bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i.pdf · waktu kerja merupakan hal yang sangat penting...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara yang berkembang terus berusaha meningkatkan
pembangunan di segala bidang karena pembagunan merupakan usaha untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.Oleh karena itu maka hasil dari
pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dengan adil dan
merata.
Pembangunan di bidang ekonomi adalah salah satu pembangunan yang
sedang dilakukan Indonesia dan pembangunan di bidang ekonomi ini juga ikut
melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya seperti misalnya keterlibatan
perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing yang beroperasi di dalam
negeri.Keterlibatan perusahaan dalam pembangunan juga melibatkan tenaga kerja
dimana tenaga kerja juga merupakan asset dari perusahaan.
Tenaga kerja juga merupakan peran yang sangat penting dalam
pembangunnan nasional sebagai pelaku dan tujuan dari pembangunan itu
sendiri.Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa : “ tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
2
sendiri maupun untuk masyarakat.” Dan pasal 1 ayat 3 Undang-Undang
Ketenagakerjaan juga menjelaskan tentang pekerja yaitu bahwa “ pekerja adalah
setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”
Dari dua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan
tenaga kerjaadalah seseorang yang bekerja pada orang lain baik itu orang
perseorangan,pengusaha,badan hukum maupun badan-badan lainnya yang
mempekerjakan seseorang tersebut dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Pada dasarnya manusia bekerja untuk bertanggungjawab bagi kelangsungan
dan perkembangan hidupnya, tidak hanya sekedar mencari nafkah melainkan harus
pula didasari itikad baik bahwa dengan jasa-jasa yang telah dijualnya itu dapat pula
merupakan sumbangan untuk turut melancarkan usaha dan kegiatan dalam
pengembangan masyarakat.1
Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perlindungan terhadap
tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan
Maka dari itu setiap orang berhak mendapatkan
pekerjaan yang layak dengan nilai-nilai kemanusiaan, hal ini tertuang dalam pasal 27
ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
bahwa : “ tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.”
1G. Kartasapoetra, R.G. Kartasapoetra, dan A.G Kartasapoetra, 1985, Hukum Perburuhan Di
Indonesia Berlandaskan Pancasila, Sinar Grafika, Jakarta, h.13.
3
menjamin kesamaan kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
Perlindungan terhadap pekerja/buruh merupakan faktor utama dalam
kesehatan dn keselamatan kerja. Kesehatan kerja didefinisikan sebagai segala aturan
dan upaya yang bertujuan untuk melindungi pekerja/buruh dari tindakan maupun
kondisi yang dapat mengganggu kesehatan fisik, psikis, atau kesusilaannya. Pendapat
serupa dikemukakan oleh Imam Soepomo, bahwa kesehatan kerja adalah “ aturan-
aturan dan usaha-usaha untuk melindungi pekerja/buruh dari kejadian atau keadaan
perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam
seseorang itu melakukan pekerjaan dalam hubugan kerja.”2Keselamatan kerja
didefinisikan sebagai segala aturan dan upaya yang bertujuan untuk menyediakan
perlindungan teknis bagi pekerja/buruh dari risiko-risiko akibat penggunaan alat dan
bahan berbahaya/beracun di tempat kerja. Imam Soepomo berpendapat bahwa
keselamatan kerja adalah “ aturan yang bertujuan menjaga keamanan pekerja/buruh
atas bahaya kecelakaan dalam menjalankan pekerjaan di tempat kerja yang
menggunakan alat dan mesin atau bahan pengolah berbahaya.”3
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja/buruh
dari risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan, khusunya risiko
2 Imam Soepomo, 1974, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja ( Perlindungan Buruh
), Pradnya Paramita, Jakarta, h.7-8. 3Ibid, h.8.
4
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.4Terdapat beberapa prinsip dalam
pengaturan maupun pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.Secara garis besar,
prinsipnya adalah perlindungan pekerja/buruh.5
a. 7 ( tujuh ) jam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu )
minggu untuk 6 ( enam ) hari kerja dalam 1 ( satu ) minggu; atau
Ada beberapa ruang lingkup dalam
kesehatan kerja salah satunya yang sangat penting adalah mengenai waktu kerja.
Waktu kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
dunia ketenagakerjaan.Hal ini mengingat bahwa pekerja/buruh adalah manusia
kodrati dengan segala keterbatasan fisik dan psikis serta disamping perannya sebagai
salah satu faktor produksi maka perlu mengatur dan memperhatikan waktu kerja.
Pasal 77 ayat ( 1 ) Undang-undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. Dan pasal 77 ayat ( 2 )
Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa :
Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
b. 8 ( delapan ) jam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu )
minggu untuk 5 ( lima ) hari kerja dalam 1 ( satu ) minggu.
Pasal 78 ayat ( 1 ) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan meneyebutkan bahwa :
4L. Meily Kurniawidjaya, 2010, Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja, UI Press, Jakarta, h.1-2. 5John Bowers dan Simon Honeyball, 2000, Textbook on Labour Law, terjemahan Melania
Kiswandari, Jakarata, h.30-33.
5
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat ( 2 ) harus memenuhi syarat :
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 ( tiga )
jam dalam 1 ( satu ) hari dan 14 ( empat belas ) jam dalam 1 ( satu ) minggu.
Pasal 78 ayat ( 2 ) Undang-undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha
yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat ( 1 ) wajib membayar upah kerja lembur.
Dewasa ini, masih sering terjadi masalah terkait ketenagakerjaan walaupun
peraturan yang mengatur ketenagakerjaan sudah ditetapkan.Seperti yang kita ketahui
juga bahwa dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri dan berkembang
dengan baik dan pesat, hal ini tentu saja mempengaruhi pekerja.Seperti salah satu
masalah yang sering terjadi adalah pelanggaran jam atau waktu kerja tenaga kerja dan
tidak membayarkan upah kerja lembur apabila pekerja bekerja melebihi waktu kerja
yang sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan.Pelanggaran masalah tenaga kerja terkait waktu kerja yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan ini sering terjadi di perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang industri dan sedang mendapatkan angin baik
dalam usahanya atau perusahaan yang sedang melakukan kejar target dalam usaha
produksinya.Perusahaan seperti ini bisanya perusahaan yang bergerak di bidang
produksi, seperti salah satunya perusahaan garmen. Perusahaan garmen yang sering
mendapatkan pemesanan selalu mendapatkan masalah dalam hal penyelesaian
produksi agar sesuai dengan target penyelesaian yang telah menjadi deadlinenya
6
dengan klien. Salah satunya seperti di perusahaan industri garmen HapeInterior
Design yang ada di daerah Sanur, Denpasar Selatan. Pada perusahaan garmen Hape
interior design memiliki pekerja/buruh jarit sebanyak 3 orang yang bertugas
melakukan penyelesaian proses penjaritan yang melakukan pekerjaannya selama 9
jam dalam 6 hari kerja, dalam hal ini sudah tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.Disamping itu dengan banyaknya pemesanan
dirasa dapat memberatkan pekerja/buruh karena dapat menyebabkan waktu kerja
yang berlebihan.
Karena seorang pekerja sering memilki posisi atau kedudukan yang lebih
rendah dari perusahaan atau majikannya menyebabkan pekerja sering merasa malu,
sungkan, dan takut dalam melakukan upaya-upaya untuk melindungi haknya atau
mungkin pekerja/buruh masih tidak mengetahui bahwa ada upaya-upaya yang dapat
dilakukan olehnya untuk melindungi hak-hak mereka sebagai pekerja/buruh. Maka
dari itu perlu adanya pengawasan ketenagakerjaan yang lebih baik agar hak-hak
pekerja bisa lebih diperjuangkan.Apabila pekerja/buruh sudah melakukan upaya-
upaya dalam mendapatkan hak-haknya maka dirasa perlu dikaji lebih mendalam, hal
ini mengingat bahwa pekerja/buruh tidak mengikuti serikat pekerja dan dapar
melakukan penyelesaian secara bipartit.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul keinginan penulis untuk mengkaji
tentang perlindungan hukum bagi pekerja yang dilanggar hak-haknya terkait dengan
pelanggaran waktu kerja.Maka penulis memberikan judul pada penulisan hukum ini
7
adalah “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA TERKAIT
DENGAN PELANGGARAN WAKTU KERJA PADA GARMEN HAPE
INTERIOR DESIGN DI SANUR DENPASAR SELATAN.”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan
penulis dalam membatasi masalah yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, searah dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja terkait
dengan waktu kerja pada perusahaan garmen Hape Interior Designdi Sanur
Denpasar Selatan ?
2. Apakah upaya hukum yang dilakukan oleh pekerja untuk mendapatkan hak-
haknyapada perusahaan garmen Hape Interior Design di Sanur Denpasar
Selatan ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan diatas dan agar
pembahasan dari penulisan karya ilmiah ini tidak menyimpang jauh dari pokok
8
permasalahan yang dikehendaki, perlu ditentukan batasan-batasan dari materi yang
akan dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk tidak mengaburkan tentang apa yang
dibahas serta memudahkan penulis dalam penyampaian isi dari permasalahan yang
dibahas.
Dalam hal ini permasalahan yang akan dibahas adalah tentang perlindungan
hukum pekerja terkait dengan waktu kerja dan upaya-upaya yang dapat dilakukan
pekerja agar dapat melindungi hak-haknya yang dilanggar
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 3 ( tiga ) skripsi ilmu hukum
terdahulu melalui penulusuran di Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Udayana dimana hal itu dimaksudkan sebagai referensi pada penulisan dan untuk
menghindari terjadiya perbuatan plagiasi serta menyatakan bahwa tulisan ini memang
hasil dari pemikiran penulis sendiri, adapun skripsi yang penulis maksud adalah :
No Judul Penulis Rumusan Masalah 1 Pemberian Uang
Pesangon Terhadap Pekerja Kontrak Waktu Tertentu Yang Diberhentikan Pada Dinas Perkebunan Provinsi Bali.
I Kadek Yudhi Pramadita.
1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pekerja kontrak waktu tertentu yang diberhentikan pada Dinas Perkebunan Provinsi Bali ?
2. Bagaimanakah
pemberian uang pesangon terhadap pekerja kontrak waktu tertentu yang
9
diberhentikan pada Dinas Perkebunan Provinsi Bali ?
2 Pelaksanaan
Perlindunngan Terhadap Keselamatan Kerja Bagi Pekerja Pada PT. WARISAN Di BR. Tegaljaya Desa Dalung Kabupaten Badung.
I Ketut Bijaya Negara
1. Bagaimanakah pelaksanaan syarat-syarat perlindungan kerja terhadap pekerja pada PT. Warisan ?
2. Faktor-faktor apakah
yang menghambat pelaksanaan syarat-syarat keselamatan kerja pada PT. Warisan ?
3 Perjanjian Kerja
Bagi Tenaga Kerja Asing Pada PT. Protection One.
I Made Dwi Ary Sulastika
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerja bagi tenaga kerja asin pada PT. Protection One ?
2. Bagaimanakah akibat
hukum dari berakhirnya perjanjian kerja bagi tenaga kerja asing pada PT. Protection One ?
Penelitian ini merupakan asli dari pemikiran penulis sendiri, tetapi tidak
dipungkiri juga dengan adanya kemiripan atau serupa dengan penelitian skripsi yang
telah disebut diatas. Kemiripan yang dimaksud adalah bukan kemiripan yang benar-
benar sama, tetapi ada letak perbedaanya juga.
Melihat penulisan skripsi nomor 1, letak kemiripan/serupa ada pada rumusan
masalah pertama yang mengacu pada perlindungan hukum bagi pekerja. Hal lain
10
yang terlihat serupa juga adalah berupa waktu. Penelitian ini tertuju pada waktu kerja
dan penulisan skripsi nomor 1 mengacu pada pekerja waktu tertentu. Letak perbedaan
yang lain adalah lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak sama.
Kemiripan pada penulisan skripsi nomor 2 terletak pada perlindungan
terhadap pekerja.Perbedaannya terletak pada rumusan masalah dan lokasi
penelitian.Penulisan skripsi nomor 3 memiliki kemiripan karena sama-sama
mengangkat tema tentang ketenagakerjaan, dan memiliki perbedaan dalam rumusan
masalah dan lokasi penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memberi arah dalam melangkah
sesuai dengan maksud dari penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
1.5.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum kepada pekerja yang terkait
dengan pelanggaran waktu kerja.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan pekerja
untuk mendaptkan hak-haknya yang dilanggar.
1.5.2 Tujuan Khusus
11
1. Untuk memahami lebih dalam tentang perlindungan hukum kepada pekerja
yang terkait dengan pelanggaran waktu kerja.
3. Untuk memahami lebih dalam upaya-upaya hukum apa saja yang dapat
dilakukan pekerja untuk mendapatkan hak-haknya yang dilanggar.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan dalam ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum
ketenagakerjaan.Dan dapat menjadi pedoman untuk lebih memahami tentang
perlindungan hukum dan upaya-upaya yang dapat dilakukan terhadap pekerja terkait
dengan waktu kerja.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Untuk dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam memecahkan
masalah-masalah terkait dengan perlindungan hukum terhadap pekerja
yang terkait dengan waktu kerja.
2. Dapat memberikan kontribusi dalam bentuk pedoman-pedomanbagi
semua pihak dalam upaya-upaya mendapatkan hak-hak pekerja yang
dilanggar terkait dengan waktu kerja.
12
3. Dapat menambah pengalaman dan kemampuan peneliti dalam melakukan
penelitian hukum.
1.7 Landasan Teoritis
Dalam pasal 1 ayat( 1 ) Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan
bahwa Ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Berdasarkan pengertian
ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan pengertian hukum ketenagakerjaan adalah
semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja,
selama atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja.Jadi pengertian
hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama ini kita kenal
yang ruang lingkupnya hanya berkenaan dengan hubungan hukum antara buruh
dengan majikan dalam hubungan kerja saja.6
Tenaga kerja atau pekerja didefinisikan sebagai orang yang bekerja dan
menerima upah. Menurut pasal 1 ayat( 2 ) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Dan pengertian pekerja dalam pasal 1 ayat( 3 ) Undang-
Undang Keteagakerjaan adalah bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
6 Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,
h.35.
13
Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut
menyempurnakan pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No.14 Tahun 1969
Tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan, yang memberikan pengertian tenaga
kerja setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut
sejalan dengan pengertian tenaga kerja menurut konsep ketenagakerjaan pada
umumnya sebagaimana ditulis oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga
kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan
mengurus rumah tangga.Dari skema tersebut jelaslah bahwa, tenaga kerja terdiri dari
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.Kelompok yang bukan angkata kerja adalah
mereka yang dalam studi, golongan yang mengurus rumah tangga, golongan
penerima pendapatan yakni mereka yang tidak melakukan aktivitas ekonomi tapi
memperoleh pendapatan, misalnya seperti pensiunan, penerima bunga deposito dan
sejenisnya.7
Perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata (
KUHPer ) tentang “ Perikatan “ yang sifatnya terbuka. Kata perikatan memiliki arti
yang lebih luas dari perjanjian. Sebab kata perikatan tidak hanya mengandung
7Ibid, h.28-29.
14
pengertian hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu perjanjian,
yaitu perihal perikatan yang timbul dari undang-undang.Definisi perikatan menurut
Subekti adalah suatu perubungan hukum antara dua orang tau dua pihak berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak
yang lain berhak untuk memenuhi tuntutan itu.8
Hubungan antara perikatan dengan perjanjian dapat dirumuskan, bahwa
perjanjian merupakan sumber utama dari suatu perikatan, sehingga perikatan itu ada
bilamana ada perjanjian.
9
Perjanjian kerja diatur secara khusus dala Bab VII KUHPerdata tentang
persetujuan-persetejuan untuk melakukan pekerjaan.Dalam pasal 1601a KUHPerdata
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah suatu persetujuan
bahwa pihak kesatu, yaitu buruh, mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya
kepada pihak lain, yaitu majikan, dengan upah selama waktu yang
Dengan demikian antara perjanjian dengan perikatan
terdapat hubungan sebab akibat, yaitu perjanjian sebagai sebab yang merupakan
peristiwa hukum, sedangkan perikatan sebagai akibat hukumnya.
Perjanjian merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji
maupun kesanggupan, baik secara lisan maupun secara tertulis.Dari hubungan ini
timbul suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya.Dengan demikian
perjanjian merupakan sumber dari suatu perikatan.
8Subekti, 1998, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h. 1. 9 Purwahid Patrick, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, h.12.
15
tertentu.Selanjutnya dalam pasal 1 ayat ( 14 ) Undang-Undang Ketenagakerjaan
menjelaskan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban
para pihak.
Berdasarkan pengertian penjanjian kerja tersebut terdapat unsur-unsur :
adanya pekerjaan, adanya unsur dibawah perintah, adanya upah tertentu, adanya
waktu.Dalam melakukan hubungan kerja harus dilakukan dengan waktu yang sudah
ditentukan dalam perjanjian kerja atau yang sudah diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam pasal 1 ayat( 15 ) Undang-Undang Ketenagakerjaan dijelaskan
bahwa yang dimaksudkan dengan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah. Menurut Hartono Widodo dan Judiantoro hubungan
kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara teratur demi
kepentingan orang lain yang memerintahnya ( pengusaha/majikan ) sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.10
Pengertian waktu kerja pada umumnya adalah waktu yang ditentukan untuk
melakukan pekerjaan.Waktu kerja merupakan bagian paling umum yang harus ada
pada perusahaan dan waktu kerja umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan.
Menurut Stephen P Robbins waktu kerja merupakan bagian dari empat faktor
10Hartono Judiantoro, 1992, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Rajawali,
Jakarta, h.10.
16
organisasi yang merupakan sumber potensial dari stress para karyawan ditempat
kerja.11
Konsep tentang perlindungan hukum terhadap pekerja yang dipergunakan
adalah perlindungan terhadap hak pekerja dengan menggunakan sarana hukum, atau
perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap pekerja tindakan-tindakan
pengusaha pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah
bekerja.Perlindungan hukum adalah perlindungan harkat dan martabat, serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan
atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal yang lainnya.
Perlindungan terhadap tenaga kerja wajib dilaksanakan seperti yang tertera
pada Bab X Undang-Undang Ketengakerjaan mengenai perlindungan, pengupahan,
dan kesejahteraan tenaga kerja.
12
Perlindungan hukum adalah penyempitan dari perlindungan, dalam hal ini
hanyalah perlindugan dari hukum saja.Perlindungan yang diberikan oleh hukum,
terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh
manusia sebagai subyek hukum dalam interkasinya dengan sesama manusia serta
lingkungannya.Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk
11 Stephen P Robbins, 2006, Perilaku Organisasi, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta,
h.796. 12 Philipus M. Hadjon I, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, h. 25.
17
melakukan suatu tindakan hukum.13Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia yang dirugikan orang
lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati hak-
haknya yang telah diberikan oleh hukum.14
Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindugan
hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum,
yaitu perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan hukum yang
represif.Perlindungan hukum yang preventif adalah perlindungan hukum kepada
rakyat yang diberikan lewat peraturan perundang-undangan menjadi bentuk yang
definitif.Sedangkan perlindungan hukum yang represif adalah perlindungan hukum
yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.Kedua bentuk perlindungan hukum
tersebut bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak asasi
manusia serta berlandaskan pada prinsip negara hukum.
15
Perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan
menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap
dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar
sesama manusia.
16
13 CST Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pusataka,
Jakarta, h.102. 14 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 54. 15 Zahirin Harahap, 2001, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h.2. 16 Muchsin, 2003, “ Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia “, Tesis
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.14.
Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi
18
subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.Perlindungan hukum dapat
dibedakan menjadi dua.Yang pertama yaitu perlindungan hukum preventif yang
berarti bahwa perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta
memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu
kewajiban.Dan yang kedua adalah perlindungan hukum represif yaitu perlindungn
hukum berupa perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukum
tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suau
pelanggaran.17
Hubungan industrial pada dasarnya berfungsi dan bertujuan untuk
menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja,
memberikan kesejahteraan dan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh, dan ketenangan
berusaha bagi para pengusaha sehingga pemerintah memperoleh keuntungan dari
hubungan tersebut dengan berputarnya roda perekonomian nasional.Dalam hal ini
Perlindungan hukum terjadi akibat adanya pelanggaran hukum yang
dilakukan.Yang dimaksud dengan pelanggaran hukum adalah pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan perundang-undangan negara, karena hukum oleh negara
dimuatkan dalam peraturan perundang-undangan.
17Ibid, h.20.
19
para pihak dalam hubungan industrial memiliki kepentingan yang berbeda-beda
sehingga berpotensi menimbulkan adanya perselisihan-perselisihan yang disebut
dengan perselisihan hubungan industrial.
Perselisihan dalam hubungan industrial dapat diselesaikan dengan duacara.
Yang pertama dengan jalur litigasi, yaitu penyelesaian sengketa yang dilakukan lewat
pengadilan. Dan jalur non litigasi, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau
yang sering disebut dengan penyelesaian sengketa alternative atau Alternative
Dispute Resolution ( ADR ).18
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa dimaana antara dua orang atau
lebih para pihak yang mempunyai hal atau bersengketa saling melakukan kompromi
atau tawar menawar terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk
mencapai kesepakatan.
Penyelesaian sengketa dengan jalur non litigasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu sepertinegosiasi, mediasi, konsiliasi,dan arbitrase.Non litigasi
pada umumya dilakukan pada kasus perdata saja karena lebih bersifat privat.
19
18 Susanti Adi Nugroho, 2009, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Telaga
Ilmu Indonesia, Jakarta, h.1.
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan
yang kurang lebih hampir sama dengan negosiasi. Bedanya adalah terdapat pihak
ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penengah atau memfasilitasi mediasi
tersebut.Pihak ketiga tersebut disebut dengan mediator.Pihak ketiga tersebut hanya
19Fitrua Ramadhani, 2015, “Non Litigasi“, URL :http://jdih.kepriprov.go.id/index.phps/id/informasi-kegiatan/artikel-kegiatan/286704-non-litigasi. diakses tanggal 29 Agustus 2015.
20
dapat member saran yang sugestif, sedangkan pengambilan keputusan tetap
tergantung oleh setiap pihak yang bersengketa.20
Konsiliasi merupakan upaya penyelesaian sengketa dengan cara melibatkan
pihak ketiga yang memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi
dan menjalankan hal yang diputuskan oleh pihak ketiga tersebut.
21 Konsiliasi
merupakan proses yang serupa dengan mediasi, tetapi biasanya diatur oleh undang-
undang. Ketika suatu pihak diwajibkan hadir, konsiliator cenderung menekan dan
bertanggung jawab atas norma sesuai dengan undang-undang atau badan terkait, dan
langkah hukum akan diambil bila kesepakatan tidak dicapai.22
20Ibid. 21 Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa Di Luar Pengadilan, Visi
Media, Jakarta, h. 46. 22Ibid, h. 47.
Pasal 1 ayat( 1 ) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesasian Sengketa yang selanjutnya disebut sebagai UU No. 30
Tahun 1999 menjelaskan arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar
peradilan umum yng didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa. Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan
berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
21
Teori sistem hukum juga sangat diperlukan disini untuk melihat efektifitas
hukum mengingat metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
empiris dengan pendekatan fakta, Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa
berhasil atau tidaknya penegakan hukum teragantung dari tiga unsur sistem hukum,
yaitu sturuktur hukum yang menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum
yang meliputi perangkat perundang-undangan, dan budaya hukum yang merupakan
kekuatan sosial bagaimana hukum itu digunakan oleh masyarakat.23
Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan sesuatu,
sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap
suatu gejala utuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat
diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam melakukan penelitian.
1.8 Metode Penelitian
24
Maka dari itu seseorang diharapkan mampu untuk menemukan dan
menganalisa masalah yang diteliti sehingga dapat mengungkapkan suatu kebenaran,
karena metode memberikan pedoman tentang cara bagaimana seorang ilmuwan
mempelajari memahami dan menganalisa permasalahan yang dihadapi.
23 Lawrence M. Friedman, 1969, The Legal System: A Sosial Science Perspektive, Russel
Soge Foundation, New York, h. 16. 24Soerjono Soekanto, 1996, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, h.6.
22
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara
yuridis empiris.Yang dimaksud dengan penelitian hukum secara yuridis empiris
adalah penelitian langsung di lapangan dan mengkaji berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Jenis penelitian yuridis empiris digunakan karena
dalam permasalahan mengenai waktu kerja terhadap pekerja terdapat di lapangan,
sehingga jenis penelitian yang tepat dilakukan adalah jenis penelitian yuridis empiris.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan secara
empiris dalam skripsi ini adalah jenis pendekatan yang mengacu pada pendekatan
fakta ( The Fact Approach ).
Pendekatan faktaadalahpendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaji
permasalahan yang muncul dengan berlandaskan pada peraturan-peraturan hukum
dan teori-teori yang ada, untuk kemudian dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada
di lapangan. Dengan demikian tidak hanya sebatas mempelajari pasal-pasal
perundang-undangan dan pendapat para ahli utuk kemudian diuraikan, tetapi juga
23
menggunakan bahan-bahan yang sifatnya normatif, dalam rangka mengolah data dan
menganalisis data dari lapangan yang disajikan sebagai pembahasan.25
1.8.4 Data dan Sumber Data
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat Penelitian dalam penelitian ini mengarah pada penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya
penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Sifat
penelitian deskriptif sering dilakukan apabila ingin mengetahui tentang berfungsinya
hukum dalam masyarakat.
Sumber data hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :
1. Data Hukum Primer
Data hukum primer adalah sumber data yang diperoleh dari tangan pertama,
dari sumber asalnya yang pertama, yang belum diolah, dan yang belum diuraikan
oleh orang lain.Data yang langsung di dapat dari masyarakat.Data ini didapat dari
sumber pertama dari individu atau perseorangan.
2. Data Hukum Sekunder
25 Hilman Hardikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, h.63.
24
Data hukum sekunder, yaitu data-data hukum yang mengikat, berupa
perundang-undangan.Dalam hal ini penulis menggunakan KUHPerdata dan Undang-
Undang Ketengakerjaan.Dan disertai beberapa data hukum berupa literatur yang
memuat teori-teori dan pendapat sarjana yang berhubungan dengan penulisan
skripsi.Serta penulis juga menggunakan kamus hukum dan ensiklopedia yang
menjelaskan mengenai permasalahan hukum yang sedang diteliti, hal ini bertujuan
untuk memberikan penjelasan terhadap data hukum primer dan sekunder.
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya
ilmiah ini dilakukan dengan cara :
1. Teknik pengumpulan data hukumprimer yaitu cara pengumpulan data
yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang
berkompeten.
2. Teknik pengumpulan data hukum sekunder yaitu dengan mengumpulkan
peraturan-perturan yang berhubungan dengan permasalahan dan data-data
kepustakaan. Data sekunder ini digunakan untuk memperkokoh dan
memperluas hasil-hasil penelitian
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Penulisan ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik non probability sampling, dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti
25
mengenai berapa sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili
populasinya seperti dalam teknik random sampling.Penulisan ini menggunakan
teknik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling.Yaitu penarikan
sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, dimana sampel dipilih atau ditentukan
sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan
pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik
tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya.
1.8.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan tersebut, baik yang berupa data primer
maupun sekunder yang merupakan hasil dari studi kepustakaan, dan wawancara itu
kemudian diolah secara kualitatif.Dalam hal ini, data yang diperoleh tersebut
kemudian diklasifikasikan dan dikumpulkan berdasarkan kerangka penulisan
sehingga lebih sistematis dan mempermudah penulisan skripsi secara menyeluruh.
Selanjutnya data yang telah diklasifikasikan tersebut dianalisa secara deskriptif
analisis, yaitu dengan cara menggambarkan secara jelas dan sistematis yang
kemudian dapat diperoleh suatu kesimpulan atas permasalahan yang dibahas.
26