bab i. pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64
juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Proyeksi Penduduk
Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS,UNFPA, 2005).
Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan
mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan
laki-laki usia 15 - 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai
29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui
risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing
baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki
usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan
hubungan seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%
sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing-
masing mencapai 48,6% dan 46,5% (Muadz, 2008).
Maka untuk mengatasi persoalan remaja mengenai kesehatan
reproduksi, sekolah perlu memberikan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja dan cara menyikapi persoalan kesehatan reproduksi
sehingga diharapkan remaja dapat membangun perilaku seksual yang lebih
bertanggungjawab. Melalui layanan informasi, guru BK memberikan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi kepada para siswa.
Hal ini didukung pendapat Winkel (2006) yang mengemukakan tiga
alasan layanan pemberian informasi merupakan usaha vital dalam
keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi. Pertama,
siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan dalam
mengambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan sebagai persiapan untuk
memangku suatu jabatan di masyarakat. Dengan memiliki pengetahuan yang
tepat mungkinlah bahwa jumlah pilihan yang dapat mereka pertimbangkan
bertambah. Kedua, pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk
berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntutan
penyesuaian diri daripada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa
memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya. Informasi yang
relevan dapat membebaskan siswa dari keterikatan pola pikir yang kaku dan
sekaligus memperluas cakrawala pandangannya. Ketiga, informasi yang
sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan siswa akan hal-hal yang tetap
dan stabil serta hal-hal yang akan berubah dengan bertambahnya umur dan
pengalaman.
Adapun data yang diperoleh dari survey kepada 6 guru BK di SMK
Negeri I Salatiga mengenai materi layanan informasi tentang kesehatan
reproduksi berdasar realita yang ada di masyarakat tentang perilaku remaja
yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan kebutuhan siswa tentang
informasi kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Materi Kesehatan Reproduksi pilihan guru BK dalam pengembangan model layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation
No
Materi kesehatan reproduksi remaja yang dipilih untuk siswa SMK Negeri I Salatiga sebagai materi dalam pengembangan model layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation
Jumlah Guru BK
%
1. Perubahan Fisik Remaja 2. Pengenalan Alat Reproduksi 3. Kehamilan 3 50 4. Pacaran 1 16,7 5. Kekerasan di Masa Pacaran 1 16,7 6. Penyakit Menular Sexual 7. Pelecehan Sexual 8. Materi yang Menonjolkan Seks di Media 1 16,7
Jumlah 6 100
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasar dari tabel materi kesehatan reproduksi pilihan guru BK di
SMK Negeri I Salatiga dalam pengembangan model layanan informasi
berbantuan media powerpoint presentation, 3 Guru BK atau 50% telah
memilih materi tentang kehamilan tidak diinginkan, 1 guru BK atau 16,7%
memilih materi tentang pacaran, 1 guru BK atau 16,7% memilih materi
tentang kekerasan di masa pacaran dan 1 guru BK atau 16,7% memilih materi
yang menonjolkan seks di media. Berdasar data pada tabel ini maka contoh
materi yang disajikan dalam pengembangan model layanan informasi
berbantuan media powerpoint presentation adalah kehamilan tidak
diinginkan.
Dalam penelitian dan pengembangan layanan informasi di SMK
Negeri I Salatiga memilih media powerpoint presentation sebagai bantuan
karena media powerpoint presentation adalah media yang sering digunakan
untuk memberikan layanan informasi kepada siswa dibandingkan dengan
media yang lain.(poster, vcd dan media BK lain).
Berikut ini disajikan data berdasar survey yang dilakukan penulis di
SMK Negeri I Salatiga dengan subyek yang diteliti adalah guru BK yang
berjumlah 6 orang tentang prinsip mendesain powerpoint presentation di
SMKN I Salatiga.
Tabel 2. Prinsip Desain Multimedia dalam pembuatan Power Point Presentation di SMK Negeri I Salatiga ( diadaptasi dari 7 Prinsip Desain Media menurut Mayer ( R.E Mayer, Multi Media Learning: Prinsi-prinsip dan Aplikasi, 2009 )
No Prinsip Desain ya % tidak %
1 Prinsip Multimedia: penggunaan kata-
kata dan gambar yang berkaitan
daripada kata-kata saja
6 100 0 0
2 Prinsip Keterdekatan Ruang:
penggunaan kata-kata dan gambar-
gambar terkait disajikan saling
berdekatan daripada saling berjauhan .
6 100 0 0
3 Prinsip Keterdekatan Waktu:
pemanfaatan narasi dan animasi terkait
6 100 0 0
disajikan secara simultan ( atau dalam
segmen pendek berselang-seling )
daripada disajikan secara suksesif
4 Prinsip Koherensi: Tidak menggunakan
kata-kata, suara-suara, dan gambar-
gambar tambahan/ekstra
0 0 6 100
5 Prinsip Modalitas: Penggunaan kata-
kata dalam bentuk narasi daripada teks
on screen untuk hasil yang lebih baik
0 0 6 100
6 Prinsip Redudansi: penggunaan kata-
kata disajikan sebagai narasi daripada
sebagai narasi dan teks on screen
0 0 6 100
7 Prinsip Perbedaan Individual berdasar
pengetahuan spatial
• pengaruh desain lebih kuat bagi
yang berpengetahuan rendah
daripada yang berpengetahuan
tinggi.
• pengaruh desain lebih kuat bagi
yang berpengetahuan spasial
6 100 0 0
lebih tinggi daripada yang
berkemampuan spasial lebih
rendah.
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasar pada tabel 1 diketahui bahwa 6 orang guru BK atau 100%
sudah melaksanakan prinsip desain multimedia yang pertama yaitu
penggunaan lebih dari satu media. Dalam hal ini penggunaan kata-kata dan
gambar digunakan secara bersama-sama agar para siswa bisa belajar lebih
baik. Hal ini dikarenakan saluran auditori dan visual digunakan secara
bersama-sama sesuai dengan kapasitasnya.
Dalam mendesain powerpoint presentation, 6 orang guru BK atau
100% sudah melaksanakan prinsip keterdekatan ruang. Dengan prinsip ini
maka para siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar
terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan dalam satu slide.
Para siswa lebih mudah menyimpan kata-kata dan gambar-gambar bersamaan
di dalam memori kerja dalam waktu yang sama. Jika disajikan secara terpisah
maka para siswa akan terlebih dahulu memahaminya secara visual sehingga
tidak bisa dilaksanakan secara bersama-sama.
Untuk prinsip keterdekatan waktu sudah dilaksanakan dalam
mendesain power point presentation oleh 6 orang guru BK atau 100% .
Dalam hal ini gambar-gambar dan kata-kata disajikan secara berdampingan
sehingga antara yang satu dengan yang lain berfungsi saling menguatkan
pesan yang ingin disampaikan. Jika waktu antara melihat gambar dan
mendengar penjelasan guru relatif pendek maka para siswa dengan mudah
membangun pemahaman dengan cara menghubungkan penjelasan guru dan
melihat animasi. Jika kedua hal disajikan secara terpisah dengan jeda waktu
yang agak lama maka para siswa kesulitan untuk menghubungkan antara
gambar dan kata-kata.
Dalam mendesain powerpoint presentation, tidak seorangpun dari 6
guru BK atau 100% yang mempertimbangkan prinsip koherensi. Dalam
power point presentation yang mereka miliki masih terdapat kata-kata dan
gambar yang menarik tetapi tidak relevan dan tidak ada kata kuncinya yang
bertujuan untuk memudahkan para siswa dalam mengingat informasi. Hal ini
menyebabkan para siswa kesulitan menangkap pesan dari informasi yang
seharusnya karena perhatian para siswa dari materi penting terpecah oleh hal-
hal yang tidak perlu.
Untuk prinsip modalitas, tidak seorangpun dari 6 guru BK atau 100%
memperhatikan hal ini.Mereka cenderung menyajikan kata-kata secara detail.
Jika penyajiannnya berupa gambar dan kata-kata yang tidak terlalu banyak
maka akan lebih mudah bagi para siswa untuk memahami pesan apa yang
ingin disampaikan.
Pada prinsip redudansi: penggunaan kata-kata disajikan sebagai
narasi daripada sebagai narasi dan teks on screen belum dilaksanakan oleh 6
guru BK di sekolah. Akibat dari hal ini adalah saluran verbal kelebihan beban
karena harus memproses secara bersamaan antara gambar-gambar dan teks.
Untuk prinsip yang terakhir adalah pengaruh desain lebih kuat pada
siswa yang berpengetahuan rendah dan berkemampuan spatial tinggi. Untuk
keadaan para siswa di SMK Negeri I Salatiga adalah rata- rata
berpengetahuan spatial tinggi dan pengetahuan mereka mengenai materi
kehamilan tidak diinginkan rendah. Materi tentang kehamilan tidak
diinginkan tidak secara mendalam dibahas oleh guru BK sehingga merupakan
materi yang menarik minat siswa untuk untuk mendapatkan pengetahuan
yang lebih banyak tentang kehamilan tidak diinginkan. Kemampuan spatial
yang berhubungan dengan materi kehamilan tidak diinginkan yaitu tentang
ketrampilan dalam mempresentasikan, mentransformasi, membangun dan
memanggil kembali informasi simbolik mengenai kehamilan tidak diinginkan
yang berupa gambar-gambar. Siswa terbiasa menerima informasi melalui
media powerpoint presentation dan mampu mengingat simbol-simbol di
dalam media tersebut.
Dalam prakteknya 6 orang guru BK mendesain powerpoint
presentation masih menambahkan materi yang ekstra di dalamnya sehingga
bisa menghambat proses penerimaan informasi oleh siswa. Hal ini tampak
pada gambar 1 pada halaman 9.
Gambar 1 adalah model pembuatan powerpoint presentation
berdasarkan survey pada guru BK. Model pada gambar 1 didasarkan pada
penggunaan program Microsoft Office PowerPoint yang biasa dibuat untuk
disajikan di kelas. Diketahui bahwa pembuatan model powerpoint
presentation di SMK Negeri I Salatiga terlebih dahulu menentukan judul,
jenis layanan,fungsi layanan dan kompetensi yang ingin dicapai yang akan
dijabarkan dalam tujuan layanan informasi. Langkah selanjutnya menentukan
materi layanan dan dilanjutkan dengan menentukan metode layanan informasi
yang akan disesuaikan dengan media yang akan dipergunakan yaitu
powerpoint presentation. Selanjutnya, Guru BK menentukan rencana
penilaian dan tindak lanjut. Guru BK mengevaluasi pencapaian layanan
informasi yang diberikan kepada siswa yang diketahui dari rencana penilaian
dan tindak lanjut sudah sesuai dengan rumusan tujuan atau belum.
Dalam penggunaan powerpoint presention, guru BK menggunakan
narasi berupa guru yang berbicara, tulisan tercetak lengkap pada tiap slide
dan beberapa gambar yang tidak relevan dengan materi yang dibahas.
Tampak pada model ini sekedar pemindahan informasi dari guru kepada
siswa. Meskipun semua saluran sudah dipergunakan tampak pada indra
penglihatan terlihat penambahan tugas berupa tulisan tercetak yang harus
diproses secara kognitif dan gambar yang tidak relevan dengan materi
layanan sehingga proses pemahaman melalui saluran visual tidak optimal.
Gambar-gambar dan tulisan tercetak bersaing memperebutkan perhatian
dalam saluran visual. Saat informasi lisan disajikan secara visual serta
auditori maka para siswa membutuhkan aktivitas ekstra untuk menghadirkan
keduanya secara bersamaan dalam proses pemahaman. Aktivitas ini
menambah beban sehingga proses pemaduan informasi menjadi terganggu.
Dalam memori kerja, kata-kata dipilih melalui telinga berupa suara
dan gambar-gambar dipilih melalui indra mata berupa penggambaran citra.
Tanda panah dari suara ke citra mewakili konversi mental dari suara, yaitu
saat mendengar suara yang menyebut suatu benda maka siswa membentuk
gambaran mental tentang benda tersebut. Tanda panah dari citra ke suara
mewakili konversi mental atas citra visual menjadi citra suara, yaitu siswa
secara mental mendengar kata benda dibunyikan saat siswa melihat gambar
suatu benda yang sesuai dengan yang dibunyikan tadi.
Dalam memori jangka panjang menampung sangat banyak informasi
dalam waktu yang lama yang kemudian dipadukan dengan informasi dalam
memori kerja. Sehubungan dengan keterbatasan penampungan informasi
dalam memori kerja maka dalam memori kerja terjadi pemilihan
pengetahuan, menata materi dalam memori kerja, agar menjadi informasi
yang selaras, dan memadukan pengetahuan yang tercipta ini dengan
pengetahuan lainnya termasuk pengetahuan yang diambil dari memori jangka
panjang.
Menurut Mayer ( 2009 ) mengemukakan bahwa model presentasi
menggunakan multimedia membutuhkan pola tertentu. Pada model milik
Mayer ( 2009 ) tampak tidak ada beban ganda pada masing-masing memori
sensori. Untuk lebih jelasnya akan tampak pada gambar 2 pada halaman 12.
Berdasar pada gambar 2 hanya terdapat perbedaan yaitu narasi
diterima melalui memori sensor telinga dan memori sensor mata tidak
terbebani tugas ganda karena hanya mendapat satu tugas saja yaitu mengolah
informasi berupa gambar. Lain halnya dengan media powerpoint presentation
di SMK Negeri I Salatiga, yaitu memori sensor mata mendapat tugas ganda
sehingga mata terbebani untuk memproses secara kognitif informasi yang
diterima.
Berdasarkan teori Mayer (2009) dan kenyataan yang ada di SMK
Negeri I Salatiga, maka akan dikembangkan model layanan informasi
berbantuan media powerpoint presentation yang akan dilaksanakan di SMK
Negeri I Salatiga. Beberapa hal yang tidak perlu dalam media powerpoint
presentation di SMK Negeri I Salatiga akan dihilangkan dan diganti dengan
model baru berdasar pada pada prinsip-prinsip desain media pembelajaran
milik Mayer. Model baru ini akan menjadi model awal yang akan divalidasi
terlebih dahulu sebelum diperbaiki menjadi model akhir pengembangan
layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation tentang
kehamilan tidak diinginkan di SMK Negeri I Salatiga.
Berdasarkan pada gambar 1 dan gambar 2 akan dirancang model
layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation dengan tidak
menambah beban kerja pada masing-masing saluran. Materi berupa narasi
akan menggunakan memori sensor telinga. Materi berupa gambar akan
menggunakan memori sensor mata. Penggunaan kata-kata kunci akan
dilakukan untuk memudahkan para siswa mengingat informasi yang
disampaikan.
Berdasarkan latar belakang, maka penulis mengadakan penelitian
dengan judul “Pengembangan Model Layanan Informasi Berbantuan Media
PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di
SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012”.
Penggunaan media powerpoint presentation berpengaruh dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi belajar. Hal ini dibuktikan
oleh penelitian penggunaan media powerpoint presentation untuk pengajaran
di kelas.Beberapa contoh penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai
berikut:
Amin (2011 ) mengatakan dalam hasil penelitiannya bahwa berdasar
hasil penelitian disarankan bahwa penggunaan power point dalam
pembelajaran perlu disosialisaikan kepada para guru dan diterapkan dalam
pembelajaran Matematika di sekolah untuk meningkatkan antusiasme siswa
dan hasil belajar Matematika. Selain itu dalam penggunaan PowerPoint
dalam pembelajaran, Seorang guru perlu memotivasi siswa untuk aktiv dalam
pembelajaran, dan memberikan bimbingan belajar secara individu maupun
kelompok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebagai pengembangan diri
sehingga dapat mengembangkan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih
luas.
Sukimin (2011) mengatakan bahwa dengan penggunaan media
pembelajaran PowerPoint pada saat pembelajaran yang dilakukan di kelas V
SDN Salatiga 12, pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-
sifatnya didapat pengaruh yang sangat signifikan. Hal tersebut membuktikan
bahwa penggunaan media, khususnya media pembelajaran PowerPoint dalam
penelitian ini dapat membangkitkan minat/ motivasi dan menarik perhatian
belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan tingkat probabilitas 0,005> 0,000
Dari kedua penelitian Amin (2011) dan Sukimin (2011) terdapat
kesamaan pendapat bahwa penggunaan media powerpoint presentation
memiliki pengaruh dalam penyampaian informasi dari guru kepada siswa
yaitu antusiasme siswa, membangkitkan minat/ motivasi dan menarik
perhatian belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar layanan informasi berbantuan media powerpoint
presentation di SMK Negeri I Salatiga, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana Pengembangan Model Layanan Informasi Berbantuan Media
PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di
SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
Mengembangkan Model Layanan Informasi Berbantuan Media
PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di
SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
tentang pengembangan layanan informasi berbantuan media
powerpoint presentation.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya
pada kajian pengembangan berbantuan media powerpoint
presentation.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan keterampilan
dalam mengembangkan layanan informasi dan pembuatan media
powerpoint presentation.
b. Bagi sekolah, tersedianya layanan informasi berbantuan media
powerpoint presentation dapat digunakan untuk pembelajaran.
c. Bagi guru BK, penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam memberikan layanan informasi kepada siswa secara baik,
menarik, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan
meningkat.
d. Bagi siswa adalah siswa dapat lebih mudah menguasai materi
khususnya materi kesehatan reproduksi remaja, sehingga siswa
dapat mengatur, merencanakan dan memelihara alat reproduksi
secara benar, bermanfaat dan bertanggung jawab.