bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur...

73
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium tubercolusis. WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar setengah juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia (WHO, 2009). Menurut WHO pada tahun 2010, Indonesia berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Secara nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan perkembangan yang meningkat dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI, 2011). TB pada anak merupakan aspek yang sering dilupakan dari epidemik TB. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), TB pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Masalah ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik dalam program pengendalian TB. Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu

penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada

anak usia 0-14 tahun.

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh

utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium

tubercolusis.

WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi

kemanusiaan. Walaupun strategi Directly Observed Treatment Shortcourse

(DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban

penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan

yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta

kasus baru TB, dan sekitar setengah juta orang meninggal akibat TB di

seluruh dunia (WHO, 2009). Menurut WHO pada tahun 2010, Indonesia

berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia.

Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi

insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat

TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya.

Secara nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan perkembangan

yang meningkat dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi

pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah.

Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan

kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70%

CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI, 2011). TB pada anak

merupakan aspek yang sering dilupakan dari epidemik TB.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), TB pada anak

mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Masalah

ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik dalam program

pengendalian TB. Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

2

30.806 termasuk 1.865 kasus BTA positif. Proporsi kasus TB anak dari

semua kasus TB mencapai 10,45%.

Pencegahan yang dapat di lakukan adalah dengan cara menutup

mulut pada waktu batuk atau bersin dengan menggunakan tissue yang

kemudian dibungkus kantung plastik dan dibakar atau menggunakan sapu

tangan yang dicuci setiap hari, sehingga percikan dahak tidak akan

menyebar. Pencegahan lainnya adalah dengan pengobatan, mengobati

serta menyelesaikan pengobatan sangat efektif untuk memutuskan rantai

penularan dari penderita ke orang lain yang berada di lingkungannya.

Menurut kelompok kami TB pada anak adalah suatu penyakit yang

primer dan sistemik dengan penularannya melalui udara yang

terkontaminasi oleh microbakterium tuberculosis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori penyakit TBC pada anak atau bayi?

2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit TBC pada anak atau bayi?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada bayi atau

anak dengan gangguan respirasi khususnya pada penyakit TBC.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep teori penyakit TBC pada anak atau bayi

2. Untuk mengetahui kasus di konsep asuhan keperawatan penyakit

TBC pada anak atau bayi

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan konsep keperawatan anak secara nyata

kepada anak atau klien.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

3

2. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam

menghadapi asuhan keperawatan anak.

3. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan

interpersonal.

1.4.2 Untuk Pendidikan

Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam

memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek

praktikum dan juga sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

pengembangan teori sesuai dengan sumber-sumber yang dapat di

pertanggungjawabkan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu

penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada

anak usia 0-14 tahun. (Ngatsiyah. 2005).

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh

utamanya paru yang disebabkan oleh basil batang yaitu microbacterium

tubercolusis. Kuman microbacterium tubercolusis tidak cuma menyerang

paru-paru tetapi juga organ tubuh lainnya seperti tulang sendi, usus,

kelenjar limfa, selaput otak. TBC menular dan sangat berbahaya namun

bisa disembuhkan (Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

TBC ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri

microbacterium tuberculosis. Udara terkontaminasi oleh bakteri karena

penderita TBC aktif melepaskan bakteri melalui batuk dan bakteri bisa

bertahan dalam udara selama beberapa jam.

Janin bisa tertular dari ibunya sebelum atau selama proses persalinan

karena menghirup atau menelan cairan ketuban yang terkontaminasi. Bayi

bisa tertular karena menghirup udara yang mengandung bakteri. Sumber

penularan TBC adalah dahak dari penderita TBC. Penularan TBC dapat

melalui udara pada saat penderita TBC batuk dan bersin tanpa menutup

mulutnya. Ketika batuk atau bersin, kuman dari paru penderita TBC akan

menyebar di udara. Penularan terjadi bila orang lain menghirup udara yang

mengandung kuman tersebut secar langsung (direct contact). Oleh karena

itu kita wajib menutup mulut saat batuk dan bersin serta membuang dahak

kelubang WC dan jangan kesembarang tempat.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri microbacterium tubercolosa yang dilepaskan pada saat penderita

TBC batuk. Pada anak-anak, sumber infeksi umumnya berasal dari

penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul didalam

paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

5

dengan daya tahan tubuh yang rendah) dan dapat menyebar melalui

pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC

dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru otak,

ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.

Meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena adalah

paru-paru.

2.2 Penyebab

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

mycrobacterium tuberculosis dan mycrobacterium bovis (jaringan oleh

mycrobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen

beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang

bersuhu 60° selama 15-20 menit (Yoga Tjandra Aditama. 2013).

Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan

asam pada pewarnaan yang biasa disebut sebagai basil tahan asam (BTA).

Bakteri TB dapat bertahan hidup beberapa jam di udara, tempat yang gelap

dan lembab selama berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar

matahari. Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat bersifat dormant (tertidur

lama selama beberapa tahun). Bakteri TBC ini mati pada tingkat

pemanasan 100°C selama 5-10 menit dan dengan alkohol 70-95% selama

15-30 detik. Masa inkubasi penyakit TBC yaitu selama 3-6 bulan.

Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan

dahak (droplet nuclei) yang di batukkan. jadi jika bersin atau tukar-menukar

piring atau gelas minum tiak akan terjadi penularan. salah satu penyebab

dalah merokok pasif karena ini berdampak pada sistem kekebalan anak,

sehingga meningkatkan resiko tertular. pajanan pada asap rokok

mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat

yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan darah.

2.3 Patofisiologi

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak

menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelnjar paru-paru.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

6

Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC

dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar

melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk percikan ludahnya mengandung

kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak lalu masuk ke paru-paru.

Proses penularan TBC dapat melalui proses udara atau langsung,

seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya

adalah TBC paru primer dan TBC post primer. TBC primer sering terjadi

pada anak, proses ini dapat di mulai dari proses yang disebut drplet nuklei

yaitu suatu proses terinfeksinya partikel yang mengandung 2 atau lebih

kuman TBC yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan

alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan

sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar

spase. TBC post primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang

sebelumnya terinfeksi oleh kuman mycrobacterium tuberculosis.

Sebagian besar infeksi TBC menyebar melalui udara melalui

terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel

dari sesorang yang terinfeksi. TBC adalah penyakit yang dikendalikan oleh

respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa

makrofag dan limfoist (biasanya sel T) sebagai imuniresponsif. Tipe

imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi

oleh limfosit dan limfokin mereka, responnya berupa reaksi hipersentifitas

selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar

membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh

makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal

pneumobia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa

atau prosesnya dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam sel-sel.

Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelejar getah bening

regioanl dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis

geaosa), jaringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel epiteloid dan

fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jaringan parut kolagenosa,

menghadilkan kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer pada paru

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

7

dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang

terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang

mengalami klasifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin

pada seseorang yang sehat.

TBC paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan

demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat

malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin

nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum

mukopurulen dengan hemoptisis. TBC dapat mempunyai manifestasi

atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,

demam, anorexia, penurunan BB. Basil TBC dapat bertahan ≥ 50 tahun

dalam keadaan dorman.

Patogenesis penyakit TBC pada anak terdiri atas:

1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan

sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi di muali saat

kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru

yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan

membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut

kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpleura.

Fokus primer dapat mnegalami penyembuhan sempurna, klasifikasi atau

penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat

dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif

menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman

yang masuk dan besarnya espon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada

umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman yang

menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

8

daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,

akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi

penderita TBC. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

2. TBC pasca primer (post primary TBC)

TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun

sesudah infeksi primer misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat

terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas TBC pasca primer

adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura (Ngatsiyah. 2005).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

9

2.4 Pathway

Inhalasi mycobacterium

tuberculosis

Fagositosis oleh

makrofag alveolus paru Kuman mati

Kuman hidup

berkembang biak

Pembentukan fokus primer

Penyebaran limfogen

Penyebaran hematogen

Kompleks primer terbentuk

imunitas selular spesifik

Uji

tuberkulin

Sakit TB Infeksi TB

Komplikasi kompleks primer

Komplikasi penyebaran

hematogen

Komplikasi penyebaran limfogen

Imunitas optimal

Sembuh Sakit TB

Kalau imunitas turun,

reaktivitas/ reinfeksi

Meninggal Sembuh

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

10

Catatan:

Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult

hematogenic spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di

berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi

mengalami reaktivasi di kemudian hari. Kompleks primer terdiri dari fokus

primer limfangitis dan limfadenitis regional. TB primer adalah kompleks

primer dan komplikasinya. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme

reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder) oleh

kuman (Yoga Tjandra Aditama. 2013.).

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala TBC pada anak tidak serta merta muncul. Pada saat-saat awal,

4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa

bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk

sedikit. Tahap berikutnya 3-9 bulan setelah infeksi, anak tidak nafsu makan,

kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran

kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran fleks. Pada saat

itu, kemungkinan ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-

benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Kalau

anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC nya tidak muncul. Tapi

bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di

paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak dan sebagainya. Ini

berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.

Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya. Pada orang

dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan

mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit,

karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit.

Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis

baku untuk mendiagnosis anak sedini mungkin. Yang harus dicermati pada

saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya (Ngatsiyah. 2005).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

11

2.5.1 Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain:

1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau

reaksi BCG sangat cepat. Misalnya bengkak hanya seminggu setelah

diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.

2. BB anak turun tanpa sebab yang jelas atau kenaikan BB setiap bulan

berkurang.

3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi

≥ 3 minggu. Ini terkadang tersamar alergi. Kalau tidak ada alergi dan

tidak ada penyebab lain.

4. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa

ditandai sebagai kemungkinan gejala TBC.

5. Mata merah bukan karena sakit mata tapi di sudut mata ada

kemerahan yang khas.

6. Keluar dahak bercampur darah

7. Mengalami nyeri dada dan sesak napas

8. Batuk berdahak terus menerus 2 minggu atau lebih

9. Berkeringat di malam hari meskipun tanpa melakukan kegiatan.

10. Lesu atau malaise

11. Diare persisten atau menetap (≥ 2 minggu) yang tidak sembuh dengan

pengobatan dasar diare

Masa inkubasi atau masa tunas penyakit ini bervariasi antara 1-2 bulan

tergantung besarnya paparan serta imunitas atau kekebalan tubuh

(Ngatsiyah. 2005).

2.5.2 Gejala klinis spesifik terkait organ

Gejala klinis pada organ yang terkena TB tergantung jenis organ yang

terkena misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan

kulit adalah sebagai berikut.

1. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli)

Pembesaran KGB multiple (>1 KGB), diameter ≥ 1 cm, konsistensi

kenyal, tidak nyeri dan kadang saling melekat atau konfluens.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

12

2. Tuberkulosis otak dan selaput otak:

a. Meningitis TB : gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala

akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.

b. Tuberkuloma otak : gejala-gejala adanya lesi

3. Tuberkulosis sistem skeletal:

a. Tulang panggul (koksitis) : pincang, gangguan berjalan atau tanda

peradangan di daerah panggul.

b. Tulang lutut (gonitis) : pincang dan atau bengkak pada lutut tanpa

sebab yang jelas

c. Tulang kaki dan tangan (spina ventosa atau daktilitis)

4. Skrofuloderma ditandai dengan ulkus disertai dengan jembatan kulit

antar tepi ulkus (skin bridge)

5. Tuberkulosis mata :

a. Kongjungtivis fliktenularis

b. Tuberkel koroid (hanya dapat dilihat dengan funduskopi)

6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal di

curigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut

tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB

(Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.

1. Meningitis

2. Spondilitis

3. Pleuritis

4. Bronkopneumonia

5. Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

napas.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

13

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran

bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses

pemulihan atau reaktif) pada paru.

Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan:

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke

organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya

(Ngatsiyah. 2005).

2.7 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam

jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah

timbulnya penyakit klinis menekankan 3 prinsip dalam pengobatan

tuberkulosis yang berdasarkan pada:

1. Regimen harus ternasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap

mikroorganisme.

2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.

3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup

untuk menghasikan terapi yang paling efektif dan paling aman pada

waktu yang singkat.

Obat anti tuberkulosis (oat) harus diberikan dalam kombinasi

sedkitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.

Tujuannya dari pengobatan ini adalah.

1. Membuat konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin

melalui kegiatan bakterisid.

2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan

dengan kegiatan sterilisasi.

3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan

daya tahan imunologis (Ngatsiyah. 2005).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

14

2.8 Klasifikasi TBC

Klasifikasi TBC Keterangan

0 Tidak pernah terinfeksi, tidak ada

kontak dan tidak menderita TBC

1 Tidak terinfeksi namun ada riwayat

kontak dan tidak menderita TBC

II Hasil tes uji tuberkulin (+) atau

terinfeksi TBC namun tidak ada

gejala TBC, radiologi tidak

mendukung dan bakteriologi

negatif (tidak menderita TBC)

III Menderita TBC

IV Pernah menderita TBC tetapi saat

ini tidak ada penyakit aktif

V Dicurigai TBC

(Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

2.9 Penatalaksanaan Perawatan

Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan

melakukan:

1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

2. Pemberian O₂ yang adekuat

3. Latihan batuk efektif

4. Fisioterapi dada

5. Pemberian nutrisi yang adekuat

6. Kolaborasi pemberian obat antituberculosis (seperti isoniazid,

streptomisin, etambutol, rifampisin, piramizid)

7. Intervensi yang dilakukan dapat menstimulasi pertumbuhan

perkembangan anak yang terderita TBC dengan membantu

memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas

perkembangan:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

15

a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia dengan usia

anak (permainan, keterampilan tangan, video game, televisi)

b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus

yang bervariasi bagi anak

c. Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih

aktivitas yang diinginkan

d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di

rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan

teman melalui telepon jika menginginkan (Ngatsiyah. 2005).

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Yang sering merupakan petunjuk awal dari TBC adalah foto rontgen

dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak

teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkkan efusi

pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).

Pemeriksaan diagnostik untuk TBC :

a. Pemeriksaan dahak, cairan tubuh, atau jaringan yang terinfeksi.

Dengan jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi, atau

sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh

contoh jaringan yang terinfeksi. Diagnosis menjadi pasti dengan

ditemukannnya kuman basil tahan asam (BTA).

b. Uji Tuberkulin

Tes tuberkulin disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari

bakteri tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). Dua

hari kemudian dilakukan pengamatan pada daerah suntikan. Jika

terjadi pembengkakan dan kemerahan, maka hasilnya adalah posistif.

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat

untuk menunjukkan sedang atau pernah terinfeksi mycrobakterium

tuberculosa dan sering digunakan dalam screening TBC. Efektifitas

dalam menemukann infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah > 90%.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji

tuberkulin positif 100%, umur 1-2 tahun 92%, 2-4 tahun 78%, 4-6

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

16

tahun 75%, dan umur 6-12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat

dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin

semakin kurang spesifik.

Uji tuberkulin yang positif menandakan adanya reaksi hipersensitifitas

terhadap antigen (tuberkuloprotein) yang diberikan. Hal ini secara

tidak langsung menandakan bahwa pernah ada kuman yang masuk

ke dalam tubuh anak atau anak sudah tertular. Anak yang tertular

(hasil uji tuberkulin positif) belum tentu menderita TB oleh karena

tubuh pasien memiliki daya tahan tubuh atau imunitas yang cukup

untuk melawan kuman TB. Bila daya tahan tubuh anak cukup baik

maka pasien tersebut secara klinis akan tampak sehat dan keadaan

ini yang disebut sebagai infeksi TB laten. Namun apabila daya tahan

tubuh anak lemah dan tidak mampu mengendalikan kuman, maka

anak akan menjadi menderita TB serta menunjukkan gejala klinis

maupun radiologis. Gejala klinis dan radiologis TB anak sangat tidak

spesifik, karena gambarannya dapat menyerupai gejala akibat

penyakit lain. oleh karena itulah diperlukan ketelitian dalam menilai

gejala klinis pada pasien maupun hasil foto thorax.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang

cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux

umumnya pada ½ bagian lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan

IC (kedalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah

penyuntikan dan diukur diameter pembengkakan (indurasi) yang

terjadi.

c. Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih

95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax

harus dilakukan. Ditemukannya kuman mikrobakterium tuberkulosa

dari kultur merupakan diagnostik TBC positif, namun tidak mudah

menemukannya.

d. Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya

mendapatkan spesimen. Spesimen dapat berupa sputum, induksi

sputum atau pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

17

apabila fasilitas tersedia. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat

dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi (PA/Patologi Anatomi)

yang dapat memberikan gambaran yang khas. Pemeriksaan PA akan

menunjukkan gambaran granuloma (Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

Cara mendapatkan sampel pada anak

a. Berdahak

Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis, terutama bagi anak yang

mampu mengeluarkan dahak. Kemungkinan mendapatkan hasil

positif lebih tinggi pada anak >5 tahun.

b. Bilas lambung

Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan

pada anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak. Dianjurkan

spesimen dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari.

c. Induksi Sputum

Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak

semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung,

terutama apabila menggunakan lebih dari 1 sampel. Metode ini bisa

dikerjakan secara rawat jalan tetapi diperlukan pelatihan dan

peralatan yang memadai untuk melaksanakan metode ini.

Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan

foto toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga

dapat dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto

toraks saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali

gambaran TB milier. Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang

TB adalah sebagai berikut.

a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat

(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks

lateral).

b. Konsolidasi segmental atau lobar

c. Efusi pleura

d. Milier

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

18

e. Atelektasis

f. Kavitas

g. Kalsifikasi dengan infiltrat

h. Tuberkuloma (Yoga Tjandra Aditama. 2013).

2.11 Pengobatan

Penyakit TBC dapat disembuhkan denan pengobatan yang teratur

selama 6 bulan baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas. Infeksi

tuberculosis pulmoner aktif sering mengandung 1 miliar atau lebih bakteri

sehingga pemberian 1 macam obat akan menyisakan ribuan organisme

yang benar-benar resisten terhadap obat tersebut. Karena itu, paling tidak

diberikan dan kedua obat ini akan bersama-bersama memusnahkan semua

bakteri.

Selain penderita benar-benar sembuh, pengobatan harus terus di

lajutkan karena diperlukan waktu yang cukup lama untuk memusnahkan

semua bakteri dan untuk mengurangi kemungkinan terjadi kekambuhan.

Terdapat 5 jenis antibiotik yang dapat digunakan. Antibiotik yang

paling sering digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pirazimid,

streptomisin, dan etambutol.

Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan

resiko tinggi tuberculosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes

tuberkulin positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit.

Isoniazid diminum setiap hari selama 6-9 bulan.

Isoniazid, rifampisin, pirazinamid dapat digabungkan ke dalam satu

kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang harus di telan oleh penderita.

Ketiga obat ini bisa menyebabkan mual dan muntah sebagai akibat dari

efeknya terhadap hati. Jika timbul mual dan muntah maka pemakaian obat

harus di hentikan sampai di lakukan tes fungsi hati. Jika tes fungsi hati

menunjukkan adanya reaksi terhadap salah dari ketiga obat tersebut, maka

biasanya obat yang bersangkutan diganti dengan obat yang lain.

Steptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan

tuberculosis tetapi harus di berikan dalam bentuk suntikan. Jika di berikan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

19

dalam dosis tinggi atau pemakaiannya berlanjut sampai ≥ 3 bulan,

steptomisin bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan

keseimbangan. Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan

teratur, maka tidak perlu di lakukan pembedahan untuk mengangkat

sebagian paru-paru. Kadang-kadang pembedahan dilakukan untuk

membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang

akibat tuberculosis.

Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang realtif tinggi untuk

membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan,

dosisnya dikurangi untuk menghindari efek samping yang berbahaya

terhadap mata.

Penderita tbc pulmoner yang sedang menjalani menjaa tidak perlu

diisolasi lebih dari beberapa hari karena obatnya bekerja secara cepat

sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penularan. Tetapi penderita

yang mengalami batuk dan tidak menjalani pengobatan secara teratur,

perlu diisolasi lebih lama karena bisa menularkan penyakitnya. Penderita

biasanya tidak dapat lagi menularkan penyakitnya setelah menjalani

pengobatan selama 10-14 hari (Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

20

Panduan OAT Anak

Prinsip pengobatan TB Anak:

1. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk

mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman

intraseluler dan ekstraseluler

2. Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. Pemberian obat jangka

panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya kekambuhan

3. Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:

a. Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif,

diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan

bakteriologis dan berat ringannya penyakit.

b. Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil

pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit. Selama

tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari

untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering

terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

21

c. Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal

maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang,

dan lainlain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan

d. Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis

TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan

kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi

dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama

pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh

dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan

pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan

mencegah terjadi perlekatan jaringan.

e. Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional

Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:

Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR

Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10H

f. Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa

obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri

dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya

disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien.

g. OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT

kombipak untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang

mengalami efek (Yoga Tjandra Aditama. 2013).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

22

Kombinasi Dosis Tetap OAT KDT (FDC = Fixed Dose Combination)

Untuk mempermudah pemberian oat sehingga meningkatkan keteraturan

minum obat, paduan oat disediakan dalam bentuk paket kdt/ fdc. Satu paket

dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket kdt untuk

anak berisi obat fase intensif, yaitu Rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg,

dan Pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan yaitu R 75 mg dan H

50 mg dalam satu paket. Dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Keterangan

R: Rifampisin H: Isoniasid Z: Pirazinamid

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

23

1. Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam

bentuk kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS rujukan

2. Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan,

menyesuaikan berat badan saat itu

3. Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal

(sesuai umur). Tabel Berat Badan berdasarkan umur dapat dilihat di

lampiran

4. OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak

boleh digerus)

5. Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah atau dikulum

(chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable).

6. Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam

setelah makan

7. Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat

tidak boleh digerus bersama dan di campur dalam satu puyer (Yoga

Tjandra Aditama. 2013)

Efek Samping pengobatan TB Anak

Pasien dengan keluhan neuritis perifer (misalnya: kesemutan) dan asupan

piridoksin (vitamin B6) dari bahan makanan tidak tercukupi, maka dapat

diberikan vitamin B6 10 mg tiap 100 mg INH.

Untuk pencegahan neuritis perifer, apabila tersedia piridoksin 10 mg/ hari

direkomendasikan diberikan pada

a. Bayi yang mendapat ASI

b. Pasien gizi buruk

c. Anak dengan HIV positif

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

24

Catatan:

Parameter Sistem Skoring:

1. Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada

bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa

diperoleh dari TB 01 atau dari hasil laboratorium.

2. Penentuan status gizi:

a. Berat badan dan panjang atau tinggi badan dinilai saat pasien

datang (moment opname).

b. Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Penentuan status

gizi untuk anak usia < 5 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes,

sedangkan untuk anak usia > 5 tahun merujuk pada kurva CDC

2000 (lihat lampiran).

c. Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi

selama 1 bulan.

d. Demam (≥ 2 minggu) dan batuk (≥ 3 minggu) yang tidak membaik

setelah diberikan pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas

Beri OAT

2 bulan terapi, dievaluasi

Skor ≥ 6

Respon negatif

Rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut

Respon positif

terapi di teruskan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

25

e. Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran mendukung TB

berupa: pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau

tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi (Yoga Tjandra Aditama.

2013).

2.12 Penegakan Diagnosis

1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Apabila di

fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak tersedia tenaga dokter,

pelimpahan wewenang terbatas dapat diberikan pada petugas

kesehatan terlatih strategi DOTS untuk menegakkan diagnosis dan

tatalaksana TB anak mengacu pada Pedoman Nasional.

2. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)

3. Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari kontak dengan pasien BTA

positif dan hasil uji tuberkulin positif, tetapi tanpa gejala klinis, maka

dilakukan observasi atau diberi INH profilaksis tergantung dari umur

anak tersebut. Foto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama

pada TB anak.

4. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang

meragukan, maka pasien tersebut dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih

lanjut.

5. Anak dengan skor 5 yang terdiri dari kontak BTA positif dan 2 gejala

klinis lain, pada fasyankes yang tidak tersedia uji tuberkulin, maka

dapat didiagnosis, diterapi dan dipantau sebagai TB anak.

Pemantauan dilakukan selama 2 bulan terapi awal, apabila terdapat

perbaikan klinis, maka terapi OAT dilanjutkan sampai selesai.

6. Semua bayi dengan reaksi cepat (<2 minggu) saat imunisasi BCG

dicurigai telah terinfeksi TB dan harus dievaluasi dengan sistem

skoring TB anak.

7. Jika dijumpai skrofuloderma pasien dapat langsung didiagnosis TB

8. Untuk daerah dengan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

terbatas (uji tuberkulin dan atau foto toraks belum tersedia) maka

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

26

evaluasi dengan sistem skoring tetap dilakukan, dan dapat didiagnosis

TB dengan syarat skor ≥ 6 dari total skor 13

9. Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan

perbaikan klinis sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan

faktor penyebab lain misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit

penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun masalah dengan kepatuhan

berobat dari pasien. Apabila fasilitas tidak memungkinkan, pasien

dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah

perbaikan gejala awal yang ditemukan pada anak tersebut pada saat

diagnosis (Yoga Tjandra Aditama. 2013).

Gambar Alogaritma Tatalaksana TB Anak

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

27

2.13 Pencegahan

Terdapat beberapa cara untuk mencegah TBC sebagai berikut.

1. Jangan meludah di sembarang tempat tetapi pada tempat yang sudah

diberikan desinfektan lysol.

2. Tutup mulut sewaktu batuk atau bersin dengan sapu tangan.

3. Buka jendela pada pagi hari agar sinar matahari masuk untuk

membunuh kuman TBC.

4. Jemur alat tidur secara rutin pada sinar matahari langsung.

5. Perhatikan PHBS tentang TBC meliputi peningkatan daya tahan tubuh

dengan asupan gizi yang seimbang, tidur dan istirahat cukup, tidak

merokok, membuka jendela agar sinar matahari masuk.

6. Gunakan sinar ultraviolet untuk pembasmi bakteri di tempat-tempat

dimana sekumpulan orang dengan berbagai penyakit harus duduk

bersam-sama selama beberapa jam, misalnya di RS atau di ruang

tunggu gawat darurat. Sinar ini bisa membunuh bakteri yang terdapat

di dalam udara.

7. Berikan vaksin BCG untuk mencegah infeksi oleh mikobakterium

tuberculosa (Pudiastuti Ratna Dewi. 2011).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

28

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin

b. Identitas orangtua

c. Asal kota dan daerah

d. Jumlah keluarga

e. Nama orangtua

f. Pendidikan

g. Pekerjaan

2. Riwayat penyakit sekarang

a. Saat masuk Rumah Sakit

Keluhan utama (penyebab klien sampai dibawa ke RS)

b. Saat pengkajian

Keluhan utama : Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan

pengkajian meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale,

timing)

c. Keluhan penyerta

Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan

gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat

kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal : kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi

selama hamil

b. Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi

menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal

hematom

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

29

c. Post natal : Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit

infeksi, asifiksia ikterus

4. Riwayat masa lampau

a. Penyakit yang pernah diderita

Tanyakan apakah klien pernah sakit batuk yang lama dan benjolan

bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah

diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?

Tanyakan apakah pernah berobat tapi tidak sembuh?

Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?

b. Pernah dirawat di rumah sakit

Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai

membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya

parah atau seperti apa

c. Obat-obat yang digunakan atau riwayat pengobatan

Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui,

agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui.

Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu di identifikasi

d. Riwayat kontak dengan penderita TBC

e. Alergi

Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara

atau makanan

f. Daya tahan yang menurun

g. Imunisasi atau vaksinasi : BCG

Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara

menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri

yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-

tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama

daripada imunisasi pasif

Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan

tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

30

bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak

tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan

Vaksin BCG ( Bacillus Calmet Guirnet ), vaksin campak, vaksin

polio, vaksin DPT ( Difetri Pertusis Tetanus ), vaksin toxoid difetri.

h. Tindakan (operasi)

Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada

bagian apa, atas indikasi apa

i. Kecelakaan

Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,

apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan,

atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.

5. Riwayat penyakit sekarang

Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan atau bisul pada

tempat-tempat kelenjar seperti leher, inguinal, axilla, dan sub

mandibulla

6. Riwayat keluarga

a. Adakah yang menderita TB atau penyakit infeksi lainnya

b. Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama

7. Riwayat kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi

a. Lingkungan tempat tinggal contohnya lingkungan kurang sehat

(polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang

kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak, pola sosialisasi

anak.

b. Kondisi rumah

c. Merasa di kucilkan

d. Aspek psikososial (tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,

menarik diri)

e. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

31

f. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh

perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak

g. Tidak bersemangat dan putus harapan

8. Riwayat psikososial spiritual

a. Yang mengasuh

b. Hubungan dengan anggota keluarga

c. Hubungan dengan teman sebaya

d. Pembawaan secara umum

e. Pelaksanaan spiritual

9. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.

a. Keadaan umum, alergi, kebiasaan, dan imunisasi

b. Pola nutrisi metabolik meliputi anoreksia, mual, tidak enak di perut,

bb turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub

kutan, sulit dan sakit menelan.

c. Pola eliminasi

Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran

kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas

dan splenomegali.

d. Pola aktifitas meliputi sesak napas, fatique, takikardia, ativitas berat

timbul sesak napas (napas pendek).

e. Pola tidur dan istirahat meliputi sulit tidur, berkeringat pada malam

hari.

f. Pola kognitif perseptual

Terkadang terdapat nyeri tekan pada nodus limfa, nyeri tulang

umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak

mampu.

g. Pola persepsi diri

Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

32

h. Pola peran hubungan anak menjadi ketergantungan terhadap

orang lain (ibu atau ayah) atau tidak mandiri.

i. Pola seksualitas atau reproduktif

Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah

j. Pola koping toleransi stress

Menarik, pasif

10. Pemeriksaan

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering

ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak

bergairah

b. Tanda-tanda vital

Sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama

atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau

panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi

Umur C F

3 Bulan 37,5 99,4

1 Tahun 37,7 99,7

3 Tahun 37,2 99,0

5 Tahun 37,0 98,6

7 Tahun 36,8 98,3

9 Tahun 36,7 98,1

13 Tahun 36,6 97,8

Umur Frekuensi Rata

Rata 2 SD

Lahir 140 50

1 Bulan 130 45

1-6 Bulan 130 45

6-12 Bulan 115 45

1-2 Tahun 110 40

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

33

2-4 Tahun 105 35

6-10 Tahun 95 30

10-14 Tahun 85 30

14-18 Tahun 82 25

Umur Frekuensi

(Pernafasan/Menit)

Bayi Prematur 40-90

Neonatus 30-80

1 Tahun 20-40

2 Tahun 20-30

3 Tahun 20-30

5 Tahun 20-25

10 Tahun 17-22

15 Tahun 15-20

20 Tahun 15-20

c. Antropometri

Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta

berat badan.

d. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Kaji bentuk kepala, kebersihan rambut

b) Mata

Kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil

c) Hidung

Terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret

atau tidak, simetris tidak.

d) Mulut

Kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

34

e) Telinga

Kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan

atau tidak, uji pendengaran anak

f) Leher

Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,

inguinal dan sub mandibula.

g) Dada

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini

membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk

kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).

h) Sesak nafas

Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru.

i) Nyeri dada

Ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai

ke pleura.

j) Malaise

Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit

kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.

k) Perut

Kaji bentuk perut, bising usus

l) Ekstermitas

Kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada

kelemahan

m) Kulit

Pembesaran kelenjar biasanya multipel.

n) Genetalia

Kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,

skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter

ditengah

11. Pemeriksaan tingkat perkembangan untuk anak usia < 6 tahun

Motorik kasar : Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

35

Motorik halus : Sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke

lubang, membuka kotak, melempar benda (Ngatsiyah.

2005).

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infektif

2. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi

3. Ketidak patuhan yang berhubungan dengan pengobatan dan jangka

waktu lama

4. Resiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang

berhubungan dengan isolasi pasien (Speer Kathleen Morgan. 2007).

5. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan proses inflamasi

6. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan berhubungan dengan

penyakit (TB)

3.3 Intervensi

Diagnosa 1:

Hasil yang diharapkan:

Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea

Intervensi:

1. Berikan oksigen humuidifier bagi anak dengan despnea

Rasional:

Dispnea masih dapat terjadi hingga pemberian obat kemoterapi

dimulai untuk mendapatkan efeknya, oksigen humidifier mengurangi

dispnea dan meningkatkan oksigenasi.

2. Tinggikan bagian kepala tempat tidur

Rasional:

Peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang

3. Berikan obat batuk ekspektoran sesuai kebutuhan

Rasional:

Ekspektoran membantu melepaskan mukus

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

36

Diagnosa 2:

Hasil yang diharapkan:

Keluarga akan mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit

dan pengobatan

Intervensi:

1. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang penularan dan

pengobatan TB

Rasional:

Pemahaman bagaimana penularan TB dan penangananya membantu

mengurangi kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap

pengobatan , prosedur isolasi dan pengobatan yang di berikan

2. Ajarkan orang tua (jika tepat) bagaimana memberikan pengobatan

contohnya antibiotik , berapa lama terapi pengobatan harus dijalani

dan apa yang terjadi jika anak tidak menjalani tuntas pengobatannya

Rasional:

Pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan resiko bila

pengobatan dihentikan di awal akan meningkatkan kepatuhan.

Diagnosis 3:

Hasil yang di harapkan:

Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi

Intervensi:

1. Kaji seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang tua dan anak

tentang tb dan hal ketidakpahaman yang dimiliki

Rasional:

Pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak

butuhkan untuk belajaragar dapat membantu mereka memenuhi

pengobatan jangka panjang.

2. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan

dan alasan menjalani pengobatan dengan tuntas dan meyakinkan

tentang pendidikan yang diperlukan.

Rasional:

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

37

Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan

informasi perlunya mengikuti program dengan tuntas dan menurunkan

resiko kegagalan akibat defisit pengetahuan.

3. Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan

pelayanan pengobatan anak jika diperlukan

Rasional:

Hal ini akan menurunkan resiko pengabaian dosis yang dilakukan

anak selama pengobatan.

Diagnosa 4

Hasil yang diharapkan:

Anak tidak akan mengalami kecemasan karena perpisaha berhubungan

dengan penurunan kontak parental

Intervensi:

1. Ajarkan orang tua tentang teknik isolasi dengan benar

Rasional:

Pemahaman dan mengikuti teknik isolasi membantu mencegah

penularan yang memungkinkan orang tua bersama selama mungkin

dengan anaknya, akan mengurangi perpisahan

2. Motivasi oang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi

secara teratur

Rasional:

Seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan akibat

perpisahan (Speer Kathleen Morgan. 2007).

Diagnosa 5

Hasil yang di harapkan:

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi jumlah leukosit dalam batas normal,

menunjukkan perilaku hidup sehat status imun, gastrointestinal,

genitourinaria dalam batas normal

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

38

Intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Rasional

Salah satu tanda infeksi yang muncul adalah kalor

2. Monitor suhu

Rasional

Peningkatan suhu yang terjadi merupakan tanda inflamsi pada suatu

penyakit

3. Kaji tindakan kontrol infeksi sementra misal pemakaian masker

Rasional

Dapat membantu menurunkan terisolasi pasien dan membuang stigma

sosial sehubungan dengan penyakit menular

4. Berikan edukasi tentang pentingnya tidak menghentikan terapi obat

Rasional

Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada

adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi

dapat berlanjut sampai 3 bulan

5. Kolaborasi dengan pemberian antiinfeksi sesuai kebutuhan

Rasional

Kombinasi agen antiinfeksi yang dugunakan. Inh biasanya obat pilihan

obat pilihan tambah 1 dan obat sekunder.

Diagnosa 6

Hasil yang diharapkan:

Intervensi

1. Monitor orangtua klien dalam memberikan obat

Rasional

Pemberian regimen yang teratur dapat diawasi dengan PMO

2. Jelaskan kebutuhan untuk mematuhi diet rendah natrium dan

pembatasan cairan sesuai program.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

39

Rasional

Kebutuhan nutrisi dan cairan yang di perlukan oleh tubuh meningkatan

daya imun anak

3. Jelaskan kerja obat yang diprogramkan, yang secara khas mencakup

preparat digitalis, vasodilator dan diuretik

Rasional

Digitalis meningkatkan isi sekuncup jantung, yang menurunkan kongesti

dan tekanan diastolik. Deuretik menurunkan reabsorsi alektrolit, terutama

natrium, sehingga meningkatkan kehilangan cairan. Vasodilator

menurunkan preload dan afterload, sehingga memperbaiki kinerja

jantung.

4. Ajarkan orang tua klien untuk menimbang berat badannya sendiri setiap

hari

Rasional

Penurunan berat badan merupakan saah satu tanda gejala TB

5. Jelaskan kebutuhan anak untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional

Aktivitas berupa terapi bermain merupakan indikasi yang dapat

digunakan pada pasien anak yang mengalami hospitalisasi

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

40

BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1 Kasus

Seorang ibu membawa anak ke-2 nya yang berusia 5 tahun dengan

keluhan utama sering batuk mengeluarkan dahak (sudah ≥ 3 minggu),

terserang influenza, mual muntah, penurunan berat badan, kurang nafsu

makan, cepat lelah ketika beraktifitas sejak 2 minggu yang lalu. Anak

tersebut bernama anak M.

Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data pernapasan 28x/menit,

nadi 100x/menit, tekanan darah 110/80mmhg, suhu 37,8°C. Nafas berbunyi

ngik-ngik (mengi), sering batuk mengeluarkan sputum, sering mual muntah,

penurunan BB, malas beraktifitas. Pemeriksaan diagnostic pemeriksaan

rontgent terlihat adanya penumpukan secret berlebih pada paru. Orang tua

mengatakan klien pernah mengkonsumsi obat antibiotik karena terserang

influenza tetapi terhenti karena anak bosan dan tidak mau untuk minum

obat tersebut.

4.2 Asuhan Keperawatan

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan : An.M

2. Tempat tgl lahir/usia : 24 Maret 2012/ 5 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. A g a m a : Islam

5. Pendidikan : TK

6. Alamat : Jalan President No.41 Malang

7. Tgl masuk : 17 Maret 2017 jam 10.00 WIB

8. Tgl pengkajian : 17 Maret 2017

9. Diagnosa medik : TB (Tuberculosis)

10. RM : 121231

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

41

B. Identitas Orang tua

1. Ayah

a. N a m a : Tn. B

b. U s i a : 30 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan/sumberPenghasilan : Pedagang

e. A g a m a : Islam

f. Alamat : Jalan President No.41 Malang

2. Ibu

a. N a m a : Ny. T

b. U s i a : 28 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan/Sumberpenghasilan : -

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jalan President No.41 Malang

C. Identitas Saudara Kandung

No. Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

- - - - -

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan An. M batuk

tidak kunjung sembuh

Riwayat Keluhan Utama : -

Keluhan Pada Saat Pengkajian : Ibu klien mengatakan An. M batuk

mengeluarkan dahak (sudah ≥ 3

minggu), terserang influenza, mual

muntah, kurang nafsu makan.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

42

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Prenatal care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di Melati

Husada. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu

adalah ngidam, terkadang badan menjadi lemas dan masih

merasakan mual dan muntah

b. Riwayat terkena radiasi tidak ada (-)

c. Riwayat berat badan selama hamil mengalami kenaikan

sebanyak 5 kg

d. Riwayat Imunisasi sebanyak 2 kali

e. Golongan darah ibu A dan golongan darah ayah O

2. Natal

a. Tempat melahirkan di Rumah Sakit Melati Husada di bantu

oleh dokter atau bidan

b. Jenis persalinan spontan atau normal

c. Penolong persalinan adalah Dokter Obs Gyn

d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirkan tidak ada hanya saja terjadi perdarahan

sedikit pada daerah sekitar genitalia (vagina)

3. Post natal

a. Kondisi bayi berupa BB lahir 3,5 kg PB 55 cm

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami kecacatan (dalam

kondisi baik)

c. Klien pernah mengalami demam pada umur 18 bulan

diberikan obat oleh dokter obs gyn berupa imunisasi DPT

d. Riwayat kecelakaan tidak ada (-)

e. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa

anjuran dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang

berbahaya tidak ada (-)

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

43

f. Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : anak

pertama

g. Alergi belum terlihat pada klien

h. Imunisasi belum lengkap

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Genogram

Keterangan: Ayah klien positif TB

III. Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap)

No Jenis

Immunisasi

Waktu

Pemberian Frekuensi

Reaksi

Setelah

Pemberian

1. BCG - - -

2. DPT 2 Bulan 3x

Pemberian Demam

3. Polio 2 Bulan 4x

Pemberian -

4. Campak 9 Bulan 1x

Pemberian -

5. Hepatitis Lupa Lupa Lupa

IV. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : BB Lahir 3,5 kg, BB masuk RS 12 kg BB sebelum

masuk RS 18 kg

2. Tinggi badan : PB 55 cm, TB masuk RS 110 cm

3. Waktu tumbuh gigi susu pada usia 5 bulan dengan jumlah gigi 3

buah.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

44

B. Perkembangan Tiap tahap

Usia anak saat

1. Berguling : 6 bulan

2. Duduk : 8 bulan

3. Merangkak : 10 bulan

4. Berdiri : 12 bulan

5. Berjalan : 2 tahun

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa

7. Bicara pertama kali berusia 3 tahun dengan menyebutkan

ma....ma...ma....

8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya tetapi sebagian

saja dan perlu pengarahan

V. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI

a. Pertama kali disusui : ½ jam setelah lahir

b. Cara pemberian : Setiap kali menangis dan tanpa

menangis (merengek)

c. Lama pemberian : 10-20 menit

d. Diberikan pada usia : 0-6 bulan

2. Pemberian Susu Formula : Promise Gold

a. Alasan pemberian :Sebagai pendamping ASI dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi klien

b. Jumlah pemberian :Setiap saat

c. Cara pemberian :Susu di letakkan dalam botol sesuai

ukuran yang ingin di berikan ibu kepada klien

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0-6 Bulan

7-saat ini

ASI

Susu Formula

10-20 Menit

Setiap saat

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

45

VI. Riwayat Psikososial

a. Anak tinggal bersama kedua orang tuanya

b. Lingkungan berada di tepi kota

c. Rumah dekat dengan butik tempat bermain di ruang tengah dan

kamar klien terkadang anak dapat bermain di halaman rumah

dengan mengundang teman-temannya

d. Rumah tidak ada tangga yang dapat membahayakan anak

e. Hubungan antar anggota keluarga baik

f. Orang tua sebagai pengasuh anak

VII. Riwayat Spiritual

a. Support sistem dalam keluarga baik dan keluarga mampu

melaksanakan ibadah

b. Kegiatan keagamaan yang ikuti orangtua adalah tahlil

VIII. Reaksi Hospitalisasi

a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

b. Ibu membawa anaknya ke RS karena cemas, khawatir dan panik

tentang keadaan anaknya yang batuk tidak kunjung sembuh

c. Dokter memberitahukan kondisi anaknya yang batuk tidak kunjung

sembuh tetapi orang tua masih resah dengan keadaan anaknya.

Hal ini di buktikan dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan

yang dilontarkan.

d. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap berupa tangisan

dan anak ingin keluar dari Rumah Sakit

e. Orang tua selalu menjaga anaknya secara bergantian antara ibu,

ayah dan saudara.

IX. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Selera makan

Baik terpenuhi dari

makanan yang terdiri

Menurun

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

46

dari nasi, lauk pauk

sayur selain itu juga

makanan ringan

(biskuit)

Klien mampu

menghabiskan

makanan hanya 3

sendok saja

dengan nasi,

sayur, lauk.

b. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman

2. Frekuensi minum

3. Kebutuhan cairan

4. Cara pemenuhan

Susu Formula

Setiap saat

Tidak diketahui

Di letakkan dalam

botol

Tidak ada

Sering minum air

air putih, teh

Tergantung

Infuse dan oral

c. Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat

pembuangan

2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi

4. Kesulitan

5. Obat pencahar

Closet / WC

BAK= sering, BAB=

2x sehari

BAK= cair, BAB=

lunak

Tidak ada

Tidak ada

Pispot

BAK= sering,

BAB= 1x sehari

BAK= cair, BAB=

lunak

Tidak ada

Tidak ada

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

47

d. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur

Siang

Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan

sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

11.00-13.30

21.00-06.30

Selalu tisur dalam

waktunya

Minum susu botol

Tidak ada

12.00-14.00

21.00-05.00

Tidak tidur pada

waktunya

Minum air putih,

teh terkadang

susu

Sering terbangun

mendengar

suara

e. Olah Raga

Tidak terkaji

f. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi

- Cara

- Frekuensi

- Alat mandi

2. Cuci rambut

- Frekuensi

- Cara

3. Gunting kuku

- Frekuensi

Di bantu oleh

orangtua

2x sehari

Sabun, gosok gigi

2x seminggu

Di bantu oleh

orangtua

Setiap kali kuku

terlihat panjang

Di seka oleh

orangtua

1x sehari

Memakai air

hangat

Tidak pernah

Tidak perah

Tidak pernah

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

48

- Cara

4. Gosok gigi

- Frekuensi

- - Cara

Di kerjakan oleh orang

tua

3x sehari

Dapat melakukan

sendiri

Tidak pernah

Tidak pernah

Tidak pernah

g. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Tidak terkaji

h. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Perasaan saat

sekolah

2. Waktu luang

3. Perasaan setelah

rekreasi

4. Waktu senggang

klg

5. Kegiatan hari libur

Selalu senang

Lebih banyak di lakukan

untuk bermain bersama

teman-temannya

Senang

Orangtua selalu

meluankan waktunya

bersama dengan

anaknya

Nonton tv, main dengan

teman-temannya,

terkadang keluar

bersama orangtua

Lebih banyak

diam dan rewel

Lebih banyak di

lakukan bersama

orangtua di RS

Diam dan ingin

segera pulang ke

rumah

Sangat banyak

Tertidur di RS

dan nonton TV

serta main di

halaman RS

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

49

X. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda – tanda vital:

a. TD :110/80 mmHg

b. Nadi : 100x / menit

c. Suhu : 37,8 o C

d. Pernapasan : 28 x/ menit

4. Berat Badan : 18 kg

Berat Badan MRS : 16 kg

5. Tinggi Badan : 110 cm

6. Kepala

Inspeksi

Keadaan rambut & hygiene kepala bersih, warna rambut hitam

dengan penyebarannya secara merata.

Palpasi

Tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan dan tekstur

rambut halus

7. Muka

Inspeksi

Bentuk wajah bulat dengan ekspresi pada wajah yang

menyesuaikan dengan kondisi dan perasaan anak

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

8. Mata

Inspeksi

Palpebra tidak ada edema, scklera icterik, conjungtiva tidak anemis,

pupil isokor dan reflek cahaya posistif, bulu mata merata dan lentik,

penglihatan baik

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

50

9. Hidung & Sinus

Inspeksi

Bentuk hidung simetris,septum nasi berada di tengah, terdapat

cairan atau sekret

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

10. Telinga

Inspeksi

Bentuk telinga simetris, daun telinga bersih, lubang telinga terdapat

serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

11. Mulut

Inspeksi

Keadaan gigi bersih, tidaka ada karies gigi dan tidak menggunakan

gigi palsu, tidak ada peradangan pada gusi, tidak ada sianosis pada

bibir, mulut berbau, dan bibir kering, kemampuan bicara baik,

12. Tenggorokan

Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada gangguan menelan

13. Leher

Inspeksi

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

Palpasi

Tidak teraba kelenjar tiroid

14. Thorax dan pernapasan

Inspeksi

Bentuk dada normal chest, pergerakan paru-paru simetris, tidak

ada edema

Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus sama keras

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

51

Auskultasi

Suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan

Perkusi

Sonor pada semua lapang paru

15. Jantung

Inpeksi

Tidak ada edema pada ujung kaki maupun jari-jari tangan

Palpasi

Nadi 100x/ menit

Perkusi

Suara terdengar redup, tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi

Terdengar tunggal pada S1 dan S2

16. Abdomen

Inspeksi

Bentuk perut flat, tidak ada luka, tidak ada edema

Palpasi

Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan

Auskultasi

Bising usus 10x/ menit

Perkusi

Terdengar suara tympani

17. Genitalia dan Anus

Tidak terkaji

18. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Tonus otot kanan baik sedangkan pada bagian kiri melemah karena

terpasang infuse, tidak ada pergerakan abnormal, reflek pada

tangan kanan kiri baik, dapat merasakan sentuhan.

Ekstremitas bawah

Tonus otot pada kaki baik dengan kekuatan otot 5,5, anak mampu

berjalan dengan baik, tidak ada nyeri tekan pada kaki.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

52

19. Status Neurologi.

Fungsi serebral

a. Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua

b. Bicara : Dapat berbicara dengan baik

c. Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4 motorik

(bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5

Fungsi kranial

Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari

Nervus I – Nervus XII.

Fungsi motorik

Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua

Fungsi sensorik

Suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)

Fungsi cerebellum

Koordinasi, keseimbangan kesan normal

Refleks

Bisep, trisep, patela terkesan normal.

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar

Klien mampu mencuci dan mengeringkan tangannya sendiri,

memakai pakaian sendiri

2. Motorik halus

Klien mampu menjawab pertanyaan sederhana

3. Bahasa

Klien mampu mengerti lawan kata seperti panas-dingin, tinggi-

rendah, bercerita pengalamannya

4. Personal social

Klien mampu menyebutkan nama temannya, bermain bersama

teman lainnya, melompat-lompat

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

53

XII. Test Diagnostik

a. Laboratorium

Jenis Hasil Normal

HB

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

GDS

Ureum

Creatinin

Asam urat

Protein total

Albumin

BTA

Ph

PCO2

PO2

HCO3

BE

SO2

5,7 g/ dL

2,03 uL

7400 uL

230.000 uL

67 mg/ dL

31 mg/ dL

1,1 mg/ dL

8,5 mg/ dL

7,6 mg/ dL

2,2 mg/ dL

Positif

7,5

37

156

29,0

5,7

99%

13-17 g/ dL

4,20-5,40 uL

5.000-10.000 uL

150.000-450.000

uL

110-160 mg/ dL

10-50 mg/ dL

0,6-1,1 mg/ dL

2,4-7,0 mg/ dL

6,6-8,3 mg/ dL

3,7-5,3 mg/ dL

Negatif

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

55

ANALISA DATA

Nama Pasien : An. M

Umur : 5 Tahun

No. Register : 121231

No. Tgl/Jam Data Penunjang Masalah Kemukinan

Penyebab

1.

2.

17/3/2017

17/3/2017

Subjektif

Ibu klien selalu

menanyakan tentang

penyakit anaknya.

Objektif

Orang tua tidak

mengetahui tentang

penyakit dan

pengobatan.

Orang tua tidak

dapat mematuhi

regimen terapi.

Subjektif

Tidak ada

Objektif

Suhu = 37,8°C

RR = 28x/menit

HB = 5,7 g/dl

Eritrosit = 2,03 uL

BTA (+)

Ketidakpatuhan

terhadap program

pengobatan

Resiko infeksi

Penyakit (TB)

Penekanan proses

inflamasi

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

56

3.

4.

17/3/2017

17/3/2017

Subjektif

Ibu klien mengatakan

batuk anak tidak

kunjung sembuh

Objektif

Keadaan umum:

Lemah

TD :110/80 mmHg

Nadi : 100x / menit

Suhu : 37,8 o C

RR : 28 x/menit

Batuk

mengeluarkan

dahak (sudah ≥ 3

minggu)

Terdengar suara

mengi

Subjektif

Ibu klien mengatakan

anak tidak nafsu

makan, mual, dan

muntah

Objektif

Klien mampu

menghabiskan

makanan hanya 3

sendok saja

TD : 110/80 mmHg

Nadi: 100x/ menit

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

Penumpukan sekret

yang berlebihan

Penurunan nafsu

makan

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

57

Suhu: 37,8°C

RR: 28X/menit

BB sebelum sakit

18 kg

BB sesudah sakit;

12 kg

Turgor kulit lemah

Akral dingin

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

58

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M

Umur : 5 Tahun

No. Register : 121231

No. Tgl

Muncul Diagnosa Keperawatan

Tgl

Teratasi T.T

1.

2.

3.

4.

17/3/2017

17/3/2017

17/3/2017

17/3/2017

Resiko infeksi berhubungan

dengan penekanan proses

inflamasi

Ketidakpatuhan terhadap

program pengobatan

berhubungan dengan penyakit

(TB)

Ketidakbersihan jalan napas

Berhubungan dengan

penumoukan sekret yang

berlebihan

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan penurunan

nafsu makan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

59

INTERVENSI

Nama Pasien : An. M

No. Register : 121231

Umur : 5 Tahun

Dx Medis : TB

No Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan – KH Intervensi Rasional

1.

Resiko infeksi

berhubungan

dengan penekanan

proses inflamasi

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2x24 jam

pasien tidak

mengalami infeksi

dengan kriteria

hasil:

Klien bebas dari

tanda dan

gejala infeksi

Menunjukkan

Kemampuan

untuk

mencegah

timbulnya

infeksi

Jumlah leukosit

dalam batas

normal

1. Monitor tanda

dan gejala

infeksi sistemik

dan lokal

2. Monitor suhu

3. Kaji tindakan

kontrol infeksi

sementra misal

pemakaian

masker

4. Berikan

edukasi

tentang

pentingnya

tidak

1. Salah satu tanda

infeksi yang

muncul adalah

kalor

2. Peningkatan suhu

yang terjadi

merupakan tanda

inflamsi pada

suatu penyakit

3. Dapat membantu

menurunkan

terisolasi pasien

dan membuang

stigma sosial

sehubungan

dengan penyakit

menular

4. Periode singkat

berakhir 2-3 hari

setelah

kemoterapi awal,

tetapi pada

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

60

2.

Ketidakpatuhan

terhadap program

pengobatan

berhubungan

dengan penyakit

(TB)

Menunjukkan

perilaku hidup

sehat

Status imun,

gastrointestinal,

genitourinaria

dalam batas

normal

Setelah dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan pada

anak tercapai

kepatuhan dalam

melakukan

pengobatan

dengan kriteria

hasil:

Klien

mengugkapkan

perasaan yang

berhubungan

dengan

menghentikan

terapi obat

5. Kolaborasi

dengan

pemberian

antiinfeksi

sesuai

kebutuhan

1. Monitor

orangtua klien

dalam

memberikan

obat

2. Jelaskan

kebutuhan

untuk mematuhi

diet rendah

natrium dan

pembatasan

cairan sesuai

program.

3. Jelaskan kerja

obat yang

diprogramkan,

adanya rongga

atau penyakit luas

sedang, risiko

penyebaran

infeksi dapat

berlanjut sampai 3

bulan

5. Kombinasi agen

antiinfeksi yang

dugunakan. Inh

biasanya obat

pilihan obat

pilihan tambah 1

dan obat

sekunder.

1. Pemberian

regimen yang

teratur dapat

diawasi dengan

PMO

2. Kebutuhan nutrisi

dan cairan yang di

perlukan oleh

tubuh

meningkatan daya

imun anak

3. Digitalis

meningkatkan isi

sekuncup jantung,

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

61

mematuhi

regimen terapi

yang

diharuskan.

Mengidentifikasi

sumber

pendukung

untuk membantu

kepatuhan.

Mengungkapkan

potensial

komplikasi dari

kepatuhan.

yang secara

khas mencakup

preparat

digitalis,

vasodilator dan

diuretik

4. Ajarkan orang

tua klien untuk

menimbang

berat badannya

sendiri setiap

hari

5. Jelaskan

kebutuhan anak

untuk

meningkatkan

aktivitas secara

bertahap

yang menurunkan

kongesti dan

tekanan diastolik.

Deuretik

menurunkan

reabsorsi

alektrolit, terutama

natrium, sehingga

meningkatkan

kehilangan cairan.

Vasodilator

menurunkan

preload dan

afterload,

sehingga

memperbaiki

kinerja jantung.

4. Penurunan berat

badan merupakan

saah satu tanda

gejala TB

5. Aktivitas berupa

terapi bermain

merupakan

indikasi yang

dapat digunakan

pada pasien anak

yang mengalami

hospitalisasi

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

62

3.

Ketidak efektifan

bersihan jalan

napas

berhubungan

dengan

penumpukan sekret

yang berlebihan

Setelah dilakukan

tindakan asuhan

selama 2x24 jam

keperawatan

diharapkan pada

anak tercapai

bersihan jalan

nafas normal

dengan kriteria

hasil:

1. Anak akan tidak

mengalami

aspirasi.

2. Menunjukkan

batuk yang

efektif dan

peningkatan

pertukaran

udara dalam

paru-paru.

1. Kaji fungsi

pernapasan

2. Lakukan

fisioterapi dada

atau postural

drainase

3. Posisi untuk

mencegah

aspirasi. Bantu

anak dalam

posisi semi

atau fowler

tinggi.

4. Jelaskan pada

pasien dan

keluarga

1. Ronki, mengi

menunjukkan

adanya

akumulasi sekret

atau

ketidakmampuan

untuk

membersihkan

jalan napas yang

dapat

menimbulkan

penggunaan otot

aksesori

pernapasan dan

peningkatan

kerja

pernapasan.

2. Dapat dilakukan

jika anak tidak

mampu

mengeluarkan

sekret sendiri

3. Posisi membantu

memaksimalkan

ekspansi paru

dan menurunkan

upaya

pernapasan.

4. Penggunaan O2

membantu dalam

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

63

4.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

berhubungan

dengan penurunan

nafsu makan

Setelah dilakukan

tindakan asuhan

keperawatn

diharapkan anak

menunjukkan pola

nutrisi yang

adekuat dengan

Kriteria hasil :

BB normal

IMT normal

Intake dan

Output seimbang

tentang

penggunaan

peralatan : O2

5. Bersihkan

sekret dari

mulut dan

trakea suction

sesuai dengan

indikasi.

1. Kaji adanya

alergi makanan

2. Pastikan pola

diet anak,

makanan yang

disukai/tidak

disuka

3. Informasikan

pada klien dan

keluarga

tentang

manfaat

nutrisi

relaksasi otot

pernapasan.

5. Mencegah

pengeringan

membran

mukosa dan

membantu

pengenceran

sekret.

1. Alergi makanan

yang ditimbulkan

menandakan

sebuah

hambatan dalam

proses

pemenuhan

nutrisi

2. Membantu dalam

mengidentifikasi

kebutuhan atau

kekuatan khusus

3. Nutrisi yang

seimbang dapat

mengoptimalkan

tumbuh kembang

yang terjadi pada

anak

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

64

4. Berikan

perawatan

mulut sebelum

dan sesudah

tindakan

pernapasan

5. Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk

menenukan

komposisi diet

4. Menurunkan

rasa tidak enak

karena sisa

sekret atau obat

untuk

pengobatan

respirasi yang

merangsang

pusat muntah

5. Memberikan

bantuan dalam

perencanaan diet

dengan nutrisi

adekuat untuk

kebutuhan

metabolik dan

diet

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

65

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M

Umur : 5 Tahun

No. Register : 121231

No. Tgl. No.Dx

Kep. Jam

Tindakan

Keperawatan Evaluasi T.T

1.

17/3/2017

I

08.00

10.00

10.20

12.00

13.30

1. Memonitor tanda

dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

2. Monitor suhu

3. Kaji tindakan

kontrol infeksi

sementra misal

pemakaian

masker

4. Berikan edukasi

tentang

pentingnya tidak

menghentikan

terapi obat

5. Kolaborasi

dengan

pemberian

antiinfeksi sesuai

kebutuhan

1. Suhu = 37,8°C

2. Klien kooperatif

dalam melakukan

tindakan

3. Klien kooperatif

dalam mengikuti

regimen yang

dianjurkan

4. Klien dan orangtua

klien kooperatif dan

dapat melakukan

regimen yang telah

di tetapkan

5. Klien kooperatif

dalam pemberian

obat

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

66

2. 17/3/2017 II 08.00

10.00

10.20

12.00

13.30

1. Monitor orangtua

klien dalam

memberikan obat

2. Jelaskan

kebutuhan untuk

mematuhi diet

rendah natrium

dan pembatasan

cairan sesuai

program.

3. Jelaskan kerja

obat yang

diprogramkan,

yang secara khas

mencakup

preparat digitalis,

vasodilator dan

diuretik.

4. Ajarkan orang tua

klien untuk

menimbang berat

badannya sendiri

setiap hari

5. Jelaskan

kebutuhan anak

untuk

meningkatkan

aktivitas secara

bertahap

1. Klien kooperatif

2. Klien kooperatif

3. Klien kooperatif

4. Klien kooperatif

dalam segala

tindakan yang

dilakukan oleh

perawat

5. Klien kooperatif

dalam regimen yang

telah di tetapkan

oleh dokter

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

67

No. Tgl. No.Dx

Kep. Jam

Tindakan

Keperawatan Evaluasi T.T

3.

17/3/2017

III

08.00

10.00

10.20

12.00

13.30

1. Mengkaji fungsi

pernapasan

2. Melakukan

fisioterapi dada

atau postural

drainase

3. Memberikan posisi

untuk mencegah

aspirasi. Bantu

anak dalam posisi

semi atau fowler

tinggi.

4. Menjelaskan pada

pasien dan

keluarga tentang

penggunaan

peralatan : O2

5. Membersihkan

sekret dari mulut

dan trakea suction.

1. RR = 28x/ menit

2. Klien dapat

mengeluarkan

sekret dengan

bantuan orangtua

3. Klien kooperatif

dalam mengikuti

regimen yang

dianjurkan

4. Klien dan orangtua

maupun keluarga

klien kooperatif

5. Klien kooperatif

dalam pemberian

obat

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

68

4. 17/3/2017 IV 08.00

10.00

10.20

12.00

13.30

1. Mengkaji adanya

alergi makanan

2. Memastikan pola

diet anak,

makanan yang

disukai/tidak

disuka

3. Menginformasikan

pada klien dan

keluarga tentang

manfaat nutrisi

4. Memberikan

perawatan mulut

sebelum dan

sesudah tindakan

pernapasan

5. Melakukan

kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menenukan

komposisi diet

1. Klien tidak

menunjukkan

adanya alergi

2. Klien mampu makan

sesuai keinginan

dan dalam kondisi

hangat

3. Klien dan orangtua

kooperatif dalam

melakukan regimen

yag telah di

anjurkan.

4. Klien kooperatif

dalam segala

tindakan yang

dilakukan oleh

perawat dan

orangtua

5. Klien kooperatif

dalam regimen yang

telah di tetapkan

oleh dokter

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

69

PEMBAHASAN

Berdasarkan konsep teori dan asuhan keperawatan dapat kami

analisa beberapa aspek yang dapat menjadi pedoman pokok untuk

menentukan suatu masalah keperawatan yang meliputi:

Keluhan utama yang menjadi dasar pokok adalah alergi, kebiasaan, dan

imunisasi, pola nutrisi metabolik meliputi anoreksia, mual, tidak enak di

perut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub

kutan, sulit dan sakit menelan.

Tanda dan gejala meliputi

Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau

reaksi BCG sangat cepat. Misalnya bengkak hanya seminggu setelah

diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.

BB anak turun tanpa sebab yang jelas atau kenaikan bb setiap bulan

berkurang.

Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi

≥ 3 minggu. Ini terkadang tersamar alergi. Kalau tidak ada alergi dan

tidak ada penyebab lain.

Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa

ditandai sebagai kemungkinan gejala TBC.

Mata merah bukan karena sakit mata tapi di sudut mata ada

kemerahan yang khas.

Keluar dahak bercampur darah

Mengalami nyeri dada dan sesak napas

Batuk berdahak terus menerus 2 minggu atau lebih

Berkeringat di malam hari meskipun tanpa melakukan kegiatan.

Lesu atau malaise

Diare persisten atau menetap (≥ 2 minggu) yang tidak sembuh dengan

pengobatan dasar diare

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

70

1. Pengkajian

Didalam data pengkajian hal terpenting untuk menganalisa suatu

penyakit TB dapat di lihat dari beberapa faktor.

a. Faktor imunisasi yang pernah dilakukan atau belum dilakukan

(khususnya imunisasi BCG)

b. Riwayat kesehatan keluarga (melihat dari genogram apakah ada

yang menderita TB)

c. Riwayat kontak dengan penderita TBC

h. Dari data demografi dapat di lihat dari pekerjaaan orang tua, usia

anak, kondisi rumah, faktor lingkungan (ventilasi lingkungan kurang

sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah

yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak, pola

sosialisasi anak.

d. Daya tahan tubuh menurun

2. Diagnosa

Berdasarkan data-data dapat di tarik sebuah diagnosa prioritas pada

kasus TB anak dengan melihat konsep teori dan asuhan keperawatan.

Diagnosa yang di maksud meliputi.

1. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan proses inflamasi

2. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan berhubungan

dengan penyakit (TB)

3. Ketidakbersihan jalan napas berhubungan dengan penumoukan

sekret yang berlebihan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan nafsu makan

3. Intervensi

Intervensi yang dapat di lakukan berdasarkan analisa data dan

diagnosa dapat di tarik sebuah diagnosa prioritas yang menujukkan

keadaan dan kondisi dari suatu penyakit TB. Salah satu dari diagnosa

tersebut adalah resiko infeksi berhubungan dengan penekanan

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

71

proses inflamasi. Penyebarannya melalui udara dengan terhirupnya

nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari

sesorang yang terinfeksi.

Intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor suhu

3. Kaji tindakan kontrol infeksi sementra misal pemakaian masker

4. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tissu

dan menghindari meludah

5. Berikan edukasi tentang pentingnya tidak menghentikan terapi obat

6. Kolaborasi dengan pemberian antiinfeksi sesuai kebutuhan

seperti INH, etambutol, dan rifampisin.

7. Monitor orangtua klien dalam memberikan obat

8. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea suction sesuai dengan

indikasi.

9. Berikan nebulizer (bronkodilator) pada anak

4. Implementasi

Tindakan keperawatan yang telah di rencanakan dan di berikan

sesuai kebutuhan klien (tindakan terencana). Terlampir.

5. Evaluasi

Evaluasi yang didapatkan dari melakukan asuhan keperawatan pada

pasien tuberculosis adalah hasil yang di peroleh dari asuhan

keperawatan pada anak dengan penyakit tuberculosis adalah

tindakan keperawaan yang di berikan pada klien dapat berjalan sesuai

regimen yang telah di tetapkan. seperti contoh klien koopertif dalam

menerima tindakan keperawatan (pemberian bronkodilator).

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

72

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyakit TBC pada bayi dan anak disebut juga TBC primer dan suatu

penyakit sistemik. Penyakit TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada

anak usia 0-14 tahun. Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis.

Penyakit TB pada orang dewasa berbeda dengan penyakit TB pada anak-

anak. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak

langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC

anak sangat sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan

gejalanya sedikit.

Penanganan yang dapat dilakukan pada TB anak adalah dengan

pemberian antibiotik. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah

isoniazid, rifampicin, pirazimid, streptomisin, dan etambutol.

adapun pencegahan yang dapat di lakukan adalah pemberian vaksin

BCG untuk mencegah infeksi oleh mikobakterium tuberculosa, tutup mulut

ketika batuk maupun bersin dengan sapu tangan dan sebagainya.

5.2 Saran

Setelah membaca makalah ini harapan penulis terhadap pembaca

dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber ilmu yang baru dan mampu

mempelajari, memahami, dan menerapkan dalam asuhan keperawatan

anak nantinya serta mampu mengaplikasikannya dalam dunia kerja.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami selaku penulis

menginginkan adanya sebuah kritikan yang membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam memperluas wawasan pengetahuan baik dari aspek teori maupun aspek praktikum

73

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

Untuk Perencanan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi

3. Jakarta: EGC

Herdman T, Heather. 2015. Nanda Internasional Inc. Nursing Diagnoses:

Definition & Classification 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Ngatsiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Pudiastuti Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT

Indeks Permata Puri Media

Speer Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik

Dengan Clinical Pathways Edisi 3. Jakarta: EGC

Yoga Tjandra Aditama. 2013. Petunjuk Teknik Manajemen TB Anak.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI