bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah bab 1.pdf · dalam sebuah negara, tidak ada persoalan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah
negara. Dalam sebuah Negara, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain
persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak ‐ anak tidak bisa
mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan
publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan
perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang
lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan
pangan, sandang dan papan secara terbatas (Prawoto, 2009)
Pengurangan kemiskinan telah menjadi tujuan utama untuk pembangunan.
Hal ini dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Isu
terkait manfaat dari pertumbuhan yang masih harus dibayar kepada orang miskin
telah menjadi prioritas kebijakan pembangunan. (H. Son, 2004). Desentralisasi
memainkan peran dalam strategi dan kebijakan untuk pengentasan kemiskinan
dengan memberikan tanggung jawab pengeluaran ke tingkat pemerintahan.
Kebijakan pertumbuhan perlu dilengkapi dengan intervensi khusus dalam
mendukung orang miskin, sementara stabilitas makroekonomi dan pemerintahan
yang baik dianggap sebagai prasyarat untuk pengentasan kemiskinan
(Steiner,2005). Dengan melihat keadaan yang seperti ini maka pemerintah pusat
2
dan daerah harus bertindak agar pendapatan masyarakat dan daerah dapat
ditingkatkan, masalah pertumbuhan ekonomi diatasi dan masalah kemiskinan
menjadi berkurang. Untuk mengatasi hal itu, maka pendapatan daerah digunakan
instrumen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengatasi kemiskinan.
Pendapatan dalam hal ini dapat dilihat dari Pendapatan dari Dana Alokasi Umum
dan dana Alokasi Khusus.
Provinsi bali memiliki keindahan alam, keunikan budaya dan adat
istiadatnya merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Provinsi
Bali terbagi menjadi 8 Kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng, Kabupaten
Jembrana, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli,
Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung. Provinsi Bali
juga memiliki 4 buah danau yang merupakan aset pariwisata, yaitu Danau
Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Batur. Provinsi Bali sudah
cukup dikenal sebagai salah satu destinasi wisata baik untuk wisatawan domestik
maupun mancanegara. (Bali Membangun, 2013). Kemiskinan merupakan salah
satu masalah sosial yang ada di Bali. Bali merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang juga tak terlepas dari masalah kemiskinan tersebut. Kemiskinan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan lingkungannya sehingga
seseorang tersebut mengalami kesengsaraan dalam hidupnya. Berikut adalah
Grafik presentase jumlah penduduk miskin yang ada di bali
3
Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin pada kabupaten/kota di Provinsi
Bali pada tahun 2008 – 2013
0%
2%
4%
6%
8%
10%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Bali dalam Angka,2008 – 2009, 2009 – 2010, 2010 – 2011, 2011 – 2012,
2012 – 2013, (data diolah)
Berdasarka Gambar 1.1 jumlah penduduk miskin pada kabupaten kota di
Provinsi Bali dari tahun 2008 – 2013, Kabupaten Jembrana memiliki tingkat
jumlah penduduk miskin tertinggi 8,11 persen pada tahun 2010 ini di sebabkan
oleh kabupaten jembrana di dominasi oleh sektor pertanian di mana para
penduduk di Kabupaten Jembrana sebagian besar menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian yang penghasilannya rendah. denpasar merupakan pusat kota di
bali maka jumlah penduduk miskin relatife kecil yaitu sebesar 1,52 persen.
ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten kota di provinsi bali juga
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di bali.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor penting untuk lepas dari
jerat kemiskinan, karena pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran adanya
perkembangan ekonomi untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan gambaran terhadap kesejahteraan
masyarakat faktor produksi yang turut serta menciptakan kesejahteraan tersebut,
artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula
4
produktivitas faktor produksi dan semakin tinggi pula upah yang diterima oleh
para pekerja. pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika pendapatan per kapita
suatu negara relatif tinggi (Dagdeviren,2000). Suatu perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih
tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya (Yudha, 2013)
Peranan para pelaku ekonomi tidak akan pernah lepas dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yakni pemerintah yang berperan sebagai instrumen
kebijakan publik dan fiskal, swasta yang berperan dalam pengembangan investasi
dan masyarakat itu sendiri yang berperan sebagai input dari faktor produksi dan
jaminan terciptanya pasar dalam perekonomian Salah satu indikator yang sering
digunakan untuk melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi daerah adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). karena didalamnya mencerminkan
kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan dicapai oleh penduduk selama periode
tertentu. Produk domestik regional bruto (PDRB) juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah atau masyarakat.
(Najiah,2013)
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDRB yang digunakan adalah
PDRB berdasarkan harga konstan, karena dengan menggunakan harga konstan,
pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang
muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai PDB
sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang
dihasilkan selama periode pengamatan ( Prathama dan Mandala, 2008:129).
5
Perkembangan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Bali
dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut ini :
Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar harga Konstan di Provinsi Bali Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2008-2013 (persen)
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Bali dalam Angka,2008 – 2009, 2009 – 2010, 2010 – 2011, 2011 – 2012,
2012 – 2013, (data diolah)
Pada Gambar 1.2 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan
ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Bali. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada kabupaten Badung tahun 2012 yaitu sebesar 7,30
persen sedangkan Penurunan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada
kabupaten Bangli tahun 2008 yaitu sebesar 4,02 persen. Perbedaan pertumbuhan
ekonomi yang terjadi pada kabupaten/kota di provinsi Bali ditentukan oleh 2
faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi terdiri dari
sumber daya alam, sumber daya manusia atau tenaga kerja, permodalan dan
akumulasi modal, tenaga manajerial dan organisasi produksi, kemajuan teknologi
dan pemanfaatan teknologi, pembagian kerja dan perluasan skala produksi. Faktor
non-ekonomi terdiri dari faktor sosial, faktor manusia dan faktor politik. Dari ke
dua faktor tersebut salah satunya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
6
sumber daya alam dan sumber daya manusia atau tenaga kerja (Wijayanto, 2010).
Menurut Todaro (2006:79) ada tiga komponen yang utama berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan
kemajuan teknologi. Dilihat dari salah satu faktor yaitu pertumbuhan penduduk
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kualitas
sumber daya manusia itu sendri.
Kebijakan otonomi daerah merupakan hak dan wewenang daerah otonom
untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri disegala bidang dengan
seminimal mungkin campur tangan dari pemerintah pusat namun dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan tersebut diatur
dalam UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian
direvisi menjadi UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Indiyani, 2013).
Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan di daerah, sesuai dengan UU No.
33 tahun 2004 pemerintah daerah memiliki sumber-sumber penerimaan terdiri
atas: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2) Dana Perimbangan, 3) Pinjaman
Daerah, dan 4) Lain-lain Penerimaan yang sah. Dana Perimbangan adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, yang
terdiri dari: a) Dana Alokasi Umum (DAU), b) Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
c) Dana Bagi Hasil. DAU berperan sebagai pemerataan fiskal antar daerah (fiscal
equalization) di Indonesia. DAU suatu daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya
celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan
7
daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscalcapacity), sehingga pemerintah
daerah dapat menjalankan fungsi-fungsinya, seperti melaksanakan fungsi
pelayanan masyarakat (public service function), melaksanakan fungsi
pembangunan (development function) dan melaksanakan fungsi perlindungan
masyarakat ( Swandewi, 2014).
Gambar 1.3 Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode
2008 - 2013
Rp0.00
Rp100,000,000,000.00
Rp200,000,000,000.00
Rp300,000,000,000.00
Rp400,000,000,000.00
Rp500,000,000,000.00
Rp600,000,000,000.00
Rp700,000,000,000.00
Rp800,000,000,000.00
Rp900,000,000,000.00
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota, 2008 – 2009, 2009 –
2010, 2010 – 2011, 2011 – 2012, 2012 – 2013, (data diolah)
Berdasarkan pada Gambar 1.3 menunjukan bahwa jumlah dana yang
diberikan oleh Pemerintah pusat ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum
(DAU) kepada pemerintah provinsi bali untuk digunakan dalam kegiatan
pendanaan pembangunan dari tahun ke tahun tidak tetap seperti terlihat dari tahun
2008 - 2013. Kabupaten Buleleng menerima dana cukup besar sedangkan
Kabupaten Badung menerima dana paling kecil dibandingkan dengan kabupaten
kota yang lainnya, ini di karenakan Pendapatan asli daerah kabupaten badung
8
sudah cukup tinggi di antara kabupaten/kota yang lain yang ada di Bali.
Pengalokasian Dana Alokasi Umum pemerintah pusat ke pemerintah daerah
kabupaten/kota diperuntukan untuk pemerataan kemampuan keuangan dalam
mendanai setiap kebutuhan daerah kabupaten/kota di provinsi bali dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Pengelolaan DAU juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme
pengelolaan yang tepat dan trasnparan Kebijakan umum pengelolaan keuangan
daerah, dikelola berdasarkan pendekatan kinerja yaitu pengelolaan angaran yang
mengutamakan pencapaian dari alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan (paseki, 2014).
Gambar 1.4 Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode
2008-2013
Rp0.00
Rp10,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp40,000,000,000.00
Rp50,000,000,000.00
Rp60,000,000,000.00
Rp70,000,000,000.00
Rp80,000,000,000.002008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota, 2008 – 2009, 2009 –
2010, 2010 – 2011, 2011 – 2012, 2012 – 2013, (data diolah)
9
Berdasarkan pada Gambar 1.4 menunjukan bahwa jumlah dana yang
diberikan oleh Pemerintah pusat ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus
(DAK) pada tahun 2008 – 2013 cukup bervariasi. Sama halnya dengan dana
alokasi umum kabupaten buleleng mendapatkan dana tertinggi sedangkan
kabupaten badung juga menerima dana alokasi khusus terendah ini di karenakan
pemberian Dana Alokasi Khusus (DAK) yang di berikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah provinsi bali digunakan untuk kegiatan khusus seperti
pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasrana fisik yang ada di kabupaten
kota di provinsi bali. berbeda halnya dengan dana alokasi umum (DAU) perolehan
dan pemanfaatan DAK harus mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah – daerah tertentu
dalam rangka mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
termasuk dalam program prioritas nasional (Handayani,2009).
Dalam pengalokasian dana transfer dari pusat kepada pemerintah daerah
yang begitu besar seharusnya dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
pada kabupaten kota di provinsi bali sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat
dan tingkat kemiskinan pada kabupaten kota di provinsi bali pun akan menurun.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka akan dilakukan suatu penelitian
dengan judul : Peranan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
10
1) Bagaimanakah pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun
2008 - 2013?
2) Bagaimanakah pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat
Kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2008 - 2013?
3) Apakah Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh tidak
langsung terhadap Tingkat Kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2008 - 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah
disampaikan, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus terhadap Pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali tahun 2008 - 2013.
2) Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap Tingkat
Kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2008 - 2013.
3) Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus terhadap Tingkat Kemiskinan melalui Pertumbuhan Ekonomi pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2008 - 2013.
1.4 Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini merupakan aplikasi ilmu dan teori-teori yang diperoleh selama
masa perkuliahan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung teoritis
11
atau menambah khasanah ilmu pengetahuan yang nantinya dapat
dipergunakan sebagai pedoman pendukung dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan
kepada masyarakat, pemerintah serta pihak lainnya di provinsi Bali yang
terkait mengenai judul penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian merupakan tahap-tahap atau aturan yang digunakan
sebagai acuan untuk membuat suatu penelitian. Sistematika penelitian ini terdiri
atas 5 ( lima) bab dimana bab yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan
yang erat. Untuk itu dapat diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan kegunaan penelitian serta menguraikan
sistematika penulisan yang digunakan untuk membahas masalah yang
akan dihadapi.
Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab II menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
pokok permasalahan pada penelitia ini serta menguraikan hipotesis
berdasarkan landasan teori yang ada dari hasil penelitian sebelumnya.
12
Bab III : Metode Penelitian
Bab III menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi desain
penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab IV menguraikan tentang gambaran umum wilayah di Provinsi Bali
serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Simpulan dan Saran
Bab V merupakan bab akhir dalam skripsi yang menguraikan tentang
simpulan dari analisis pada bab IV serta saran-saran yang yang dapat
digunakan bagi pihak yang berkepentingan.
13