
Camplong merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Sampang dengan akses sanitasi layak yang sudah bagus, namun masih memiliki
kebiasaan perilaku BAB yang buruk. Data tahun 2016 menunjukkan presentase
penduduk dengan akses sanitasi layak adalah sebanyak 78,24% (profil Kesehatan
2
Kabupaten Sampang, 2016). Data di Kecamatan Camplong yang berdasarkan profil
kesehatan Kabupaten Sampang sudah lebih dari separuh penduduknya memiliki
akses sanitasi yang layak (jamban sehat), tetapi perilaku BAB nya masih buruk.
Berdasarkan hasil survey yang di lakukan peneliti di Puskesmas Camplong melalui
kepala Puskesmas di dapatkan hasil untuk jumlah jamban sehat sebesar 338 Kepala
Keluarga dan untuk masyarakat yang mempunyai kebiasan perilaku untuk BAB
sembarangan seperti di laut sebesar 467 Kepala Keluarga. Pada desa camplong
terdapat beberapa dusun, diantaranya Pesisir Barat, Pesisir Timur, Poteran, Loloran,
Dharma, Lengser, Karangloh, dan dusun dengan jumlah kebiasan perilaku tertinggi
untuk BAB di laut yakni di Dusun Pesisir Timur sebesar 226 Kepala Keluarga.
Upaya pemerintah Kabupaten Sampang tahun 2017 dalam menangani
masalah BAB sembarangan, yakni dengan melakukan program terintegratif yang di
canangkan untuk menekan wabah penyakit di masyarakat yang disebabkan buang air
besar sembarangan. Program yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik
pendekatan secara persuasive dan memberikan penyuluhan secara langsung kepada
masyarakat. Upaya lanjutan tersebut belum terlaksana sepenuhnya dengan baik,
terbukti dengan total desa yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang
yakni sebesar 186 desa 26 desa masih melaksanakan ODF (Open Defecation Free).
(STBM Indonesia, 2018)
Hasil data studi pendahuluan peneliti yang dilakukan melalui wawancara pada
petugas bagian Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan, mengatakan bahwa telah
dilakukan upaya pemerintah dengan memberikan bantuan 1000 jamban pada
masyarakat di Kabupaten Sampang pada tahun 2016. Menurut petugas bagian
Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Sampang meskipun sudah mendapatkan
3
bantuan dan memiliki sarana sanitasi jamban sehat, namun perilaku masyarakat masih
lebih sering BAB di tempat umum. Beberapa contoh BAB sembarangan di tempat
umum yang banyak terjadi seperti di sungai, sawah dan khususnya di Sampang yakni
di pantai.
Hasil studi pendahuluan dari peneliti kepada masyarat di Dusun Pesisir Timur
sejumlah 31 Kepala Keluarga yang di lakukan wawancara secara langsung pada tiap-
tiap rumah. Kemudian untuk Kepala keluarga yang mempunyai jamban sebanyak 15
KK, sedangkan yang tidak mempunyai jamban sebanyak 26 KK. Perilaku masyarakat
yang mempunyai jamban yang masih mempunyai kebiasan untuk BAB di laut
sebanyak 13 KK. Alasan dari masyarakat melakukan kebiasan BAB di laut yakni di
antaranya, untuk menghemat air dan ruang di septic tank di rumahnya serta mereka
beranggapan bahwa ketika buang air besar di laut lebih efisien di bandingkan di
rumah.
Perilaku BAB sembarangan masih banyak terjadi terutama pada anak usia
sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina dengan judul “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Padang” bahwa presentase tertinggi berdasarkan usia adalah anak kelas 5 SD,
yaitu usia 11 tahun dengan presentase 33,8%. Anak sekolah dasar sangat penting
untuk memperoleh pengawasan dari orang yang lebih tua darinya dalam hal
pengawasan kesehatan, khususnya dalam perilaku BAB sembarangan (Lina, 2016)
Berdasarkan teori Erikson, perilaku anak pada usia pra-sekolah berada pada
fase inisiatif dan rasa bersalah. Pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu dan daya
imaginasinya berkembang. Pada tahap ini juga anak mencoba untuk meniru tingkah
laku atau perilaku orang dewasa dan sekitarnya. Perilaku anak meniru tingkah laku
4
orang dewasa juga memiliki pengaruh pada pengetahuan, sikap dan tindakan
kesehatan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina, Henico
dengan judul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa di SDN 42 Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Padang” menunjukkan bahwa anak memiliki
pengetahuan rendah pada penggunaan jamban bersih dan sehat yaitu sebesar 67,6%
(Lina, 2016)
Anak-anak sangat rentan terkena penyakit, khususnya penyakit yang
diakibatkan oleh BAB sembarangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Herawati,et al dengan judul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
kejadian Diare pada anak sekolah dasar (SD)” menghasilkan angka anak yang
memiliki PHBS tidak baik yakni sebesar 39 anak, dan anak yang mengalami kejadian
diare sebanyak 34 orang (87,2%). Dapat disimpulkan bahwa kejadian diare lebih
besar pada anak yang mempunyai PHBS tidak baik dan kejadian diare lebih kecil pada
anak yang mempunyai PHBS baik (Saputro, Bidiarti dan Herawati, 2013)
Hasil studi pendahuluan dari Puskesmas Camplong, bahwa data penyakit
yang sering terjadi pada anak-anak dari bulan Juli-Agustus 2017 di dapatkan sebesar
798 orang yang menderita diare. Data tersebut di jumlahkan berdasarkan rentan usia
dari 1 sampai 11 tahun, laki-laki dan perempuan. Selain diare, terdapat penyakit lain
diantaranya yakni scabies, dermatitis kontak alergi, pruritus. Berdasarkan Hasil
wawancara yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas Camplong, data tersebut terus
bertambah setiap bulannya, dan paling banyak adalah anak-anak.
Tatanan sekolah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
pembentukan perilaku kesehatan pada anak-anak. Periode anak usia sekolah ini
menjadi pengalaman inti anak yang dianggap mulai bertanggung jawab atas
5
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan lainnya.
Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri dan
memperoleh keterampilan tertentu, yang bermanfaat untuk pembentukan perilaku
(Diyantini, et al 2015)
Dalam memperoleh dasar-dasar pengetahuan pada anak diperlukan proses
pembelajaran. Seiring berkembangnya dunia pembelajaran yang semakin maju, maka
diperlukan adanya pengembangan metode pembelajaran baru yang menarik dan
dapat dilakukan dengan berbagai variasi. Variasi tersebut berfungsi agar aktivitas
belajar anak menjadi lebih kondusif, lebih mudah dmengerti, dan menyenangkan.
Penggunaan metode yang baru akan menyatukan dan melihatkan aktivitas
mental,emosi, pikiran (otak), fisik (tubuh), dan perilaku secara sekaligus. Tujuan dari
metode tersebut untuk menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta
membimbing anak sekolah, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah untuk ikut serta
dalam pelaksanaan prinsip hidup bersih (Depkes, RI 2016).
Bercerita adalah metode yang dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran
perubahan perilaku pada anak. Metode bercerita merupakan penyampaian pesan yang
bukan hanya untuk didengar, tetapi juga diterima dan dimungkinkan untuk
dipraktikkan atau diterapkan. Tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan suatu
informasi kepada orang lain, selan itu juga untuk mendorong, meyakinkan,
menginformasikan, dan menghibur pendengar. Bercerita temanya bisa disesuaikan
oleh pencerita, misalnya tema tentang kisah persahabatan, cerita tentang hewan atau
bahkan cerita yang bertema kesehatan (Asnawiyah, 2014). Bercerita juga merupakan
6
salah satu upaya pemberian pengalaman belajar bagi anak-anak dengan membawakan
cerita secara lisan (Prihmantoro, Rosita, & Yunitasari, 2017)
Terdapat berbagai penelitian yang mendukung metode bercerita dalam
penelitian ini, salah satunya penelitian yang di lakukan oleh Robi’atul Asnawiyah yang
berjudul : “Efektivitas bercerita terhadap peningkatan pengetahuan dalam
penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat “ menghasilkan adanya perbedaan yang
signifikan pada pengetahuan (p < 0,05). Bercerita dapat meningkatkan pengetahuan
sebesar 12,10% pada saat post-test. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada responden setelah
mendapatkan intervensi. Maka dari itu, bercerita efektif dalam peningkatan
pengetahuan responden mengenai PHBS (Asnawiyah, 2014). Selain itu juga terdapat
penelitian lain yang menggunakan metode sama, yakni metode bercerita. Metode
bercerita tersebut digunakan dalam penelitian yang dilakukan Prihmantoro, et al
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi dengan Metode Bermain (Bercerita)
terhadap perilaku menggosok gigi pada Anak Prasekolah”. Penelitian tersebut
menghasilkan adanya perubahan yang signifikan dalam perilaku mengosok gigi pada
anak prasekolah (Prihmantoro, Rosita, & Yunitasari, 2017)
Berdasarkan uraian tersebut, bercerita merupakan salah satu edukasi yang
efektif pada kesehatan utamanya mengenai PHBS. Metode bercerita tersebut
dilakukan untuk mengubah perilaku kesehatan anak yang terjadi sesuai uraian
masalah di atas. Edukasi melalui metode bercerita yang dilakukan oleh peneliti
nantinya akan diberikan perbedaan pada kelompok dengan edukasi melalui
penyuluhan terhadap perilaku PHBS.
7
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kecamatan
Camplong yakni terdapat 46 Sekolah Dasar Negeri. Sekolah Dasar Negeri yang
letaknya dekat dengan pantai yakni SDN Dharma 1 dan 6 di Kecamatan Camplong.
Pemilihan SDN 1 dan 6 Dharma Camplong dilatar belakangi oleh hasil wawancara
peneliti yang menyebutkan bahwa PHBS penggunaan jamban masih tergolong
rendah.
Maka dari itu peneliti tertarik meneiliti tentang PHBS penggunaan jamban
pada anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah “Apakah ada efektivitas edukasi melalui metode bercerita terhadap
perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas edukasi melalui metode bercerita terhadap
perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia
Sekolah Dasar melalui edukasi pada kelompok dengan metode bercerita.
b. Untuk mengetahui perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia
Sekolah Dasar melalui edukasi pada kelompok dengan penyuluhan.
8
c. Untuk menganalisa efektivitas edukasi melalui metode bercerita dan
penyuluhan perilaku PHBS penggunaan jamban pada anak usia Sekolah
Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Teoritik
a. Sebagai tambahan referensi dalam bidang Promosi Kesehatan PHBS Jamban.
b. Sebagai tambahan pengetahuan tentang PHBS Jamban
1.4.2 Bagi Klinis
Sebagai tambahan metode untuk penerapan program PHBS jamban pada
masyarakat Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
1.4.3 Bagi masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
b. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya.
c. Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya.
d. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan untuk pencapaian
PHBS di Kabupaten Sampang
1.5 Keaslian Penelitian
1. Pada penelitian yang pertama dilakukan oleh Baranowski, Tom & et al (2008),
di dalam jurnal yang berjudul “Playing for Real: Video Games and Stories for
Health-Related Behavior Change”. Peneliti menggunakan desain
Randomaized Control Trial. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 3-5
9
kelas pada siswa kelas 4 yang berusia 10-14 tahun. Hasil dari penelitian ini
sebagian besar menunjukkan perubahan terkait kesehatan positif dari
pemutaran video.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Baranowski, Tom & et al (2008)
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pada metode
perbandingan intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode
bercerita dan penyuluhan yang temanya tentang PHBS, sedangkan pada
peneliti sebelumnya menggunakan video game dan metode bercerita.
Persamaan peneliti ini terletak pada penggunaan intervensi metode bercerita
pada anak.
2. Pada penelitian yang kedua dilakukan oleh Ratna Wati (2011), di dalam karya
Tulis yang berjudul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang
Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mencuci Tangan Pada
Siswa Kelas V Di SDN Bulukantil Surakarta”. Peneliti menggunakan metode
penelitian Quasi Experimental dengan menggunakan rancangan one group pretest-
postest design. Objek pada penelitian tersebut adalah siswa SD kelas V di SDN
Bulukantil Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling dengan jumlah responden sebanyak 47 orang. Hasil dari penelitian
ini yakni nilai p value pengetahuan sebesar 0,000<0,05 serta nilai p value
variable sikap sebesar 0,000<0,05 maka, disimpulkan ada pengaruh dan sikap
mencuci tangan pada siswa SD kelas V.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wati (2011) dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dari metode perbandingan
intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode bercerita dan
penyuluhan yang menggunakan tema PHBS di dalamnya, sedangkan pada
10
penelitian Ratna Wati menggunakan penyuluhan saja untuk mencuci tangan.
Kemudian perbedaannya penelitian sebelumnya tentang pengetahuan dan
sikap pencuci tangan, sedangkan pada peneliti lebih fokus kepada perilaku
PHBS. Persamaan penelitian ini terletak edukasi melalui penyuluhan yang
sama-sama diberikan pada responden.
3. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Robi’atul Asnawiyah, 2014 dalam jurnal
yang berjudul “Efektivitas Bercerita Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Dalam Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Desain penelitian ini
menggunakan pre-eksperimental dengan pola rancangan one group pre-test-
post-test design. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan cerita bertemakan
PHBS yang disesuaikan dengan permintaan responden dan diberikan
sebanyak satu kali tatap muka. Pengisian kuesioner oleh 25 responden
dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Responden ialah pengunjung
taman bacaan Posko Pelangi Surabaya yang berusia 7–15 tahun. Hasil uji t-
test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan (p <
0,05). Bercerita dapat meningkatkan pengetahuan sebesar 12,10% pada saat
post-test. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat
perbedaan pengetahuan yang signifikan pada responden setelah mendapatkan
intervensi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Robi’atul Asnawiyah, 2014
dalam jurnal yang berjudul “ Efektivitas Bercerita Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dalam Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dari metode perbandingan
intervensi. Jika peneliti menggunakan edukasi melalui metode bercerita dan
penyuluhan yang menggunakan tema PHBS di dalamnya, sedangkan pada
11
penelitian Robi’atul Asnawiyah hanya mengggunakan edukasi bercerita untuk
mengetahui tingkat pengetahuan. Kemudian perbedaannya penelitian
sebelumnya tentang pengetahuan dan sikap pencuci tangan, sedangkan pada
peneliti lebih fokus kepada perilaku PHBS penggunaan jamban sehat.
Persamaan penelitian ini terletak pada metode bercerita yang dilakukan dalam
intervensi untuk diberikan dan diterapkan pada responden.
4. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Maziah, M. Saemah, R. Nooraziah, J,
2015 dalam jurnal yang berjudul “Child-friendly Approches: Choosing the
Best Educational Psychology Tool to Teach Healthy Behaviour For Kids”.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menerapkan pendidikan kesehatan
sehari-hari pada anak-anak tehadap perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan
tersebut berdasarkan pendekatan kognitif sosial yang terdiri dari : faktor
perilaku, lingkungan, interaksi pembelajaran individu, pengolahan informasi.
Pengolahan informasi berfoks pada cara-cara dimana anak memproses
informasi melalui pengamatan, ingatan, pikiran dan proses kognitif lannya.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model pengembangan ADDIE
dan melibatkan kulitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data
wawancara dengan psikologi dan diskusi kelompok dengan anak-anak yang
mengalami obesitas. Empat ahli psikologi diwawancari dan 38 anak TK yang
berusi 3-6 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan tulisan, dan
catatan rekaman audio serta rekaman video. Intervensi yang dilakukan pada
penelitian menggunakan metode pendekatan edukasi pendidikan kesehatan
pada anak yang obesitas. Hasil dari Penelitian ini terdapat perubahan yang
signifikan terhadap perubahan perilaku kesehatan pada akitivitas sehari-hari
12
anak. Pendekatan edukasi pendidikan ini juga dapat mempengaruhi perilaku,
pengetahuan, pola pikir dan keterampilan pengalaman belajar anak.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Maziah, et.al, 2015 dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni dari metode perbandingan
intervensi. Jika peneliti peneliti menggunakan edukasi melalui metode
bercerita dan penyuluhan pada perilaku PHBS, sedangkan pada penilian
Maziah, et al menggunakan metode pendekatan edukasi pendidikan pada
perilaku kesehatan anak yang obesitas. Persamaan pada penelitian yang
dilakukan oleh Maziah, et.al, 2015 dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yakni menggunakan metode edukasi pendidikan.