bab i pendahuluan 1.1. latar...

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri musik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno mengalami pembatasan dan sulit untuk berkembang. Pidato sang Presiden dalam acara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) seakan mempertegas pembatasan perkembangan industri musik. Pidato yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia mengambil sikap untuk melindungi kebudayaan Indonesia dari pengaruh asing dengan mengembangkan kebudayaan nasional. Setelah era pemerintahan Soekarno berakhir, industri musik di Indonesia mulai berkembang. Banyak ditemui karya musik yang diciptakan dan dijual dalam bentuk fisik maupun digital. Musik menjadi salah satu konten utama dalam siaran radio dan televisi. Konser musik yang diadakan di penjuru daerah Indonesia juga tak kalah hebat menyedot antusias masyarakat. Kenyataan yang ada di lapangan tersebut mengungkap fakta bahwa musik menjadi lahan industri yang dapat digunakan untuk meraup keuntungan dalam jumlah besar. Selain itu, lahan lain seperti rekaman, penjualan merchandise, sponsorship, endorsement komersial, ring back tone (nada tunggu), video klip adalah lahan bisnis yang tercipta dari hasil rekaman musik. Musik sebagai salah satu industri kreatif terus berkembang dan membuat institusi bisnis yang bergerak di dalamnya harus mengikuti perkembangan yang terjadi. Perkembangan tidak hanya mencakup selera musik yang berubah-ubah dari masa ke masa, tetapi juga berkaitan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam ranah manajemen media, industri kreatif mempunyai keuntungan dibanding dengan industri yang lain. Institusi yang bergerak di dalamnya dapat berinovasi dan berkreasi untuk menarik minat audience atau konsumen. Industri kreatif menuntut persaingan ketat. Bagaikan hukum rimba, siapa yang terkuat dialah yang menguasai, jika tidak maka bersiaplah untuk musnah

Upload: vuongcong

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri musik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno mengalami

pembatasan dan sulit untuk berkembang. Pidato sang Presiden dalam acara Hari

Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) seakan mempertegas

pembatasan perkembangan industri musik. Pidato yang berjudul “Penemuan

Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959, menyatakan bahwa pemerintah

Indonesia mengambil sikap untuk melindungi kebudayaan Indonesia dari

pengaruh asing dengan mengembangkan kebudayaan nasional.

Setelah era pemerintahan Soekarno berakhir, industri musik di Indonesia

mulai berkembang. Banyak ditemui karya musik yang diciptakan dan dijual dalam

bentuk fisik maupun digital. Musik menjadi salah satu konten utama dalam siaran

radio dan televisi. Konser musik yang diadakan di penjuru daerah Indonesia juga

tak kalah hebat menyedot antusias masyarakat. Kenyataan yang ada di lapangan

tersebut mengungkap fakta bahwa musik menjadi lahan industri yang dapat

digunakan untuk meraup keuntungan dalam jumlah besar. Selain itu, lahan lain

seperti rekaman, penjualan merchandise, sponsorship, endorsement komersial,

ring back tone (nada tunggu), video klip adalah lahan bisnis yang tercipta dari

hasil rekaman musik.

Musik sebagai salah satu industri kreatif terus berkembang dan membuat

institusi bisnis yang bergerak di dalamnya harus mengikuti perkembangan yang

terjadi. Perkembangan tidak hanya mencakup selera musik yang berubah-ubah

dari masa ke masa, tetapi juga berkaitan dengan kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi. Dalam ranah manajemen media, industri kreatif mempunyai

keuntungan dibanding dengan industri yang lain. Institusi yang bergerak di

dalamnya dapat berinovasi dan berkreasi untuk menarik minat audience atau

konsumen.

Industri kreatif menuntut persaingan ketat. Bagaikan hukum rimba, siapa

yang terkuat dialah yang menguasai, jika tidak maka bersiaplah untuk musnah

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

2

atau mati. Persaingan yang ketat berimbas pada manajemen media institusi yang

bersangkutan. Wajib untuk berbenah, beradaptasi, menemukan inisiatif atau cara

baru untuk menarik audience atau konsumen dalam bersaing dengan institusi yang

lain. Semakin banyak konsumen atau audience dalam mengakses atau

mengkonsumsi produk medianya, maka akan berimbas pada profit yang didapat.

Pada dasarnya profit adalah sumber utama institusi media untuk menjalankan

aktivitas memproduksi produk media. Idealnya, semua faktor yang tergabung di

dalam suatu organisasi yang memproduksi produk media, harus bersinergi, bahu

membahu satu sama lain untuk jalannya kehidupan organisasi media yang

bersangkutan.

Lokananta, perusahaan negara yang bergerak dalam rekaman musik

mempunyai sejarah yang mengagumkan. Pada awal berdirinya, Lokananta

berstatus sebagai pabrik piringan hitam dengan administrasi jawatan yang

langsung di bawah jawatan RRI pusat Jakarta. Lokananta bertugas mencetak

piringan hitam transkripsi untuk melayani siaran radio RRI dan tidak dijual

kepada umum. Status Lokananta berubah seiring pemerintah memutuskan bahwa

Lokananta dapat menjual produksi piringan hitamnya. Putusan tersebut sebagai

respon atas tingginya minat masyarakat terhadap konten siaran RRI yang

diproduksi oleh Lokananta.

Sebagai perusahaan milik negara, Lokananta mengalami dua naungan

yaitu berada dalam naungan Departemen Penerangan (Deppen) dan Perusahaan

Umum Percetakan Negara Republik Indonesia (Perum PNRI). Pada masa naungan

Deppen, Lokananta tercatat sebagai sebagai salah satu pioneer industri musik

Indonesia dan pernah menguasai industri musik Indonesia pada dekade 70-80an.

Berada dalam naungan Deppen dan mengalami masa jaya tidak semerta-merta

Lokananta menuai pujian dari berbagai kalangan. Manajemen yang diterapkan

bukan manajemen yang ideal bagi sebuah perusahaan yang bergerak dalam

industri rekaman musik mengingat adanya ikut campur dan peran negara dalam

perusahaan tersebut sangat kuat.

Era naungan Deppen berakhir seiring dengan runtuhnya rezim orde baru.

Masa transisi yang dimulai dari tahun 1998 hingga tahun 2001 membuat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

3

Lokananta berada dalam situasi yang tidak jelas. Pada tahun 2001, kejelasan mulai

terlihat seiring likuidasi dan privatisasi lembaga-lembaga milik negara, tak

terkecuali lembaga yang berada dibawah naungan Deppen yang salah satunya

adalah Lokananta. Proses likuidasi yang dialami oleh Lokananta menyebabkan

Lokananta berpindah naungan ke Perum PNRI. Perpindahan naungan tersebut

membuat Lokananta harus memulai dan menata kembali bentuk perusahaan yang

telah dibangun. Berada di lingkungan yang baru bukan berarti Lokananta menjadi

perusahaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan masa naungan Deppen.

Keadaan yang dialami oleh Lokananta baik dalam naungan Deppen dan

Perum PNRI, seakan menjadi pertanyaan apakah keadaan tersebut tercipta karena

disfungsi manajemen atau tekanan dari luar seperti selera musik masyarakat,

perkembangan teknologi informasi komunikasi, dan industri hiburan di Indonesia

yang terpusat di Jakarta. Di sisi lain, sebagai perusahaan milik negara, cerminan

kondisi Lokananta tidak hanya dilihat dari sisi internal perusahaan tersebut, tetapi

juga dari sisi eksternal dimana peran dan ikut campur negara dalam perusahaan ini

sangat kuat.

Penelitian ini akan mendeskripsikan secara mendalam dengan mengambil

fokus manajemen media musik rekaman Lokananta pada tahun 1996-2012, masa

dimana Lokananta masih berada di bawah naungan Departemen Penerangan dan

Perum PNRI.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan pokok permasalahan penelitian yang diperoleh dari latar

belakang permasalahan di atas adalah sebagai berikut: bagaimana manajemen

media musik rekaman milik negara yang diterapkan dalam perusahaan rekaman

musik milik negara Lokananta era naungan Deppen dan Perum PNRI pada tahun

1996-2012?.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

4

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui manajemen media musik rekaman milik negara yang

diterapkan dalam perusahaan rekaman musik milik negara Lokananta era naungan

Deppen dan Perum PNRI padatahun 1996-2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis bagi kajian ilmu komunikasi dan penelitian tentang manajemen

media. Manfaat penelitian ini antara lain:

a. Memperkaya kajian komunikasi khususnya studi tentang manajemen media.

b. Penelitian ini secara praktis dapat menggambarkan manajemen media musik

rekaman dalam lingkup perusahaan rekaman musik milik negara.

1.5. Objek Penelitian

Melihat fenomena yang telah digambarkan dalam latar belakang dan

rumusan masalah, objek penelitian akan difokuskan pada manajemen media

rekaman musik Lokananta. Penelitian ini akan mengambil data dari

arsip/dokumen Lokananta, wawancara dengan mantan direktur Lokananta pada

masa naungan Deppen, mantan Kepala dan Kepala Lokananta masa naungan

Perum PNRI, dan karyawan Lokananta.

1.6. Kerangka Pemikiran

1.6.1. Musik Rekaman sebagai Media

Studio rekaman musik merupakan sebuah organisasi yang memproduksi

sebuah message yang berupa musik. Menurut De Fleur & Dennis: musik, berita,

dan iklan adalah industri-industri utama yang memproduksi content (isi) untuk

kebutuhan media massa1. Mc Quail menyatakan bahwa salah satu media massa

adalah melalui musik. Relatif sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada

musik sebagai media massa dalam teori dan penelitian. Mungkin dikarenakan

1 Abdul Firman Ashaf. Tema-Tema Dominan dalam Musik Populer Indonesia (Bandung, 2003),

hlm. 288.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

5

dampak yang ditimbulkan musik terhadap masyarakat tidak jelas, juga karena

tidak berhentinya kemungkinan yang ditawarkan penerus teknologi rekaman dan

reproduksi penyebaran2.

Menurut Shuker, karakteristik media massa adalah melibatkan produksi

dalam skala besar dengan unit-unit ekonomi yang besar untuk keperluan massa,

dan terdapat segmentasi pasar. Media massa merujuk pada bidang cetak, aural,

dan komunikasi visual yang diproduksi dalam skala besar. Pers, penerbitan, radio,

televisi, film, video, industri rekaman, dan telekomunikasi adalah bentuk media

yang telah diproduksi dan disebarluaskan3.

Selain sebagai isi media, musik juga dapat dipandang secara institusional.

Musik sebagai komoditas utama dalam industri rekaman dianggap sebagai

komunikasi massa yang memiliki karakteristik dan fungsi yang sama dengan

institusi massa lainnya4. Saat ini, industri rekaman mempunyai peranan dalam

keseharian kehidupan manusia. Hampir sebagian besar manusia modern hidup

dengan menikmati hasil produksi industri rekaman. Kaitan antara musik yang

menjadi konten utama studio dan industri rekaman dalam kehidupan manusia saat

ini lebih lanjut dapat dipahami bahwa industri rekaman dapat berfungsi sebagai

media massa. Kegiatan utama dari industri rekaman adalah memproduksi dan

mendistribusikan konten media ke khalayak agar tersebar luas. Dimana dalam

proses pendistribusian tersebut menggunakan kemajuan teknologi. Dalam hal ini,

Hull berpendapat,

Popular music, the primary content of the recording media, can be

partially understood as communication and the recording industry as a

mass medium. The main activity of the recording industry is the production

and distribution of symbolic content to widely dispersed heterogeneous

audiences. It uses several technologies to do this, including digital

recording and reproduction, analog recording and reproduction, video

recording and reproduction, and the Internet5.

2 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta, 2011), hlm. 41.

3 Roy Shuker, Understanding Popular Music (London, 2001). hlm. 3

4 Ashaf. Op. cit. hlm. 288. 5 Geoffrey P. Hull, The Recording Industry; Second Edition. (New York & London, 2004), hlm.

544.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

6

Musik rekaman sebagai produk industri rekaman tidak memiliki batas

waktu penggunaan seperti halnya produk media lainnya yang tidak mengenal

batas waktu. Konten media musik rekaman dapat dikonsumsi berulang-ulang dan

bahkan semakin lama semakin berharga karena memunculkan added value6.

McQuail dalam Hull, menyatakan bahwa industri rekaman sebagai media

mempunyai karakteristik sebagai berikut7:

a. Adanya beberapa teknologi untuk merekam dan menyebarkan: terdapat

teknologi rekaman baik dalam format digital dan analog, dari home recording

sampai professional recording. Penyebaran hasil rekaman dapat dilakukan

dengan cara melalui email, toko kaset, download, dan ribuan cara lainnya

untuk memperoleh hasil rekaman.

b. Regulasi yang rendah: pemerintah mengatur industri ini sama dengan industri

lainnya, tidak ada lisensi seperti dalam media penyiaran.

c. Tingginya internasionalisasi: 5 (lima) perusahaan rekaman besar

mengembangkan bisnisnya di beberapa negara dan terdapat perusahaan

rekaman lokal di setiap negara.

d. Audience yang berusia muda: konsumen terbanyak rata-rata berusia antara 15-

24 tahun.

e. Adanya potensi subversive (gerakan bawah tanah): industri dan seniman sering

menjadi subjek dalam serangan dan berkontribusi dalam kenakalan, dorongan

untuk menggunakan narkoba, gerakan anti Amerika dan lebih banyak lagi.

f. Fragmentasi organisasi: meskipun 5 (lima) perusahaan besar menguasai

distribusi, tetapi ada ratusan atau bahkan ribuan dari masing-masing label yang

dapat berdiri sendiri.

g. Adanya kemungkinan keragaman dalam proses penerimaan: rekaman dapat

didengar melalui radio, siaran televisi, kabel, internet, dan satelit.

Pernyataan Mc Quail di atas menggambarkan kondisi industri rekaman

sebagai media, khususnya di Amerika. Jika mengamati kondisi rekaman di

6 Rahayu., “Ekonomi dan Manajemen Media : Perkembangan Kajian, Otokritik dan Eksplorasi

Terhadap Isu Lokalitas,” Potret Manajemen Media di Indonesia, ed. Amir Efendi Siregar, dkk.

(Yogyakarta, 2010), hlm. 45. 7 Hull. Op.cit., hlm.18

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

7

Indonesia, karakteristiknya bisa dipastikan hampir sama. Perjalanan industri

rekaman di Indonesia yang awal mulanya dimulai dari beberapa perusahaan

rekaman, menghadirkan cerita tersendiri sehingga dapat menjadi sebuah industri

yang besar seperti sekarang ini.

Sejarah musisi Indonesia dapat bercerita tentang bagaimana pembatasan

kebebasan bermusik di Indonesia pada era Soekarno. Musisi dianggap sebagai

aktor yang mempunyai potensi subversive, berkontribusi dalam proses

penggerogotan budaya bangsa. Hal tersebut dapat dilihat dari strategi politik

kebudayaan yang diterapkan oleh Presiden I Republik Indonesia. Soekarno tidak

menghendaki jika kedaulatan kepribadian, identitas, dan jati diri budaya bangsa

ditindas dan digerogoti oleh keberadaan budaya musik ‘ngak ngik ngok’, musik

cengeng yang jelas-jelas dianggap tidak mencerminkan nation character

building. Musik sebagai budaya populer merupakan cerminan dari nilai yang

terkandung dari masyarakat. Bahkan tinggi rendahnya nilai budaya suatu

masyarakat dapat dipelajari dari watak musiknya8.

Imbas dari diterapkannya strategi politik tersebut salah satunya dapat

dilihat dari pencekalan yang dilakukan terhadap serbuan musik popular yang

kental dengan aliran budaya barat alias musik ‘ngak ngik ngok’. Jenis musik ini

dianggap sebagai neokolonialisme kebudayaan yang dianggap dapat mengancam

dan membahayakan jalannya revolusi yang belum selesai. Pelarangan musik

‘ngak ngik ngok’ dilakukan dengan cara tidak diperbolehkan untuk diputar,

dipanggungkan, serta dipertontonkan di hadapan publik. Grup musik yang

menjadi korban dari kebijakan ini adalah Koes Bersaudara yang harus mendekam

di hotel Prodeo Glodok, selama 100 hari9.

Industri musik di Indonesia sekarang ini juga dikuasai oleh major label

asing yang menebar jala bisnis musik di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Seperti yang dinyatakan McQuail diatas. Fakta bahwa terdapat dominasi 4

(empat) perusahaan besar (the big four) yaitu, Universal Music Groups, Sony 8 Alex Palit, “Budaya Musik dan Politik Kebudayaan (2)”, Tribun News, diakses dari

http://www.tribunnews.com/tribunners/2011/01/31/budaya-musik-dan-politik-kebudayaan-2, pada

tanggal 26 Mei 2014

9 Alex Palit, loc.cit.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

8

BMG Warner Music Group, dan EMI yang menguasai 70% pasar musik di

seluruh dunia termasuk Indonesia10

.

Membicarakan sejarah industri rekaman musik di Indonesia, tentu tidak

bisa lepas dari beberapa studio rekaman musik yang menjadi awal mula

perkembangan industri rekaman musik Indonesia pada saat ini. Sejarah industri

rekaman musik di Indonesia dimulai pada tahun 1954, ketika Suyoso Karsono

mendirikan label pertama kali di Indonesia yang diberi nama Irama Records,

studio rekaman yang berdiri di Menteng Jakarta itu menggunakan garasi

rumahnya sebagai tempat untuk merekam album beberapa grup musik11

. Beberapa

tahun setelahnya, disusul berdirinya perusahaan rekaman musik milik negara,

yaitu Lokananta di Surakarta.

Lokananta, perusahaan rekaman yang terletak di kota Solo ini menyimpan

banyak bukti sejarah perjalanan musik Indonesia. Walaupun bukan studio

rekaman yang pertama kali berdiri di Indonesia, bisa dikatakan studio rekaman

Lokananta ini sebagai salah satu pioneer dan titik nol perjalanan industri musik

Indonesia.

Studio rekaman Lokananta didirikan oleh Maladi, bersama dua rekannya

R. Oetojo Soemowidjojo dan R. Ngabehi Soegoto Soerdipoero. Maladi adalah

orang yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan selama dua periode

(Kabinet Kerja I dan Kabinet Kerja 2) sedangkan R. Oetojo S. dan R. Ngabehi

Soegoto masing-masing menjabat sebagai Kepala Studio dan Kepala Teknik

Produksi Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta12

.

Lokananta bagaikan sebuah perpustakaan lagu daerah di Indonesia. Tidak

ada studio rekaman lain di Indonesia yang dapat menandingi kelengkapan lagu

daerah yang dimiliki Lokananta. Kekayaan sumber daya lagu daerah yang dimiliki

oleh Lokananta tak lepas dari peran Radio Republik Indonesia (RRI) pada saat itu.

10

Wendi Putranto, Rolling Stone, Music Biz, Manual Cerdas Menguasai Bisnis Musik

(Yogyakarta, 2010), hlm. 58.

11 Ibid. hlm. 106.

12 Ayos Purwoaji, Fakhri Zakaria, “Lokananta: Menyelamatkan Musik Indonesia”, RollingStone

Indonesia, diakses dari http://rollingstone.co.id/read/2012/10/27/145255/2073969/1100/lokananta-

menyelamatkan-musik-indonesia, pada tanggal 7 April 2013.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

9

Lokananta yang berstatus sebagai perusahaan jawatan RRI menjadi tempat

penggandaan piringan hitam bagi siaran RRI di seluruh Indonesia. Hal tersebut

sejalan dengan pernyataan De Fleur dan Dennis dalam Ashaf: sejarah

perkembangan industri rekaman musik sangat erat kaitannya dengan media radio.

Pada tahun 1920-an, radio selama berjam-jam diisi oleh musik dan lambat laun

media massa lainnya menggunakan musik populer dalam isi tayangannya.

Tercatat media film mempergunakan musik popular pada tahun 1930-an dan

disusul oleh televisi13

. Musik popular tersebut tidak lepas dari keberadaan studio

rekaman.

Nama besar Lokananta dalam industri musik dapat terlihat dalam sejarah

yang telah ditorehkan oleh Lokananta. Lagu yang berjudul “Terang Bulan”

ciptaan Saiful Basri yang dinyanyikan oleh Orkes Studio Djakarta pernah direkam

di RRI Jakarta tahun 1956 dan dipindahkan ke piringan hitam oleh Lokananta

pada 16 Maret 1965. Lagu bernuansa keroncong melayu ini menjadi lagu negara

Malaysia yang baru merdeka pada saat itu. Lagu itu merupakan hadiah dari

Presiden Soekarno kepada Malaysia. Beberapa dekade kemudian, hubungan

Indonesia dengan Malaysia kembali terjadi, tetapi kali ini bukan hubungan yang

harmonis. Malaysia menggunakan lagu “Rasa Sayang Eh” dalam iklan pariwisata

negara tersebut. Setelah ditelusuri, lagu tersebut adalah lagu tradisional dari

daerah Maluku yang tersimpan dalam arsip lagu Lokananta yang berjudul “Rasa

Sayange”. Lagu “Rasa Sayange” merupakan lagu yang masuk dalam album

kompilasi “Asian Games: Souvenir From Indonesia”, yang dimana album

tersebut merupakan buah tangan dari Indonesia bagi negara-negara peserta Asian

Games IV di Jakarta pada tahun 1962, dan Malaysia sebagai salah satu negara

peserta Asian Games tersebut14

.

Lokananta juga berperan dalam menyimpan kepingan sejarah perjalanan

bangsa ini. Lagu “Indonesia Raya” dalam 3 (tiga) stanza tersimpan di Lokananta.

Rekaman pidato Bung Karno pada beberapa acara penting juga dapat ditemukan

13

Ashaf. Op. cit. hlm. 288.

14 Purwoaji, Zakaria, loc.cit.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

10

di Lokananta, salah satunya adalah pidato beliau pada Konferensi Asia Afrika

tahun 1955 di Bandung15

.

1.6.2. Lokananta Sebagai Perusahaan Negara

Riset manajemen media pada umumnya membahas tentang faktor internal

dan cenderung mengesampingkan faktor eksternal pada perusahaan yang bergerak

dalam bidang media. Riset manajemen media juga harus melihat bentuk

kepemilikan media yang sangat berpengaruh terhadap operasional sebuah

perusahaan. Pada perusahaan rekaman musik Lokananta, faktor eksternal dan

bentuk kepemilikan merupakan faktor yang sangat kuat mempengaruhi kehidupan

perusahaan.

Dapat diketahui bentuk kepemilikan media terdiri dari tiga macam bentuk.

Pertama, non-for-profit media organization. Media yang dikelola dalam bentuk

kepemilikan ini pada umumnya berjalan dan diorganisir atas dasar kepentingan

non-profit oleh sebuah kelompok atau komunitas. Sebagai contoh bentuk

kepemilikan media non-for-profit media organization adalah radio komunitas,

zine, e-zine, dll. Pekerja dalam media ini relatif lebih bebas dan leluasa

mengartikulasikan ide-idenya. Kedua, organisasi media yang dimiliki oleh negara

atau publik (public/state owned media organizations). Model kepemilikan media

seperti ini menyertakan kontrol negara dalam posisi yang penting. Manajemen

media dalam model kepemilikan seperti ini memposisikan negara sebagai pihak

yang menjadikan media sebagai alat penanam ideologi dan hegemoni. Ketiga,

organisasi media yang dimiliki oleh swasta (privately owned media

organizations). Model seperti ini mengindikasikan bahwa media dimiliki oleh

swasta dan dikontrol oleh individu, keluarga, pemegang saham maupun holding

company.16

15

Purwoaji, Zakaria, loc.cit.

16 Eoin Devereux., “Understanding The Media,” Potret Manajemen Media di Indonesia, ed. Amir

Efendi Siregar, dkk. (Yogyakarta, 2010), hlm. 186-187.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

11

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media, Lokananta

adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh negara (public/state owned media

organizations). Pada awal berdiri, Lokananta adalah perusahaan jawatan yang

berada dalam naungan Deppen dan mempunyai tugas untuk menyuplai siaran

bertujuan untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan patriotisme rakyat

indonesia untuk terus mengobarkan semangat perjuangan mempertahankan

kemerdekaan. Selain itu, Deppen juga mengemban tugas untuk

mengkomunikasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat. 17

Pada masa orde baru, negara mempunyai peran yang sangat kuat terhadap

keberlangsungan dan manajemen yang diterapkan pada perusahaan naungan

Deppen. Peran tersebut tidak hanya didapati pada proses pendanaan, modal, dan

sumber daya manusia. Tetapi juga pemanfaatan perusahaan naungan Deppen

sebagai corong pemerintah dalam meredam gejolak serta alat propaganda yang

menjaga kenyamanan berkuasa.

Terdapat tiga bentuk badan usaha milik negara (BUMN) yang berada

dalam naungan Deppen orde baru, yaitu; 1. Perum PNRI, 2. PN. Lokananta, dan

3. Perum Produksi Film dan Negara (PFN). Kegiatan operasional perusahaan

tersebut pada umumnya bertugas untuk mensuplai siaran lembaga-lembaga

penyiaran yang dimiliki oleh Pemerintah. Perum PFN mensuplai siaran Televisi

Republik Indonesia (TVRI) dan PN. Lokananta yang mensuplai siaran RRI.

Hanya Perum PNRI yang terkesan tidak mensuplai siaran bagi instansi manapun.

Era Deppen berhenti seiring dengan berakhirnya rezim orde baru yang

ditandai dengan berhentinya Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. BUMN

yang berada dibawah naungan Deppen mengalami masa transisi dan privatisasi

secara penuh. Masa transisi merupakan masa yang tidak pasti bagi sebuah

perusahaan negara. Berbagai macam persoalan melanda perusahaan tersebut

terutama permasalahan manajemen. Pada masa ini, beberapa perusahaan negara

mengalami proses likuidasi dan berganti naungan, tak terkecuali Lokananta.

17

Sejarah Singkat Departemen Penerangan. hlm. 4

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

12

Pasca reformasi, perusahaan negara berdiri dibawah naungan kementerian

Badan Usaha Milik Negara. Pada masa ini campur tangan negara tidak sekuat

dibandingkan dengan pada masa rezim orde baru. Perusahaan negara beroperasi

layaknya perusahaan swasta pada umumnya yang mempunyai tujuan utama

memupuk keuntungan.

1.6.3. Aliran Musik Rekaman dalam Industri Musik

Pada awal berdiri, Lokananta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

atau transcription service RRI, yang bertugas melaksanakan rekaman audio seni

budaya Indonesia yang selanjutnya dicetak dalam bentuk piringan hitam sebagai

bahan siaran RRI di seluruh Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 215 Tahun

1961 tentang Pendirian Perusahaan Lokananta merubah status Lokananta menjadi

Perusahaan Negara (PN). Lokananta dengan status tersebut tidak hanya

memproduksi piringan hitam yang berfungsi sebagai bahan siaran RRI, tetapi juga

dapat dijual kepada masyarakat18

.

Sesuai dengan usaha yang dijalankan Lokananta, perusahaan rekaman

adalah entitas bisnis yang meraup keuntungan dengan berjualan album rekaman

fisik seperti kaset Compact Disc (CD), piringan hitam, Video Compact Disc

(VCD), dan Digital Versatile Disc (DVD), melalui rekaman eceran19

. Melihat dari

ladang usahanya, Lokananta adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis

musik.

Menurut James F. Sundah, sebelum ada industri musik, awalnya terjadi

bisnis musik. Bisnis musik mempunyai elemen dasar yang terdiri dari rasa,

ekspresi dan batas yang kemudian dirancang sedemikian rupa hingga memiliki

nilai ekonomi20

. Apa yang dimaksud tentang elemen dasar yang terdiri dari rasa,

ekspresi yang memiliki nilai ekonomi adalah musik itu sendiri.

Musik yang dimainkan tentunya mempunyai batas loudness dan decibel

yang kemudian dibantu oleh teknologi. Teknologi amplify membantu

18

Laporan Keuangan Tahun 1998 (Surakarta, 1999), hlm. 6

19 Putranto. Op.Cit., hlm. 106.

20 Purwoaji, Zakaria, loc.cit.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

13

mengeraskan suara, teknologi rekaman mampu merekam suara, dan teknologi

transmitting mampu memancarkan suara. Musik dapat didengar dan diapresiasi

banyak orang dan mendatangkan keuntungan ekonomi dengan bantuan teknologi

tersebut. Namun perlu disadari bahwa musik tersebut berasal dari 1 (satu) sumber

ekspresi, yaitu artis yang memainkan musik. Berawal dari proses tersebut muncul

istilah hak cipta, dimana pembuat musik harus mendapat bagian dari keuntungan

ekonomi tersebut21

.

Musik juga dapat menimbulkan keuntungan ekonomi melalui performing

rights, yaitu ketika artis bernyanyi di depan banyak orang dalam sebuah gedung

dan terjadilah penjualan tiket. Pembagian royalti dari keuntungan penjualan tiket

tersebut dibagi antara penyelenggara dan artis. Performing rights juga dapat

terjadi ketika musik memasuki siaran radio, ketika konten musik diputar dan

orang mulai mendengar kemudian disisipkanlah iklan. Iklan menghasilkan uang,

dan radio membagi keuntungan dari uang yang didapat dari iklan dengan artis

pencipta lagunya. Berikutnya, musik juga dapat direkam dan digandakan, hal

tersebut dinamakan mechanical rights. Industri selalu berubah karena

perkembangan jaman, teknologi, norma, hukum, dan trend baru22

.

Terdapat 3 (tiga) aliran yang tercipta dari pemanfaatan penjualan karya

rekaman musik: Live appearances, Recordings, dan Songwriters23

. Masing-

masing 3 (tiga) aliran tersebut mempunyai hak hukum dan royalti yang mengikat.

Penjelasan tentang 3 (tiga) aliran yang tercipta dalam pemanfaatan penjualan

karya musik, akan dijabarkan pada bab selanjutnya.

Negara pada awalnya memposisikan Lokananta sebagai pabrik piringan

hitam, Lokananta yang mempunyai status Perusahaan Jawatan Radio Kementerian

Penenerangan Republik Indonesia. Pendirian Lokananta tersebut tidak dapat

dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya peranan RRI

pada waktu itu yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui siaran-

siarannya yang bersifat patriotik. Lokananta dalam hal ini sangat berperan dalam

21

Putranto. Op.Cit. Hlm. 143.

22 Ibid.

23 Hull. Op. Cit., hlm. 17.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

14

mengisi bahan-bahan siaran RRI dalam bentuk produk piringan hitam dengan

materi-materi perjuangan dan kesenian tradisional24

.

Banyaknya antusias masyarakat terhadap Lokananta, membuat Lokananta

memperbanyak lagu yang dimiliki dan menjualnya kepada khalayak luas.

Diantara ribuan master lagu yang dimiliki oleh Lokananta, tercatat beberapa

musisi legenda Indonesia pernah merekam jejak karya mereka di Lokananta.

Sebut saja salah satu dari 10 (sepuluh) besar pianis jazz dunia, Bubi Chen yang

pernah merekam karyanya di Lokananta. Bersama grup-nya, Bubi Chen Kwartet,

yang salah satu anggotanya adalah Jack Lesmana merekam 8 (delapan) buah lagu

di Lokananta. Lagu yang direkam diantaranya berjudul “Buaian Asmara” dan

“Semalam”.25

Selain Bubi Chen, musisi legenda lain seperti Waljinah, Gesang,

Sam Saimun, Bing Slamet, Idris Sardi juga pernah merekam karya mereka di

Lokananta26

.

Nama besar yang disandang Lokananta sebagai perusahaan rekaman musik

milik negara yang menguasai industri musik Indonesia pada era 70-80an menjadi

perhatian tersendiri. Nasib Lokananta sekarang berbanding terbalik dengan

keadaan terdahulu, sulit untuk berkembang. Keadaan tersebut mengundang

simpati para musisi dan masyarakat untuk menyuarakan kembali Lokananta agar

kembali bergema di khalayak luas.

Berbagai gerakan dicanangkan oleh para musisi dan masyarakat, baik

secara individu maupun kelompok, baik melalui langkah konkrit di dunia nyata

maupun dunia maya. Gleen Fredly sebagai salah satu musisi pria di Indonesia

pada saat ini merasa prihatin dengan keadaan Lokananta sekarang. Gleen yang

menyebut Lokananta sebagai Rumah Musik Indonesia merasa tersentuh ketika

mengetahui kondisi Lokananta terkini, keadaan yang serba memprihatinkan.

Kejayaan Lokananta dalam industri musik Indonesia hanya masa lalu bagi

Lokananta. Gleen Fredly sebagai musisi merasa harus kembali ke rumah untuk

24

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Tahun 1998 (Surakarta, 1997), hlm. 1

25 Purwoaji, Zakaria, loc.cit.

26 Wendi Putranto, “Blogs: Glenn Fredly dan Jasmerah LOKANANTA”, RollingStone Indonesia,

diakses dari http://rollingstone.co.id/read/2012/10/12/173338/2061416/1291/blogs-glenn-fredly-

dan-jasmerah-lokananta, pada tanggal 5 April 2013.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

15

ikut andil dalam menyelamatkan Lokananta. Bersama kawan-kawannya yang

tergabung dalam grup The Batuucakar, Gleen merilis paket DVD dan CD yang

berisi 12 lagu dan diberi judul Gleen Fredly and The Bakuucakar Live At

Lokananta. Selain merilis paket DVD dan CD bersama The Bakuucakar, Glenn

juga menyelenggarakan konser untuk memperkenalkan kembali Lokananta

kepada masyarakat secara luas, konser tersebut berjudul Lokananta Rumah Musik

Indonesia, dan disiarkan disalah satu stasiun televisi swasta.

Nama lain yang ikut andil dalam menggemakan kembali Lokananta adalah

Pandai Besi. Dapat ditarik benang merah antara Pandai Besi dengan grup musik

Efek Rumah Kaca (ERK), ada 2 (dua) personil Efek Rumah Kaca yang menjadi

pioneer terbentuknya Pandai Besi, sedangkan personil lainnya adalah additional

player tetap saat berada di panggung dalam memainkan lagu karya Pandai Besi.

Pandai Besi terbentuk karena kebosanan personil Efek Rumah Kaca dalam

memainkan repertoar lagu yang sama secara terus menerus. Panggung Joyland

2012 adalah sebuah titik dimana kemudian memunculkan ide untuk membuat

konsep baru, konsep yang bernama Pandai Besi27

. Proses rekaman lagu karya

mereka direkam di studio rekaman musik milik Lokananta. Pada awalnya

rekaman dengan menggunakan studio musik Lokananta bukan karena ingin

memperkenalkan kembali Lokananta ke khalayak luas, bukan terkobar karena

semangat ‘menyelamatkan Lokananta’, tetapi lebih karena studio Lokananta

cocok dengan kebutuhan rekaman Pandai Besi, yaitu proses rekaman secara live

dengan jumlah personil yang besar. Faktor itulah yang membuat Pandai Besi

memilih Lokananta sebagai tempat yang cocok untuk kebutuhan merekam karya

mereka28

.

Proses rekaman yang menggunakan studio musik Lokananta secara tidak

langsung juga ikut mempromosikan Lokananta. Jika mengamati kembali, proses

pembuatan album Pandai Besi ini didanai dengan cara pendanaan crowdfunding.

Pendanaan yang dibiayai oleh khalayak yang diwujudkan di bawah community

27

M. Hilmi Khoirul Umam, “Di Antara Sisi-Sisi Pandai Besi”, Jakartabeat, diakses dari

http://jakartabeat.net/resensi/konten/di-antara-sisi-sisi-pandai-besi, pada tanggal 4 April 2013. 28

Ibid.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

16

label29

. Tentu saja, kebanyakan khalayak yang mendanai album tersebut adalah

fans Efek Rumah Kaca.

Pandai Besi menawarkan paket-paket yang telah mereka siapkan dalam

program crowdfunding. Paket-paket yang ditawarkan tersebut menggunakan

gambar dan desain bertemakan Lokananta pada cover album CD dan merchandise

kaos. Pandai Besi dengan cara tersebut ‘menempa’ nama Lokananta di hati para

fans-nya yang sebagian besar anak muda.

Lain halnya dengan White Shoes and The Couples Company, grup musik

yang terdiri dari 6 (enam) personil ini juga ikut menggemakan kembali

Lokananta. Mereka merilis album dengan format CD dan Piringan Hitam. Format

piringan hitam yang digunakan adalah priringan hitam 7 (tujuh) inci yang

berisikan 4 (empat) buah lagu. Pemilihan Lokananta sebagai tempat rekaman

karena mempunyai nilai sejarah, lagu-lagu daerah banyak dirilis oleh perusahaan

rekaman dan studio legendaris yang didirikan pada tahun 1956 tersebut.

Lokananta merupakan studio yang paling megah pada zamannya namun kini

terbengkalai dan nyaris bangkrut30

.

Fakta yang berbicara bahwa Lokananta sedang menuju colaps secara

finansial, membuat Lokananta mengalami kesulitan dalam memelihara arsip

musik berharga yang dipunyai. Selain itu, tidak ada lagi band yang berminat untuk

merekam musik di studio rekaman Lokananta. Melalui rilisan mini album yang

dikeluarkan, White Shoes and The Couples Company berharap dapat sedikit

membantu memperkenalkan lagi Lokananta kepada generasi baru dan

mengabarkan bahwa studio Lokananta adalah studio yang layak untuk dicoba oleh

berbagai musisi untuk merekam beraneka ragam jenis musik31

.

29

“CROWDFUNDING: Pandai Besi Rekaman di Lokananta”, Efek Rumah Kaca, diakses dari

http://www.efekrumahkaca.net/en/crowdfunding-pandai-besi#.VLzDGiusVZ8, pada tanggal 4

April 2013. 30

Reno Nismara, “White Shoes and the Couples Company Akan Rekam Ulang Lagu Daerah di

Studio Lokananta”, RollingStone Indonesia, diakses dari

http://rollingstone.co.id/read/2012/10/10/195320/2059664/1093/white-shoes-and-the-couples-

company-akan-rekam-ulang-lagu-daerah-di-studio-lokananta, pada tanggal 4 April 2013. 31

Fakhri Zakaria, “Pengarsipan Musik Indonesia Payah”, jakartabeat, diakses dari

http://www.jakartabeat.net/wawancara/konten/pengarsipan-musik-indonesia-parah, pada tanggal 4

April 2013.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

17

White Shoes and The Couples Company juga berharap bahwa Lokananta

tidak menjadi museum. Lokananta dengan koleksi lagu yang banyak, diharapkan

dapat membuat arsip lagu yang mereka punyai. Selain itu Lokananta dapat aktif

lagi sebagai perusahaan rekaman (label) dan meningkatkan kualitas studio

rekamannya agar banyak yang berminat untuk merekam karya mereka di studio

rekaman Lokananta32

.

Selain hati para musisi yang tergerak untuk menggemakan kembali

Lokananta ke khalayak luas, muncul gerakan dari masyarakat untuk ikut serta

mengangkat kembali pamor Lokananta. Gerakan tersebut diberi nama #Sahabat

Lokananta yang diawali oleh beberapa individu melalui sosial media. Keberadaan

sosial media yang ada seperti sekarang ini (twitter, facebook, dll) membuat

masyarakat dapat terkoneksi satu sama lain dengan mudah dan cepat. Sosial

media dengan berbagai karakteristiknya dapat menjadi alternatif untuk

menyuarakan keadaan tertentu kepada khalayak luas.

Melalui akun twitter @badutromantis, Intan sang pemilik akun bersama

rekannya, membuat hastag #SahabatLokananta dan berbagi informasi ke khalayak

luas tentang Lokananta melalui sosial media. Informasi yang berkembang secara

luas tersebut memperoleh perhatian dari masyarakat dan media massa, baik media

cetak maupun elektronik. Gerakan yang diawali dari sosial media tersebut

terwujud menjadi gerakan nyata yang ditandai dengan diadakannya kegiatan-

kegiatan yang menarik khalayak terutama kalangan anak muda untuk lebih peduli

terhadap Lokananta.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh para Sahabat Lokananta ini, mulai

dari membuat aplikasi gamelan untuk perangkat mobile, konser amal untuk

Lokananta, hingga akhirnya Festival Lokananta yang diadakan di Studio

Lokananta itu sendiri. Acara yang digelar selama 2 (dua) hari ini menjadi salah

satu acara akbar dari sebuah upaya menghidupkan kembali Lokananta. Berbagai

macam musisi dari Indonesia datang sebagai pengisi acara Festival Lokananta,

sebutlah Samalona, Homogenic, The Working Class Symphony, Down For Life,

32

Zakaria, loc.cit.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

18

dan Seringai menjadi line up Festival Lokananta33

. Selain itu, Sahabat Lokananta

juga mempunyai kegiatan: membersihkan Lokananta secara rutin, pengarsipan,

diskusi musik, kolaborasi seniman, belajar sejarah musik dan belajar bersama-

sama mempelajari isi dari Lokananta34

.

1.6.4. Manajemen Media Musik Rekaman

Para peneliti komunikasi banyak yang meneliti tentang beragam pesan,

teks media, ataupun meneliti tentang penelitian yang lebih menjual, seperti brand

image maupun riset pemasaran, tetapi banyak yang melupakan bahwa beragam

teks, pesan dan yang lain-lainnya tersebut adalah hasil interaksi para pekerja

media yang terorganisasi. Menurut Devereux, kajian manajemen media menjadi

penting karena beragam teks media yang dikonsumsi oleh khalayak adalah hasil

dari interaksi sejumlah besar pekerja media yang bekerja dalam organisasi

spesifik. Misalnya pembuatan halaman depan sebuah majalah/koran, proses

tersebut melibatkan editor, jurnalis, sub-editor, copywriters iklan, fotografer dan

percetakan35

. Begitu juga dalam karya sebuah musik yang dijual ke masyarakat.

Sebuah karya musik yang sampai ke telinga masyarakat, tentunya tidak hanya

sang pencipta lagu yang berperan, tetapi seluruh anggota yang bekerja dan

berinteraksi mempunyai andil agar karya musik tersebut sampai ke telinga

masyarakat. Riset manajemen media dapat membantu untuk mengatahui bahwa

pesan media yang dikonsumsi oleh khalayak tidak hanya berasal dari

keterampilan memproduksi dan menyebarkan pesan saja, tetapi berasal dari aspek

keseluruhan media yang beroperasi.

Manajemen media adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana

pengelolaan media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya

dilakukan. Manajemen media mempelajari media sebagai industri yang bersifat

33

Denan Bagus, Haryorachmantyo Wijowarastro, “Festival Lokananta”, jogjastage.blogspot.com,

diakses dari http://jogjastage.blogspot.com/2012/12/festival-lokananta.html, pada tanggal 5 April

2013

34 Intan Anggita Pratiwi Minharyanto, “Program #SahabatLokananta”, scribd, diakses dari

www.scribd.com/doc/109275301/SahabatLokananta, pada tanggal 5 April 2013.

35Eoin Devereux., “Understanding The Media,” Kajian dan Posisi Manajemen Media Serta Peta

Media di Indonesia, ed. Amir Efendi Siregar (Yogyakarta, 2010), hlm. 91.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

19

komersial maupun sosial, serta media sebagai institusi komersial maupun sebagai

institusi sosial. Manajemen media mempelajari media secara secara lengkap mulai

dari karakteristik, posisi, peranannya dalam lingkungan, sistem ekonomi, sosial,

politik, dan juga perkembangan teknologi yang mempengaruhi dan harus

diantisipasi. Manajemen media juga mempelajari pengelolaan media yang

meliputi aspek-aspek filosofis, metodologis dan praktis, baik sebagai institusi

komersial maupun sosial36

. Posisi dan batas manajemen media dalam ilmu

komunikasi dapat diketahui bahwa manajemen media merupakan bagian dari

manajemen komunikasi dan bagian dari studi media. Sementara itu, manajemen

komunikasi adalah turunan dari ilmu komunikasi37

.

Menurut Kung dalam Rahayu, manajemen media membahas tentang

strategi perusahaan media mengelola bisnis media38

. Manajemen media mengkaji

sejumlah persoalan yang menyangkut fungsi manajemen, leadership, produksi

content, marketing, sumber daya manusia, teknologi, budaya organisasi, dan

sebagainya39

. Sementara itu, manajemen media juga identik dengan faktor

ketidakpastian. Hal itu dipengaruhi oleh perubahan regulasi, depresi ekonomi,

sistem permodalan, perkembangan teknologi, meningkatknya tuntutan dan

kesadaran publik, keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas, serta

pergeseran minat konsumen media40

.

Manajemen media memberikan pengetahuan tentang pengelolaan media,

prinsip-prinsip manajemen dengan seluruh proses manajemennya secara utuh

yang meliputi berbagai fungsi manajemen, yaitu planning, organizing,

influencing, budgeting, dan controlling. Lebih khusus, perkembangan teknologi

perlu dipelajari secara intensif, khususnya yang mempengaruhi perkembangan

36

Amir Effendi Siregar, “Kajian dan Posisi Manajemen Media Serta Peta Media di Indonesia,”

Potret Manajemen Media di Indonesia (Yogyakarta, 2010), hlm. 5

37 Ibid.

38Lucy Kung, “Strategic Management in The Media: From Theory to Practice,” Kajian dan Posisi

Manajemen Media Serta Peta Media di Indonesia, ed. Amir Efendi Siregar (Yogyakarta, 2010),

hlm. 35

39Rahayu, Op.Cit., hlm. 35.

40Rahayu, “Manajemen Media Massa,” Potret Manajemen Media Indonesia, ed. Amir Effendi

Siregar (Yogyakarta,2010), hlm. vii

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

20

media. Perkembangan ini perlu diantisipasi oleh manajemen media dan

melakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan yang ada. Secara lebih

komprehensif, manajemen media mempelajari media sebagai institusi sosial dan

komersial. Keberadaan media dalam konteks komersial memberi gambaran bahwa

media tersebut ditujukan untuk kepentingan pasar. Media dikelola sesuai dengan

peranan dan fungsinya untuk kepentingan komersial. Media dalam konteks sosial

mempunyai tugas sosial yang berguna bagi masyarakat41

.

Robbins dan Coulter mendefinisikan manajemen sebagai proses

mengkoordinasikan kegiatan kerja agar dapat selesai secara efektif dan efisien

dengan atau melalui orang lain. Efisien mengacu kepada tujuan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dari jumlah sumber daya yang sedikit,

sedangkan efektif sering digambarkan sebagai ‘melakukan hal yang benar’, yaitu

kegiatan kerja yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya42

.

Perusahaan musik rekaman sebagai sebuah perusahaan juga harus

menggunakan manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari.

Hal tersebut berujuan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah dicanangkan.

Perusahaan musik rekaman harus mampu menjalankan fungsi manajemen dalam

mengatur sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya pesan/musik, teknologi

yang dimiliki, serta sumber daya manusia. Menurut Pringles, Jennings dan

Longenecker, manajemen adalah proses memperoleh dan mengkombinasikan

manusia, keuangan, informasi, dan aset fisik untuk mencapai tujuan organisasi

dengan cara memproduksi sebuah produk atau jasa yang diinginkan oleh beberapa

segmen masyarakat43

.

Terdapat 3 (tiga) alasan mengapa manajemen dibutuhkan oleh sebuah

perusahaan44

:

41

Siregar. Op.Cit. hlm. 5-6.

42 Stephen P. Robbins, Mary Coulter, Management (activebook) (New Jersey; Inc.A Pearson

Education Company, 2002), hlm. 11.

43 Pringle, Peter K, Michael F.Starr, Electronic Media Management 5th edition (USA: Elsevier,

2006), hlm.3.

44 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi (Jakarta, 2008),

hlm. 128.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

21

a. Mencapai tujuan: manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Menjaga keseimbangan: manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan

antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling

bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

c. Mencapai efisiensi dan efektivitas: suatu kerja organisasi dapat diukur dengan

banyak cara yang berbeda, salah satu cara yang umum dan banyak digunakan

adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas.

Dewasa ini, perkembangan industri musik berkembang dengan pesat.

Tidak hanya perubahan selera musik yang terus berevolusi dari waktu ke waktu

untuk memenuhi selera masyarakat, tetapi juga adanya perkembangan teknologi

yang memaksa seluruh aspek dari industri musik untuk berubah.

Perusahaan yang bergerak dalam rekaman bidang musik sangat kental

berhubungan dengan faktor seni, teknologi, inovasi, dan kreatifitas. Menurut

Flew, industri musik merupakan salah satu industri kreatif. Tidak semua media

bergerak dalam industri kreatif. Jenis-jenis media yang mempunyai karakter untuk

masuk ke dalam industri kreatif yaitu: advertising, architecture, art, crafts,

design, fashion, film, music, performing arts, publishing, R&D (research and

development), software, toys & games, televisión & radio, video games45

.

Industri kreatif juga mempunyai ciri-ciri46

:

a. The shift of economic activities towards more knowledge-intensive sectors,

particulary those involving extensive application of information and

communication technology.

b. Changing patterns of investment, with growing emphasis upon investment in

“intangibles”, such as research adn development, organisational

restructuring, and information communication technology.

c. A general “upskilling” of the workforce across all economic sectors.

d. Growth in exports of high technology products.

45

Terry Flew, New Media: An Introduction. Second Edition (Oxford, 2005), Hlm.132

46 Ibid. hlm. 124

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

22

Menurut Flew di atas, industri musik termasuk industri kreatif, perubahan

demi perubahan yang ada dalam industri musik menyebabkan semua entitas bisnis

yang ada dalam industri tersebut beradaptasi menyesuaikan perubahan.

Robbins dan Coulter memaparkan ada 3 (tiga) perubahan dalam sebuah

perusahaan dalam menghadapi dinamika industri, tak terkecuali perusahaan

rekaman musik. Perubahan tersebut dimanakan sebagai organizational change.

Perubahan dalam ranah organisasi menurut Robbins dan Coulter merujuk pada

perubahan dalam struktur, teknologi, dan sumber daya manusia47

. Perubahan pada

struktur menyangkut perubahan tentang struktur komponen dan struktur desain,

sedangkan perubahan pada teknologi menyangkut tentang proses kerja, metode,

dan perlengkapan, sedangkan sumber daya manusia menyangkut tentang sikap,

harapan, tanggapan, dan perilaku baik invidu maupun kelompok48

.

Fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter dapat dilihat melalui 4

(empat) macam, yaitu: planning, organizing, leading, dan controlling49

.

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan terkait dengan tujuan organisasi. Dimana organisasi

menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dengan mengembangkan rencana

untuk diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan kerja50

. Perencanaan

adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi, diikuti dengan rencana atau

strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Melalui sebuah perencanaan,

tujuan organisasi yang hendak dicapai dapat diidentifikasi51

. Tujuan dalam sebuah

organisasi dapat dikategorikan sebagai berikut52

:

1) Ekonomi: tujuan yang berkaitan dengan keuangan organisasi, yang berfokus

pada pendapatan, beban, dan laba.

47

Stephen P. Robbins, Mary Coulter, Management. Eleventh Edition (New Jersey, 2012), hlm.

155. 48

Ibid. 49

Ibid., hlm. 9. 50

Ibid., hlm. 205. 51

Peter K, Starr, Op. Cit., hlm. 14. 52

Ibid.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

23

2) Layanan: diprogram untuk menarik khalayak dan merespon kepentingan dan

kebutuhan mereka. Layanan lebih mengutamakan kontribusi organisasi kepada

masyarakat.

3) Personal: tujuan individu yang bekerja pada sebuah organisasi.

Merancang sebuah perencanaan, terlebih dulu perusahaan harus memiliki

misi atau tujuan unik perusahaan. Pernyataan misi menurut Morissan berfungsi

memberikan sinyal bagaimana sebuah perusahaan mengukur tingkat

keberhasilannya. Sedangkan tujuan organisasi atau biasa disebut visi, merupakan

pernyataan tentang keadaan yang diinginkan oleh perusahaan, atau situasi yang

tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan

datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi atau perusahaan53

.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses dimana sumber daya manusia dan sumber

daya fisik disusun dalam struktur formal dan bertanggung jawab secara spesifik

baik dalam bentuk unit, posisi, dan personil. Hal ini memerlukan konsentrasi,

koordinasi kegiatan, dan manajemen pengendalian sebagai upaya untuk mencapai

tujuan dalam sebuah organisasi54

. Menurut Robbins dan Coulter,

pengorganisasian sebagai proses untuk mengatur dan penataan kerja untuk

mencapai tujuan organisasi55

.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang

melingkupinya. Aspek dalam pengorganisasian adalah departementalisasi dan

pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokkan kegiatan-

kegiatan kerja agar kegiatan-kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat

dikerjakan bersama, hal ini tercermin dalam struktur formal organisasi. Sedangkan

53

Morissan, Op. Cit., hlm. 132.

54 Peter K, Starr, Op. Cit., hlm. 15.

55 Robbins, Coulter. (2012). Op. Cit., hlm. 265.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

24

pembagian kerja merupakan pemerincian tugas agar tiap indiviu bertanggung

jawab dan melaksanakan kegiatan tersebut56

.

Salah satu proses pengorganisasian adalah merancang struktur organisasi.

Struktur organisasi adalah susunan formal pekerjaan dalam sebuah organisasi.

Struktur yang dirancang dapat ditampilkan secara visual dalam sebuah bagan

organisasi. Ketika pimpinan merancang atau mengubah struktur organisasi, pada

dasarnya mereka terlibat dalam sebuah desain organisasi. Mendesain sebuah

struktur organisasi pada dasarnya mempertimbangkan tentang 6 (enam) elemen:

spasialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi

& desentralisasi, dan formalisasi57

.

Robbins dan Coulter juga memetakan perubahan dalam ranah organisasi.

Pemetaan tersebut dijelaskan dengan cara membedakan antara traditional

organization dengan new organization58

.

Traditional Organization New Organization

a. Stable

b. Inflexible

c. Job-focused

d. Work is defined by job positions

e. Individual-oriented

f. Permanent jobs

g. Command-oriented

h. Managers always make

decisions

i. Rule-oriented

j. Relatively homogeneus

workforce

k. Workdays defined as 9 to 5

l. Hierarchial relationships

m. Work at organizational facility

during specific hours

a. Dynamic

b. Flexible

c. Skills-focused

d. Work is defined in terms of tasks

to be done

e. Team-oriented

f. Temporary jobs

g. Involvement-oriented

h. Employees participate in

decision making

i. Customer-oriented

j. Diverse workforce

k. Workdays have no time

boundaries

l. Lateral and networked

relationships

m. Work anywhere, anytime

Tabel 1.1 Perbedaan Traditional dan New Organization menurut Robbins dan

Coulter

56

Morissan, Op. Cit. hlm. 142.

57 Ibid. hlm. 265.

58 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Management (New York, 2002), hlm. 11.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

25

c. Memimpin (Leading)

Leading adalah fungsi manajemen yang bekerja dengan cara melibatkan

orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap organisasi mempunyai

seorang pemimpin, tugas pemimpin dalam sebuah fungsi leading ini adalah

memotivasi bawahan, membantu menyelesaikan, mempengaruhi individu atau tim

pada saat mereka bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, dan

berurusan dengan masalah dan perilaku karyawan. Leading pada dasarnya adalah

fungsi untuk memotivasi, memimpin, dan tindakan lainnya yang terlibat dalam

berurusan dengan orang-orang59

.

Fungsi leading dalam literatur lainnya identik dengan dengan directing

(mengatur). Fungsi directing yakni pemberian stimulasi pada karyawan untuk

melaksanakan tanggung jawab mereka dengan antusias dan efektif. Fungsi ini

melibatkan proses motivasi, komunikasi, pelatihan dan pengaruh personal60

.

d. Pengawasan (Controlling)

Setelah beberapa tahapan dan fungsi manajemen yang dimulai dari

perencanaan, pengorganisasian, dan memimpin, proses selanjutnya adalah

pengawasan. Menurut Morissan, fungsi pengawasan merupakan proses untuk

mengetahui apakah tujuan perusahaan sudah tercapai atau belum. Kegiatan

pengawasan secara periodik terhadap masing-masing individu dan departemen

memungkinkan pengelola perusahaan untuk membandingkan kinerja sebenarnya

dengan yang telah direncanakan61

.

Pengawasan merupakan proses pemantauan pelaksanaan dari sebuah

rencana dan pengambilan tindakan untuk memperbaiki kesalahan dan kelemahan

serta mencegah terulangnya kesalahan dan kelemahan tersebut62

. Pengawasan

dilakukan secara berkala, dengan tujuan untuk mengevaluasi para pekerja secara

individu atau mengawasi perusahaan secara keseluruhan. Pengawasan dilakukan

59

Ibid. hlm. 9.

60 Peter K, Starr, Op. Cit., hlm. 17.

61 Morissan, Op. Cit., hlm. 159.

62 Peter K, Starr, Op. Cit., hlm. 14.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

26

untuk membandingkan kinerja aktual sebuah perusahaan dengan kinerja yang

direncanakan, jika tidak sesuai dengan perencanaan, maka diperlukan sebuah

tindakan korektif63

.

Robbins dan Coulter juga berpendapat bahwa dalam sebuah proses

manajemen harus ada beberapa tindakan evaluasi apakah semuanya berjalan

seperti yang direncanakan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa

tujuan perusahaan terpenuhi dan pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan

sebagaimana mestinya. Pimpinan perusahaan harus memonitor dan mengevaluasi

kinerja. Kinerja aktual harus dibandikan dengan tujuan yang ditetapkan. Jika

tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai, maka tugas pimpinan adalah

mengembalikan kinerja yang sedang dilakukan untuk kembali ke jalur yang telah

ditetapkan. Fungsi manajemen controlling terealisasi dalam kegiatan monitoring,

membandingkan, dan mengkoreksi64

.

Fungsi controlling kinerja dapat diukur dengan nilai. Contohnya, dalam

sebuah station televisi, sebuah tayangan acara dapat diukur dengan besaran rating.

Rating menunjukkan besaran penonton yang tertarik ke program tertentu, jika

tidak sesuai dengan proyeksi, maka diperlukan solusi untuk menarik penonton

dalam sebuah tayangan tersebut. Solusi tersebut bisa berupa perubahan dalam

rencana untuk mencapai tujuan awalnya65

. Kinerja dalam institusi media lainnya

dapat diukur dari pendapatan penjualan. Pendapatan yang besar menunjukkan

kinerja sebuah perusahaan berjalan efektif, sesuai dengan perencanaan yang

dicanangkan.

1.6.5. Sumber Daya Perusahaan Musik Rekaman

Berdasarkan pengertian di atas, manajemen adalah proses

mengkoordinasikan manusia, keuangan, informasi, dan aset fisik untuk mencapai

tujuan organisasi dengan cara memproduksi sebuah produk atau jasa secara efektif

63

Ibid. 19

64 Robbins, Coulter. (2012). Op. Cit., hlm. 9.

65 Peter K, Starr, Op. Cit., hlm. 19.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

27

dan efisien untuk menghasilkan jumlah yang maksimal sesuai dengan yang

diinginkan oleh beberapa segmen masyarakat.

Manajemen merupakan proses mengkoordinasikan sumber daya sebuah

perusahaan. Sumber daya dan koordinasi yang ditekankan adalah proses

penggabungan manusia, keuangan, informasi, dan aset fisik untuk mencapai

tujuan utama organisasi66

. Dapat dimengerti bahwa sumber daya perusahaan

musik rekaman adalah manusia, keuancan, informasi (musik rekaman), dan aset

fisik (teknologi). Sub bab ini akan mendekripsikan tentang sumber daya

perusahaan musik rekaman yang terdiri dari, manusia, dana, musik rekaman, dan

teknologi.

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya yang paling utama dalam sebuah perusahaan atau organisasi

adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal dan

kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur

terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu,

tenaga, dan kemampuannya dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan

organisasi, maupun individu67

.

Kegiatan operasional perusahaan musik rekaman, sumber daya manusialah

yang mengatur dan menjalankan sumber daya musik, teknologi, dan modal atau

dana. Teknologi tinggi yang dimiliki oleh perusahaan seakan tidak berguna jika

tidak ditunjang oleh adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

itu, sumber daya manusia juga menjadi indikator utama berkualitasnya sebuah

perusahaan atau organisasi.

Pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan berhubungan

dengan keseluruhan penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas, kebijakan, dan

program yang bertujuan untuk pengembangan dan pemeliharaan yang terkait

66

Ibid. Hlm. 3.

67 Abdurrahmat Fahoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta, 2006), hlm.

8.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

28

dengan usaha meningkatkan dukungan terhadap peningkatan efektivitas

perusahaan68

.

b. Teknologi

Industri media sangat terkait dengan perkembangan teknologi. Teknologi

dalam kajian manajemen media cenderung ditempatkan pada konten.

Perkembangan dan perubahan teknologi menjadi tantangan dalam manajemen

media. Perusahaan yang bergerak dibidang media perlu menginvestasikan

dananya dalam bidang teknologi. Menyesuaikan perlengkapan teknologi terkini

yang sesuai dengan kebutuhan pasar berguna untuk tetap kompetitif dan

beradapatasi memenuhi selera pasar. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat

mengadopsi teknologi media yang terbaru dapat mendatangkan pendapatan baru

dengan menarik segmen audiens baru atau meningkatkan loyalitas konsumen.

Teknologi terbaru juga memerlukan biaya untuk mengadopsinya. Bahkan, karena

adanya ketidakpastian pengembalian modal untuk pengadaan teknologi baru,

perusahaan mungkin lebih memilih untuk tidak mengadopsi teknologi baru

tersebut jika harganya terlalu mahal69

.

c. Musik Rekaman

Tertulis di atas pada sub bab sebelumnya, dijelaskan bahwa musik adalah

salah satu media massa. Dapat dipahami bahwa musik sebagai sarana untuk

menyuarakan sebuah pesan kepada audience. Selain sebagai sebuah message,

musik juga merupakan produk media. Musik yang berhubungan dan dijual kepada

khalayak luas dapat disebut juga sebagai ‘information goods’. Reca dalam hal ini

berpendapat tentang produk media yang berfungsi sebagai information goods70

:

68

Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta, 2002), hlm. 3 69

Chan-Olmsted, Sylvia M, “Issues in Media Management and Technology,” Handbook of Media

Management and Economic, ed. Allan B. Albarran, Sylvia. M. Chan-Olmsted, Michael O Wirth

(New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2006), hlm. 266.

70 Reca Arrese Angel, “Issues in Media Product Management,” Handbook of Media

Management and Economic, ed. Allan B. Albarran, Sylvia. M. Chan-Olmsted, Michael O Wirth

(New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2006), hlm. 181.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

29

Information goods as “anything that can be digitized”. From that point of

view, Varian asserts that information goods carry three key properties:

they are experience goods, they are subject to economies of scale, and they

display features that resemble those of public goods.

Musik diproduksi pada awal abad ke-17 dimana negara Inggris dan

Amerika serikat menjual sheet music, yaitu secarik kertas yang berisi tulisan

sebuah lagu yang berharga 25 hingga 60 sen. Dapat dipahami bahwa institusi

industri musik diawali dengan berdirinya publisher, penerbit musik. Sheet music

yang dirintis oleh Thomas Cross sekitar tahun 1695 berakhir setelah Thomas Alva

Edison menemukan silinder berlapis timah yang berhasil merekam suara

manusia71

.

Evolusi menikmati musik berkembang hingga saat ini, pada tahun 1877

Thomas A. Edison menciptakan Silinder Fonograf untuk menikmati musik,

kemudian pada tahun 1894 diciptakannya piringan hitam oleh Emile Berliner.

Selanjutnya, proses menikmati musik berkembang dengan menggunakan kaset

pada tahun 1963, kaset pada awalnya didesain hanya untuk merekam suara, dan

tidak cocok untuk merekam musik. Pada tahun 1982, perusahaan Philips dan Sony

mengembangkan media penyimpanan rekaman musik digital yang bernama

Cakram Padat atau CD. Proses menikmati musik semakin lama semakin canggih

dan lebih mudah, pada tahun 1993 teknologi pengompresan musik dapat ditemui

dalam bentuk data audio digital yang disebut MP3 (MPEG-1 atau MPEG-2 Audio

Layer 3), setelah itu proses menikmati musik dapat dilakukan dengan

menggunakan USB Flash Drive72

.

d. Dana

Selain sumber daya manusia, teknologi, dan pesan, sumber daya lain yang

tak kalah pentingnya adalah sumber daya dana atau modal. Dana dibutuhkan

untuk menggerakkan kegiatan operasional perusahaan, seperti penggajian

71

Theodore KS, Rock ‘n Roll Industri Musik Indonesia Dari Analog ke Digital (Jakarta, 2013),

hlm. 5.

72 “Evolusi Cara Menikmati Musik,” Koran Tempo, Januari, 2012, hlm. A8.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

30

karyawan, pembelian bahan baku, teknologi, fasilitas, dan peralatan, serta

keperluan perusahaan sehari-hari.

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat

membawa dampak berubahnya persaingan pasar media serta memaksa perusahaan

yang bergerak dalam bidang media dituntut untuk mengikutinya. Bagaikan pisau

bermata dua, jika tidak beradaptasi dengan baik, maka akan tertinggal dengan

kompetitor lainnya. Kegiatan operasional sebuah perusahaan harus didukung

dengan modal / dana yang memadai untuk mengejar target yang telah ditetapkan.

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Pendekatan

Sebuah penelitian tentunya berangkat dari adanya fenomena yang terjadi,

dimana fenomena tersebut membutuhkan metode penelitian untuk diteliti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

Studi kasus adalah metode penelitian dimana dalam pelaksanaannya dilakukan

pemeriksaan longitudinal, membandingkan perubahan subjek penelitian setelah

periode waktu tertentu yang mendalam terhadap suatu kasus dengan

menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,

pengumpulan data, análisis informasi, maupun pelaporan hasilnya. Sebagai

hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu

terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya73

.

Menurut Yin, studi kasus adalah metode yang dianjurkan untuk digunakan

apabila: (1) pertanyaan yang diajukan adalah ‘bagaimana’ atau ‘mengapa’; (2)

penyidik memiliki sedikit kontrol atas kejadian yang diteliti; dan (3) fokus pada

fenomena kontemporer pada kehidupan nyata74

.

Menurut Stake dalam Lincoln dan Dezin, penelitian sebuah studi kasus

biasanya mencari sesuatu yang umum dan khusus dari sebuah kasus, namun hasil

akhirnya sering kali memberikan sesuatu yang unik dan menarik. Keunikan

73

Putri Andriani Dinita, Critical Research Methodology (CREAME); Epistemologi (Jakarta,

2010), hlm. 41.

74 Robert K. Yin, Case study research: design and methods, (Beverly hills, 2009), hlm. 2.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

31

berpeluang menyebar rata hingga mencakup: ciri khas atau hakikat dari sebuah

studi kasus, latar belakang sejarah sebuah kasus, konteks atau setting sebuah

kasus, konteks lain mencakup ekonomi, politik, hukum dan estetika, dan juga para

informannya75

.

Menurut Yin ada 3 (tiga) tipe jenis penelitian studi kasus, yaitu: studi

kasus eksplanatori, deskriptif, dan eksploratori76

. Penelitian ini akan lebih

menggunakan pendekatan deskriptif, dengan pendekatan tersebut, peneliti akan

mendeskripsikan secara lengkap sebuah fenomena dalam konteks nyata.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis,

mengintepretasikan, mencatat kondisi apa adanya yang terjadi dilapangan.

Fenomena yang terjadi di perusahaan rekaman musik Lokananta menarik

perhatian penulis. Ada bebarapa alasan mengapa penulis tertarik untuk

mengungkapnya. Pertama, Lokananta adalah perusahaan rekaman musik

legendaris milik negara, memiliki nama besar sebagai salah satu pioneer industri

musik tanah air. Pada sub bab kerangka pemikiran di atas, Lokananta berdiri

setelah beberapa tahun berdirinya perusahaan rekaman pertama di Indonesia, yaitu

perusahaan rekaman Irama Record. Kedua, Lokananta adalah perusahaan musik

dimana manajemen media rekaman musik dikelola oleh negara. Banyak

pertanyaan yang bermunculan ketika manajemen media musik rekaman

Lokananta berada dalam pengelolaan negara. Apakah mempunyai daya adaptif

terhadap perkembangan industri musik saat ini, atau masih memegang teguh

model manajemen lama?. Ketiga, manajemen media musik rekaman yang

dilakukan di Lokananta sampai saat ini mengalami 2 (dua) perubahan naungan,

yaitu dalam naungan Deppen dan Perum PNRI.

1.7.2. Desain Penelitian

Penelitian tentang perusahaan rekaman musik Lokananta ini akan

mendeksripsikan manajemen media rekaman musik yang terjadi dalam rentang

waktu tahun 1996-2012. Menurut peneliti, dalam rentang waktu tersebut dapat

75

Lincoln YS, Denzin NK, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta, 2009), hlm. 302.

76 Robert K. Yin, Op. Cit., hlm. 21.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

32

menggambarkan manajemen media rekaman musik Lokananta baik dalam masa

naungan Deppen dan Perum PNRI. Penelitian ini akan lebih banyak

mendeskripsikan Lokananta pada masa naungan Perum PNRI dibandingkan

dengan Deppen. Hal tersebut terkait dengan periodesasi waktu yang dipilih serta

data yang diperoleh peneliti. Naungan Deppen dalam penelitian ini hanya

berlangsung kurang lebih selama 2 tahun (1996-1998), masa transisi (1998-2004),

dan Perum PNRI pada tahun 2004-2012.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif

merupakan metode penelitian dimana peneliti memegang peranan penting dalam

penelitian. Data yang diperoleh ditentukan oleh hubungan peneliti dengan

narasumber yang diteliti. Peneliti dalam hal ini, harus menguasai teori dan alat

penelitian yang sesuai dengan fenomena yang diteliti, peneliti juga harus

mengetahui tentang informan yang akan dijadikan narasumber. Oleh karena itu,

peneliti akan terlibat secara langsung untuk berinteraksi dengan sumbernya.

Penelitian dengan menggunakan studi kasus tidak hanya tertuju atau

terfokus pada objek utamanya saja, tetapi juga harus mengetahui fenomena-

fenomena yang terjadi di sekitar lingkup objek utama penelitian, dengan

penjelasan itulah penelitian ini dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan

rumusan masalah.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk studi kasus bisa didapat dari dokumentasi,

wawancara, dan observasi. Peneliti akan menggali data dengan menggunakan

ketiga teknik pengumpulan data tersebut.

a. Dokumentasi

Peneliti mencari data atau informasi sebagai referensi dan acuan penelitian.

Data diperoleh dari arsip-arsip data perusahaan rekaman Lokananta. Referensi

diperoleh dari buku, internet, dokumen, majalah, koran, dan jurnal-jurnal yang

terkait dengan fenomena penelitian.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

33

b. Wawancara

Peneliti bertatap muka secara langsung dengan informan dan mengajukan

pertanyaan sehingga peneliti dapat mengetahui respon langsung dari informan,

informan yang akan diwawancarai adalah informan utama dan informan

pendukung. Teknik pengumpulan data dengan wawancara diharapkan akan

memperoleh data yang valid.

c. Observasi

Kegiatan ini dilakukan dengan secara langsung mengamati keadaan objek

penelitian di lapangan, yaitu di perusahaan musik rekaman Lokananta.

Observasi dilakukan dengan cara melihat proses produksi dan penggandaan

rekaman musik yang dilakukan di Lokananta, koleksi rekaman yang dimiliki

oleh Lokananta, studio rekaman musik Lokananta, serta kegiatan kerja para

karyawan Lokananta.

d. Studi Pustaka

Penelitian ini memerlukan berbagai macam data dan teori dari berbagai

pustaka. Maka dari itu peneliti mengumpulkan teknik studi pustaka untuk

melengkapi data dan teori yang berkaitan dengan penelitian.

1.7.4. Teknik Analisis data

Menurut Robert K. Yin, dalam studi kasus ada 5 (lima) teknik untuk

menganalisis: pattern matching, explanation building, time-series analysis, logic

models, dan cross-case systhesis77

. Penelitian ini akan menggunakan teknik

analisis time-series, dimana peneliti di sini akan mengumpulkan informasi atau

data mengenai perubahan gejala dari objek penelitian.

Penelitian ini akan dianalisis dengan komponen analisis data menurut

Miles dan Huberman, yang terdiri dari:

a. Data reduction (reduksi data)

Kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah

mekanisme antisipatoris. Hal ini dilakukan ketika peneliti menentukan

77

Robert K. Yin, Case study research: design and methods, (Beverly hills, 2003), hlm. 2.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

34

kerangka kerja konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian,

kasus, dan instrument penelitian yang digunakan. Jika hasil catatan lapangan,

wawancara, rekaman, dan data lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya

adalah perangkuman data (data summary), pengodean (coding), merumuskan

tema-tema, pengelompokan (clustering) dan penyajian cerita secara tertulis.

b. Data display (penyajian data)

Konstruk informasi yang padat terstruktur yang memungkinkan pengambilan

kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data merupakan bagian kedua dari

tahap analisis. Hal ini diperlukan untuk mengkaji proses reduksi data sebagai

dasar pemaknaan. Penyajian data yang lebih terfokus meliputi ringkasan

terstruktur (structured summaries) dan sinopsis78

.

c. Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Melakukan pengecekan bias-bias yang paling umum dan paling samar yang

dapat masuk ke dalam proses-proses pengambilan keputusan79

. Proses ini

dilakukan selama penelitian berlangsung, sejak awal penelitian, pengumpulan

data dan proses penyusunan hasil penelitian.

1.7.5. Lokasi Penelitian

Proses wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti di

perusahaan musik rekaman Lokananta Surakarta yang teletak di Jalan Jenderal

Ahmad Yani Nomor 379 Surakarta, mantan Kepala Lokananta di Jalan Kaliurang

Km. 12.5, Ngaglik Sleman, serta mantan Direktur Lokananta era Deppen di

Banyuanyar Surakarta.

1.7.6. Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, dimana pemilihan informan berdasar pada karakteristik tertentu yang

mempunyai hubungan dengan penelitian. Informan yang terkait dalam objek

penelitian ini mencakup informan yang pernah dan aktif dalam perusahaan

78

Lincoln, Denzin, Op. Cit., hlm. 592.

79 Ibid, hlm. 604.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83977/potongan/S2-2015... · dan komunikasi. Dalam ranah ... Menurut Shuker, ... Popular music, the primary

35

rekaman musik Lokananta serta pemilik label rekaman lain. Informan dari

Lokananta adalah pimpinan (informan utama) sebagai pengambil kebijkan, yaitu

Pendi Haryadi dan Ruktiningsih sebagai kepala pada masa naungan Perum PNRI,

serta Robertus Walidi yang pernah menjabat pada jajaran direktur pada masa

naungan Departemen Penerangan. Selain itu penulis juga menggali informasi dari

karyawan perusahaan rekaman musik Lokananta yaitu Titik Sugiyarti yang

menjabat sebagai koordinator pemasaran Lokananta, Bembi yang menjabat

sebagai koordinator produksi, Rumbay Rahmawati yang menjabat pada bagian

keuangan dan SDM Lokananta. Informan lain adalah pemilik label rekaman lain

yaitu Indra Menus sebagai pemilik perusahaan rekaman Doggyhouse Record yang

berada di Yogyakarta.

1.7.7. Limitasi Penelitian

Penelitian ini membahas tetang manajemen media musik rekaman

perusahaan musik rekaman milik negara, Lokananta Surakarta. Fokus penelitian

dibatasi sebatas manajemen media yang diterapkan di Lokananta pada masa

naungan Departemen Penerangan dan Perum PNRI pada tahun 1996-2012.

Penelitian ini juga membahas lingkungan eksternal perusahaan rekaman musik

Lokananta Surakarta dimana lingkungan eksternal adalah peran negara dalam

perusahaan rekaman Lokananta baik pada masa naungan Deppen dan Perum

PNRI.