bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan, tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. 1 Dengan demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom of expression). 2 Reformasi yang berlangsung sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia memasuki transisi dari negara dengan sistem otoriter menuju negara yang demokratis. 3 Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan landasan bagi kehidupan bangsa yang menerapkan nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar ideologi Negara yaitu Pancasila. 1 Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945, (Bandung : Lembaga Penelitian UNPAD, 2000), p. 15. 2 Ibid., p. 16. 3 Inu Kencana Syaffie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2002), p. 27.

Upload: lamcong

Post on 17-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat

serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan,

tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu

mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari

manusia untuk hidup dalam berorganisasi.

Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.1 Dengan

demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan

untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan

berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom

of expression).2

Reformasi yang berlangsung sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia

memasuki transisi dari negara dengan sistem otoriter menuju negara yang

demokratis.3 Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan landasan bagi

kehidupan bangsa yang menerapkan nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar ideologi Negara yaitu Pancasila.

1 Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam

Pasal 28 UUD 1945, (Bandung : Lembaga Penelitian UNPAD, 2000), p. 15. 2 Ibid., p. 16. 3 Inu Kencana Syaffie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2002), p. 27.

2

Reformasi tersebut pada dasarnya menuntut sistem politik pengawasan dan

keseimbangan (checks and balances), supremasi hukum, penghormatan hak asasi

manusia (HAM), menegaskan kebebasan berpendapat, serta kebebasan berkumpul

dan berserikat.4

Setiap warga negara bebas melaksanakan permusyawaratan, rapat, forum

dialog, dan sebagainya, serta bebas untuk menjadi anggota suatu perkumpulan,

organisasi, atau partai yang mempunyai komitmen dan tujuan untuk memajukan

bangsa dan Negara Indonesia. Contoh penerapan budaya demokrasi dalam

kehidupan sehari–hari berdasarkan prinsip kebebasan berkumpul dan berserikat

adalah organisasi kemasyarakatan yang biasa disebut Ormas.5 Ormas dapat

dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan,

profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan, budaya, ekonomi, hukum

dan sebagainya. Ormas merupakan peran serta masyarakat dalam melaksanakan

pembangunan untuk memajukan kehidupan yang berkeadilan dan kemakmuran.

Sejak awal kemerdekaan, organisasi-organisasi terus bermunculan. Tiap

organisasi dengan karakteristik yang dimiliki mencoba mengoptimalkan peran

dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kekosongan kekuasaan dan institusi

sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, organisasi-

organisasi itu tentu saja berhadapan dengan realitas perubahan sosial yang dilalui

sepanjang sejarahnya.

Perkembangan dan perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan

politik, memberikan pengaruh yang fungsional terhadap perkembangan pemikiran

4 Ibid., p. 28. 5 Rukmana Amanwinata, loc.cit.

3

ormas. Rumusan pemikiran tersebut kemudian membentuk satu sistem nilai yang

menjadi referensi atau rujukan aktivitas ormas baik dalam kapasitas individualnya

maupun kelembagaan.6 Tiap organisasi, masing-masing mengadopsi pemikiran ini

menjadi basis gerakan sosial. Keberadaan ormas di Indonesia sebenarnya

mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia. Bahkan

sebagian dari organisasi kemasyarakatan tersebut akhirnya menjadi partai politik

yang mempelopori gerakan kebangsaan.

Di Bali, terdapat beberapa ormas yang masing-masing memiliki massa

yang bisa dibilang tidak sedikit. Ormas-ormas yang ada memiliki berbagai agenda

menyangkut sosial kemasyarakatan hingga perpolitikan. Ormas-ormas di Bali juga

sangat aktif berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai

kegiatan politik. Peran aktif ormas selain menjaga situasi kondusif dan keamanan

Pulau Dewata dalam rangka Pemilu maupun Pemilukada, tidak jarang ormas juga

terlibat langsung dalam mensukseskan salah satu kandidat yang akan maju

maupun salah satu partai politik.

Ormas di Bali sendiri dewasa ini sudah semakin terorganisir dengan baik.

Ada beberapa latar belakang berdirinya ormas, salah satunya adalah lahir akibat

hubungan atau afiliasi ormas dengan Parpol atau penguasa seperti FPD, Laskar

Bali, Baladika Bali, dan PBB. Dengan latar belakang ini, maka organisasi

masyarakat memiliki keterikatan dengan kekuasaan Parpol atau tokoh masyarakat

tertentu. Tidak semua ormas lahir dari afiliasi (pembentukan kontak-kontak sosial

yang menghasilkan sebuah pertalian) dengan partai politik atau penguasa. Latar

6 Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta:

SIPress, 1999), pp. 16-17.

4

belakang yang kedua adalah lahir dari kelompok yang mengatasnamakan

kekuasaan atas sebuah kawasan atau daerah seperti SDPD dan Armada Racun.

Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat ini memiliki keterikatan

dengan kawasan dan anggota kelompok tersebut.

Di Kota Denpasar pada khususnya, kemunculan ormas dapat ditelusuri ke

belakang pada era 1960-an, ketika Suka Duka Pemuda Denpasar dibentuk.

Kelompok ini ingin melindungi Denpasar dari kelompok yang disebut “Anak

Sudirman”, atau militer non-Bali dari Kodam Udayana, yang berupaya melakukan

hal-hal yang negatif di Denpasar. Selain Suka Duka Pemuda Denpasar ada juga

Armada Racun, dan Forum Peduli Denpasar yang sudah lebih terorganisasi

dengan baik.

Sepintas, FPD berwujud sebuah organisasi yang santun. Organisasi ini

menggalang dukungan untuk pengungsi Timor Timur, dan menawarkan bantuan

bagi korban serangan bom di Legian pada Oktober 2002 sampai-sampai menerima

penghargaan bergengsi dari Kapolri, Dai Bachtiar, dalam sebuah acara besar di

Hotel Borobudur di Jakarta. Akan tetapi, FPD menunjukkan wajah kurang ramah

ketika menyerang seorang pembela salah satu pelaku insiden bom Bali, dan

terlibat dalam swiping anti pendatang pada 2002 dan 2003.7 Organisasi

kemasyarakatan sangat berkembang secara pesat dan kemunculan ormas-ormas

lainnya seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu, dan lain-lain

memiliki cakupan yang semakin luas hingga ke pelosok-pelosok desa di

Denpasar. Dua ormas pertama mempunyai massa terbesar di Bali. Setiap desa

7 A. Prasetyo (ed.), Henk Schule Nordholt, Bali Benteng Terbuka 1995-

2005, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2010), p. 55.

5

ataupun kelurahan pasti memiliki perwakilan untuk daerah tersebut yang sering

disebut dengan koordinator lapangan atau akrab di telinga dengan sebutan korlap

yang akan mengkoordinir kegiatan ormas tersebut.

Kota Denpasar memiliki jumlah penduduk sebanyak 788.445 jiwa. Secara

administratif pemerintahan Kota ini terdiri dari 4 Kecamatan, 43 desa atau

kelurahan dengan 209 dusun.8 Kehidupan sosial masyarakat di Kota Denpasar

sangatlah beragam. Kehidupan sosial di Kota Denpasar memang sudah berada

dalam kumpulan desa serta banjar dan kelompok lainnya, akan tetapi saat ini

berkembang dengan dibebaskannya masyarakat tersebut berkumpul bersama

dengan cara membentuk susunan organisasi diluar desa atau lingkungannya.

Masyarakat di Kota Denpasar cenderung membentuk kelompok sendiri ataupun

ikut terlibat dengan ormas yang sudah ada.

Setiap sudut Kota Denpasar bisa dilihat berbagai spanduk-spanduk

maupun baliho yang menunjukkan keberadaan ormas di Kota Denpasar. Masing-

masing ormas memiliki agenda dan program kerja mereka masing-masing yang

melingkupi kesejahteraan anggota dan masyarakat luas. Namun kebanyakan yang

terlihat mereka hanya berkegiatan untuk lingkup intern saja, dan belum ada

gerakan berarti untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat luas.

Selain itu, memang kerap terjadi bentrok yang melibatkan ormas. Ormas

dengan ormas seperti FPD dengan Laskar Bali pada awal tahun 2000an, atau

ormas dengan masyarakat umum seperti kasus Laskar Bali di karaoke Denpasar

Moon. Ini tentu membuat tanda tanya di masyarakat apa sebenarnya fungsi ormas

8 Pemerintah Kota Denpasar, Dresta Ilkita Pemerintah Kota Denpasar,

(Denpasar: 2010), p.20.

6

tersebut. Mereka seolah-olah hanya berjuang untuk kepentingan golongannya

saja. Sejauh ini, keberadaan dan aktivitas sosial ormas-ormas tersebut belum

terlalu terlihat di Kota Denpasar. Masing-masing ormas hanya menampakkan diri

dengan memasang baliho disetiap sudut Kota. Dari banyaknya ormas yang

terdapat di Kota Denpasar, beberapa ormas dengan massa yang besar sudah

mendaftar secara resmi di Kesbanglinmaspol. Salah satunya adalah Baladika Bali

yang sudah mendaftarkan organisasinya secara resmi di Badan Kesbangpolinmas

Provinsi Bali dengan nomer inverntarisasi ; 220 / 208 / KBPM / ORG.9

1.2 Rumusan Masalah

Suatu penelitian disebabkan oleh adanya sesuatu masalah yang

memerlukan suatu solusi dan pemecahan yang tepat. Dalam penulisan ini yang

menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota

Denpasar?

b. Bagaimana dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar?

c. Apa kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota

Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Agar sesuatu dapat terlaksana dengan baik, maka kegiatan ini harus

dilandasi dengan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas tersebut

9 DPD BALADIKA BALI, Anggaran Dasar Keluarga Suka Duka

Baladika Bali, (Denpasar: 2008), p. 2.

7

maka dapat direncanakan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan baik,

efektif dan efisien.

Bertolak pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka dapat

dikemukakan tujuan penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan awal organisasi

kemasyarakatan di Kota Denpasar.

b. Untuk mengetahui dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar.

c. Untuk mengetahui kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat

di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat teoritis dan praktis,

baik itu kepada pribadi maupun orang lain. Berdasarkan rumusan masalah dan

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka melalui penelitian ini

diharapkan mampu memperoleh manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian-

penelitian yang berkenaan dengan keterlibatan dan usaha organisasi

kemasyarakatan (ormas) dalam mewujudkan aspirasi dan kepentingan

masyarakat. Selain itu pula dapat memberikan informasi dan masukan yang

memperjelas konsep maupun teori mengenai hubungan antar organisasi-

organisasi kemasyarakatan yang ada.

8

b. Manfaat Praktis

1) Bagi masyarakat di Kota Denpasar, diharapkan penelitian ini mampu

memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Organisasi

Kemasyarakatan dan bagi masyarakat yang ingin bergabung agar lebih

bijak dalam memilih ormas.

2) Bagi organisasi kemasyarakatan, diharapkan agar setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan harus berlandaskan kepada

AD/ART yang ada pada setiap organisasi kemasyarakatan.

3) Bagi pemerintah, diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam

mengambil kebijakan terkait menyikapi masalah-masalah ormas di

masyarakat, dan konflik-konflik ormas yang sering terjadi.

4) Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang

perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar.

1.5 Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Putra Widia Sukma dengan judul

“Eksistensi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam Partai Politik di

Kecamatan Sukawati” pada tahun 2013. Hasil penelitian yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut:

Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Kecamatan Sukawati yang

bertujuan untuk dapat mengetahui (1) sejauh mana keterlibatan organisasi

kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik di Kecamatan Sukawati (2) strategi

9

yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai

politik di Kecamatan Sukawati (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi

kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik di

Kecamatan Sukawati. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah:

(a) anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) (b) anggota partai politik (c) tokoh

masyarakat dan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan

pendekatan empiris dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik

observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Serta dalam penelitian deskriptif

kualitatif ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang teramati dengan metode pengambilan sampel

(purfursip sampling).

Hasil penelitian ini adalah (1) keterlibatan organisasi kemasyarakatan

(ormas) dalam partai politik sejauh ini terlihat dalam (a) memberikan pengawalan

dalam kegiatan partai politik (b) turut serta hadir dalam undangan rapat partai

politik (c) memberikan dan mencarikan dukungan bagi anggota partai politik (d)

menjalin bentuk kerjasama atau kesepakatan antara anggota organisasi

kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai politik (e) pemasangan atribut

oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun partai politik. (2) Strategi yang

dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik

yaitu (a) karena adanya kedekatan dari salah seorang anggota organisasi

kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai yang mengarah pada seluruh

10

anggota organisasi kemasyarakatan (ormas). (3) kendala yang dihadapi oleh

organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik

yaitu (a) susahnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menolak

ajakan dari anggota partai politik tersebut (b) sulitnya organisasi kemasyarakatan

(ormas) menyepakati kesepakatan kerja sama (c) ruang gerak organisasi

kemasyarakatan (ormas) menjadi sangat terbatas (d) sulitnya anggota organisasi

kemasyarakatan (ormas) kami dalam lingkungan masyarakat mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat.10 Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan

bahwa sifat ormas yang seharusnya mandiri, netral dan tidak menjadi anggota

kekuatan politik manapun perlahan sudah menyimpang dan tidak sesuai dengan

AD/ART yang telah dibuat ormas tersebut. Keterlibatan ormas dalam partai

politik memungkinkan adanya potensi konflik antar anggota ormas yang berbeda

prinsip dan kepentingan, dan juga konflik ormas dengan ormas lainnya yang

berbeda bendera partai.

Kekurangan dari penelitian ini adalah :

1. Cakupan atau ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas karena

penelitian ini hanya meneliti eksistensi ormas dalam partai politik di

Kecamatan Sukawati.

2. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dari anggota ormas,

pengurus parpol, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Sukawati.

10 I Wayan Putra Widia Sukma, “Eksistensi Organisasi Masyarakat

(ORMAS) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2013.

11

3. Penelitian ini terlalu terfokus mengenai eksistensi ormas dalam partai

politik.

Penelitian lainnya yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Tjokorda Istri Amrita Purnama dengan judul

“Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pemberdayaan

Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja” pada tahun 2014. Hasil penelitian yang

telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Desa Peguyangan Kaja yang

bertujuan untuk dapat mengetahui (1) eksistensi ormas di Desa Peguyangan Kaja

(2) syarat pendirian dan pendaftaran ormas di Desa Peguyangan Kaja (3) kendala

yang dihadapi oleh ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan

Kaja.

Hasil penelitian ini adalah (1) ada beberapa ranting dari ormas-ormas

menunjukkan keberadaannya di Desa Peguyangan Kaja, melalui berbagai kegiatan

sosial, dan berbagai atribut ormas seperti spanduk dan baliho di lingkungan Desa

Peguyangan Kaja (2) dipilihnya seorang Korlap (Koordinator Lapangan) untuk

mengawasi ormas di Desa Peguyangan Kaja yang nantinya akan merekrut anggota

di daerahnya yang telah berusia 17 tahun. Namun sebelum korlap merekrut

anggota, DPD (Dewan Pengurus Daerah) akan memanggil dan memberi

pemahaman jelas tentang visi dan misi ormas (3) kendala yang dihadapi ormas

adalah membina anggota yang bisa dikatakan sudah terlanjur terjerumus dalam

12

gaya hidup yang arogan dan keras. Sangat jelas, untuk meluruskan mereka

kembali dibutuhkan kesabaran, kebesaran hati, dan keikhlasan.11

Kekurangan dari penelitian ini adalah :

1. Ruang lingkup penelitian terlalu kecil yaitu hanya Ormas Baladika Bali

Korlap Peguyangan Kaja.

2. Ormas Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja memiliki 4 korlap, namun

yang diteliti pada penelitian ini hanya 1 korlap saja sehingga hal ini tidak

dapat mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, kewajiban ormas dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja.

3. Korlap Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja yang diteliti masih

termasuk korlap baru yang baru berusia ± 3 tahun, jadi kurang mewakili

jika diteliti mengenai fungsi, hak, dan kewajiban ormas dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja.

Dari kedua penelitian di atas, saya tertarik untuk mengambil penelitian

yang berjudul “Perkembangan Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar era

orde baru - reformasi tahun 1970 - 2014”. Penelitian ini menggabungkan antara 2

penelitian sebelumnya, mencakup tentang pemberdayaan ormas dalam

masyarakat, dan hubungan ormas dengan partai politik. Kelebihan dari penelitian

ini yaitu penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu

perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru -

reformasi pada tahun 1970 - 2014. Penelitian ini meneliti tentang latar belakang

11 Tjokorda Istri Amrita Purnama, “Fungsi, Hak, Dan Kewajiban

Organisasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2014.

13

lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dinamika organisasi

kemasyarakatan di Kota Denpasar, dan kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi

masyarakat dan partai politik di Kota Denpasar. Penelitian ini ruang lingkupnya

lebih luas karena tidak hanya meneliti 1 ormas melainkan 6 ormas yang ada di

Kota Denpasar.

1.6 Metodologi Sejarah yang Digunakan

Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat

disebut masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat

bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana memandangnya, dimensi mana

yang diperhatikan. Dalam metodologi, terus menerus mengecek semua langkah

dalam pekerjaan dan pemikiran. Pendekatan empiris digunakan sebagai suatu cara

pendekatan dimana gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar (real

situation). Gejala yang ada secara wajar adalah gejala yang telah ada tersebut

memang sudah ada sebelum penelitian ini dilakukan sehingga gejala itu tidak

perlu dibuat lagi.12

Pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Secara umum pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami

(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat

menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Pendekatan kualitatif adalah salah satu

metodologi untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah

12 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:

Bumi Aksara. 1999), p. 26.

14

yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan

terkontrol atas dasar empiris,13 jadi bukan hanya menyajikan data apa adanya

melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada

yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung.

Pendekatan ini juga berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian,

perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, pemeriksaan data, dan analisis dan

penafsiran data.14

Dalam sistem kecil terdapat 3 unsur ialah ekonomi, sosial, dan politik.

Kedudukan sejarah, sosial, dan politik adalah saling memerlukan dan saling

memberi kontribusi. Dalam hal ini, penelitian senantiasa memerlukan bahasa

sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang

terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia dan waktunya.

Kehidupan sosial masyarakat lambat laun mulai berkembang, membentuk wadah

organisasi, berinteraksi dengan banyak karakter yang berbeda karakteristik, dan

peran penting yang mulai diembannya.

1.7 Kerangka Teoritis dan Konseptual

1.7.1 Kerangka Teoritis

Kajian historis bertujuan untuk menyusun rekonstruksi masa lalu dengan

cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti

13 Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2001), p. 5. 14 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1995), pp. 63-64.

15

untuk menegakkan fakta guna memperoleh simpulan yang kuat.15 Dalam upaya

membantu proses tersebut, peneliti perlu menggunakan teori tertentu sehingga

dapat menghasilkan tulisan sejarah yang ilmiah dan pengetahuan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Teori berguna sebagai kerangka penelitian, generalisasi,

dan memberikan prediksi awal terhadap suatu permasalahan yang hendak dikaji.

Seperti disebutkan Sartono Kartodirdjo dalam buku “Pendekatan Ilmu Sosial

dalam Metodelogi Sejarah”, teori sangat penting karena :

“ . . memudahkan peneliti dalam merumuskan substansi penulisan naratif dengan

segala unsur-unsurnya, seperti fakta-fakta, subfakta, struktur, dan proses; faktor-

faktor; dan lain sebagainya. Tanpa kerangka teoritis dan konseptual tidak ada

butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi, argumentasi.”16

1.7.1.1 Teori Konflik

Ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan, dinamika yang terjadi pada

gerakan sosial tidak bisa dilepaskan dari konflik. Konflik berlangsung dengan

pihak luar dan juga didalam tubuh organisasi. Organisasi sosial merupakan hasil

dari ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan sehingga tidak bisa memenuhi

kebutuhan. Kesenjangan realitas dengan idealisme mengandung makna

ketidakharmonisan. Dihadapkan pada kepentingan naluri manusia yang

menginginkan kepenuhan kebutuhan, kesenjangan membuka ruang untuk

melakukan perubahan.

15 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV Rajawali,

1992), p.16. 16 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), pp. 85-86.

16

Lewis Coser dalam bukunya yang berjudul “The Functions of Social

Conflict (1956)”, mengemukakan bahwa tidak ada teori konflik sosial yang

mampu merangkum seluruh fenomena konflik karena hasilnya prematur.17 Oleh

karena itu, Coser tidak mengonstruksi teori umum. Ia hanya berusaha untuk

menjelaskan konsep konflik sosial serta mengonsolidasikan skema konsep itu,

sesuai dengan data yang berlangsung dalam konflik sosial. Caranya adalah dengan

mengintegrasikan teori konflik yang dikembangkan oleh George Simmel.18

Konflik dapat bersifat instrumental untuk pembentukan penyatuan dan

pemeliharaan struktur sosial. Coser melihat adanya keuntungan dengan

munculnya konflik sosial sebagai katup penyelamat (savety-value). Katup

penyelamat membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan

seluruh struktur. Konflik membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang

sedang kacau.19 Coser melihat konflik merupakan jalan keluar yang meredakan

permusuhan. Katup penyelamat dalam hal ini hanya sebagai pengalihan masalah

aslinya, jadi bersifat sementara.

Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik

yang realistis dengan yang tidak realistis.20 Konflik yang realistis berasal dari

kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang tidak terpenuhi. Sedangkan

konflik tidak realistis, adalah konflik yang bukan berasal dari persaingan yang

17 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta, CV Rajawali,

1984), p. 107. 18 Lewis Coser, The Fungtions of Social Conflict, (New York: The Free

Press, 1956), pp. 34-37. 19 Ibid., p. 41. 20 Ibid., p. 49.

17

bersifat antagonis dan sepihak. Perspektif Coser tentang konflik sosial adalah

banyak ahli sosiologi cenderung memandang pada sisi negatif.

Menurut Coser, bahwa konflik sosial dapat membantu mengeratkan ikatan

kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami

disintegrasi, atau berkonflik dengan masyarakat lain dapat terintegrasi.21 Dalam

hal ini, bagaimana konflik dapat memberi sumbangan pada ketahanan dan

adaptasi kelompok, interaksi dan sistem sosial. Integrasi dapat terjadi dengan

meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan

keutuhan dan keseimbangan.22

Sumbangan integrasi sosial ini bisa saya lihat pada awal perjuangan

revolusi, dimana masyarakat Indonesia berhasil bersatu melawan Belanda. Kedua,

bahwa konflik sosial mampu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan

kelompok lain.23 Sepanjang awal revolusi sampai sekarang, ketika ada masalah

bersama, elemen pemuda dan pelajar selalu membangun aliansi. Baik itu oleh

ormas, perkumpulan, dan lain-lain. Masing-masing berkumpul dan menyatakan

sepakat menyelesaikan masalah bersama-sama. Seperti yang terjadi pada

Deklarasi Cipayung tahun 66.

Ketiga, konflik sosial dapat mengaktifkan peran individu yang semula

terisolasi.24 Semula, partisipasi anak-anak sekolah tidak pernah dianggap sebagai

bagian dari penentu perubahan sosial. Tapi ketika secara organisatoris melawan

komunis pada tahun 1965, dan mengajak anak-anak sekolah ikut bersama-sama

21 Ibid., p. 72. 22 Margaret M. Poloma, op.cit., p. 115. 23 Lewis Coser, op.cit., p. 93. 24 Ibid., p. 118.

18

berdemonstrasi. Terbukti, mereka memiliki potensi dan jumlah dan kekompakan

menentang komunis. Pengakuan terhadap kelompok terisolasi dan meniadakan

kepentingan personal bisa menjadi gerakan radikal ketika berhadapan dengan

musuh.

Keempat, konflik sosial juga membantu fungsi komunikasi antar berbagai

kelompok masyarakat.25 Dalam hal ini, konflik mampu mempertegas siapa lawan

dan siapa kawan, dengan adanya komunikasi, antar kelompok membangun

kepercayaan dan memutuskan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi

musuh bersama. Komunikasi antar kelompok juga memungkinkan munculnya ide

terbaik dalam menyusun perubahan sosial yang dikehendaki bersama.

Keempat sumbangan teori konflik yang dikembangkan Lewis Coser diatas

digunakan untuk membedah perjalanan ormas sepanjang masa Orde Reformasi,

polemik tentang ormas selalu bernada negatif. Diskriminasi terhadap ormas

sebagai fundamentalis, radikal, arogan sampai premanisme, selalu membayangi

perjalanan ormas.

1.7.1.2 Teori Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana orang-orang

berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti yang

diketahui bahwa, manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari

hubungan satu dengan yang lainnya (makhluk sosial). Interaksi sosial merupakan

25 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern,

(Jakarta: Kencana, 2004), p. 159.

19

hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok dengan kelompok, dan

antara individu dengan kelompok.26

Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa, Interaksi sosial

adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok

orang, dan orang perorang dengan kelompok.27 Gillin dan Gillin pernah

mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam

proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses

asosiatif yang terdiri dari kerjasama, akomodasi, dan asimilasi, dan proses

dissosiatif yang terdiri dari persaingan dan pertentangan.28

1.7.2 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan antar

variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan dalam studi kepustakaan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi

atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian.

Judul dari penelitian ini mengangkat mengenai organisasi kemasyarakatan

atau ormas. Organisasi kemasyarakatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Organisasi merupakan perkumpulan masyarakat yang membentuk

organisasi yang sifat dan strukturnya teratur, biasanya mulai dari

26 Elly M. Setiadi, et.al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Edisi Kedua,

(Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2007), p. 92. 27 Ibid. 28 Ibid., p. 97.

20

tingkat tertinggi/pusat sampai tingkat terendah/pimpinan di tingkat

daerah atau bahkan rukun warga.29

Kemasyarakatan berasal dari kata “masyarakat” yang berarti

kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu

kesatuan yang besar yang saling membutuhkan, memiliki ciri-ciri

yang sama sebagai kelompok.30 Sejalan dengan itu, yang dimaksud

dengan “masyarakat” berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama;

sedangkan kata “kemasyarakatan” diartikan sebagai perihal

(mengenai) masyarakat.31

Organisasi kemasyarakatan dapat dengan menggabungkan pengertian

“organisasi” dengan pengertian “kemasyarakatan”, sebagaimana

uraian diatas arti organisasi kemasyarakatan adalah sekelompok

orang, yang mempunyai visi, misi, ideologi dan tujuan yang sama,

mempunyai anggota yang jelas, mempunyai kepengurusan yang

terstruktur sesuai hierarki, kewenangan, dan tanggung jawab masing-

masing dalam rangka memperjuangkan anggota dan kelompoknya di

bidang/mengenai/perihal kemasyarakatan seperti pendidikan,

kesehatan, keagamaan, kepemudaan, dan lain-lain dalam arti

kemasyarakatan seluas-luasnya.

29 Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1994), p. 967. 30 Ibid., p. 872. 31 Ibid.

21

Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan adanya

kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk bergabung

pada kelompok masyarakat dalam sebuah organisasi yang pelaksanaannya

diatur dalam undang-undang. Kepentingan para anggota masyarakat

tidaklah senantiasa sama, namun kepentingan yang sama mendorong

pengelompokkan diantara mereka.32

1.8 Metode Penelitian dan Sumber

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan aktivitas yang diamati.33 Sifat istimewa dari data

verbal ini adalah bahwa data itu mengatasi ruang dan waktu, sehingga membuka

kemungkinan bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang gagasan dan

aktivitas sosial yang telah musnah.34 Selain melakukan kajian terhadap dokumen

yang ada juga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial

tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kota Denpasar.

Deskripsi historis digunakan untuk membantu memetakan uraian teoritis

skripsi sehingga data dan informasi yang ada bisa tersusun sistematis. Uraian

teoritis itu dapat menempatkan kejadian dalam suatu kerangka untuk membuat

32 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa,1980),

p. 95. 33 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1992), p. 19. 34 Sartono Kartodirdjo, “Metode Penggunaan Bahan Dokumen” dalam

Koentjaraningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), p. 63.

22

perbandingan atau dalam mencari gejala-gejala sosial yang serupa data empiris

sebagai petunjuk fakta yang menjadi referensi empiris dari konsep dan teori.35

Menggunakan prosedur ini bahan masa lampau yang termuat dalam dokumen

tersusun secara sistematis, sehingga kemampuan menerangkan harus diperinci,

dengan pendekatan kualitatif peneliti berharap semua kejadian dan data yang ada

disajikan secara kompleks dari kekuatan-kekuatan sosial, digambarkan sebagai

suatu proses sosial yang unik, dan digambarkan sedemikian rupa sehingga tampak

hubungan antara sektor ekonomi, sosial, politik dan keagamaannya. Dilakukan

dengan melakukan wawancara terbuka dan penelusuran lewat dokumen. Hal ini

digunakan untuk memberikan landasan bagi penjelasan adanya asumsi keterkaitan

antara masa lalu dengan fenomena yang terjadi saat ini.36 Dua hal yang

dimilikinya, mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi

terjadinya suatu fenomena. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan secara

menyeluruh dan utuh terhadap suatu fenomena. Sumber-sumber yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ormas, buku-buku AD/ART

ormas, buku-buku yang membahas ormas, sosial, dan politik, wawancara dengan

tokoh-tokoh ormas dan juga masyarakat umum, internet, dan skripsi yang

menelaah mengenai Ormas.

35 Ibid., p. 65. 36 Masri Singarimbun, Tipe, Metode dan Proses Penelitian, (Jakarta:

LP3ES, 1981), p. 04.

23

1.8.1 Subjek dan Lokasi Penelitian

Sebuah penelitian haruslah ada subjek yang akan dijadikan sebagai

pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Subjek penelitian

adalah setiap pendukung atau orang yang dapat memberikan informasi mengenai

permasalahan yang dikaji dalam penelitian yang biasanya disebut informan.

Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan untuk penelitian. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data

yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka

mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dalam hal ini,

yang menjadi subjek penelitian yaitu : (1) Tokoh-tokoh Organisasi

Kemasyarakatan di Kota Denpasar (2) Masyarakat Kota Denpasar.

Lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi situasi sosial, yang

dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Lokasi

penelitian yang dipilih adalah di Kota Denpasar, Bali. Pemilihan lokasi ini

disebabkan karena banyaknya organisasi kemasyarakatan yang bermunculan di

Kota Denpasar, dan juga eksistensi organisasi kemasyarakatan dominan terlihat di

wilayah Kota Denpasar.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh

gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial, yang diperoleh dengan metode

24

lainnya.Dalam hubungan ini, peneliti akan tinggal di lokasi penelitian dalam

jangka waktu tertentu untuk mengamati segala aspek rutinitas sosial budaya yang

berkaitan dengan latar belakang tentang tinjauan perspektif sosial-politik yang

terjadi di Kota Denpasar.

b. Wawancara

Dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari para

informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Selanjutnya informasi dari

informan itu dicatat secara sistematis. Informan yang diwawancarai dalam

penelitian ini adalah I Nyoman Sugiartha (Korlap Baladika Bali Peguyangan

Kaja), Nyoman Gde Sudiantara, S.H (Ketua Dewan Pembina Baladika Bali), A.A

Bagus Indralaba (Sekjen Laskar Bali), A.A Made Sumenadi (Ketua Harian II

Laskar Bali), Made Muliawan Arya, S.E (Ketua I Pemuda Bali Bersatu), I Made

Sudira (mantan anggota SDPD, dan anggota Dewan Pembina FPD), I Made

Sudhana Lokanthara, S.Th (mantan anggota Armada Racun), I Gede Gobleg

(mantan anggota Armada Racun).

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan

permasalahan-permasalahan yang akan dikaji, yaitu dengan menggunakan

rekaman atau foto guna mendapatkan tinjauan teoritis sebagai bahan

pertimbangan. Dalam hubungan ini, peneliti akan mendokumentasikan semua hal

yang berkaitan dengan jenis data yang hendak diteliti nantinya.

25

1.9 Sistematika Penulisan

Penulisan dalam bentuk skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yaitu :

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

sejarah yang digunakan, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan

sumber-sumber yang digunakan, dan sistematika penulisan.

Bab II Lahirnya Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab

ini membahas tentang sejarah perkembangan organisasi kemasyarakatan dan

bagaimana lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. Bab ini juga

menguraikan tentang keberadaan ormas Suka Duka Pemuda Denpasar, Armada

Racun, Forum Peduli Denpasar, Laskar Bali, Baladika Bali, dan Pemuda Bali

Bersatu.

Bab III Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab

ini menguraikan tentang dinamika-dinamika yang terjadi pada organisasi

kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti hak, dan kewajiban anggota organisasi

kemasyarakatan, hubungan antar organisasi kemasyarakatan, hubungan organisasi

kemasyarakatan dengan masyarakat, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan

partai politik, dan kendala-kendala yang dihadapi organisasi kemasyarakatan

seperti dalam pembinaan anggota dan cara ormas dalam menyelesaikan konflik.

Bab IV Kontribusi Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada

bab ini menguraikan tentang kontribusi-kontribusi yang ditunjukkan organisasi

kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti kontribusi ormas kepada masyarakat

dan juga kontribusi ormas kepada partai politik.

26

Bab V Kesimpulan. Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian

mengenai perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde

baru-reformasi.