bab i. pendahuluan 1.1 latar · pdf file1.1 latar belakang di ... (7,8 cm) dan kadar gula...
TRANSCRIPT
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia tanaman terong merupakan salah satu sayuran yang cukup
populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Buah terong yang masih
muda selain enak untuk dijadikan berbagai sayuran dan lalapan juga mengandung
gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap sehingga komoditas terong sangat
potensial untuk dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis sekaligus
penyumbang cukup besar terhadap keanekaragaman bahan pangan bergizi bagi
penduduk (Rukmana, 2006).
Berdasarkan data Statistik Hortikultura Kalimantan Tengah tahun 2010, luas
areal tanaman terong di Kalimantan Tengah adalah 1.359 /ha dengan produktivitas
29,94 kuintal/ha. Apabila dibandingkan produktivitas terong nasional jumlah ini
masih dikategorikan rendah karena secara umum tanaman terong mampu
menghasilkan antara 32,64 – 34,11 kuintal/ha. Dari data tersebut masih terbuka
peluang untuk meningkatkan rata-rata hasil terong melalui penerapan teknologi
budidaya.
Kendala utama yang dihadapi dalam pembudidayaan terong di Kalimantan
Tengah adalah masalah lahan pertanian yang sebagian besar didominasi oleh tanah
marginal, salah satunya tanah berpasir yang mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi yang tidak menguntungkan untuk budidaya tanaman dikarenakan miskin
unsur hara dan sulit mengikat atau menahan unsur hara dan air (Hardjowigeno,
1992).
2
Penggunaan bahan-bahan organik merupakan salah satu alternatif dalam upaya
untuk meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air dan sekaligus mensuplai
unsur hara. Adanya pemberian bahan organik diharapkan dapat meningkatkan
kesuburan dan produktivitas tanah, karena manfaat bahan organik terhadap tanah dan
tanaman antara lain : 1) memperbaiki struktur tanah 2) meningkatkan daya serap
tanah terhadap air dan 3) sebagai sumber unsur hara bagi tanaman (Lingga dan
Marsono 2001).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak berupa padat
(faeces) yang bercampur sisa makanan maupun urin (Lingga dan Marsono, 2001).
Penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah, yaitu dapat
menambah unsur hara, meningkatkan humus dan mendorong kehidupan jasad renik
sehingga akan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Rinsema, 1983 dalam
Anton Budiyono, 2011). Ditambahkan Sarief (1989) bahwa pengaruh pemberian
pupuk kandang bagi tanah akan menaikan daya menahan air, menambah bahan
organik daalam tanah, memperbaiki struktur tanah sehingga merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan tanaman.
Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan
EM4 (effective microorganism). EM4 adalah suatu kultur campuran berbagai
mikroorganisme yang sangat bermanfaat terutama bakteri fotosintesis, bakteri asam
laktat, ragi, Actinomycetes dan jamur peragian yang dapat digunakan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme tanah yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman (Dipo Yuwono, 2006).
3
Menurut Rosani (2002), kayambang (Salvinia molesta) merupakan salah satu
jenis tumbuhan liar yang pertumbuhannya cepat dan mudah serta hidup mengapung
pada permukaan air, kayambang mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman
dan merupakan bahan organik yang dapat diberikan dalam bentuk segar maupun
bokashi, Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang proses
pembuatannya melalui fermentasi bahan organik dan EM. Proses fermentasi bokashi
terjadi dengan cepat 3-14 hari, kemudian hasilnya dapat segera dimanfaatkan
meskipun belum keseluruhan bahan dasar bokasi mengalami fermentasi, tetapi sudah
dapat dipergunakan sebagai pupuk. Apabila bokashi dimasukkan ke dalam tanah,
maka bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energy mikroorganisme
efektif untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah dan sekaligus sebagai
tambahan persediaan hara tanaman (Anonim 2012).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terhadap pemberian berbagai bahan
organik dan lama inkubasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong (
Solanum melongene L ) pada tanah berpasir.
1.3 Hipotesa
Dengan pemberian bahan organik dan perlakuan lama inkubasi akan
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ( Solanum
melongena L. )
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Terong
Mnurut Rukmana (1994), klasifikasi tanaman terong adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermathophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
Tanaman terong termasuk satu keluarga dengan tanaman cabai (Capsicum
annum), tomat (Solanum lycopersicum) dan kentang (Solanum tuberosum). Tanaman
ini termasuk salah satu dari kelompok tanaman yang menghasilkan biji
(Spermatophyta). Biji yang dihasilkan berkeping dua atau biji belah (Dicotyledonae).
Letak biji berada di dalam buah (Angiospermae). Biji yang dihasilkan merupakan
alat perkembangbiakan yang penting. Tinggi tanaman berkisar antara 0,4-0,9 m.
Dapat tumbuh optimal bila ditanam pada lahan terbuka (tanpa naungan).
Tanaman terong tumbuh tegak hingga mencapai ketinggian tertentu dan selanjutnya
akan membentuk percabangan yang disebut sebagai batang sekunder. Dalam
perkembangannya, dari batang sekunder tersebut, akan terbentuk banyak cabang
baru. Semakin banyak cabang yang terbentuk, semakin banyak pula bunga yang
akan muncul. Hal ini akan berpengaruh terhadap buahnya (Samadi, 2002).
5
Tanaman terong umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, sehingga
dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Namun, kondisi tanah yang subur dan
gembur dengan sistem draenase dan tingkat keasaman yang baik, merupakan syarat
tumbuh yang ideal bagi pertumbuhan terong. Tingkat keasaman (pH) tanah yang
cocok bagi tanaman terong berkisar antara 5,3-5,7. Namun demikian masih toleran
pada pH yang lebih rendah yaitu 5,0. Kisaran pH yang terlalu rendah akan
menghambat pertumbuhan tanaman yang akhirnya mengakibatkan rendahnya
kualitas dan tingkat produksi tanaman (Samadi, 2002).
Menurut Heni (2004), tanaman terong menghendaki iklim yang agak kering,
meskipun agak tahan terhadap hujan dan lokasi yang agak teduh (ternaungi). Oleh
karena itu, waktu yang tepat untuk bertanam terong adalah pada awal musim
kemarau (Maret-April), walaupun tetap dapat tumbuh baik di musim penghujan
(Oktober-Desember) terutama bila ditanam dipekarangan atau lahan tegalan tanaman
terong dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian
tempat yang berkisar antara 1 m-1.200 m di atas permukaan laut. Disarankan, usaha
dudidaya terong dilakukan pada lahan yang bertopografi datar sehiga dapat
mempermudah usaha pemanenan dan pengangkutannya.
2.2 Tanah Berpasir
Tanah berpasir mempunyai lapisan solum yang dangkal, yaitu antara 40-100
cm, berwama coklat pucat atau keputih-putihan hingga warna coklat kekuning-
kuningan. Tekstur pada umumnya dari pasir sedang sampai kasar, dengan struktur
yang lepas dibagian atas dan pejal dibagian bawah, sedangkan konsistensinya pada
lapisan horizon A itu lepas dan dilapisan B teguh. Reaksi tanah (pH) berkisar 3,5-5,5
6
atau dari kondisi sangat masam sampai masam, kapasitas tukar kation (KTK) dan
kejenuhan basa (KB) rendah. Kandungan bahan organik rendah, peka terhadap erosi,
karena daya menahan airnya rendah (Sarief, 1989 dalam Anton Budiyono, 2011).
Tanah berpasir merupakan tanah yang mempunyai struktur terlalu porous. Pada
tanah ini umumnya bila secara alamiah ditanami, tanaman tidak bisa tumbuh subur,
karena sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembeskan air yang mengangkut
unsur-unsur hara hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tidak bisa terjangkau oleh akar (Lingga dan Marsono, 2001).
Tanah berpasir dikatakan tanah bertekstur kasar karena pasir terdapat dalam
jumlah banyak, tanah-tanah berpasir mempunyai kandungan pasir 70 %. Tanah
berpasir memiliki luasan permukaan yang kecil, sehingga sulit menahan air dan
unsur hara. Sifat tanah berpasir kasar, sedikit sekali melekat ( Heni Yusita 2004 )
Tanah berpasir pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.
Rendahnya tingkat kesuburan ini disebabkan oleh bahan induk yang masam, miskin
unsur hara akibat adanya pencucian dan pengangkutan oleh air, rendahnya
kandungan bahan organik, rendahnya nilai tukar kation dan daya memegang air
(Foth, 1991).
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002), pasir berbentuk bulat tak teratur
dan jika tidak diliputi oleh liat ataupun debu maka keadaannya mudah dipencarkan
(tidak lengket), kapasitas mengikat airnya rendah, ruang-ruang antar letak partikel-
partikel ini dapat dikatakan longgar. Oleh karena itu, tanpa adanya air di dalam
tanah, suatu jenis tanaman apapun tidak mungkin dapat tumbuh dan berkembang,
7
demikian pula semua makhluk hidup di dalam tanah. Air mutlak sangat dibutuhkan
oleh tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya.
2.3 Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan yang dapat diperbaharui , didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari tanah maupun air. Bahan organik tanah merupakan
penimbunan dari sisa-sisa tanaman maupun binatang yang sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro sehingga berakibat bahan
tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman.
Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama tergantung dari
tipe vegetasi, populasi mikroba tanah, keadaan draenase tanah, curah hujan, suhu
maupun pengelolaan tanah.
Menurut Rosmarkan dan Nasih, 2002, manfaat pemberian bahan organik
terhadap kesuburan tanah adalah :
1. Bahan organik didalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang
lengkap serta unsur hara mikro dalam jumlah yang tidak tentu dan relatif kecil.
2. Memperbaiki struktur tanah sehingga menyebabkan tanah menjadi ringan untuk
diolah dan mudah ditembus akar;
3. Mempermudah dalam pengelolaan tanah;
4. Meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah dalam
menyediakan air menjadi lebih banyak dan kelengasan air tanah lebih terjaga;
8
5. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan pada tanah berlempung/liat dapat
meningkatkan permeabilitas tanah;
6. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK);
7. Memperbaiki biologi tanah;
8. Meningkatkan daya sangga tanah;
9. Mengandung mikroba yang berpengaruh dalam proses dekomposisi Bahan
organik dapat diperoleh dari residu tanaman seperti akar, batang, daun yang
gugur maupun yang dikembalikan ketanah
2.3.1 Pupuk kandang
Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggolongan pupuk atas
dasar proses terjadinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk alam (pupuk
organik) dan pupuk buatan (pupuk anorganik) (Lingga dan Marsono, 2001).
Pupuk alam (organik) adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pelapukan
mahluk hidup seperti tanaman, hewan, serta hewan. Pupuk organik yang telah umum
dikenal masyarakat yaitu pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk guano Pupuk
kandang adalah pupuk yang berupa padat dan cair dari hewan ternak. Manfaat
pupuk kandang yaitu menambah unsur hara dalam tanah, mempertinggi humus,
mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong
kehidupan jasad renik, serta mengembalikan unsur hara yang tercuci.
Sarief (1989) dalam Anton Budiyono menambahkan, bahwa pengaruh
pemberian pupuk kandang bagi tanah akan menaikan daya menahan air, menambah
9
humus atau bahan organik dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, sehingga
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian Dedy Supratono, 2008 menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kandang hingga 30 ton/ha memberikan hasil umur berbuah yang baik (47 HST),
diameter buah (7,8 cm) dan kadar gula (6,23 brix) terhadap tanaman melon.
2.3.2 Bokashi Kayambang
Klasifikasi Salvinia molesta menurut USDA (2002) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinia
Division : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Hydropteridales
Family : Salviniaceae
Genera : Salvinia
Species: : Salvinia molesta
Adapun kandungan nutrisi Salvinia molesta dimana kandungan energi
metabolis dan nutrisinya mengandung beberapa zat makanan. Menurut Adrizal
(2002) beberapa kandungan nutrisi Salvinia molesta seperti energy metabolisme
sebesar 2200 (kkal/kg), Protein kasar sebesar 15,9 (kkal/kg), Lemak kasar 2,1
(kkal/kg), Serat kasar 16,8 (kkal/kg), Kalsium 1,27 (kkal/kg), Phosfor 0,789
(kkal/kg), Lysin 0,611 (kkal/kg), Methionin 0,765 (kkal/kg) dan Sistein 0,724
(kkal/kg), (Anonim, 2011). Di tambahkan Saijo (2003) bahwa kandungan bokasi
10
kiyambang adalah C,71,70%, N,4,68%, P-total, 2,07%, K-total,5,22%, Kadar air
334,34%, Ca-dd, 24,98, Mg-dd, 2,61.
Bokashi merupakan bahan organik yang telah difermentasikan dimana bahan
dasarnya dapat berasal dari limbah pertanian maupun bahan hijauan lainnya (Nasir,
2007). Bokashi merupakan bahan organik yang kaya akan sumber hayati dimana
merupakan kompos yang difermentasikan terlebih dahulu dengan EM-4.
Bokashi merupakan bahan amelioran yang mampu memperbaiki tekstur dan
struktur tanah, mengandung mikroorganisme yang menguntungkan, mengandung
unsur hara makro dan mikro, meningkatkan pH tanah dan tidak merusak lingkungan.
Tingkat kematangan bokashi dapat dilihat dengan ciri-ciri : 1) tidak panas dan
tidak berbau, 2) gembur dan berwarna coklat kehitaman, 3) volume menyusut
menjadi sepertiga bagian dari volume awal (Najiyati, Muslihat dan Suryadiputra,
2005). Kayambang (Salvinia molesta) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dan merupakan pupuk yang
dapat diberikan dalam bentuk bokashi.
Hasil penelitian Endang, 2007 menunjukan bahwa pemberian bokashi
Kayambang dosis 20 ton/ha mampu meningkatkan hasil terhadap tinggi dan diameter
batang jagung manis, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot,
diameter tongkol dan panjang tongkol berisi.
2.4 Lama Inkubasi
Bahan organik yang difermentasikan dapat berupa jerami, ternak, sekam,
daun-daunan, limbah rumah tangga, limbah pengolahan atau pabrik makanan, limbah
pasar serta limbah pertanian lainnya yang tersedia dan mudah didapat dengan biaya
11
yang murah oleh petani (Dara, 1998) Kompos yang dibuat dengan teknologi EM4
disebut bokashi dan dapat dilakukan hanya dalam waktu 4 hari atau 4-7 hari (Dara,
1998). Sedangkan pembuatan kompos secara tradisional memerlukan waktu 3-4
bulan. Kualitas kompos yang dibuat dengan teknologi EM4 lebih baik dibandingkan
kompos biasa yang memerlukan waktu 3-4 bulan (Anonim, 2011).
Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang proses pembuatannya
melalui fermentasi bahan organik dan EM-4. Proses fermentasi bokashi terjadi
dengan cepat 3-14 hari, kemudian hasilnya dapat segera dimanfaatkan meskipun
belum keseluruhan bahan dasar bokasi mengalami fermentasi, tetapi sudah dapat
dipergunakan sebagai pupuk. Apabila bokashi dimasukkan ke dalam tanah, maka
bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energy mikroorganisme efektif
untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah dan sekaligus sebagai tambahan
persediaan hara tanaman ( Anonim 2012 ).
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dalam rumah plastik di Jalan Cilik Riwut Km. 9
Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah selama 5
(lima) bulan.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih terong
(Varietas Yumi F1), pupuk kandang ayam, bokashi kayambang, ( EM-4, gula
pasir,dedak dan air ) kertas label dan tanah berpasir.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu bulat,
kayu balok, cangkul, gergaji, palu, polybag, ember, gayung, meteran, timbangan,
plastik putih transparan, Paranet, kamera, alat tulis serta alat bantu lainnya untuk
menunjang kelancaran penelitian.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) faktorial
dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan.
Faktor I pemberian berbagai bahan organik yang terdiri dari 2 taraf yaitu:
K1 = pupuk kandang ayam dan
K2 = bokashi kayambang
Faktor II lama inkubasi terdiri dari 3 taraf yaitu :
I1 = 2 minggu sebelum tanam,
I2 = 4 minggu sebelum tanam dan
I3 = 6 minggu sebelum tanam.
13
Setelah kedua faktor tersebut dikombinasikan diperoleh 6 (enam) kombinasi
perlakuan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan pemberian bahan organik dan lama inkubasi
Bahan Organik (K)
Lama Inkubasi (I)
I1 I2 I3
K1
K2
K1I1
K2I1
K1I2
K2I2
K1I3
K2I3
Dengan demikian dari kombinasi dua faktor perlakuan yang diulang sebanyak
tiga kali diperoleh 18 satuan percobaan. Sedangkan penempatan masing-masing
perlakuan di lakukan secara acak.
Model linier aditif untuk rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini menurut Yitnosumarto (1993) yaitu :
Yijk = µ + Si + Lj + (SL)ij + Єijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pengaruh perlakuan Bahan organik ke-i,
perlakuan lama inkubasi ke-j pada ulangan ke-k.
µ = Nilai tengah umum
Si = Pengaruh pemberian Bahan organik taraf ke-i
Lj = Pengaruh lama inkubasi taraf ke-j
(SL)ij = Pengaruh interaksi perlakuan bahan organik ke-i dan perlakuan
Lama inkubasi ke-j
14
Єijk = Galat percobaan perlakuan bahan organik ke-i dan perlakuan
Lama inkubasi ke-j taraf ulangan ke-k
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persemaian
Benih terong disemai dipersemaian dengan ukuran 120 cm x 80 cm dengan
menggunakan media tanah berpasir yang telah diberi pupuk kandang. Benih terong
ditaburkan secara merata pada media tanam dan ditutup dengan tanah tipis-tipis.
Selanjutnya dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan sore hari.
3.4.2 Persiapan media tanam
Tanah berpasir diambil dari lingkungan tempat penelitian Jalan Cilik Riwut
Km.9, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya pada kedalaman 0-20 cm.
Sebelumnya tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan, kemudian
masing-masing dilakukan pencampuran dengan berbagai bahan organik sesuai
perlakuan dengan dosis 30 ton/ha. Pencampuran berbagai bahan organik dilakukan
beberapa hari sebelum tanam dan diinkubasikan sesuai dengan lama inkubasi
perlakuan masing-masing.
3.4.3 Pembuatan rumah plastik
Lokasi penelitian dibersihkan dari tumbuhan liar dan dibuat rumah plastik
dengan ukuran 5,5 m x 11 m. Rangka terbuat dari kayu, dinding terbuat dari paranet
dan atap ditutup dengan plastik transparan untuk melindungi dari hujan. Kemudian
dibuat rak-rak tempat meletakan polybag dengan ketinggian 30 cm.
15
3.4.4 Pembuatan Bahan Organik
Adapun cara pembuatan kompos dilakukan secara manual, dengan
menggunakan beberapa bahan antara lain, tumbuhan kayambang, ayam, air, dedak,
gula pasir, terpal dan EM-4. Setiap pembuatan kompos ayam dan kayambang di
tempatkan ditempat yang berdeda, namun dilakukan secara bersamaan waktu
pembuatannya, dengan jedah waktu penginkubasian setiap masing-masing kompos
dua minggu, kemudian pelaksanaanya sebagai berikut:
1. Mencincang kayambang yang sudah disiapkan hingga halus.
2. Mencampurkan dedak dengan cincangan kayambang hingga merata dan begitu
juga ayam namun tidak satu wadah atau di tempatkan yang berdeda antara
kayambang dan ayam.
3. Melarutkan gula pasir 500 gram kemudian larutan EM-4 sebanyak 500 ml lalu di
aduk dengan air sebanyak 20 liter hingga merata untuk masing-masing
kayambang dan ayam, lalu siramkan larutan tersebut ke kayambang dan ayam
yang sudah terlebih dahulu kita taburi dengan dedak kemudian di aduk sampai
merata.
4. Membungkus atau menutup adonan tersebut menggunakan terpal.
5. Setiap tiga hari sekali diaduk adonan yang sudah dibungkus agar supaya merata
suhunya.
6. Dan pembuatan kompos ini dilakukan dalam waktu dua minggu sekali selama
tiga tahap.
16
7. Untuk pembuatan kompos ini dihitung mundur, pertama pembuatan yang untuk
6 minggu lalu 4 minggu dan kemudian yang 2 minggu, hingga ditemukan bahan
organik dengan lama inkubasi 2, 4, dan 6 minggu.
3.4.5 Penanaman
Bibit terong yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 21 hari.
Pemindahan bibit ke dalam polybag dilakukan secara hati-hati kemudian tanah
disekitar batang bibit dipadatkan agar perakaran dapat kontak langsung dengan
tanah. Dalam setiap polybag terdiri atas satu tanaman percobaan.
3.4.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman selama percobaan dilakukan secara intensif yang
meliputi: penyulaman, penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan
penyakit.
Penyulaman dilakukan pada tanaman terong yang tumbuhnya tidak normal
atau mati pada umur 2 MST.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu : pagi dan sore hari dengan volume
penyiraman yang sama pada masing-masing polybag. Penyiraman dilakukan dari
saat tanam hingga akhir pengamatan.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara fisik, yaitu mematikan
hama yang ada pada tanaman.
17
3.4.7 Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai pada tajuk yang paling
tinggi, pengukuran dilakuakan pada umur 2, 4 dan 6 MST;
2. Jumlah daun (helai), Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara
menghitung jumlah helaian daun pada umur 2, 4 dan 6 MST;
3. Umur muncul bunga pertama (HST), dihitung pada saat tanaman mulai
mengeluarkan bunga pertama;
4. Jumlah cabang produktif (Cabang), dihitung pada cabang yang di anggap
produktif (12 MST)
5. Jumlah buah pertanaman (buah), dihitung setelah dilakukan pemanenan.
6. Berat buah segar pertanaman (g), ditimbang setelah panen.
3.5 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (uji F) pada
taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat pengaruh perlakuan, maka pengujian dilanjutkan
dengan Uji BNJ 5% untuk melihat perbedaan antara perlakuan.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan untuk uji f rata-rata tinggi tanaman 2, 4 dan 6 MST
pada Lampiran 2, 3 dan 4. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 5.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa interaksi perlakuan bahan organik
dan lama inkubasi berpengaruh nyata pada umur 4 dan 6 MST, tidak berpengaruh
nyata pada umur 2 MST.
Hasil uji beda rata-rata untuk pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata – Rata Tinggi Tanaman Terong (cm) Pada umur , 4 dan
6 MST Akibat Pemberian Bahan Organik dan Lama Inkubasi.
Perlakuan Tinggi Tanaman Terong
4 MST 6MST
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
8,77 abc
5,23 ab
4,53a
8,63 abc
12,40 c
11,60 bc
29,30b
20,37ab
8,90a
26,60b
35,00b
31,07b
BNJ 5 % 6,41 17,48
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Pada Tabel 2, rata-rata tinggi tanaman terong yang tertinggi pada umur 4 dan
6 MST diperoleh pada kombinasi perlakuan bahan organik Bokashi kayambang
19
dengan lama inkubasi 2 minggu (K2L2) yaitu masing-masing 12,40 cm dan 35,00 cm
dan berbeda nyata dengan perlakuan bahan organik pupuk kandang ayam dengan
lama inkubasi 6 minggu K1L3, sedangkan dengan, K1L2, K2L1,K1L1 dan K2L3 tidak
berbeda nyata pada umur 6 MST.
4.1.2. Jumlah Daun
Data hasil pengamatan jumlah daun Terong umur 2, 4 dan 6 MST masing–
masing disajikan pada Tabel Lampiran 6, 7 dan 8. Sedangkan analisis ragam tinggi
tanaman umur 2, 4 dan 6 MST masing – masing disajikan pada Tabel Lampiran 9.
Hasil analisis ragam jumlah daun tanaman terong menunjukan bahwa
interaksi perlakuan pemberian bahan organik dan lama inkubasi berpengaruh sangat
nyata dalam meningkatkan jumlah daun tanaman pada umur 4 dan 6 MST namun
tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST.
Hasil uji Beda rata-rata jumlah daun tanaman terong umur 2, 4 dan 6 MST
akibat kombinasi perlakuan bahan organik dengan lama inkubasi disajikan pada
Tabel 3.
20
Tabel 3. Hasil Uji Beda Rata – Rata Jumlah Daun Tanaman Terong (helai) Pada
umur , 4 dan 6 MST Akibat Pemberian Bahan Organik dan Lama Inkubasi.
Perlakuan Jumlah daun (helai)
4 MST 6 MST
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
7,67b
6,67ab
4,67a
7,33b
8,67 b
8,00b
17,67a
11,67a
7,33a
10,33a
20,00b
16,00a
BNJ 5 % 2,14 11,49
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 3, rata-rata jumlah daun tanaman terong yang tertinggi
pada umur 4 dan 6 MST diperoleh pada kombinasi perlakuan bahan organik Bokashi
kayambang dengan lama inkubasi 2 minggu (K2L2) yaitu masing-masing 8,67 helai
dan 20,00 helai daun, dan berbeda nyata dengan semua perlakuan Pada umur 6 MST.
4.1.3. Umur Muncul Bunga Pertama (HST)
Data hasil pengamatan umur muncul bunga pertama tanaman Terong (HST)
disajikan pada Tabel Lampiran 10. Sedangkan analisis ragam umur muncul bunga
pertama tanaman disajikan pada Tabel Lampiran 11.
Hasil analisis ragam umur muncul bunga pertama tanaman terong
menunjukan bahwa interaksi perlakuan pemberian beberapa bahan organik dan lama
inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel umur muncul bunga pertama
21
pada tanaman terong, tetapi perlakuan lama inkubasi secara tunggal berpengaruh
nyata terhadap variabel umur muncul bunga pertama tanaman terong.
Hasil uji beda rata-rata umur muncul bunga pertama tanaman terong akibat
lama inkubasi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Beda Rata – Rata Umur Muncul Bungan Pertama Tanaman
Terong (HST) Akibat perlakuan Lama Inkubasi.
Perlakuan Rataan
L1
L2
L3
34,00a
35,17b
41,67b
BNJ 5 % 5,45
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata umur muncul bunga pertama tanaman terong
yang tercepat pada perlakuan Lama inkubasi selama 2 minggu (L1) secara tunggal
yaitu 34 HST, dan berbeda nyata dengan perlakuan lama inkubasi 6 minggu (L3)
yaitu 41,67 HST, tetapi tidak berbeda nyata terhadap lama inkubasi selama 4 minggu
(L2) yaitu 35 HST.
4.1.4. Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
Data hasil pengamatan jumlah cabang produktif tanaman Terong disajikan
pada Tabel Lampiran 12. Sedangkan analisis ragam jumlah cabang produktif
tanaman disajikan pada Tabel Lampiran 13.
Hasil analisis jumlah cabang produktif tanaman terong menunjukan bahwa
interaksi perlakuan pemberian beberapa bahan organik dan lama inkubasi
berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah cabang produktif tanaman terong.
22
Hasil uji Beda rata-rata jumlah cabang produktif tanaman terong umur akibat
kombinasi perlakuan beberapa bahan organik dengan lama inkubasi disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata – Rata Jumlah Cabang Produktif Tanaman Terong
(Cabang) Akiba Pemberian Bahan Organik dan Lama Inkubasi.
Perlakuan Rataan
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
8,33c
4,00b
2,67ab
2,33a
2,33a
2,33a
BNJ 5 % 1,60
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata jumlah cabang produktif tanaman terong yang
terbaik pada kombinasi perlakuan beberapa bahan organik pupuk kandang ayam dan
lama inkubasi 2 minggu (K1L1) yaitu 8,33 buah, dan berbeda sangat nyata dengan
perlakuan yang lain.
4.1.5. Jumlah Buah (Buah)
Data hasil pengamatan jumlah buah tanaman Terong disajikan pada Tabel
Lampiran 14. Sedangkan analisis ragam jumlah buah tanaman disajikan pada Tabel
Lampiran 15.
Hasil analisis ragam jumlah buah tanaman terong menunjukan bahwa
interaksi perlakuan pemberian beberapa bahan organik dan lama inkubasi tidak
23
berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah buah pada tanaman terong, tetapi
perlakuan lama inkubasi secara tunggal berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah
buah tanaman terong.
Hasil uji Beda rata-rata jumlah buah tanaman terong akibat kombinasi
perlakuan beberapa bahan organik dengan lama inkubasi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Beda Rata – Rata Jumlah Buah Tanaman Terong (Buah) Akibat
Perlakuan Lama Inkubasi.
Perlakuan Rataan
L1
L2
L3
5,33a
2,67a
4,33a
BNJ 5 % 5,45
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 6, rata-rata jumlah buah tanaman terong yang terbaik pada
perlakuan lama inkubasi secara tunggal selama 2 minggu (L1) yaitu 5,33 biji, dan
berbeda nyata dengan perlakuan (L2) yaitu 2,67, tetapi tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan (L3) yaitu 4,33.
4.1.6. Berat Buah Segar Pertanaman (g)
Data pengamatan berat segar buah pertanaman disajikan pada Tabel
Lampiran 16. Sedangkan analisis ragam berat segar buah pertanaman disajikan pada
Tabel Lampiran 17.
Hasil analisis ragam berat segar buah pertanaman menunjukan bahwa
interaksi perlakuan pemberian bahan organik dan lama inkubasi berpengaruh nyata
terhadap variabel berat buah segar pertanaman.
24
Hasil uji Beda rata-rata berat segar buah pertanaman akibat kombinasi
perlakuan beberapa bahan organik dan lama inkubasi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Beda Rata – Rata Berat Buah Segar Tanaman Terong (Buah)
Akibat Pemberian Bahan Organik dan Lama Inkubasi.
Perlakuan Rataan
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
381,67b
169,67a
177,67a
190,33a
147,00a
199,67a
BNJ 5 % 167,25
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat buah pertanaman yang terbaik pada
interaksi perlakuan pemberian bahan organik pupuk kandang ayam dan lama
inkubasi selama 2 minggu (K1L1) yaitu 381,67 gr, dan berbeda nyata terhadap semua
perlakuan.
4.2. Pembahasan
Dalam pola pertumbuhannya sendiri, tanaman mengalami dua fase
pertumbuhan, yaitu fase vegetatif dan fase generatif (Anonim 2011).
4.2.1. Fase Vegetatif
Pertumbuhan fase vegetatif adalah fase berkembangnya bagian vegetatif dari
suatu tanaman, bagian vegetatif dari tanaman adalah akar, batang dan daun (Anonim
25
2011), namuan dalam hal ini yanag akan dibahas lebih lanjut hanyalah pertumbuhan
vegetatif tinggi tanaman atau batang dan jumlah daun.
Berdasarkan analisis ragam tinggi tanaman (Tabel Lampiran 1, 2 dan 3)
menunjukan bahwa interaksi perlakuan beberapa bahan organik dan lama inkubasi
berpengaruh nyata dalam peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman terong berupa
tinggi tanaman pada umur 4 dan 6 MST, namun tidak berpengaruh nyata pada umur
2 MST. perlakuan beberapa bahan organik berpengaruh sangat nyata pada umur 4
dan 6 MST, sedangkan perlakuan lama inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap
semua umur perlakuan.
Interaksi antara beberapa bahan organik dan lama inkubasi tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel tinggi tanaman pada umur 2 MST, karena tanaman terong
pada umur 2 MST baru mulai membentuk perakaran setelah melewati masa adaptasi
pemindahan dari persemaian ke polybag. Sehingga daya serap akar tanaman belum
optimal menyerap unsur hara dari beberapa bahan organi dan lama inkubasi, Seperti
N, P dan K sangat bermanfaat bagi tanaman.
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian
vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Fosfor (p) sangat berguna bagi
tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada
awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.
Interaksi antara beberapa bahan organik dan lama inkubasi berbeda nyata pada tinggi
tanaman umur 4 dan 6 MST, hal ini karena daya serap akar sudah optimal sehingga mampu
menyerap unsur hara yang terkandung dari beberapa bahan organik dan lama inkubasi.
Selain itu adanya pemeberian beberapa bahan organik seperti pupuk kandang ayam dan
26
bokasi kayambang dapat memperbaiki sipat fisik tanah menjadi lebih gembur sehingga akar
tanaman lebih cepat menyerap unsur hara. Kalium sangat penting dalam proses metabolisme
tanaman. Kalium juga penting di dalam proses fotosintesis. Bila Kalium kurang pada daun,
maka kecepatan asimilasi CO2 akan menurun. Kalium berfungsi Membantu pembentukan
protein dan Karbohidrat, Mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman, Meningkatkan
resisten terhadap penyakit, Meningkatkan kualitas biji atau buah ( Anonim 2012 ).
Adanya peningkatan tinggi tanaman merupakan kontribusi dari tersedianya
dan terserapnya unsur hara dari beberapa bahan organik seperti pupuk kandang
ayam serta bokashi kayambang dikombinasikan dengan lama inkubasinya yang
diberikan sebagai perlakuan. Adanya bahan organik yang diberikan mampu
memperbaiki kualitas tanah, para peneliti berpendapat bahwa penambahan bahan
organik itu ternyata sangat banyak memperbaiki kualitas tanah, bahan organik ini
mempunyai nilai tertentu yaitu pembentukan agregat dari partikel-partikel tanah
Sarief 1986. Sedangkan lama inkubasi berpengaruh terhadap unsur hara yang
diuraikan dan diserap oleh tanaman.
Perlakuan K2L2 atau bahan organik berupa bokashi kayambang dengan lama
inkubashi selama 4 minggu mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatip tanaman
pada umur 4 dan 6 MST , hal ini dikarenakan perlakuan ini lebih mampu
menyediakan unsur hara dan mampu menciptakan lingkungan tumbuh yang baik
dalam menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dimanfaatkan tanaman selama
fase vegetatif. Humus yang dihasilkan dari bokashi kayambang mampu memperbaiki
struktur tanah, menggemburkan tanah yang kering dan miskin unsur hara.
Menurut Wididana dalam suryanto, 2012, bokashi dapat menyuburkan tanah
karena EM-4 mengandung mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanah, sehingga
27
lapisan olah tanah menjadi lebih dalam dan ruang gerak akar menjadi lebih
bertambah luas. Secara kimia EM-4 dapat meningkatkan PH tanah ke arah netral,
sehingga ketersediaan unsur hara menjadi semakin tinggi bagi perakaran tanaman.
Dari segi biologi, EM-4 dapat meningkatkan populasi mikroorganisme fermentasi
dan sintetik, sehingga pertumbuhan penyakit dan serangga dapat ditekan.
Pada variabel jumlah daun pengematan umur 2 MST, hasil analisis ragam
menunjukan bahwa tidak berbeda nyata, sama halnya seperti variabel tinggi tanaman,
karena taman pada umur 2 MST baru mulai membentuk perakaran setelah melewati
masa adaptasi pemindahan dari persemaian ke polybag.
Sedangkan pada umur 4 dan 6 MST analisis ragam dengan perlakuan
beberapa bahan organik dan lama inkubasi menunjukan pengaruh yang nyata
terhadap pertambahan jumlah daun, hal ini dikarenakan tanaman sudah optimal
dalam menyerap unsur hara serta bahan organik berupa bokashi kayambang dengan
lama inkubasi 4 minggu mampu menyediakan unsur hara sebagai pendukung dalam
pertumbuhan variabel jumlah daun.
Kayambang (Salvinia molesta) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dan merupakan pupuk yang
dapat diberikan dalam bentuk bokashi. Kalium sangat penting dalam proses
metabolisme tanaman, Kalium juga penting di dalam proses fotosintesis. Bila Kalium
kurang pada daun, maka kecepatan asimilasi CO2 akan menurun (Anonim 2012).
4.2.2. Fase Generatif
Pertumbuhan fase Generatife adalah fase berkembangnya bagian generatife
dari suatu tanaman, bagian generatif dari tanaman adalah bunga, buah dan biji
28
(Anonim 2011), namuan dalam hal ini yanag akan dibahas lebih lanjut hanyalah
pertumbuhan generatif bunga, jumlah cabang produktif dan buah.
Analisis ragam menunjukan bahwa interaksi kedua perlakuan tersebut
menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap umur muncul bunga pertama dan
jumlah buah tanaman terong, hal ini disebabkan kedua perlakuan tersebut lebih
berperan secara individu, dalam hal ini adalah perlakuan lama inkubasi 2 minggu
(L1) menunjukan berbeda nyata dengan lama inkubasi 6 minggu (L3), dan lama
inkubasi 4 minggu (L2), pada variabel umur muncul bunga pertama sedangkan
perlakuan lama inkubasi 2 minggu (L1) menunjukan berbeda nyata dengan perlakuan
4 minggu (L2) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 6 minggu (L3) pada
variabel jumlah buah tanaman.
Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara pemupukan juga berperan
penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu dan cara
pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara
dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses
pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K
banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi di dalam tanah ( Gojali 2008 ).
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah
cabang produktif dan berat buah segar tanaman, perlakuan bahan organik berupa
pupuk kandang ayam dan lama inkubasi 2 minggu (K1L1) menunjukan perbedaan
yang sangat nyata terhadap semua perlakuan, hal ini disebabkan karena pupuk
kandang dengan lama inkubasi 2 minggu mampu memberikan unsur hara yang
29
sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan generatif jumlah cabang produktif,
baik unsur hara makro ataupun mikro.
Pupuk kandang, disamping mengandung unsur makro seperti nitrogen,
phosphor dan kalium, juga mengandung unsur mikro seperti kalsium, magnesium,
tembaga dan sejumlah kecil mangan, coper dan boron (sarief 1986 ). Yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan generatif jumlah cabang produktif tanaman.
Tingginya ketersedian unsur N, P, K, Mg, Ca serta tercukupinya unsur hara
mikro dari bahan organik berupa pupuk kandang ayam yang di inkubasikan selama 2
minggu semakin mendukung tersedianya unsur hara bagi tanaman terong dalam
memanfaatkan unsur hara, sejalan dengan membaiknya sipat fisik tanah berpasir
maka memudahkan akar tanaman untuk menyerap unsur hara sehingga berpengaruh
nyata terhadap variabel berat buah segar pertanaman, tapi tidak berpengaruh terhadap
jumlah buah pertanaman karena pada variabel jumlah buah pertanaman faktor lama
inkubasi secara tunggal yang berpengaruh nyata.
Menurut Hardjowigeno dalam Mahmudah 2003 menegaskan bahwa, pupuk
kandang unggas (ayam) termasuk pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologis tanah yanag mempunyai keunggulan kandungan unsur hara
makro dan mikro yang relatif tinggi dibandingkan hewan yang lainnya. Diantaranya
kandungan hara makro antara lain 1,70% N, 1,90% P2O5 dan 1,50% K2O. kondisi
inipun berpariasi tergantung mutu dari pakan unggas (ayam) yang mempengaruhi
kualitas yang dihasilkan sebagai pupuk kandang.
Sutedjo dalam Mahmudah 2003 mengemukakan bahwa peranan unsur hara
makro dan mikro sangat besar dalam fase generatif, dimana unsur hara makro untuk
30
pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah, sedangkan unsur hara mikro untuk
peningkatan kualitas buah yang dihasilkan.
Fakta dilapangan menunjukan bahwa bahan organik berupa bokasi
kayambang sangat baik peranannya dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, akan
tetapi setelah masuk fase generatif perlakuan ini mengalami penurunan, hal ini
diduga bahwa unsur hara yang disediakannya hanya sampai pada masa pertumbuhan
vegetatifnya saja, berbeda halnya dengan perlakuan bahan organik berupa pupuk
kandang ayam dengan lama inkubasi 2 minggu yang selalu konstan baik pada masa
pertumbuhan vegetatif maupun generatif, hal ini diduga bahwa bahan organik berupa
pupuk kandang ayam dengan lama inkubasi 2 minggu mampu menyediakan unsur
hara sebagai penunjang pada masa pertumbuhan fase vegetatif dan generatif
Menurut Gardner, Pearce dan Mitchell (dalam Mahmudah 2003), bahwa
pertumbuhan tanaman mutlak memerlukan hasil asimilasi yang dihasilkan tanaman
dari penyerapan unsur hara yang merupakan salah satu paktor penunjang
pertumbuhan selain faktor kendali genetik tanman. Semakin besar jumlah transfer
hasil asimilasi ke cadangan makanan, maka sejumlah buah dan biji yang terbentuk
akan semakin besar ukurannya dan baik kualitasnya. Dengan demikian menjadikan
ukuran dan berat buah menjadi semakin tinggi.
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a) Pemberian bahan organik dan lama inkubasi memberikan pengaruh nyata
terhadap variabel, tinggi tanaman dan jumlah daun umur 4 dan 6 MST, jumlah
cabang produktif dan berat segar buah pertanaman, tetapi tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun umur 2 MST, umur
muncul bunga pertama dan jumlah buah pertanaman;
b) Perlakuan faktor tunggal lama inkubasi berpengaruh nyata terhadap variabel
umur muncul bunga pertama dan jumlah buah pertanaman, perlakuan L1 (lama
inkubasi selama 2 minggu) lebih mampu memberikan hasil yang lebih baik
dengan jumlah buah rata-rata 5,33 buah pertanaman;
c) Berat segar buah tertinggi terdapat pada perlakuan K1L1 (pupuk kandang ayam
dengan lama inkubasi 2 minggu dengan berat segar buah rata-rata 381,67 gr
pertanaman dan berbeda nyata terhadap semua perlakuan.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, disarankan agar dilakukan penelitian
lanjutan dengan mengkombinasikan bahan organik berupa bokasi kayambang
sebagai pendukung pertumbuhan fase vegetatif dan pupuk kandang ayam sebagai
pendukung pertumbuhan fase generatif.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.http://arrayfaperta.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-
pembuatan-boksi.html?zx=57d59134e04886ef Tanggal Akses 6 Mei,
2012.
______2012.http://jamurtiramputihsuriyanisuryanto.blogspot.com/2012/02/pengar
uh-pemberian-bokashi-kayambang.html. Tanggal Akses 6 Mei, 2012.
______2012. http://aryasudiadnyana.blogspot.com/2012/06/teknologi-pembuatan-
pupuk-organik-oleh.html. Tanggal Akses 20 November, 2012.
______2012.http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2321616-manfaat-
unsur-hara-npk-nitrogen/#ixzz2E4nHaO6t. Tanggal Akses 20
November, 2012.
Anton Budiyono, 2011. Pengaruh Pemberian Bokashi Pupuk Kandang Ayam +
Arang Sekam Padi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum.L) pada Tanah Berpasir. Skripsi.
Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Badan Pusat Statistik Hortikultura Propinsi Kalimantan Tengah.2010. Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim.
Kalimantan Tengah
Dedy Supratono, 2008. Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Pemberian Pupuk
Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis
melo.L) pada Tanah Mineral. Skripsi Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Dipo Yuwono, 2006. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Endang, 2007. Pengaruh Pemberian Dolomit dan Pupuk Organik Kayambang
(Salvinia molesta) pada Lahan Gambut terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Palangkaraya
Foth, H.D.1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Endang Dwi
Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati dan Rahayuning Trimulatsih. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah. PT. Madiyatama Sarana Prakarsa. Jakarta
Heni Yusita, 2004. Pengaruh jenis Dan DosisPupuk Kandang T erhadap
Pertumbuhan Tanaman Terong(Solanum melongena L)Pada Tanah
Berpasir
33
Lingga. P. dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mahmudah, 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan SP-36 Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong (Solanum melongena L) pada tanah
podsolik. Skripsi sekolah Sarjana Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan
Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate
Change, Forest and Peatlands In Indonesia. Wetlands Internasiona-Indonesia
Programmed dan Wildlife Habitat Canada-Bogor.
Indonesia
Nasir, 2007. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi
Padi Palawija dan Sayuran. http://www.digilib. Brawijaya.ac.id.
28 Juli 2007
Rosani, U. 2002. Performa Itik Lokal Jantan Umur 4-8 minggu dengan Pemberian
Kayambang (Salvinia molesta) dalam Ransumnya. Skripsi Jurusan Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Rosmarkan, A dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius.Yogyakarta
Rukmana. 1994. Bertanam Terong. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sarief. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung
Samadi, B. 2002. Bertanam Terong Hibrida. Kanisius. Yogyakarta
Sutedjo dan Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta
Widiastuti, L. 2006. Pengaruh Penambahan Kayambang (Salvinia molesta)
sebagaipupuk organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Daun semi di
Tanah Gambut Pedalaman. Tesis Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
34
Lampiran 1. Bagan Percobaan
Keterangan :
1. K1L1 = Pupuk kandang ayam dengan lama inkubasi 2 minggu.
2. K1L2 = Pupuk kandang ayam dengan lama inkubasi 4 minggu.
3. K1L3 = Pupuk kandang ayam dengan lama inkubasi 6 minggu.
4. K2L1 = Bokashi kayambang dengan lama inkubasi 2 minggu.
5. K2L2 = Bokashi kayambang dengan lama inkubasi 4 minggu.
6. K2L3 = Bokashi kayambang dengan lama inkubasi 6 minggu.
7. I, II, III = Ulangan
K1I3
(I)
K1I3
(III)
K2I3
(II)
K2I1
(II)
K2I2
(II)
K1I1
(I)
K1I1
(II)
K2I2
(I)
K1I2
(III)
K2I1
(III)
K1I2
(II)
K2I2
(III)
K1I2
(I)
K2I3
(III)
K1I1
(III)
K2I3
(I)
K1I3
(II)
K2I1
(I)
35
Lampiran 2. Perhitungan Pupuk Bahan Organik
Rumus Konversi Dosis pupuk:
Berat tanah per Polybag = 8kg
Berat tanah Berpsir per Hektar = V x BD
K ( kedalaman tanah Pasir Yang dapat diambil) = 20 cm
= 0,2 m
V ( Volume Tanah Berpasir per Hektar) adalah :
1 ha = 10.000 m² = 100 x 100 m
Maka Volume Tanah Berpasir Adalah :
= p x 1 x k
= 100 m x 100 m x 0,2
= 2.000 m³/ha
BD (Bulk Density) Tanah Berpasir = 0,1 g/cm³
Maka Berat Tanah Berpasir per Hektar Adalah :
= (V) X (BD)
= 2.000 m³ x 0,1 g/cm³
= 2000000000 cm³ x 0,1 g/cm³
= 200000000 g
= 200 ton/ha
1. Konversi Bahan Organik Ayam dan Bokashi Kiyambang
Dosis Rekomendasi Bahan Organik = 30 ton/ha
= 30.000 kg/ha
Dosis yang diperlukan =
= 1,2 kg
= 1200 g/polybag
36
Lampiran 4. Data Tinggi Tanaman Umur 2 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
4,5
3,4
2,2
4,0
2,9
4,6
3,0
3,0
2,8
3,6
3,0
4,0
3,0
4,5
3,6
3,5
4,3
3,6
10,5
10,9
8,6
11,1
10,2
12,2
3,5
3,63
2,9
3,7
3,4
4,07
Total 63,5 -
Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman Umur 4 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
10,0
5,4
3,4
10,4
10,2
15,0
9,8
4,3
4,9
6,3
11,0
12,0
6,5
6,0
5,3
9,2
16,0
7,8
26,3
15,7
13,6
25,9
37,2
34,8
8,77
5,23
4,53
8,63
12,40
11,60
Total 153,5 -
37
Lampiran 6. Data Tinggi Tanaman Umur 6 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
31,1
15,4
5,5
31,2
30,5
39,2
32,7
29,1
12,0
20,5
35,1
34,4
24,1
16,6
9,2
28,1
39,4
19,6
87,9
61,1
26,7
79,8
105,0
93,2
29,30
20,37
8,90
26,60
35,00
31,07
Total 453,7 -
38
Lampiran7. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 2, 4, dan 6 MST
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
2 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
2,36
0,68
0,06
1,62
5,81
0,47
0,68
0,03
0,81
0,48
0,98tn
1,42tn
0,06tn
1,69tn
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17
4 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
153,93
99,41
1,96
52,56
66,11
30,79
99,41
0,98
26,28
5,51
5,59**
18,04**
0,18tn
4,77*
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17
6 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
1314,837
581,406
245,658
487,773
487,463
262,97
581,406
122,829
243,886
40,622
6,47**
14,312**
3,024tn
6,004**
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata terhadap F Tabel 1 %.
* = Berpengaruh nyata terhadap F Tabel 5 %.
tn = Tidak Berpengaruh Nyata
39
Lampiran 8. Data Jumlah Daun Umur 2 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
4
4
3
5
3
5
4
4
4
3
4
5
3
4
4
4
5
5
11
12
11
12
12
14
3,70
4,00
3,70
4,00
4,00
54,67
Total 72 -
Lampiran 9. Data Jumlah Daun Umur 4 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
8
6
4
8
8
9
8
7
5
7
8
8
7
7
5
7
10
7
23
20
14
22
26
24
7,67
6,67
4,67
7,33
8,67
8,00
Total 129 -
40
Lampiran 10. Data Jumlah Daun Umur 6 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
24
10
6
12
28
12
16
14
8
9
17
16
13
11
8
10
15
20
53
35
22
31
60
48
17,67
11,67
7,33
10,33
20,00
16,00
Total 249 -
41
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 2, 4, dan 6 MST
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
2 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
2
0,89
0,33
0,78
66
0,4
0,89
0,165
0,39
5,5
0,07tn
0,16tn
0,03tn
0,07tn
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17
4 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
29,17
12,5
6,33
10,34
7,33
5,83
12,51
3,16
5,17
0,61
9,56**
20,51**
5,18*
8,47**
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17
6 MST
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
349,83
46,72
52,33
250,78
210,67
69,97
46,72
26,17
125,39
17,56
3,98*
2,66tn
1,49tn
7,14**
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata terhadap F Tabel 1 %.
* = Berpengaruh nyata terhadap F Tabel 5 %.
tn = Tidak Berpengaruh Nyata
42
Lampiran 12. Data Umur Muncul Bunga Pertama (HST)
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
34
35
45
31
36
44
32
31
43
32
32
37
40
45
37
35
32
44
106
111
125
98
100
125
35,33
37,00
41,67
32,67
33,33
41,67
Total 665 -
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Umur Muncul Bunga Pertama (MST)
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
235,62
20,06
204,78
10,78
225,33
47,12
20,06
102,39
5,39
18,78
2,51tn
1,07tn
5,45*
0,29tn
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : * = Berpengaruh nyata Terhadap F Tabel 5 %
tn = Tidak Berpengaruh Nyata
43
Lampiran 13. Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
8
4
2
2
3
3
8
4
4
2
2
2
9
4
2
3
2
2
25
12
8
7
7
7
8,33
4,00
2,67
2,33
2,33
2,33
Total 66 -
Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
84,67
32,00
26,33
26,34
5,33
16,934
32,000
13,165
13,170
0,444
38,14**
72,07**
29,65**
29,66**
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat nyata Terhadap F Tabel 1 %
44
Lampiran 15. Jumlah Buah (Buah)
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
4
2
2
2
1
3
3
2
3
3
1
3
2
1
1
2
1
1
9
5
6
7
3
7
3,00
1,67
2,00
2,33
1,00
2,33
Total 37 -
Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Jumlah Buah (Buah)
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
6,95
0,50
5,45
1,00
8,00
1,39
0,50
2,72
0,50
0,66
2,11tn
0,76tn
4,12*
0,76tn
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : * = Berpengaruh nyata Terhadap F Tabel 5 %
tn = Tidak Berpengaruh Nyata
45
Lampiran 17. Berat Buah Segar Pertanaman (g)
Perlakuan
Ulangan
Total Rata-Rata
I II III
K1L1
K1L2
K1L3
K2L1
K2L2
K2L3
476
215
131
196
147
217
398
145
279
198
162
233
271
149
123
177
132
149
1145
509
533
571
441
599
381,67
169,67
177,67
190,33
147,00
199,67
Total 3798 -
Lampiran 18. Hasil Analisis Ragam berat buah pertanaman (g)
SK DB JK KT F HIT F TABEL
5 % 1 %
Perlakuan
K
L
KL
Galat
5
1
2
2
12
109794,67
18432,00
53385,33
37977,34
44635,33
21958,93
18432,00
26692,66
18988,67
3719,61
5,90**
4,95*
7,18**
5,10*
-
3,11
4,75
3,89
3,89
-
5,06
9,33
6,93
6,93
-
Total 17 Keterangan : * = Berpengaruh nyata Terhadap F Tabel 5 %
** = Berpengaruh Sangat Nyata Terhadap F Tabel 1 %
46
Lampiran 19. Dokumentasi Kegiatan
Persiapan Membuat Kompos Kayambang Pada Inkubasi 2 minggu
. Persiapan Pembuatan Kompos Kayambang Pada Inkubasi 4 Minggu
47
Persiapan Pembuatan Kompos Kayambang Pada Inkubasi 6 Minggu
Semua tanaman sampel
48
Perlakuan K1L1 ulangan 1
Perlakuan K2L1 Ulangan III
49
Perlakuan K2L3 Ulangan III
Perlakuan K 2L1 Ulangan II
50
Hasil Panen Pertama
Hasil Panen Kedua
51
Hasil Panen Ketiga